Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRAKTIKUM

PENILAIAN STATUS GIZI

OLEH:

NAMA : RISKA WIDIASARI

STAMBUK : P211 19 091

KELOMPOK: VI (A)

ASISTEN : WINDI SAFITRI

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TADULAKO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
semua limpahan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum
tepat pada waktunya sebagai syarat untuk melaksanakan ujian praktikum Penilaian
Status Gizi.

Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan
maupun pedoman bagi para pembaca serta dapat menambah wawasan pembaca dan bisa
bermanfaat bagi semua orang.

Penulis menyadari bahwasanya masih banyak kekurangan dalam laporan ini. Oleh
karean itu dengan penuh kerendahan hati, penulis berharap kepada para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran untuk perbaikan laporan ini.

Palu, 18 April 2021

Riska Widiasari
P211 19 091
DAFTAR ISI

SAMPUL……………………………………………………………………….1

KATA PENGANTAR…………………………………………………………2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………..5


1.2 Tujuan……………………………………………………………………6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Antropometri……………………………………………………………7

2.2 Biokimia……………………………………………………………...…10

2.3 Fisik KLinis……………………………………………………………..13

BAB III METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan………………………………………………………….14

3.2 Waktu dan Tempat………………………………………………………14

3.3 Peserta dan Sasaran…………………………………………..…………14

3.4 Metode Pelaksanaan…………………………………………………….14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan……………………………………………………….15

4.2 Pembahasan……………………………………………………………..19

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan…………………………………………………….……….29

5.2 Saran…………………………………………………………………….30

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..31

LAMPIRAN…………………………………………………….……………32

LEMBAR ASISTENSI………………………………………………………44
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Status gizi adalah suatu keadaan kesehatan sebagai akibat keseimbangan antara
konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang
diekskpresikan dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi dapat dinilai secara
langsung melalui pengukuran antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik
(Supariasa et al., 2002). Metode pengukuran antropometri pada anak
bermacammacam, salah satunya dengan cara mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT)
(Wahidiyat dan Sastroasmoro, 2014).

Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat
dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh
(Almatsier, 2010). Cara menentukan status gizi seseorang atau kelompok yaitu
dengan melakukan penilaian status gizi baik secara langsung yaitu dengan
antropometri, klinis, biokimia dan biofisik dan yang tidak langsung yaitu dengan
survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi (Supariasa, 2012).

IMT adalah pengukuran berat badan seseorang dalam kilogram (kg) dibagi dengan
kuadrat tinggi badan dalam meter (m2 ). IMT dapat menjadi petunjuk untuk
menentukan kelebihan berat badan serta berkorelasi tinggi dengan massa lemak
tubuh (Pudjiadi dan Hegar, 2010).

Interpretasi status gizi berdasarkan IMT pada anak tergantung pada usia dan jenis
kelamin karena anak laki-laki dan perempuan memiliki kadar lemak tubuh yang
berbeda. Di samping itu, pada anak terjadi perubahan tinggi badan, berat badan, dan
jumlah lemak tubuh sesuai pertambahan usia. Status gizi tidak normal berdasarkan
grafik Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) pada anak terdiri dari status
gizi kurang (underweight) dan status gizi lebih (overweight dan obesitas) (CDC,
2015).

Antropometri (ukuran tubuh) merupakan salah satu cara langsung menilai status
gizi, khususnya keadaan energi dan protein tubuh seseorang. Dengan demikian,
antropometri merupakan indikator status gizi yang berkaitan dengan masalah
kekurangan energi dan protein yang dikenal dengan KEP. Antropometri
dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Konsumsi makanan dan
kesehatan (adanya infeksi) merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi
antropometri (Aritonang, 2013).

Pemeriksaan biokimia dalam penilaia status gizi memberikan hasil yang lebih tepat
dan objektif dari pada menilai konsumsi pangan dan pemeriksaan lain. Pemeriksaan
biokimia yang sering digunakan adalah teknik pengukuran kabdungan berbagai zat
gizi dan substansi kimia lain dalam darah dan urine. Hasil pengukuran tersebut
dibandingkan dengan keadaan normal yang telah ditetapkan. Adanya parasite dapat
diketahui melalui pemeriksaan feses, urine dan darah, karena kurang gizi sering
dikaitkan dengan prevalensi penyakit karena parasite. Dalam berbagai hal,
pemeriksaan biokimia hanya dapat diperoleh drumah sakit atau pusat kesehatan.
Keadaan ini memberi gambaran bahwa sarana yang tersedia tidak dijangkau oleh
penduduk yang tinggal di daerah yang jauh dari sarana tersebut. Meskipun
demikian, pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara memeriksa contoh darah,
perawat atau petugas kesehatan lain dan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis.
Dalam pemeriksaan secara biokimia ini yang diteliti adalah kadar gula darah, kadar
asama urat dan kadar kolesterol dari probandus. (Supariasa, 2001).

1.2 Tujuan Umum


Tujuan umum dari praktikum penilaian status gizi adalah untuk mengetahui cara
melakukan penilaian status gizi pada seseorang.

1.3 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari praktikum penilaian status gizi yaitu mahasiswa dapat:
a) Melakukan pengukuran antropometri.
b) Melakukan pemeriksaan fisik-klinis.
c) Melakukan pemeriksaan biokimia.
d) Menyelesaikan studi kasus penilaian status gizi secara antropometri dan
penentuan status gizi.
e) Menyelesaikan studi kasus penilaian status gizi secara fisik-klinis dan penentuan
status gizi.
f) Menyelesaikan studi kasus penilaian status gizi secara biokimia dan penentuan
status gizi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Antropometri
Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang berhubungan
dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi seseorang.
Pada umumnya antropometri mengukur dimensi dan komposisi tubuh seseorang
( Supariasa, 2012).

a. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan gambaran pertumbuhan. Dalam keadaan normal, TB
tumbuh bersama dengan pertambahan umur. Pengaruh kekurangan gizi terhadap
TB akan tampak pada kekurangan yang sangat lama. Berdasarkan hal tersebut
indeks TB/U dapat menggambarkan keadaan masa lalu (Aritonang, 2013).
Prosedur pengukuran TB yaitu (1) memasang mikrotoa pada dinding yang rata
dan tegak lurus pada lantai, (2) mikrotoa digeser keatas hingga melebihi tinggi
anak yang akan diukur, (3) klien berdiri tegak lurus rapat ke dinding, (5) posisi
kepala, bahu belakang, pantat dan tumit rapat ke dinding, pandangan lurus ke
depan, (6) membaca angka pada mikrotoa dengan pandangan mata sejajar dengan
angka yang ditunjuk pada garis mikrotoa (Aritonang, 2013).

b. Berat Badan
Berat badan menggambarkan tentang massa tubuh. Dalam keadaan normal, BB
berkembang mengikuti perkembangan umur (balita). Sedangkan saat dalam
keadaan tidak normal, BB berkembang lebih cepat atau lambat. Berdasarkan sifat
tersebut, maka indikator BB/U hanya dapat menggambarkan status gizi saat ini.
Prosedur penimbangan BB yaitu (1) dilakukan sebaiknya pagi hari setelah buang
air atau keadaan perut kosong supaya hasil akurat, (2) meletakkan timbangan di
tempat yang datar, (3) sebelum dilakukan penimbangan sebaiknya timbangan
dikalibrasi terlebuh dahulu, (4) klien diminta melepas alas kaki, aksesoris yang
digunakan dan menggunakan pakaian seminimal mungkin, (5) klien naik ke
timbangaan dengan posisi menghadap kedepan, pandangan lurus, tangan
disamping kanan kiri dan posisi rileks serta tidak banyak gerakan, (6) catat hasil
pengukuran (Aritonang, 2013).

c. Tinggi Lutut
Direkomendasikan oleh WHO (1999) untuk digunakan sebagai predictor tinggi
badan pada seseorang lansia yang berusia kurang lebih 60 tahun. Tinggi lutut
diukur dengan caliper berisi mistar pengukuran dengan mata pisau menempel
pada susut 90⸰. Alat yang digunakan adalah alat tinggi lutut yang terbuat dari
kayu. Subjek yang diukur ditempatkan dalam posisi duduk atau berbaring (atau
tidur). Pengukuran dilakukan pada kaki kiri subjek antara tulang tibia dengan
tulang pahan dengan membentuk sudut 90⸰. Alat ukurnya ditempatkan diantar
tumit sampai bagian proksimal dari tulang patella. Pembacaan skala dilakukan
pada alat ukur dengan ketelitian 0,1 cm.

