Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN INDIVIDU

PRAKTIK KEBIDANAN DASAR


PENGUKURAN ANTROPOMETRI

Oleh :
RADIA AGUSTA
NIM. 119019

AKADEMI KEBIDANAN ANUGERAH BINTAN TANJUNG PINANG


TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunianya kepada kami sebagai penyusun sehingga berhasil menyelesaikan makalah
Antropometri ini tepat pada waktunnya

Makalha ini saya buat dalam rangka memenuhi tugas Praktek Kebidanan Dasar(PKD)

Saya ucapkan terimakasih untuk ibu Putri Yurinti selaku dosen pembimbung yang telah
membimbing kami

Dalam penyusunan makalah ini saya menyadari masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi. Untuk itu dengan hati terbuka saya penyusun menerima teguran
dan kritikan yang ikhlas serta membangun dari semua pihak dalam penyempurnaan makalah
yang akan datang

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................4
1.2 Tujuan.........................................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................5
ISI..........................................................................................................................................................5
2.1 Pengukuran Status Gizi...............................................................................................................5
2.2 Definisi Antropometri.................................................................................................................7
2.3 Ruang Lingkup Antropometri......................................................................................................7
2.4 Parameter Pengukuran Antropometri........................................................................................10
2.5 Metode Pengukuran Antropometri............................................................................................12
2.6 Indeks Antropometri..................................................................................................................21
BAB III...............................................................................................................................................26
PENUTUP...........................................................................................................................................26
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................26
3.2 Saran..........................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................27

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Antropometri adalah suatu cabang ilmu antropologi fisik yang mempelajari tentang teknik
pengukuran tubuh manusia meliputi cara untuk mengukur dan melakukan pengamatan pada
manusia yang meliputi tulang rangka dan organ-organ tubuh manusia dengan metode dan alat
tertentu. Antropologi juga dipakai dalam mengikuti pertumbuhan dan perkembangan post-
natal, mendeteksi kelainan, meramal pertumbuhan selanjutnya pada waktu dewasa.
(Waspadji, 2010 dalam EPN Ilma, 2013). Menurut Indrianti (2010:2), anthropometri berasal
dari “anthro” yang berarti manusia dan “metron” yang berarti ukuran. Secara definitif
anthropometri dinyatakan sebagai suatu studi yang menyangkut pengukuran dimensi tubuh
manusia dan aplikasi rancangan yang menyangkut geometri fisik, massa, kekuatan dan
karakteristik tubuh manusia yang berupa bentuk dan ukuran. Manusia pada dasarnya akan
memiliki bentuk, ukuran tinggi dan berat yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan–pertimbangan ergonomis
dalammemerlukan interaksi manusia. (Antropometri, 2015). Laporan FAO/WHO/UNU tahun
1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan
nilai Body Mass Index atau yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi Indeks
Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka
mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai harapan
hidup lebih panjang (Supariasa dkk., 2001 dalam EPN Ilma, 2013). Dewasa ini kelebihan
berat badan sudah menjadi hal biasa baik di negara maju maupun di negara yang sedang
berkembang. Masalah berat badan seperti obesitas merupakan masalah yang sangat
kompleks. Hal tersebut patut mendapat perhatian karena kelebihan berat badan dapat memacu
berbagai kelainan kardiovaskuler terutama stroke, penyakit jantung, diabetes, kelainan
muskuloskeletal, dan beberapa kanker. Salah satu kelainan kardiovaskuler yang terpenting
adalah hipertensi. Menurut data WHO (2007) Sekitar 75% hipertensi secara langsung
berhubungan dengan kelebihan berat badan. (EPN Ilma, 2013). Pembaharuan data ukuran
antropometri berkaitan erat dengan metode ukur antropometri. Kroemer (2006)
mengemukakan saat ini pengukuran dimensi konvensional menjadi alternatif yang sering
dilakukan mengingat pengukuran tersebut menghabiskan waktu dan tingkat error yang tinggi.
Oleh karena itu dibutuhkan 2 pengembangan metode pengukuran antropometri yang lebih
efektif, mudah, dan efisien. Ide ini menjadi gagasan untuk membuat estimasi parameter
khususnya pada antropometri anak. (Antropometri, 2013)
4
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui Status Gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh.
2. Untuk mengetahui berat badan dan tinggi badan mahasiswa.
3. Untuk mengetahui lingkar lengan atas.
4. Untuk mengetahui lingkar perut.

