OLEH:
KELOMPOK: VI (A)
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
semua limpahan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum
tepat pada waktunya sebagai syarat untuk melaksanakan ujian praktikum Penilaian
Status Gizi.
Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan
maupun pedoman bagi para pembaca serta dapat menambah wawasan pembaca dan bisa
bermanfaat bagi semua orang.
Penulis menyadari bahwasanya masih banyak kekurangan dalam laporan ini. Oleh
karean itu dengan penuh kerendahan hati, penulis berharap kepada para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran untuk perbaikan laporan ini.
Riska Widiasari
P211 19 091
DAFTAR ISI
SAMPUL……………………………………………………………………….1
KATA PENGANTAR…………………………………………………………2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Antropometri……………………………………………………………7
2.2 Biokimia……………………………………………………………...…10
4.2 Pembahasan……………………………………………………………..19
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan…………………………………………………….……….29
5.2 Saran…………………………………………………………………….30
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..31
LAMPIRAN…………………………………………………….……………32
LEMBAR ASISTENSI………………………………………………………44
BAB 1
PENDAHULUAN
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat
dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh
(Almatsier, 2010). Cara menentukan status gizi seseorang atau kelompok yaitu
dengan melakukan penilaian status gizi baik secara langsung yaitu dengan
antropometri, klinis, biokimia dan biofisik dan yang tidak langsung yaitu dengan
survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi (Supariasa, 2012).
IMT adalah pengukuran berat badan seseorang dalam kilogram (kg) dibagi dengan
kuadrat tinggi badan dalam meter (m2 ). IMT dapat menjadi petunjuk untuk
menentukan kelebihan berat badan serta berkorelasi tinggi dengan massa lemak
tubuh (Pudjiadi dan Hegar, 2010).
Interpretasi status gizi berdasarkan IMT pada anak tergantung pada usia dan jenis
kelamin karena anak laki-laki dan perempuan memiliki kadar lemak tubuh yang
berbeda. Di samping itu, pada anak terjadi perubahan tinggi badan, berat badan, dan
jumlah lemak tubuh sesuai pertambahan usia. Status gizi tidak normal berdasarkan
grafik Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) pada anak terdiri dari status
gizi kurang (underweight) dan status gizi lebih (overweight dan obesitas) (CDC,
2015).
Antropometri (ukuran tubuh) merupakan salah satu cara langsung menilai status
gizi, khususnya keadaan energi dan protein tubuh seseorang. Dengan demikian,
antropometri merupakan indikator status gizi yang berkaitan dengan masalah
kekurangan energi dan protein yang dikenal dengan KEP. Antropometri
dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Konsumsi makanan dan
kesehatan (adanya infeksi) merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi
antropometri (Aritonang, 2013).
Pemeriksaan biokimia dalam penilaia status gizi memberikan hasil yang lebih tepat
dan objektif dari pada menilai konsumsi pangan dan pemeriksaan lain. Pemeriksaan
biokimia yang sering digunakan adalah teknik pengukuran kabdungan berbagai zat
gizi dan substansi kimia lain dalam darah dan urine. Hasil pengukuran tersebut
dibandingkan dengan keadaan normal yang telah ditetapkan. Adanya parasite dapat
diketahui melalui pemeriksaan feses, urine dan darah, karena kurang gizi sering
dikaitkan dengan prevalensi penyakit karena parasite. Dalam berbagai hal,
pemeriksaan biokimia hanya dapat diperoleh drumah sakit atau pusat kesehatan.
Keadaan ini memberi gambaran bahwa sarana yang tersedia tidak dijangkau oleh
penduduk yang tinggal di daerah yang jauh dari sarana tersebut. Meskipun
demikian, pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara memeriksa contoh darah,
perawat atau petugas kesehatan lain dan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis.
Dalam pemeriksaan secara biokimia ini yang diteliti adalah kadar gula darah, kadar
asama urat dan kadar kolesterol dari probandus. (Supariasa, 2001).
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Antropometri
Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang berhubungan
dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi seseorang.
Pada umumnya antropometri mengukur dimensi dan komposisi tubuh seseorang
( Supariasa, 2012).
a. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan gambaran pertumbuhan. Dalam keadaan normal, TB
tumbuh bersama dengan pertambahan umur. Pengaruh kekurangan gizi terhadap
TB akan tampak pada kekurangan yang sangat lama. Berdasarkan hal tersebut
indeks TB/U dapat menggambarkan keadaan masa lalu (Aritonang, 2013).
