Disusun Oleh :
DELTA NOVITASARI
02180200047
Abstrak
Persalinan yang dilakukan dirumah oleh bantuan dukun bersalin mengakibatnya tingginya kematian ibu dan bayi.
Prevalensi capaian angka nasional pelayanan kesehatan ibu salah satunya penolong persalinan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan (98,9%) dan tenaga non kesehatan/dukun (42,9 %). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
determinan karakteristik yang mempengaruhi perilaku pemilihan persalinan dengan dukun pada ibu bersalin di
provinsi Maluku. Desain penelitian menggunakan desain potong lintang (cross-sectional) dan non-intervensi dengan
pendekatan kuantitatif deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah semua persalinan yang di tolong oleh tenaga
kesehatan (Nakes) dan semua persalinan di tolong oleh dukun yang ada di Provinsi Maluku yaitu dengan proporsi
kualifikasi terendah pada perempuan umur 10-54 Tahun terdapat 53,7% (382) dan 42,9% (376). Pengolahan data
dengan komputer dengan program SPSS. Analisis data adalah analisis bivariat dan untuk menguji hipotesis
penelitian digunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian diperoleh nilai p value usia 0,005, pendidikan 0,000, status
pekerjaan 0,000, Pengetahuan keberadaan Puskesmas, Pustu, Pusling/Bidan Desa terdekat 0,000, waktu tempuh ke
fasyankes 0,006, riwayat pemeriksaan ANC 0,000. Kesimpulan menunjukan adanya pengaruh determinan
karakteristik umur (Pv=.... dan OR=....), pendidikan, status pekerjaan, waktu tempuh ke fasyankes, Pengetahuan
keberadaan Puskesmas/Pustu/Pusling/Bidan Desa terdekat dan riwayat pemeriksaan ANC terhadap perilaku
pemilihan penolong persalinan dengan dukun.
Abstract
Deliveries carried out at home by traditional birth attendants inflict the high maternal and infant mortality. The
prevalence of national achievement in maternal health services includes delivery assistance provided by health
workers (98.9%) and non-health workers / traditional birth attendants (42.9%). The purpose of this study is to
find out the determinants of characteristics that affect the behavior of choosing childbirth with traditional birth
attendants in women giving birth in Maluku province, 2018 Basic Health Research Data. The research design
used was a cross-sectional and non-intervention design with a descriptive quantitative approach. The
population in this study were all deliveries assisted by health workers (Nakes) and all deliveries assisted by
traditional birth attendants in Maluku Province, with the lowest qualifying proportion of women aged 10-54
years, there were 53.7% (382) and 42 , 9% (376). Data processed using the computer by the SPSS program.
Data analysis was bivariate analysis and the research hypothesis tested by the Chi-Square test. The results of
the study obtained p value of age is 0.005, education is 0.000, employment status is 0.000, knowledge of the
existence of the Puskesmas, Pustu, Pusling / Village Midwives nearby is 0.000, travel time to health facilities is
0.006, history of ANC examination is 0,000. The conclusion shows that there is a determinant effect of the
characteristics of age, education, work status, travel time to health care facilities, knowledge of the existence of
the nearest Puskesmas / Pustu / Pusling / Village Midwife and ANC examination history on the behavior of
selecting on the behavior of choosing birth attendants with a traditional birth attendants.
Pendahuluan
Persalinan merupakan proses alamiah Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia
dan bukan suatu penyakit, namun perlu mengalami penurunan dari tahun 1991-
diwaspadai karena kondisi yang semula 2012, tetapi mengalami kenaikan ditahun
normal dapat menjadi tidak normal atau 2015. Dimana pada tahun 2012 AKI sebesar
patologis.1 Menurut Kemenkes RI setiap 19 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan
proses persalinan juga harus dilaksanakan di pada tahun 2015 sebesar 22,23 per 1.000
fasilitas kesehatan dan ditolong oleh tenaga kelahiran hidup. Angka kematian ibu (AKI)
kesehatan terlatih.2 tahun 2018/2019 di Indonesia masih tergolong
tinggi di 305 per 1000 kelahiran hidup, akar
Pada beberapa daerah masih banyak
masalah tingginya angka kematian ibu bermula
memilih penolong persalinan dengan tenaga
dari rendahnya pendidikan seks kepada anak.
