Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM DASAR KESMAS (GIZI)

1. ANTROPOMETRI 5. LDL
2. GLUKOSA 6. TRIGLISERIDA
3. KOLESTEROL 7. SENG (ZN)
4. HDL 8. HEMOGLOBIN

OLEH :
A.TENRI BUNGA MUHTAR
K011201110
KESMAS D
KELOMPOK 2 (DUA)

LABORATORIUM KIMIA BIOFISIK


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktikum Mata Kuliah Praktikum Dasar Kesmas (Gizi) Program
Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin Makassar tahun 2022
telah disetujui:

Makassar, Mei 2022


Koordinator Praktikum

Muthia Muthmainnah Mannan


LAPORAN PRAKTIKUM
PENILAIAN STATUS GIZI SECARA ANTROPOMETRI

A.TENRI BUNGA MUHTAR


K011201110
KESMAS D
KELOMPOK 2 (DUA)

LABORATORIUM KIMIA BIOFISIK


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Penilaian Status Gizi Antropometri
dengan tepat waktu. Laporan Praktikum ini disusun untuk memenuhi
tugas dalam mata kuliah Praktikum Dasar Kesehatan Masyarakat.
Laporan Praktikum ini disusun untuk memenuhi tugas dalam mata
kuliah Praktikum Dasar Kesehatan Masyarakat. Ucapan terima kasih
penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu proses
penyelesaian laporan praktikum ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini
masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu saran dan kritik yang
sifatnya membangun begitu diharapkan oleh penulis demi kesempurnaan
dalam penulisan laporan berikutnya.

Makassar, 22 Mei 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keadaan gizi merupakan suatu gambaran keadaan seseorang
mengenai apa yang dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama,
karena itu ketersediaan zat gizi di dalam tubuh menentukan status gizi
seseorang apakah kurang, lebih, atau optimum. Faktor gizi
merupakan faktor yang berperan penting dalam kehidupan manusia.
Apabila seseorang mengalami kekurangan gizi maka dapat sangat
berpengaruh terhadap perkembangan hidup dan pertahanan daya
tahan tubuhnya, karena itu keadaan gizi sangat penting untuk
diperhatikan. Asupan gizi yang baik dan cukup membantu mencapai
pertumbuhan tubuh seseorang yang optimal dan baik pula. Setiap
individu membutuhkan asupan gizi yang berbeda tergantung dari usia,
jenis kelamin, aktivitas, berat badan, pertahanan tubuh, dan tinggi
badan (M.Par’I dkk, 2017).
Status gizi yang optimal didapatkan apabila tubuh mengonsumsi
makanan yang mengandung zat-zat gizi yang didapatkan secara
efisien. Faktor-faktor yang berperan dalam mempengaruhi status gizi
seseorang adalah tidak mengonsumsi asupan yang bergizi dan
memadai, pengetahuan yang minim mengenai makanan bergizi, dan
menderita penyakit infeksi. Status gizi dapat diketahui melalui
beberapa cara salah satunya yaitu melakukan pengukuran
antropometri. Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang
dilakukan untuk mengetahui status gizi seseorang. Dalam pengukuran
ini dilakukan dengan mengukur beberapa parameter yaitu pengukuran
berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh, lingkar lengan atas,
lingkar pinggang, lingkar panggul,lingkar perut, tinggi lutut dan lemak
tubuh. Pengukuran antropometri sangat bermanfaat untuk mengetahui
status kesehatan dan status gizi pada suatu individu. Sementara itu
dalam antropometri terdapat dua klasifikasi yaitu ukuran tubuh/indeks
pertumbuhan dan pengukuran komposisi tubuh. Adapun ukuran tubuh
ini meliputi TB(PB), BB, Lingkar Kepala dan IMT, sementara indeks
pertumbuhan meliputi BB/U, BB/TB, TB/U, dan Lingkar Kepala. Untuk
klasifikasi komposisi tubuh terdiri atas Lemak Tubuh yang meliputi
biseps skinfold, triseps skinfold, subscapular skinfold, suprailiac
skinfold dan lingkar perut. Selain itu komposisi tubuh juga meliputi
massa tubuh tanpa lemak yang terdiri dari Lingkar Lengan Atas
(LILA). Selain beberapa macam pengukuran antropometri diatas
beberapa pengukuran tubuh yang biasnaya digunakan untuk
mengestimasi tinggi badan atau berat badan seperti pengukuran
lingkar betis, lingkar pergelangan tangan, panjang depa, tinggi lutut,
tinggi duduk dan panjang ulna (Citerawaty dan Sukati, 2017).
Beberapa penyakit yang berkaitan erat dengan antropometri
diantaranya underweight, overweight, Kekurangan Energi Kronik
(KEK), Penyakit Jantung Koroner (PJK), dan sindrom metabolik.
Underweight atau masalah kekurangan berat badan merupakan
permasalahan gizi kurang yang terjadi karena faktor asupan makanan
yang berdampak pada asupan gizi. Underweight di Indonesia masih
menjadi masalah kesehatan yang meningkat dan berdampak pada
perkembangan dan pertumbuhan, daya tahan tubuh, serta
keberlansungan hidup seseorang. Overweight atau kelebihan berat
badan merupakan keadaan dimana seseorang mengalami kelebihan
berat badan namun belum sampai obesitas. Prevalensi overweight di
Indonesia juga masih terus mengalami peningkatan (Angely dkk,
2021).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018,
prevalensi kasus overweight mencapai hingga 13,5 %, pada anak usia
5-12 tahun sebesar 10,4% pada anak laki-laki dan 11,2% pada anak
perempuan, Kekurangan Energi Kronik (KEK) merupakan keadaan
dimana wanita usia subur mengalami kekurangan kalori dan protein
yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap wanita usia
subur dan ibu hamil. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) tahun 2018, persentase kasus KEK di Indonesia
sebesar 17,3 % pada ibu hamil. Tingginya prevalensi KEK pada ibu
hamil usia 15-19 tahun sebesar 33.5 % dan 20-24 tahun 22.3%.
Kehamilan usia dini beresiko menyebabkan KEK karena masa usia
remaja merupakan masa terjadi pertumbuhan dan perkembangan
fisik.
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah keadaan dimana terjadi
penyempitan/penyumbatan pembuluh darah arteri menuju jantung
yang ditandai dengan adanya endapan lemak di dalam sel yang
melapisi dinding suatu arteri dan menyumbat aliran darah. Prevalensi
kasus PJK di Indonesia mencapai hingga 34,1 %. Mortalitas dan
morbiditas PJK melihatkan tren yang meningkat di Asia. Di Malaysia,
grafik penderita PJK meningkat secara bermakna pada periode 1981-
1989 kasus PJK meningkat dari 15,3 menjadi 37 per 100.000
penduduk. Kasus PJK di Indonesia menempati urutan pertama
sebagai penyebab kematian. Berdasarkan Data dari Riset Kesehatan
Dasar 2018, prevalensi PJK di Indonesia sebesar 1,5% dari
265.000.000 penduduk Indonesia. Prevalensi PJK di Sumatera Utara
sebesar 1,3% (Nazyan, 2017).
Sindrom metabolik merupakan keadaan dimana terjadi kelainan
metabolik kompleks yang terjadi karena peningkatan obesitas pada
suatu individu. Komponen utama sindrom metabolik adalah hipertensi,
resistensi insulin, obesitas, dan dislipidemia. Prevalensi kasus
sindrom metabolik di Indonesia mencapai 23.34 %, dan lebih tinggi
pada laki-laki yaitu 26.2 % sedangkan perempuan 21.4 %.). Menurut
The Third National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES) bahwa prevalensi sindrom metabolik pada usia lebih 20
tahun sebesar 24%, pada usia 50 tahun lebih besar dari 30% dan
umur 60 tahun ke atas sebesar 40% (Lasmadasari dan Manna, 2016).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur pengukuran status gizi seseorang dari
menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT)?
2. Bagaimana prosedur pengukuran status gizi seseorang melalui
pengukuran tinggi lutut dan arm span?
3. Bagaimana prosedur pengukuran status gizi seseorang melalui
pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA)?
4. Bagaimana prosedur pengukuran status gizi seseorang melalui
perhitungan Waist to Hip Rasio (WHR) pada tubuh?
5. Bagaimana prosedur pengukuran status gizi seseorang melalui
pengukuran lingkar perut?
6. Bagaimana prosedur pengukuran status gizi seseorang melalui
perhitungan Percent Body Fat (PBF)?
7. Bagaimana prosedur pengukuran status gizi seseorang melalui
pengukuran Arm Span?
C. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui prosedur pengukuran status gizi seseorang
dengan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT)
2. Untuk mengetahui prosedur pengukuran status gizi seseorang
melalui pengukuran tinggi lutut dan arm spam
3. Untuk mengetahui prosedur pengukuran status gizi seseorang
melalui pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA)
4. Untuk mengetahui prosedur pengukuran status gizi seseorang
melalui perhitungan Waist to Hip Rasio (WHR)
5. Untuk mengetahui prosedur pengukuran status gizi seseorang
melalui pengukuran lingkar perut
6. Untuk mengetahui prosedur pengukuran status gizi seseorang
melalui perhitungan Percent Body Fat (PBF)
7. Untuk mengetahui prosedur pengukuran status gizi seseorang
melalui pengukuran Arm Span
D. Manfaat Praktikum
1. Mengajarkan mahasiswa cara mengukur status gizi melalui
pengukuran antropometri
2. Mengajarkan mahasiswa tentang cara memakai alat pengukuran
antropometri
3. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengukuran
antropometri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Status Gizi


