Anda di halaman 1dari 9

TES DAN PENGUKURAN ANTROPOMETRI

MAKALAH

Oleh :

Reza Mauski Perdianang Aang 17060484001, Dkk

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS ILMU OLAHRAGA

JURUSAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI

2019
TES DAN PENGUKURAN ANTROPOMETRI
Diajukan kepada Universitas Negeri Surbaya
Untuk memenuhi persyaratan penyelesaian
Program mata kuliah Tes dan Pengukuran

Oleh:

1) Reza Mauski Perdianang Aang (17060484001)


2) Diah Ayu Rosalia Tungga Dewi (17060484006)
3) Murtiningsih (17070484013)
4) Galang Anargi (17060484019)
5) Ego Tedda Pamungkas (17070484026)
6) Punky Diaz Pradana (17060484034)
7) Aulia Krisnanda (17060484038)
8) Nadya Ristamida Al Mubarroh (17060484042)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS ILMU OLAHRAGA

JURUSAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Antropometri adalah suatu cabang ilmu antropologi fisik yang mempelajari tentang teknik
pengukuran tubuh manusia meliputi cara untuk mengukur dan melakukan pengamatan pada
manusia yang meliputi tulang rangka dan organ-organ tubuh manusia dengan metode dan alat
tertentu. Antropologi juga dipakai dalam mengikuti pertumbuhan dan perkembangan post-natal,
mendeteksi kelainan, meramal pertumbuhan selanjutnya pada waktu dewasa. (Waspadji, 2010
dalam EPN Ilma, 2013). Menurut Indrianti (2010:2), anthropometri berasal dari “anthro” yang
berarti manusia dan “metron” yang berarti ukuran. Secara definitif anthropometri dinyatakan
sebagai suatu studi yang menyangkut pengukuran dimensi tubuh manusia dan aplikasi rancangan
yang menyangkut geometri fisik, massa, kekuatan dan karakteristik tubuh manusia yang berupa
bentuk dan ukuran. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran tinggi dan berat yang
berbeda satu dengan yang lainnya. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai
pertimbangan–pertimbangan ergonomis dalammemerlukan interaksi manusia. (Antropometri,
2015).
Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang
dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index atau yang diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan alat yang sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan
berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat
mencapai harapan hidup lebih panjang (Supariasa dkk., 2001 dalam EPN Ilma, 2013). Dewasa ini
kelebihan berat badan sudah menjadi hal biasa baik di negara maju maupun di negara yang
sedang berkembang. Masalah berat badan seperti obesitas merupakan masalah yang sangat
kompleks. Hal tersebut patut mendapat perhatian karena kelebihan berat badan dapat memacu
berbagai kelainan kardiovaskuler terutama stroke, penyakit jantung, diabetes, kelainan
muskuloskeletal, dan beberapa kanker. Salah satu kelainan kardiovaskuler yang terpenting adalah
hipertensi. Menurut data WHO (2007) Sekitar 75% hipertensi secara langsung berhubungan
dengan kelebihan berat badan. (EPN Ilma, 2013).
Pembaharuan data ukuran antropometri berkaitan erat dengan metode ukur antropometri.
Kroemer (2006) mengemukakan saat ini pengukuran dimensi konvensional menjadi alternatif
yang sering dilakukan mengingat pengukuran tersebut menghabiskan waktu dan tingkat error
yang tinggi. Oleh karena itu dibutuhkan 2 pengembangan metode pengukuran antropometri yang
lebih efektif, mudah, dan efisien. Ide ini menjadi gagasan untuk membuat estimasi parameter
khususnya pada antropometri anak. (Antropometri, 2013). 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Untuk
mengetahui permasalahan kesehatan mahasiswa yang terjadi di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jambi tahun 2017, khususnya mengenai status gizi kesehatan melalui pengukuran
antropometri.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari antropometri?


2. Apa konsep pertumbuhan sebagai dasar antropometri?
3. Apa keunggulan dan kelemahan antropometri?
4. Apa saja jenis-jenis antropometri?
5. Bagaimana cara mengetahui indeks masa tubuh?
1.3. Tujuan

1. untuk mengetahui pengertian antropometri.


