Anda di halaman 1dari 52

PROPOSAL

USULAN PEMENUHAN SARANA, PRASARANA DAN ALAT (SPA) SERTA


KESIAPAN UPT LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH KABUPATEN
PASURUAN MENJADI LABKESMAS TINGKAT 2 YANG TERSTANDART

DINAS KESEHATAN
KABUPATEN PASURUAN
2023

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat / tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik secara promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang ada di suatu wilayah tertentu.
Sesuai dengan amanat Undang – Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia.
Bentuk yang paling nyata dalam pemenuhan hak asasi manusia oleh negara
tersebut adalah pelayanan publik.
Untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang baik, diperlukan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang dapat menyediakan pelayanan
kesehatan yang terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat dalam rangka
peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pengobatan penyakit, dan
pemulihan kesehatan.
Dijelaskan di pasal 28 H Undang – Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Undang – Undang
Kesehatan no. 36 tahun 2009 menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajad kesehatan masyarakat yang
setinggi – tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumberdaya
manusia yang produktif, secara sosial dan ekonomi.
Pelayanan kesehatan yang baik dapat diberikan oleh tenaga kesehatan
yang kompeten yang patuh akan standar serta didukung oleh ketersediaan
sarana, prasarana, peralatan kesehatan yang laik pakai. Ketersediaan sarana,
prasarana dan peralatan kesehatan yang aman di fasilitas pelayanan
kesehatan tidak saja mendukung pelayanan yang berkualitas tapi juga akan
mengurangi rujukan.
Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus memenuhi persyaratan dan
ketersediaan sarana, prasarana dan alat kesehatan sesuai standar untuk
dapat memberi pelayanan kesehatan yang optimal. Begitu pula dengan UPT
Laboratorium Kesehatan Daerah yang merupakan salah satu UPT milik Dinas
Kesehatan Kabupaten Pasuruan.
B. Tujuan
Proposal usulan pemenuhan sarana, prasarana dan alat (SPA) serta
kesiapan UPT Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Pasuruan menjadi
Labkesmas tingkat 2 yang terstandart memiliki tujuan :
1. Mengetahui ketersediaan dan kondisi sarana, prasarana dan alat
kesehatan yang ada pada UPT Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten
Pasuruan,
2. Mengetahui jumlah alat yang dibutuhkan dan diusulkan kepada
Kementerian Kesehatan c.q Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat.
A. Profil Kabupaten Pasuruan
Letak Geografi wilayah Kabupaten Pasuruan antara 112,30° – 113,30° BT
dan 73° – 83° LS dengan batas wilayah :
Sebelah Utara : Kab. Sidoarjo dan Selat Madura
Sebelah Timur : Kabupaten Probolinggo Sebelah
Selatan : Kabupaten Malang
Sebelah Barat : Kabupaten Mojokerto.
Luas wilayah : 1.471.3 km2

Gambar 2.1 Peta Kabupaten


Pasuruan

B. DEMOGRAFI
Data penduduk Kabupaten Pasuruan Tahun 2022 dapat
diuraikan sebagaiberikut :
a. Jumlah penduduk : 1.660.602 jiwa
b. Kepadatan penduduk : 1126,2 jiwa/𝑘𝑚2
c. Pembagian penduduk menurut jenis kelamin :

2
I. Penduduk laki-laki : 822.352 jiwa
II. Penduduk perempuan : 838.250 jiwa
d. Sex rasio laki-laki terhadap perempuan : 98.1

a. Pembagian penduduk menurut golongan umur yang berkaitan dengan


kesehatan pada Grafik 2.1.

Grafik 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur

70 - 74

60 - 64

50 - 54

40 - 44

30 - 34

20 - 24

10 - 14

0-4

Laki-laki Perempuan

Sumber Data: Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan 2022.

Piramida Demografi diatas menggambarkan kondisi kelompok umur


terbanyak di Kabupaten Pasuruan didominasi oleh kategori umur dewasa akhir (35-
39 tahun) hal ini sesuai dengan pernyataan Depkes (2019) terkait kategori umur.
Pada kategori umur ini muncul tanda berkurangnya tingkat metabolisme dan
menurunnya kekuatan otot-otot yang mengakibatkan pengaturan suhu badan
menjadi sulit, selain itu sistem kekebalan tubuh menjadi menurun sehingga
penduduk pada kategori umur ini menjadi rentan terserang infeksi dan virus.
Penanggulangan yang tepat dalam layanan kesehatan bagi kategori umur ini sangat
diperlukan, untuk meminimalkan dampak kesehatan secara massive. Detail
Demografi Kabupaten Pasuruan pada Tahun 2022 dapat dicermati pada Lampiran
(Tabel 1 dan 2).
Badan Pusat Statistik (2022) menyatakan bahwa penduduk usia produktif
masih mendominasi (56,7%) sehingga dependency rationya sebesar 140%, hasil

3
dependency ratio tersebut memiliki besaran angka yang hampir sama dengan Kabupaten
Pasuruan sebesar 113%. Angka rasio tersebut menunjukkan beban tanggungan
penduduk usia produktif terhadap penduduk usia non-produktif,

