Anda di halaman 1dari 47

STATUS GIZI

Oleh:

TIM PENGAMPU MATA KULIAH

KIMIA PANGAN DAN GIZI

1. Siti Aisa Liputo, S.Si, M.Si

2. Dr. Yoyanda Bait S.TP, M.Si

Disusun Oleh :

Febriyanti Ngadi

(651422003)

ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2023
PRAKTIKUM KIMIA PANGAN DAN GIZI

TA.2023/2024

MODUL PRAKTIKUM

KIMIA PANGAN DAN GIZI

Oleh:

TIM PENGAMPU MATA KULIAH

KIMIA PANGAN DAN GIZI

LABORATORIUM ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2023
ABSTRAK

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan salah satu indeks antropometri yang
sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan. Lemak tubuh merupakan kandungan lemak yang
terdapat dalam tubuh manusia. Tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui penilaian status
gizi dengan metode antropometri. Metode percobaan yang digunakan yaitu dengan mengukur
tinggi badan dan berat badan responden dan mengukur lemak tubuh. Responden yang
memiliki kriteria obesitas II sebanyak 2 orang, responden dengan kriteria obesitas I sebanyak
1 orang, responden dengan kriteria overweight sebanyak 3 orang, responden dengan kriteria
normal sebanyak 22 orang, responden dengan kriteria kurus sebanyak 3 orang dan responden
yang memiliki kriteria sangat kurus sebanyak 3 orang. Dan pada lemak tubuh menunjukkan
suprailiaka pada Responden 1 bagian kanan dan kiri mendapatkan hasil nilai rata – rata
sebesar 27,5, pada responden 2 nilai rata – rata sebesar 23,15, responden 3 nilai rata – rata
sebesar 24,15, pada responden 4 nilai rata – rata sebesar 34,2, pada responden 6 nilai rata –
rata sebesar 36,4, responden 7 nilai rata – rata sebesar 32,9 ini termasuk golongan yang ideal
karena sesuai dengan persentase lemak tubuh yang ideal dimana lemak tubuh yang ideal
berkisaran antara 25 sampai 30%. Ini disebabkan kandungan lemak yang dikonsumsi oleh
responden yang bergizi baik. Sedangkan pada responden 5 nilai rata – rata sebesar 15,55 dan
pada responden 8 nilai rata – rata sebesar 18,25 ini termasuk golongan lean atau tidak ideal
atau juga rendahnya lemak.

Kata kunci : Indeks Masa Tubuh, Lemak Tubuh, Status Gizi


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya penyusun dapat
menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul “STATUS GIZI” dengan tepat waktu.
Laporan disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah kimia pangan dan gizi.

Dalam proses penyusunan laporan ini penyusun menemui beberapa hambatan, namun
berkat dukungan materi dari berbagai pihak akhirnya penyusun dapat menyelesaikan laporan
ini dengan cukup baik. Oleh karena itu melalui kesempatan ini penyusun menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya laporan ini.

Harapan penyusun semoga laporan ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan bagi
pembaca lain pada umumnya oleh sebab itu saran dan kritik yang diberikan dengan senang
hati penyusun menerimanya.

Gorontalo, 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

ABSTRAK …………………………………………………………………………

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….

DAFTAR ISI………………………………………………………………………..

DAFTAR TABEL…………………………………………………………………

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..

1.1 Latar Belakang………………………………………………………

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………

1.3 Tujuan…………………………………………………………………

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………

2.1 Gizi……………………………………………………………………….

2.2 Status Gizi……………………………………………………………

2.3 Antropometri…………………………………………………………..

2.4 Lemak…………………………………………………………………

BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………….

3.1 Waktu dan Tempat……………………………………………………..

3.2 Alat……………………………………………………………………..

3.3 Metode Percobaan…………………………………………………………

3.4 Parameter Uji…………………………………………………………….

3.5 Prosedur Kerja …………………………………………………………..

3.6 Analisis Data……………………………………………………………

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………………

4.1 Indeks Masa Tubuh (IMT)..........................................................................

4.2 Lemak Tubuh……………………………………………………………


BAB V PENUTUP…………………………………………………………………..

5.1 Kesimpulan………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..

LAMPIRAN…………………………………………………………………………
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi Berdasarkan IMT……………………………………………………

Tabel 2. Data Pengukuran Lemak………………………………………………………..

Tabel 3. Hasil Indeks Masa Tubuh

Tabel 4. Hasil Data Lemak Tubuh Subskapula dan Suprailiaka


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ukur Indeks Masa Tubuh……………………………………………………..

Gambar 2. Ukur Lemak Tubuh…………………………………………………………..


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah
antropometri gizi. Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak
balita menggunakan metode antropometri, disamping itu pula, kegiatan penapisan status gizi
masyarakat selalu menggunakan metode tersebut. Antropometri merupakan salah satu metode
yang dapat dipakai secara universal, tidak mahal, dan metode yang non invasif untuk
mengukur ukuran, bagian, dan komposisi dari tubuh manusia. Antropometri dapat
mencerminkan kesehatan dan kesejahteraan dari individu dan populasi, serta untuk
memprediksi performa, kesehatan, dan daya tahan hidup (Novita, 2017).

Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah
asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) oleh tubuh untuk berbagai
fungsi biologis (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan
lainnya). Status gizi dapat pula diartikan sebagai gambaran kondisi fisik seseorang sebagai
refleksi dari keseimbangan energi yang masuk dan yang dikeluarkan oleh tubuh (Bachtiar
2016). Salah satu cara mengukur status gizi adalah dengan metode IMT, metode ini dilakukan
dengan mencatat jenis dan jumlah makanan serta minuman yang telah dikonsumsi dalam 24
jam yang lalu.(Bachtiar 2016)

Antropometri penting untuk kesehatan masyarakat dan juga secara klinis yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan sosial dari individu dan populasi. Aplikasi
antropometri mencakup berbagai bidang karena dapat dipakai untuk menilai status
pertumbuhan, status gizi dan obesitas, identifikasi individu, olahraga, militer, teknik dan
lanjut usia. Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh
dan metros artinya ukuran, antropometri adalah ukuran dari tubuh. Antropometri gizi adalah
pengukuran yang berhubungan dengan berbagai macam dimensi tubuh dan komposisi tubuh
dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Umumnya, antropometri digunakan untuk
mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi
(Supariasa, 2017).
Lemak di dalam tubuh adalah lemak dalam bentuk trigliserida, yaitu hasil dari
metabolisme lemak dari berbagai, tidak hanya sumber makanan berlemak saja, namun
sumber makanan protein dan karbohidrat juga bisa membentuk trigliserida. Makanan yang
mengandung lemak jelas akan dimetabolisme oleh tubuh menjadi asam lemak. Ketika asam
lemak sudah terakumulasi terlalu banyak, maka tubuh akan menyimpannya menjadi
trigliserida atau lemak dalam tubuh. Persen lemak tubuh adalah komponen penyusun
komposisi tubuh selain massa tulang, massa otot, dan kadar air tubuh. Persen lemak tubuh
menggambarkan kondisi berat atau massa lemak yang ada di tubuh seseorang secara umum,
baik lemak subkutan maupun lemak viseral (lemak yang terdapat pada organ) (Susantini,
2021).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun Rumusan masalah dalam praktikum ini adalah bagaimana penilaian status
gizi dengan metode antropometri antara hubungan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan lemak
tubuh?