non kesehatan seperti dukun beranak yang
Akibatnya, mereka tidak paham bahwa
sering kali menimbulkan dampak buruk bagi
aktivitas seksual dan reproduksi pun butuh
ibu dan bayi seperti tetanus neonatorum dan
perencanaan matang. AKI tinggi dapat
infeksi karena pertolongan persalinan yang
disebabkan oleh perencanaan kehamilan yang
diberikan tidak adekuat. Rendahnya cakupan
kurang matang, sehingga perempuan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
melahirkan terlalu banyak, terlalu dekat, terlalu
menjadi salah satu faktor yang yang
muda, atau terlalu tua.5
berhubungan dengan angka kematian pada ibu
dan bayi.3 Salah satu kabupaten di Provinsi
Sulawesi Selatan yang pernah mengalami
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan
kunjungan ANC yang sangat rendah adalah
jumlah kematian ibu yang terjadi selama
Kabupaten Takalar. Pada tahun 2006, jumlah
kehamilan, persalinan dan nifas yang
kunjungan K1 hanya sebesar 23% sedangkan
disebabkan oleh kehamilan, persalinan, nifas
jumlah kunjungan K4 sebesar 24,37%.
ataupun penanganannya, tapi bukan
Rendahnya kunjungan ANC ternyata juga
disebabkan oleh kecelakaan atau cidera di
diselingi dengan ditemukannya enam kematian
setiap 100.000 kelahiran hidup Angka
ibu saat melahirkan di Kabupaten Takalar.
Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah
Angka yang jika diterjemahkan menjadi sekitar
kematian bayi dalam usia 28 hari pertama
300 kematian ibu per 100.000 kelahiran.
kehidupan per 1000 kelahiran hidup.4 Target
Cakupan ANC sangat memprihatinkan.
penurunan Angka kematian bayi pada tahun
Membuktikan bahwa pemeliharaan dan
2013 di Provinsi Maluku belum tercapai
pengawasan terhadap ibu hamil sangat rendah.
dikarenakan jauhnya jangkauan layanan pada
Jadi, sudah sewajarnya jika ditemukan ada 6
desa-desa terpencil dan pulau-pulau kecil.
angka kematian ibu pada tahun tersebut. Salah
Penyebab kematian bayi dibagi menjadi
satu program yang berhasil dikembangkan
kematian dalam kandungan yang dibawa oleh
untuk mengatasi masalah AKI di Kabupaten
bayi sejak lahir seperti asfiksia dan kematian
Takalar adalah Kemitraan Bidan dan Dukun
bayi di luar kandungan yang disebabkan oleh
(KBD). Keberhasilan program KBD bisa
beberapa faktor-faktor yang berhubungan
dilihat dari peningkatan kunjungan cakupan
dengan pengaruh dari luar.
K1 dan K4 serta pelayanan oleh tenaga
Organisasi kesehatan dunia (WHO) kesehatan. Sebelum KBD diterapkan yakni
memperkirakan sekitar 830 perempuan pada tahun 2006, jumlah kunjungan K1 hanya
meninggal tiap harinya karena diakibatkan mencapai 23%. Sedangkan pada tahun 2009,
komplikasi kehamilan dan pada saat proses saat KBD diterapkan kunjungan K1 sebesar
kelahiran. Sekitar 99% dari kematian tersebut 72,12%, meningkat pada tahun 2010 sebesar
terjadi di daerah negara berkembang. Pada 93,18% dan tahun 2011 kunjungan K1
tahun 2015, rasio kematian maternal di mencapai 98,37%. Sementara untuk kunjungan
negara-negara berkembang adalah 239 per K4, pada tahun 2006 (sebelum KBD
100.000 kelahiran hidup berbanding 12 per diterapkan) cakupan K4 sebesar 24,37%. Pada
100.000 kelahiran hidup di negara maju. tahun 2009, kunjungan K4 mencapai 73,46%,
Sekitar 303.000 wanita meninggal selama meningkat pada tahun 2010 menjadi 97,57%,
kehamilan dan persalinan pada akhir tahun dan pada tahun 2011 sebesar 98,37%. Dampak
2015.4 lain dari keberhasilan program KBD adalah
dengan menurunnya angka kematian hingga
3
nol persen pada tahun 2011. Hal ini keluarga atau lainnya 3,0 % dan tidak ada
menunjukkan bahwa pemantauan terhadap penolong 0,3 %.7
KIA lebih terkendali dari tahun ke tahun sejak
Penolong persalinan di Provinsi Maluku
KBD diterapkan.6
di pengaruhi oleh beberapa faktor-faktor
Kabupaten Takalar di Sulawesi Selatan karakteristik antara lain umur saat bersalin,
menjadi kabupaten pertama di Indonesia yang pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal. Dengan