4
semakin tinggi angka dependency ratio menunjukkan penduduk usia
produktif menanggung banyak penduduk usia non-produktif. Berdasarkan hasil
dependency ratio menunjukkan setiap 100 orang penduduk usia produktif (usia
15-64 tahun) menanggung 113 orang penduduk usia non-produktif (berusia
dibawah 15 tahun atau diatas 64 tahun).
b. Data penduduk wanita menurut karakteristiknya
1. Ibu hamil : 25.093 jiwa
2. Ibu nifas : 23.981 jiwa
3. Wanita Usia Subur 15 - 49 tahun : 458.255 jiwa
C. GEOLOGI
Dataran Kabupaten Pasuruan terbagi atas 3 bagian yaitu :
a. Daerah pegunungan dan berbukit dengan ketinggian antara 186 – 3000
m, daerah ini membentang di bagian selatan meliputi Kecamatan Tosari,
Puspo, Tutur, Purwodadi, Prigen dan Pandaan.
b. Daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 6–9 m, dataran ini
berada di bagian tengah yang merupakan daerah subur.
c. Daerah pantai (ketinggian 2-8 m) membentang di bagian utara meliputi
Kecamatan Nguling, Lekok, Rejoso, Kraton dan Bangil.
D. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
Berdasarkan pembagian daerah administratifnya, Kabupaten Pasuruan
terdiri atas 24 Kecamatan, 365 Desa/kelurahan, 24 Kelurahan. Dilihat dari letak
geografis, geologis dan pembagian wilayah administratif. Kabupaten Pasuruan
merupakan sumber potensi yang baik untuk pembangunan program kesehatan,
karena terletak pada delta jalur raya ekonomi. (Surabaya, Malang, Banyuwangi
dan Bali).

5
KESEHATAN KELUARGA
Beberapa indikator derajat kesehatan di wilayah Kabupaten Pasuruan dapat
digambarkan sebagai berikut :
A. Kesehatan Ibu
1. Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran Hidup
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator keselamatan ibu yang diperoleh
dengan perhitungan jumlah kasus kematian ibu dibanding dengan jumlah kelahiran
hidup. Angka kematian ibu (AKI) menurut SDGs adalah 70 per 100.000 kelahiran
hidup. Persentase Angka Kematain Ibu per100.000 KH di Kabupaten Pasuruan pada
tahun 2022 sebesar 35,07 per100.000 kelahiran hidup mengalami kenaikan capaian
terhadap target jika dibanding tahun 2021. Secara keseluruhan ada 18 kasus
kematian ibu sepanjang tahun 2022, artinya Pasuruan telah berhasil menurunkan
kasus kematian ibu sebesar 7 kasus dari tahun sebelumnya. AKI yang tinggi di suatu
wilayah pada dasarnya menggambarkan derajat kesehatan masyarakat yang rendah
dan berpotensi menyebabkan kemunduran ekonomi dan sosial di level rumah tangga,
komunitas, dan nasional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa intervensi yang
diupayakan Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan mengindikasikan telah
optimalnya kualitas layanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan kesehatan
masyarakat khususnya pada kelompok berisiko seperti ibu hamil, ibu nifas dan ibu
menyusui.
Penyebab kematian dari sejumlah kematian ibu sebanyak 18 kasus ini terdiri atas
2 orang (11%) dikarenakan pendarahan, sebanyak 3 orang (17%) dikarenakan
hipertensi dalam kehamilan, 5 orang (28%) disebabkan karena infeksi, kelainan
jantung & pembuluh darah sebanyak 3 orang (17%), COVID-19. sebanyak 1 orang
(6%) dan penyebab lain-lain sebanyak 4 orang (22%).

Tabel 7.1 Jumlah Kematian Ibu & Kelahiran Hidup Kabupaten Pasuruan tahun 2018-2022

No Uraian 2018 2019 2020 2021 2022


1 Kelahiran Hidup 18.769 23.815 24.957 22.839 23.846
2 Kelahiran Mati 73 65 88.2 130 59
Sumber : Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan

6
Tabel 7.2 Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup di Kabupaten Pasuruan tahun 2018-2022

No Tahun 2018 2019 2020 2021 2022


1 Kematian Ibu Hamil 8 4 7 8 6
2 Kematian Ibu Bersalin 3 2 1 2 0
3 Kematian Ibu Nifas 10 15 11 15 12

Sumber : Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan

Tabel 7.2 menjelaskan trend perkembangan kematian ibu hamil yang


bersifat fluktuatif sama halnya dengan jumlah kematian ibu nifas yang mengalami
beberapa kenaikan jumlah kematian. Fakta ini berbanding terbalik dengan jumlah
kematian ibu bersalin yang mampu ditekan optimal tiap tahunnya.
Kegiatan-kegiatan yang sudah dan akan terus dilakukan untuk menurunkan
angka kematian ibu melahirkan adalah:
a. Gerakan Ibu Hamil sadar Posyandu
b. Pembinaan Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
(PONED) oleh Tim Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif
(PONEK).
c. Penguatan Forum PENAKIB, Pertemuan kader KIBBLA dan Audit Maternal
Perinatal
d. Pengembangan P4K bagi mitra terkait
e. Penelusuran Pemantauan Wilayah Setempat KIA (P-PWS KIA) ibu
f. Supervisi fasilitatif, Pelatihan APN dan Pelatihan Kelas ibu hamil
g. Kemitraan Bidan dan dukun bayi – kader (melalui PERDA nomor 2 tahun
2009 tentang KIBBLA).
h. Drill emergency kegawatdaruratan Maternal disetiap Puskesmas
i. Pelayanan ANC Terpadu .
j. Peningkatan pemeriksaan ibu hamil melalui revitalisasi Posyandu
k. Penguatan gadar maternal neonatal
2. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
Berdasarkan data Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA), capaian K1 dan K4 menggambarkan kualitas pelayanan kesehatan ibu
hamil, cakupan ibu hamil K1 Kabupaten Pasuruan pada tahun 2022 adalah 100,8%