BAB II
ISI
2.1 Pengukuran Status Gizi
Pengukuran status gizi terbagi menjadi dua, yakni pengukuran secara langsung dan
pengukuran secara tidak langsung. (Cara Menentukan Status Gizi, 2016)

A. Pengukuran Gizi Secara Langsung Penilaian status gizi secara langsung terbagi atas
empat pengukuran, yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. (Cara Menentukan
Status Gizi, 2016)
1. Antropometri
Antropometri dapat berarti ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi,
maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri
secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.
Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh
seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Bentuk aplikasi penilaian status gizi
dengan antropometri antara lain dengan penggunaan teknik Indeks Massa Tubuh (IMT)
atau Body Mass Index (BMI). IMT ini merupakan alat atau cara yang sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan. Dengan IMT ini antara lain dapat ditentukan berat badan beserta
resikonya. Misalnya berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit
infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit
degeneratif. Berikut contoh penggunaan metode IMT ini untuk mementukan kondisi
berat badan kita. Pada contoh ini akan disampaikan penjelasan tentang caracara yang
dianjurkan untuk mencapai berat badan normal berdasarkan IMT yang kemudian
disesuaikan dengan keseimbangan konsumsi sehari-hari. Untuk memantau indeks masa
tubuh orang dewasa digunakan timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan.
Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat
diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Untuk mengetahui nilai
5
IMT ini, dipergunakan formula sebagai berikut : IMT = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝐾𝑔) 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚) 𝑥 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚) 4 Berdasarkan perhitungan diatas maka akan dapat
ditentukan standard IMT seseorang dengan berpedoman sebagai berikut : Kategori IMT
Kurus sekali Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kurus Kekurangan berat
badan tingkat ringan 17,0 – 18,4 Normal Normal 18,5 – 25,0 Gemuk Kelebihan berat
badan tingkat ringan 25,1 – 27,0 Obes Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0 2.
B. Klinis
Teknik penilaian status gizi juga dapat dilakukan secara klini. Pemeriksaan secra klinis
penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-
perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat
dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan
mukosa oral atau pada organorgan yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar
tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical
surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tandatanda klinis umum
dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Di samping itu digunakan untuk
mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fifik yaitu
tanda (sign) dan gejala (Symptom) atau riwayat penyakit.
C. Biokimia
Penilaian status gizi secara biokimia dilakukan dengan melakukan pemeriksaan spesimen
yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh,
seperti darah, urine, tinja, jaringan otot, hati. Penggunaan metode ini digunakan untuk
suata peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah
lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih
banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
D. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat
kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.
Metode ini secara umum digunaakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja
epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap. 5

B. Pengukuran Gizi Secara Tidak Langsung


Pengukuran status gii secara tidak langsung terbagi menjadi tiga, yakni survei konsumsi
makanan, statistik vital dan faktor ekologi. (dalam Cara Menentukan Status Gizi, 2016)
1. Survei Konsumsi Makanan Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan
status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang
dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran
6
tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu.
Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.
2. Statistik Vital Pengukuran status gizi dengan statistik vital dilakukan dengan
menganalisis statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka
kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang
berhubungan. Teknik ini digunakan antra lain dengan mempertimbangkan
berbagai macam indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.
3. Faktor Ekologi Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi
beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang
tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan
lain – lain (Bengoa). Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk
mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk
melakukan program intervensi gizi.

2.2 Definisi Antropometri


Antropometri berasal dari kata anthropos yang berarti manusia dan metros yang berarti
ukuran. Antropometri dapat didefinisikan sebagai suatu studi tentang pengukuran tubuh
manusia dalam hal dimensi tulang, otot, dan jaringan lemak. Dengan pengukuran
antropometri ini akan diketahui tinggi badan, berat badan, dan ukuran badan aktual
seseorang. (Mela Fitriani, dkk, 2015) Variabel antropometrik terutama berat dan tinggi
badan adalah ukuran status nuternal yang paling umum digunakan dalam studi
epidemiologi karena kesederhanaan dan kemudahan pengumpulannya. Pada orang
dewasa, ukuran dimensi tubuh dan massa digunakan untuk mewakili status gizi secara
langsung, untuk menghitung ukuran mutlak kompartemen tubuh utama, seperti massa
tubuh ramping dan massa adiposa, untuk memperkirakan komposisi tubuh relatif, seperti
kegemukan dan untuk menggambarkan lemak tubuh. (Willett Walter, 1988) 6 Dalam
epidemiologi gizi, antropometri dapat digunakan untuk mewakili status gizi atau sebagai
pengukuran dari paparan penyakit akibat gizi. (Barrie dan Michael, 1996)