1.3 Tujuan

Adapun Tujuan masalah dalam praktikum ini adalah untuk mengetahui penilaian
status gizi dengan metode antropometri antara hubungan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan
lemak tubuh.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gizi

Gizi dapat diartikan sebagai proses dari organisme dalam menggunakan bahan
makanan melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolism dan
pembuangan, yang dipergunakan untuk memelihara hidup, pertumbuhan fungsi organ tubuh
dan produksi serta menghasilkan energi. Gizi merupakan salah satu faktor penting yang
menentukkan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan mental.
Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Tingkat gizi
seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada masa lampau,
bahkan jauh sebelum masa itu.

Dalam masa tumbuh kembang anak, kecukupan gizi merupakan hal mutlak yang
harus selalu diperhatikan orang tua. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi kesehatan
masyarakat, jika terjadi gangguan gizi baik, gizi kurang, maupun gizi lebih pertumbuhan
tidak akan berlangsung optimal. Kekurangan zat gizi berakibat daya tangkapnya berkurang,
pertumbuhan fisik tidak optimal, cenderung postur tubuh pendek, tidak aktif bergerak,
sedangkan kelebihan zat gizi akan meningkatkan resiko penyakit degeneratif di masa yang
akan datang. Salah satu kelompok usia yang rentan mengalami masalah gizi kurang ataupun
gizi lebih yaitu anak usia sekolah (Ningsih, Suyanto, Restuastuti, 2016).

I Dewa Nyoman Suparisa dkk (2018) Menjelaskan bahwa gizi adalah suatu proses
organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses degesti,
absorpsi, transportasi. Penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ serta
menghasilkan energi. Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak,
dan protein, oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk
melakukan kegiatan atau aktivitas.

2.2 Status Gizi

Status gizi adalah salah satu faktor yang menentukan kualitas tumbuh kembang
individu. Status gizi di masyarakat sering menggambarkan masalah gizi pada kelompok
balita. Masalah gizi biasanya disebabkan oleh kurangnya asupan gizi, kurangnya pengetahuan
mengenai gizi seimbang, dan kemiskinan (Putri dkk, 2016). Status gizi dapat diartikan
sebagai keadaan fisik seseorang atau sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu
atau kombinasi dari ukuran-ukuran gizi tertentu. Status gizi merupakan suatu ukuran
keseimbangan antara kebutuhan dan masukkan nutrisi yang diindikasikan oleh variabel
tertentu. Status gizi baik atau optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang
digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak,
kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum. Status gizi seseorang dipengaruhi oleh
konsumsi makanan yang bergantung pada jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasukan,
distribusi dalam keluarga dan kebiasaan makan secara perorangan. Status gizi merupakan
keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi, status gizi
dibedakan atas status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, gizi lebih (Almatsier, 2016).

Gambar 1. Ukur Indeks Masa Tubuh

Indeks Massa Tubuh adalah angka yang berhubungan dengan berat badan menurut
tinggi badan. Kategori IMT/U:

● Sangat kurus : < - 3 SD


● Kurus : -3SD sampai dengan < -2 SD
● Normal : -2 SD sampai dengan 1 SD
● Gemuk : >1 SD sampai dengan 2 SD
● Obesitas : >2 SD

Ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya masalah gizi pada remaja, yaitu:

a. Kebiasaan makanan yang buruk

Kebiasaan makanan yang buruk yang berpangkal pada kebiasaan makan keluarga
yang juga tidak baik sudah tertanam sejak kecil akan terjadi pada usia remaja. Mereka akan
makan seadanya tanpa mengetahuinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap kesehatan mereka
(Moehji, 2017).

b. Pemahaman gizi yang keliru

Tubuh yang langsing sering menjadi idaman bagi para remaja terutama wanita remaja.
Hal itu sering menjadi penyebab masalah, karena untuk memelihara kelangsingan tubuh
mereka menerapkan pengaturan pembatasan makanan secara keliru. Sehingga kebutuhan gizi
mereka terpenuhi. Hanya makan sekali sehari, atau makan makanan seadanya, tidak makan
nasi merupakan penerapan prinsip pemeliharaan gizi yang keliru dan mendorong terjadinya
gangguan gizi (Moehji, 2017).

c. Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu

Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu saja menyebabkan kebutuhan


gizi tak terpenuhi. Keadaan seperti itu biasanya terkait dengan “mode” yang tengah marak
dikalangan remaja. Di tahun 1960 an misalnya remaja-remaja di Amerika Serikat sangat
menggandrungi makanan berupa hot dog dan minuman 7 Coca Cola. Kebiasaan ini kemudian
menjalar ke remaja-remaja di berbagai negara lain termasuk di Indonesia (Moehji, 2017).

2.3 Antropometri

Antropometri merupakan salah satu cara langsung menilai status gizi, khususnya
keadaan energi dan protein tubuh seseorang. Dengan demikian, antropometri merupakan
indikator status gizi yang berkaitan dengan masalah kekurangan energi dan protein yang
dikenal dengan KEP. Antropometri dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan.
Konsumsi makanan dan kesehatan (adanya infeksi) merupakan faktor lingkungan yang
mempengaruhi antropometri (Aritonang, 2013).

Ukuran antropometri dibagi menjadi dua, yaitu ukuran massa jaringan dan ukuran
linier. Ukuran massa jaringan meliputi pengukuran berat badan, tebal lemak di bawah kulit,
dan lingkar lengan atas. Ukuran massa jaringan ini sifatnya sensitif, cepat berubah, dan 6
menggambarkan kondisi saat ini. Adapun ukuran linier meliputi pengukuran tinggi badan,
lingkar kepala dan lingkar dada. Ukuran linier sifatnya spesifik, perubahan relatif lambat,
ukuran tetap atau naik dan dapat menggambarkan riwayat masa lalu (Sinaga, 2017).
Metode antropometri memiliki kelebihan, yaitu antara lain prosedurnya sederhana,
aman, dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. Relatif tidak membutuhkan
tenaga ahli, mudah dibawa, dan tahan lama, tepat dan akurat karena dapat dibakukan,
umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang dan buruk karena sudah ada
ambang batas yang jelas. Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu
atau dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dapat digunakan untuk penapisan kelompok
yang rawan gizi. Namun, metode antropometri ini memiliki kelemahan antara lain tidak
sensitif, artinya tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. Faktor di luar gizi
(penyakit, genetik dan penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan
sensitivitas pengukuran antropometri. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat
mempengaruhi presisi, akurasi dan validitas pengukuran antropometri. Kesalahan ini terjadi
karena latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan alat atau kesulitan pengukuran (Istiany
dkk, 2013).