d. Panjang Ulna
Tulang ulna adalah sebuah tulang pipa yang mempunyai sebuah batang dan dua
ujung. Tulang ulna berada di sebelah medial dari lengan bawah dan lebih panjang
dari radius. Kepala ulna berada di sebelah ujung bawah (Astriana, 2016). Panjang
ulna menurut Ebit et al. (2010) adalah jarak yang ditarik langsung dari prosesus
olecrani sampai dengan prosesus styloideus pada saat siku difleksikan secara
maksimal. Cara pengukuran panjang tulang ulna diperoleh dengan mengukur
panjang tulang ulna dari lengan kiri dari ujung siku (prosesus olekranon) sampai
pertengahan dari tulang yang menonjol di pergelangan tangan (prosesus stiloid).
Panjang ulna dapat diukur menggunakan metlin/pita ukur 150 cm ketelitian 0,1
cm dengan berbagai posisi, bisa dengan posisi berdiri, duduk, maupun berbaring
yaitu dengan siku difleksikan dan tangan subjek memegangi bahu yang
bersebrangan (Sutriani, 2013).

e. Panjang Demispam
Demi spam yang merupakan jarak antara titik tengah sternal notch dengan
pangkal jari tengah juga menjadi pilihan yang sering digunakan untuk
memprediksi tinggi badan pada lansia. Demi spam diukur dalam posisi duduk
dilengan kiri. Lengan diangkat setinngi bahu dan direntangkan dengan jari
diperpanjang. Jarak antara bagian tengah suprasental dan akar jari tengah dikuru.

f. Panjang Armspam
Armsapm dapat menjadi alternative yang efektif dan dapat diandalkan dalam
memprediksi tinggi badan. Arm spam adalah jarak maksimum antara ujung jari
terpanjang kedua tangan di mana kedua lengan direntangkan sejajar dengan bahu.
Penelitian telah menunjukan bahwa semua parameter antropometri dipengaruhi
oleh factor genetic, lingkungan dan biologi. Pengukuran diambil dari salah satu
ujung jari tengah ke ujung jari tengah lainnya. Pengukuran di ambil dua kali, dan
rata-rata dari dua bacaan dihitung.

g. Lingkar Kepala
Lingkar kepala dapat digunakan sebagai pengukuran ukuran pertumbuhan lingkar
kepala dan pertumbuhan otak, walaupun tidak sepenuhnya berkorelasi dengan
volume otak. Pengukuran lingkar kepala merupakan predikator terbaik dalam
melihat perkembangan syaraf anak dan pertumbuhan global otak dan struktur
internal. Cara mengukur lingkar kepala dilakukan dengan melingkarkan pita
pengukur melalui bagian paling menonjol di bagian kepala belakang
(protuberantia occipitalis) dan dahi (glabella). Saat pengukuran sisi pita yang
menunjukkan sentimeter berada di sisi dalam agar tidak meningkatkan
kemungkinan subjektivitas pengukur. Kemudian cocokkan terhadap standar
pertumbuhan lingkar kepala.

h. Lingkar Lengan Atas (LILA)


Ambang batas LILA wanita usia subur dengan resiko Kekurangan Energi Kronis
(KEK) di Indonesia adalah 23,5 cm. apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm
atau bagian merah pita LILA artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK,
dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR). BBLR
mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan gangguan
perkembangan anak (Supariasa, 2014).

i. Lingkar Perut
Lingkar perut sebagai indeks distribusi lemak tubuh baik tersebar di subkutan
(perifer) dan sentral (visceral). Obesitas sentral jika lingkar perut lebih dari 90 cm
pada laki-laki dan lebih dari 80 cm pada wanita (Persatuan Ahli Gizi Indonesia,
2009).

j. Lingkar Pinggang, panggul


Rasio lingkar pinggang dan panggul adalah sebuah metode sederhana untuk
menggambarkan distribusi lemak dalam tubuh khususnya di daerah sub kutan
dan jaringan lemak perut. Berbeda dengan indeks massa tubuh yang
menggambarkan distribusi lemak diseluruh tubuh, nilai antropometri lingkar
pingan dan rasio lingkar pinggang-panggul menggambarkan distribusi lemak
didaerah abdomen. (Hartanti, 2008).
Lingkar pinggang sebagai salah satu parameter juga dapat meprediksi distribusi
lemak tubuh didalam rongga perut mungkin dapat digunakan untuk
mengidentifikasi individu dengan resiko terkena penyakit metabolic dan penyakit
kardiovaskular, termasuk disini yaitu jiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia
ini erat hubugannya dengan mekanisme terjadinya atherosclerosis, dimana
ahteroklerosis berhubungan erat dengan peningkatan kadar kolestero, total dan
LDL dalam darah (Klop, 2013).

k. Tebal Lipatan Kulit (bicep, trisep, subscapular)


Lipatan kulit triseps diukur diatas otot triseps di bagian tengah jarak antara ujung
elekranon dan tonjolan akromion. Kedua titik ini dapat ditentukan dengan lengan
refleksi 90°. Setelah titik pertengahan ini diberi tanda, lengan kemudian
dibiarkan tergantung bebas dan terjuntai di samping badan, kemudian dilakukan
pengukuran.
Lipatan kulit biseps diukur di bagian perut otot biseps, pada titik yang sama
tinggi dengan lipatan kulit triseps. Lengan juga menggantung di sisi badan,
sementara telapak tangan menghadap ke depan.
Lipatan kulit sub-skapula diukur tepat di atas sudut bawah (inferior) skapula
kanan; penjepitan dapat dilakukan vertikal atau 45° terhadap garis-garis kulit.

2.2 Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji
secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. jaringan
tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan
tubuh seperti hati dan otot (Supariasa, 2001). Metode ini digunakan untuk suatu
peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah
lagi. banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat
lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik
(Supariasa, 2001)

a. Pengambilan Spesimen (Flebotomi)


Darah vena adalah darah yang berada di pembuluh darah vena, membawa darah
miskin akan oksigen menuju ke jantung. Pembuluh darah vena juga berdinding
tiga lapis seperti arteri, tetapi lapisan tengah berotot lebih tipis, kurang kuat,
lebih mudah kempes, dan kurang elastis dari pada arteri. Untuk mendapatkan
sampel darah vena dilakukan venipuncture yaitu cara pengumpulan darah
dengan melakukan tusukan kedalam pembuluh darah vena. Pada umumnya
semua pembuluh vena cukup besar yang letaknya superficial dapat dipergunakan
untuk pengambilan darah, namun vena mediana cubital, pada anterior lengan
(sisi dalam lipatan siku) terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan
tidak terdapat saraf besar sehingga vena ini dijadikan pilihan utama karena
minimal rasa sakitnya. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau vena
basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Pengambilan darah pada vena basilica
harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri
brachialis dan syaraf median. Terdapat dua cara pengambilan sampel darah
vena, yaitu cara terbuka (menggunakan jarum spuit) dan cara tertutup (jarum dan
tabung vacum/ vacutainer) (H. Maxwell, 2010)

b. Pemeriksaan kolesterol
Kolesterol merupakan senyawa lemak kompleks yang dihasilkan oleh tubuh
yang memiliki fungsi membuat hormon sex, adrenal, membentuk dinding sel.
Kolesterol penting bagi tubuh, apabila kadar kolesterol dalam darah berlebihan
juga berbahaya bagi kesehatan (Djojodibroto, 2012).
Kadar kolesterol di dalam darah adalah di bawah 200 mg/dl apabila kadar
kolesterol melampaui batas normal disebut hiperkolesterolemia, biasanya
terdapat pada penderita obesitas, diabetes melitus, hipertensi, peroko serta orang
yang sering minum-minuman beralkohol (Leksono, 2016).

c. Pemeriksaan HDL
HDL memiliki kandungan lemak lebih sedikit dan memiliki kepadatan tinggi
sehingga lebih berat (UPT- Balai Informasi tekhnologi LIPI, 2009). Kolestrol
HDL normal harus lebih tinggi dari 40 mg/dL untuk laki-laki, atau di atas 50
mg/dL untuk perempuan. Penyebab kolestrol HDL yang rendah adalah kurang
gerak badan, terlalu gemuk, serta kebiasaan merokok. Hormon testosteron pada
laki-laki, steroid anabolik, dan progesteron juga dapat menurunkan kolesterol
HDL, sedangkan hormon estrogen perempuan menaikkan HDL (Mason, 2008)

d. Pemeriksaan Aspartate Aminotramsferase (AST) (GOT)


Pemeriksaan SGOT/SGPT adalah pemeriksaan untuk melihat adanya kerusakan
organ hati. Salah satu pemeriksaan biokimia hati yang biasanya digunakan
adalah pemeriksaan enzim golongan alanin aminotransferase (ALT) atau sering
disebut glutamate pyruvate transaminase (Gajawatet al, 2006).