2.3 Ruang Lingkup Antropometri


Menurut Sutalaksana (2006), antropometri adalah pengetahuan yang menyangkut
pengukuran tubuh manusia khususnya dimensi tubuh. Antropometri dibagi atas dua
bagian, yaitu : (dalam Pengukuran dan Perancangan Sistem Kerja, 2010)
1. Antropometri statis Pengukuran manusia pada posisi diam dan linier pada permukaan
tubuh. Ada beberapa metode pengukuran tertentu agar hasilnya representative. Selain
itu terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia, sebagai
berikut: (dalam Pengukuran dan Perancangan Sistem Kerja, 2010) a. Umur Ukuran
7
tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20 tahun untuk pria
dan 17 tahun untuk wanita. Ada kecenderungan berkurang setelah 60 tahun. b. Jenis
kelamin Jenis kelamin pria umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar
kecuali dada dan pinggul. c. Suku bangsa (etnis) Dimensi tubuh suku bangsa negara
barat lebih besar jika dibandingkan dengan dimensi tubuh suku bangsa negara Timur.
d. Sosio ekonomi Tingkat sosio ekonomi sangat mempengaruhi dimensi tubuh
manusia. Pada negara- negara maju dengan tingkat sosio ekonomi tinggi mempunyai
dimensi tubuh yang besar dibandingkan dengan negara-negara berkembang
2. Antropometri dinamis Maksud antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan
ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan
yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya. Terdapat 3
kelas pengukuran antropometri dinamis, yaitu: (dalam Pengukuran dan Perancangan
Sistem Kerja, 2010) 1. Pengukuran tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk
mengerti keadaan mekanis dari suatu aktifitas. Contoh dalam mempelajari
performansi atlet. 2. Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat kerja. Contoh
jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif pada saat bekerja, yang dilakukan
dengan berdiri atau duduk. 7 3. Pengukuran variabilitas kerja. Contoh analisis
kinematika dan kemampuan jarijari tangan dari seorang juru ketik atau operator
komputer. Menurut Nurmianto (1991), beberapa jenis data dimensi tubuh yang akan
digunakan yaitu dimensi lebar bahu (lb), tinggi siku berdiri(tsb), jangkauan tangan ke
atas (jta), jangkauan tangan ke depan (jtk), panjang telapak tangan (ptt), panjang
telapak kaki (ptk), dan tinggi lutut (tlt). (TBMW Putra, 2016) Menurut Nurmianto
(1991), dimensi yang diukur pada Anthropometri statis diambil secara linier (lurus)
dan dilakukan pada permukaan tubuh, agar hasilnya representatif maka pengukuran
harus dilakukan dengan metode tertentu terhadap individu. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi dimensi tubuh manusia antara lain: (TBMW Putra, 2016) 1. Umur 2.
Jenis kelamin 3. Suku bangsa dan jenis pekerjaan atau latihan Menurut Sutalaksana
(2006), perbedaan antara suatu populasi dengan populasi yang lain adalah
dikarenakan oleh beberapa faktor-faktor ,yaitu keacakan, jenis kelamin, suku bangsa,
usia, jenis pekerjaan, faktor kehamilan pada wanita, cacat tubuh secara fisik. (dalam
TBMW Putra, 2016)
a. Keacakan Menurut Sutalaksana (2006) dalam TBMW Putra, 2016, dalam butir
pertama ini walau pun telah terdapat dalam suatu kelompok populasi yang suadah
jelas sama jenis kelamin, suku bangsa, kelompok usia dan pekerjaan, namun masih
akan ada perbedaan yang masih cukup signifikan antara berbagai masyarakat.