2.4 Lemak

Lemak adalah zat organik hidrofobik yang bersifat sukar larut dalam air, tetapi dapat
larut dalam pelarut organik seperti kloroform, eter, dan benzen. Unsur penyusun lemak antara
lain adalah Karbon(C), Hidrogen (H), Oksigen(O), dan kadang-kadang Fosforus (P) serta
Nitrogen (N). Lemak merupakan salah satu zat makanan yang paling penting untuk menjaga
kesehatan tubuh. Terdapat beberapa fungsi lemak dalam tubuh, yaitu sebagai sumber energi
yang paling tinggi, pelindung organ dalam tubuh, berfungsi dalam pembentukan dinding sel,
membantu dalam melarutkan vitamin dan berfungsi dalam pembentukan jaringan adipose.
Lemak menghasilkan 9 kkal untuk tiap gramnya, yaitu 2,25 kali lebih tinggi dari energi yang
dihasilkan oleh karbohidrat dan protein dalam jumlah yang sama (Hardinsyah, 2014).

Gambar 2. Ukur Lemak Tubuh

Lemak merupakan sumber masalah yang tidak akan bisa kita lepaskan dalam
kehidupan kita sehari-hari. Ini tiada lain karena seseorang tidak akan bisa terlepas dari proses
makan. Seseorang wajib makan dalam memenuhi kebutuhan energi agar bisa melakukan
aktivitas sehari-hari. Pada saat makan inilah lemak yang tidak kita ketahui akan dapat masuk
ke dalam tubuh kita dan selanjutnya mengendap dalam tubuh menjadi lemak jenuh. Lemak
merupakan suatu molekul yang terdiri atas oksigen, hidrogen, karbon, dan terkadang terdapat
nitrogen serta fosforus. Pengertian lemak tidak mudah untuk dapat larut dalam air. Untuk
dapat melarutkan lemak, dibutuhkan pelarut khusus lemak seperti Chloroform. Molekul
lemak terdiri atas 4 bagian, antara lain 1 molekul gliserol serta 3 molekul asam lemak. Asam
lemak terdiri atas rantai Hidrokarbon dan juga gugus Karboksil. Molekul gliserol mempunyai
3 gugus Hidroksil serta pada tiap gugus hidroksil tersebut dapat berinteraksi dengan gugus
karboksil asam lemak (Santika, 2016).
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 29 November 2023 Di Laboratorium Ilmu


Dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo.

3.2 Alat

Dalam praktikum ini menggunakan alat sebagai berikut : skin fold califer, meteran,
Timbangan, mistar, buku, dan pulpen.

Adapun Peserta dalam praktikum ini adalah Mahasiswa Jurusan Ilmu Dan Teknologi
Pangan, Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo yang berjumlah 34 orang.

3.3 Metode Percobaan Metode

Penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan memasukan data berat badan dalam satuan
kilogram dan tinggi badan dalam satuan meter kedalam rumus IMT.

Klasifikasi berdasarkan IMT dapat dilihat berdasarkan Tabel di bawah ini:

Tabel 1. Klasifikasi berdasarkan IMT.

Indeks Masa Tubuh Kategori

<30 Obesitas

25-30 Overweight

20-25 Normal

18-20 Kurus

<18 Sangat Kurus

16-17 Defisiensi Energi Kronis (DEK)

<16 DEK Lanjut


3.4 Parameter Uji

A. Pengukuran Antropometri

1. Pengukuran Indeks Massa Tubuh.


a. Timbang berat badan Anda dalam satuan kilo gram (kg) serta ukurlah tinggi
badan Anda dalam satuan meter (m).
b. Hitung Indeks Massa Tubuh (IMT) Anda dengan rumus :

2. Penilaian Lemak Tubuh

a. Ukurlah tebal lipatan kulit di 4 bagian tubuh anda dengan cara menjepitkan alat
skinfold caliper pada bagian tubuh anda tersebut
b. Bagian yang diukur adalah: Triceps (daerah lengan bagian belakang), Subscapular
(daerah bagian bahu bawah), Subscapular (daerah bagian bawah bahu) dan Suprailiac
(daerah pinggang bagian depan).
c. Pengukuran dilakukan pada bagian kanan tubuh, pada posisi berdiri dan rileks
d. Pengukuran pada bagian tubuh tersebut dilakukan masing masing 3 kali, dan hasilnya
dirata-rata.
e. Hitung densitas tubuh anda dengan rumus:

D = a - b log c

Ket: D = Densitas

a = Intercept

b = slope

c = Jumlah tebal lipatan kulit dari 4 bagian tubuh


3.5 Prosedur Kerja

3.5.1 Pengukuran berat badan

● Responden mengenakan pakaian biasa (usahakan dengan pakaian yang minimal).


Responden tidak menggunakan alas kaki.
● Dipastikan timbangan berada pada penunjukan skala dengan angka 0,03.
● Responden diminta naik ke alat timbang dengan berat badan tersebar merata pada
kedua kaki dan posisi kaki tepat di tengah alat timbang tetapi tidak menutupi jendela
baca.
● Diperhatikan posisi kaki responden tepat di tengah alat timbang, usahakan agar
responden tetap tenang dan kepala tidak menunduk (memandang lurus ke depan).
● Angka di kaca jendela alat timbang akan muncul, dan ditunggu sampai angka tidak
berubah (statis).
● Dibaca dan dicatat berat badan pada tampilan dengan skala 0.1 terdekat.
● Responden diminta turun dari alat timbang

3.5.2 Pengukuran tinggi badan

● Responden tidak mengenakan alas kaki (sandal/sepatu), topi (penutup kepala).


