Anda di halaman 1dari 6

TUGAS EPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI

ANALISIS DATA ANGKA KEMATIAN IBU DI GROBOGAN PADA TAHUN


2022

DOSEN
Dr. dr. Asriati, M.Kes

MUH. RIZA AGUSSALIM (G2U123001)

PROGRAM STUDI PASCASARJANA KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALUOLEO
2024
PENDAHULUAN
Satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur atau menilai derajat kesehatan masyarakat
yaitu Angka Kematian Ibu (AKI) yang merupakan jumlah kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup
(Leitao et al.,2022). Menurut ICD-11, kematian ibumerupakan kematian wanita yang terjadi pada masa
kehamilan yang disebabkan oleh faktor penyebab baik secara langsung maupun tidak langsung yang
berhubungan dengan kehamilan dan penanganannya, namun bukan disebabkan karena kecelakaan (World
Health Organization, 2022).

AKI menjadi salah satu target yang belum tuntas ditangani dan menjadi prioritas dalam SDGs
(Sustainable Development Goals) tujuan no 5 dengan target dapat mengurangi angka kejadian kematian
ibu hingga mencapaiangka di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (Susiana, 2019).
Berdasarkan data Buku Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2021, jumlah kematian dari tahun ke tahun
semakin meningkat. Dapat dilihat dari jumlah kematian ibu di Indonesia pada tahun 2021 yaitu sebesar
7.389 dibandingkan tahun 2020 yaitu 4.627 kematian (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2022).

Angka kematian ibu di Kabupaten Grobogan menempati urutan kedua tertinggi di Jawa Tengah dan
menjadi fokus pemerintah karena meningkat sangat tinggi yaitu sebesar 171% dari tahun 2020 yaitu 31
kasus menjadi 84 kasus pada tahun 2021 dan sudah terdapat 21 pada tahun 2022 triwulan 3. AKI yang
tinggi mendorong pemerintah untuk membuat program atau kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi
tingkat kejadian kematian ibu.

Salah satu program yang dibuat adalah Program P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi). Program ini dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2007
untuk mengurangi tingkat kejadian kematian ibu dengan meningkatkan mutu pelayanan bagi ibu hamil
dan mendorong keluarga serta masyarakat untuk ikut serta dalam merencanakan persalinan yang aman
dan melakukan deteksi dini terhadap tanda bahaya atau komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu hamil.
P4K dipengaruhi oleh faktor seperti pengetahuan, dukungan keluarga, lingkungan dan budaya (Himalaya
et al, 2020).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, menunjukkan bahwa Kabupaten Grobogan
merupakan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang memiliki jumlah cakupan K1 terendah yaitu sebesar
(94,8%) dan pada tahun 2021 jumlah cakupan K4 di Kabupaten Grobogan menempati urutan keempat
terendah di Jawa Tengah (91,9%). Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Grobogan untuk
mencegah kematian ibu hamil risiko tinggi, mencegah kematian bayi dan mencegah terjadinya bayi lahir
stunting yaitu dengan membuat program GEREBEK BUNTING (Gerakan Bersama Kita dalam
Mencegah Ibu Hamil dengan Risiko Tinggi dan Stunting) dengan konsep inovasi melibatkan unit
kesehatan masyarakat yaitu KIA (mendeteksi risiko tinggi pada ibu hamil dan konseling KB pasca
persalinan, GIZI (pengukuran LILA, monev ibu hamil KEK dan anemia, pemberian PMT, tablet FE dan
asam folat, konseling gizi), P2P (pelaksanaan program TRIPLE ELIMINASI yaitu HIV, HbSAG (protein
yang terdapat pada permukaan virus hepatitis B), dan sifilis (raja singa), serta TB Paru, PROMKES
(PHBS dan GERMAS), dan KESLING (penguatan 5 pilar STBM) (Armunanto, 2020).

Berdasarkan hasil penelitian


yang dilakukan di Kabupaten
Grobogan tahun 2016-2018,
kematian ibu di Kabupaten
Grobogan paling banyak terjadi
pada usia ibu 20-35 tahun
(77,9%), ibu dengan pendidikan
SD (42,9%), meninggal pada
saat nifas (66,2%), hipertensi
(39,0%), waktu kematian yang
tidak diketahui (40,3%), dan
mengalami kematian di rumah sakit (85,7%) (Puspitasari et al, 2021). Penelitian yang dilakukan di Tegal
menyatakan bahwa tingkat pendidikan, status gizi dan anemia, riwayat penyakit, komplikasi pada masa
kehamilan hingga nifas, jarak kehamilan, cara persalinan, penghasilan keluarga, terlambat mengambil
keputusan dan wilayah tempat tinggal menjadi faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian kematian
ibu serta tidak ada hubungan yang signifikan antara usia, pekerjaan, status tidak melahirkan normal dalam
kehamilan sebelumnya, terlambat waktu tempuh dan penanganan medis, status pernikahan dan paritas
terhadap kejadian kematian ibu (Ien et al., 2017).
ANALISIS DATA

Angka Kematian Ibu dan Anak di Indonesia sudah mengalami penurunan sejak tahun 2004. Seiring
dengan hal tersebut angka harapan hidup dan taraf kesehatan ibu dan anak pun mengalami peningkatan.
Pencapaian ini diawali dengan meningkatnya upaya pelayanan kesehatan di masyarakat. Pada tahun 2008,
jumlah PONEK di Indonesia mulai mengalami peningkatan. Pelaksanaan pendampingan ini memerlukan
kerjasama atau peran dari berbagai pihak selain pemerintah. Antara lain peran petugas kesehatan dalam
memberikan pelayanan yang berkualitas dan adil, serta peran aktif masyarakat dalam keluarga maupun
sebagai kader kesehatan. Dalam panduan ini lebih ditekankan terhadap peran dari etugas kesehatan di
puskesmas dan keluarga dalam mengurangi AKI sehingga kesejahteraan KIA bisa tercapai.