8
b. Jenis kelamin Menurut Sutalaksana (2006) dalam TBMW Putra, 2016, secara
distribusi statistika ada perbedaan yang signifikan antara dimensi tubuh pria dan
wanita. Untuk kebanyakan dimensi tubuh pria dan wanita ada perbedaan yang
signifikan diantara mean (rata-rata) dan nilai perbedaan ini tidak bisa diabaikan begitu
saja. Pria dianggap lebih panjang dimensi segmen badannya daripada wanita, oleh
karenanya data antropometri untuk dua jenis kelamin tersebut selalu disajikan
terpisah.
c. Suku Bangsa Menurut Sutalaksana (2006) dalam TBMW Putra, 2016, variasi diantara
beberapa kelompok suku bangsa telah menjadi hal yang tidak kalah pentingnya
terutama karena meningkatnya jumlah angka migrasi dari satu negara ke negara lain.
Suatu contoh sederhana bahwa yaitu dengan meningkatnya jumlah 8 penduduk yang
migrasi dari negara Vietnam ke Australia, untuk mengisi satuan jumlah angkatan
kerja. Maka akan mempengaruhi antripometri nasional.
d. Usia Menurut Sutalaksana (2006) dalam TBMW Putra, 2016, beberapa kelompok
usia telah menjadi hal yang penting dalam masalah antropometri. Berikut ini
kelompok usia yang digolongkan dalam masalah antropometri, yaitu: a. Balita b.
Anak-anak c. Remaja d. Dewasa, dan e. Lanjut usia Hal ini jelas berpengaruh
terutama jika desain diaplikasikan untuk antropometri anak-anak. Antropometri akan
cendrung terus meningkat sampai batas usia dewasa, namun setelah menginjak usia
dewasa, tinggi badan manusia mepunyai kecendrungan untuk menurun yang antara
lain disebabkan oleh berkurangnya elastisitas tulang belakang. Selain itu juga
berkurangnya dinamika gerakan tangan dan kaki.
e. Jenis Pekerjaan Menurut Sutalaksana (2006) dalam TBMW Putra, 2016, beberapa
jenis pekerjaan pekerjaan tertentu menuntut adanya persaratan dalam seleksi
karyawan. Seperti misalnya: buruh dermaga adalah harus mepunyai postur yang
relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya.
f. Faktor Kehamilan pada Wanita Menurut Sutalaksana (2006) dalam TBMW Putra,
2016, faktor ini sudah jelas akan mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti kalau
dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil, terutama yang berkaitan dengan
analisa perancangan produk (APP) dan analisa perancangan kerja (APK).
g. Cacat Tubuh Secara Fisik Menurut Sutalaksana (2006) dalam TBMW Putra, 2016,
suatu perkembangan yang sangat mengembirakan pada dekade terakhir yaitu dengan
diberikannya skala prioritas pada rancang bangun fasilitas akomodasi untuk para
penderita cacat tubuh secara fisik sehingga mereka dapat ikut serta merasakan
kesamaan dalam penggunaan jasa dari hasil ilmu ergonomi didalam pelayanan untuk
masyarakat. 9
9
2.4 Parameter Pengukuran Antropometri
Terdapat parameter merupakan ukuran tunggal tubuh sebagai acuan dalam pengukuran
antropometri status gizi individu yang terdiri atas :
a. Umur
umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan
menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan
berat badan yang akurat, akan menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan
umur yang tepat. Menurut Puslitbang Gizi Bogor (1980), batasan umur yang digunakan
adalah tahun umur penuh (Completed Year) dan untuk anak umur 0-2 tahun digunakan
bulan usia penuh (Completed Month).
b. Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering
digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa
bayi normal atau BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat bayi lahir di bawah 2500 gram
atau di bawah 2,5 kg. Pada masa bayi-balita, berat badan dapat digunakan untuk
melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis
seperi dehidrasi, asites, edema, dan adanya tumor. Di samping itu pula berat badann
dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan obat dan makanan. Berat badan
menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada remaja,
lemak tubuh cenderung meningkat dan protein otot menurun. Pada orang yang edema
dan asites terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Sedangkan adanya tumor dapat
menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi.
c. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan
keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Di samping itu, tinggi badan
merupakan ukuran kedua yang penting karena dengan menghubungkan berat badan
terhadap tinggi badan (Quac stick), faktor umur dapat dikesampingkan. Pengukuran
tinggi badan pada umumnya dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut
Microtoice yang mempunyai ketelitian 0,1 cm.
d. Lingkar Lengan Atas
Lingkar lengan atas (LILA) dewasa ini merupakan salah satu pilihan untuk penentuan
status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh
dengan harga yang lebih murah. Akan tetapi, ada beberapa hal yang 10 perlu mendapat
perhatian, terutama jika digunakan sebagai pilihan tunggal untuk indeks status gizi,
antara lain: Baku lingkar lengan atas yang dugunakan sekarang belum mendapat
pengujian yang memadai untuk digunakan di Indonesia. Hal ini didasarkan pada hasil-
10
hasil penelitian yang umumnya menunjukkan perbedaan angka prevalensi KEP yang
cukup berarti antar penggunaan LILA di satu pihak dengan berat bedan menurut umur
atau berat menurut tinggi badan maupun indeks-indeks lain di pihak lain. Kesalahan
pengukuran pada LILA (pada berbagai tingkat keterampilan pengukur)relatif lebih
besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat batas antara baku dengan gizi
kurang, lebih sempit pada LILA daripada tinggi badan. Ini berarti kesalahan yang sama
besar jauh lebih berarti pada LILA dibandingkan dengan tinggi badan. Lingkar lengan
atas sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi kurang sensitif pada
golongan lain terutama orang dewasa. Tidak demikian halnya dengan berat badan. Alat
ukur yang digunakan merupakan suatu pita pengukur yang terbuat dari fiberglass atau
jenis kertas tertentu berlapis plastik.
e. Lingkar Pinggang dan Pinggul
Pengukuran lingkar pinggang dan pinggul harus dilakukan oleh tenaga yang terlatih dan
posisi pengukuran harus tepat. Perbedaan posisi penguuran akan memberikan hasil
yang berbeda. Seidell, dkk (1987) memberikan petunjuk bahwa rasio lingkar pinggang
dan pinggul untuk perempuan adalah 0,77 dan 0,90 untuk laki-laki.
f. Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis,
yang biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau
peningkatan ukuran kepala. Contoh yang sering digunakan adalah kepala besar
(hidrosefalus) dan kepala kecil (mikrosefalus). Lingkar kepala terutama dihubungkan
dengan ukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak meningkat secara cepat pada
tahun pertama, akan tetapi besar lingkaran kepala tidak menggambarkan keadaan
kesehatan dan gizi. Bagaimanapun juga ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan
tengkorak dapat bervariasi sesuai dengan keadaan gizi. Dallam antropometri gizi, rasio
lingkar kepala dan lingkar dada cukup berarti dalam menentukan KEP pada anak.
Lingkar kepala dapat juga digunakan sebagai informasi tambahan dalam pengukuran
umur. 11
g. Lingkar Dada
Pengukuran lingkar dada biasanya dilakukan pada anak yang berumur 2-3 tahun,
karena rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini,
tulang tengkorak tumbuh secara lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat. Umur antara
6 bulan dan 5 tahun, rasio lingkar kepala dan lingkar dada adalah kurang dari 1. Hal ini
dikarenakan akibat kegagalan perkembangan dan pertumbuhan atau kelemahan otot dan
lemak pada dinding dada. Ini dapat digunakan sebagai indikator dalam menentukan
KEP pada anak balita.
11
h. Tebal Lemak
di Bawah Kulit Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah
kulit(skinfold) dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya padambagian lengan
atas (biceps dan triceps), lengan bawah (forearm), tulang belikat (subscapular), di
tengah garis ketiak (midaxillary), sisi dada (pectoral), perut (abdominal), paha
(suuprailiaca), tempurung lutut (suprapatellar), dan pertengahan tungkai bawah