Posisikan responden tepat di bawah microtoise.
● Responden diminta berdiri tegak, persis di bawah alat geser.
● Posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan, pantat dan tumit menempel pada
dinding tempat microtoise di pasang.
● Pandangan lurus kedepan, dan tangan dalam posisi tergantung bebas dan menghadap
paha.
● Responden diminta menarik nafas panjang untuk membantu menegakkan tulang
rusuk. Usahakan bahu tetap santai.
● Gerakan alat geser sampai menyentuh bagian atas kepala responden. Pastikan alat
geser berada tepat di tengah kepala responden. Dalam keadaan ini bagian belakang
alat geser harus tetap menempel pada dinding.
● Dibaca angka tinggi badan pada jendela baca kearah angka yang lebih besar
(kebawah). Pembacaan dilakukan tepat di depan angka (skala) pada garis merah,
sejajar dengan mata petugas.
● Apabila pengukur lebih rendah dari yang diukur, pengukur harus berdiri di atas
bangku agar hasil pembacaannya benar. Catat tinggi badan pada skala 0,1 cm
terdekat.

3.4.3 Tebal Lemak Bawah Kulit (TLBK)

1). Subscapula Skinfold

● Subyek berdiri tegak dengan kedua lengan tergantung bebas pada kedua sisi tubuh.
● Tangan diletakkan kiri ke belakang.
● Untuk mendapatkan tempat pengukuran, pemeriksa meraba sca pula dan mencarinya
ke arah bawah lateral sepanjang batas vertebrata sampai menentukan sudut bawah
scapula.
● Subscapular skinfold ditarik dalam arah diagonal (infero-lateral) kurang lebih 450 ke
arah horizontal garis kulit. Titik scapula terletak pada bagian bawah sudut scapula.
● Caliper diletakkan 1 cm infero-lateral dari ibu jari dan jari telunjuk yang mengangkat
kulit dan subkutan dan ketebalan kulit diukur mendekati 0,1 mm.
● Baca dan catat hasil. Lakukan dua kali pengukuran.

2). Suprailiac Skinfold

● Subyek berdiri tegak dengan kedua lengan tergantung bebas pada kedua sisi tubuh.
● Tandai posisi pengukuran, yaitu di atas tulang iliac.
● Tarik lipatan kulit dan lapisan lemak di bawahnya secara diagonal.
● Pasang penjepit caliper dan biarkan 2 sampai 3 detik setelah penahan / pegas penjepit
caliper dilepas.
● Baca dan catat hasil. Lakukan dua kali pengukuran,kanan dan kiri.
Tabel 2. data pengukuran lemak

Subskapula Suprailiaka

No. Nama Skinfold Califer Skinfold Califer

1 2 Rata-rata 1 2 Rata-rata

3.6 Analisis Data

Analisis data pada penentuan status gizi antropometri ini dengan menginterpretasi
hasil pengukuran variabel antropometri dengan standar yang berlaku.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Indeks Masa Tubuh (IMT)

Indeks Masa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat atau cara
untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan (Supariasa, 2016). Indeks Masa Tubuh didefinisikan sebagai berat
badan seseorang dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter (kg/m2) (Irianto, 2017).
Komponen dari Indeks Massa Tubuh terdiri dari tinggi badan dan berat badan. Tinggi badan
diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa menggunakan alas kaki, kedua tangan
merapat kebadan, punggung menempel pada dinding serta pandangan lurus kedepan. Lengan
relaks dan bagian pengukur yang dapat digerakkan disejajarkan dengan bagian teratas kepala
dan harus diperkuat dengan bagian rambut yang tebal, sedangkan berat badan diukur dengan
posisi berdiri diatas timbangan berat badan (Arisman, 2014).

Berdasarkan praktikum yang dilakukan maka diperoleh data indeks masa tubuh
sebagai berikut :

Tabel 3. Hasil Indeks Masa Tubuh (IMT)

Kriteria Jumlah %

Obesitas II 2 5,88

Obesitas I 1 2,96

Overweight 3 8,82

Normal 22 64,70

Kurus 3 8,82

Sangat Kurus 3 8,82

Jumlah 34 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang memiliki kriteria


obesitas II sebanyak 2 responden, obesitas I sebanyak 1 responden, overweight sebanyak 3
responden, kriteria normal sebanyak 22 responden, kurus sebanyak 3 responden, dan sangat
kurus 3 responden.
Responden kriteria obesitas II, obesitas I dan overweight memiliki indeks masa tubuh
yang melebihi normalnya, hal ini diduga karena karena pola makan tidak sehat, dan
kurangnya aktivitas fisik. Menurut Mark (2016) Perilaku pola makan yang tidak sehat dapat
mempengaruhi proses metabolisme pengolahan makanan dan pembakaran kalori dalam tubuh
dalam mengatur berat badan. Menurut Garwati (2017) aktivitas fisik berpengaruh terhadap
berat badan dan IMT melalui proses pembakaran kalori yang dihasilkan dari berbagai
aktivitas fisik. Menurut Specogna (2017) aktivitas fisik sehari – hari seperti duduk, berdiri,
berjalan, dan tidur hanya dapat membakar sedikit kalori tubuh.

4.2 Lemak Tubuh

Lemak atau lipid adalah sekelompok besar molekul yang terdiri dari minyak, steroid,
malam (wax), dan senyawa terkait dengan sifat kimia yang lebih besar dari sifat fisiknya
sehingga saling terkait. Lemak umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut
organik seperti eter dan petroleum eter. Lemak merupakan sumber energi bagi tubuh. Energi
yang dihasilkan lemak 2,25 kali lebih besar daripada karbohidrat dan protein. Satu gram
lemak menghasilkan 9 kalori. Berat jenisnya lebih rendah dan pada air. Yang tergolong
sebagai lemak adalah lemak netral atau trigliserida dan lilin, sterol fosfolipid, ester asam
lemak, dan yang termasuk turunan lemak (Susanto dan Widyaningsih, 2014).

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh data lemak tubuh
sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil lemak tubuh Subscapula dan Suprailiaka

Subscapula Suprailiaka

No. Nama Skinfold Califer Skinfold Califer

1 2 Rata-rata 1 2 Rata-rata

1 Responden 1 41,4 39,4 40,4

2 Responden 2 40 39 39,5

3 Responden 3 29 30 29,5

4 Responden 4 36,2 38,4 36,2

5 Responden 5 44,8 47,7 46,2


6 Responden 6 40,1 39,6 39,8

7 Responden 7 18,2 18,3 18,2

8 Responden 8 45,5 41,2 43,3

9 Responden 9 24,7 34 29,4

10 Responden 10 29,3 32 30,7

11 Responden 11 31,1 28,8 29,9

12 Responden 12 24,8 25,1 24,9

13 Responden 13 20 16.1 18,1

14 Responden 14 25 27,6 26,4

15 Responden 15 28,4 26,6 27,5

16 Responden 16 27,9 18,4 23,1

17 Responden 17 25,6 21,8 24,1

18 Responden 18 38,6 29,8 34,2

19 Responden 19 18,3 12,8 15,5

20 Responden 20 37,6 35,2 36,4

21 Responden 21 29,5 36,6 32,9

22 Responden 22 22,5 28,7 25,6

23 Responden 23 13,4 10,9 12,1

24 Responden 24 29,5 26 27,7

25 Responden 25 30,1 40,9 35,5

26 Responden 26 14,3 22 18,1

27 Responden 27 37,5 37,8 37,6

28 Responden 28 36,8 32,3 34,5

29 Responden 29 29,6 30,8 30,2

30 Responden 30 18,1 24,7 21,4

31 Responden 31 36,5 29,8 33,1

32 Responden 32 27 29,4 28,2


33 Responden 33 38,6 36,8 37,7

34 Responden 34 29,1 30,3 29,7

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden 1 sampai 8 melakukan pengukuran
lemak pada bagian suprailiaka dengan responden berjenis kelamin laki laki. Pada responden 9
sampai 34 melakukan pengukuran lemak pada bagian subskapula dengan responden berjenis
kelamin Perempuan.