Masalah gizi masih menjadi permasalahan kesehatan yang sampai
saat ini perlu ditanggulangi. Status gizi merupakan salah satu faktor
yang berperan penting terhadap kualitas hidup seseorang. Gizi yang
baik akan menghasilkan sumber daya yang baik bagi
tubuh ,sehat,cerdas,fisik yang kuat, dan produktif. Perbaikan gizi
seharusnya dilakukan pada seluruh siklus kehidupan, mulai dari masa
kehamilan, bayi dan balita,sekolah,dan dewasa hingga usia lanjut.
Keadaan gizi yang kurang dipengaruhi oleh faktor primer dan
sekunder. Faktor primer adalah dimana seseorang mengonsumsi
makanan yang salah dalam kualitas dan kuantitasnya, bisa disebabkan
karena kurangnya bahan pangan, kebiasaan makan yang salah,
kemiskinan, dan kurangnya pengetahuan. Faktor sekunder merupakan
keadaan dimana semua yang meliputi tentang faktor-faktor yang
menyebabkan zat-zat tidak sampai ke dalam sel-sel tubuh setelah
seseorang mengonsumsi makanan (M.Par’I dkk, 2017).
Menurut Depkes RI (2010), ada tiga faktor-faktor yang sangat
mempengaruhi status gizi seseorang. Faktor tersebut diantaranya
adalah ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga, pola asuh gizi
atau makanan keluarga, dan akses terhadap pemberian pelayanan
kesehatan. Pemenuhan kebutuhan gizi masih menjadi masalah
kesehatan baik di dunia maupun di Indonesia.. Sebagian besar
gangguan perkembangan pada seseorang sangat terkait dengan
keadaan status gizi yang diakibatkan oleh kesulitan makan. Hal
tersebut menyebabkan terjadinya malnutrisi, dehidrasi, berat badan
kurang (underweight), ketidakseimbangan elektrolit, gangguan
perkembangan kognitif, gangguan kecemasan, serta dapat menjadi
kondisi yang mengancam hidup seseorang (Abdullah dan Norfai
2019)..
B. Tinjauan Umum tentang Antropometri
Pengukuran Antropometri merupakan salah satu cara yang paling
sering digunakan untuk mengetahui status gizi seseorang.
Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran tubuh
manusia. Antropometri pada bidang ilmu gizi digunakan sebagai salah
satu metode penilaian status gizi (Sandiaga.,dkk 2009 dalam
Hardinsyah., dkk. 2017). Pengukuran status gizi sangat penting untuk
dilakukan karena dengan mengetahui status gizi, seseorang dapat
menentukan status gizi yang sesuai dengan tubuhnya serta melakukan
intervensi apabila diperlukan. Pengukuran ini dilakukan dengan cara
mengukur Tinggi Badan (TB) dan Berat Badan (BB) pada seseorang
yang ingin diketahui status gizinya. Elemen dari pengukuran ini adalah
Tinggi Badan (TB), Berat Badan (BB), Indeks Massa Tubuh (IMT),
Lingkar perut, lingkar Lengan Atas (LiLA), lingkar pinggang, lingkar
panggul, dan ketebalan kulit. Pengukuran ini juga bermanfaat untuk
mengetahui data kebugaran fisik seseorang, seperti atlet hingga
lansia.
C. Tinjauan Umum tentang Indeks Massa Tubuh (IMT)
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah hasil perhitungan dari
perbandingan BB (Berat Badan) dan TB (Tinggi Badan) yang
merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi
orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan (Lasabuda dkk., 2015). Nilai IMT yang
didapatkan dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar
seseorang dapat terkena resiko penyakit tertentu yang disebabkan
karena berat badannya. Berdasarkan kategorinya, WHO membagi IMT
menjadi underweight, normal range, overweight, dan obese. Semakin
tinggi nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) seseorang merupakan faktor
risiko utama terkenanya berbagai macam penyakit.
Rumus IMT adalah sebagai berikut :
Berat Badan ( kg )
IMT =
Tinggi Badan ( m)2

D. Tinjauan Umum tentang Prediksi Tinggi Badan berdasarkan


Tinggi Lutut
Menurut Snell (2006) yang dikutip oleh Dinda Carissa (2015), tinggi
badan didefinisikan sebagai hasil pengukuran maksimum panjang
tulang-tulang tubuh yang membentuk poros tubuh (The body axist),
yang diukur dari titik tertinggi kepala yang disebut vertex (puncak
kepala) ke titik terendah dari tulang kalkaneus (tuberositas calcanei)
yang disebut heel. Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan posisi
berdiri tegak. Namun, beberapa kondisi disabilitas pada individu
menyebabkan pengukuran tinggi badan aktual tidak dapat dilakukan
sehingga dapat diprediksi dengan melakukan pengukuran tinggi lutut.
Adapun rumus untuk prediksi tinggi badan berdasarkan tinggi lutut,
yaitu:
 Laki-laki = 64,19 – (0,04 x umur) + (2,02 x tinggi lutut)
 Perempuan = 84,88 – (0,24 x umur ) + (1,83 x tinggi lutut) -
75−umur
x 1,2
5
E. Tinjauan Umum tentang LILA
Pengukuran Lingkar lengan atas (LILA) digunakan sebagai salah
satu cara untuk mengetahui risiko kekurangan energi kronis (KEK)
untuk ibu hamil di Indonesia. Alat yang digunakan dalam pengukuran
ini adalah pita pengukur LILA. Di Indonesia batas ambang LILA
dengan resiko KEK adalah 23,5 cm hal ini berarti ibu hamil dengan
resiko KEK diperkirakan akan melahirkan bayi BBLR. Bila bayi lahir
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) akan mempunyai resiko
kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan gangguan
perkembangan anak. Pengukuran LiLA hanya dapat digunakan untuk
keperluan skrining dan tidak dapat digunakan untuk pemantauan.
Pengukuran LILA bermanfaat untuk pengukuran risiko KEK pada ibu
hamil karena LILA relatif stabil (Ariyani, 2012).Untuk mencegah resiko
KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan wanita usia subur sudah harus
mempunyai gizi yang baik, misalnya dengan LILA tidak kurang dari
23,5 cm. Ambang Batas LiLA meliputi :
Ambang Batas Pengukuran Lila
Klasifikasi Batas Ukur

Wanita Usia Subur

KEK <23,5 cm
Normal ≥23,5 cm

Bayi Usia 0-30 Hari

KEP <9,5 cm
Normal ≥9,5 cm

Balita

KEP <12,5 cm
Normal ≥12,5 cm
Sumber : Sirajuddin, 2012 dalam Syarfaini 2014
F. Tinjauan Umum tentang Lingkar Perut
Pengukuran Lingkar perut adalah salah satu parameter klinis dalam
menilai risiko perkembangan sindrom metabolik. Tujuan pengukuran
lingkar perut yaitu untuk mengetahui ada tidaknya obesitas abdominal
atau obesitas sentral. Pengukuran lingkar perut ini dapat memberikan
gambaran adanyan timbunan lemak di dalam rongga perut. Semakin
panjang lingkar perut seseorang berarti terdapat timbunan lemak di
dalam rongga perut. Pengukuran lingkar perut dilakukan dari titik
tengan batas tulang rusuk bawah dan batas tulang krista iliaka seblah
kanan dan kiri kemudian diukur secara horizontal menggunakan pita
pengukur. Berdasarkan yang ditetapkan WHO bahwa orang dewasa
Asia dikatakan tergolong obesitas abnominal jika lingkar perut
responden laki-laki >90 cm dan pada wanita >80 cm artinya jika
seseorang memiliki lingkar perut dibawah nilai ambang batas maka
tidak tergolong dalam kategori obesitas abnominal (Karunedeng dkk,
2014).
Adapun nilai ambang batas lingkar perut menurut berbagai negara
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3 Nilai Ambang Batas Lingkar Perut Berbagai Negara
Laki-laki Perempuan
Negara
(cm) (cm)
USA (ATP III) 102 (90) 88 (85)
Europeans 94 80
Middle Eastern, Eastern
94 80
European, North Africans
Sub-Saharan Africans 94 80
Asian (including Chinese, South
90 80
Asia and Japanese)
Ethnic south and central
90 80
Americans
Indonesia 90 80