2.5 Metode Pengukuran Antropometri


Metode pengukuran antropometri dalam Prestiana dan Ufiyah (2016) yakni :
A. Alat dan Bahan Pengukuran :
1. Detecto
2. Timbang Badan Digital/Electric
3. Health Smic
4. Microtoise
5. Metlin/ Pita fiber
6. Skinfold Caliper Lange

12
CHECKLIST
PENGUKURAN ANTROPOMETRI

N
BUTIR YANG DINILAI 1 2 3 4
O
A. SIKAP DAN PERILAKU
1. Memberi salam dan perkenalan
2. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Teruji memposisikan pasien dengan tepat
4. Teruji tanggap terhadap reaksi pasien
5. Teruji sopan, sabar dan teliti
B. CONTENT / ISI
PENGUKURAN BERAT BADAN
6. Memastikan jarum timbangan pada posisi nol
Memberitahukan Ibu dan mempersilahkan Ibu melepaskan
7.
sepatu/sandal karena dapat mempengaruhi hasil timbangan
Memberitahu Ibu agar berdiri tepat di tengah timbangan, tidak
8.
bersandar dan tidak berpegangan pada sesuatu
9. Membaca dan mencatat hasil penimbangan
10. Memberitahu Ibu berat badannya
PENGUKURAN TINGGI BADAN
11. Meminta Ibu melepaskan sepatu/sandal
Mempersilahkan Ibu agar bediri tegak lurus didepan alat
12. pengukur tinggi badan dengan posisi membelakangi alat pengukur
dan dada dibusungkan
Meletakkan penggaris diatas kepala (angka yang didapat pada alat
13. pengukur saat penggaris diletakkan diatas kepala merupakan hasil
pegukuran tinggi badan)
14. Membaca dan mencatat hasil pengukuran tinggi badan
15. Memberitahu Ibu hasil pengukuran tinggi badan
MENGUKUR LILA
16. Menginformasikan tindakan yang dilakukan pada Ibu
Mempersilahkan Ibu untuk berdiri tegak/duduk dan menanyakan
17. kepada Ibu lengan mana yang aktif dan tidak aktif. Lengan yang
tidak aktif tersebut kemudian ditekuk
Melakukan pengukuran LILA dengan posisi dari pangkal lengan
18.
Akromion hingga Olekranon
Menentukan titik tengah antara pangkal lengan Akromion hingga
19. Olekranon, lalu diputar kekiri dan diukur secara melingkar,
kemudian catat hasilnya
20. Memberitahu Ibu bahwa pengukuran LILA telah selesai dilakukan

C. TEKNIK
21. Teruji melaksanakan secara sistematis dan berurutan
22. Teruji menjaga privasi pasien
13
23. Teruji memperhatikan respon pasien
24. Teruji percaya diri dan tidak ragu – ragu
25. Teruji mendokumentasikan hasil kegiatan

14
B. Prosedur Pengukuran
1. Berat Badan
1) Detecto

a. Subyek mengenakan pakaian biasa (usahakan dengan pakaian yang minimal). Subyek
tidak menggunakan alas kaki
b. Dipastikan timbangan berada pada penunjukan skala dengan angka 0,0
c. Subyek diminta naik ke alat timbang dengan berat badan tersebar merata pada kedua
kaki dan posisi kaki tepat di tengah alat timbang.
d. Diperhatikan posisi kaki subyek tepat di tengah alat timbang, usahakan agar subyek
tetap tenang dan kepala tidak menunduk (memandang lurus kedepan)
e. Bandul geser pastikan tepat pada angka 0 terlebih dahulu, setelah subyek naik ke alat
timbang, bandul geser pada skala kilogram digeser terlebih dahulu sesuai dengan
perkiraan berat badan subyek, kemudian bandul geser pada skala ons yang berada
diatasnya juga digeser sampai titik imbang pada ujung kanan subyek menunjukkan
seimbang
f. Dibaca dan dicatat berat badan pada tampilan dengan skala 0.1 terdekat
g. Subyek diminta turun dari alat timbang.