7
(25.282 bumil). Begitupula cakupan K4 sebesar 96.9% (24.318 bumil) artinya ada
penurunan cakupan sebesar 3,1%. Indikator K4 termasuk indikator Standar
Pelayanan Minimal (SPM) dengan target sebesar 100% capaian ini mengindikasikan
belum optimalnya pelayanan kesehatan ibu hamil.
Berikut merupakan trend perkembangan pelayanan kesehatan ibu hamil di
Kabupaten Pasuruan meliputi cakupan K1 dan K4 sepanjang tahun 2020-2024:

Gambar 7.1 Perkembangan Capaian Cakupan K1 dan K4 Kabupaten Pasuruan Tahun 2020–2022

K1 K4

101,8 100
100,8
100,5
96,9
95,1

2020 2021 2022

Sumber : Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan

Berdasarkan grafik diatas dapat disimpulkan bahwa trend cakupan K1 dan K4 di


Kabupaten Pasuruan bersifat fluktuatif, hal ini tentu dipengaruhi oleh akses,
pengetahuan dan sistem informasi kesehatan yang terpadu. Cut of point capaian
kedua cakupan ini nampak pada tahun 2021, yang berarti optimalisasi kinerja
pelayanan kesehatan ibu hamil sukses dilaksanakan sepanjang tahun 2021. Namun
mengalami penurunan pada upaya peningkatan cakupan K4 pada tahun 2022.
Berikut adalah gambaran capaian K1 pada 33 Puskesmas:
Gambar 7.2 Cakupan K1 per Puskesmas Kabupaten Pasuruan Tahun 2022

104,9

103,4 103 103,3


102,2
101,7 101,6 101,3 101,2
101 100,5100,5 101
100,4100,2 100 100 100 100 100,3 100,2100,1 100 100,2100,5100,1100,2 100 100,1100,1
99,3
97,6
96,2

Sumber : Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan

8
Tahun 2022 secara keseluruhan Puskesmas di Kabupaten Pasuruan telah
memenuhi target cakupan K1 yakni 100%. Secara kualitas Terdapat peningkatan
dari tahun 2021. Capaian cakupan K1 terbesar diperoleh Puskesmas Purwodadi
sebesar 104,9% dan cakupan yang belum memenuhi target oleh Puskesmas
Lumbang (96,2%), Puskesmas Pasrepan (97,6%) dan Puskesmas Nongkojajar
(99,3%).

Gambar 7.3 Cakupan K4 per Puskesmas di Kabupaten Pasuruan Tahun 2022

95,4 99,1 98,6 95,6 100 95,7 95,9 100,5 99,1 100 100,6 100 100 100 99,2 100 100,1 99,6 100 98,1 97 101,9 96,3 100 96,6 100,6 99,5 97,1
90,8 92,7
85,7 88,7
75,3

Sumber : Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan


Pada Gambar 7.3 menjelaskan bahwa dari ke-33 Puskesmas diatas terdapat
57% Puskesmas yang belum memenuhi target. Puskesmas dengan capaian target
terendah sepanjang tahun 2022 diantaranya Puskesmas Pasrepan (75,3%),
Puskesmas Kepulungan (85,7%), Puskesmas Lekok (88,7%). Pencapaian nilai
kedua indikator diatas dipengaruhi oleh berbagai faktor. Ada pengaruh antara
pengetahuan, sikap, umur, pekerjaan, terhadap standar pemeriksaan K1 dan K4
(Iryani, 2020:44). Namun fenomena dilapangan menggambarkan bahwa
pengetahuan tidak memberikan pengaruh untuk mengubah kepatuhan ibu
memeriksakan kehamilan, bahkan ibu yang memiliki resiko dalam kehamilan
cenderung tidak patuh dalam pemeriksaan kehamilan. hal ini dikarenakan
walaupun ibu berpengetahuan baik namun tidak patuh dalam melakukan
pemeriksaan maka ibu akan kurang mendapatkan pengetahuan tentang
kehamilannya.
Terdapat beberapa hal penting yang mempengaruhi kepatuhan. Antara
laian; pasien (ibu hamil), faktor terapi, faktor sistem kesehatan, faktor lingkungan,
dan faktor sosial ekonomi. Maka tidak hanya ibu hamil, pembenahan dalam sistem