G. Tinjauan Umum tentang WHR


Waist Hip Ratio (WHR) atau rasio lingkar pinggang dengan lingkar
panggul merupakan suatu pengukuran yang dapat menunjukkan distribusi
lemak tubuh terutama di bagian abdomen dan panggul. Waist-Hip Ratio
(WHR) merupakan indikator antropometri yang cukup akurat untuk
menggambarkan komposisi lemak tubuh yang berhubungan dengan
obesitas sentral. Lingkar pinggang menggambarkan tingginya timbunan
lemak berbahaya dalam tubuh, sedangkan lingkar pinggul merupakan
faktor protektif dalam kejadian penyakit kardiovaskular (National Heart,
Lung, and Blood Institute, 2011). Faktor risiko kardiovaskular akan
muncul jika WHR memiliki nilai lebih besar atau sama dengan 0,85 pada
wanita dan 0,90 pada pria-pria (Kaulina 2009; dalam Antika 2014).
Pengukuran WHR memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya adalah sebagai berikut:
1. Alat ukurnya mudah didapatkan
2. Sebagai alat ukur untuk mengeathui persebaran lemak di
sekitar pinggag dan panggul
3. Penggunaan alatnya gampang
4. Sebagai indikator dalam menentukan obesitas sentral
Sedangkan kekurangannya yaitu:
1. Pengukuran WHR lebih sensitif dalam mengukur lemak tubuh
terutama di bagian abdomen
2. Hanya dapat dilakukan oleh orang yang berpengalaman karena
perbedaan posisi pengukuran memberikanhasil yang berbeda.
H. Tinjauan Umum tentang Percent Body Fat
Persen lemak tubuh merupakan salah satu metode antropemetri
dalam mengukur komposisi tubuh, persentase lemak tubuh, dan
penentuan status gizi secara antropometri. Pengukuran dengan
metode ini digunakan dalam penilaian status gizi karena dinilai cukup
akurat, praktis, dan dapat dilakukan dengan pelatihan yang sederhana
(Par’i, dkk, 2017). Alat yang digunakan dalam skinfold yaitu Caliper,
dalam menggunakan caliper diperlukan ketelitian dan pengalaman
yang cukup. Hal ini diperlukan untuk memastikan apakah yang diukur
berupa lemak atau otot. Jika yang diukur adalah otot maka seseorang
akan merasa kesakitan. Kelebihan metode skinfold meliputi murah
mudah, dan tidak invasif.
Titik pengukuran tersebut meliputi Lengan Atas(tricep dan
bicep),lengan bawah (forearm), Tulang Belikat, (Subscapular),
ditengah garis ketiak (midxillary), sisi dada (pectoral), perut
(abdominal), suprailiaka, paha, tempurung lutut (suprapatellar), dan
pertengahan tungkai kaki bawah (medial calv). Pada pengukuran
dengan 2 titik menggunakan titik subscapula dan trisep. Pengukuran
skinfold pada scapula dilakukan dengan arah diagonal yang berada
pada sudut bawah dari scapula. Sedangkan, pada trisep dilakukan
dengan arah vertical yang berada pada prose acromial dari scapula
dan proses olecranon dari ulna (Par’i, dkk, 2017). Kemudian, setelah
dilakukan pengukuran Skinfold dilanjutkan dengan perhitungan
Percent Body Fat untuk mengetahui komposisi lemak tubuh. PBF di
ukur melalaui persamaan :
1. Pria (18-27 tahun)
Db = 1,0913 – 0,00116 (∑Tricep + Scapula)
PBF : [(4,97/Db) – 4,52] x 100
2. Wanita (18-27 tahun)
Db = 1,0897 – 0,00133 (∑Tricep + Scapula)
PBF : [(4,76/Db) – 4,28] x 100
Klasifikasi Percent Body Fat berdasarkan Umur dan
Jenis Kelamin
Sex Under Fat Healthy Range Overweight Obese
W
omen
(years)
20-40 <21% 21 – 33% 33 – 39% >39%
41-60 <23% 23 – 35% 35 – 40% >40%
61-79 <24% 24 – 36% 36 – 42% >42%
Men (Years)
20-40 <8% 8 – 19% 19 – 25% >25%
41-60 <11% 11 – 22% 22 – 27% >27%
61-79 <135 13 – 25% 25 – 30% >30%
Sumber : Gallagher et.al. Am J Chin Nut 2000; 72; 694-701
I. Tinjauan Umum tentang Arm Span
Arm span atau rentang lengan adalah ukuran panjang lengan
ketika kedua lengan direntangkan ke kiri dan ke kanan. Rentang
lengan dapat dilakukan pada seseorang dengan kondisi tidak dapat
berdiri tegak seperti bungkuk dan kelainan tulang pada kaki. Menurut
gibson (2005) dalam Par’i, dkk. (2017) rentang lengan berperan dalam
mengetahui tinggi badan pada masa lampau sebelum mengalami
penurunan tinggi badan dari tinggi badan aktual lansia. Pengukuran
rentang lengan dilakukan dalam posisi duduk 90o pada bidang datar.
Titik 0 dari meteran dimulai dari ujung jari tengah. Rentang lengan
direkomendasikan sebagai parameter prediksi tinggi badan karena alat
yang digunakan relatif murah, dan prosedur pengukuran yang
sederhana.
Perhitungan yang digunakan untuk estimasi tinggi badan dengan
rentang lengan meliputi :

TB Pria (cm) = 53,4 + (0,67 x arm span)


TB Perempuan (cm) = 81,0 + (0,48 x arm span)

Kemudian, hasil dari pengukuran TB menggunakan arm span


dilanjutkan dengan evaluasi status gizi dengan IMT (Par’i, dkk.2017).
umumnya pengukuran IMT seseorang yang menggunakan arm span
lebih rendah dari IMT dengan tinggi badan aktual. Hal ini dipengaruhi
rentang lengan memiliki nilai yang lebih besar dari tinggi badan aktual.
Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa variabel yang meliputi
genetik, etnis, jenis kelamin, gaya hidup, status sosial ekonomi, usia,
dan faktor lingkungan.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Peserta Praktikum
Peserta pada praktikum ini adalah kelompok 2 yang terdiri dari:
1. Ardayanti Asmudin
2. Yulvani Tikupadang
3. Fadila Alzahra Baimin
4. A. Faizah Nadia Batari Mappatunru
5. Bertha Dwilia
6. A.Tenri Bunga Muhtar
7. Chintia Seftiani
8. Sepdianti Lestari
9. Onestin Bintang Paembonan
10. Nursafitri Azzahra Alim
B. Tempat dan Waktu Praktikum
Hari :Senin
Tanggal :12 Mei 2022
Pukul :08.00 – 12.00 WITA
Tempat :Laboratorium Terpadu Kimia Biofisik Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin
C. Alat dan Bahan
1. Alat
Gambar 3.1 Gambar 3.2
Timbangan Skinfold Caliper
Gambar 3.3 Gambar 3.4
Meteran Mictoroice

