Anda di halaman 1dari 11

GENTING AMANAT

(GERAKAN PENURUNAN STUNTING; AYO MAKAN TEMPE TAHU)

A. PENDAHULUAN
Amanat presiden Joko Widodo dalam membangun sumberdaya manusia Indonesia
tertuang dalam Nawa Cita sebagai upaya penjawabaran visi dan misi pemimpin
Bangsa Indonesia. Salah Satu Jabaran Nawa Cita Presiden pada Nawa Cita ke–5
dan ke-3 yakni Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia dan Membangun
Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam
kerangka negara kesatuan Republik Indonesia. Namun, upaya menghadirkan
generasi emas Indonesia ini dibayangi kehadiran stunting yang masih mengancam.
Stunting merujuk pada kondisi tinggi anak yang lebih pendek dari tinggi badan
seumurannya. Stunting terjadi lantaran kekurangan gizi dalam waktu lama pada
masa 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).

Indonesia mempunyai masalah gizi yang cukup berat yang ditandai dengan
banyaknya kasus gizi kurang. Malnutrisi merupakan suatu dampak keadaan status
gizi. Stunting adalah salah satu keadaan malnutrisi yang berhubungan dengan
ketidakcukupan zat gizi masa lalu sehingga termasuk dalam masalah gizi yang
bersifat kronis. Prevalensi stunting di Indonesia lebih tinggi daripada negara-negara
lain di Asia Tenggara, seperti Myanmar (35%), Vietnam (23%), dan Thailand (16%)
dan menduduki peringkat kelima dunia. Stunting disebabkan oleh faktor multi
dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu
hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat
mengurangi pervalensi stunting oleh karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskedas)
2013 menunjukkan prevalensi stunting mencapai 37,2%. Stunting bukan perkara
sepele. Hasil riset Bank Dunia menggambarkan kerugian akibat stunting mencapai
3-11% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Dengan nilai PDB 2015 sebesar
Rp11.000 Triliun, kerugian ekonomi akibat stunting di Indonesia diperkirakan
mencapai Rp300-triliun-Rp1.210 triliun per tahun.

Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan,


prevalensi balita stunting di Sulawesi Selatan mencapai 27,2% pada 2022. Provinsi
ini menduduki peringkat ke-10 prevalensi balita stunting tertinggi di Indonesia.
Sulawesi Selatan memangkas tipis angka balita stunting sebesar 0,2 poin dari tahun
sebelumnya. Pada 2021, tercatat prevalensi balita stunting di provinsi ini sebesar
27,4%. Pada 2022, terdapat 14 kabupaten dengan prevalensi balita stunting di atas
rata-rata angka provinsi. Sisanya, 10 kabupaten/kota di bawah angka rata-rata
prevalensi balita stunting Sulawesi Selatan (Prevalensi Balita Stunting Provinsi
Sulawesi Selatan Menurut Kabupaten/Kota 2022
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/02/13/prevalensi-balita-stunting-
sulawesi-selatan-capai-272-pada-2022-berikut-sebaran-wilayahnya)

Kabupaten Luwu Utara berdasarkan data e-PPGBM tahun 2018, angka prevalensi
stunting terbilang masih sangat tinggi, yaitu 31,1%. Dalam selang waktu 5 tahun
mengalami penurunan menjadi 12,60%, artinya Ada penurunan sebesar 18,5%.
Sehingga target pemerintah kabupaten luwu utara di tahun 2024 adalah 14%
(https://portal.luwuutarakab.go.id/post/luwu-utara-diprediksi-berkontribusi-terhadap-
penurunan-prevalensi-stunting-di-sulsel)

Upaya penurunan angka stunting di Sulawesi selatan tertuang dalam 8 aksi


konvergensi percepatan penurunan stunting. Dalam memperkuat pelaksanaan aksi
ini, pemerintah kabupaten luwu utara terus memotivasi stakeholder dalam
melibatkan diri dalam program-program penurunan angkat stunting itu sendiri.
Penurunan Angka stunting bukan hanya melibatkan dinas Kesehatan sebagai
leading sector tapi pelibatan masyarakat terus di upayakan sehingga pemerintah
luwu utara turut mengeluarkan peraturan bupati Nomor 47 tahun 2022 tentang
Peran Desa dan Kelurahan dalam Mengintervensi Percepatan Penurunan Stunting
Terintegrasi. Selain itu tenaga Kesehatan yang berada di ujung pelayanan terus
dimotivasi agar dapat berkreasi dengan menghadirkan inovasi-inovasi baik itu
pelayanan ke masyarakat maupun terjun langsung dalam upaya kampanye
penurunan angka stunting itu sendiri.