15
2) Timbang Badan Electric/Digital

a. Subyek mengenakan pakaian biasa (usahakan dengan pakaian yang minimal). Subyek
tidak menggunakan alas kaki
b. Tekan alat ukur timbang badan digital sampai display menunjukkan angka 0,00
c. Subyek diminta naik ke alat timbang dengan berat badan tersebar merata pada kedua
kaki dan posisi kaki tepat di tengah alat timbang
d. Diperhatikan posisi kaki subyek tepat di tengah alat timbang, usahakan agar subyek
tetap tenang dan kepala tidak menunduk (memandang lurus kedepan)
e. Tunggu beberapa detik sampai display menunjukkan angka berat badan subyek 13
f. Dibaca dan dicatat berat badan pada tampilan display
g. Subyek diminta turun dari alat timbang

16
3) Health Smic

a. Subyek mengenakan pakaian biasa (usahakan dengan pakaian yang minimal). Subyek
tidak menggunakan alas kak
b. Dipastikan timbangan berada pada jarum yang menunjukan skala dengan angka 0
c. Subyek diminta naik ke alat timbang dengan berat badan tersebar merata pada kedua
kaki dan posisi kaki tepat di tengah alat timbang
d. Diperhatikan posisi kaki subyek tepat di tengah alat timbang, usahakan agar subyek
tetap tenang dan kepala tidak menunduk (memandang lurus kedepan)
e. Jarum akan bergeser dan menunjukkan berat badan subyek pada angka yang ada di
skala
f. Dibaca dan dicatat berat badan pada tampilan dengan skala 0 terdekat
g. Subyek diminta turun dari alat timbang.
2. Tinggi Badan

17
1) Cari permukaan dinding dan lantai yang rata
2) Diperlukan 2 orang untuk melakukan persiapan pengukuran, 1 orang
menempelkan dan menahan kepala microtoice pada permukaan dinding, dan 1
orang lagi menarik microtoice kebawah hingga angka menunjukkan 200 cm
3) Lekatkan kepala microtoice pada dinding dengan bantuan paku atau perekat
lain yang kuat dan tidak mudah bergeser
4) Lepaskan microtoice
5) Lepaskan alas kaki subyek yang akan diukur
6) Persilahkan subyek untuk berdiri tepat dibawah microtoice, dengan posisi
tegak, pandangan lurus kedepan, lutut lurus dan kepala pada posisi frankfrut
horizontal plane
7) Pastikan bahwa tumit, pantat dan pundak menempel pada permukaan vertical
dinding dan biarkan lengan menggantung bebas
8) Mata pengukur/ pembaca harus ada pada posisi selevel dengan kepala subyek
9) Baca hasil pengukuran
10) Lakukan pengukuran sebanyak dua kali.

3. LILA (Lingkar Lengan Atas)

18
1) Penentuan Titik Mid Point Pada Lengan
1. Subyek diminta berdiri tegak.
2. Subyek dminta untuk membuka lengan pakaian yang menutup lengan kiri atas
(bagi yang kidal gunakan lengan kanan).
3. Tekukan tangan subyek membentuk 900 dengan telapak tangan menghadap ke
atas. Pengukur berdiri di belakang dan menentukan titik tengah antara tulang
rusuk atas pada bahu kiri dan siku
4. Ditandai titik tengah tersebut dengan pena

2) Mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA)


1. Dengan tangan tergantung lepas dan siku lurus di samping badan, telapak tangan
menghadap ke bawah
2. Diukur lingar lengan atas pada posisi mid point dengan pita LILA menempel pada
kulit dan dilingkarkan secara hotizontal pada lengan. Perhatikan jangan sampai
pita menekan kulit atau ada rongga antara kulit dan pita
3. Lingkar lengan atas dicatat pada skala 0,1 cm terdekat.

4. Lingkar pinggang

19
1. Subyek mengenakan pakaian yang tidak terlalu menekan
2. Subyek berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada kedua sisi tubuh dan
kaki rapat
3. Pengukur jongkok di depan subyek, kemudian ukur dengan metlin dari
umbilicus/pusat melingkar ke suprailliac kanan dan memutar menuju
suprailliac kiri dan bertemu lagi di umbilicus/pusat
4. Alat pengukur dilingkarkan secara horizontal tanpa menekan kulit. Seorang
pembantu diperlukan untuk meletakkan alat ukur dengan tepat
5. Dibaca dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat
6. Catat hasil yang telah dibaca.

5. Lingkar Pinggul

1) Subyek mengenakan pakaian yang tidak terlalu menekan

20
2) Subyek berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada kedua sisi tubuh dan
kaki rapat
3) Pengukur jongkok di depan subyek sehingga tingkat maksimal dari penggul
terlihat
4) Alat pengukur dilingkarkan secara horizontal tanpa menekan kulit. Dan diukur
tepat pada bagian lingkar terbesar dari tubuh/pinggul.
5) Seorang pembantu diperlukan untuk meletakkan alat ukur dengan tepat
Dibaca dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1 cm terdekat

6. Tebal Lemak Bawah Kulit (TLBK)

1) Biceps Skinfold
a. Subyek berdiri tegak dengan kedua lengan tergantung bebas pada kedua
sisi tubuh
b. Pengukuran dilakukan pada titik mid point (sama pada LILA)
c. Pada sekitar 1 cm diatas titik yang telah ditandai tersebut, tarik lipatan
kulit dan jaringan lemak dibawahnya secara vertical, dan pasang
penjepit caliper dan biarkan 2 asmpai 3 detik setelah penahan / pegas
penjepit caliper dilepas
d. Biceps skinfold diukur dengan mendekati 0,1 mm