Gambar 3.5 Gambar 3.7


Waist Ruler Pita LiLA
Gambar 3.8 Gambar 3.9
Penggaris Kayu Penggaris Siku-Siku

4. Bahan
Gambar 3.10
Anggota Kelompok 2
D. Prosedur Kerja
1. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Untuk menentukan IMT, dilakukan pengukuran berat badan
dan tinggi badan. Adapun prosedur pengukurannya adalah
sebagai berikut:
a. Berat Badan
a) Subjek mengenakan pakaian biasa (usahakan dengan
pakaian yang minimal). Subjek tidak menggunakan alas
kaki.
b) Pastikan timbangan berada pada penunjukkan skala
dengan 0,0
c) Subjek berdiri di atas timbangan dengan berat badan
yang tersebar merata pada kedua kaki dan posisi kepala
dengan pandangan lurus ke depan. Usahakan tetap
tenang.
d) Bacalah berat badan pada tampilan dengan skala 0,1 kg
terdekat.
b. Tinggi Badan
a) Subjek tidak mengenakan alas kaki. Posisikan subjek
tepat di bawah microtoise.
b) Kaki rapat, lutut lurus. Tumit, pantat, dan bahu
menyentuh dinding vertikal.
c) Subjek dengan pandang lurus ke depan, kepala tidak
perlu menyentuh dinding vertikal. Tangan lepas ke
samping badan dengan telapak tangan menghadap
paha.
d) Mintalah subjek untuk menarik nafas panjang dan berdiri
tegak tanpa mengangkat tumit untuk membantu
menegakkan tulang belakang. Usahakan bahu tetap
santai.
e) Tarik microtoise hingga menyentuh ujung kepala, pegang
secara horizontal. Pengukuran tinggi badan diambil pada
saat menarik nafas maksimum. Dengan mata pengukur
sejajar dengan alat penunjuk angka untuk menghindari
kesalahan penglihatan. Catat tinggi badan pada skala 0,1
cm terdekat.
2. Pengukuran Tinggi Lutut
Untuk memprediksi tinggi badan, dapat dilakukan pengukuran
tinggi lutut.Adapun prosedur pengukurannya adalah sebagai
berikut:
a. Orang yang di ukur duduk pada kursi datar (bukan sofa atau
kursi yang empuk).
b. Posisi duduk sempurna (badan tegak, tangan bebas ke bawah,
dan muka menghadap ke depan).
c. Lutut kedua kaki membentuk sudut siku (90°).
d. Telapak kaki yang di ukur juga membentuk sudut siku (90°).
e. Pasang alat pengukur tepat pada telapak kaki kiri  bagian tumit
dan lutut.
f. Baca angka (panjang lutut) pada alat secara seksama.
g. Catat angka hasil pengukuran.
5. Waist to Hip Rasio (WHR) Rasio Lingkar Pinggang dan
Panggul
Dalam metode LiLA terdapat pengukuran lingkar pinggang
dan lingkar panggul, prosedur pengukurannya adalah sebagai
berikut:
a. Lingkar Pinggang (Lpi)
a) Subjek menggunakan pakaian yang longgar (tidak menekan)
sehingga alat ukur dapat diletakkan dengan sempurna.
Sebaiknya pita pengukur tidak berada di atas pakaian yang
digunakan.
b) Subjek berdiri tegak dengan perut dalam keadaan yang
rileks.
c) Pengukur menghadap ke subjek dan meletakkan alat ukur
melingkar pinggang secara horizontal dimana merupakan
bagian yang paling kecil dari tubuh. Seorang pembantu
diperlukan untuk meletakkan alat ukur dengan tepat. Bagi
mereka yang gemuk, dimana sukar menentukan bagian
paling kecil, daerah yang harus diukur adalah antara tulang
rusuk dan tonjolan iliaca.
d) Pengukuran dilakukan di akhir dari ekspresi yang normal,
dan alat ukur tidak menekan kulit.
e) Bacalah dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1
cm terdekat.
b. Lingkar Panggul (Lpa)
a) Subjek mengenakan pakaian yang tidak terlalu menekan.
b) Subjek berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada
kedua sisi tubuh dan kaki rapat.
c) Pengukur jongkok di samping subjek sehingga tingkat
maksimal dari panggul terlihat.
d) Alat pengukur dilingkarkan secara horizontal tanpa menekan
kulit. Seorang pembantu diperlukan untuk mengatur posisi
alat ukur pada sisi lainnya.
e) Bacalah dengan teliti hasil pengukuran pada pita hingga 0,1
cm terdekat.
6. Percent Body Fat (PBF)
Untuk bagian tubuh yang diukur adalah pada tricep dan
subscapular. Adapun prosedur kerjanya adalah sebagai berikut:
1. Mengukur TLK Pada Tricep
a) Subjek berdiri dengan kedua lengan tergantung bebas
pada kedua sisi tubuh.
b) Pengukuran dilakukan pada mid point (sama seperti LILA).
c) Pengukur berdiri dibelakang subjek dan meletakkan telapak
tangan kirinya pada bagian lengan yang paling atas kearah
tanda yang telah dibuat dimana ibu jari dan jari telunjuk
mengahdap ke bawah. Tricept Skinfold diambil dengan
menarik pada 1 cm dari proximal tanda titik tengah tadi.
d) Tricept Skinfold diukur dengan mendekati 0,1 mm.
2. Mengukur TLK Pada Subscapular
a) Subjek berdiri tegak dengan kedua lengan tergantung
bebas pada kedua sisi tubuh.
b) Letakkan tangan kiri ke belakang.
c) Untuk mendapatkan tempat pengukuran, pemeriksa
meraba scapula dan mencarinya kearah bawah lateral
sepanjang batas vertebrata sampai menentukan sudut
bawah scapula.
d) Subscapular Skinfold ditarik dalam arah diagonal (infero-
lateral) kurang lebih 45o kearah horizontal garis kulit. Titik
scapula terletak pada bagian bawah sudut scapula.
e) Caliper diletakkan 1 cm infero-lateral dari ibu jari dan jari
telunjuk yang mengangkat kulit dan subkutan dan
ketebalan kulit diukur mendekati 0,1 mm.
5. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA)
Prosedur pengukuran LiLA dimulai dari menentukan titik
tengah pada lengan, setelah titik tengah ditentukan maka
pengukuran LiLA dapat dilakukan. Untuk langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:
1. Menentukan titik tengah pada lengan
a. Subjek diminta untuk berdiri tegak.
b. Mintalah subjek membuka lengan pakaian yang menutup
lengan kiri atas (bagi kidal gunakan lengan kanan).
c. Tekukan subjek membentuk 90°, dengan telapak tangan
menghadap ke atas. Pengukur berdiri dibelakang subjek
dan menentukan titik tengah antara tulang atas pada bahu
kiri dan siku.
d. Tandailah titik tengah tersebut dengan pena.
2. Mengukur lingkar lengan atas
a. Dengan tangan tergantung lepas dan siku lurus disamping
badan, telapak tangan menghadap ke bawah.
b. Ukurlah lingkar lengan atas pada posisi mid point dengan
pita LiLA menempel pada kulit. Perhatikan jangan sampai
pita menekan kulit atau ada rongga antara kulit dan pita.
c. Lingkar lengan atas dicatat pada skala 0,1 cm terdekat.
3. Cara mengukur LiLA ada 7 urutan pengukuran, yaitu:
a. Tetapkan posisi bahu (acronium) dan siku (olecranon).
b. Letakkan pita antara bahu dan siku.
c. Tentukan titik tengah lengan.
d. Lingkarkan pita LiLA pada tengah lengan.
e. Pita jangan terlalu ketat.
f. Pita jangan terlalu longgar.
g. Cara pembacaan skala yang benar.
Pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku
lengan kiri (kecuali orang kidal kita ukur lengan kanan).
Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot
lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang. Alat
pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau
sudah dilipat-lipat sehingga permukaannya sudah tidak rata.
(Wahyuni & Miftahul Huda, 2019)
6. Pengukuran Lingkar Perut
Prosedur pengukuran lingkar perut untuk mengetahui adanya
risiko kegemukan adalah sebagai berikut:
1. Jelaskan pada responden tujuan pengukuran lingkar perut dan
tindakan apa saja yang akan dilakukan dalam pengukuran.
2. Untuk pengukuran ini responden diminta dengan cara yang
santun untuk membuka pakaian bagian atas atau
menyingkapkan pakaian bagian atas dan raba tulang rusuk
terakhir responden untuk menetapkan titik pengukuran.
3. Tetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah.
4. Tetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul.
5. Tetapkan titik tengah di antara titik tulang rusuk terakhir titik
ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul dan tandai titik
tengah tersebut dengan alat tulis.
6. Minta responden untuk berdiri tegak dan bernafas dengan
normal (ekspirasi normal).
7. Lakukan pengukuran lingkar perut dimulai/diambil dari titik
tengah kemudian secara sejajar horizontal melingkari pinggang
dan perut kembali menuju titik tengah diawal pengukuran.
8. Apabila responden mempunyai perut yang gendut ke bawah,
pengukuran mengambil bagian yang paling buncit lalu berakhir
pada titik tengah tersebut lagi.
7. Pengukuran Arm Span (Panjang Depa)
Untuk memprediksi tinggi badan, dapat dilakukan pengukuran
arm span . Adapun prosedur pengukurannya adalah sebagai
berikut:
1. Orang yang diukur berdiri tegak dengan membelakangi
pengukur.
2. Rentangkan tangan sejajar dengan bahu.
3. Gunakan mistar panjang untuk mengukur panjang depa, dari
ujung jari telunjuk kanan ke telunjuk jari kiri atau bisa
sebaliknya.
4. Baca ukuran panjang depa tersebut.
5. Lakukan dua kali pengukuran untuk memastikan keakuratan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum
1. Tabel Hasil Pengukuran IMT
Berdasarkan hasil pengukuran, diperoleh nilai Indeks Massa
Tubuh sebagai berikut:

