A. LATAR BELAKANG
Demam tifoid (selanjutnya disebut tifoid) merupakan penyakit infeksi akut usus halus
yang disebabkan oleh Salmonella typhi.1 Penyakit menular ini masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat dengan jumlah kasus sebanyak 22 juta per tahun di
dunia dan menyebabkan 216.000–
600.000 kematian.2 Studi yang dilakukan di daerah urban di beberapa negara Asia
pada anak usia 5–15 tahun menunjukkan bahwa insidensi dengan biakan darah positif
mencapai 180–194 per 100.000 anak, di Asia Selatan pada usia 5–15 tahun sebesar
400–500 per 100.000 penduduk, di Asia Tenggara 100–200 per 100.000 penduduk, dan
di Asia Timur Laut kurang dari 100 kasus per 100.000 penduduk.
Di Indonesia, tifoid harus mendapat perhatian serius dari berbagai pihak, karena
penyakit ini bersifat endemis dan mengancam kesehatan masyarakat.
Permasalahannya semakin kompleks dengan meningkatnya kasus-kasus karier
(carrier) atau relaps dan resistensi terhadap obat-obat yang dipakai, sehingga
menyulitkan upaya pengobatan dan pencegahan. Pada tahun 2008, angka kesakitan
tifoid di Indonesia dilaporkan sebesar 81,7 per 100.000 penduduk, dengan sebaran
menurut kelompok umur 0,0/100.000 penduduk (0–1 tahun), 148,7/100.000 penduduk
(2–4 tahun), 180,3/100.000 (5-15 tahun), dan 51,2/100.000 (≥16 tahun). Angka ini
menunjukkan bahwa penderita terbanyak adalah pada kelompok usia 2-15 tahun.
Tifoid dapat menurunkan produktivitas kerja, meningkatkan angka ketidakhadiran anak
sekolah, karena masa penyembuhan dan pemulihannya yang cukup lama, dan dari
aspek ekonomi, biaya yang dikeluarkan tidak sedikit.
Demam tifoid atau yang lebih sering dikenal tipes merupakan penyakit akut yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella thyphi. Bakteri ini biasanya ditemukan di air atau
makanan yang terkontaminasi. Selain itu, bakteri ini juga bisa ditularkan dari orang yang
terinfeksi. Orang yang terinfeksi penyakit demam tifoid / tipes dapat menularkan bakteri
melalui fases dan urine, makan dan minuman yang sudah terkontaminasi dengan urine
atau fases penderita tipes. Ataupun mengkonsumsi makanan yang ditangani oleh orang
yang sedang mengalami tipes dan belum dinyatakan sembuh oleh dokter. Demam
tifoid termasuk infeksi bakteri yang bisa menyebar ke seluruh tubuh dan memengaruhi
banyak organ. Tanpa perawatan yang cepat dan tepat, penyakit ini bisa menyebabkan
komplikasi serius yang berakibat fatal.
Puskesmas adalah salah satu unit pelaksana pembangunan kesehatan kecamatan dan
merupakan bagian integral dari pembangunan nasional,oleh karena itu kesehatan
adalah suatu aspek yang mempengaruhi kualits dan produktifitas sumber daya manusia
dalam rangka mewujudkan masyarakat yang makmur dan sejahtera. Sesuai fungsinya,
Puskesmas merupakan lembaga yang bertanggungjawab menyelenggarakan layanan
kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Upaya kegiatan yang dilakukan P2M di Puskesmas dalam program thypoid diantaraya:
1.pencegahan typoid
2.penyuluhan typoid
3.pemantauan kasus typoid ,Pelacakan kasus diare dan kunjungan rumah pasien typoid
pada pasien setelah rawat inap
Untuk itu, sangat diperlukan pembuatan laporan tahunan sebagai dasar untuk membuat
rencana kegiatan program diare tahun berikutnya. Sehingga pelayanan program typoid
pada masyarakat menjadi meningkat dan berkualitas.
B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
2. TUJUAN KHUSUS
A. GEO
GRAFI
Mengacu pada data potensi Kecamatan Kromengan, letak geografi sebagian besar
desa di Kecamatan Kromengan adalah dataran dengan topografi sebagian besar desa
tergolong dataran. Luas kawasan Kecamatan Kromengan secara keseluruhan adalah
sekitar 38.627 km2 yang terletak antara 8°-7° LS/LB dan 112°- 35° BT. Seluruh desa di
Kecamatan Kromengan berada di luar hutan. Desa terjauh ke kantor Kecamatan
Kromengan adalah Desa Jatikerto dan Desa Jambuwer yakni berjarak 7 km.
Luas Wilayah Kecamatan Kromengan 38.627 Km² dengan perincian :
1. Topografi
□ Desa : 7 Desa
□ RW : 50 RW
□ RT : 234 RT
���DUSUN : 23 Dusun
2. Batas Wilayah Kecamatan Kromengan terletak di kabupaten Malang bagian
selatan dengan jarak ke ibu kota kabupaten 15 KM.