Salah satu upaya dinas Kesehatan dalam memotivasi tenaga Kesehatan adalah
dengan melakukan penganugrahan tenaga Kesehatan teladan tahun 2023. Kegiatan
ini mengharuskan tenaga Kesehatan melakukan inovasi dalam penurunan angka
stunting di bidang tugas masing-masing bentuk praktik terbaik (best Praktice)
penurunan angka stunting. Sebagai salah satu tenaga Kesehatan yang di berikan
kesempatan untuk ikut dalam kegiatan ini, sebagai bidan desa yang mewakili PKM
Cendana Putih, maka saya akan menceritakan inovasi penurunan angka stunting di
wilayah tugas saya dengan judul Genting Amanah (Gerakan Penurunan Angkah
Stunting; Ayo Makan Tempe dan Tahu)

B. PEMBAHASAN

Bidan (bahasa Inggris: Midwife) adalah seseorang yang telah mengikuti program
pendidikan bidan yang diakui di negaranya dan telah lulus dari pendidikan tersebut,
serta memenuhi kualifikasi untuk didaftarkan (register) dan atau memiliki izin yang
sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan. Definisi ini ditetapkan melalui kongres
ICM (International Confederation of Midwives) ke-27 yang dilaksanakan pada bulan
Juli tahun 2005 di Brisbane Australia. Sedangkan definisi terbaru dari ICM
(International Confederation of Midwives) yang dikeluarkan pada Juni
2011, bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan (lulus) program
pendidikan kebidanan yang diakui secara resmi oleh negaranya serta berdasarkan
kompetensi praktik kebidanan dasar yang dikeluarkan ICM dan kerangka kerja dari
standar global ICM untuk pendidikan kebidanan, telah memenuhi kualifikasi yang
dipersyaratkan untuk didaftarkan (register) dan/atau memiliki izin yang sah (lisensi)
untuk melakukan praktik kebidanan, dan menggunakan gelar/hak sebutan sebagai
“bidan”, serta mampu menunjukkan kompetensinya di dalam praktik kebidanan.
Definisi yang terakhir ini adalah definisi yang berlaku saat ini hingga ditinjau kembali
oleh ICM pada Tahun 2017.

Bidan adalah tenaga kesehatan yang dikelompokkan ke dalam tenaga kebidanan,


memiliki kewenangan untuk melakukan pelayanan kesehatan ibu, pelayanan
kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana. Di dalam keadaan tertentu yakni suatu kondisi tidak adanya Tenaga
Kesehatan yang memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan serta tidak dimungkinkan untuk dirujuk maka
seorang bidan dapat memberikan pelayanan kedokteran dan/atau kefarmasian di
luar kewenangannya dalam batas tertentu. Bidan diakui sebagai tenaga profesional
di dalam bidang kesehatan yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja
sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasihat selama
masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memfasilitasi dan memimpin
persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru
lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan
normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau
bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan.

Seorang bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan


kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan
masyarakat. Kegiatan ini mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi
orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau
kesehatan reproduksi dan asuhan anak. Persepsi modern tentang profesi bidan
memberikan penekanan bahwa di dalam melakukan praktiknya, bidan profesional
berperan dalam memantau aspek fisik, psikologi dan sosial dari seorang perempuan
yang hamil, bersalin, dan juga periode setelah melahirkan (post-partum). Selain Itu,
Bidan bertindak sebagai seorang pendidik dan konselor kesehatan ibu dan anak,
serta bagi keluarga dan komunitas. Bidan memberikan edukasi, konseling,
perawatan kehamilan, dengan terlibat membantu secara penuh hingga periode
setelah melahirkan. melakukan minimisasi tindakan medis, sehingga lebih
mengarahkan seluruh upaya sesuai kompetensinya agar persalinan berjalan secara
normal / alami. melakukan identifikasi secara dini dan merujuk klien yang
membutuhkan pertolongan dokter SpOG.

