Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU GIZI

PENGUKURAN ANTROPOMETRI

HALAMAN JUDUL

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TOMPOTIKA LUWUK BANGGAI

TAHUN 2023

1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN ANTROPOMETRI
DI RUANG KELAS EKONOMI
(LANTAI 2 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT)

Semester Genap TA 2023

Disusun oleh :

Susanti Day (2213201014)

Menyetujui,
Luwuk, 10 Agustus 2023
Dosen Praktikum

MARSELINA SATTU, SKM, M.Kes


NIDN :

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... 1
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................. 4
B. Tujuan Praktikum ......................................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 6
A. Antropometri ................................................................................................ 6
B. IMT (Indeks Masa Tubuh) ........................................................................... 8
C. LP (Lingkar Perut) ..................................................................................... 10
D. LILA (Lingkar Lengan Atas) ..................................................................... 10
BAB III METODE PRAKTIKUM ....................................................................... 13
A. Waktu ......................................................................................................... 13
B. Tempat ....................................................................................................... 13
C. Alat ............................................................................................................. 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 14
A. Hasil Praktikum .......................................................................................... 14
B. Pembahasan ................................................................................................ 16
BAB V PENUTUP................................................................................................ 19
A. Kesimpulan ................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering
digunakan adalah antropometri gizi. Dewasa ini dalam program gizi
masyarakat, pemantauan status gizi anak balita menggunakan metode
antropometri, disamping itu pula, kegiatan penapisan status gizi
masyarakat selalu menggunakan metode tersebut. Antropometri
merupakan salah satu metode yang dapat dipakai secara universal, tidak
mahal, dan metode yang non invasif untuk mengukur ukuran, bagian, dan
komposisi dari tubuh manusia. Antropometri dapat mencerminkan
kesehatan dan kesejahteraan dari individu dan populasi, serta untuk
memprediksi performa, kesehatan, dan daya tahan hidup. (Supariasa,
2012).
Antropometri penting untuk kesehatan masyarakat dan juga secara
klinis yang dapat mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan sosial dari
individu dan populasi. Aplikasi antropometri mencakup berbagai bidang
karena dapat dipakai untuk menilai status pertumbuhan, status gizi dan
obesitas, identifikasi individu, olahraga, militer, teknik dan lanjut usia.
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya
tubuh dan metros artinya ukuran, antropometri adalah ukuran dari tubuh.
Antropometri gizi adalah pengukuran yang berhubungan dengan berbagai
macam dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Umumnya, antropometri digunakan untuk mengukur status
gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi.
(Supariasa, 2012).
Praktikum Penentuan Status Gizi dengan metode antropometri
sangat penting dilakukan khususnya bagi mahasiswa Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk Banggai, agar dapat

4
mengetahui bagaimana cara penentuan status gizi dengan antropometri dan
variabel apa saja yang dibutuhkan.

B. Tujuan Praktikum
1) Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pengukuran dengan benar berbagai
jenis parameter antropometri.
2) Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran berat badan, panjang
badan, dan tinggi badan.
b. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran lingkar perut
c. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran lingkar lengan atas
(LILA).

5
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Antropometri
Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran
tubuh manusia dan digunakan untuk menilai status gizi. ukuran yang
sering digunakan adalah berat badan dan tinggi badan, selain itu juga
ukuran tubuh lainnya seperti lingkar lengan atas, lapisan lemak bawah
kulit, tinggi lutut, lingkar perut, lingkar pinggul. Ukuran-ukuran
antropometri tersebut bisa berdiri sendiri untuk menentukan status gizi
dibanding baku atau berupa indeks dengan membandingkan dengan
ukuran lainnya seperti BB/U, BB/TB, dan TB/U. (Sandjaja,2009).
Antropometri sangat umum digunakan utuk mengukur status gizi
dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi.
Pengukuran antropometri ada 2 tipe yaitu: pertumbuhan dan ukuran
komposisi tubuh yang dibagi menjadi pengukuran lemak tubuh dan massa
tubuh yang bebas lemak. Pengukuran berat badan menurut umur pada
umumnya untuk anak merupakan cara standar yang digunakan untuk
menilai pertumbuhan. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan
jumlah air dalam tubuh. Adapun beberapa syarat yang mendasari
penggunaan antropometri ini adalah (Supariasa,2012):
1) Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar
lenganatas, mikrotoa, dan alat pengukur panjang bayi yang dapat
dibuat sendiri dirumah.
2) Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan
objektif. Contohnya apabila terjadi kesalahan pada pengukuran
lingkar lengan atas pada anak balita maka dapat dilakukan
pengukuran kembali tanpa harus persiapan alat yang rumit.

