Anda di halaman 1dari 3

Nama :A.

Tenri Bunga Muhtar

Nim :K011201110

Kelas :Gizi Masyarakat Pesisir dan Kepulauan A

CRITICAL REVIEW

“PERPRES NO.72 TAHUN 2021 TENTANG PERCEPATAN PENURUNAN


STUNTING”

Stunting atau gagal tumbuh adalah suatu kondisi yang menggambarkan status gizi
kurang yang memiliki sifat kronis pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak sejak
awal masa kehidupan yang dipresentasikan dengan nilai z-score tinggi badan menurut umur
kurang dari minus dua standar deviasi berdasarkan standar pertumbuhan menurut WHO
(Ni’mah, 2015: 13). Kondisi stunting dapat dilihat sejak anak berusia dua tahun. Stunting
merupakan kondisi yang disebabkan oleh kurang seimbangnya asupan gizi pada masa
periode emas, bukan disebabkan oleh kelainan hormon pertumbuhan maupun akibat dari
penyakit tertentu. Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di
South-East Asian Region setelah Timor Leste (50,5%) dan India (38,4%) yaitu sebesar
36,4% (Pusat Data dan Informasi Kemenkes, 2018). Angka prevalensi stunting di Indonesia
masih di atas 20%, artinya belum mencapai target WHO yang di bawah 20%.

Awal Agustus 2021, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo telah


menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan
Penurunan Stunting. Peraturan ini merupakan wujud komitmen pemerintah dalam
mempercepat pencapaian target penurunan stunting menjadi 14 persen pada 2024, sesuai
amanat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024. “Perpres ini juga
memperkuat penerapan Strategi Nasional Percepatan Penurunan Stunting 2018-2024 yang
bertujuan untuk menurunkan prevalensi stunting, meningkatkan kualitas penyiapan
kehidupan berkeluarga, menjamin pemenuhan asupan gizi, memperbaiki pola asuh,
meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan serta meningkatkan akses air minum dan
sanitasi.

Implementasi Perpres ini, selain bertujuan untuk meningkatkan komitmen


pemerintah untuk perbaikan gizi, utamanya penurunan stunting, juga bertepatan dengan satu
dekade bergabungnya Indonesia dengan gerakan global Scaling Up Nutrition (SUN) sejak
2011, dengan fokus pada upaya pengentasan masalah gizi melalui keterlibatan lintas sektor.
Saat ini, Indonesia telah memiliki 148 anggota SUN Networks yang terdiri atas 25
kementerian/lembaga, 11 mitra pembangunan, 40 dunia usaha dan asosiasi, 34 organisasi
masyarakat madani, 23 perguruan tinggi serta 15 organisasi profesi, dengan Kementerian
PPN/Bappenas sebagai focal point. “Percepatan penurunan stunting harus dilaksanakan
secara holistik, integratif, dan berkualitas melalui koordinasi, sinergi, dan sinkronisasi di
antara kementerian/lembaga, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah
kabupaten/kota, pemerintah desa, dan pemangku kepentingan,
Secara detail, Perpres 72 Tahun 2021 terdiri atas tiga bagian. Pertama, batang tubuh
yang terdiri dari 8 bab dan 31 pasal. Kedua, lampiran A yang menguraikan 20 target antara.
Ketiga, lampiran B yang terdiri atas rincian 71 keluaran (output) Pilar Strategi Nasional
Percepatan Penurunan Stunting. Selain memuat arahan Presiden, Perpres ini merupakan
wujud kesepakatan antar kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan pemangku
kepentingan dalam melaksanakan upaya percepatan penurunan stunting yang terintegrasi.
Dengan terbitnya Perpres ini, seluruh komponen masyarakat diharapkan berjalan beriringan
dengan pemerintah untuk mempercepat perbaikan gizi di Indonesia. “Percepatan
penurunan stunting juga menjadi salah satu kontribusi Indonesia dalam mencapai Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals pada 2030 mendatang