e. Pemeriksaan L-Alanine
ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim yang utama banyak ditemukan
pada sel hati serta efektif dalam mendiagnosis destruksi hepatoselular.. Jika
terjadi kerusakan hati, enzim ALT akan keluar dari sel hati menuju sirkulasi
darah. Kadar normal ALT darah 5-35 U/L. Enzim ini juga ditemukan dalam
jumlah sedikit pada otot jantung, ginjal, serta otot rangka. Kadar ALT serum
dapat lebih tinggi dari sekelompok transferase lainnya (transaminase), aspartate
aminotransferase (AST) atau serum glutamic oxatoacetic transaminase (SGOT),
dalam kasus hepatitits akut serta kerusakan hati akibat penggunaan obat dan zat
kimia, dengan setiap serum mencapai 200-400 U/L. SGPT digunakan untuk
membedakan antara penyebab karena kerusakan hati dan ikterik hemolitik.
Kadar SGOT serum pada ikterik yang berasal dari hati hasilnya lebih tinggi dari
300 unit, sedangkan yang bukan berasal dari hati hasilnya <300 unit. Kadar
SGPT serum biasanya meningkat sebelum tampak ikterik (Kee, 2007).

f. Pemeriksaan Triglycerida
Trigliserida adalah ester alkohol gliserol dan asam lemak yang terdiri dari tiga
molekul asam lemak yaitu lemak jenuh, lemak tidak jenuh tunggal dan lemak
tidak jenuh ganda (Wibawa, 2009). Trigliserida digunakan tubuh terutama untuk
menyediakan energi dalam proses metabolik, sejumlah kecil trigliserida juga
digunakan di seluruh tubuh untuk membentuk membran sel. Trigliserida di
dalam darah membentuk kompleks dengan protein tertentu (apoprotein)
sehingga membentuk lipoprotein. Lipoprotein itulah bentuk transportasi yang
digunakan trigliserida (Wibowo, 2009).
Sampel pemeriksaan yang umumnya digunakan dalam pemeriksaan trigliserida
adalah serum dari darah vena. Serum didapat dengan cara sejumlah darah
dimasukkan kedalam tabung dan dibiarkan selama 15-30 menit maka darah
tersebut akan membeku lalu dicentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15
menit dan keluarlah cairan bening berwarna kuning jerami (Nugroho, 2015).

g. Pemeriksaan Glukosa
Glukosa darah karbohidrat terpenting bagi tubuh karena glukosa bertindak
sebagai bahan bakar metabolik utama. Glukosa juga berfungsi sebagai prekursor
untuk sintesis karbohidrat lain, misalnya glikogen, galaktosa, dan ribosa.
Glukosa merupakan produk akhir dari metabolimse karbohidrat. Sebagain besar
karbohidrat diabsorpsi ke dalam darah dalam bentuk glukosa, sedangkan
monosakarida lain seperti fruktosa dan galaktosa akan diubah menjadi glukosa
di dalam hati. Karena itu, glukosa merupakan monosakarida yang banyak
ditemukan dalam darah (Murray dkk, 2009).
Kadar glukosa darah dalam keadaan normal berkisar antara 70-100 mg/dl. Nilai
noramal kadar glukosa dalam serum dan plasma adalah 75-115mg/dl, kadar gula
2 jam postrandial < 140mg/dl, dan kadar gula darah sewaktu < 140 mg/dl
(Widyastuti,2011).

h. Pemeriksaan protein total


Pemeriksaan kadar total protein dalam darah dilakukan dengan menggunakan
metode biuret yang dilihat dari reaksi warna antara reagen tembaga alkali dan
rantai peptida CO-NH yang menghasilkan warna ungu. Metode ini berdasarkan
jumlah rantai CO-NH yang tetap per satuan massa protein. Prinsip kerja metode
ini adalah persamaan warna dengan ion tembaga, di mana protein dalam serum
bereaksi dengan ion tembaga dalam suasana alkalis (basa), sehingga membentuk
senyawa kompleks berwarna ungu yang intensitas warna sebanding dengan
kadar total protein dalam darah (Page, 2007).

i. Pemeriksaan albumin
Pemeriksaan kadar albumin serum pada prinsip pemeriksaan albumin dengan
metode BCG yaitu serum ditambahkan pereaksi albumin akan berubah warna
menjadi hijau, kemudian diperiksa pada spektrofotometer. Intensitas warna hijau
ini menunjukkan kadar albumin pada serum (Soebrata, 2007).

j. Pemeriksaan Asam Urat


Asam urat (C5H4N4O3) merupakan produk akhir metabolisme purin (bentuk
turunan nukleoprotein : adenine dan guanine). Secara alamiah, purin terdapat
dalam tubuh dan dijumpai pada semua makanan yang berasal dari hewan
(jeroan, daging, remis, sarden), ataupun dari tumbuhan (sayuran seperti
kembang kol, bayam, buncis; buah-buahan seperti durian, nanas; kacang-
kacangan) (Sacher dan McPherson, 2004). Konsentrasi normal asam urat kurang
dari 7,0 mg/dL. Kadar asam urat tergantung jenis kelamin, umur, berat badan,
fungsi ginjal, dan kebiasaan memakan makanan yang mengandung diet purin
yang tinggi (Nasrul, 2012).

k. Pemeriksaan hemoglobin
Pemeriksaan hemoglobin merupakan salah satu dari pemeriksaan darah rutin
yang sering dilakukan di laboratorium puskesmas, klinik ataupun rumah sakit.
Pemeriksaan hemoglobin dilakukan dengan beberapa metode seperti metode
sahli, sianmethemoglobin yang dapat dilakukan dengan cara manual maupun
cara otomatis (Norsiah, 2015).

l. Analisis status seng (Zn)


Mulyaningsih (2009) menyatakan bahwa pada manusia seng merupakan logam
esensial yang dibutuhkan manusia dalam jumlah kecil yaitu kurang dari 100
mg/hari, yang sangat berperan bagi metabolisme tubuh. Seng dapat
menstimulasi aktivitas 100 macam enzim dan terlibat sebagai kofaktor pada 200
jenis enzim lainnya yang terlibat dalam sejumlah besar enzim yang
mengkatalisis reaksi metabolik yang vital. Kekurangan asupan Zn menyebabkan
rendahnya sistem imunitas dalam tubuh (Nasution, 2004).

2.3 Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. hal ini dapat dilihat pada jaringan
epitel seperti kulit, mata,rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat
dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya
untuk survei klinis secara cepat. survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat
tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping
itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan
pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala atau riwayat penyakit (Supariasa, 2001).

Metode pemeriksaan klinis didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang


dihbungkan dengan ketidakcukuan gizi. Hal inidapat diliat pada jaringan epitel
seperti kulit, mata, rambu dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat
dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

Pemeriksaan fisik dan riwayat medis merupakan metode klinis yang dapat
digunakan untuk mendeteksi gejala dan tanda yang berkaitan dengan kekurangan
gizi. Gejala dan tanda yang muncul, sering kurang spesifik untuk menggambarkan
kekurangan zat gizi tertentu. Mengukur status gizi dengan melakukan pemeriksaan
bagian-bagian tubuh dengan tujuan untuk mengetahui gejala akibat kekurangan atau
kelebihan gizi. Pemeriksaan klinis biasanya dilakukan dengan bantuan perabaan,
pendengaran, pengetokan, penglihatan, dan lainnya. Misalnya pemeriksaan
pembesaran kelenjar gondok sebagai akibat dari kekurangan iodium. Pemeriksaan
klinis adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya gangguan
kesehatan termasuk gangguan gizi yang dialami seseorang. Pemeriksaan klinis
dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya melalui kegiatan anamnesis,
observasi, palpasi, perkusi, dan/atau auskultasi. (Supariasa, 2002)
BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Tempat dan Waktu Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 03 April 2021 Pukul 13.00
WITA sampai dengan selesai melalui aplikasi zoom meeting.

3.2 Alat dan Bahan Praktikum


Alat yang digunakan pada antropometri yaitu, Timbangan digital, Microtoice, Pita
lila, pita ukur, skinfold caliper length board dan metline.

Bahan yang digunakan paa biokimia yaitu, Serum/plasma darah, Reagen kolesterol
total, larutan blanko, reagen HDL presipitasi, aquades, standar trigliserida,reagen
trigliserida, reagen AST, reagen ALT, reagen glukosa, reagen kolestrol total, reagen
protein, standard albumin, reagen albumin, larutan ZnSO4 0,1%,darah, dan reagen
golongan darah.