Pengukuran lemak bagian suprailiaka dan subskapula oleh responden oleh responden
1, 2, 4, 5, 6, 8, 20, 21, 25, 27, 28, 31 dan 33 yang memiliki bobot lebih lemak tubuh. Hal ini
disebabkan oleh kelebihan asupan kalori dan kurangnya aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas
fisik atau gaya hidup yang tidak aktif dan perilaku merupakan penyebab dan utama dalam
kejadian lemak berlebih. Selain kurangnya aktivitas mengkonsumsi junk food juga akan
mempengaruhi lemak berlebih. Karena itu menurut Sumael (2020), Aktivitas fisik merupakan
sesuatu hal yang penting karena akan membakar energi yang berada di dalam tubuh sehingga
jika ada asupan kalori yang masuk kedalam tubuh berlebihan dan tidak diseimbangi dengan
aktivitas fisik maka tubuh akan mengalami kegemukan.

Pengukuran lemak bagian suprailiaka dan subskapula oleh responden 3, 9, 10, 11, 12,
14, 15, 16, 17, 22, 24,29, 30, 32 dan 34 yang masuk dalam kategori ideal. Hal ini disebabkan
karena kalori yang dikonsumsi seimbang dengan kalori yang dikeluarkan. Menurut penelitian
Djufri (2016) mengatakan bahwa kalori yang seimbang dapat membuat berat badan tetap
stabil karena tubuh mengkonversi kalori yang masuk menjadi energi dalam bentuk lemak jika
dibutuhkan.

Pengukuran lemak bagian suprailiaka dan subskapula oleh responden 7, 13, 19, 23,
dan 26 yang masuk dalam kategori kurang dari ideal lemak tubuh. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya mengkonsumsi zat gizi dan kurangnya asupan lemak. Hal ini sesuai dengan
penelitian Firman (2018) yang menyatakan bahwa orang memiliki kekurangan asupan energi
maka beresiko terkena gizi kurang. Asupan zat gizi adalah salah satu faktor langsung yang
dapat mempengaruhi status gizi, selain itu status gizi dapat mempengaruhi terjadinya
penyakit infeksi sehingga dapat mengganggu penyerapan zat gizi dan menurunkan nafsu
makan (UNICEF, 2013).
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hasil Uji Indeks Masa Tubuh dapat disimpulkan bahwa dari 34 responden terdapat 2
orang yang memiliki kriteria obesitas tingkat II, 1 orang yang memiliki kriteria obesitas
tingkat I, 22 orang yang memiliki kriteria yang normal, 3 orang yang memiliki kriteria kurus,
dan terdapat 3 orang yang memiliki kriteria sangat kurus.

Berdasarkan data hasil lemak tubuh pada praktikum ini menunjukkan bahwa pada
responden 1 sampai 8 yang melakukan pengukuran lemak pada bagian suprailiaka merupakan
responden berjenis kelamin laki-laki. Responden 3 memiliki lemak tubuh yang ideal dan
responden 7 memiliki lemak tubuh yang kurang dari batas ideal lemak tubuh yaitu berkisar 25
sampai 32, sedangkan responden 1, 2, 4, 5, 6, dan 8 memiliki lemak tubuh yang melebihi
batas ideal. Sementara responden 9 sampai dengan 34 merupakan responden berjenis kelamin
perempuan yang melakukan pengukuran lemak pada bagian subskapula, responden 9, 10, 11,
12, 14, 15, 16, 17, 22, 24, 29, 30, 32, dan 34 memiliki lemak tubuh yang ideal, responden 18,
20, 21, 25, 27, 28, 31, dan 33 memiliki lemak tubuh yang melebihi batas ideal tubuh,
sedangkan responden 13, 19, 23, dan 26 memiliki lemak tubuh yang kurang dari batas ideal.
DAFTAR PUSTAKA

Arisman, MB. (2014). Buku Ajar Ilmu Gizi: Obesitas, Diabetes Mellitus, & Dislipidemia:
Konsep, teori dan penanganan aplikatif. Jakarta: EGC

Aritonang. (2013). Memantau Dan Menilai Status Gizi Anak. Yogyakarta: Leutika Books

Firman, A. N., & Mahmudiono, T. (2018). Kurangnya Asupan Energi Dan Lemak Yang
Berhubungan Dengan Status Gizi Kurang Pada Balita Usia 25-60 Bulan. The Journal of
Public Health, 13(1), 48-58 .

I Dewa Nyoman, dkk. (2018). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Istiany, Ari dan Rusilanti. (2013). Gizi Terapan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Ningsih, Suyanto, Restuastuti. (2016) GAMBARAN STATUS GIZI PADA SISWA SEKOLAH
DASAR KECAMATAN RANGSANG KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI, JOM FK
Volume 3 No. 2 Oktober 2016.

Santika Adi Ngurah Putu Gusti I, (2016) Pengukuran Tingkat Kadar Lemak Tubuh Melalui
Jogging selama 30 menit Mahasiswa PUTRA semester IV FPOK IKIP PGRI BALI. Jurnal
Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal. 89-98, Juni 2016

Sumael, dkk (2020) HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN OBESITAS DI


PUSKESMAS PANGOLOMBIAN. Vol.01, No.04 : November 2020 Jurnal Kesehatan
Masyarakat UNIMA Hal 30 - 36

Supariasa dkk. 2013. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta

Susantini, P. (2021). Hubungan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan Persen Lemak Tubuh, dan
Lemak Visceral di Kota Semarang. Jurnal Gizi, 10(1), 51.