9
kesehatan dan petugas pelayanan kesehatan pun turut mempengaruhi. Selain itu,
diperlukan strategi khusus terhadap pasien dengan penyakit tertentu untuk
mengembangkan kepatuhan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Selain faktor sistem kesehatan dan petugas pelayanan
kesehatan, faktor lingkungan dan keluarga ibu hamil juga berpengaruh dalam
menumbuhkan kepatuhan ibu hamil.
3. Pelayanan Ibu Bersalin
Capaian cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn) dan
cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Fasilitas Kesehatan (Pf)
menggambarkan tingkat perlindungan dalam pelayanan kesehatan ibu
bersalin. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn) untuk
Kabupaten Pasuruan pada tahun 2022 mencapai 100%. Cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn) bila dibandingkan dengan cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan (Pf) maka
terjadi kesenjangan seperti yang ditunjukkan gambar 7.4 di bawah ini. Cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan (Pf) adalah
termasuk indikator SPM (Standar Pelayanan Minimal) yang diharapkan
mencapai target 100%, Provinsi Kabupaten Pasuruan untuk indikator Pf belum
tercapai, seperti yang disajikan pada gambar 7.4
Gambar 7.4 Perkembangan Cakupan Pertolongan Oleh Tenaga Kesehatan Dan Pertolongan Oleh
Tenaga Kesehatan Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten Pasuruan Tahun 2020-2022

Pf Pn

98,5
2022 100

100
2021 100

99,6
2020 100

Sumber : Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan

10
Gambar 7.5 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan (Pf) Per-
Puskesmas di Kabupaten Pasuruan Tahun 2022

104 105 102,6


99,4100,8 97,9 96,7 101 100,1 100 100,9 100 100,1 100 101,899,5 99,3 97,7100,698,4101,199,7103,396,5 99,6 96,4 99,9
91,3 91,8 90 91 90,8
85,3

Sumber: Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan


Pada pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan persentase Puskesmas yang
belum memenuhi target ada sebesar 54,5%.Tiga Puskesmas dengan capaian terendah
meliputi: Puskesmas Kepulungan (85,3%), Puskesmas lumbang (90%), dan Puskesmas
Ambal-ambil (90,8%). Puskesmas yang belum mencapai target perlu melakukan
pemetaan dan pemantauan dimulai dari saat ibu hamil dengan melibatkan multi pihak,
disamping itu peran bidan Desa dalam mengarahkan ibu hamil untuk bersalin di
Fasilitas Kesehatan yang memenuhi standar dan oleh tenaga kesehatan yang kompeten
secara tim.
4. Pelayanan Komplikasi Kebidanan
Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan
atau janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit
menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin.
Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu hamil, bersalin, atau
nifas untuk memberikan perlindungan dan penanganan definitif sesuai standar oleh
tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.
Gambar 7.6 Perkembangan Capaian Penanganan Komplikasi Kebidanan Kabupaten Pasuruan
Tahun 2020 – 2022

97,9 94,2
65

2020 2021 2022


Sumber data: Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan

11
Berdasarkan gambar 7.6 dapat dilihat bahwa cakupan komplikasi kebidanan
ditangani mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 29,2%. Trend
pelayanan komplikasi kebidanan dari tahun 2020-2022 menunjukkan penurunan yang
signifikan, ini berarti angka kesakitan pada kelompok ibu hamil, ibu bersalin dan ibu
nifas belum cukup optimal. Oleh karena itu, Asuhan kebidanan berkesinambungan atau
Continuity of Care adalah suatu asuhan kebidanan yang diberikan secara menyeluruh,
meliputi kehamilan, persalinan, bayi baru lahir (BBL), nifas, dan neonatus yang
dilakukan oleh bidan.
Gambar 7.7 Cakupan Komplikasi Kebidanan Per-Puskesmas di Kabupaten Pasuruan Tahun 2022

126 125 125 124


118
106
104 100 101 106 97
105 100
99 101 105
99 100 101 104 106 98 96
90 93
87 87 84 83
79 78 77
64

Sumber Data: Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan

Gambar 7.7 menjelaskan bahwa masih ada 4 Puskesmas yang belum memenuhi
cakupan komplikasi dengan target (80%), pencapaian tahun ini meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 3 Puskesmas yang belum memenuhi
target. Perlu adanya penguatan Puskesmas PONED agar cakupan komplikasi
kebidanan dapat ditangani dan dapat mencapai target selanjutnya. Daerah yang masih
di bawah target pada umumnya memiliki kelengkapan dan kompetensi Tim PONED
yang perlu diperhatikan, selain itu secara berkala perlu melakukan simulasi PONED
(Drill Emergensi) agar tetap siaga dalam melakukan penanganan komplikasi
kebidanan.
5. Pelayanan Kontrasepsi
Indikator pelayanan KB bisa digunakan dalam menggambarkan kinerja dan
kualitas pelayanan KB. Adapun salah satu indikator yang langsung bisa
menggambarkan kinerja dan kualitas pelayanan KB adalah cakupan peserta KB
aktif dan cakupan peserta KB baru. Cakupan peserta KB aktif adalah cakupan dari
peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif menggunakan alat dan obat

12
kontrasepsi (alkon) dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Gambar 7.8 Cakupan KB Aktif Per-Puskesmas di Kabupaten Pasuruan Tahun 2022