Alat yang digunakan pada Biokimia yaitu, Spoit/jarum suntik, torniqued, kapas
alkohol,tabung vial, centrifuge, rak tabung, tabung standard,tabung sampel, tabung
blanko,mikropipet 10 uL, mikropipet 1000 uL, penangas, spektrofotometer, semi
chemistry phometer analyzer, beaker gelas, spoit tanpa jarum 5 ml, kaca objek, dan
lanset.

3.2 Peserta dan Sasaran


Peserta dan sasaran praktikum Penilaian Status Gizi yaitu seluruh Mahasiswa prodi
Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat.

3.3 Metode Pelaksanaan


Praktikum Penilaian Status Gizi dilaksanakan secara Offline dan Online.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1.hasil pengamatan antropometri

Pengamatan gambar Praktikan Praktikan


1 2

Tinngi badan 158,9 cm 147,1 cm

Berat badan 55,1 cm 48,2 cm

Lingkar perut 73 cm 48,1 cm

Lingkar pinggang 72 cm 87 cm

Lingkar pinggul 97 cm 69 cm

Lingkar kepala 53,3 cm 54 cm


LILA 29 26,5

Tinggi lutut 19 cm 18,7 cm

Ulna 25 24,5

Subscapular 20 mm 24 mm

Rentang 153 cm 147 cm


tangan/armsapn

Demispam 70,5 69 cm

Bicep 33 mm 40 mm
Tabel 2. Hasil pengamatan biokimia

No Jenis Gambar Hasil


pemeriksaa
A A A
n
sampe standar blank
l t o
1. Glukosa 0,513 0,606 0,291

2. Asam urat 0,329 0,463 0,248

3. HDL 1,4 0,105

4. Trigliserida 0,434 0,721 0,248

5. Protein total 0,671 0,432 0,158


6. Albumin 3,476 3,283 0,378

7. Kolesterol 0,063 0,427 0,127


total

8. SGOT Menit Menit 2 Menit


1= = 3=
1,698 1,556 1,546

9. SGPT Menit Menit 2 Menit


1= = 3=
1,189 1,363 1,502

10 Golongan A
. darah
11 Status seng 3 (manis)
. (Zn)

Tabel 3. Fisik klinis

Lokasi Gambar Gejala/Tanda Kondisi gizi


Pemeriksaan
Umum/Seluruh Kekurangan berat badan Kekurangan
tubuh (underweight) energi
Rambut Kerontokan rambut Kekurangan
Protein

Wajah Depresi emosi tidak Kekurangan


stabil,pusing,insomenia, Vitamin
dan ketakutan ata A,D,E,K
agitasi. thiamin.

Kulit Kulit kering atu bersisik, Kekurangan


dan kulit pucat. Riboflavin.

Bibir Bibir pecah-pecah Kekurangan


Niacin (B3)

Lidah Lidah terasa pahit atau Kekurangan


seperti logam zinc

Otot Kesemutan dan nyeri Kekurangan


pada tangan dan kaki. B6

Kandungan pada Berat bayi lahir rendah Kekurangan


ibu hamil (BBLR), kelahiran Folat
prematur, perkembangan
yang lamban dalam
perut, keguguran dan
bibir sumbing.
Seluruh Tubuh Pusing dan sakit kepala, Kekurangan
Emosi kurang stabil, Fe (besi)
Pusing dan sakit kepala,
pucat, sesak nafas,
mudah lelah, Kaki dan
tangan terasa dingin dan
Kurang berenergi saat
beraktivitas
Leher Pembekakan pada leher Kekurangan
atau gondongan Iodine.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Antropometri

Pengukuran antropometri adalah metode yang lebih praktis untuk menilai


status gizi (khususnya KEP) di masyarakat. Ukuran tubuh yang biasanya
dipakai untuk melihat pertumbuhan fisik adalah berat badan (BB), tinggi
badan (TB), lingkar lengan atas (LILA), lingkar kepala (LK), tebal lemak
dibawah kulit (TL) dan pengukuran tinggi lutut. Penilaian status gizi
antropometri disajikan dalam bentuk indeks misalnya BB/U, TB/U, PB/U,
BB/TB, IMT/U (Aritonang, 2013).

Tujuan dari penggunaan metode antropometri ini adalah untuk menilai status
gizi seseorang dengan melakukan berbagai pengukuran.

Antropometri sebagai indikator status gizi, parameter yang dilakukan dalam


pengukuran ini dengan melakukan pengukuran yaitu :

• Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan gambaran pertumbuhan. Dalam keadaan normal,


TB tumbuh bersama dengan pertambahan umur. Pengaruh kekurangan gizi
terhadap TB akan tampak pada kekurangan yang sangat lama. Berdasarkan
hal tersebut indeks TB/U dapat menggambarkan keadaan masa lalu
(Aritonang, 2013). Hasil yang di didapatkan dalam pengukuran tinggi badan
pada nn. Riska Widiasari adalah 147,1 cm.

• Berat Badan

Berat badan menggambarkan tentang massa tubuh. Dalam keadaan normal,


BB berkembang mengikuti perkembangan umur (balita). Sedangkan saat
dalam keadaan tidak normal, BB berkembang lebih cepat atau lambat.
Berdasarkan sifat tersebut, maka indikator BB/U hanya dapat
menggambarkan status gizi saat ini.Dalam keadaan normal, perkembangan
berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan
kecepatan tertentu. (Supariasa, 2001). hasil yang di didapatkan dalam
pengukuran berat badan pada nn. Riska Widiasari adalah 44,2.

• Lingkar Kepala
Lingkar kepala dapat digunakan sebagai pengukuran ukuran pertumbuhan
lingkar kepala dan pertumbuhan otak, walaupun tidak sepenuhnya
berkorelasi dengan volume otak. Pengukuran lingkar kepala merupakan
predikator terbaik dalam melihat perkembangan syaraf anak dan
pertumbuhan global otak dan struktur internal. Hasil yang di didapatkan
dalam pengukuran Lingkar Kepala pada nn. Riska Widiasari adalah 54

• Tinggi Lutut

tinggi badan didapatkan dari tinggi lutut bagi orang yang memiliki
gangguan tulang belakang, tidak dapat berdiri atau lumpuh, dan lansia
(Kemenkes RI, 2012). hasil yang di didapatkan dalam pengukuran tinggi
badan pada nn. Riska Widiasari adalah 18,7.cm.

• Lingkar Perut

Lingkar perut sebagai indeks distribusi lemak tubuh baik tersebar di


subkutan (perifer) dan sentral (visceral). Hasil yang di didapatkan dalam
pengukuran lingkar perut pada nn. Riska Widiasari adalah 48,1 cm.

• Lingkar Pinggang

Pengukuran lingkar pinggang dapat digunakan untuk memprediksi adanya


timbunan lemak pada daerah intraabdomen atausering disebut obesitas
sentral yang merupakan salah satu penanda resiko kardiovakulas. hasil yang
di didapatkan dalam pengukuran lingkar pinggang pada nn. Riska Widiasari
adalah 87 cm

• Lingkar Pinggul

pengukuran panjang lingkar panggul yang diukur pada lingkar maksimal


dari pantat dan pada bagian atas simpysis ossis pubis. hasil yang di
didapatkan dalam pengukuran lingkar panggul pada nn. Riska Widiasari
adalah 69 cm.

• Panjang Ulna

Tulang ulna berada di sebelah medial dari lengan bawah dan lebih panjang
dari radius. Kepala ulna berada di sebelah ujung bawah (Astriana, 2016).
hasil yang di didapatkan dalam pengukuran Panjang Ulna pada nn. Riska
Widiasari adalah 24,5 cm.

• Subscapular (tebal lipatan kulit)

Pengukuran Subscapular digunakan untuk memantau cadangan lemak tubuh


dan melihat tingkat obesitas seseorang. Ada beberapa alasan digunakannya
skinfold yaitu pertama, skinfold adalah pengukuran yang baik untuk
mengukur lemak tubuh bawah kulit; kedua, ada hubungan antara lemak
bawah kulit dan total lemak tubuh; ketiga, jumlah dari beberapa pengukuran
skinfold dapat digunakan untuk memperkirakan total lemak tubuh. Selain
alasan tersebut, skinfold ini cukup akurat, murah dan mudah untuk
digunakan. hasil yang di didapatkan dalam pengukuran Subscapular pada
nn. Riska Widiasari adalah 24 mm.

• Panjang Armspan

Arm span (panjang rentang lengan) merupakan jarak antara ujung jari
tengah pada salah satu lengan dengan ujung jari tengah pada lengan yang
lain. Panjang rentang lengan terdiri dari panjang humerus, lengan bawah,
serta carpal, metacarpal dan phalanges(Yousafzai, 2003). hasil yang di
didapatkan dalam pengukuran Subscapular pada nn. Riska Widiasari adalah
147 cm.