2. Untuk mengetahui konsep pertumbuhan sebagai dasar antropometri
3. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan antropometri
4. Untuk mengetahui jenis-jenis antropometri yang diukur.
5. Untuk mengetahui indeks masa tubuh.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengukuran Antropometri

Pengertian Antropometri (ukuran tubuh) merupakan salah satu cara langsung menilai
status gizi, khususnya keadaan energi dan protein tubuh seseorang. Dengan demikian,
antropometri merupakan indikator status gizi yang berkaitan dengan masalah kekurangan
energi dan protein yang dikenal dengan KEP. Antropometri dipengaruhi oleh faktor genetik
dan faktor lingkungan. Konsumsi makanan dan kesehatan (adanya infeksi) merupakan faktor
lingkungan yang mempengaruhi antropometri (Aritonang, 2013). Keunggulan antropometri
antara lain prosedurnya sederhana, aman, dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang
besar. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli. Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama,
dapat dipesan dan dibuat di daerah setempat. Tepat dan akurat karena dapat dibakukan,
dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau, umumnya dapat
mengidentifikasi status gizi sedang, kurang dan buruk karena sudah ada ambang batas yang
jelas. Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu atau dari satu generasi
ke generasi berikutnya. Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan gizi (Istiany
dkk, 2013).

Antropometri Antropometri dapat berarti ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri
secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.
Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh
seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Bentuk aplikasi penilaian status gizi dengan
antropometri antara lain dengan penggunaan teknik Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body
Mass Index (BMI).

IMT ini merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Dengan
IMT ini antara lain dapat ditentukan berat badan beserta resikonya. Misalnya berat badan
kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih
akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Berikut contoh penggunaan
metode IMT ini untuk mementukan kondisi berat badan kita. Pada contoh ini akan
disampaikan penjelasan tentang caracara yang dianjurkan untuk mencapai berat badan
normal berdasarkan IMT yang kemudian disesuaikan dengan keseimbangan konsumsi sehari-
hari. Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa digunakan timbangan berat badan
dan pengukur tinggi badan. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun
dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Untuk
mengetahui nilai IMT ini, dipergunakan formula sebagai berikut : IMT = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝐾𝑔)
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚) 𝑥 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚) 4 Berdasarkan perhitungan diatas maka akan dapat
ditentukan standard IMT seseorang dengan berpedoman sebagai berikut : Kategori IMT Kurus
sekali Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 Kurus Kekurangan berat badan tingkat
ringan 17,0 – 18,4 Normal Normal 18,5 – 25,0 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan
25,1 – 27,0 Obes Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0 2

Kelemahan antropometri antara lain yaitu tidak sensitif, artinya tidak dapat
mendeteksi status gizi dalam waktu singkat. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik dan
penurunan penggunaan energi) dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran
antropometri. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi,
akurasi dan validitas pengukuran antropometri. Kesalahan ini terjadi karena latihan petugas
yang tidak cukup, kesalahan alat atau kesulitan pengukuran (Istiany dkk, 2013). Dibandingkan
dengan metode lainnya, pengukuran antropometri lebih praktis untuk menilai status gizi
(khususnya KEP) di masyarakat. Ukuran tubuh yang biasanya dipakai untuk melihat
pertumbuhan fisik adalah berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas (LILA),
lingkar kepala (LK), tebal lemak dibawah kulit (TL) dan pengukuran tinggi lutut. Penilaian status
gizi antropometri disajikan dalam bentuk indeks misalnya BB/U, TB/U, PB/U, BB/TB, IMT/U
(Aritonang, 2013).

BAB II

PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Antropometri

Menurut Sutalaksana (2006), antropometri adalah pengetahuan yang menyangkut


pengukuran tubuh manusia khususnya dimensi tubuh. Antropometri dibagi atas dua bagian,
yaitu : (dalam Pengukuran dan Perancangan Sistem Kerja, 2010)

1. Antropometri statis
Pengukuran manusia pada posisi diam dan linier pada permukaan tubuh. Ada
beberapa metode pengukuran tertentu agar hasilnya representative. Selain itu terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia, sebagai berikut: (dalam
Pengukuran dan Perancangan Sistem Kerja, 2010)
a. Umur Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai
sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada
kecenderungan berkurang setelah 60 tahun. b. Jenis kelamin Jenis
kelamin pria umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali
dada dan pinggul.
b. Suku bangsa (etnis) Dimensi tubuh suku bangsa negara barat lebih besar
jika dibandingkan dengan dimensi tubuh suku bangsa negara Timur.
c. Sosio ekonomi Tingkat sosio ekonomi sangat mempengaruhi dimensi
tubuh manusia. Pada negara- negara maju dengan tingkat sosio ekonomi
tinggi mempunyai dimensi tubuh yang besar dibandingkan dengan
negara-negara berkembang.