Tugas dan tanggung jawab demikian diatas membuat Bidan adalah tenaga
Kesehatan yang berada pada ujung tombak Kesehatan masyarakat baik itu di
tempat tugas nya maupun di tempat-tempat yang membutuhkan tenaga Kesehatan
yang bersifat mendesak.

Penurunan angka stunting tidak lepas dari tanggung jawab seorang bidan, sebagai
tenaga Kesehatan yang terlibat langsung pada persiapan, pembentukan dan
pendampingan pada keluarga. Sebagai bidan desa, pendampingan masyarakat
khususnya bagi pasangan yang akan menikah. Beberapa program pendampingan di
buat untuk meminimalisir dampak buruk Kesehatan pada masyarakat terutama pada
kasus stunting.

Salah satu program bagi remaja adalah posyandu remaja. Program ini bertujuan
untuk membentuk remaja perempuan yang anti anemia sehingga dalam proses
pematangan diri menuju pernikahan plebih siap. Program ini dilakukan dengan
memberikan kapsul penambah darah (Kapsul Fe) setiap minggu dan khusus pada
masa menstruasi di berikan 1 kapsul tiap hari.

Program selanjutnya adalah pembentukan Tim Pendamping Keluarga (TPK). Tim ini
dibentuk untuk mendata dari awal pasangan calon pengantin baik itu pria maupun
Wanita, dengan tujuan untuk mengidentifikasi lebih awal apa saja resiko-resiko yang
terjadi pada pasangan tersebut. Setelah mengidentifikasi pasangan calon pengantin
kemudian di beri pendampingan apabila terdapat pasangan calon pengantin yang
memiliki resiko (misalnya resiko Anemia) pasangan ini kemudian diberikan edukasi
dan di berikan pendampingan secara medis agar resiko -resiko kehamilan nantinya
dapat diidentifikasi dan diberikan penanganan.
Kelas ibu hamil adalah program yang di berikan selanjutnya tujuan kelas ini adalah
memberikan aktivitas -aktivitas bermanfaat kepada ibu hamil dan ibu balita. Pada
program ini terdapat beberapa kegiatan yang di kemas agar dapat memberikan
tambahan pengetahuan baik dalam proses kehamilan maupun pada perawatan
balita. Adapun beberapa kegiatan yang di susun pada program ini meliputi
penyuluhan kehamilan, senam ibu hamil, relaksasi (hypnotherapy), penyuluhan ibu
balita, pijat bayi dan demo pembuatan MPA ASI.

Program Kesehatan berikutnya adalah pembentukan PUSPAGA program ini


singkatan dari Pusat Pembelajaran Keluarga. Program ini berisikan layanan satu
pintu keluarga berbasis Hak Anak yang dilakukan oleh tenaga profesi/psikolog untuk
memberikan solusi atau jalan keluar bagi orang tua, anak, dan keluarga dalam
menghadapi permasalahan pada langkah pertama pencegahan. Sasaran pelayanan
PUSPAGA diberikan kepada anak, orang tua, wali, calon orang tua, serta orang
yang bertanggung jawab terhadap anak. PUSPAGA hadir dengan prinsip non
diskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak, kelangsungan hidup, mudah diakses
dengan sarana yang penuh warna, mempunyai konsep layanannya yang juga
dikenal, seperti nyaman dan menyenangkan. Prinsip tersebut diharapkan dapat
membuat PUSPAGA lebih dekat dengan keluarga dan dapat dijangkau bagi
keluarga manapun untuk mendapatkan layanan konseling, konsultasi, dan
mendapatkan informasi terkait pengetahuan dan keterampilan menjadi orang tua
sesuai hak anak.