• Panjang Demispan

Panjang demispan adalah jarak antara titik tengah incisura jugularis sternalis
dan lekukan antara jari tengah dan jari manis. Pengukuran panjang
demispan dilakukan dengan tangan ekstensi sepenuhnya ke samping secara
lurus dengan bagian plantar menghadap ventral. hasil yang di didapatkan
dalam pengukuran Subscapular pada ny. Riska Widiasari adalah 69 cm

4.2.2 Biokimia

Pada umumnya yang dinilai dalam penilaian status gizi secara biokimia antara
lain, yaitu: zat besi, vitamin, protein, dan mineral. Contoh sampel berupa serum
darah, urine, rambut (untuk melihat Zn), serta feces. Plasma darah dapat
menghasilkan komponen darah yang didapatkan dari darah yang di-centrifuge
menjadi serum yang lebih sensitif dibanding plasma dan sel-sel darah.
Pemeriksaan biokimia digunakan untuk menilai status gizi sehingga hasilnya
memberikan gambaran lebih tepat, objektif, dan hanya dilakukan orang yang
terlatih. Hasil pemeriksaan biokimia tersebut dibandingkan dengan standar
normal yang telah ditetapkan. Pemeriksaan biokimia dilakukan terutama untuk
mendekteksi keadaan defisiensi zat gizi sub-klinikal, artinya sudah mengalami
kelainan biokimia namun tanpa tanda-tanda atau gejala klinis, sehingga sering
digunakan untuk menggambarkan tahap awal dari suatu penyakit atau kondisi,
sebelum gejala terdeteksi oleh pemeriksaan klinis atau pemeriksaan
laboratorium. Umumnya pemeriksaan biokimia digunakan untuk melengkapi
metode lain dalam penilaian status gizi, misalnya data penilaian konsumsi
pangan, klinis dan antropometri telah terkumpul tetapi dengan adanya data
biokimia masalah gizi yang spesifik agar dapat lebih mudah diidentifikasi.
(Supariasa, 2001)

• Pengambilan spesimen (Flebotomi), Flebotomi merupakan tindakan untuk


mendapatkan spesimen darah dapat melalui vena (venipuncture), melalui
pembuluh darah arteri (arterial puncture)dan melalui kapiler (capillary
puncture) untuk diperiksa secara laboratorium. Dalam melaksanakan tugas
tersebut, flebotomis perlu mengidentifikasi darah apa yang akan diambil dan
peralatan apa yang seharusnya dipakai. Seluruh tindakan flebotomi harus
dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan jumlah spesimen yang dibutuhkan
(Davis,2010;Warekois dan Robinson,2012).

• Pemeriksaan kolestrol, Pemeriksaan kolesterol total itu dilakukan setelah


terlebih dahulu puasa sepanjang malam kurang lebih 9-12 jam lamanya
sebelum pemeriksaan. Tujuan puasa ini adalah agar tidak terjadi kesalahan
pengukuran karena adanya pengaruh lemak yang baru dikonsumsi yang
berasal dari makanan yang baru saja dimakan.Biasanya dokter melakukan
pemeriksaan kolesterol ini di pagi hari dan pasien harus puasa
sebelumnya(Graha,2010). Hasil yang didapatkan pada percobaan
pemeriksaan kolestrol pada tabung standard : 0,588, tabung sampel : 0,441
dan tabung blanko : 0,127

• Pemeriksaan HDL, Kolesterol yang berlebihan atau HDL kurang dalam


tubuh akan tertimbun dalam dinding pembuluh darah yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit jantung dan stroke. Faktor-faktor seperti
genetik atau keturunan, usia dan jenis kelamin, gaya hidup dan pola makan
serta tingkat aktifitas dapat berpengaruh terhadap penurunan kadar HDL
kolesterol dalam tubuh (Rifdah, 2012).

Pemeriksaan kadar kolesterol HDL dapat dilakukan dengan menggunakan


serum darah, yang memiliki toleransi penyimpanan pada suhu ruang
(Sacher, 2004). Pemeriksaan kolesterol HDL kadang kala tidak dapat segera
dilakukan atau terpaksa ditunda apabila terjadi kendala saat pemeriksaan.
Hasil yang didapatkan pada percobaan Pemeriksaan HDL pada tabung
standard : 2,561, tabung sampel : 1,4 dan tabung blanko : 0,105

• Pemeriksaan trigliserida, Pemeriksaan trigliserida dapat menggunakan


sampel serum dan plasma, dalam pembuatan plasma yaitu dengan
penambahan anti koagulan kedalam darah sehingga pemeriksaan
menggunakan plasma lebih cepat dalam melakukan pemeriksaan.
Penggunaan anti koagulan dapat menyebabkan perpindahan air dalam
jumlah cukup besar dari sel eritrosit ke dalam plasma dengan demikian
menyebabkan kadar trigliserida mengalami penurunan dibandingkan
menggunakan sampel serum sehingga kadar trigliserida dalam serum dan
plasma dapat berbeda. (Pearce, 2002). Hasil yang didapatkan pada
percobaan Pemeriksaan trigliserida pada tabung standard 0,915, tabung
sampel : 0,682 dan tabung blanko : 0,248

• Pemeriksaan Albumin Pemeriksaan albumin menggunakan sampel serum


dan plasma lithium heparin terdapat perbedaan, dimana hasil sampel dengan
menggunakan plasma lithium heparin lebih tinggi, menurut Jevuska (2012)
disebabkan karena adanya peningkatan pelepasan protein spesifik, seperti
tissue factor pathway inhibitor (TFPI) ke dalam darah untuk menghambat
pembekuan darah. Proses reaksi tersebut dapat meninngkatkan aktivitas dari
protein. Heparin lithium menambah aktivitas thrombin III, senyawa alami
yang akan menghambat aktivasi faktor pembekuan. Dapat diketahui bahwa
albumin merupakan bagian dari protein. sehingga penggunaan sampel
plasma lithium heparin pada pemeriksaan kadar albumin akan cenderung
lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan sampel serum.

• Pemeriksaan glukosa darah, Pemeriksaan kadar glukosa darah dahulu


memakai metoda reduksi ion Cu yang memanfaatkan sifat mereduksi
molekul glukosa yang tidak spesifik. Sekarang menggunakan cara
enzimatik, baik glukosa oksidase, glukosa dehidrogenase maupun
heksokinase. Enzim berikatan dengan substrat spesifiknya (glukosa) dengan
membebaskan H2O2 yang banyaknya diukur secara tidak langsung. Cara
enzimatik lebih baik karena tidak ada pengaruh zat-zat reduktor. Dari cara
enzimatik yang terbaik adalah heksokinase (mahal), tetapi umumnya
laboratorium memakai enzim yang agak lebih murah dengan hasil klinis
yang tidak banyak terpengaruh. Dengan kemajuan teknologi jelas makin
berkembang metode-metode baru yang lebih canggih (Petrus, 1999). Hasil
yang didapatkan pada percobaan Pemeriksaan glukosa darah pada tabung
standard 0,606, tabung sampel : 0,513 dan tabung blanko : 0,158

• Pemeriksaan kadar asam urat biasa dilakukan dilaboraturium potologi klinik


dengan metode spektropometer. Waktu pemeriksaan yang relatif lebih lama
dan pengambilan sampel darah vena yang invasif menyebabkan masyarakat
mengabaikan pentingnya pemeriksaan kadar asam urat. Pemeriksa dengan
menggunakan spektrofotometer pada sampel darah terlebih dahulu melalui
beberapa proses seperti plasma darah atau serum dipisah dari sampel darah
kemudian plasma/serum itulah yang dibaca absornasinya di
spektrofotometer. Hasil yang didapatkan pada percobaan Pemeriksaan kadar
asam urat pada tabung standard 0,272, tabung sampel : 0,275 dan tabung
blanko : 0,248

• Pemeriksan protein total, Penetapan kadar protein dalam serum biasanya


mengukur protein total. Ada satu cara mudah untuk menetapkan kadar
protein total, yaitu berdasarkan pembiasan cahaya oleh protein yang larut
dalam serum. Penetapan ini sebenarnya mengukur nitrogen karena protein
berisi asam amino dan asam amino berisi nitrogen. Hasil yang didapatkan
pada percobaan Pemeriksan protein total pada tabung standard 0,167,
tabung sampel : 0,432 dan tabung blanko : 0,158

• Pemeriksaan golongan darah mempunyai berbagai manfaat dan


mempersingkat waktu dalam identifikasi. Golongan darah penting untuk
diketahui dalam hal kepentingan transfusi, donor yang tepat serta
identifikasi pada kasus kedokteran forensik seperti identifikasi pada
beberapa kasus kriminal (Azmielvita, 2009). Hasil yang didapatkan dalam
percobaan pemeriksaan golongan darah pada ny. Sitti adalah golongan
darah O.

