Anda di halaman 1dari 11

TUGAS EPIDEMIOLOGI KESEHATAN REPRODUKSI

ANALISIS DATA AKI, AKB, AKA, AKP, dan AKN

DOSEN
Dr. dr. Asriati, M.Kes

MUH. RIZA AGUSSALIM (G2U123001)

PROGRAM STUDI PASCASARJANA KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALUOLEO
2024
A. KEMATIAN IBU, BAYI DAN BALITA

1. KEMATIAN IBU

Kematian maternal atau kematian ibu hamil merupakan kematian Wanita sewaktu hamil,

melahirkan atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan. bahwa jumlah kematian

tertinggi terdapat di Kab.Konawe Selatan, sebanyak 19 kasus Kematian ibu dan yang

terendah adalah Konawe Kepulauan dengan 0 Kasus kematian ibu. Jumlah kematian ibu

dari tahun 2020- 2021 dapat dilihat sebagai berikut :

Grafik 3. 27: PERSENTASE JUMLAH KEMATIAN IBU TAHUN 2020-2021

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa kenaikan jumlah kematian paling signifikan terjadi di

Kab.Konawe Selatan dimana pada tahun 2020 terdapat 2 kasus kematian dan pada tahun 2021

menjadi 19 kasus kematian.

Grafik 3. 28: DISTRIBUSI SEBAB KEMATIAN IBU TAHUN 2021

JUMLAH KEMATIAN IBU SULAWESI


TENGGARA
117
GGN METABOLIK GGN SISTEM
(DM, DLL) SEBAB KEMATIAN IBU TH 2021 PEREDARAN
3% DARAH
(JANTUNG,
PARTUS LAMA STROKE, DLL)
0%
ABORTUS 5%

INFEKSI 0%

10%

PERDARAHAN
51%

HIPERTENSI DLM
KEHAMILAN
31%

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa sebab kematian paling banyak masih ditempati oleh

perdarahan sebesar 51% dan yang paling rendah adalah Partus lama dan abortus dengan 0%.

Sebab kematian yang tercatat diatas berdasarkan laporan kab/kota, belum melalui proses Audit

Maternal Perinatal. Jika melihat penyebab terbanyak adalah perdarahan dan covid 19 dalam

kehamilan. Kedua penyebab ini dapat diminimalisir apabila ANC yang dilakukan berkualitas

sehingga deteksi resiko kahamilan dapat diketahui lebih dini dan semua masyarakat bersama

sama memutus rantai penularan Covid 19 dengan tidak melakukan kerumunan, P4K dijalankan

secara optimal untuk mempersiapkan persalinan yang aman dan mencegah komplikasi, sistem

rujukan yang cepat dan tepat dimana didalamnya terdapat SDM dan sapras penunjang

berkualitas, kesiapan fasilitas kesehatan dalam menangani kegawatdaruratan maternal neonatal,

dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka ikut serta memastikan sasaran bumil mendapatkan

pelayanan kesehatan sesuai standar.


2. KEMATIAN BAYI

Kematian bayi adalah kematian anak kurang dari satu tahun. Kematian bayi diukur sebagai

tingkat kematian bayi, yang merupakan jumlah kematian anak di bawah satu tahun per 1000

kelahiran

Grafik 3. 29: Jumlah Kematian bayi dari tahun 2020-2021

JUMLAH KEMATIAN BAYI SULAWESI TENGGARA TH


2020&2021
444411

5747 4982 3430 3029


14 4 21 9 2536 4339 2814 1816 1317 1613 2313 1415 1910 2627 1410

2020 2021

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa terdapat penurunan jumlah kematian bayi 2020 sebesar

444 kasus kematian bayi dan pada tahun 2021 menjadi 411 kasus kematian bayi,. Kenaikan

paling signifikan terdapat pada kabupaten kolaka yaitu dari 49 kasus menjadi 82 kasus,

sedangkan penurunan paling signifikan terjadi di Kab.Buton Utara yaitu dari 28 kasus menjadi

14 kasus pada tahun 2021.