UNICEF, 2013. Improving Child Nutrition. UNICEF : World Bank Publication


LAMPIRAN
PENILAIAN KONSUMSI PANGAN METODE RECALL

Oleh :

TIM PENGAMPU MATA KULIAH


KIMIA PANGAN DAN GIZI

1. Siti Aisa Liputo, S.Si, M.Si


2. Dr. Yoyanda Bait S.TP, M.Si

Disusun Oleh :

Febriyanti Ngadi

(651422003)

ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya penyusun dapat
menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul “PENILAIAN KONSUMSI PANGAN
METODE RECALL” dengan tepat waktu. Laporan disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah kimia pangan dan gizi.

Dalam proses penyusunan laporan ini penyusun menemui beberapa hambatan, namun
berkat dukungan materi dari berbagai pihak akhirnya penyusun dapat menyelesaikan laporan
ini dengan cukup baik. Oleh karena itu melalui kesempatan ini penyusun menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya laporan ini.

Harapan penyusun semoga laporan ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan bagi
pembaca lain pada umumnya oleh sebab itu saran dan kritik yang diberikan dengan senang
hati penyusun menerimanya.

Gorontalo, 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….

DAFTAR ISI………………………………………………………………………..

DAFTAR TABEL…………………………………………………………………

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..

1.1 Latar Belakang………………………………………………………

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………

1.3 Tujuan…………………………………………………………………

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………

2.1 Pangan…………………………………………………………………….

2.2 Konsumsi Panga……………………………………………………………

2.3 Food Recall…………………………………………………………..

BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………….

3.1 Waktu dan Tempat……………………………………………………..

3.2 Alat……………………………………………………………………..

3.3 Metode Percobaan…………………………………………………………

3.4 Parameter Uji…………………………………………………………….

3.5 Analisis Data……………………………………………………………

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………………

4.1 Food Recall……………………………………………………………..

BAB V PENUTUP…………………………………………………………………..

5.1 Kesimpulan………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..

LAMPIRAN………………………………………………………………………
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil food recall selama tiga hari……………………………………………….


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulir Food recall………………………………………………………

Lampiran 2. Dokumentasi makanan……………………………………………………


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Survei konsumsi pangan merupakan kegiatan pengukuran konsumsi makanan pada


tingkat individu, keluarga, maupun kelompok masyarakat dengan menggunakan metode
pengukuran yang terstruktur untuk menilai serta mengevaluasi asupan zat gizi. Survei
konsumsi pangan digunakan sebagai cara penilaian status gizi secara tidak langsung yang
bertujuan untuk memberikan informasi awal terkait kondisi asupan zat gizi pada saat ini dan
pada masa lalu sebagai cerminan untuk tolak ukur status gizi di masa yang akan datang
(Sirajuddin dkk, 2018).

Penggunaan metode pengukuran konsumsi makanan dimaksudkan untuk menilai dan


memonitor asupan zat gizi seperti memperkirakan kecukupan makanan dan zat gizi baik pada
individu maupun kelompok. Salah satu metode untuk pengukuran konsumsi makanan adalah
metode recall 1 x 24 jam yang merupakan kegiatan menggali dan menanyakan makanan serta
minuman apa saja, baik yang dimakan di dalam ataupun di luar rumah yang dikonsumsi
responden selama 24 jam yang telah berlalu. Metode recall 1 x 24 jam merupakan salah satu
metode pengukuran konsumsi makanan yang akurasinya bisa diandalkan namun memerlukan
tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam menggunakan alat bantu seperti Ukuran
Rumah Tangga dan Food Model (Kusharto dan Supariasa, 2014).

Menurut Sirajuddin, dkk (2018) titik kritis pada metode recall 1 x 24 jam adalah pada
tahap wawancara untuk mendapatkan deskripsi jumlah pangan yang sebenarnya dikonsumsi
responden, deskripsi tersebut biasanya dicatat dalam ukuran rumah tangga (URT). Kendala
yang sering muncul pada metode recall 1 x 24 jam adalah kesulitan dalam melakukan
estimasi dari porsi atau ukuran rumah tangga atau jumlah pangan yang dikonsumsi responden
ke dalam berat gram. Hal ini bisa terjadi karena ketidak jelasan gambaran atau deskripsi dari
porsi atau ukuran rumah tangga atau jumlah pangan yang dikonsumsi responden sehingga
sulit saat dilakukan estimasi ke dalam berat gram. Keterampilan dalam mendeskripsikan
jumlah pangan yang sebenarnya dikonsumsi responden harus dikuasai oleh calon ahli madya
gizi yang sering bergerak dalam survei konsumsi pangan di masyarakat.
Alat bantu yang digunakan untuk memperkirakan atau mengestimasi besar porsi
dalam pengukuran konsumsi makanan terdiri dari alat bantu dua dimensi dan tiga dimensi
seperti food photography, food model, atau food sampel. Penggunaan alat bantu bertujuan
untuk mendapatkan validitas yang tinggi dan hasil yang mendekati dengan apa yang
sesungguhnya dikonsumsi oleh responden (Widartika dan Sudja, 2014).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana konsumsi pangan individu dengan menggunakan metode food recall?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui konsumsi pangan individu dengan menggunakan metode food


recall.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pangan

Pangan adalah kebutuhan yang paling mendasar bagi kehidupan manusia (Fitriyani, et
al., 2019). Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 Pangan
adalah segala sesuatu mulai dari mata air alami pertanian, peternakan, hutan, perikanan,
peternakan, air dan barang, jika ditangani, yang ditetapkan sebagai makanan atau minuman
untuk pemanfaatan manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan mentah pangan, dan
lain-lain. bahan yang digunakan dalam perencanaan, persiapan, dan produksi makanan atau
minuman. Pangan memiliki nilai-nilai yang penting karena jika terjadi peningkatan harga
pangan akan berdampak pada penurunan konsumsi protein dan kalori (Prabowo, 2014).

Menurut FAO (2011) pangan adalah sesuatu yang dikonsumsi secara konsisten dalam
jumlah tertentu dan berubah menjadi bagian umum dari rutinitas makan yang berlebihan
sebagaimana menjadi sumber utama energi dan gizi yang dibutuhkan tubuh. Makna pangan
adalah bahan yang dimakan hari demi hari dalam memenuhi kebutuhan untuk perkembangan,
substitusi jaringan, pekerjaan, penunjang, dan pengaturan tindakan dalam tubuh (Maksum, et
al., 2019).