Prosedur pengukuran TB yaitu (1) memasang mikrotoa pada dinding yang rata
dan tegak lurus pada lantai, (2) mikrotoa digeser keatas hingga melebihi tinggi
anak yang akan diukur, (3) klien berdiri tegak lurus rapat ke dinding, (5) posisi
kepala, bahu belakang, pantat dan tumit rapat ke dinding, pandangan lurus ke
depan, (6) membaca angka pada mikrotoa dengan pandangan mata sejajar dengan
angka yang ditunjuk pada garis mikrotoa (Aritonang, 2013).
b. Berat Badan
Berat badan menggambarkan tentang massa tubuh. Dalam keadaan normal, BB
berkembang mengikuti perkembangan umur (balita). Sedangkan saat dalam
keadaan tidak normal, BB berkembang lebih cepat atau lambat. Berdasarkan sifat
tersebut, maka indikator BB/U hanya dapat menggambarkan status gizi saat ini.
Prosedur penimbangan BB yaitu (1) dilakukan sebaiknya pagi hari setelah buang
air atau keadaan perut kosong supaya hasil akurat, (2) meletakkan timbangan di
tempat yang datar, (3) sebelum dilakukan penimbangan sebaiknya timbangan
dikalibrasi terlebuh dahulu, (4) klien diminta melepas alas kaki, aksesoris yang
digunakan dan menggunakan pakaian seminimal mungkin, (5) klien naik ke
timbangaan dengan posisi menghadap kedepan, pandangan lurus, tangan
disamping kanan kiri dan posisi rileks serta tidak banyak gerakan, (6) catat hasil
pengukuran (Aritonang, 2013).
c. Tinggi Lutut
Direkomendasikan oleh WHO (1999) untuk digunakan sebagai predictor tinggi
badan pada seseorang lansia yang berusia kurang lebih 60 tahun. Tinggi lutut
diukur dengan caliper berisi mistar pengukuran dengan mata pisau menempel
pada susut 90⸰. Alat yang digunakan adalah alat tinggi lutut yang terbuat dari
kayu. Subjek yang diukur ditempatkan dalam posisi duduk atau berbaring (atau
tidur). Pengukuran dilakukan pada kaki kiri subjek antara tulang tibia dengan
tulang pahan dengan membentuk sudut 90⸰. Alat ukurnya ditempatkan diantar
tumit sampai bagian proksimal dari tulang patella. Pembacaan skala dilakukan
pada alat ukur dengan ketelitian 0,1 cm.
d. Panjang Ulna
Tulang ulna adalah sebuah tulang pipa yang mempunyai sebuah batang dan dua
ujung. Tulang ulna berada di sebelah medial dari lengan bawah dan lebih panjang
dari radius. Kepala ulna berada di sebelah ujung bawah (Astriana, 2016). Panjang
ulna menurut Ebit et al. (2010) adalah jarak yang ditarik langsung dari prosesus
olecrani sampai dengan prosesus styloideus pada saat siku difleksikan secara
maksimal. Cara pengukuran panjang tulang ulna diperoleh dengan mengukur
panjang tulang ulna dari lengan kiri dari ujung siku (prosesus olekranon) sampai
pertengahan dari tulang yang menonjol di pergelangan tangan (prosesus stiloid).
Panjang ulna dapat diukur menggunakan metlin/pita ukur 150 cm ketelitian 0,1
cm dengan berbagai posisi, bisa dengan posisi berdiri, duduk, maupun berbaring
yaitu dengan siku difleksikan dan tangan subjek memegangi bahu yang
bersebrangan (Sutriani, 2013).
e. Panjang Demispam
Demi spam yang merupakan jarak antara titik tengah sternal notch dengan
pangkal jari tengah juga menjadi pilihan yang sering digunakan untuk
memprediksi tinggi badan pada lansia. Demi spam diukur dalam posisi duduk
dilengan kiri. Lengan diangkat setinngi bahu dan direntangkan dengan jari
diperpanjang. Jarak antara bagian tengah suprasental dan akar jari tengah dikuru.
f. Panjang Armspam
Armsapm dapat menjadi alternative yang efektif dan dapat diandalkan dalam
memprediksi tinggi badan. Arm spam adalah jarak maksimum antara ujung jari
terpanjang kedua tangan di mana kedua lengan direntangkan sejajar dengan bahu.