No Nama BB (kg) TB (cm) IMT

1. Nursafitri Azzahrah Alim 41 152 17,7


kg/m
2. Yulvani Tikupadang 55,7 151,5 24,3
kg/m
3. Fadila Alzahra Baimin 47,3 147,6 21,7
kg/m
4. A.Faizah Nadia Batari 67,3 156,5 27,5
Mappatunru kg/m
5. Bertha Dwilia 52,8 153,4 22,4
kg/m
6. Ardayanti Asmudin 50,8 152,3 21,9
kg/m
7. A. Tenri Bunga Muhtar 40,8 148,8 18,4
kg/m
8. Chintia Seftiani 44,2 150 19,6
kg/m
9. Sepdianti Lestari 75,8 168,9 26,6
kg/m
10. Onestin Bintang 35,2 153,2 15 kg/m
Paembonan
Sumber: Data Primer, 2022
2. Tabel Hasil Pengukuran Tinggi Lutut
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan, diperoleh hasil
pengukuran tinggi lutut sebagai berikut:
No Nama Tinggi Lutut TB
(cm) Berdasarkan
TL (cm)
1. Nursafitri Azzahrah Alim 43,9 160,6
2. Yulvani Tikupadang 43,7 160,2
3. Fadila Alzahra Baimin 44,6 161,9
4. A.Faizah Nadia Batari 47,1 166,5
Mappatunru
5.Bertha Dwilia 44 160,6
6.Ardayanti Asmudin 44,4 161,3
7.A. Tenri Bunga Muhtar 42,9 158,8
8.Chintia Seftiani 45,6 163,7
9.Sepdianti Lestari 50,8 173,2
10.Onestin Bintang 42,2 157,5
Paembonan
Sumber: Data Primer, 2022
3. Tabel Hasil Pengukuran WHR
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan, diperoleh hasil
pengukuran Whip to Hip Rasio (WHR) sebagai berikut:
No Nama Umur Lingkar Lingkar WHR
Pinggang Panggul
(cm) (cm)
1. Nursafitri 19 59 69,2 0,85
Azzahrah Alim
2. Yulvani 19 70,5 84,6 0,83
Tikupadang
3. Fadila Alzahra 19 65 68 0,95
Baimin
4. A.Faizah Nadia 19 79,2 84,6 0,93
Batari
Mappatunru
5. Bertha Dwilia 20 75 83,7 0,89
6. Ardayanti 20 68,8 77,5 0,88
Asmudin
7. A. Tenri Bunga 19 61,7 70,1 0,88
Muhtar
8. Chintia Seftiani 19 65,7 78 0,84
9. Sepdianti 19 89,5 90 0,99
Lestari
10. Onestin Bintang 19 56 67,4 0,83
Paembonan
Sumber: Data Primer, 2022
4. Tabel Hasil Pengukuran Percent Body Fat (%BF)
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan, diperoleh hasil
pengukuran PBF sebagai berikut:
No Nama L/P Hasil Pengukuran
Tricep Subscapular %BF
1. Nursafitri P 31 mm 14 mm
Azzahrah Alim
2. Yulvani P 25 mm 12 mm
Tikupadang
3. Fadila Alzahra P 34 mm 22 mm
Baimin
4. A.Faizah Nadia P 36 mm 28 mm
Batari
Mappatunru
5. Bertha Dwilia P 35 mm 23 mm
6. Ardayanti P 34 mm 22 mm
Asmudin
7. A. Tenri Bunga P 26 mm 14 mm
Muhtar
8. Chintia Seftiani P 28 mm 18 mm
9. Sepdianti Lestari P 34 mm 34 mm
10. Onestin Bintang P 8 mm 6 mm
Paembonan
Sumber: Data Primer,2022
5. Tabel Hasil Pengukuran Lingkar Lengan Atas
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan, diperoleh hasil
pengukuran LiLA sebagai berikut:
No. Nama LiLA
1. Nursafitri Azzahrah Alim 23,6 cm
2. Yulvani Tikupadang 28,5 cm
3. Fadila Alzahra Baimin 25,2 cm
4. A.Faizah Nadia Batari 31 cm
Mappatunru
5. Bertha Dwilia 28,5 cm
6. Ardayanti Asmudin 28,3 cm
7. A. Tenri Bunga Muhtar 22 cm
8. Chintia Seftiani 28,3 cm
9. Sepdianti Lestari 30,3 cm
10. Onestin Bintang Paembonan 19 cm
Sumber: Data Primer, 2022
6. Tabel Hasil Pengukuran Lingkar Perut
Dari pengukuran yang telah dilakukan, diperoleh hasil
pengukuran lingkar perut sebagai berikut:
No Nama Lingkar Perut (cm)
1. Nursafitri Azzahrah Alim 61,4
2. Yulvani Tikupadang 76,1
3. Fadila Alzahra Baimin 64,5
4. A.Faizah Nadia Batari 79,3
Mappatunru
5. Bertha Dwilia 78
6. Ardayanti Asmudin 70
7. A. Tenri Bunga Muhtar 58,8
8. Chintia Seftiani 66,3
9. Sepdianti Lestari 89
10. Onestin Bintang 55
Paembonan
Sumber: Data Primer, 2022
7. Tabel Hasil Pengukuran Arm Span
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan, diperoleh hasil
pengukuran Arm Span sebagai berikut:
No Nama Arm Span (cm)
1. Nursafitri Azzahrah Alim 153
2. Yulvani Tikupadang 152
3. Fadila Alzahra Baimin 151
4. A.Faizah Nadia Batari 149
Mappatunru
5. Bertha Dwilia 151
6. Ardayanti Asmudin 155
7. A. Tenri Bunga Muhtar 150
8. Chintia Seftiani 148
9. Sepdianti Lestari 171
10. Onestin Bintang 152
Paembonan
Sumber: Data Primer, 2022
B. Pembahasan
1. Pengukuran IMT
Berdasarkan praktik pengukuran yang telah dilakukan,
diperoleh hasil pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) yang
memiliki level status underweight yaitu ada 3 orang dengan nilai 15,
17,7. Kondisi underweight terjadi akibat dari penurunan
kemampuan tubuh dalam melakukan tumbuh kembang dan
penyembuhan. Pada orang kurus (underweight) dengan nilai IMT
<18, 5 memiliki risiko osteoporosis tujuh kali lebih besar
dibandingkan dengan orang normal atau obesitas (IMT≥18,5). Yang
memiliki level status overweight ada 2 orang dengan nilai 26,6 dan
27,5. Serta yang memilki level status normal ada 5 orang dengan
nilai IMT 19,6 21,9, 22,4, 24,3, dan 21,7.
2. PengukuranTinggi Lutut
Berdasarkan praktik pengukuran yang telah dilakukan,
diperoleh hasil pengukuran tinggi lutut yaitu 43,9, 43,7, 44,6, 47,1,
44, 44,4, 42,9, 45,6, 50,8, dan 42,2. Setelah dihitung berdasarkan
rumus Chumlea I, didapatkan prediksi tinggi badan praktikan
berturut-turut yaitu 160,6, 160,2, 161,9, 166,5, 160,6, 161,3, 158,8,
163,7, 173,2, dan 157,5.
3. Pengukuran WHR
Berdasarkan praktik pengukuran yang telah
dilakukan,didapatkan hasil pengukuran rasio lingkar pinggang dan
panggul yaitu. 0,85, 0,83, 0,95, 0,93, 0,89, 0,88, 0,88, 0,84, 0,99
dan 0,83. Menurut cut off point RLPP perempuan yaitu 0,85 dan
dari 10 praktikan terdapat beberapa hasil pengukuran yang
melebihi cut off point yaitu ada 6 praktikan dengan nilai 0,95, 0,93,
0,89, 0,88, 0,88, 0,99. Kemudian 4 praktikan memiliki WHR yang
normal (tidak melebihi cut off point). Apabila pengukuran melebihi
cut off point maka tergolong berisiko obesitas sentral.
4. Pengukuran Percent Body Fat (%BF)

5. Pengukuran Lingkar Lengan Atas


Berdasarkan praktik pengukuran yang telah dilakukan,
diperoleh hasil pengukuran lingkar lengan atas (LILA) yaitu 23,6
cm, 28,5 cm, 25,2 cm, 31 cm, 28,5 cm, 28,3 cm , 22 cm, 28,3 cm,
30,3 cm dan 19 cm. Apabila dibandingkan dengan batas nilai
normal yang telah ditetapkan oleh kementrian kesehatan RI untuk
pengukuran LILA yaitu 23,5 cm, dari pengukuran tersebut
didapatkan 2 praktikan yang kurang dari batas normal yaitu A.Tenri
Bunga Muhtar dengan LiLA 22 cm dan Onestin Bintang
Paembonan dengan LiLA 19 cm. 8 orang lainnya melewati batas
normal. Dalam hal ini dapat dikategorikan status gizinya kurang dan
dapat berisiko mengalami kekurangan energi kronik (KEK).
6. Pengukuran Lingkar Perut
Berdasarkan praktik pengukuran yang telah dilakukan,
diperoleh hasil pengukuran lingkar perut yaitu 61,4 cm, 76,1 cm,
64,5 cm, 79,3 cm, 78 cm, 70 cm, 58,8 cm, 66,3 cm, 89 cm, dan 55
cm. Jika dibandingkan dengan batas nilai normal yang telah
ditetapkan oleh WHO untuk pengukuran lingkar perut yaitu 80 cm,
dari pengukuran yang telah dilakukan 9 praktikan memiliki lingkar
perut yang sesuai dengan ketentuan. Hanya satu praktikan yang
melebihi dari batas normal pengukuran lingkar perut yaitu 89 cm.
7. Pengukuran Arm Span
Berdasarkan praktik pengukuran yang telah dilakukan,
diperoleh hasil pengukuran arm span yaitu 152 cm,151 cm,149
cm,151 cm,155 cm,150 cm,148 cm,171 cm,152 cm. Dengan hasil
pengukuran tersebut dapat menjadi bahan prediksi tinggi badan
berdasarkan arm span. Arm span merupakan salah satu motode
pengukuran tinggi badan bagi seseorang yang sulit untuk berdiri
tegak.
LAPORAN PRAKTIKUM
PENILAIAN STATUS GIZI SECARA BIOKIMIA

A.TENRI BUNGA MUHTAR


K011201110
KESMAS D
KELOMPOK 2 (DUA)

LABORATORIUM KIMIA BIOFISIK


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Penilaian Status Gizi Secara Biokimia
dapat selesai dengan tepat waktu. Laporan Praktikum ini disusun untuk
memenuhi tugas dalam mata kuliah Praktikum Dasar Kesehatan
Masyarakat.

Laporan Praktikum ini disusun untuk memenuhi tugas dalam mata


kuliah Praktikum Dasar Kesehatan Masyarakat. Ucapan terima kasih
penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu proses
penyelesaian laporan praktikum ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini
masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu saran dan kritik yang
sifatnya membangun begitu diharapkan oleh penulis demi kesempurnaan
dalam penulisan laporan berikutnya.

