NIM : P10120020
KELAS : B KESMAS
Antropometri menurut Hinchiliff (1999) adalah pengukuran tubuh manusia dan bagain-
bagianya dengan maksud untuk membandingkan dan menentukan norma-norma untuk jenis
kelamin, usia, berat badan, suku bangsa, dll. Sedangkan Antropometri menurut Stevenson (1989)
dan Nurmianto (1991) adalah suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan
karakteristik tubuh manusia berupa ukuran, dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk
penanganan masalah design.
Jadi Penilaian status gizi dengan metode antropometri adalah menjadikan ukuran tubuh
manusia sebagai alat menentukan status gizi manusia. Dimana Konsep dasar yang harus dipahami
dalam menggunakan antropometri secara antropometri adalah konsep dasar pertumbuhan.
Baku antropometri yang digunakan di Indonesia adalah WHO-NCHS. Berdasarkan buku
Harvard status gizi dapat dibagi menjadi 4 yaitu:
Selain manfaat diatas ada beberapa kelebihan dalam menggunakan metode antropometri
dalam penilaian status gizi yaitu:
1. Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah yang besar.
2. Tepat dan akurat karena dapat dibakukan.
3. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau.
4. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang dan buruk karena sudah ada
ambang batas yang jelas.
5. Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu atau dari satu generasi ke
genrasi berikutnya.
6. Dapat digunakan untuk penapisan kelompok rawan gizi.
Walaupun memiliki banyak kelebihan, metode antropometri ini juga memiliki banyak
kekurangan yaitu diantaranya :
1. Kurang sensitif/peka karena status gizi tidak dapat diidentifikasi dalam waktu singkat.
2. Kekurangan zat gizi spesifik seperti zat besi tidak dapat dideteksi.
3. Spesifisitas dan sensitivitas metode antropometri menurun
4. Kesalahan pengukuran dan kekeliruan analisis dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan
validitas metode antropometri.
5. Tidak dapat dibedakan apakah perubahan pertumbuhan dan komposisi tubuh yang terjadi