983,5
942,9 925,9 914,4 923 894,3912,2
842,6863,9873,1 832,7837,1855,6835,1 857,8 879,4862,3 850,5838,1 863,9870,9841,2845,6 861,1 824 825, 6894,1
761,8 777,3 792,4 819 803
668

Sumber Data: Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan

Berdasarkan gambar 7.8 diperoleh hasil cakupan peserta KB aktif di


Puskesmas sepanjang tahun 2022 terdapat 1(satu) Puskesmas yang capaiannya
dibawah 70%, artinya ada peningkatan cakupan sebanyak 9 Puskesmas yang mampu
meningkatkan kinerjanya dibandingkan tahun sebelumnya. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan kinerja tahun berikutnya direkomendasikan pelatihan petugas KB
untuk menghadapi karakteristik PUS yang berbeda-beda. Petugas KB diberikan
pelatihan terlebih dulu untuk menghadapi PUS yang memiliki karakteristik unik dan
berasal dari latar belakang budaya yang masih tertutup. Petugas diharapkan mampu
merangkul PUS yang sulit menemukan keputusan dalam ikut serta pada program KB.
Gambar 7.9 Cakupan Kepesertaan KB Aktif MJKP dan Non MKJP Kabupaten Pasuruan Tahun 2022

Implan Kondom
MOW
MOP
AKDR

Suntik
PIL

Sumber Data: Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan

Berdasarkan cakupan diatas diperoleh hasil persentase efek samping ber-KB


sebesar 9,1%, Komplikasi ber-KB sebesar 0%, Kegagalan dalam ber-KB 1% dan Drop
Out (DO) ber-KB sebesar 21,5%. Faktor yang mempengaruhi kebanyakan PUS Drop
Out selama ber-KB banyak dipengaruhi oleh faktor umur, paritas, pendidikan,

13
pengetahuan, pedapatan, kualitas pelayanan kontrasepsi, dukungan suami dan efek
samping alat kontrasepsi.

B. Kesehatan Anak
1. Angka Kematian Bayi Per 1.000 Kelahiran Hidup

Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator yang sangat penting
untuk mengukur keberhasilan program berbagai penyebab kematian maupun
program kesehatan ibu dan anak sebab angka kematian bayi ini berkaitan erat
dengan tingkat kesehatan ibu dan anak. Angka Kematian Bayi (AKB) menunjukkan
banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun
tertentu atau probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun
(dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup).
Jumlah kematian bayi di Kabupaten Pasuruan sepanjang tahun 2022
terdapat 77 kasus, artinya upaya menekan AKB di Kabupaten Pasuruan sudah
optimal dilihat dari turunnya jumlah kasus sebesar 23 kasus dibandingkan
tahun sebelumnya. Penyebab kematian tertinggi masih sama dengan tahun
sebelumnya, diduduki oleh kondisi Asfiksia sebanyak 29 kasus dan berhasil
menurunkan jumlah kasusnya sebesar 21 kasus. Asfiksia neonatorum adalah
kegawatdaruratan bayi baru lahir berupa depresi pernapasan yang berlanjut
sehingga menimbulkan berbagai komplikasi. Oleh sebab itu, Asfiksia
memerlukan intervensi dan resusitasi segera untuk meminimalkan
mortalitas dan morbiditas.
Posisi ke-dua penyebab kematian bayi ditempati oleh Bayi Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) dan Prematuritas sebanyak 21 kasus. Upaya pencegahan dan
pengendalian BBLR yang telah diimplementasikan diantaranya; (1) Pendidikan
kesehatan yang cukup diberikan untuk mencegah terjadinya kelahiran BBLR, (2)
Melakukan pengawasan dan pemantauan dengan menunjukan buklet untuk
mendukung pencegahan BBLR terhadap perilaku ibu hamil, (3) Mengukur status gizi
ibu hamil dengan pengukuran antropometri yaitu dengan mengukur LILA untuk
mengetahui risiko KEK pada wanita usia subur, dan (4) Melakukan pemantauan
terhadap kondisi bayi sejak dalam kandungan yang telah mengalami retardasi
pertumbuhan interauterin dan akan berlanjut sampai usia selanjutnya setelah
dilahirkan.

14
Penyebab kematian bayi diposisi ke-tiga ditempati oleh Infeksi dengan jumlah
kasus sebanyak 15 kasus. Infeksi neonatorum dapat menjadi salah satu faktor
terjadinya kematian perinatal dikarenakan pada masa neonatal kekebalan tubuh
yang dimiliki belum sempurna, infeksi menyerang pembuluh darah. Gejala dari
infeksi neonatoum yang tidak khas kadang menyebabkan sulitnya diagnosa kasus
tersebut, terutama jika kasus infeksi terjadi dirumah, dengan gejala yang tidak khas
dan penyebaran penyakit yang sangat cepat serta diperburuk oleh minimnya
pengetahuan orangtua terhadap infeksi menyebabkan penyakit ini berlanjut sampai
ketahap yang akut sehingga sulit untuk ditangani. Bahkan kadang masyarakat
membawa kasus-kasus tersebut ke fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai jika
sudah dalam kondisi yang sangat darurat. Trend Angka Kematian Bayi (AKB) per
1000 Kelahiran Hidup pada tahun 2020-2022 dapat dilihat di bawah ini:
Tabel 7.3 Jumlah Kelahiran Hidup dan Kematian Bayi di Kabupaten Pasuruan Tahun 2019-2022