B. KEPENDUDUKAN
TAHUN 2020
Gambar 2.1
Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari perkembangan rasio
jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan.
Sex ratio untuk keseluruhan Kecamatan Kromengan adalah 96,92 yang berati 96,92
Perempuan diantara 100 Laki-laki.
2. Kepadatan Penduduk
3. Tingkat Fertilitas
Menurut Hasil Proyeksi Penduduk oleh BPS Kecamatan Kromengan tahun 2018,
jumlah anak berusia 0-4 tahun sebanyak 2.965 anak dan jumlah wanita usia reproduksi
(usia 15-44 tahun) sebanyak 10.151 orang, sehingga rasio perbandingan ibu dan anak
adalah 3,42 perseribu. Angka ini tetap bila dibandingkan dengan rasio tahun 2017 yaitu
sebesar 3,4 perseribu. Pada Tahun 2019 jumlah anak berusia 0-4 tahun sebanyak
2.892 anak dan jumlah wanita usia reproduksi (usia 15-64 tahun) sebanyak 27.726
orang, sehingga rasio perbandingan ibu dan anak adalah 9,58 perseribu. Angka ini naik
bila dibandingkan dengan rasio tahun 2018 sebesar 3,42 perseribu. Sedangkan Tahun
2020 jumlah anak usia 0-4 tahun 2.914 jiwa dan jumlah wanita usia produksi ( 15-64
tahun ) sebanyak 27.861jiwa . Ini menunjukkan bahwa banyak pasangan usia subur
yang telah menekan angka kelahiran di wilayah kecamatan kromengan.
b. Angka Kelahiran Total (TFR)
C. SOSIO – EKONOMI
Puskesmas Kromengan mempunyai jumlah Posyandu sampai dengan akhir tahun 2020
total Posyandu berjumlah 46 Strata Posyandu tahun 2020 terbanyak adalah Tingkat
Purnama sebanyak 40 (87%). Sedangkan Posyandu Madya sebanyak 5 posyandu
(11%)serta mandiri mencapai 2% atau 1 Posyandu. Total posyandu yang aktif sebesar
100 %. Perkembangan Strata Posyandu dari 3 tahun terakhir di gambarakan dalam
tabel dibawah 2.1 dibawah ini
Tabel 2.1 Strata Posyandu Di Puskesmas
Kromengan
Jumlah sarana pelayanan lainnya yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kromengan
yaitu 1 RS Swasta, 2 Klinik Pratama, 3 Praktik Dokter Perorangan, Bidan Praktek
Mandiri 8 , 3 Praktik Pengobatan Traditional dan 3 Apotek.
SARANA SEKOLAH:
Jumlah Murid :
JENIS KELAMIN
JENIS L P JUMLAH
01. DOKTER UMUM - 2 2
02. DOKTER GIGI 0 2 2
03. PERAWAT 7 10 17
04. BIDAN 0 14 14
05. KEFARMASIAN - 1 1
06. KESEHATAN LINGKUNGAN - 1 1
07. GIZI - 1 1
08. AHLI LABORATOIUMMEDIK - 1 1
09. KETEKNISIAN MEDIS - 2 2
10. TENAGA 3 3 5
PENDUKUNGMANAJEMEN
TOTAL 10 37 47
BAB III
A. IDENTIFIKASI MASALAH
B. RIORITAS MASALAH
g
D. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
No Prioritas Faktor Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan
Masalah Pemecahan Masalah Terpilih
Masalah
1 Kunjungan Manusia Kesadaran orang Penyuluhan Penyuluhan ke
pasien diare tua masih rendah penyakit diare oarng tua bayi
balita rendah dalam menyikapi di masing- dan balita pada
sakit diare pada masing masing - masing
balita posyandu posyandu di
wilayah
kromengan
Metode Belum spesifiknya Peningkatan Kolaborasi
penyuluhan diare di penyuluhan di dengan bidan
posyandu masing-masing desa untuk
posyandu penyuluhan
diare di
posyandu
Perubahan sistem Sosialisasi ke Penguatan ke
pelaporan dari pelaksana dan pelaksana dan pj
SP2TP ke Sihepi jejaring dan jejaring dan
yang menggunakan jaringan terkait jaringan untuk
by name dan by sistem pelaporan harus
NIK pelaporan tepat waktu dan
menggunakan sudah dilengkapi
by name dan dengan Nama
NIK dan NIK
Sarana Media KIE di belum Pengadaan Pengadaan
lengkap seperti media KIE yang media KIE
Lembar balik dan diberikan ke masing-masing
Leaflet posyandu dan posyandu dan di
di puskesmas puskesmas
Dana Tidak ada
Lingkungan Perilaku hidup Peningkatan Penguatan
bersih dan sehat di PHBS di Peningkatan
lingkungan wilayah PHBS di wilayah
masyarakat masih kromengan kromengan
kurang
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
B. SARAN