Makassar, 22 Mei 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata gizi berasal dari bahasa Arab yakni “ghidza” (dibaca ghizi)
yang artinya makanan yang menyehatkan. Nutrition berasal dari kata
to nurture yang memiliki makna memberikan makan atau memberi gizi
(Drummond (1994) dalam Sinaga (2021). Penentuan status gizi
penting untuk dilakukan untuk mengetahui derajat kesehatan
seseorang. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai adanya akibat
dari mengonsumsi asupan zat-zat gizi yang digunakan oleh tubuh.
Pemenuhan gizi sebaiknya dilakukan dari masa balita, karena pada
masa tersebut merupakan masa periode perkembangan yang rentan
mengenai gizi. Masa balita merupakan masa yang paling
membutuhkan asupan zat gizi yang besar dibanding masa yang lain.
Status gizi dimulai dari gizi buruk, kurang, dan lebih (Diniangrum dan
Suryanto, 2014).
Kasus kematian balita banyak disebabkan karena masalah gizi
buruk. Gizi buruk terjadi karena penurunan berat badan drastis hingga
menjadi sangat buruk. Asupan yang dikonsumsi sangat mempengaruhi
status gizi seseorang untuk menjadi buruk, kurang dan lebih. Apabila
tubuh memperoleh asupan zat gizi yang cukup maka status gizi
seseorang akan baik begitupun sebaliknya. Salah satu cara untuk
mengetahui status gizi pada seseorang adalah dengan penilaian
secara biokimia. Penilaian ini memberikan informasi mengenai status
energi protein, vitamin dan mineral, keseimbangan cairan dan elektrolit
serta fungsi organ seseorang. Biokimia adalah penilaian dilakukan
secara laboratories dalam memeriksakan spesimen yang dilakukan
pada berbagai jaringan dalam tubuh seperti darah, urine, dan jaringan
tubuh yang terdapat pada hati dan otot.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui pengertian dari penentuan status gizi secara
biokimia.
2. Untuk mengetahui pengertian dari glukosa.
3. Untuk mengetahui pengertian dari kolesterol.
4. Untuk mengetahui pengertian dari HDL.
5. Untuk mengetahui pengertian dari LDL.
6. Untuk mengetahui pengertian dari Trigliserida.
7. Untuk mengetahui penentuan status gizi berdasarkan kadar zink
(Zn).
8. Untuk mengetahui penentuan status gizi berdasarkan kadar
hemoglobin (Hb)
D. Manfaat Praktikum
1. Mengajarkan mahasiswa cara mengukur status gizi melalui
pengukuran biokimia
2. Mengajarkan mahasiswa tentang cara memakai alat pengukuran
status gizi secara biokimia
3. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengukuran
biokimia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Penentuan Status Gizi secara Biokimia
B. Tinjauan Umum tentang Glukosa
1. Definisi Glukosa
Glukosa merupakan salah satu jenis karbohidrat yang memiliki
peran penting bagi tubuh manusia yang merupakan sumber energi
utama untuk kehidupan sehari-hari. Glukosa dapat lansung diserap
oleh tubuh kemudian diubah menjadi energi yang digunakan tubuh
untuk beraktivitas. Glukosa terbentuk dari makanan yang
mengandung karbohidrat dan disimpan sebagai glikogen pada hati
dan otot. Kadar glukosa dalam tubuh dapat menurun karena suhu
yang tidak stabil. Kadar glukosa dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti makanan, alkohol, merokok, obat, trauma/stress,
olahraga dan penundaan pemeriksaan yang dapat menurunkan
kadar glukosa dalam darah sehingga mengakibatkan adanya
aktifitas fisik yang dilakukan oleh sel darah. Glukosa berperan
sebagai bahan bakar dalam proses metabolisme dan penghasil
energi ketika melakukan aktivitas. Glukosa darah merupakan gula
yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari metabolisme
karbohidrat. Pemeriksaan glukosa darah merupakan salah satu
pemeriksaan dalam laboratorium klinik (Wulandari, 2016).
2. Jenis-jenis Pengukuran Glukosa
Pemeriksaan glukosa dalam yang biasanya digunakan adalah
dengan metode enzimatik, kimiawi,dan strip (Kristiana,2015).
Metode kimiawi jarang digunakan karena dianggap memiliki
sensitifitas pemeriksaan yang kurang tinggi dan metode strip
adalah metode sederhana yang digunakan di laboratorium dan
masyarakat yang pemeriksaannya dilakukan melalui sampel darah.
Metode strip mempunyai kelebihan tidak memerlukan proses
pemipetan dan harga yang relatif murah. Sedangkan
kekurangannya metode ini ketidaktepatan pengukuran,kurang efek
suhu dan terkadang menyebabkan hasil yang salah. Metode
glukosa oksidase (GOD-PAP) merupakan pemeriksaan kadar
glukosa di dalam serum atau plasma yang bereaksi dengan
glukosa oksidase dan sering digunakan dilaboratorium dan
masyarakat. Metode GOD-PAP memiliki kelebihan dari segi
efisiensi harga dan penggunaannya yang lebih praktis dibanding
metode yang lain, kekurangannya adalah harganya yang mahal
dan membutuhkan waktu yang lama.
3. Sumber Makanan Mengandung Glukosa
Makanan yang mengandung glukosa diantaranya beras, gula
tebu,gula aren dan gula jagung yang dikonsumsi dari makanan dan
minuman. Kandungan gula terdapat juga dalam makanan lain yang
mengandung karbohidrat sederhana seperti tepung, roti, kecap,
buah manis, jus, minuman bersoda dan sebagainya. (tepung, roti,
kecap). buah manis, jus, minuman bersoda dan sebagainya
Sumber makanan yang mengandung indeks glikemik yang tinggi
mempengaruhi kenaikan glukosa darah, sehingga semakin banyak
mengonsumsi makanan yang berkarbohidrat maka semakin cepat
pula peningkatan kadar gula darah. Makanan dengan kandungan
karbohidrat diantara seperti pasta, beras, kentang, seral, oat, rye,
gandum, dan biji-bijian lainnya (Yuniastuti dkk, 2018).
4. Dampak dan Akibat Kekurangan Glukosa
Kekurangan kadar glukosa darah dalam tubuh disebut dengan
hipoglikemia yang dapat berlansung secara subklinis maupun
klinis. Hipoglikemia terjadi disaat kadar gula darah berada dibawah
70 mg/dl. Hipoglikemia yang ringan menimbulkan gejala seperti
keringat dingin, sulit untuk berkonsentrasi, tubuh terasa gemetar,
sering merasa cemas, dan mudah lapar. Sedangkan hipoglikemia
yang berat sering muncul tanpa dirasakan dan menimbulkan gejala
seperti sering merasa bingung, letih, perubahan perilaku, kejang
bahkan menyebabkan kematian (Sutawardana dkk, 2016).
C. Tinjauan Umum tentang Kolesterol
1. Definisi Kolesterol
Kolesterol adalah jenis lemak tubuh yang berada dalam tubuh
dalam bentuk bebas yang merupakan komponen utama selaput sel
otak dan saraf. Kolesterol yang berasal dari makanan jarang dalam
bentuk kolesterol bebas , tapi berbentuk kolesterol dengan asam
lemak atau biasa disebut dengan ester kolesterol. Sel –sel dalam
tubuh memerlukan kolesterol untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan Kolesterol hanya terdapat pada sel-sel hewan dan
manusia, tidak terdapat pada sel tumbuh-tumbuhan. (Sigarlaki dkk,
2016).
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kolesterol
Kadar kolesterol dapat dipengaruhi dari asupan gizi yang
dikonsumsi, yaitu makanan yang mengandung lemak. Aktifitas
fisik, latihan/olahraga, kebiasaan merokok, pola makan tidak sehat
dan rekreasi tidak teratur juga mempengaruhi kadar kolesterol
pada tubuh. Konsumsi asupan lemak sebanyak 100 mg/hari dapat
meningkatkan kadar kolesterol sebanyak 2-3 mg/dl. Hal ini dapat
berpengaruh pada proses biosintesis kolesterol. Sintesis kolesterol
dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya yaitu penurunan
aktivitas HMG-CoA reduktase yang dapat menurunkan sintesis
kolesterol dalam tubuh (Sigarlaki dan Tjiptaningrum 2016).
3. Sumber Makanan yang Mengandung Kolesterol
Sumber makanan dengan kandungan kolesterol adalah produk
khas hasil metabolisme dari hewan dan produk olahannya seperti
kuning telur, daging, hati, otak, susu, keju, mentega, telur, ayam
dan lain-lain. Makanan yang mengandung tinggi lemak
terutama lemak jenuh, kolesterol dan rendah serat merupakan
sumber makanan yang mengandung kolesterol. Kolesterol yang
berlebihan juga berasal dari sumber makanan hewani seperti
daging kambing, sapi, terutama organ dalam seperti usus, jantung,
otak, hati, dan lambung (babat) (Adnyana dkk, 2014).
4. Dampak dan Akibat Kelebihan Kolesterol
Kolesterol yang berlebihan dapat menjadi faktor pemicu
penyakit jantung koroner karena kolesterol tinggi dapat
menyebabkan terjadinya penyumbatan di pembuluh arah perifer
yang mengurangi suplai darah ke jantung. Kolesterol tinggi juga
dapat menjadi pemicu hipertensi dan stroke. Hipertensi terjadi
karena besarnya tekanan pada pembuluh darah akibat sumbatan
pada pembuluh darah perifer. Faktor lain yaitu merokok karena
merokok dapat menyebabkan vasokonstriksi otot jantung yang
dapat mengurangi kapasitas daya angkut oksigen ke seluruh tubuh
(Soleha, 2012).
D. Tinjauan Umum tentang HDL
1. Definisi HDL
High Density Lipoprotein (HDL) adalah jenis lemak baik yang
dapat membersihkan kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) dari
dinding pembuluh darah dengan mengangkutnya kembali ke hati
untuk mencegah terjadinya aterosklerosis. Proses metabolisme
tubuh dan kinerja jantung akan terganggu apabila di dalam tubuh
kadar LDL lebih banyak daripada kadar HDL .HDL mengangkut
kolesterol jahat dari endotel pembuluh darah sehingga tidak terjadi
akumulasi kolesterol di dalam endotel pembuluh darah lalu
diangkut ke hepar dan dibuang melalui saluran pencernaan.
Penyumbatan pembuluh darah terjadi akibat terakumulasinya
kolesterol jahat pada endotel pembuluh darah, sehingga adanya
kolesterol HDL sangat penting karena HDL yang membersihkan
pembuluh darah dari kolesterol jahat. Selain mengangkut
kolesterol jahat, HDL juga menyebabkan pembuluh darah bisa
berdilatasi karena produksi NO yang meningkat (Rafsanjani dkk,
2019).
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi HDL
Faktor yang mempengaruhi kadar HDL diantaranya IMT,
Kebiasaan merokok, aktivitas fisik, dan usia. ketika seseorang
memiliki IMT yang tidak normal maka kadar HDL seseorang