6
3) Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus
professional, juga oleh tenaga lain setelah dilatih untuk itu.
4) Biaya relatif murah, karena alat mudah didapat dan tidak
memerlukan bahan-bahan lainnya.
5) Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas (cut
off points) dan baku rujukan yang sudah pasti.
6) Secara ilmiah diakui kebenaraya. Hampir semua negara
mengguakan antropometri sebagai metode untuk mengukur status
gizi masyarakat, khususnya untuk penapisan (screening) status gizi.

Di samping keunggulan metode antropometri tersebut, terdapat


pula beberapa kelemahan seperti :

1) Tidak sensitif, Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam
waktu singkat dan tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi
tertentu seperti Zinc dan Fe.
2) Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan
energi) dapat menurukan spesifitas dan sensifitas pengukuran
antropometri.
3) Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi
presisi, akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi.
4) Kesalahan terjadi karena:
a. Pengukuran
b. Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi
jaringan
c. Analisis dan asumsi yang keliru.
5) Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan:
a. Latihan petugas yang tidak cukup
b. Kesalahan alat atau alat tidak ditera
c. Kesulitan pengukuran

Indikator antropometri antara lain berat badan (BB), Tinggi Badan


(TB), Lingkar Lengan Atas (LILA), dan Lapisan Lemak Bawah Kulit

7
(LLBK). Pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan
dalam bentuk indeks, misalnya berat badan menurut umur (BB/U), tinggi
badan menurut umur (TB/U) atau berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB), lingkar lengan atas menurut umur (LILA/U) dan sebagainya.
(Barasi,2008).

B. IMT (Indeks Masa Tubuh)


IMT merupakan alat yang sangat sederhana untuk memantau status
gizi orang khususnya yang berkaitan kekurangan dan kelebihan berat
badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan
seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang. Indikator
IMT/U hampir sama dengan BB/PB atau BB/TB.

IMT berguna sebagai indikator untuk menentukan adanya indikasi


kasus KEK (Kurang Energi Kronik) dan kegemukan (obesitas). Untuk
memperoleh pengukuran TB yang tepat pada lansia cukup sulit karena
masalah postur tubuh, kerusakan spinal, atau kelumpuhan yang
menyebabkan harus duduk di kursi roda atau di tempat tidur. Beberapa
penelitian menunjukkan perubahan TB lansia sejalan dengan peningkatan
usia dan efek beberapa penyakit seperti osteoporosis. Pengukuran tinggi
badan lansia tidak dapat diukur dengan tepat sehingga untuk mengetahui
tinggi badan lansia dapat dilakukan dari prediksi tinggi lutut (knee height),
(Barasi,2008).
IMT dihitung dengan pemberian berat badan (dalam kg) oleh
tinggi badan (dalam) pangkat dua. Zaman sekarang IMT banyak
digunakan di rumah sakit untuk mengukur statusgizi pasien karena IMT
dapat memperkirakan ukuran lemak tubuh yang sekalipun hanya estimasi
tetapi lebih akurat daripada pengukuran berat badan saja. Rasio berat
untuk tinggi menunjukkan berat badan dalam kaitannya dengan tinggi dan
sangat berguna untuk menyediakan ukuran kelebihan berat badan dan
obesitas dalam populasi orang dewasa. (Hartono,2008).