Tabel 3. 19 :Jumlah Kematian Neonatal (0-29 Hari ) berdasarkan Kab/Kota

JUMLAH KEMATIAN NEONATAL

(0-28 HARI ) TAHUN 2019


JUMLAH JUMLAH

LAHIR KEMATIAN

HIDUP NEONATAL

NO KAB

1 Buton 1700 6

2 Muna 3606 33

3 Konawe 4119 32

4 Kolaka 4396 53

5 Konawe Selatan 5796 37

6 Bombana 3406 26

7 Wakatobi 1022 5

8 Kolaka Utara 2656 22

9 Buton Utara 1357 11

10 Konawe Utara 1191 2

11 Kolaka Timur 1977 23

12 Konawe Kepulauan 714 8

13 Kota Muna Barat 1514 11

14 Kota Buton Tengah 2333 14

15 Kota Buton Selatan 2094 8

16 Kota Kendari 7144 14

17 Kota Bau-Bau 2995 11

PROVINSI 48020 316


Dari grafik diatas dapat diihat bahwa jumlah kasus kematian neonatal tertinggi terdapat di

Kab.Kolaka Selatan sebanyak 53 kasus dan yang terendah adalah Kab.Konawe Utara dengan

JUMLAH KEMATIAN NEONATAL


SULAWESI
TENGGARA
35341
6

2020 2021

2 Kasus Kematian Neonatal. Perbandingan Jumlah kematian Neonatal dari tahun 2020-2021

dapat dilihat pada grafik berikut ini

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa kenaikan jumlah kematian Neonatal paling signifikan

terjadi di Kab.Kolaka dan dimana pada tahun 2020 terdapat kasus 40 kematian Neonatal dan

pada tahun 2021 menjadi 53 kasus kematian, sedangkan penurunan paling signifikan terjadi di

Kab.Konawe Selatan dimana pada tahun 2020 sebanyak 57 kasus kematian Neonatal menjadi 37

kasus pada tahun 2021.

Distribusi Sebab Kematian Bayi Neonatal (0-28 Hari) tahun 2021

SEBAB KEMATIAN NEO PROV SULTRA


TH
IKTERUS
Kelainan Bawaan 3%
11%
Sepsis
3% Tetanus BBLR

Neonaturum 41%
0%
Asfiksia
42%
Dari grafik diatas dapat diliaht bahwa sebab kematian bayi neonatal tertinggi adalah Kasus BBLR

sebanyak 46% dan terendah adalah kasus Tetanus Neonatorum sebanyak 0%. Penanganan asfiksia

dan BBLR harus dilakukan sejak dari dalam kandungan, sehingga kualitas ANC yang baik akan

menurunkan kemungkinan terjadinya asfiksi-BBLR. Selain itu kesiapan layanan dalam menangani

kegawatdaruratan maternal neonatal juga menjadi faktor penting, sehingga pendekatan harus holistik

mulai dari SDM yang terampil, fasilitas kesehatan dan sapras penunjang yg sesuai standar, sistem

rujukan yang tepat dan tepat, sapras pendukung pendekatan akses ke fasilitas kesehatan serta

pemberdayaan masyarakat.

3. KEMATIAN ANAK BALITA

Angka kematian balita sendiri memiliki arti bahwa suatu kejadian atau kematian anak yang

berusia antara 0-4 tahun.

Kematian yang terjadi pada balita sendiri sebenarnya memiliki banyak faktor penyebab,

diantaranya :

• kurangnya gizi

• sanitasi yang tidak sehat

• penyakit menular

• kecelakaan

ANALISIS DATA
Angka Kematian Ibu dan Anak di Indonesia sudah mengalami penurunan sejak tahun 2004.

Seiring dengan hal tersebut angka harapan hidup dan taraf kesehatan ibu dan anak pun

mengalami peningkatan. Pencapaian ini diawali dengan meningkatnya upaya pelayanan

kesehatan di masyarakat. Pada tahun 2008, jumlah PONEK di Indonesia mulai mengalami

peningkatan. Pelaksanaan pendampingan ini memerlukan kerjasama atau peran dari berbagai

pihak selain pemerintah. Antara lain peran petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan yang

berkualitas dan adil, serta peran aktif masyarakat dalam keluarga maupun sebagai kader

kesehatan. Dalam panduan ini lebih ditekankan terhadap peran dari etugas kesehatan di

puskesmas dan keluarga dalam mengurangi AKI sehingga kesejahteraan KIA bisa tercapai.

Puskesmas memiliki 3 fungsi utama, yaitu:

 Merupakan pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.

 Merupakan pusat pemberdayaan masyarakat.

 Merupakan pusat pelayanan kesehatan strata pertama, yang terdiri atas pelayanan

kesehatan individu dan pelayanan kesehatan masyarakat.