2.6 Indeks Antropometri


Indeks antropometri merupakan kombinasi atau gabungan anatra dua atau lebih
pengukuran dasar dengan tujuan untuk memberikan informasi lebih lengkap mengenai
status nutrisi seseorang dibandingkan dengan satu pengukuran dasar. Indeks antropometri
terdiri atas body mass index (BMI), arm muscle area (AMA), arm fat area (AFA), mid
arm circumference to height ratio (rasio lingkar lengan atas terhadap tinggi tubuh),
waisthip ratio (rasio pinggul-pinggang), dan tricep to subscapular skinfold ratio (tricep
terhadap rasio subscapular skinfold). (Barrie dan Michael, 1996)
• Body mass index :
• Arm muscle area (AMA) :
21
• Arm fat area (AFA) :
AFA = (AC2 / 4π) – AMA
Keterangan :
AC = Arm circumference (cm)
BI = Biceps skinfold (cm)
TRI = Triceps skinfold (cm)
Sedangkan menurut Hanif Syaifullah (2009), terdapat beberapa indeks
antropometri, antara lain yaitu :
1. BB/U (Berat Badan terhadap Umur)
Kelebihan:
a. Lebih mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat
b. Baik untuk mengukur status gizi akut dan kronis
c. Indikator status gizi kurang saat sekarang
d. Sensitif terhadap perubahan kecil
e. Growth monitoring
f. Pengukuran yang berulang dapat mendeteksi growth failure karena infeksi atau
KEP
g. Dapat mendeteksi kegemukan (overweight)
Kekurangan:
a. Kadang umur secara akurat sulit didapat
b. Dapat menimbulkan interpretasi keliru bila terdapat edema maupun asites
c. Memerlukan data umur yang akurat terutama untuk usia balita

d. Sering terjadi kesalahan dalam pengukruan, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak
saat ditimbang
e. Secara operasional: hambatan sosial budaya, tidak mau menimbang anak
karena seperti barang dagangan
2. TB/ U (Tinggi Badan terhadap Umur)
Menurut Beaton dan Bengoa (1973) indeks TB/U dapat memberikan status gizi masa
lampau dan status sosial ekonomi.
Kelebihan:
a. Baik untuk menilai status gizi masa lampau
b. Alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa
c. Indikator kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa

Kekurangan:

22
a. TB tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun
b. Diperlukan 2 orang untuk melakukan pengukuran, karena biasanya anak relatif sulit
berdiri tegak
c. Ketepatan umur sulit didapat
3. BB/ TB (Berat Badan terhadap Tinggi Badan)
BB memiliki hubungan linear dengan TB. Dalam keadaan normal perkembangan BB
searah dengan pertumbuhan TB dengan kecepatan tertentu.
Kelebihan:
a. Tidak memerlukan data umur
b. Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, kurus)
c. Dapat menjadi indikator status gizi saat ini (current nutrition status)
Kekurangan:
a. Karena faktor umur tidak dipertimbangkan, maka tidak dapat memberikan gambaran
apakah anak pendek atau cukup TB atau kelebihan TB menurut umur
b. Operasional: sulit melakukan pengukuran TB pada balita
c. Pengukuran relatif lebih lama
d. Memerlukan 2 orang untuk melakukannya
Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran, terutama bila dilakukan oleh
kelompok nonprofessional

4. Lila/ U (Lingkar Lengan Atas terhadap Umur)


Lingkar lengan atas (LLA) berkorelasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB. Seperti
BB, LLA merupakan parameter yang labil karena dapat berubah-ubah cepat, karenanya baik
untuk menilai status gizi masa kini. Perkembangan LLA (Jellife`1996):
a. Pada tahun pertama kehidupan : 5.4 cm
b. Pada umur 2-5 tahun : <1.5 cm
Kurang sensitif untuk tahun berikutnya
Penggunaan LLA sebagai indikator status gizi, disamping digunakan secara
tunggal, juga dalam bentuk kombinasi dengan parameter lainnya seperti LLA/U dan
LLA/TB (Quack Stick).
Kelebihan:
a. Indikator yang baik untuk menilai KEP berat
b. Alat ukur murah, sederhana, sangat ringan, dapat dibuat sendiri, kader posyandu dapat
melakukannya
c. Dapat digunakan oleh orang yang tidak membaca tulis, dengan memberi kode warna
untuk menentukan tingkat keadaan gizi
23
Keurangan:
a. Hanya dapat mengidentifikasi anak dengan KEP berat
b. Sulit menemukan ambang batas
c. Sulit untuk melihat pertumbuhan anak 2-5 tahun
5. Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT digunakan berdasarkan rekomendasi FAO/WHO/UNO tahun 1985
batasan BB normal orang dewasa ditentukan berdasarkan Body Mass Index
(BMI/IMT). IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa (usia 18 tahun ke atas), khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan BB. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan
olahragawan. Juga tidak dapat diterapkan pada keadaan khsusus (penyakit) seperti
edema, asites dan hepatomegali.
Masa Tubuh (IMT):

IMT =

Batas Ambang IMT menurut FAO membedakan antara laki-laki (normal 20,1-
25,0 ) dan perempuan (normal18,7-23,8). Untuk menentukan kategori kurus tingkat
berat pada laki-laki dan perempuan juga ditentukan ambang batas. Di Indonesia,
dimodifikasi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara
berkembang.