Penelitian telah menunjukan bahwa semua parameter antropometri dipengaruhi
oleh factor genetic, lingkungan dan biologi. Pengukuran diambil dari salah satu
ujung jari tengah ke ujung jari tengah lainnya. Pengukuran di ambil dua kali, dan
rata-rata dari dua bacaan dihitung.
g. Lingkar Kepala
Lingkar kepala dapat digunakan sebagai pengukuran ukuran pertumbuhan lingkar
kepala dan pertumbuhan otak, walaupun tidak sepenuhnya berkorelasi dengan
volume otak. Pengukuran lingkar kepala merupakan predikator terbaik dalam
melihat perkembangan syaraf anak dan pertumbuhan global otak dan struktur
internal. Cara mengukur lingkar kepala dilakukan dengan melingkarkan pita
pengukur melalui bagian paling menonjol di bagian kepala belakang
(protuberantia occipitalis) dan dahi (glabella). Saat pengukuran sisi pita yang
menunjukkan sentimeter berada di sisi dalam agar tidak meningkatkan
kemungkinan subjektivitas pengukur. Kemudian cocokkan terhadap standar
pertumbuhan lingkar kepala.
i. Lingkar Perut
Lingkar perut sebagai indeks distribusi lemak tubuh baik tersebar di subkutan
(perifer) dan sentral (visceral). Obesitas sentral jika lingkar perut lebih dari 90 cm
pada laki-laki dan lebih dari 80 cm pada wanita (Persatuan Ahli Gizi Indonesia,
2009).
2.2 Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji
secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. jaringan
tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan
tubuh seperti hati dan otot (Supariasa, 2001). Metode ini digunakan untuk suatu
peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah
lagi. banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat
lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik
(Supariasa, 2001)
b. Pemeriksaan kolesterol
Kolesterol merupakan senyawa lemak kompleks yang dihasilkan oleh tubuh
yang memiliki fungsi membuat hormon sex, adrenal, membentuk dinding sel.
Kolesterol penting bagi tubuh, apabila kadar kolesterol dalam darah berlebihan
juga berbahaya bagi kesehatan (Djojodibroto, 2012).
Kadar kolesterol di dalam darah adalah di bawah 200 mg/dl apabila kadar
kolesterol melampaui batas normal disebut hiperkolesterolemia, biasanya
terdapat pada penderita obesitas, diabetes melitus, hipertensi, peroko serta orang
yang sering minum-minuman beralkohol (Leksono, 2016).
c. Pemeriksaan HDL
HDL memiliki kandungan lemak lebih sedikit dan memiliki kepadatan tinggi
sehingga lebih berat (UPT- Balai Informasi tekhnologi LIPI, 2009). Kolestrol
HDL normal harus lebih tinggi dari 40 mg/dL untuk laki-laki, atau di atas 50
mg/dL untuk perempuan. Penyebab kolestrol HDL yang rendah adalah kurang
gerak badan, terlalu gemuk, serta kebiasaan merokok. Hormon testosteron pada
laki-laki, steroid anabolik, dan progesteron juga dapat menurunkan kolesterol
HDL, sedangkan hormon estrogen perempuan menaikkan HDL (Mason, 2008)
e. Pemeriksaan L-Alanine
ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim yang utama banyak ditemukan
pada sel hati serta efektif dalam mendiagnosis destruksi hepatoselular.. Jika
terjadi kerusakan hati, enzim ALT akan keluar dari sel hati menuju sirkulasi
darah. Kadar normal ALT darah 5-35 U/L. Enzim ini juga ditemukan dalam
jumlah sedikit pada otot jantung, ginjal, serta otot rangka. Kadar ALT serum
dapat lebih tinggi dari sekelompok transferase lainnya (transaminase), aspartate
aminotransferase (AST) atau serum glutamic oxatoacetic transaminase (SGOT),
dalam kasus hepatitits akut serta kerusakan hati akibat penggunaan obat dan zat
kimia, dengan setiap serum mencapai 200-400 U/L. SGPT digunakan untuk
membedakan antara penyebab karena kerusakan hati dan ikterik hemolitik.
Kadar SGOT serum pada ikterik yang berasal dari hati hasilnya lebih tinggi dari
300 unit, sedangkan yang bukan berasal dari hati hasilnya <300 unit. Kadar
SGPT serum biasanya meningkat sebelum tampak ikterik (Kee, 2007).
f. Pemeriksaan Triglycerida
Trigliserida adalah ester alkohol gliserol dan asam lemak yang terdiri dari tiga
molekul asam lemak yaitu lemak jenuh, lemak tidak jenuh tunggal dan lemak
tidak jenuh ganda (Wibawa, 2009). Trigliserida digunakan tubuh terutama untuk
menyediakan energi dalam proses metabolik, sejumlah kecil trigliserida juga
digunakan di seluruh tubuh untuk membentuk membran sel. Trigliserida di
dalam darah membentuk kompleks dengan protein tertentu (apoprotein)
sehingga membentuk lipoprotein. Lipoprotein itulah bentuk transportasi yang
digunakan trigliserida (Wibowo, 2009).