2. Antropometri dinamis
Maksud antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia
dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat
pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya. Terdapat 3 kelas pengukuran antropometri
dinamis, yaitu: (dalam Pengukuran dan Perancangan Sistem Kerja, 2010)
a. Pengukuran tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk mengerti
keadaan mekanis dari suatu aktifitas. Contoh dalam mempelajari
performansi atlet.
b. Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat kerja. Contoh
jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif pada saat bekerja, yang
dilakukan dengan berdiri atau duduk. 7
c. Pengukuran variabilitas kerja. Contoh analisis kinematika dan
kemampuan jarijari tangan dari seorang juru ketik atau operator
komputer. Menurut Nurmianto (1991), beberapa jenis data dimensi

B. Parameter Pengukuran Antropometri

Terdapat parameter merupakan ukuran tunggal tubuh sebagai acuan dalam


pengukuran antropometri status gizi individu yang terdiri atas : (Anna Auliyanah, 2012)

a. Berat badan (BB)


Berat badan menggambarkan tentang massa tubuh. Dalam keadaan normal,
BB berkembang mengikuti perkembangan umur (balita). Sedangkan saat dalam
keadaan tidak normal, BB berkembang lebih cepat atau lambat. Berdasarkan sifat
tersebut, maka indikator BB/U hanya dapat menggambarkan status gizi saat ini.
b. Tinggi badan (TB)
Tinggi badan merupakan gambaran pertumbuhan. Dalam keadaan normal,
TB tumbuh bersama dengan pertambahan umur. Pengaruh kekurangan gizi
terhadap TB akan tampak pada kekurangan yang sangat lama. Berdasarkan hal
tersebut indeks TB/U dapat menggambarkan keadaan masa lalu (Aritonang,
2013).
c. Lingkar Lengan Atas
Lingkar lengan atas (LILA) dewasa ini merupakan salah satu pilihan untuk
penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat
yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah. Akan tetapi, ada beberapa
hal yang 10 perlu mendapat perhatian, terutama jika digunakan sebagai pilihan
tunggal untuk indeks status gizi, antara lain: Baku lingkar lengan atas yang
dugunakan sekarang belum mendapat pengujian yang memadai untuk digunakan
di Indonesia. Hal ini didasarkan pada hasil-hasil penelitian yang umumnya
menunjukkan perbedaan angka prevalensi KEP yang cukup berarti antar
penggunaan LILA di satu pihak dengan berat bedan menurut umur atau berat
menurut tinggi badan maupun indeks-indeks lain di pihak lain. Kesalahan
pengukuran pada LILA (pada berbagai tingkat keterampilan pengukur)relatif lebih
besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat batas antara baku dengan
gizi kurang, lebih sempit pada LILA daripada tinggi badan. Ini berarti kesalahan
yang sama besar jauh lebih berarti pada LILA dibandingkan dengan tinggi badan.
Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi
kurang sensitif pada golongan lain terutama orang dewasa. Tidak demikian
halnya dengan berat badan. Alat ukur yang digunakan merupakan suatu pita
pengukur yang terbuat dari fiberglass atau jenis kertas tertentu berlapis plastik.
d. Lingkar Pinggang dan Pinggul
Pengukuran lingkar pinggang dan pinggul harus dilakukan oleh tenaga yang
terlatih dan posisi pengukuran harus tepat. Perbedaan posisi penguuran akan
memberikan hasil yang berbeda. Seidell, dkk (1987) memberikan petunjuk bahwa
rasio lingkar pinggang dan pinggul untuk perempuan adalah 0,77 dan 0,90 untuk
laki-laki.
e. Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara
praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala
atau peningkatan ukuran kepala. Contoh yang sering digunakan adalah kepala
besar (hidrosefalus) dan kepala kecil (mikrosefalus). Lingkar kepala terutama
dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak meningkat
secara cepat pada tahun pertama, akan tetapi besar lingkaran kepala tidak
menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun juga ukuran otak
dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai dengan keadaan
gizi. Dallam antropometri gizi, rasio lingkar kepala dan lingkar dada cukup berarti
dalam menentukan KEP pada anak. Lingkar kepala dapat juga digunakan sebagai
informasi tambahan dalam pengukuran umur. 11
f. Lingkar Dada
Pengukuran lingkar dada biasanya dilakukan pada anak yang berumur 2-3
tahun, karena rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan.
Setelah umur ini, tulang tengkorak tumbuh secara lambat dan pertumbuhan
dada lebih cepat. Umur antara 6 bulan dan 5 tahun, rasio lingkar kepala dan
lingkar dada adalah kurang dari 1. Hal ini dikarenakan akibat kegagalan
perkembangan dan pertumbuhan atau kelemahan otot dan lemak pada dinding
dada. Ini dapat digunakan sebagai indikator dalam menentukan KEP pada anak
balita.
g. Tebal Lemak di Bawah Kulit
Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah
kulit(skinfold) dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya padambagian
lengan atas (biceps dan triceps), lengan bawah (forearm), tulang belikat
(subscapular), di tengah garis ketiak (midaxillary), sisi dada (pectoral), perut
(abdominal), paha (suuprailiaca), tempurung lutut (suprapatellar), dan
pertengahan tungkai bawah (medial calf).
Dari beberapa pengukuran yang dilakukan hasil yang diperoleh oleh setiap
individu tidaklah sama, berikut ini adalah hasil pengukuran yang dilakukan :
Nama Tinggi Panjang Tinggi Tungkai Tungkai Rentang Panjang Lengan kaki Lengan
badan tungkai duduk atas bawah lengan lengan bawah atas
Aang 165,2 99,2 66 49 42,8 174,3 74,35 26 25,7 29,35
Nadya 159,5 92,8 66,7 48,9 39,7 154,7 65,6 23,9 22,3 25,1
Rista
Galang 157,3 88,7 68,6 47,6 52,8 154 64,5 24,8 22,9 21,7
Murti 164,6 95,9 68,7 47 38,8 161,2 67,7 25,6 23,6 24
Ego 171,9 104 67,9 51,3 45,8 180,3 76,5 45 25 12
tedda
Rosalia 158 92 66,5 47,5 40 155 65,5 24,2 23,4 29,1