24
Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia.
Kategori IMT

Kurus Kekurangan BB tingkat berat < 17,0

Kekurangan BB tingkat ringan 17,0-18,5

Normal > 18,7-25,0

Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan > 25,0-27,0

Kelebihan BB tingkat berat > 27,0

6. Tebal Lemak Bawah Kulit menurut Umur


Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit

(skinfold) dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya: lengan atas (tricep dan
bicep), lengan bawah (forearm), tulang belikat (subscapular), di tengah garis ketiak
(midaxillary), sisi dada (pectoral), perut (abdominal), suprailiaka, paha, tempurung
lutut (suprapatellar), pertengahan tungkai bawah (medial calv).
Lemak dapat diukur secara absolut (dalam kg) dan secara relatif (%) terhadap
berat tubuh total. Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi ditentukan oleh jenis kelamin
dan umur. Lemak bawah kulit pria 3.1 kg, wanita 5.1 kg
7. Rasio Lingkar Pinggang dan Pinggul
Banyaknya lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa perubahan
metabolisme, termasuk terhadap insulin dan meningkatnya produksi asam lemak
bebas, dibanding dengan banyaknya lemak bawah kulit pada kaki dan tangan.
Perubahan metabolisme memberikan gambaran tentang pemeriksaan penyakit yang
berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh.
Ukuran yang umur digunakan adalah rasio lingkar pinggang-pinggul.
Pengukuran lingkar pinggang dan pinggul harus dilakukan oleh tenaga terlatih dan
posisi pengukuran harus tepat, karena perbedaan posisi pengukuran memberikan hasil
yang berbeda. Rasio lingkar pinggang-pinggul untuk perempuan: 0.77, laki-laki: 0.90
(Seidell dkk, 1980).

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dillakukan pada 275 yang terdiri dari 46 laki-laki
dan 229 perempuan Tahun 2017 dapat simpulkan sebagai berikut:
1. Status Gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh/Umur (IMT/U) untuk umur dibawah 18
tahun adalah 8.69% responden berada pada kategori kurus, 69.57% responden
dikategorikan normal dan 21.74% dikategorikan gemuk. Status gizi responden
berdasarkan Indeks Massa Tubuh/Umur (IMT/U) untuk umur dibawah 18 tahun adalah
8.69% responden berada pada kategori kurus, 69.57% responden dikategorikan normal
dan 21.74% dikategorikan gemuk.
2. Hasil pengukuran antropometri dilihat dari kategori Berat Badan Laki-Laki memiliki
nilai Mean sebesar 61,39, Median 59,00, Standar Deviasi 11,44, nilai Minimum 43,00
dan nilai Maximum sebesar 93,00. Sedangkan untuk kategori Berat Badan perempuan
memiliki nilai Mean sebesar 50,27, Median 59,00, Standar Deviasi 9,44, nilai Minimum
34,50 dan nilai Maximum sebesar 99,60.
3.2 Saran
Berdasarkan hasil pengukuran antropometri yang dilakukan, ditemukan
permasalahan status gizi dari 275 responden yaitu kurus dan gemuk. Dimana responden
yang dikategorikan kurus disarankan untuk lebih memperhatikan pola makan
dengan menu gizi seimbang, sedangkan yang dikategorikan gemuk disarankan untuk
memperhatikan pola makan dengan melakukan intervensi diet dan olahraga teratur.

26
DAFTAR PUSTAKA
Barrie M. Margetts and Michael Nelson. 1996. Design Concept in Nutrition Epidemology.
London. OXFORD University Press.
Fitriani, Mela, dkk. 2015. ANTROPOMETRI. Artikel. (Diakses dari
https://www.academia.edu/11417214/Antropometr1).
Ilma, EPN. 2013. Antropometri. Paper. (Diakses dari eprints.ums.ac.id/22561/2/BAB_I.pdf)
TBMW. 2016. ERGONOMI. Paper. (Diakses dari
Putra http://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/123456789/3018/06bab2_Tegar%20
, BMW%20Putra_100702010015_skr_2016.pdf?sequence=6&isAllowed=y

UII. 2010. PENGUKURAN DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA. Modul Artikel. (Diakses
dari http://apk.lab.uii.ac.id/CATEN%202013/modul/Antropometri.pdf)
UGM. 2013. ANTROPOMETRI. Paper. (Diakses dari
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?
mod=download&sub=DownloadFile&act=
view&typ=html&id=64503&ftyp=potongan&potongan=S1-2013-280269-
chapter1.pdf)
Mugi, Prestiana, dkk. 2016. Pengukuran Atropometri Pada Orang Dewasa. Artikel. (Diakses
dari
https://www.academia.edu/11877063/Pengukuran_Antropometri_Orang_Dewasa)
Auliyanah, Anna. 2012. Praktikum Gizi; Pengukuran Antropometri. Artikel.
Walter, Willett. 1988. Nutrional Epidemiology Second Edition. New York : Oxford
University Press.

27
28

Anda mungkin juga menyukai