tersebut akan tinggi. Seseorang yang merokok cenderung memiliki
kadar HDL yang tinggi dibanding yang tidak merokok . Tingkat
aktivitas fisik memiliki hubungan yang berkaitan dengan
peningkatan kadar HDL, aktivitas aerobik yang rutin seperti seperti
berjalan, jogging, bersepeda, skating, mengayuh perahu, dan
berenang juga dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL 3-9%.
Kemudian faktor usia, terutama pada wanita, wanita mempunyai
hormon estrogen yang menjadi faktor determinan terhadap
perubahan profil lipid darah. Estrogen meningkatkan HDL dan
menurunkan LDL hingga 15% dari produksi dan pengangkutan
kolesterol (Sinaga dkk, 2013).
3. Dampak dan Akibat Kekurangan HDL
Rendahnya kadar kolesterol HDL dapat menjadi faktor risiko
terjadinya aterosklerosis (penyumbatan pembuluh darah) dan
penyakit arteri koroner. Penyakit jantung koroner didahului oleh
proses arterosklerosis, dimulai dari penumpukan kolesterol
terutama LDL pada dinding arteri yang mengakibatkan pembuluh
darah koroner menyempit sehingga pasokan oksigen dan darah
berkurang menyebabkan kinerja jantung terganggu (Sinaga dkk,
2013). Kolesterol HDL yang terlalu rendah menyebabkan
kolesterol yang dibawa kembali ke hati menjadi berkurang sehingga
HDL tidak boleh rendah karena memiliki peranan penting (Ridayani
dkk,2013).
E. Tinjauan Umum tentang LDL
1. Definisi LDL
Low Density Lipoprotein (LDL) adalah jenis lemak jahat yang
menempel pada dinding pembuluh darah menyebabkan terjadinya
arterosklerosis. LDL berfungsi untuk mengangkut kolesterol dari hati
ke jaringan dan membentuk timbunan lemak pada dinding pembuluh
darah kemudian menjadi plak, pecah, dan menyebabkan terjadinya
pembekuan darah (Sinaga dkk, 2013).
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi LDL
Peningkatan kadar kolesterol LDL dipengaruhi dari adanya
kandungan lemak tubuh yang meningkat karena pengaruh
pertambahan usia, terutama lemak tubuh yang berada pada area
jaringan adiposa viseral. Jaringan adiposa dalam rongga perut
(abdominal) ini akan melepaskan asam lemak bebas dengan kadar
yang tinggi ke dalam sirkulasi portal, sehingga menganggu
metabolisme di hati dan merangsang hati memproduksi partikel
VLDL, partikel VLDL akan diubah menjadi partikel LDL. Perubahan
profil lipid darah pada wanita usia tua juga dapat disebabkan oleh
adanya penurunan hormon estrogen yang berfungsi menurunkan
kadar kolesterol LDL. Merokok juga merupakan salah satu faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kadar kolesterol
LDL, nikotin dalam rokok merangsang sekresi katakolamin,
meningkatkan lipolisis, dan meningkatkan asam lemak bebas .
Penurunan kadar kolesterol LDL terjadi ketika adanya penurunan
nilai IMT sebagai dampak dari melakukan aktivitas fisik (Edyanto
dkk, 2012).
3. Dampak dan Akibat Kelebihan LDL
Kadar kolesterol LDL yang berlebihan dapat meningkatkan
resiko penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah arteri
yang diikuti dengan terjadinya aterosklerosis. Kadar LDL yang
berlebihan juga akan menyebabkan kadar kolesterol HDL dalam
darah akan menurun dengan sendirinya (Sanhia dkk, 2015).
F. Tinjauan Umum tentang Trigliserida
1. Definisi Trigliserida
Trigliserida adalah lemak utama yang terkandung dalam
makanan manusia dan merupakan sumber simpanan utama pada
tumbuhan dan hewan. Trigliserida merupakan penyimpanan lipid
yang utama yang berada didalam jaringan adipose, bentuk lipid ini
akan terlepas setelah terjadi hidrolisis oleh enzim lipase yang
sensitif sampai hormon menjadi asam lemak bebas dan gliserol.
Asam lemak bebas akan terkait pada albumin serum dan untuk
pengangkutannya ke jaringan, tempat asam lemak tersebut dipakai
sebagai sumber bahan bakar yang penting (Watuseke dkk, 2016).
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Trigliserida
Peningkatan trigliserida disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya kelebihan berat badan, aktivitas fisik, usia, kelainan
genetik, atau diet tinggi karbohidrat. Aktivitas fisik yang kurang dan
pola makan yang tidak baik dapat berisiko mengalami penumpukan
lemak serta trigliserida dalam tubuh. Kadar trigliserida dalam darah
juga dipengaruhi oleh asupan yang dikonsumsi. Asupan lemak dan
karbohidrat yang berlebihan dapat meningkatkan kadar trigliserida
dalam darah. Trigliserida yang tinggi dapat diatasi dengan cara
mengatur asupan yang dkonsumsi, seperti mengonsumsi sayur dan
buah memiliki kandungan serat serta vitamin. Pada wanita,
trigliserida umumnya lebih rendah dibandingkan dengan pria.
Namun ketika waktu menopause, kadar trigliserida wanita
cenderung meningkat. Konsumsi alkohol, asam lemak jenuh,
karbohidrat, dan jumlah kalori yang tinggi dapat meningkatkan
trigliserida. Obesitas dan diabetes yang tidak dikendalikan menjadi
penyebab paling umum terjadinya kadar trigliserida yang tinggi
(Watuseke dkk, 2016).
3. Metabolisme Trigliserida
G. Tinjauan Umum tentang Zink
1. Definisi Zink
Zink adalah salah satu zat mineral mikro esensial yang
memiliki peran penting dalam fungsi imunitas. Zink berperan
penting dalam proses sintesis dan degradasi dari karbohidrat, lipid,
protein serta asam nukleat. Di dalam tubuh zink (Zn) berfungsi
sebagai kofaktor untuk enzim tertentu, terdapat 200 enzim yang
membutuhkan zink (Zn) dalam aktivitasnya seperti enzim karbonat
anhidrase dalam sel darah merah, enzim karboksi peptidase dan
alkohol dehidrogenase dalam hati. Selain itu zink juga berperan
dalam aktivasi dan sintesis Growth Hormon (GH), menjaga
kekebalan tubuh, sebagai antioksidan, fungsi pengecapan dan
reproduksi, serta stabilisasi membran sel (Hidayati dkk, 2019).
2. Jenis-jenis Pengukuran Zink
Salah satu metode pengukuran zink adalah metode Kecap
Smith. Pengukuran dengan metode ini menggunakan alat spoit
tanpa jarum 5 ml dan Beaker gelas dan bahannya adalah Larutan
ZnSO4. Pengukuran dilakukan dengan cara menyemprotkan
larutan ZnSO4 ke dalam mulut responden menggunakan alat suntik
tanpa jarum. Kemudian cairan dibiarkan di dalam mulut selama 10
detik, setelah itu cairan tersebut dibuang dan responden akan
segera ditanya tentang apa yang ia rasakan. Ada 4 kategori yang
akan dirasakan oleh responden yaitu sebagai berikut :
a. Tidak merasa apa-apa/ merasakan sama seperti air biasa
meskipun telah ditunggu 10 detik.
b. Awalnya tidak merasakan sesuatu dengan pasti akan tetapi
dalam beberapa detik kemduian akan teras akering, kesat dan
manis.
c. Akan segera merasakan sesuatu dengan pasti tetapi tida
sampai merasakan sakit yang mengganggu dan rasa tersebut
makin lama makin kuat.
d. Segera timbul rasa yang kuat dan mengganggu yang bisa
membuat responden langsung meringis.
Cara mengetahui kadar seng dilihat dari kategori di atas dimana
kategori 1 dan 2 merupakan seseorang yang mengalami defisiensi
seng dan kategori 3 dan 4 tidak mengalami defisiensi seng
(normal).
3. Sumber Makanan Mengandung Zink
Sumber makanan yang mengandung zink dapat diperoleh dari
berbagai makanan dengan kandungan zink yang tinggi, sedang
dan rendah. Makanan yang mengandung zink tinggi sekitar 25-50
mg/kg adalah daging merah tanpa lemak, sereal gandum, kacang-
kacangan dan polongpolongan. Makanan dengan kandungan zink
sedang sekitar 10-25 mg/kg seperti ayam, daging dengan
kandungan lemak tinggi, untuk makanan dengan kandungan zink
yang rendah <10mg/kg seperti ikan,umbi-umbian,sayuran dan
buah-buahan (Hidayanti dkk, 2019).
4. Dampak dan Akibat Kekurangan Zink
Defisiensi seng berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh.
Status seng yang rendah akan mengganggu aktivitas sel-sel
pembunuh alami dan fagositosis oleh makrofag. Seseorang yang
defisiensi seng akan mengalami gangguan imunitas tubuh
sehingga meningkatkan risiko terjadinya infeksi. Defisiensi seng
juga berdampak pada proses pertumbuhan, seng berkaitan dengan
pertumbuhan tulang melalui pengaruh pada sejumlah hormon yang
terlibat dalam jalur metabolisme tulang. Dampak lain dari defisiensi
seng adalah anoreksia, kematangan seksual yang tertunda,
kerusakan DNA dan acrodermatitis enteropathica (Rejeki dan
Panunggal 2016).
H. Tinjauan Umum tentang Hemoglobin (Hb)
1. Definisi Hemoglobin
Hemoglobin adalah jenis protein yang mengikat molekul bukan
protein, yaitu senyawa porfirin besi yang disebut heme. Hemoglobin
mempunyai dua fungsi dalam tubuh manusia, yakni pengangkutan
oksigen ke jaringan dan pengangkutan karbondioksida dan proton
dari jaringan perifer ke organ respirasi. Hemoglobin berperan
penting dalam membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh
bersama dengan sel darah merah (Kosasi dkk, 2014).
2. Sumber Makanan yang Mengandung Fe, Vitamin C, Asam Folat,
dan Vitamin B12
Sumber makanan yang mengandung asam folat sayur berdaun
hijau, hati, kacang-kacangan. Sumber makanan yang mengandung
vitamin c yaitu sayuran seperti daun bayam, daun pepaya, daun ubi
dan juga pada buah seperti pada buah naga, tomat, jeruk, mangga,
apel dan lain-lain. Sumber makanan yang mengandung vitamin
B12 adalah hati ayam dan tempe (Sitoayu dan Rahayu, 2019).
3. Dampak dan Akibat Kekurangan Hb
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Peserta Praktikum
Peserta pada praktikum ini adalah kelompok 2 yang terdiri dari:
1. Ardayanti Asmudin
2. Yulvani Tikupadang
3. Fadila Alzahra Baimin
4. A. Faizah Nadia Batari Mappatunru
5. Bertha Dwilia
6. A.Tenri Bunga Muhtar
7. Chintia Seftiani
8. Sepdianti Lestari
9. Onestin Bintang Paembonan
10. Nursafitri Azzahra Alim
B. Tempat dan Waktu Praktikum
Hari :Rabu
Tanggal :18 Mei 2022
Pukul :12.30 – 15.00 WITA
Tempat :Laboratorium Terpadu Kimia Biofisik Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin
C. Alat dan Bahan
1. Alat
Gambar 3.10 Gambar 3.11
Hemoglobinmeter Lancing Devive
Gambar 3.12 Gambar 3.13
Microcuvet Spoit Tanpa Jarum