Sampel pemeriksaan yang umumnya digunakan dalam pemeriksaan trigliserida
adalah serum dari darah vena. Serum didapat dengan cara sejumlah darah
dimasukkan kedalam tabung dan dibiarkan selama 15-30 menit maka darah
tersebut akan membeku lalu dicentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15
menit dan keluarlah cairan bening berwarna kuning jerami (Nugroho, 2015).
g. Pemeriksaan Glukosa
Glukosa darah karbohidrat terpenting bagi tubuh karena glukosa bertindak
sebagai bahan bakar metabolik utama. Glukosa juga berfungsi sebagai prekursor
untuk sintesis karbohidrat lain, misalnya glikogen, galaktosa, dan ribosa.
Glukosa merupakan produk akhir dari metabolimse karbohidrat. Sebagain besar
karbohidrat diabsorpsi ke dalam darah dalam bentuk glukosa, sedangkan
monosakarida lain seperti fruktosa dan galaktosa akan diubah menjadi glukosa
di dalam hati. Karena itu, glukosa merupakan monosakarida yang banyak
ditemukan dalam darah (Murray dkk, 2009).
Kadar glukosa darah dalam keadaan normal berkisar antara 70-100 mg/dl. Nilai
noramal kadar glukosa dalam serum dan plasma adalah 75-115mg/dl, kadar gula
2 jam postrandial < 140mg/dl, dan kadar gula darah sewaktu < 140 mg/dl
(Widyastuti,2011).
i. Pemeriksaan albumin
Pemeriksaan kadar albumin serum pada prinsip pemeriksaan albumin dengan
metode BCG yaitu serum ditambahkan pereaksi albumin akan berubah warna
menjadi hijau, kemudian diperiksa pada spektrofotometer. Intensitas warna hijau
ini menunjukkan kadar albumin pada serum (Soebrata, 2007).
k. Pemeriksaan hemoglobin
Pemeriksaan hemoglobin merupakan salah satu dari pemeriksaan darah rutin
yang sering dilakukan di laboratorium puskesmas, klinik ataupun rumah sakit.
Pemeriksaan hemoglobin dilakukan dengan beberapa metode seperti metode
sahli, sianmethemoglobin yang dapat dilakukan dengan cara manual maupun
cara otomatis (Norsiah, 2015).
2.3 Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. hal ini dapat dilihat pada jaringan
epitel seperti kulit, mata,rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat
dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya
untuk survei klinis secara cepat. survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat
tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping
itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan
pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala atau riwayat penyakit (Supariasa, 2001).
Pemeriksaan fisik dan riwayat medis merupakan metode klinis yang dapat
digunakan untuk mendeteksi gejala dan tanda yang berkaitan dengan kekurangan
gizi. Gejala dan tanda yang muncul, sering kurang spesifik untuk menggambarkan
kekurangan zat gizi tertentu. Mengukur status gizi dengan melakukan pemeriksaan
bagian-bagian tubuh dengan tujuan untuk mengetahui gejala akibat kekurangan atau
kelebihan gizi. Pemeriksaan klinis biasanya dilakukan dengan bantuan perabaan,
pendengaran, pengetokan, penglihatan, dan lainnya. Misalnya pemeriksaan
pembesaran kelenjar gondok sebagai akibat dari kekurangan iodium. Pemeriksaan
klinis adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya gangguan
kesehatan termasuk gangguan gizi yang dialami seseorang. Pemeriksaan klinis
dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya melalui kegiatan anamnesis,
observasi, palpasi, perkusi, dan/atau auskultasi. (Supariasa, 2002)
BAB III
METODE PERCOBAAN
Bahan yang digunakan paa biokimia yaitu, Serum/plasma darah, Reagen kolesterol
total, larutan blanko, reagen HDL presipitasi, aquades, standar trigliserida,reagen
trigliserida, reagen AST, reagen ALT, reagen glukosa, reagen kolestrol total, reagen
protein, standard albumin, reagen albumin, larutan ZnSO4 0,1%,darah, dan reagen
golongan darah.
Alat yang digunakan pada Biokimia yaitu, Spoit/jarum suntik, torniqued, kapas
alkohol,tabung vial, centrifuge, rak tabung, tabung standard,tabung sampel, tabung
blanko,mikropipet 10 uL, mikropipet 1000 uL, penangas, spektrofotometer, semi
chemistry phometer analyzer, beaker gelas, spoit tanpa jarum 5 ml, kaca objek, dan
lanset.