Jumlah AKB
Tahun Kelahiran Hidup
Kematian (Per 1.000 KH)
2019 25.118 94 3,73
2020 24.957 4 0.17
2021 24.195 105 4.6
2022 23.846 77 3,38
Target RPJMD 8,25

Sumber Data: Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan

Gambar 7.10 Angka Kematian Bayi di Kabupaten Pasuruan Tahun 2019-2021


4,1
3,38

0,17

2020 2021 2022

Sumber Data: Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan


Berdasarkan Gambar 7.10 nampak terjadi penurunan angka kematian bayi di
Tahun 2022 sekaligus menunjukkan terpenuhinya target RPJMD. Terdapat berbagai
faktor yang mempengaruhi pola tersebut, seperti sosial, ekonomi, budaya dan

15
pendidikan pada masyarakat. Berbagai bukti epidemiologis mendukung adanya
keterkaitan antara derajat perkembangan ekonomi suatu negara dengan tingkat
kematian. Secara tidak langsung kondisi pandemi COVID-19. Beberapa tahun
belakangan menyebabkan krisis ekonomi yang memperburuk status gizi karena
mahalnya harga pangan dan obat-obatan sehingga masyarakat memiliki kerentanan
terhadap kesakitan dan kematian.
2. Pelayanan Kesehatan Neonatal
Kunjungan neonatal idealnya dilakukan 3 kali yaitu pada umur 6-48 jam, umur
3-7 hari, dan umur 8-28 hari. Indikator yang menggambarkan upaya kesehatan yang
dilakukan untuk mengurangi risiko kematian pada periode neonatal yaitu 6-48 jam
setelah lahir adalah cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau KN1. Kunjungan
neonatal ini dimaksudkan untuk melihat jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan
neonatal. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter / bidan / perawat, dapat
dilaksanakan di Puskesmas atau melalui kunjungan rumah. Pelayanan yang mengacu
pada Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) pada algoritma bayi muda
(Manajemen Terpadu Bayi Muda / MTBM) termasuk imunisasi HB-0 yang diberikan
pada saat kunjungan rumah sampai bayi bermur 7 hari (bila tidak diberikan pada saat
lahir).
Cakupan pelayanan kesehatan Neonatal tahun 2022 mencapai 96,4%. Capaian
tersebut menunjukkan optimalnya manajemen terpadu Balita Muda yang meliputi
kegiatan konseling perawatan bayi baru lahir, ASI Eksklusif, Pemberian Vitamin K1
Injeksi dan Hepatitis B0 Injeksi (bila belum diberikan). Capaian pelayanan kesehatan
neonatal Kabupaten Pasuruan selama Tahun 2022 dapat diuraikan sebagai berikut:
Gambar 7.11 Capaian KN1 Per Puskemas Kabupaten Pasuruan Tahun 2022

102,9 100 99,8 106,7


99,8 99,6 100 100 99,8 100 101,1 101,4100,2 99,8 101 100 100,1 99,7 103 99,8 99,7 98,6 99,6
97,5 96,1 94,9 96 97,6 97,3 95,9
92,6 93,3

13,5

Sumber Data: Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan

16
Pelayanan kesehatan neonatal (KN1) menggambarkan langkah awal terhadap
peningkatan status kesehatan bayi baru lahir, perlu upaya pasti dalam mengawal
program KN1 dalam sebuah regulasi yang mengatur kewajiban Pemerintah Daerah
dalam memastikan suksesnya peningkatan status kesehatan bayi di daerahnya. Melalui
pelayanan ini bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan
kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi atau
mengalami masalah. Kematian neonatal dapat dicegah dengan pelayanan minimum
neonatal. Sebagian besar dari kematian neonatal dapat dicegah dengan pemberian paket
minimum perawatan neonatal. Selain KN1, indikator yang menggambarkan pelayanan
kesehatan bagi neonatal adalah Kunjungan Neonatal lengkap (KN lengkap) yang
mengharuskan setiap bayi baru lahir memperoleh pelayanan Kunjungan Neonatal
minimal 3 kali. Cakupan Kunjungan Neonatal Lengkap (KN Lengkap) sebagai salah satu
indikator SPM untuk berikut gambaran sebaran capaian KN Lengkap di Kabupaten
Pasuruan
Gambar 7.12 Capaian KN Lengkap Per Puskesmas di Kabupaten Pasuruan Tahun 2022

109,5 105,2
98,7 99,8 97,9 99,8 102,5 99,2 99,9 98,8100,4 95,8 99,8 95,9 97,5 97,6 96,2 97,8 95,4
88,9 93,5 92,4 91,1 95,7 94,1 94,9 91,2 90,5 91,7 91,6 93,1
85,6
79,8

Sumber Data: Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan

Gambar 7.13 Perkembangan Capaian KN 1 dan KN Lengkap Kabupaten Pasuruan Tahun 2019-2022