2.2 Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dimakan oleh individu atau
masyarakat dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan secara biologis, psikologis, maupun
status sosial. Konsumsi pangan merupakan kegiatan mendasar dan perilaku utama bagi
pemenuhan kebutuhan dasar individu dan rumah tangga. Konsumsi pangan sebagai bentuk
kegiatan sehari-hari yang akan mencerminkan gambaran pola konsumsi pangan dalam
memenuhi kecukupan pangan baik jumlah maupun kualitas pangan. Pola konsumsi dapat
dijadikan acuan dalam mengukur indikator kesejahteraan penduduk seperti status kesehatan
penduduk, status gizi penduduk, dan status kemiskinan penduduk. Kemiskinan berkaitan erat
dengan pemenuhan kebutuhan dasar baik pangan maupun non pangan. Besarnya proporsi
pengeluaran untuk konsumsi pangan terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga dapat
dijadikan sebagai indikator kemiskinan (Suhaimi, 2019).
Penilaian konsumsi pangan adalah metode yang dipakai untuk menghitung asupan zat
gizi perorangan dan keluarga yang bertujuan perumusan kebijakan, baik untuk pemerintah
dan petugas kesehatan di rumah sakit atau institusi lainnya. Penilaian konsumsi pangan
merupakan salah satu metode yang dipakai untuk mengetahui status gizi perorangan atau
kelompok. Pada awal 1940-an survei konsumsi, khususnya recall 24 jam digunakan secara
luas dalam penelitian gizi dan kesehatan. Di Indonesia, survei konsumsi pangan sudah sering
dipakai dalam penelitian di bidang gizi. Penilaian konsumsi pangan atau dapat disebut survei
konsumsi gizi. Survei konsumsi gizi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan sejumlah besar variable terkait dengan apa yang dimakan dan diminum
termasuk suplemen, jumlah dan variasi makanan, dan seberapa sering individu atau
sekelompok orang dalam periode singkat sehingga diketahui rata-rata asupan (intake) zat gizi
harian beserta kecukupannya.

Konsumsi makanan adalah semua makanan dan minuman yang dimakan dan diminum
dalam jangka waktu 24 jam. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas
hidangan. Kualitas hidangan menunjukan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh dalam
susunan hidangan. Sedangkan kuantitas menunjukan kuantum masing – masing zat gizi
terhadap kebutuhan tubuh. Konsumsi makanan yang seimbang dan cukup akan memberikan
manfaat bagi konsumen (tenaga kerja) untuk mencegah terjadinya resiko kekurangan maupun
kelebihan zat gizi khususnya zat gizi makro. Kekurangan atau kelebihan asupan zat gizi
makro akan mempengaruhi keadaan gizi seseorang terutama kadar glukosa.

2.3 Food Recall

Metode ingatan makanan (Food Recall 24 Jam) adalah metode yang fokus pada
kemampuan mengingat subjek terhadap seluruh makanan dan minuman yang telah
dikonsumsinya selama 24 jam terakhir. Kemampuan mengingat adalah menjadi kunci pokok
pada metode ini, Subjek dengan kemampuan mengingat lemah sebaiknya tidak menggunakan
metode ini, karena hasilnya tidak akan menggambarkan konsumsi aktualnya. Subjek dengan
kemampuan mengingat lemah antara lain adalah lanjut usia, dan anak di bawah umur. Khusus
untuk lanjut usia sebaiknya dihindari penggunaan metode ini pada mereka yang memasuki
phase amnesia karena faktor usia sedangkan pada anak di bawah umur biasanya di bawah 8
tahun atau di bawah 13 tahun. Usia antara 9-13 tahun sebaiknya metode ini harus didampingi
orang ibunya (Charlebois 2011 dalam ananda 2014).
Metode ini dilakukan dengan alat bantu minimal yaitu hanya menggunakan foto
makanan sudah dapat digunakan. Secara institusi ataupun secara individu. Beberapa metode
Survei Konsumsi Pangan tidak dapat dilakukan di tingkat komunitas tetapi dengan metode ini
keterbatasan itu dapat diatasi karena metode ini sangat luwes. Kesederhanaan metode ini
memerlukan cara yang tepat untuk mengurangi kesalahan. Cara yang dianggap paling baik
adalah mengikuti metode lima langkah dalam recall konsumsi makanan atau yang dikenal
dengan istilah Five Steps Multipass Method. Metode lima langkah ini adalah metode yang
paling sering digunakan pada berbagai penelitian konsumsi pangan. Metode lima langkah ini
diawali dengan daftar singkat menu makanan yang akan dikonsumsi. Daftar singkat inilah
yang kemudian dielaborasi untuk menguraikan jenis bahan makanan yang dikonsumsi oleh
subjek (amanda, 2015).
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan selama tiga hari, Di Laboratorium Ilmu Dan Teknologi
Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo.

3.2 Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu : Handphone dan alat tulis.

3.3 Metode Percobaan

Metode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu metode mengingat-ngingat (Recall
method) Metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang
dikonsumsi pada masa yang lalu. Metode recall makanan dilakukan dengan cara menimbang
dan bahan dan jenis makanan yang akan dikonsumsi selama tiga hari.

3.4 Parameter Uji

Prosedur pelaksanaan metode food recall adalah sebagai berikut:

1. Catatlah semua bahan makanan yang telah anda konsumsi pada masa yang lalu (Hari
kemarin dan 2 hari lalu).
2. Untuk pencatatan gunakan daftar isian seperti contoh formulir metode recall.

3.5 Analisis Data

Analisis data dalam praktikum ini adalah dengan cara menginterpretasikan hasil
formulir recall food makanan selama 3 x 24 jam, dan sesuai dengan standar kebutuhan energi
yang berlaku.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Food Recall

Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan
makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Pada dasarnya metode ini
dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada masa lalu
(Suharjo dkk, 1986 dalam Sisiliay, 2015).

Berdasarkan percobaan yang di lakukan maka diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil food recall Selama 3 hari

Nama Hari E (kkal) P (gr) L (gr) KH (gr) Kriteria

Responden 1 1435 53,77 38,43 234,94 Buruk

2 1458 72,44 43,57 136,33 Buruk

3 1323 43,03 38,91 157,4 Buruk

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden memiliki kriteria buruk pada
hari pertama, kedua, dan ketiga. Pada hari pertama energi yang di yang dihasilkan sebanyak
1,435 kkal, protein sebanyak 53,77 gr, lemak sebanyak 38,43 gr, Karbohidrat sebanyak
234,94 gr, dimana hal ini dikatakan memiliki kriteria buruk. Pada hari kedua responden
menghasilkan jumlah energi sebanyak 1,458 kkal, Protein sebanyak 72,44 gr, lemak sebanyak
43,57 gr, karbohidrat sebanyak 136,33 gr, hal ini dikatakan memiliki kriteria buruk. Pada hari
ketiga responden menghasilkan energi sebanyak 1,323 kkal, protein sebanyak 43,03 gr, lemak
sebanyak 38,91 gr, dan karbohidrat sebanyak 157,4 gr, hal ini dikatakan kriteria buruk.