2. Bahan
Gambar 3.14 Gambar 3.15
Alkohol Pads Larutan ZnSo4 0,1%
Gambar 3.16
Blood Lancet

D. Prosedur Kerja
1. Pemeriksaan Status Seng (Zn)
a. Sebanyak 3-5 ml ZnS04 0,1% disemprotkan ke dalam mulut
dengan menekan alat suntik tanpa menggunakan jarum.
b. Cairan dibiarkan selama 10 detik didalam mulut.
c. Setelah itu cairan dikeluarkan dalam mulut.
d. Tanyakan kepada subjek tentang apa yang dirasakan.
2. Pemeriksaan Hemoglobin
a. Siapkan peralatan.
b. Bersihkan jari yang akan diambil darahnya dengan
menggunakan alcohol pads.
b. Gunakan auto lancet untuk mengambil darah pada jari yang
sudah diolesi alcohol.
c. Buang darah yang pertama keluar, tetesan darah yang kedua
diambil dengan menggunakan microcuvette.
d. Lakukan pemeriksaan pada Hemocue.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum
1. Tabel Hasil Pemeriksaan Status Zink
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, hasil
pemeriksaan Status Zink yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Hasil Pemeriksaan Status Zink

No. Nama Kategori Ket.


Status Seng
1 Nursafitri Azzahrah Alim 1 Tidak
merasakan
apa-apa
2 Yulvani Tikupadang 1 Tidak
merasakan
apa-apa
3 Fadila Alzahra Baimin 2 Awalnya tidak
merasakan
sesuatu,tetapi
dalam
beberapa detik
merasakan
kering,kesat
atau manis
4 A. Faizah Nadia Batari 1 Tidak
Mappatunru merasakan
apa-apa
5 Bertha Dwilia 4 Normal
6 Ardayanti Asmudin 2 Awalnya tidak
merasakan
sesuatu,tetapi
dalam
beberapa detik
merasakan
kering,kesat
atau manis
7 A.Tenri Bunga Muhtar 1 Tidak
merasakan
apa-apa
8 Chintia Seftiani 1 Tidak
merasakan
apa-apa
9 Sepdianti Lestari 1 Tidak
merasakan
apa-apa
10 Onestin Bintang 3 Normal
Paembonan
Sumber: Data Primer, 2022

2. Tabel Hasil Pemeriksaan Hemoglobin


Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, hasil
pemeriksaan Hemoglobin yang didapatkan adalah sebagai berikut:

Hasil Pemeriksaan Hemoglobin

No Nama Nilai HB
1. A. Faizah Nadia Batari Mappatunru 12,7
2. Yulvani Tikupadang 12,7
3. Ardayanti Asmudin 12,8
4. Fadila Alzahra Baimin 13,8
Sumber: Data Primer, 2022
B. Pembahasan
1. Pemeriksaan Zink
Pada pemeriksaan zink, responden dikategorikan ke dalam 4
kategori yaitu:
1. Tidak merasakan apa-apa/seperti merasakan air biasa
walaupun telah ditunggu 10 detik.
2. Mula-mula tidak merasakan sesuatu dengan pasti, tetapi dalam
beberapa detik kemudian terasa kering, kesat atau manis.
3. Segera merasakan sesuatu dengan pasti tetapi tidak sampai
menyakitkan atau mengganggu, rasa tersebut makin lama
makin kuat.
4. Segera timbul rasa yang kuat dan mengganggu sehingga
responden langsung meringis.
Responden dengan hasil yang masuk kategori nomor 1 dan 2
adalah responden yang mengalami defisiensi seng, sedangkan
responden yang masuk kategori nomor 3 dan 4 adalah responden
tidak mengalami defisiensi seng (normal). Berdasarkan
pemeriksaan zink yang telah dilakukan, dari 10 praktikan di
dapatkan bahwa ada delapan praktikan yang mengalami defisiensi
zink dengan yaitu Nursafitri Azzahrah Alim, Yulvani Tikupadang,
Fadila Alzahra Baimin, A. Faizah Nadia Batari Mappatunru,
Ardayanti Asmudin, A.Tenri Bunga Muhtar. Chintia Seftiani, dan
Sepdianti Lestari. Kemudian dua praktikan lainnya yaitu Bertha
Dwilia dan Onestin Bintang Paembonan tidak mengalami defisiensi
seng (normal).
2. Pemeriksaan Hemoglobin
Berdasarkan pemeriksaan hemoglobin yang telah dilakukan
pada 4 praktikan didapatkan hasil bahwa semua praktikan yaitu A.
Faizah Batari Mappatunru, Yulvani Tikupadang, Ardayanti Asmudin,
dan Fadila Alzahra Baimin memiliki kadar hemoglobin yang normal
dimana kita ketahui nilai normal kadar hemoglobin untuk wanita
adalah 12-14 g/dl. A. Faizah Batari Mappatunru dan Yulvani
Tikupadang dengan hasil yang sama yaitu 12,7 g/dl, Ardayanti
Asmudin 12,8 g/dl dan Fadila Alzahra 13,8 g/dl. Adapun metode
pemeriksaan yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode
Skin Puncture (tusukan kulit). Mula-mula jari yang akan di ambil
sampel darahnya di olesi terlebihi dahulu dengan alcohol pads.
Untuk mengambil darahnya digunakan auto lancet.. Darah yang
diambil adalah darah yang keluar kedua karena darah yang keluar
pertama dianggap masih terkontaminasi dengan alkohol pads
sehingga dapat menjadi bias dalam pengukuran. Darah yang kedua
diambil dengan meggunakan microcuvet lalu dilakukan
pemeriksaan pada hemoglobinmeter.

Anda mungkin juga menyukai