KN 1 KN Lengkap

92,3 94,4
101,9 96,2

94 95,2
100,4 96,4

2019 2020 2021 2022

Sumber Data: Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan

17
Melalui grafik perkembangan KN1 dan KN Lengkap di Tahun 2022
menunjukkan ada peningkatan capaian pelayanan neonatus. Ada peningkatan
capaian sebesar 1,2% pada cakupan KN1 dan peningkatan sebesar 1,8% pada KN
Lengkap. Pelayanan kesehatan neonatus harus dimulai sebelum bayi dilahirkan
melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu, kurang baiknya
penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan
yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Oleh karena itu,
tenaga kesehatan diharapkan untuk lebih berperan aktif dalam melakukan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Khususnya pelayanan kesehatan pada bayi
dan ibunya terutama pada saat persalinan dan pada usia neonatus 0-28 hari,
misalnya dengan melakukan kemitraan dengan dukun dalam menolong persalinan
dan kunjungan neonatus rutin pada usia neonatus.
3. Pelayanan Kesehatan Bayi dan Balita
Pelayanan Kesehatan Balita terdiri dari 3 indikator yaitu indikator pelayanan
kesehatan Bayi, indikator Anak balita paripurna dan indikator pelayanan
kesehatan balita. Pelayanan Kesehatan bayi ini berkaitan erat dengan cakupan
KN Lengkap. Target pelayanan kesehatan bayi paripurna selama 5 (lima) tahun
telah tercapai Cakupan pelayanan kesehatan balita adalah merupakan indikator
Standar Pelayanan Minimal.
Gambar 7.14 Perkembangan Cakupan Pelayanan kesehatan pada Bayi dan Balita
Kabupaten Pasuruan Tahun 2019 – 2022

Bayi Balita

97,8
86,5
75,7
61,68

86,9 95,3
97,8 95,6

2019 2020 2021 2022

Sumber Data: Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan

18
Cakupan Pelayanan kesehatan pada Bayi mengalami peningkatan tiap
tahunnya, meskipun pernah terjadi penurunan capaian pada tahun 2020 Trend
Perkembangan Cakupan Pelayanan Balita diatas menunjukkan kemampuan Dinas
Kesehatan Kabupaten Pasuruan dalam meningkatkan kinerjanya sehingga
mengalami peningkatan secara progresif. Berbanding terbalik dengan kondisi
cakupan pelayanan kesehatan balita tahun 2022 yang mengalami penurunan yang
signifikan dari tahun sebelumnya sebesar 36,12%. Faktor yang mempengaruhi
cakupan pelayanan kesehatan balita salah satunya diukur melalui partisipasi
Balita mengunjungi Posyandu. Jika dilihat dari capaian D/S (jumlah balita
ditimbang) yang mencapai 64,6% maka dapat disimpulkan bahwa kurangya
partisipasi Balita dalam kegiatan Posyandu turut mempengaruhi kualitas cakupan
pelayanan kesehatan Balita. Determinan rendahnya cakupan penimbangan Balita
meliputi pengetahuan ibu, pekerjaan dan dukungan Ayah (Russiska,et al., 2020).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan,
pekerjaan dan dukungan Ayah dengan penimbangan Balita, diharapkan kesadaran
ibu dapat meningkat untuk melakukan penimbangan Balitanya ke Posyandu dan
Bidan/ tenaga kesehatan dapat melibatkan peran Ayah untuk memahami manfaat
penimbangan Balita ke Posyandu. Sehingga Ibu Balita mendapatkan dukungan
untuk berpartisipasi dalam kegiatan Posyandu.
Gambar 7.15 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi-Balita di Kabupaten Pasuruan Tahun 2022

Pelayanan Kesehatan Bayi Pelayanan Kesehatan Balita

232,6

139,8
125,1 125,6
122,1 116,0 119,3111,8 116,4 110,5
116,5 11111,18,1709,2 112,6
109,1 110,6 107,4 111,2 105,0 106,0
10 104,2
0,5 104,4 100,5 10140,39,1306,0
99,694,4 100,7 101,2 105,2 103,3 101,6 100,8 10101,1
4,3 901,5 10120,49,4 103,9 103,5
96,4 97,7 95,4 96,0 98,2 989,57,4959,75,2 93,9 93,3 94,5
87,4 91,7 92,1 91,8
86,1 82,0 81,9 85,8 83,1
78,8
65,7

Sumber Data: Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan

19
4. Pelayanan Kesehatan Anak, Remaja dan USILA (ARU)
a. Penjaringan Anak Sekolah
Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah (Screening) adalah salah satu bentuk
dari pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mendeteksi dini siswa yang
memiliki masalah kesehatan agar segera mendapatkan penanganan sedini
mungkin serta tersedianya data atau informasi untuk menilai perkembangan
kesehatan peserta didik. Adapun proses rangkaian Screening meliputi
pemeriksaan kebersihan perorangan (rambut, kulit dan kuku), pemeriksaan
status gizi melalui pengukuran antropometri, pemeriksaan ketajaman indera
(penglihatan dan pendengaran), pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut. Kegiatan
ini dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan standar minimal pelayanan
bidang kesehatan dan program UKS. Idealnya rangkaian tersebut seharusnya
dilaksanakan seluruhnya, namun dalam pelaksanaannya dapat disesuaikan
dengan kemampuan dan kondisi wilayah setempat.
Adapun capaian penjaringan kesehatan yang masuk dalam profil hanya
kelas 1, 7 dan 10 sesuai dengan indikator RPJMN Kemenkes. Hasil penjaringan
tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 7.16 Hasil Penjaringan Peserta Didik Tahun Ajaran 2021/2022 Kabupaten Pasuruan