Dalam menjalankan fungsinya, terdapat upaya wajib dan upaya pengembangan yang dapat

dilakukan oleh puskesmas. Berikut adalah upaya wajib puskesmas:

 Promosi Kesehatan

 Kesehatan Lingkungan

 Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

 Perbaikan Gizi Masyarakat

 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

 Pengobatan
Sedangkan untuk upaya pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas

yang telah ada, yaitu:

 Kesehatan Sekolah

 Kesehatan Olah Raga

 Perawatan Kesehatan Masyarakat

 Kesehatan Kerja

 Kesehatan Gigi dan Mulut

 Kesehatan Jiwa

 Kesehatan Mata

 Kesehatan Usia Lanjut

Pembinaan Pengobatan Tradisional.Selain itu, upaya pengembangan puskesmas dapat pula

berupa upaya inovatif yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Contohnya, penyuluhan,

pengkaderan, dan pembentukan keluarga sehat. Dalam menjalankan fungsi serta upayanya,

promosi kesehatan memegang peran yang cukup besar dan memiliki efek perubahan yang cukup

signifikan. Dalam promosi kesehatan ini dikenal adanya 3 jenis asaran, yaitu sasaran primer,

sasaran sekunder dan sasaran tersier. Sasaran primer merupakan individu yang meliputi pasien

dan keluarganya. Dalam hal ini diharapkan minimal tiap pasien dan keluarga dapat menerapkan

gaya hidup yang sehat baik melalui penyuluhan ataupun pengkaderan. Sasaran sekunder

dikhususkan kepada golongan pemerintahan misalnya para pejabat ataupun pemuka agama

termasuk didalamnya para petugas kesehatan. Dalam sasaran ini diharapkan mampu membantu

tercapainya sasaran primer. Sedangkan untuk sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan

publik utamanya di bidang kesehatan. Harapannya dapat membuat kebijakan yang tidak
merugikan masyarakat dan membantu mendukung tersedianya sumber daya dalam bidang

kesehatan.

Dalam melakukan promosi kesehatan, dibutuhkan strategi yang terdiri dari pemberdayaan, yang

didukung oleh bina suasana dan advokasi, serta dilandasi oleh semangat kemitraan. Langkah-

langkah promosi kesehatan di masyarakat sendiri meliputi:

 Pengenalan Kondisi Wilayah

 Identifikasi Masalah Kesehatan

 Survai Mawas Diri

 Musyawarah Desa atau Kelurahan

 Perencanaan Partisipatif

 Pelaksanaan Kegiatan

 Pembinaan Kelestarian

Sejak era SJSN diberlakukan, pemerintah juga mencanangkan Program Indonesia Sehat.

Program ini memiliki sasaran berupa meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat

melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan

finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran ini sesuai dengan sasaran pokok RPJMN

2015-2019, yaitu:

 Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak

 Meningkatnya pengendalian penyakit

 Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah

terpencil, tertinggal dan perbatasan


 Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan

kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan

 Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin

 Meningkatnya respon terhadap sistem kesehatan.

Pemberdayaan masyarakat adalah bagian dari fungsi upaya kesehatan masyarakat (UKM) dari

Puskesmas. Karena keluarga merupakan lembaga terkecil dari masyarakat, maka pemberdayaan

masyarakat harus dimulai dari pemberdayaan keluarga. Pemberdayaan masyarakat yang selama

ini dilaksanakan di bidang kesehatan dipandu dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1529/Menkes/SK/X/2010 tentang Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga

Aktif. Dalam pedoman ini disebutkan bahwa pemberdayaan masyarakat desa/kelurahan

merupakan kelanjutan dari pemberdayaan keluarga melalui pengembangan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan rumah tangga. Tujuan dari pengembangan Desa dan Kelurahan

Siaga Aktif itu tidak lain adalah terciptanya Desa Sehat dan Kelurahan Sehat. Salah satu contoh

pemberdayaan di masyarakat adalah dengan dibentuknya kader-kader kesehatan dari berbagai

usia. Mulai dari dewasa muda dan dewasa tua. Melalui kader-kader kesehatan inilah tiap

individu masyarakat bisa dibina. Melalui kader ini juga bisa dilakukan promosi kesehatan

termasuk penggunaan alat kontrasepsi yang diharapkan dapat mengurangi angka kematian ibu

maupun anak. Selain itu penerapan

Anda mungkin juga menyukai