8
Tabel 2.1 Batas Ambang IMT Untuk Indonesia

Kategori IMT
Kurus Kekurangan BB Tingkat Berat < 17,0
Kekurangan BB Tingkat Ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0

Gemuk Kelebihan BB tingkat Ringan 25,1 – 27,0


Kelebihan BB tingkat Berat > 27,0
Sumber: P2PTM Kemenkes RI 2019

Gizi kurang akut biasanya mudah untuk dideteksi, berat badan


anak akan kurang dan kurus mereka akan memiliki tinggi badan yang
tidaksesuai dengan grafik pertumbuhan dan meningkatnya resiko terkena
infeksi. Gizi kurang yang kronik lebih sulit diidentifikasi oleh suatu
komunitas anak akan tumbuh lebih lambat dari pada yang
diharapkan baik dari segi berat badan maupun tinggi badan, dan tidak keli-
hatan terlalu kurus, namun pemeriksaan berat bdan dan tinggi badan
akanmenunjukkan bahwa mereka memiliki berat yang kurang pada
grafik pertumbuhan anak misalnya kerdil. Gizi kurang kronik dapat mem-
pengaruhi perkembangan otak dan psikologi anak dan meningkatkan
resiko terkena infeksi. Perempuan yang kurang makan(kurang gizi)
punya kecenderungan untuk melahirkan anak dengan berat badan rendah
yang punya resiko lebih besar terkena infeksi (Gibson,2005).

9
C. LP (Lingkar Perut)
Banyaknya lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa
perubahan metabolism, termasuk terhadap insulin dan meningkatnya
produksi asam lemak bebas, dibandingkan dengan banyaknya lemak
bawah kulit pada kaki dan tangan. Perubahan metabolisme memberikan
gambaran tentang pemeriksaan penyakit yang berhubungan dengan
perbedaan distribusi lemak tubuh.
Pengukuran lingkar perut kini menjadi metode paling popular
kedua setelah IMT untuk menemukan status gizi. Cara pengukuran lingkar
perut ini dapat membedakan obesitas menjadi jenis abdominal (obesitas
tipe android) dan perifer (obesitas tipe ginoid). Pengukuran lingkar perut
lebih memberi arti dibandingkan dengan IMT dalam menentukan
timbunan lemak didalam rongga perut (obesitas sentral) karena
peningkatan timbunanlemak diperut tercermin dari meningkatnya lingkar
perut (Gotera,2006).

Tabel 2.2 Standar Obesitas sentral berdasarkan lingkar perut

Klasifikasi Laki-laki Perempuan


WHO 2000 > 94 cm > 80 cm
Eropa > 102 cm > 88 cm
Asian Pasifik > 90 cm > 80 cm
Sumber: WHO, 2000.

D. LILA (Lingkar Lengan Atas)


Pengukuran lingkar lengan atas dapat memberikan gambaran
tentang keadaan jaringan otot dan lapisan bawah kulit. Lingkar lengan atas
biasanya digunakan untuk mengidentifikasi adanya malnutrisi pada anak-
anak. Pada ibu hamil lingkar lenganatas digunakan untuk memprediksi
kemungkinan bayi yang dilahirkan berat badan lahir rendah.
(Hartono,2008).

10
Tabel 2.3 Klasifikasi LILA
Klasifikasi Batas Ukur
Wanita Usia Subur
KEK < 23,5 cm
Normal ≥ 23,5 cm
Bayi Umur 0-30 Hari
KEP < 9,5 CM
Normal ≥ 9,5 cm
Balita
KEP < 12,5 cm
Normal ≥ 12,5 cm
Sumber: (Sirajuddin,2012)

Tabel 2.4 Klasifikasi % LILA

Underweight Lebih Dari 120%


Normal 110% - 120%
Overweight 90% - 110%
Obesitas Kurang Dari 90%

Pengukuran lingkar lengan atas dapat menentukan apakah


seseorang menderita KEK atau tidak. LILA < 23,5 maka beresiko terkena
KEK. Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja
putri mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung
lama atau menahun. Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah
keadaan dimana remaja putri mempunyai kecenderungan menderita KEK.
Kurang gizi akut disebabkan oleh tidak mengkonsumsi makanan dalam
jumlah yang cukup atau makanan yang baik untuk satu periode tertentu
untuk mendapatkan tambahan kalori dan protein (untuk melawan) muntah

11
dan mencret (muntaber) dan infeksi lainnya. Gizi kurang kronik
disebabkan karena tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang
cukup atau makanan yang baik dalam periode yang lama untuk
mendapatkan kalori dan protein dalam jumlah yang cukup, atau juga
disebabkan menderita muntaber atau penyakit kronis lainnya.
(Hartono,2008).