4.2.3 Fisik/Klinis

• Kekurangan Energi Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian kekurangan


energi kronis adalah pola makan yang kurang beragam dan porsi yang
kurang. Dampak dari ketidakseimbangan asupan gizi ibu hamil dapat
menimbulkan gangguan selama kehamilan, baik terhadap ibu maupun janin
yang dikandungnya. Apabila kondisi ini berlangsung dalam waktu yang
lama maka akan terjadi ketidakseimbangan asupan untuk pemenuhan
kebutuhan dan pengeluaran energi sehingga menyebakan ibu hamil
mengalami Kekurangan Energi Kronis (Yuliastuti, 2013).

• Kekurangan Protein. KEP (Kurang Energi Protein) merupakan salah satu


penyakit gangguan gizi yang penting di Indonesia maupun di negara yang
sedang berkembanglainnya. Prevalensi tertinggi terdapat pada anak-anak
balita, ibu yang sedang mengandung dan menyusui. Penderita KEP
memiliki berbagai macam keadaan patologis yang disebabkan oleh
kekurangan energi maupun protein dalam proporsi yang bermacam-macam.
Akibat kekurangan tersebut timbul keadaan KEP pada derajat yang ringan
sampai yang berat (Adriani danWijatmadi,2012).

• Kekurangan Vit A D E K thiamin Kurang asupan vitamin A dikaitkan


dengan berbagai risiko infeksi seperti ISPA, pneumonia, diare, dan campak.
Mereka yang kekurangan vitamin A, terutama anak-anak, berisiko terkena
komplikasi campak. Oleh karena itu, asupan vitamin A penting untuk
dipenuhi agar daya tahan tubuh tetap kuat. Kekurangan vitamin D akan
mengakibatkan gangguan penyerapan kalsium dan fosfor pada saluran
pencernaan dan gangguan mineralisasi sruktur tulang dan gigi. Ada tiga
jenis keadaan yang dapat dialami penderita kekurangan vitamin D, yaitu:
ricketsia, tetani, osteomalasia (Winarno, 1992).
Kekurangan vitamin E bisa menjadi berat atau bahkan menyebabkan
beberapa masalah kesehatan berat, seperti kebutaan, aritmia, dan demensia.
Kekurangan vitamin E juga rentan dialami oleh bayi prematur dan bayi baru
lahir yang memiliki berat badan rendah. Vitamin K adalah vitamin yang
berperan penting dalam menghasilkan zat di dalam tubuh untuk menunjang
pembekuan darah. Kekurangan vitamin K dapat dikenali dengan munculnya
gejala berupa mudah memar, sering mimisan, serta tinja berwarna gelap dan
disertai bercak darah. Terkadang bercak darah juga ditemukan di bawah
kuku. Vitamin B1 atau thiamin merupakan salah satu yang dibutuhkan
untuk menimbulkan nasfu makan dan membantu penggunaan karbohidrat
dalam tubuh dan sangat berperan dalam sistem saraf. Tiamin dikenal juga
dengan B1 atau aneurin, sangat penting dalam metabolisme karbohidrat.
Peran utama thiamin adalah sebagai bagian dari koenzim dalam
dekarboksilasi oksidatif asam alfa-keto (Almatsier, 2009).

Kekurangan thiamin dapat menyebabkan polyneuritis, yang disebabkan


terganggunya transmisi syaraf, atau jaringan syaraf menderita kekurangan
energi. Beri-beri merupakan penyakit kekurangan vitamin B1 dalam
masyarakat yang banyak mengkonsumsi beras yang mengalami penyosohan
terlalu lanjut. Gejala kekurangan thiamin adalah hilangnya nafsu makan,
berat badan menurun, dan terjadi gangguan pencernaan (Andarwulan dan
Koswara, 1992).

• Kekurangan Riboflavin Kekurangan riboflavin biasa terjadi secara bersaman


dengan kekurangan vitamin larut air lain. Tanda-tanda kekurangan bisa
terjadi sebagai akibat kekurangan zat gizi lain, atau setelah beberapa waktu
kurang makan protein hewani dan sayuran berwarna hijau (Almatsier,
2001). Kekurangan vitamin B2 dapat dikenali dengan munculnya gejala
berupa anemia, mata merah, kulit kering, bibir pecah-pecah, infeksi mulut,
hingga sensitif terhadap cahaya.

• Kekurangan Niacin Vitamin B3 adalah salah satu dari delapan jenis vitamin
B. Seperti semua jenis vitamin B pada umumnya, niasin atau vitamin B3
berperan dalam mengubah karbohidrat menjadi glukosa, memetabolisme
lemak dan protein, serta menjaga sistem saraf bekerja dengan baik. Niasin
juga membantu tubuh memproduksi hormon yang berhubungan dengan seks
dan stres, serta meningkatkan sirkulasi dan kadar kolesterol. Ketika
kekurangan vitamin B3 parah, mungkin ada keterlibatan kulit. Lesi dapat
berkembang dalam bentuk seperti sarung tangan di tangan, yang disebut
sarung tangan pellagrous. Kekurangan vitamin B3 juga dapat menyebabkan
depresi jika tidak ditangan, melansir dari womenworking. Akibat umum dari
kekurangan vitamin B3 adalah perubahan pada sistem saraf pusat, yang
dapat mencakup keterlibatan otak seperti psikosis, yang mencakup gejala
seperti depresi dan paranoia.

• Kekurangan B6 Kekurangan vitamin B6 mengakibatkan anemia dan


gangguan kulit, seperti ruam atau pecah-pecah di sekitar mulut. Kurangnya
vitamin B6 juga dapat meningkatkan risiko gangguan otak seperti depresi,
kejang dan kebingungan, mual, otot berkedut, luka di sudut bibir, kesemutan
dan nyeri pada tangan dan kaki.

• Kekurangan Fe kekurangan zat besi umumnya menimbulkan gangguan atau


hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak. Kekurangan
kadar Hb dalam darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah, letih, lelah,
cepat lupa. sulit berkonsentrasi, dan mudah marah. Selain itu, kekurangan
zat besi juga dapat menghambat suplai oksigen ke seluruh tubuh, sehingga
penderita dapat mengalami sesak napas. Selain itu anemia gizi besi akan
menurunkan daya tahan tubuh dan mengakibatkan mudah terkena infeksi.

• Kekurangan Zinc Zinc (Zn) merupakan salah satu zat gizi mikro esensial
yang berperan penting dalam fungsi imunitas. Pada keadaan defi siensi zinc,
sel- sel imun di dalam tubuh cenderung mengalami penurunan dalam
mempertahankan fungsi kekebalan (Sneij et al., 2016).

Status zinc dalam tubuh dapat dinilai dengan mengukur kadar zinc dalam
plasma dan salah satunya dipengaruhi oleh asupan zinc baik dalam bahan
makanan maupun suplementasi. Asupan zinc yang tidak memenuhi
kebutuhan mempunyai dampak negatif yang menyebabkan terjadinya atropi
pada timus, lymphopenia, dan selanjutnya dapat terjadi kegagalan dalam
melawan infeksi dalam bentuk mikroba atau virus. Kekurangan zinc dapat
menyebabkan penurunan aktivitas sel natural killer, CD4+ dan CD8+,
menurunkan aktivitas proliferasi limfosit, serta menghambat pembentukan
antibodi oleh sel B. Hal ini dapat mempengaruhi kecepatan replikasi HIV di
dalam sel. Defisiensi Zn dapat menyebabkan penurunan nafsu makan,
dermatitis, pertumbuhan lambat, kematangan seksual lambat, infertilitas dan
imunodefisiensi. Kejadian ini dikaitkan dengan perubahan fungsi sistem
tanggap kebal, seperti menurunnya fungsi sel B dan T, menurunnya
fagositosis dan menurunnya produksi sitokin. Kurangnya asupan zinc juga
dapat meningkatkan risiko peradangan sistemik, terhambatnya proses
menyusui, kerusakan organ, dan bahkan kematian. Termasuk masalah
kesehatan yang sering tak disadari akibat kurangnya zinc, yaitu lamanya
penyembuhan jerawat, fungsi neurologis yang buruk, hingga rambut rontok

• Kekurangan Iodine Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)


merupakan spektrum luas dari gangguan pertumbuhan dan perkembangan
fisik maupun mental dengan gambaran yang sangat bervariasi sesuai dengan
tingkat tumbuh kembang manusia akibat kekurangan yodium. Yodium
adalah unsur gizi mikro yang berfungsi untuk pembentukan hormon tiroid,
tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3), yang berguna dalam proses
pengembangan susunan saraf pusat dan proses tumbuh kembang manusia.
Defisiensi yodium atau kekurangan yodium merupakan penyebab utama
penyakit gondok dan hipotiroid. Yodium atau iodium adalah komponen
yang digunakan tiroid untuk memproduksi hormon tiroid. Kekurangan
yodium paling sering terjadi pada anak-anak dan ibu menyusui.