Lingkar pinggang 72 cm 87 cm
Lingkar pinggul 97 cm 69 cm
Ulna 25 24,5
Subscapular 20 mm 24 mm
Demispam 70,5 69 cm
Bicep 33 mm 40 mm
Tabel 2. Hasil pengamatan biokimia
10 Golongan A
. darah
11 Status seng 3 (manis)
. (Zn)
4.2 Pembahasan
4.2.1 Antropometri
Tujuan dari penggunaan metode antropometri ini adalah untuk menilai status
gizi seseorang dengan melakukan berbagai pengukuran.
• Tinggi Badan
• Berat Badan
• Lingkar Kepala
Lingkar kepala dapat digunakan sebagai pengukuran ukuran pertumbuhan
lingkar kepala dan pertumbuhan otak, walaupun tidak sepenuhnya
berkorelasi dengan volume otak. Pengukuran lingkar kepala merupakan
predikator terbaik dalam melihat perkembangan syaraf anak dan
pertumbuhan global otak dan struktur internal. Hasil yang di didapatkan
dalam pengukuran Lingkar Kepala pada nn. Riska Widiasari adalah 54
• Tinggi Lutut
tinggi badan didapatkan dari tinggi lutut bagi orang yang memiliki
gangguan tulang belakang, tidak dapat berdiri atau lumpuh, dan lansia
(Kemenkes RI, 2012). hasil yang di didapatkan dalam pengukuran tinggi
badan pada nn. Riska Widiasari adalah 18,7.cm.
• Lingkar Perut
• Lingkar Pinggang
• Lingkar Pinggul
• Panjang Ulna
Tulang ulna berada di sebelah medial dari lengan bawah dan lebih panjang
dari radius. Kepala ulna berada di sebelah ujung bawah (Astriana, 2016).
hasil yang di didapatkan dalam pengukuran Panjang Ulna pada nn. Riska
Widiasari adalah 24,5 cm.
• Panjang Armspan
Arm span (panjang rentang lengan) merupakan jarak antara ujung jari
tengah pada salah satu lengan dengan ujung jari tengah pada lengan yang
lain. Panjang rentang lengan terdiri dari panjang humerus, lengan bawah,
serta carpal, metacarpal dan phalanges(Yousafzai, 2003). hasil yang di
didapatkan dalam pengukuran Subscapular pada nn. Riska Widiasari adalah
147 cm.
• Panjang Demispan
Panjang demispan adalah jarak antara titik tengah incisura jugularis sternalis
dan lekukan antara jari tengah dan jari manis. Pengukuran panjang
demispan dilakukan dengan tangan ekstensi sepenuhnya ke samping secara
lurus dengan bagian plantar menghadap ventral. hasil yang di didapatkan
dalam pengukuran Subscapular pada ny. Riska Widiasari adalah 69 cm
4.2.2 Biokimia
Pada umumnya yang dinilai dalam penilaian status gizi secara biokimia antara
lain, yaitu: zat besi, vitamin, protein, dan mineral. Contoh sampel berupa serum
darah, urine, rambut (untuk melihat Zn), serta feces. Plasma darah dapat
menghasilkan komponen darah yang didapatkan dari darah yang di-centrifuge
menjadi serum yang lebih sensitif dibanding plasma dan sel-sel darah.
Pemeriksaan biokimia digunakan untuk menilai status gizi sehingga hasilnya
memberikan gambaran lebih tepat, objektif, dan hanya dilakukan orang yang
terlatih. Hasil pemeriksaan biokimia tersebut dibandingkan dengan standar
normal yang telah ditetapkan. Pemeriksaan biokimia dilakukan terutama untuk
mendekteksi keadaan defisiensi zat gizi sub-klinikal, artinya sudah mengalami
kelainan biokimia namun tanpa tanda-tanda atau gejala klinis, sehingga sering
digunakan untuk menggambarkan tahap awal dari suatu penyakit atau kondisi,
sebelum gejala terdeteksi oleh pemeriksaan klinis atau pemeriksaan
laboratorium. Umumnya pemeriksaan biokimia digunakan untuk melengkapi
metode lain dalam penilaian status gizi, misalnya data penilaian konsumsi
pangan, klinis dan antropometri telah terkumpul tetapi dengan adanya data
biokimia masalah gizi yang spesifik agar dapat lebih mudah diidentifikasi.