12
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu
Praktikum ini dilaksanakan pada Senin, 8 Agustus 2023.

B. Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di Ruang Kelas Ekonomi yang berada pada
lantai 2 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk
Banggai.

C. Alat
1. Stature Meter (Meteran pengukur tinggi badan)
2. Timbangan Berat Badan
3. Pita LILA
4. Pita Meteran

13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

No Nama TB BB LP LILA
1 Susan 1,61 cm 47 Kg 63 cm 21 cm
2 Riris 1,47 cm 51 Kg 69 cm 23 cm
3 Iin 1,53 cm 50 Kg 66 cm 24 cm
4 Arzeti 1,58 cm 50 Kg 66 cm 23 cm
5 Sifa 1,65 cm 58 Kg 70 cm 23 cm

Perhitungan:

1. Responden
➢ Nama : Susanti Day
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 18 Tahun

IMT = BB (kg) / TB (m2)


= 47 kg / 1,61 m2
= 47 kg / 1,61 × 1,61
= 47 / 2,59
= 18,1 (Underweigth / Kurus)
LP = 63 cm (Berdasarkan Tabel 2.2 Normal)
LILA = 21 cm (Berdasarkan Tabel 2.3 KEK)

➢ Nama : Riris Dyah Savitri Sollitan


Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 22 Tahun

14
IMT = BB (kg) / TB (m2)
= 51 kg / 1,47 m2
= 51 kg / 1,47 × 1,47
= 51 / 2,16
= 23,6 (Normal)
LP = 69 cm (Berdasarkan Tabel 2.2 Normal)
LILA = 23 cm (Berdasarkan Tabel 2.3 KEK)

➢ Nama : Iin Yulfarisna Kadange


Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 20 Tahun

IMT = BB (kg) / TB (m2)


= 50 kg / 1,53 m2
= 50 kg / 1,53 × 1,53
= 50 / 2,34
= 21,3 (Normal)
LP = 66 cm (Berdasarkan Tabel 2.2 Normal)
LILA = 24 cm (Berdasarkan Tabel 2.3 Normal)

➢ Nama : Arzeti Bilbina


Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 19 Tahun

IMT = BB (kg) / TB (m2)


= 50 kg / 1,58 m2
= 50 kg / 1,58 × 1,58
= 50 / 2,49
= 20,0 (Normal)

15
LP = 66 cm (Berdasarkan Tabel 2.2 Normal)
LILA = 23 cm (Berdasarkan Tabel 2.3 KEK)

➢ Nama : Sifa Fitriani Soamole


Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 17 Tahun

IMT = BB (kg) / TB (m2)


= 58 kg / 1,65 m2
= 58 kg / 1,65 × 1,65
= 58 / 2,72
= 21,3 (Normal)
LP = 70 cm (Berdasarkan Tabel 2.2 Normal)
LILA = 23 cm (Berdasarkan Tabel 2.3 KEK)

B. Pembahasan
1. Status Gizi Berdasarkan IMT

Berdasarkan pengukuran yang dilakukan, subjek / responden


perempuan memiliki:

Nama BB TB
Susan 47 kg 1,61 cm
Riris 51 kg 1,47 cm
Iin 50 kg 1,53 cm
Arzeti 50 kg 1,58 cm
Sifa 58 kg 1,65 cm

16
Jika dihitung dengan menggunakan rumus IMT maka dapat
di peroleh:

IMT = Susan : 18,1

Riris : 23,6

Iin : 21,3

Arzeti : 20,0

Sifa : 21,3

Menurut Asia Pasific Persperive, IMT dengan ambang batas 18,5-


25,0 termasuk golongan normal. Hal ini menunjukkan bahwa subjek
/ responden tersebut salah satunya masih ada yang tergolong status
gizi tidak normal dan keempat responden lainnya sudah tergolong
normal karena berada diantara ambang batas tersebut.