Nama Panjang Lebar Lebar siku Lebar lutut Diameter kepala


tangan BB dada
kanan kiri Kanan kiri Kanan kiri
Aang 19 19,9 51 25,6 6,8 6,8 8,5 8,5 52
Nadya Rista 16,6 16,1 56 23,5 5,3 5,1 8,4 8,6 54,5
Galang 18 18 55 25 5,4 5,3 8,4 8,5 54,5
Murti 18,1 17,9 60 25,8 5 4,6 7,7 8,2 53,3
Tedda sakit 19,5 65 27,3 5,7 6 8,5 8,5 56,3
Rossalia 16,2 15,8 50 22,8 5 4,6 7,8 8,1 52,5

Nama Lebar Lengan Lebar Lengan Lebar Lebar tungkai Lebar panggul
atas bawah tungakai atas bawah
kanan kiri Kanan kiri Kanan kiri Kanan Kiri
Aang 22,7 23 22 22 45 46 32,5 33,5 69
Nadya 31 29 22,5 21,5 48 48 33,8 35,8 82
Rista
Galang 27 25 24,5 23,5 51,5 51,5 36,5 35,5 70,5
Murti 26,9 27 23,3 23,3 51,1 51,1 34,3 34,5 83,3
Tedda 31 28,3 25 25 50,6 50 33,4 34 84
Rosalia 27 26,5 24,5 23,5 50,5 51,5 34 35,5 70

KESIMPULAN
Antropometri (ukuran tubuh) merupakan salah satu cara langsung menilai status gizi,
khususnya keadaan energi dan protein tubuh seseorang. Antropometri dibagi atas dua bagian yaitu
antropometri statis dan antropometri dinamis. Antropometri statis adalah pengukuran manusia
pada posisi diam dan linier pada permukaan tubuh sedangkan antropometri dinamis adalah
pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak.

DAFTAR PUSTAKA

Barrie M. Margetts and Michael Nelson. 1996. Design Concept in Nutrition Epidemology. London.
OXFORD University Press. Fitriani, Mela, dkk. 2015. ANTROPOMETRI. Artikel. (Diakses dari
https://www.academia.edu/11417214/Antropometr1).
Ilma, EPN. 2013. Antropometri. Paper. (Diakses dari eprints.ums.ac.id/22561/2/BAB_I.pdf) Putra,
TBMW. 2016. ERGONOMI. Paper. (Diakses dari
http://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/123456789/3018/06bab2_Tegar%20
BMW%20Putra_100702010015_skr_2016.pdf?sequence=6&isAllowed=y

Syaifullah, Hanif. 2009. ANTROPOMETRI. Artikel. (Diakses dari


http://www.academia.edu/14962682/Antropometri)

UII. 2010. PENGUKURAN DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA. Modul Artikel. (Diakses dari
http://apk.lab.uii.ac.id/CATEN%202013/modul/Antropometri.pdf)

UGM. 2013. ANTROPOMETRI. Paper. (Diakses dari


http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=download&sub=DownloadFile&act=
view&typ=html&id=64503&ftyp=potongan&potongan=S1-2013-280269- chapter1.pdf)

Mugi, Prestiana, dkk. 2016. Pengukuran Atropometri Pada Orang Dewasa. Artikel. (Diakses dari
https://www.academia.edu/11877063/Pengukuran_Antropometri_Orang_Dewasa) Auliyanah,
Anna. 2012. Praktikum Gizi; Pengukuran Antropometri. Artikel.

Citra, Anisyah. 2016. Keterbatasan Indeks Massa Tubuh. Artikel. (Diakses dari
https://www.apki.or.id/keterbatasan-indeks-massa-tubuh/) UNILA. 2015. ANTROPOMETRI.
Paper. (Diakses dari http://digilib.unila.ac.id/15787/18/BAB%20II.pdf) Walter, Willett. 1988.
Nutrional Epidemiology Second Edition. New York : Oxford University Press.

Anda mungkin juga menyukai