• Kekurangan Folate Masa kehamilan merupakan periode yang sangat


menentukan kualitas sumberdaya manusia di masa depan, karena tumbuh
kembang anak sangat ditentukan oleh kondisi pada saat masa janin dalam
kandungan. Perbaikan keadaan gizi masyarakat merupakan syarat penting
untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil dan menyusui, menurunkan angka
kematian bayi dan balita, meningkatkan tumbuh kembang fisik, mental,
intelektual dan sosial anak. Dengan demikian, jika keadaan dan status gizi
ibu hamil baik maka janin yang dikandungnya akan baik juga dan
keselamatan ibu sewaktu melahirkan akan lebih terjamin (Wiknjosastro,
2005).

Kekurangan asam folat juga sangat berpengaruh pada perkembangan sistem


saraf utama otak dan tulang belakang janin seperti pada cacat tabung saraf
janin. Cacat tabung saraf janin sendiri dibagi menjadi 3 bentuk yaitu spina
bifida, anensefali, dan encephalocele (Arisman, 2003).
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Antropometri
Hasil pengukuran berat badan praktikan Riska yaitu 44,2 dan della 55,1 kg. Hasil
pengukuran tinggi badan praktikan Riska yaitu 147,1cm dan della 158,9cm. IMT
dari hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan praktikan Riska yaitu 20,42
dan della 21,82 tergolong normal. Hasil pengukuran panjang ulna praktikan
Riska yaitu 24,5cm dan della 25 cm. Dari hasil tersebut berarti memiliki selisih
yang sangat jauh. Hasil pengukuran demispan dari praktikan Riska yaitu 69cm
dan della 70,5 cm. Artinya panjang demispan kurang signifikan untuk
mengetahui tinggi badan seseorang.. Hasil yang diperoleh pengukuran armspan
yaitu riska 147cm dan della 158,9cm. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa
panjang armspan memiliki selisish yang sangat sedikit untuk mengetahui tinggi
badan dari kedua praktikan sehingga cukup efisien. Hasil yang diperoleh dari
pengukuran tinggi lutut riska yaitu 18,7cm dan della 19cm. Hasil pengukuran
tebal lemak bawah kulit bisep dari riska sebesar 40 mm dan della sebesar 33 mm.
Adapun hasil dari pengukuran subscapula pada riska 24 mm dan della 20mm.
Adapun hasil perhitungan yang dilakukan yaitu nilai % body fat dari riska
sebesar 45,8% dan della sebesar 39%. Dari segi usia kadua praktikan tersebut
dari hasil yang didapatkan melebihi nilai normal. Hasil yang diperoleh dari
lingkar kepala riska yait 54 cm dan della 53,3cm. Lila praktikan 1 dan 2 melebihi
nilai normal. Hasil pengukuran dari praktikan atas nama Riska yaitu 26,5mm dan
della yaitu 29mm. Dari hasil tersebut menandakan kedua praktikan tidak
tergolong KEK.Hasil pengukuran dari praktikan atas nama Riska yaitu 48,1cm
dan della 73cm. Hal ini menandakan kedua praktikan tidak tergolong obesitas.
Hasil pengukuran lingkar pinggang riska riska yaitu 18,7cm dan della 72cm.
Hasil pengukuran lingkar panggul riska riska yaitu 69cm dan della 97cm. Dari
kedua data tersebut diperoleh RLPP riska yaitu 0,27 (resiko terkena obesitas
rendah)dan della 0,74 (menengah).

2 Biokimia Dari setiap percobaan Pada umumnya yang dinilai dalam penilaian
status gizi secara biokimia antara lain, yaitu: zat besi, vitamin, protein, dan
mineral. Contoh sampel berupa serum darah, urine, rambut (untuk melihat Zn),
serta feces. Plasma darah dapat menghasilkan komponen darah yang didapatkan
dari darah yang di-centrifuge menjadi serum yang lebih sensitif dibanding plasma
dan sel-sel darah.
3. Fisik/klinis Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi yang dihubungakan dengan ketidakcukupan zat gizi. Disamping itu
digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan
pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

A. Saran

Pada praktikum selanjutnya sebaiknya dilaksanakan secara offline agar seluruh


praktikan dapat memehami prosedur pada pelaksanaan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Supariasa dkk. (2012). Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta.

Supariasa. (2001). Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC.Jakarta.

Supariasa, I Dewa Nyoman. (2014). Penilaian Status Gizi Edisi 2.Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.

Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama

Wiknjosastro, Hanifa, Saifuddin, Abdul Bari. (2005) Ilmu Kebidanan. Jakarta:PT Bina
Pustaka

Sarwono Prawirohardjo. Yousafzai, S. Y., Pallister, J. G., dan Foxall, G. R. (2003). A


Proposed Model of ETrust for Electronic Banking, Technovation, 23: 847-860.

Almatsier, Sunita. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Almatsier, Sunita. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pusaka Utama.Jakarta.

Arisman, M.B., (2003). Buku Ajar Ilmu Gizi Gizi dalam Daur Kehidupan, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Astriana, K., (2016) Validitas Pengukuran Rentang Lengan, Tinggi Lutut, dan Panjang
Ulna.

Coolston,Boushay and Ferruzzi. M.G (2013). “Nutrition in the Prevention and


Treatment of Disease” ed. Elsevier Inc, Oxford.

Graha K.C. (2010). Kolesterol. Jakarta: PT Elex Media Komputido.

Kemenkes RI. (2012). Panduan Gerakan Nasional Sadar Gizi. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI

Menkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun
2014. Jakarta: Menteri Kesehatan RI.

Proverawati, Atikah, dan Wati, Kusuma E. (2014). Ilmu Gizi untuk Keperawatan &
Gizi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Pearce, Evelyn C. (2010). Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis . Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

Adriani, M., & Wijatmadi, B. (2012). Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: PRENADA
MEDIA GROUP.
LAMPIRAN

Lampiran 1
1. Kolesterol
Absorbansi sampel- absorbansi blanko/absorbansi standard-absorbansi blanko x
konsentrasi standar (Nilainya 200)
2. HDL
Absorbansi sampel- absorbansi blanko/absorbansi standard-absorbansi blanko x
konsentrasi standar (Nilainya 200)
3. Trigliserida
Absorbansi sampel- absorbansi blanko/absorbansi standard-absorbansi blanko x
konsentrasi standar (Nilainya 200)
4. SGOT
(delta absorbansi x menit) x factor
5. SGPT
(delta absorbansi x menit) x factor
6. Glukosa
Absorbansi sampel- absorbansi blanko/absorbansi standard-absorbansi blanko x
konsentrasi standar (Nilainya 200)
7. Asam Urat
Absorbansi sampel- absorbansi blanko/absorbansi standard-absorbansi blanko x
konsentrasi standar (Nilainya 200)
8. Protein Total
Absorbansi sampel- absorbansi blanko/absorbansi standard-absorbansi blanko x
konsentrasi standar (Nilainya 200)
9. Albumin
Absorbansi sampel- absorbansi blanko/absorbansi standard-absorbansi blanko x
konsentrasi standar (Nilainya 200)

 Perhitungan hasil
1. Antropometri
 Indeks Massa Tubuh (IMT)
Berat badan( kg)
IMT=
Tinggi badan ( m ) x Tinggi badan( m)

Dik : BB riska = 44,2 cm


TB Riska = 147,1 cm = 1,471 m
BB della = 55,1 kg
TB della = 158,9 = 1,589 m
Dit : 1) IMT riska= ?
2) IMT della = ?
Penyelesaian:
44,2
a) IMT riska = = 20,42 (Normal )
1,471 x 1,471
55,1
b) IMT della = = 21,82 (normal)
1,589 x 1,589

 Persentase Body Fat (%Bf)


Db=1,0897−0,00133(Ƹ bicep+ scapula)

% Bf =[ ( 4,76
Db )
−4,28]x 100

Dik : Tebal bicep riska = 40 mm


Tebal subcapular riska = 24 mm
Tebal bicep della = 33 mm
Tebal subcapular della = 20 mm
Dit :1) % Bf riska =?
2) % Bf della =?