Selanjutnya adalah program Penurunan angka Stunting. Stunting adalah salah satu
keadaan malnutrisi yang berhubungan dengan ketidakcukupan zat gizi masa lalu
sehingga termasuk dalam masalah gizi yang bersifat kronis. Stunting diukur sebagai
status gizi dengan memperhatikan tinggi atau panjang badan, umur, dan jenis
kelamin balita. Kebiasaan tidak mengukur tinggi atau panjang badan balita di
masyarakat menyebabkan kejadian stunting sulit disadari. Hal tersebut membuat
stunting menjadi salah satu fokus pada target perbaikan gizi di dunia sampai tahun
2025. Stunting atau perawakan pendek (shortness). suatu keadaan tinggi badan
(TB) seseorang yang tidak sesuai dengan umur, yang penentuannya dilakukan
dengan menghitung skor Z-indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U). Seseorang
dikatakan stunting bila skor Z-indeks TB/U- nya di bawah -2 SD (standar deviasi).
Kejadian stunting merupakan dampak dari asupan gizi yang kurang, baik dari segi
kualitas maupun kuantitas, tingginya kesakitan, atau merupakan kombinasi dari
keduanya. Kondisi tersebut sering dijumpai di negara dengan kondisi ekonomi
kurang. Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam
kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi pada
usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya
mudah sakit dan memiliki postur tubuh tak maksimal saat dewasa. Kemampuan
kognitif para penderita juga berkurang, sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi
jangka panjang bagi Indonesia.

Inovasi BIdan Desa


Upaya pencegahan stunting menjadi sebuah keharusan yang di lakukan oleh semua
stake holder baik itu pemerintah secarah umum dan tenaga Kesehatan secara
khusus dalam upaya pembentukan generasi emas Indonesia yang mana tertuang
dalam nawa cita presiden Joko Widodo.

Dalam upaya pencegahan stunting kehadiran bidan desa dengan terus memberikan
edukasi bagi calon orang tua (Ibu Hamil) agar pemenuhan gizi standar dapat
terpenuhi. Dalam proses pencegahan stunting ini bida desa memberikan edukasi
terkait pemenuhan gizi pangan bagi ibu hamil. Pemenenuhan gizi yang di
maksudkan adalah mendorong ibu hamil untuk mengkonsumsi makanan -makanan
yang mengandung sumber protein tinggi.

Inovasi yang dilakukan adalah dengan mengajak ibu hamil mengkonsumsi makanan
yang bersumber dari protein ada 2 yakni protein hewani dan nabati. Pemenuhan
gizi dan protein untuk ibu hamil di berikan dengan anjuran mengkonsumsi protein
hewani dari makanan jenis ikan leleh ataupun ikan gabus.
Untuk pemenuhan protein nabati, bidan desa melalkukan inovasi yakni Amanat (Ayo
Makan Tempe dan Tahu). Berdasarkan data komposisi pangan Indonesia dari
Kementrian Kesehatan RI, 100 gram tempe dan tahu memiliki kandungan gizi yang
berbeda. Kandungan gizi dalam 100 gram tempe:Energi: 150 kal, Protein: 14 gram,
Lemak: 7,7 gram, Karbohidrat: 9,1 gram, Serat : 1,4 gram, Kalsium: 517 mg,
Natrium: 7 mg, Fosfor: 202 mg. sedangkan Kandungan gizi dalam 100 gram tahu,
Energi: 80 kal, Protein: 10,9 gram, Lemak: 4,7 gram, Karbohidrat: 0,8 gram, Serat :
0,1 gram, Kalsium: 223 mg, Natrium: 2 mg, Fosfor: 183 mg.

Kandungan protein yang tinggi pada tempe dan tahu menjadi alternatif makanan
berprotein tinggi khususnya wilayah kerja yang sumber pangan tersebut sangat
melimpah, sehingga membuat bidan desa menjadikan inovasi pencegahan stunting.
Edukasi untu mengkonsumsi sumber protein tinggi ini kemudian diajdikan
keunggulan dalam edukasi ibu hamil dimana setiap ibu hamil di wajibkan
mengkonsumsi tempe dan tahu. Selain itu harga sumber pangan ini sangat
terjangkau sehingga ini tidak memberatkan kepada keluarga ibu hamil. Edukasi
seperti inilah yang kemudian kami sebagai bidan desa jadikan inovasi, walaupun
terkesan sederhana dan sangat mudah namun diharapkan dapat memaksimalkan
pemenuhan gizi pangan ibu hamil agar dapat mencegah lebih awal stunting.

C. KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan kajian diatas maka kesimpulan yang dapat kami Tarik adalah
pencegahan stunting bukan tugas tenaga Kesehatan semata, namun pelibatan
seluruh stakeholder diharapkan bersinergi dalam mencegah stunting itu sendiri
sebagai upaya pembentukan generasi emas Indonesia. Sebagai ujung tombak
pelayanan Kesehatan di masyarakat, bidan diharapkan mampu berinovasi dalam
menghadirkan program-program Kesehatan yang di sinergikan dengan segala
aspek di wilayah nya.

Sebagai bidan desa ada beberapa program yang di lakukan untuk pemenuhan
kesehatan di wilayah kerja yang meliputi ;
- Pembentukan posyandu remaja
- Pembentukan tim pendamping keluarga (TPK)
- Kelas Ibu Hamil dan Ibu Balita
- PUSPAGA
- Pencegahan Stunting

Inovasi yang kami lakukakan dpada program pencegahan stunting dengan


mengedukasi masyarakat khususnya ibu hamil untuk mengkonsumsi pangan yang
bernutri dan kandungan gizi tinggi . Program GENTING AMANAT (GERAKAN
PENURUNAN STUNTING; AYO MAKAN TEMPE TAHU) adalah upaya kampanye
ke masyarakat khususnya kepada ibu hamil untuk mengkonsumsi bahan Makanan
yang mengandung protein tinggi

Makalah ini merupakan hasil kajian kepustakaan yang di padukan dengan


pengalaman kami dalam menjalankan tugas sebagai bidan desa, tentunya banyak
kekurangan dan perlu masukan dalam upaya sharing informasi dan pengetahuan.
Makalah ini kami susun untuk mengikuti seleksi tenaga Kesehatan teladan 2023.
Saran dan masukan konstruktif dan sharing pengetahuan sangat kami harapkan
sebagai upaya menambah pengetahuan.

D. SUMBER INFORMASI BACAAN


https://baliroyalhospital.co.id/kalau-mau-menurunkan-berat-badan-lebih-baik-makan-
tahu-atau-tempe/

http://www.litbang.kemkes.go.id/

Prevalensi Balita Stunting Provinsi Sulawesi Selatan Menurut Kabupaten/Kota 2022


https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/02/13/prevalensi-balita-stunting-
sulawesi-selatan-capai-272-pada-2022-berikut-sebaran-wilayahnya

BUKU SAKU Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia

(https://portal.luwuutarakab.go.id/post/luwu-utara-diprediksi-berkontribusi-terhadap-
penurunan-prevalensi-stunting-di-sulsel)

https://unwir.ac.id/selamat-hari-bidan-nasional-2018/

Wikipedia.org
GENTING AMANAT
(GERAKAN PENURUNAN STUNTING; AYO MAKAN TEMPE TAHU)

Di susun untuk mengikuti pemilihan tenaga Kesehatan teladan kabupaten Luwu Utara 2023

Oleh

Nelly Kassa, S. Tr Keb


(UPT Puskesmas Cendana Putih)
UPT PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT CENDANA PUTIH
LUWU UTARA
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat yang maha kuasa atas segala Kesehatan, keselamatan dan
kesempatan yang diberikan kepada kita semua sehingga segala usaha yang kita
rencanakan dapat terwujudkan.

Makalah ini kami susun sebagai bagian dari penilaian pemilihan tenaga Kesehatan
teladan luwu utara 2023 dalam penyusunan makalah ini kami mendapat banyak
masukan dan saran dari berbagai pihak, secara khusus kami sampaikan terima kasi
kepada :

1. Dinas Kesehatan atas kesempatan untuk mengikuti pemilihan tenaga kesehtarn


teladan 2023
2. Kepala UPT PUSKESMAS Cendana Putih atas dukungan motivasi dalam Menyusun
makalah ini dan persyaratan lainnya
3. Rekan-rekan Sejawat di UPT PUSKESMAS Cendana Putih atas sharing informasi
yang dilakukan

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu,
kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari berbagai pihak agar kami
dapat memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini
memberikan manfaat

Sekian dan terima kasih

Cendana Putih, April 2023

Penyusun

Anda mungkin juga menyukai