Dengan status gizi normal yang dimiliki beberapa subjek di


atas diharapkan agar tetap menjaga intake gizi sehingga terhindar
dari berbagai penyakit dan untuk subjek yang masih belum normal
diharapkan untuk lebih mengonsumsi makanan yang difortifikasi
tinggi energi dan protein, minum minuman yang tinggi kalori, serta
mengonsumsi suplemen. Tinggi badan (TB) merupakan komponen
beberapa indicator statusgizi sehingga pengukuran TB seseorang
secara akurat sangatlah penting untuk menentkan nilai IMT. Berat
badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi,
depresi, anemia, dan juga diare sedangkan berat bdan lebih akan
meningkatkan resiko terhadap penyakit degenerative seperti jantung,
diabetes mellitus, hipertensi, dan gangguan sendi.

2. Status Gizi Berdasarkan Lingkap Perut (LP)

Bedasarkan pengukuran yang dilakukan serta berdasarkan


klasifikasi Tabel 2.2 Standar Obesitas sentral berdasarkan lingkar

17
perut, semua subjek / responden diatas mempunya lingkar perut <80
cm termasuk dalam kategori normal, sehingga tidak beresiko
terhadap kejadian penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus.

3. Status Gizi Berdasarkan Lingkar Lengan Atas (LILA)

Berdasasarkan pengukuran yang dilakukan dipeoleh data


LILA yaitu:

Responden:

Nama LILA
Susan 21 cm
Riris 23 cm
Iin 24 cm
Arzeti 23 cm
Sifa 23 cm

Berdasarkan Tabel 2.3 Klasifikasi Wanita usia subur


terbagi dua yaitu: KEK (Kekurangan Energi Kronis) dengan batas
ukur <23,5 dan Normal dengan batas ukur ≥23,5. Bagi yang Berada
dibawah <23,5 memiliki resiko KEK dimana KEK ini Disebabkan
Karena kurangnya intake energi atau zat makro. Dari kesimpulan di
atas maka dapat dikatakan bahwa dari lima responden diatas satu
diantaranya normal dan empat responden lainnya mengalami KEK.

18
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Berdasarkan penilaian status gizi secara antropometri dapat dihitung
dengan menggunakan rumus indeks masa tubuh atau yang biasa
disebut dengan istilah IMT atau BMT (Body Masa Indeks).
2. Berdasarkan perhitungan indeks masa tubuh (IMT) dari lima
responden diperoleh satu diantaranya memiliki status gizi kurang serta
dikategorikan underweight/kurus dan empat diantaranya memiliki
status gizi normal.
3. Berdasarkan pengukuran lingkar perut (LP) semua subjek / responden
diatas mempunya lingkar perut <80 cm termasuk dalam kategori
normal, sehingga tidak beresiko terhadap kejadian penyakit
kardiovaskular dan diabetes melitus.
4. Berdasarkan pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dari lima
responden diperoleh satu diantaranya normal dan empat responden
lainnya mengalami KEK.

19
DAFTAR PUSTAKA

Asmavuni. (2007). Kegemukan (Overweight) pada perempuan umur 25-50 tahun


(dikota Padang Panjang Tahun 2007). Kesehatan Masyarakat. 11: 14-38.
Barasi. Marv E. (2008). At A Glance Ilmu Gizi. Jakarta Erlangga.
Gibson. Rosalind S. (2005). Principles Nutritional Assesment. Oxford: University
Press.
Hartono, Adi. (2007). Pengaruh Faktor Usia. Status Gizi dan Pendidikan Terhadap
International Prostat Symtom pada Penderita Hiperplasia. Cermin Dunia
Kedokteran. XI: 678-745.
Sirajuddin, Saifuddin. 2011. Penentuan Praktikum Penilaian Status Gizi secara
Biokimia dan Antropometri. Makasar: Universitas Hasanuddin.

20

Anda mungkin juga menyukai