Pada tiga hari berturut-turut responden dikatakan memiliki kriteria gizi buruk, hal ini
karena responden kurang mengkonsumsi makanan yang memiliki gizi baik. Hal ini sesuai
dengan penelitian Laswati (2017) yang menyatakan bahwa kurangnya asupan zat gizi akan
menyebabkan seseorang mengalami defisit dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, dan salah
satu konsekuensinya adalah menjadi rentan akan serangan penyakit, yang apabila terjadi akan
memperburuk status gizinya..

Pengaruh gangguan gizi pada masa ini sangat luar biasa karena pengaruhnya tidak
hanya terhadap perkembangan fisik, tetapi juga yang lebih penting terhadap perkembangan
kognitif yang nantinya berpengaruh terhadap kecerdasan dan ketangkasan berpikir dan
terhadap produktivitas kerja. Kekurangan gizi pada masa ini juga dikaitkan dengan resiko
terjadinya penyakit kronis pada usia dewasa yaitu obesitas, hipertensi, penyakit jantung,
stroke dan diabetes atau penyakit tidak menulat (PTM) lainnya.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum ini dapat disimpulkan bahwa kebutuhan energi harian mulai
dari jumlah kalori hari pertama, kedua, dan ketiga memiliki kriteria yang buruk, sehingga
kalori,protein,lemak dan karbohidrat yang dihasilkan belum tercukupi atau masih kekurangan
kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Fitriyani, Adyatma, S. & Kumalawati, R., 2019. Analisis Tingkat Ketahanan Pangan
Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. JPG (Jurnal Pendidikan Geografi), 5(3), pp.
20-27.

Kusharto, C.M., I.D.N Supariasa. (2014). Survei Konsumsi Gizi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Laswati Titin Dyah, (2017) Masalah gizi dan Peran Gizi Seimbang. AGROTECH, Vol 2, No.
1 November 2017

Maksum, Dkk. (2019). “strategi dinas ketahanan pangan dalam meningkatkan ketahanan
pangan kota samarinda”. E-journal pemerintah integrative, 7(4), pp. 570-581

Sirajuddin, Surmita, Tri A (2018), Survei Konsumsi Pangan, Kementerian Kesehatan RI.

Suhaimi. (2019) Pangan, Gizi dan Kesehatan. Deepublish CV Budi Utama. Yogyakarta

Widartika & Sudja, A. (2014). Kualitas Estimasi Makanan menggunakan food Models dan Food
Photograph memberikan Hasil yang Sama. Vol 7 No 1 (2014): Jurnal Riset Kesehatan
LAMPIRAN
FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM

Nama : Febriyanti Ngadi

Umur :19 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

BB / TB : 56 / 147 cm

Hari/Tanggal : Sabtu, 02 Desember 2023

Waktu Banyaknya Zat Gizi


makan Nama
(Jam) Makanan Jenis URT Gram/ E P L KH
ml (kkal) (gr) (gr) (gr)

Pagi Mie Ayam Mie 1 prsi 70 297 7 13 42


(09:00)
Daging ayam 1 ptg 100 230 23,5 12,4 6

Sayur 1 100 23 2,86 0,39 3,63


Bayam porsi

Air 2 gls 500 0 0 0 0

Siang Manisan Pepaya 1 prsi 100 39 0,61 0,14 9,81


(13:00) Pepaya
Air 1 gls 250 0 0 0 0
ml

Gula 5 sdm 75 300 0 0 100


Mangga Mangga 1 bh 150 107 1 0,6 24

Malam Nasi ikan Nasi putih 1 100 130 2,4 0,2 28,6
(19:00) goreng porsi
dan
kangkung Ikan goreng 1 ptg 85 211 13 11 15

Kangkung 1 prsi 100 98 3,4 0,7 3,9

Air 3 gls 750 0 0 0 0

TOTAL 1.435 53,77 38,43 234,94

KEBUTUHAN 2514,8 141,7 69,8 345,7

PRESENTASI DEFISIT (%) 57,1% 37,9% 55,1 % 67,9%

KRITERIA Buruk Buruk Buruk Buruk


Hari/Tanggal : Minggu, 03 Desember 2023

Banyaknya Zat Gizi


Waktu Nama
makan Makanan Jenis URT Gram/ E P L KH
(Jam) ml (kkal) (gr) (gr) (gr)

Pagi Nasi, Ikan Nasi putih 1 prsi 100 130 2,4 0,2 28,6
(09:00) goreng,
kangkung Ikan Goreng 1 ptg 85 211 13 11 15

Kangkung 1 prsi 100 98 3,4 0,7 3,9

Air 2 gls 500 0 0 0 0

Siang Mie Instan Mie Instan 1 bks 75 250 0,61 0,14 9,81
(13:00) + Telur
Air 1 gls 250 ml 0 0 0 0

Telur 1 btr 50 93 6,48 7,33 0,42

Mangga 1 bh 150 107 1 0,6 24


Mangga

Malam Nasi Nasi putih 1 prsi 100 130 2,4 0,2 28,6
(19:00) Ayam
Geprek Daging 1 ptg 100 230 23,5 12,4 6
Ayam

Tempe 2 ptg 50 164 19 11 9

Air 3 gls 750 0 0 0 0

Timun 1 ptg 25 45 0,65 0 11

TOTAL 1.458 72,44 43,57 136,33

KEBUTUHAN 2514,8 141,7 69,8 345,7

PRESENTASI DEFISIT (%) 57,9% 51,1% 62,42 39,4%


%

KRITERIA Buruk Buruk Buruk Buruk


Hari / Tanggal : Senin, 04 Desember 2023
Banyaknya Zat Gizi
Waktu Nama
makan Makanan Jenis URT Gram/ E P L KH
(Jam) ml (kkal) (gr) (gr) (gr)

Pagi Nasi, Ikan Nasi putih 1 prsi 100 130 2,4 0,2 28,6
(09:00) goreng,
kangkung Ikan Goreng 1 ptg 85 211 13 11 15

Kangkung 1 prsi 100 98 3,4 0,7 3,9

Air 3 gls 750 ml 0 0 0 0

Siang Nasi, Ikan Nasi putih 1 prsi 100 130 2,4 0,2 28,6
(13:00) goreng,
kangkung Ikan Goreng 1 ptg 85 211 13 11 15
+ Kerupuk
Kangkung 1 prsi 100 98 3,4 0,7 3,9

Kerupuk 1 ptg 15 65 0,83 2,11 10,4

Air 3 gls 750 ml 0 0 0 0

Malam Mie Mie goreng 1 bks 80 380 8 12 52


(19:00) Instan

TOTAL 1.323 43,03 38,91 157,4

KEBUTUHAN 2514,8 141,7 69,8 345,7

PRESENTASI DEFISIT (%) 52,6% 30,3% 55,7 % 45,5%

KRITERIA Buruk Buruk Buruk Buruk

Anda mungkin juga menyukai