memiliki peraturan daerah tentang kemitraan klasifikasi sebagai berikut, ibu bersalin dengan
bidan dan dukun bayi setelah Dewan umur 50-54 tahun 22,8% ditolong oleh dukun,
Perwakilan Rakyat Daerah mengesahkan tidak pernah sekolah 20, 3%. Petani/buruh tani
Peraturan Daerah tentang Kemitraan Bidan dan 16, 1%. Tempat tinggal perdesaan 9,9 % dan
Dukun Bayi. Perda dengan Nomor 02 Tahun perkotaan 3% dengan persalinan ditolong oleh
2010 ini ”mengamankan” semua upaya dukun. hal tersebut menyatakan terdapat
menurunkan angka kematian ibu (AKI) korelasi yang signifikan antara pertolongan
melahirkan di Kabupaten berpenduduk sekitar persalinan dengan kematian ibu. Semakin
250.000 jiwa itu, yang prosesnya berlangsung tinggi cakupan persalinan oleh tenaga
sejak tahun 2007, setelah Kabupaten Takalar di kesehatan di suatu wilayah diharapkan
ikuti dengan daerah-daerah lain yang akan diikuti penurunan kematian ibu di
melakukan kemitraan dengan dukun antara lain wilayah tersebut. Namun sampai saat ini di
Kabupaten Sukabumi tertulis dalam Peraturan wilayah Indonesia masih banyak pertolongan
Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 03 Tahun persalinan dilakukan oleh dukun. Pada
2013 tentang Kemitraan Bidan, Paraji dan beberapa daerah, dukun sebagai orang yang
Kader Kesehatan, kemudian disusul dengan dipercaya dalam menolong persalinan, sosok
Provinsi Gorontalo, Kabupaten Puhowato yang yang disegani dan berpengalaman,
menerbitkan peraturan pada Nomor 44 Tahun keberadaannya masih dibutuhkan oleh
2017 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah masyarakat.7
Kabupaten Pohuwato Nomor 1 Tahun 2017
Berdasarkan Data Riset Kesehatan
Tentang Kemitraan Bidan dan Dukun Bayi. 6
Dasar Tahun 2018 di Provinsi Maluku
Prevalensi capaian angka nasional berdasarkan karakteristik terdapat 42,9% ibu
pelayanan kesehatan ibu salah satunya bersalin ditolong oleh dukun, hal ini sejalan
penolong persalinan yang dilakukan oleh tenga dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurnia
kesehatan dan non kesehatan (dukun) dengan bahwa penyebab ibu memilih tenaga non
presentasi kualifikasi terendah tenaga kesehatan sebagai penolongpersalinan karena
kesehatan 80, 9 % dan tenaga non kesehatan pengetahuannya yang terbatas, takut
(Dukun) 13,4%. Hal ini prevalensi angka memegang/membawa bayi dan mengikuti
nasional mengalami peningkatan yaitu pada saran dan permintaan orang tua dan
tahun 2018 tiga provinsi penolong persalinan keluarga.
oleh tenaga kesehatan tertinggi yaitu
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
DI.Yongyakarta 98,9%, DKI Jakarta 98,4 %
determinan karakteristik yang mempengaruhi
dan Kepulauan Riau 97,0% dan tiga provinsi
perilaku pemilihan penolong persalinan pada
penolong persalinan oleh dukun tertinggi yaitu
ibu bersalin di provinsi Maluku.
Maluku 42,9 %, Maluku Utara 37,0%,
Sulawesi Tenggara 34,4% (Riskesdas, 2018). Metode
Berdasarkan uraian angka tersebut provinsi Penelitian ini merupakan penelitian
dengan proporsi penolongan persalinan yang kuantitatif dengan desain potong lintang
ditolong oleh dukun tertinggi adalah Provinsi (cross-sectional) dan non-intervensi. dengan
Maluku.7 menggunakan pendekatan Analisis Data
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Sekunder (ADS) dari Riskesdas 2018.8
Tahun 2018, proporsi penolong persalinan
menurut karakteristik kualifikasi terendah
yang terjadi di Provinsi Maluku adalah
penolong persalinan oleh tenaga kesehatan 49,
0 % sedangkan penolong persalinan oleh
dukun 42, 9 % dengan rincian ditolong oleh
dokter kandungan 7,6 %, dokter umum 0,5%,
Bidan 44, 0 %, perawat 1, 6 %, dukun 42, 9 %,
4
Penelitian ini dilakukan di Provinsi Penyajian data dalam penelitian ini yaitu
Maluku pada maret – april 2018. Populasi bentuk tabel umum dan dijelaskan secara
dalam penelitian ini adalah semua persalinan naratif dalam bentuk tulisan maupun tekstular.