(Supariasa, 2001)
4.2.3 Fisik/Klinis
• Kekurangan Niacin Vitamin B3 adalah salah satu dari delapan jenis vitamin
B. Seperti semua jenis vitamin B pada umumnya, niasin atau vitamin B3
berperan dalam mengubah karbohidrat menjadi glukosa, memetabolisme
lemak dan protein, serta menjaga sistem saraf bekerja dengan baik. Niasin
juga membantu tubuh memproduksi hormon yang berhubungan dengan seks
dan stres, serta meningkatkan sirkulasi dan kadar kolesterol. Ketika
kekurangan vitamin B3 parah, mungkin ada keterlibatan kulit. Lesi dapat
berkembang dalam bentuk seperti sarung tangan di tangan, yang disebut
sarung tangan pellagrous. Kekurangan vitamin B3 juga dapat menyebabkan
depresi jika tidak ditangan, melansir dari womenworking. Akibat umum dari
kekurangan vitamin B3 adalah perubahan pada sistem saraf pusat, yang
dapat mencakup keterlibatan otak seperti psikosis, yang mencakup gejala
seperti depresi dan paranoia.
• Kekurangan Zinc Zinc (Zn) merupakan salah satu zat gizi mikro esensial
yang berperan penting dalam fungsi imunitas. Pada keadaan defi siensi zinc,
sel- sel imun di dalam tubuh cenderung mengalami penurunan dalam
mempertahankan fungsi kekebalan (Sneij et al., 2016).
Status zinc dalam tubuh dapat dinilai dengan mengukur kadar zinc dalam
plasma dan salah satunya dipengaruhi oleh asupan zinc baik dalam bahan
makanan maupun suplementasi. Asupan zinc yang tidak memenuhi
kebutuhan mempunyai dampak negatif yang menyebabkan terjadinya atropi
pada timus, lymphopenia, dan selanjutnya dapat terjadi kegagalan dalam
melawan infeksi dalam bentuk mikroba atau virus. Kekurangan zinc dapat
menyebabkan penurunan aktivitas sel natural killer, CD4+ dan CD8+,
menurunkan aktivitas proliferasi limfosit, serta menghambat pembentukan
antibodi oleh sel B. Hal ini dapat mempengaruhi kecepatan replikasi HIV di
dalam sel. Defisiensi Zn dapat menyebabkan penurunan nafsu makan,
dermatitis, pertumbuhan lambat, kematangan seksual lambat, infertilitas dan
imunodefisiensi. Kejadian ini dikaitkan dengan perubahan fungsi sistem
tanggap kebal, seperti menurunnya fungsi sel B dan T, menurunnya
fagositosis dan menurunnya produksi sitokin. Kurangnya asupan zinc juga
dapat meningkatkan risiko peradangan sistemik, terhambatnya proses
menyusui, kerusakan organ, dan bahkan kematian. Termasuk masalah
kesehatan yang sering tak disadari akibat kurangnya zinc, yaitu lamanya
penyembuhan jerawat, fungsi neurologis yang buruk, hingga rambut rontok
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Antropometri
Hasil pengukuran berat badan praktikan Riska yaitu 44,2 dan della 55,1 kg. Hasil
pengukuran tinggi badan praktikan Riska yaitu 147,1cm dan della 158,9cm. IMT
dari hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan praktikan Riska yaitu 20,42
dan della 21,82 tergolong normal. Hasil pengukuran panjang ulna praktikan
Riska yaitu 24,5cm dan della 25 cm. Dari hasil tersebut berarti memiliki selisih
yang sangat jauh. Hasil pengukuran demispan dari praktikan Riska yaitu 69cm
dan della 70,5 cm. Artinya panjang demispan kurang signifikan untuk
mengetahui tinggi badan seseorang.. Hasil yang diperoleh pengukuran armspan
yaitu riska 147cm dan della 158,9cm. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa
panjang armspan memiliki selisish yang sangat sedikit untuk mengetahui tinggi
badan dari kedua praktikan sehingga cukup efisien. Hasil yang diperoleh dari
pengukuran tinggi lutut riska yaitu 18,7cm dan della 19cm. Hasil pengukuran
tebal lemak bawah kulit bisep dari riska sebesar 40 mm dan della sebesar 33 mm.
Adapun hasil dari pengukuran subscapula pada riska 24 mm dan della 20mm.