Puskesmas memiliki 3 fungsi utama, yaitu:


 Merupakan pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
 Merupakan pusat pemberdayaan masyarakat.
 Merupakan pusat pelayanan kesehatan strata pertama, yang terdiri atas pelayanan
kesehatan individu dan pelayanan kesehatan masyarakat.

Dalam menjalankan fungsinya, terdapat upaya wajib dan upaya pengembangan yang dapat dilakukan oleh
puskesmas. Berikut adalah upaya wajib puskesmas:

 Promosi Kesehatan
 Kesehatan Lingkungan
 Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
 Perbaikan Gizi Masyarakat
 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
 Pengobatan

Sedangkan untuk upaya pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah
ada, yaitu:

 Kesehatan Sekolah
 Kesehatan Olah Raga
 Perawatan Kesehatan Masyarakat
 Kesehatan Kerja
 Kesehatan Gigi dan Mulut
 Kesehatan Jiwa
 Kesehatan Mata
 Kesehatan Usia Lanjut

Pembinaan Pengobatan Tradisional. Selain itu, upaya pengembangan puskesmas dapat pula berupa upaya
inovatif yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Contohnya, penyuluhan, pengkaderan, dan
pembentukan keluarga sehat. Dalam menjalankan fungsi serta upayanya, promosi kesehatan memegang
peran yang cukup besar dan memiliki efek perubahan yang cukup signifikan. Dalam promosi kesehatan
ini dikenal adanya 3 jenis asaran, yaitu sasaran primer, sasaran sekunder dan sasaran tersier. Sasaran
primer merupakan individu yang meliputi pasien dan keluarganya. Dalam hal ini diharapkan minimal tiap
pasien dan keluarga dapat menerapkan gaya hidup yang sehat baik melalui penyuluhan ataupun
pengkaderan. Sasaran sekunder dikhususkan kepada golongan pemerintahan misalnya para pejabat
ataupun pemuka agama termasuk didalamnya para petugas kesehatan. Dalam sasaran ini diharapkan
mampu membantu tercapainya sasaran primer. Sedangkan untuk sasaran tersier adalah para pembuat
kebijakan publik utamanya di bidang kesehatan. Harapannya dapat membuat kebijakan yang tidak
merugikan masyarakat dan membantu mendukung tersedianya sumber daya dalam bidang kesehatan.

Dalam melakukan promosi kesehatan, dibutuhkan strategi yang terdiri dari pemberdayaan, yang didukung
oleh bina suasana dan advokasi, serta dilandasi oleh semangat kemitraan. Langkah-langkah promosi
kesehatan di masyarakat sendiri meliputi:

 Pengenalan Kondisi Wilayah


 Identifikasi Masalah Kesehatan
 Survai Mawas Diri
 Musyawarah Desa atau Kelurahan
 Perencanaan Partisipatif
 Pelaksanaan Kegiatan
 Pembinaan Kelestarian

Sejak era SJSN diberlakukan, pemerintah juga mencanangkan Program Indonesia Sehat. Program ini
memiliki sasaran berupa meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan
pelayanan kesehatan. Sasaran ini sesuai dengan sasaran pokok RPJMN 2015-2019, yaitu:

 Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak


 Meningkatnya pengendalian penyakit
 Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah
terpencil, tertinggal dan perbatasan
 Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas
pengelolaan SJSN Kesehatan
 Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin
 Meningkatnya respon terhadap sistem kesehatan.

Pemberdayaan masyarakat adalah bagian dari fungsi upaya kesehatan masyarakat (UKM) dari
Puskesmas. Karena keluarga merupakan lembaga terkecil dari masyarakat, maka pemberdayaan
masyarakat harus dimulai dari pemberdayaan keluarga. Pemberdayaan masyarakat yang selama ini
dilaksanakan di bidang kesehatan dipandu dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1529/Menkes/SK/X/2010 tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
Dalam pedoman ini disebutkan bahwa pemberdayaan masyarakat desa/kelurahan merupakan kelanjutan
dari pemberdayaan keluarga melalui pengembangan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan
rumah tangga. Tujuan dari pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif itu tidak lain adalah
terciptanya Desa Sehat dan Kelurahan Sehat. Salah satu contoh pemberdayaan di masyarakat adalah
dengan dibentuknya kader-kader kesehatan dari berbagai usia. Mulai dari dewasa muda dan dewasa tua.
Melalui kader-kader kesehatan inilah tiap individu masyarakat bisa dibina. Melalui kader ini juga bisa
dilakukan promosi kesehatan termasuk penggunaan alat kontrasepsi yang diharapkan dapat mengurangi
angka kematian ibu maupun anak. Selain itu penerapan

Anda mungkin juga menyukai