Indonesia sebagai salah satu negara yang ikut meratifikasi Konvensi PBB 1989
tentang Hak Anak. Konvensi Hak Anak mengandung empat prinsip penting, yaitu non-
diskriminasi, kepentingan yang terbaik bagi anak, kelangsungan hidup dan perkembangan
anak, dan penghargaan terhadap pendapat anak. Bisa dikatakan, mengatasi stunting berarti
upaya menjalankan prinsip-prinsip dalam Konvensi Hak Anak. Mengatasi stunting juga
merupakan bagian dari upaya pemerintah memberikan perlindungan kepada anak. Saat ini
Indonesia telah memiliki UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No. 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak. UndangUndang ini menjamin anak atas hak-haknya untuk
hidup dan berkembang sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan. Tulisan ini
mengulas persoalan stunting pada anak di Indonesia dan strategi penanggulangannya,
supaya angka prevalensi stunting terus menurun sesuai dengan target WHO, yaitu di bawah
20%.

“PERATURAN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA


NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2021 TENTANG
RENCANA AKSI NASIONAL PERCEPATAN PENURUNAN ANGKA STUNTING
DI INDONESIA”

Presiden Republik Indonesia memberi arahan dalam rapat terbatas Program


Percepatan Penurunan Stunting pada tanggal 25 Januari 2021 yang lalu bahwa BKKBN
mendapat mandat untuk menjadi ketua pelaksana Tim Percepatan Penurunan Stunting atau
TPPS di tingkat pusat. Hal ini kemudian diikuti dengan terbitnya peraturan Presiden nomor
72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting di dalam perpres tersebut di
amanahkan agar tim pelaksana menyusun rencana aksi nasional melalui pendekatan keluarga
resiko stunting,maka pada tanggal 21 desember tahun 2021 Kepala BKKBN telah
menetapkan peraturan badan nomor 12 tentang Rencana Aksi Nasional Percepatan
Penurunan Angka Stunting Indonesia (RAN-PASTI) Periode tahun 2021-2024.

Percepatan Penurunan Stunting adalah sebuah tugas besar sehingga harus


dilaksanakan secara bersama-sama oleh Pemerintah Pusat,Pemerintah Daerah,Pemerintah
Desa bahkan Pemangku Kepentingan bahkan juga masyarakat,oleh karena itu untuk
mendaratkan rambu-rambu yang ada di dalam RAN-PASTI serta untuk membangun
komitmen Pimpinan Daerah dan pemangku Kepentingan maka di perlukan sosialisasi RAN-
PASTI secara masif dan instensif. Secara khusus Sosialisasi ini bertujuan untuk
mendapatkan penguatan komitmen dari kepala Daerah dan Jajaran nya dalam upaya
Penurunan angka Balita Stunting .

Peraturan Badan ini bertujuan untuk :

a. Memberikan acuan bagi pemerintah pusat, Pemerintah Daerah, dan Pemangku Kepentingan
berupa Langkah-langkah konkret yang harus dilaksanakan secara konvergen, holistik,
integratif, dan berkualitas dalam Percepatan Penurunan Stunting;
b. Melakukan penguatan dalam upaya konvergensi perencanaan dan penganggaran Percepatan
Penurunan Stunting tingkat pusat, daerah, desa dan bersama pemangku kepentingan yang
berkesinambungan;
c. Melakukan penguatan peran Pelaksana dan sekretariat pelaksanaan tim dalam pelaksanaan
Percepatan Penurunan Stunting sesuai dengan tugas;
d. Melakukan penguatan regulasi/kebijakan strategis yang dibutuhkan untuk Percepatan
Penurunan Stunting;
e. melakukan penguatan dan pemaduan sistem manajemen data dan informasi Percepatan
Penurunan Stunting;
f. Mengintegrasikan mekanisme Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan Percepatan Penurunan
Stunting; dan
g. Mendorong partisipasi aktif masyarakat serta gotong royong dalam Percepatan Penurunan
Stunting

Anda mungkin juga menyukai