Adapun hasil perhitungan yang dilakukan yaitu nilai % body fat dari riska
sebesar 45,8% dan della sebesar 39%. Dari segi usia kadua praktikan tersebut
dari hasil yang didapatkan melebihi nilai normal. Hasil yang diperoleh dari
lingkar kepala riska yait 54 cm dan della 53,3cm. Lila praktikan 1 dan 2 melebihi
nilai normal. Hasil pengukuran dari praktikan atas nama Riska yaitu 26,5mm dan
della yaitu 29mm. Dari hasil tersebut menandakan kedua praktikan tidak
tergolong KEK.Hasil pengukuran dari praktikan atas nama Riska yaitu 48,1cm
dan della 73cm. Hal ini menandakan kedua praktikan tidak tergolong obesitas.
Hasil pengukuran lingkar pinggang riska riska yaitu 18,7cm dan della 72cm.
Hasil pengukuran lingkar panggul riska riska yaitu 69cm dan della 97cm. Dari
kedua data tersebut diperoleh RLPP riska yaitu 0,27 (resiko terkena obesitas
rendah)dan della 0,74 (menengah).
2 Biokimia Dari setiap percobaan Pada umumnya yang dinilai dalam penilaian
status gizi secara biokimia antara lain, yaitu: zat besi, vitamin, protein, dan
mineral. Contoh sampel berupa serum darah, urine, rambut (untuk melihat Zn),
serta feces. Plasma darah dapat menghasilkan komponen darah yang didapatkan
dari darah yang di-centrifuge menjadi serum yang lebih sensitif dibanding plasma
dan sel-sel darah.
3. Fisik/klinis Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi yang dihubungakan dengan ketidakcukupan zat gizi. Disamping itu
digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan
pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
A. Saran
Supariasa, I Dewa Nyoman. (2014). Penilaian Status Gizi Edisi 2.Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama
Wiknjosastro, Hanifa, Saifuddin, Abdul Bari. (2005) Ilmu Kebidanan. Jakarta:PT Bina
Pustaka
Almatsier, Sunita. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Almatsier, Sunita. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pusaka Utama.Jakarta.
Arisman, M.B., (2003). Buku Ajar Ilmu Gizi Gizi dalam Daur Kehidupan, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Astriana, K., (2016) Validitas Pengukuran Rentang Lengan, Tinggi Lutut, dan Panjang
Ulna.
Kemenkes RI. (2012). Panduan Gerakan Nasional Sadar Gizi. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI
Menkes RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun
2014. Jakarta: Menteri Kesehatan RI.
Proverawati, Atikah, dan Wati, Kusuma E. (2014). Ilmu Gizi untuk Keperawatan &
Gizi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Pearce, Evelyn C. (2010). Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis . Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Adriani, M., & Wijatmadi, B. (2012). Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: PRENADA
MEDIA GROUP.
LAMPIRAN
Lampiran 1
1. Kolesterol
Absorbansi sampel- absorbansi blanko/absorbansi standard-absorbansi blanko x
konsentrasi standar (Nilainya 200)
2. HDL
Absorbansi sampel- absorbansi blanko/absorbansi standard-absorbansi blanko x
konsentrasi standar (Nilainya 200)
3. Trigliserida
Absorbansi sampel- absorbansi blanko/absorbansi standard-absorbansi blanko x
konsentrasi standar (Nilainya 200)
4. SGOT
(delta absorbansi x menit) x factor
5. SGPT
(delta absorbansi x menit) x factor
6. Glukosa
Absorbansi sampel- absorbansi blanko/absorbansi standard-absorbansi blanko x
konsentrasi standar (Nilainya 200)
7. Asam Urat
Absorbansi sampel- absorbansi blanko/absorbansi standard-absorbansi blanko x
konsentrasi standar (Nilainya 200)
8. Protein Total
Absorbansi sampel- absorbansi blanko/absorbansi standard-absorbansi blanko x
konsentrasi standar (Nilainya 200)
9. Albumin
Absorbansi sampel- absorbansi blanko/absorbansi standard-absorbansi blanko x
konsentrasi standar (Nilainya 200)
Perhitungan hasil
1. Antropometri
Indeks Massa Tubuh (IMT)
Berat badan( kg)
IMT=
Tinggi badan ( m ) x Tinggi badan( m)
% Bf =[ ( 4,76
Db )
−4,28]x 100
Penyelesaian:
a) riska
Db=1,0897−0,00133 ( Ƹ bicep+scapula )
Db = 1,0897 – 0,00133 (Ƹ 40 mm + 24 mm)
Db = 1,0897 – 0,00133 (64 mm)
Db = 1, 0897- 0,08512
= 1,00458 mm
% Bf =[ ( 4,76
Db )
−4,28]x 100
b) della
Db=1,0897−0,00133 ( Ƹ bicep+scapula )
Db = 1,0897 – 0,00133 (Ƹ 33 mm + 20 mm)
Db = 1,0897 – 0,00133 (53 mm)
Db = 1,0897 – 0,07049
Db = 1,01921
% Bf =[ ( 4,76
Db )
−4,28]x 100
WHR/RLPP RISKA
WHR=Lingkar Pinggang(LPi)
Lingkar Panggul( LPa)
18,7
WHR =
69
WHR = 0,27
WHR/RLPP DELLA
WHR=Lingkar Pinggang(LPi)
Lingkar Panggul( LPa)
72
WHR =
97
WHR = 0,74
2. Pemeriksaan Biokimia
a. Pemeriksaan Kolesterol
A sampel− A blanko
Kolesterol= x Konsentrasi standard
A standard− A blanko
Dik : A sampel = 0,063
A blanko = 0,127
A standard = 0,427
Konsentrasi standard = 200 mg/dL
Dit : Kadar Kolesterol =?