Penyelesaian:
a) riska
Db=1,0897−0,00133 ( Ƹ bicep+scapula )
Db = 1,0897 – 0,00133 (Ƹ 40 mm + 24 mm)
Db = 1,0897 – 0,00133 (64 mm)
Db = 1, 0897- 0,08512
= 1,00458 mm

% Bf =[ ( 4,76
Db )
−4,28]x 100

% Bf = [ (4,76/1,00458) – 4,28] x 100


% Bf = [ 4,738 – 4,28 ] x 100
% Bf = 0,458 x 100
% Bf = 45,8 %

b) della
Db=1,0897−0,00133 ( Ƹ bicep+scapula )
Db = 1,0897 – 0,00133 (Ƹ 33 mm + 20 mm)
Db = 1,0897 – 0,00133 (53 mm)
Db = 1,0897 – 0,07049
Db = 1,01921

% Bf =[ ( 4,76
Db )
−4,28]x 100

% Bf = [ (4,76/1,01921) – 4,28] x 100


% Bf = [ 4,670 – 4,28 ] x 100
% Bf = 0,39 x 100 = 39 %

 Waist to Hip Ratio (WHR/RLPP)


Dik : LPi riska = 18,7 cm
LPa riska = 69 cm
LPi della = 72 cm
LPa della = 97 cm
Dit : WHR/RLPP riska =?
WHR/RLPP della =?
Penyelesaian:
WHR=Lingkar Pinggang(LPi)
Lingkar Panggul( LPa)

WHR/RLPP RISKA
WHR=Lingkar Pinggang(LPi)
Lingkar Panggul( LPa)
18,7
WHR =
69
WHR = 0,27

WHR/RLPP DELLA
WHR=Lingkar Pinggang(LPi)
Lingkar Panggul( LPa)
72
WHR =
97
WHR = 0,74

2. Pemeriksaan Biokimia

a. Pemeriksaan Kolesterol
A sampel− A blanko
Kolesterol= x Konsentrasi standard
A standard− A blanko
Dik : A sampel = 0,063
A blanko = 0,127
A standard = 0,427
Konsentrasi standard = 200 mg/dL
Dit : Kadar Kolesterol =?

Penyelesaian:

A sampel− A blanko
Kolesterol= x Konsentrasi standard
A standard− A blanko
0,063−0,127
Kolesterol= x 200 mg/dL
0,427−0,127
−0,064
Kolesterol= x 200 mg/dL
0,3
Kolesterol=−0,21 x 200 mg/dL
Kolesterol=−42 mg/dL

b. Pemeriksaan HDL
A sampel− A blanko
HDL= x Konsentrasi standard
A standard −A blanko
Dik : A sampel = 1,4
A blanko = 0,105
A standard =-
Konsentrasi standard = 200 mg/dL
Dit : Kadar HDL =?

Penyelesaian:
A sampel− A blanko
HDL= x Konsentrasi standard
A standard −A blanko
1,4−0,105
HDL= x 200 mg/dL
0−0,105
1,295
HDL= x 200 mg/dL
0,105
HDL=12,3 x 200 mg/dL
HDL=2460 mg/dL

c. Pemeriksaan Trigliserida
A sampel−A blanko
Trigliserida= x Konsentrasi standard
A standard− A blanko
Dik : A sampel = 0,434
A blanko = 0,248
A standard = 0,721
Konsentrasi standard = 200 mg/dL
Dit : Kadar Trigliserida =?

Penyelesaian:

A sampel−A blanko
Trigliserida= x Konsentrasi standard
A standard− A b lanko
0,434−0,248
Trigliserida= x 200 mg /dL
0,721−0,248
0,186
Trigliserida= x 200 mg/dL
0,473
Trigliserida=0,42 x 200 mg/dL
Trigliserida=84 mg /dL

d. Pemeriksaan Glukosa
A sampel−A blanko
Glukosa= x Konsentrasi standard
A standard− A blanko
Dik : A sampel = 0,513
A blanko = 0,291
A standard = 0,606
Konsentrasi standard = 200 mg/dL
Dit : Kadar Glukosa =?

Penyelesaian:

A sampel−A blanko
Glukosa= x Konsentrasi standard
A standard− A blanko
0,513−0,291
Glukosa= x 200 mg/dL
0,606−0,291
0,222
Glukosa= x 200 mg/dL
0,315
Glukosa=0,70 x 200 mg/dL
Glukosa=140 mg/dL

e. Pemeriksaan Asam Urat


A sampel−A blanko
Asamurat= x Konsentr asi standard
A standard− A blanko
Dik : A sampel = 0,329
A blanko = 0,248
A standard = 0,463
Konsentrasi standard = 200 mg/dL
Dit : Kadar Asam Urat =?

Penyelesaian:

A sampel−A blanko
Asamurat= x Konsentrasi standard
A standard− A blanko
0,329−0,248
Asamurat= x 200 mg /dL
0,463−0,248
0,081
Asamurat= x 200 mg/dL
0,215
Asamurat=0,376 x 200 mg/dL

Asamurat=75,2 mg/ dL (Kurang dari ambang batas)

f. Pemeriksaan Protein Total


A sampel− A blanko
Protein total= x Konsentrasi standard
A standard− A blanko
Dik : A sampel = 0,671
A blanko = 0,158
A standard = 0,432
Konsentrasi standard = 200 g/dL

Dit : Kadar Protein Total =?

Penyelesaian:

A sampel− A blanko
Protein total= x Konsentrasi standard
A standard− A blanko
0,671−0,158
Protein total= x 200 g/dL
0,432−0,158
0 , 513
Protein total= x 200 g/dL
0,274
Protein total=1,87 x 200 g /dL
Protein total=374 g /dL (Melebihi ambang batas)

g. Pemeriksaan Albumin
A sampel− A blanko
Albumin= x Konsentrasi standard
A standard −A blanko

Dik: A sampel = 3,476

A blanko = 0,378
A standard = 3,283
Konsentrasi standard = 200 g/dL
Dit : Kadar Albumin =?

Penyelesaian:

A sampel− A blanko
Albumin= x Konsentrasi standard
A standard −A blanko
3,476−0,378
Albumin= x 200 g /dL
3,283−0,378
3,098
Albumin= x 200 g /dL
2,905
Albumin=1,06 x 200 g /dL
Albumin=212 g/dL

h. Pemeriksaan AST (GOT)


AST = [ΔA/menit] x Faktor
Dik : ΔA/menit = 0,09
Faktor λ 334 = 1780
Faktor λ 340 = 1746
Faktor λ 365 = 3235
Dit : Kadar AST pada setiap faktor panjang gelombang?

Penyelesaian:

1) Faktor λ 334 = 1780


AST = [ΔA/menit] x Faktor
AST = 0,09 x 1780
AST = 160,2 U/L

2) Faktor λ 340 = 1746


AST = [ΔA/menit] x Faktor
AST = 0,09 x 1746
AST = 157,14 U/L
3) Faktor λ 365 = 3235
AST = [ΔA/menit] x Faktor
AST = 0,09 x 3235

AST = 291,15 U/L

i. Pemeriksaan ALT (GPT)


ALT = [ΔA/menit] x Faktor
Dik : ΔA/menit = -0,02
Faktor λ 334 = 1780

Faktor λ 340 = 1746

Faktor λ 365 = 3235


Dit : Kadar ALT pada setiap faktor panjang gelombang?

Penyelesaian:

1) Faktor λ 334 = 1780


ALT = [ΔA/menit] x Faktor
ALT = -0,02 x 1780
ALT = -35,6 U/L

2) Faktor λ 340 = 1746


ALT = [ΔA/menit] x Faktor
ALT = -0,02 x 1746
ALT = -3,52 U/L

3) Faktor λ 365 = 3235


ALT = [ΔA/menit] x Faktor
ALT = 0,003 x 3235
ALT = -64,7 U/L
Lampiran 2
A. Antropometri

Gambar 1. Pengukuran Gambar 2. Pengukuran


Tinggi badan berat badan
Gambar 3. Pengukuran Gambar 4. Pengukuran
lingkar panggul lingkar pinggang

Gambar 5. Pengukuran Gambar 5. Pengukuran


tinggi lutut panjang ulna

Gambar 6. Pengukuran Gambar 7. Pengukuran


B. Biokimia
tinggi lutut LILA

Gambar 12.
Pemeriksaan SGOT Gambar 13. Pemeriksaan Kadar asam
urat

Gambar 8. Pengukuran Gambar 9. Pengukuran


demispan LINGKAR KEPALA
Gambar 17. Pemeriksaan Gambar 18. Pemeriksaan
Protein Total glukosa darah

Gambar 19. Pemeriksaan Gambar 20. Pemeriksaan


kolesterol Trigliserida
LEMBAR ASISTENSI

NAMA : RISKA WIDIASARI

STAMBUK : P211 19 091

KELOMPOK: 6 A

ASISTEN : WINDI SAFITRI

No Hari/Tanggal Koreksi Paraf


1.

Anda mungkin juga menyukai