yang di tolong oleh tenaga kesehatan (Nakes) Tabel univariat menyajikan data dalam bentuk
dan semua persalinan di tolong oleh dukun distribusi frekuensi yang berisi angka dan
yang ada di Provinsi Maluku yaitu dengan persentase. Sedangkan tabel bivariat
proporsi kualifikasi terendah pada perempuan menyajikan nilai p value dan OR dari hasil uji
umur 10-54 Tahun terdapat 53,7% dan 42,9%. statistik “Chi- square” dari pengolahan data
output yang menggunakan bantuan SPSS
Sampel adalah bagian dari jumlah dan
statistic windows versi 21.
karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut.8 Target sampel yang dikunjungi Hasil
300.000 rumah tangga dari 30.000 Blok Sensus
Analisis Univariat
(BS) Susenas yang dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) dengan metode PPS
Tabel 1. Pemilihan Penolong Persalinan,
(probability proportional to size) Usia, Pendidikan, Pekerjaan,
menggunakan linear systematic sampling, Pengetahuan, Waktu Tempuh, dan
dengan Two Stage Sampling yaitu Tahap 1: Riwayat Pemeriksaan ANC
Melakukan implicit stratification seluruh Blok Variabel n %
Sensus (BS) hasil Sensus Penduduk (SP) 2010 Pemilihan Penolong Persalinan
berdasarkan strata kesejahteraan, Tahap 2: Dukun 376 49,6
Memilih 10 rumah tangga di setiap BS hasil Tenaga Kesehatan 382 50,4
pemutakhiran secara systematic sampling Usia
dengan implicit stratification pendidikan Resiko tinggi 529 69,8
tertinggi yang ditamatkan KRT (Kepala Tidak Resiko Tinggi 229 30,2
Rumah Tangga), untuk menjaga keterwakilan Pendidikan
dari nilai keragaman karakteristik rumah Rendah 520 68,6
tangga. Jumlah sampel dalam penelitian ini Tinggi 238 31,4
adalah 758 orang. Instrumen yang digunakan Pekerjaan
dalam penelitian ini adalah kuesioner. Tidak bekerja 519 68,5
Metode Analisa data yang dapat digunakan Bekerja 239 31,5
dalam penelitian ini adalah analisis univariat Pengetahuan keberadaan puskesmas/
pustu/pusling/Bidan Desa
dan analisis bivariat. Analisis univariate
Ada dalam kabupaten/kota 478 63,1
merupakan analisa setiap variabel penelitian
Tidak ada 280 36,9
yang dinyatakan dengan bentuk distribusi
Waktu tempuh
frekuensi dan persentasi dari setiap variabel.
Jauh 665 87,7
Sedangkan analisis bivariate adalah Untuk
Dekat 93 12,3
mencari hubungan antara dua variable.9
Riwayat ANC
Data penelitian ini akan disajikan dalam Ya 469 61,9
bentuk (1) distribusi frekuensi dari sampel. Tidak 289 38,1
Data yang disajikan pada awal hasil analisa
Sumber : Data Sekunder Riskesdas 2018
adalah berupa gambaran atau deskripsi
mengenai sampel, dimana penjelasan juga Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa
disertai ringkasan berupa tabel dari deskripsi dari 758 responden yang diteliti 382 responden
yang utama. Hal ini dilakukan untuk (50,4%) memilih penolong persalinan dengan
membantu pembaca lebih mengenal tenaga kesehatan dan 376 responden (49,6)
karakteristik dari responden dimana data memilih penolong persalinan dengan dukun.
penelitian tersebut diperoleh. (2) uji hubungan 529 responden (69,8%) dalam kategori resiko
dengan menggunakan “Chi- square” tujuan tinggi, 229 responden (30,2%) dalam kategori
analisa ini adalah untuk mengetahui hubungan tidak resiko tinggi. Tingkat pendidikan
antara variabel dependen dengan variabel responden sebagian besar adalah rendah
independen. Kriteria yang digunakan dalam uji sebanyak 520 responden (68,6%).
chi square yaitu dengan tingkat kemaknaan
Distribusi frekuensi pekerjaan dari 758
(α)=0,05.
responden yang di teliti menunjukan bahwa
519 responden (68,5%) dalam kategori tidak
5
n % n % n %
Usia
Resiko tinggi 285 74,6 244 69,4 529 100 0,629 0,005
Tidak resiko tinggi 97 24,5 132 35,1 229 100
Pendidikan
Rendah 202 52,9 318 84,6 520 100 4,886 0,000
Tinggi 108 47,1 58 15,4 238 100
Status Pekerjaan
Tidak bekerja 198 51,8 321 85,4 519 100 5,424 0,000
Bekerja 184 48,2 55 14,6 239 100
Waktu Tempuh
Jauh 348 91,1 317 84,3 665 100 0,525 0,006
Dekat 34 8,9 59 15,7 93 100