Penyelesaian:
A sampel− A blanko
Kolesterol= x Konsentrasi standard
A standard− A blanko
0,063−0,127
Kolesterol= x 200 mg/dL
0,427−0,127
−0,064
Kolesterol= x 200 mg/dL
0,3
Kolesterol=−0,21 x 200 mg/dL
Kolesterol=−42 mg/dL
b. Pemeriksaan HDL
A sampel− A blanko
HDL= x Konsentrasi standard
A standard −A blanko
Dik : A sampel = 1,4
A blanko = 0,105
A standard =-
Konsentrasi standard = 200 mg/dL
Dit : Kadar HDL =?
Penyelesaian:
A sampel− A blanko
HDL= x Konsentrasi standard
A standard −A blanko
1,4−0,105
HDL= x 200 mg/dL
0−0,105
1,295
HDL= x 200 mg/dL
0,105
HDL=12,3 x 200 mg/dL
HDL=2460 mg/dL
c. Pemeriksaan Trigliserida
A sampel−A blanko
Trigliserida= x Konsentrasi standard
A standard− A blanko
Dik : A sampel = 0,434
A blanko = 0,248
A standard = 0,721
Konsentrasi standard = 200 mg/dL
Dit : Kadar Trigliserida =?
Penyelesaian:
A sampel−A blanko
Trigliserida= x Konsentrasi standard
A standard− A b lanko
0,434−0,248
Trigliserida= x 200 mg /dL
0,721−0,248
0,186
Trigliserida= x 200 mg/dL
0,473
Trigliserida=0,42 x 200 mg/dL
Trigliserida=84 mg /dL
d. Pemeriksaan Glukosa
A sampel−A blanko
Glukosa= x Konsentrasi standard
A standard− A blanko
Dik : A sampel = 0,513
A blanko = 0,291
A standard = 0,606
Konsentrasi standard = 200 mg/dL
Dit : Kadar Glukosa =?
Penyelesaian:
A sampel−A blanko
Glukosa= x Konsentrasi standard
A standard− A blanko
0,513−0,291
Glukosa= x 200 mg/dL
0,606−0,291
0,222
Glukosa= x 200 mg/dL
0,315
Glukosa=0,70 x 200 mg/dL
Glukosa=140 mg/dL
Penyelesaian:
A sampel−A blanko
Asamurat= x Konsentrasi standard
A standard− A blanko
0,329−0,248
Asamurat= x 200 mg /dL
0,463−0,248
0,081
Asamurat= x 200 mg/dL
0,215
Asamurat=0,376 x 200 mg/dL
Penyelesaian:
A sampel− A blanko
Protein total= x Konsentrasi standard
A standard− A blanko
0,671−0,158
Protein total= x 200 g/dL
0,432−0,158
0 , 513
Protein total= x 200 g/dL
0,274
Protein total=1,87 x 200 g /dL
Protein total=374 g /dL (Melebihi ambang batas)
g. Pemeriksaan Albumin
A sampel− A blanko
Albumin= x Konsentrasi standard
A standard −A blanko
A blanko = 0,378
A standard = 3,283
Konsentrasi standard = 200 g/dL
Dit : Kadar Albumin =?
Penyelesaian:
A sampel− A blanko
Albumin= x Konsentrasi standard
A standard −A blanko
3,476−0,378
Albumin= x 200 g /dL
3,283−0,378
3,098
Albumin= x 200 g /dL
2,905
Albumin=1,06 x 200 g /dL
Albumin=212 g/dL
Penyelesaian:
Penyelesaian:
Gambar 12.
Pemeriksaan SGOT Gambar 13. Pemeriksaan Kadar asam
urat
KELOMPOK: 6 A