Sasaran Mendapat Yankes 217.968 217.955

23.650 23.718 24.508 21.254 26.612


15.186

Kelas 1 Kelas 7 Kelas 10 Pendidikan Dasar


Sumber data : Subko Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten
Pasuruan
Gambar 7.16 menunjukkan hasil penjaringan kesehatan peserta didik
kelas 1 sebesar 100,3%, kelas 7 sebesar 86,7% dan kelas 10 sebesar 58,4%,
sedangkan hasil penjaringan usia pendidikan dasar (kelas 1-9) sebesar 100%.

20
Penjaringan pada kelas 7 dan kelas 10 belum mencapai target disebabkan
berbagai macam sebab diantaranya kurangnya keterlibatan pihak sekolah dalam
koordinasi dan kerja sama terkait keberhasilan program UKS. Terkait jumlah
sekolah yang mendapatkan pelayanan kesehatan berdasarkan jenjang
pendidikan tercapai 100%, data tersebut dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 7.17 Jumlah Sekolah Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Jenjang


Pendidikan Tahun Ajaran 2021/2022 Kabupaten Pasuruan

Sasaran Mendapat Yankes

1030 1030

326 326
194 194

SD/MI SMP/MTS SMA/MA

Sumber : Subkoo Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan
b. Usia Lanjut
Adapun cakupan pelayanan kesehatan Lansia Kabupaten Pasuruan tahun 2022
dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
Gambar 7.18 Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Berdasarkan Jenis Kelamin 2021-2022

Laki-Laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

108,2
100,1
93,6 91,9
87,3
80,8

2021 2022
Sumber : Subkoo Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan
Gambar diatas merupakan capaian pelayanan kesehatan usia lanjut

21
(USILA) tahun 2022 sebesar 100,1%. Capaian tersebut dibandingakan dengan
tahun 2021 mengalami kenaikan sebanyak 12,8%. Sedangkan kondisi USILA
yang berisiko sebesar 32,3%. Risiko penyakit pada USILA sebagian dipengaruhi
oleh transisi epidemiologi sebagai akibat dari transisi demografi, sehingga
penyakit tidak menular (PTM) menduduki proporsi tertinggi. Faktor risiko
tersebut dapat diatasi melalui pengembangan jaringan surveilen dengan
menitikberatkan strategi intervensi yang lebih efektif, termasuk kampanye
informasi dan edukasi kesehatan.
C. IMUNISASI
1. Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi
imunisasi dasar lengkap memiliki sasran pelayanan diantaranya: bayi berusia
kurang dari 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-0), usia 1 bulan diberikan
(BCG dan Polio 1), usia 2 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3 bulan
diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio
4 dan IPV atau Polio suntik), dan usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR).
Capaian imunisasi dasar lengkap tahun 2022 mencapai 96,8% terjadi peningkatan
capaian sebesar 2,1% dibandingkan tahun sebelumnya. Terdapat 7 Puskesmas
yang memiliki capaian kurang dari 90%, dengan cakupan terendah yaitu
Puskesmas Nguling sebesar 76,1% dan cakupan tertinggi diperoleh Puskesmas
Kepulungan dengan nilai cakupan sebesar 206,9%.
2. Universal Child Immunization (UCI)
Desa/kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi yang ada di Desa tersebut sudah
mendapat imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun dikenal dengan
Universal Child Immunization (UCI). Berikut adalah gambaran capaian
Desa/Kelurahan UCI di Kabupaten Pasuruan:
Gambar 7.19 Capaian Desa/Kelurahan UCI di Kabupaten Pasuruan 2021-2022

Jumlah Desa/Kelurahan Desa/Kelurahan UCI

365

351

Sumber : Subkoo Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan

22
Berdasarkan gambar diatas dapat disimpulkan bahwa capaian Desa UCI
Kabupaten Pasuruan tahun 2022 telah mencapai 96,2%. Capaian tersebut belum
memenuhi target capaian yang disebabkan faktor kurangnya cakupan imunisasi
dasar pada bayi yaitu kurangnya dukungan keluarga terutama suami, kondisi bayi,
jumlah anak balita yang diasuh, pengetahuan suami/ibu, pekerjaan suami/ibu,
pendidikan formal suami/ibu, tingkat penghasilan keluarga, penyuluhan imunisasi,
jarak ke tempat pelayanan imunisasi, ketersediaan vaksin, efek samping imunisasi
dan, sikap petugas kesehatan.

D. STATUS GIZI BALITA


1. Pencapaian Penimbangan Balita (D/S)
D/S adalah indikator yang menggambarkan tingkat partisipasi
masyarakat dalam kegiatan di posyandu. N/D adalah memberikan gambaran
tingkat keberhasilan program dalam kegiatan UPGK di posyandu. Indikator ini
lebih spesifik dibanding dengan indikator lainnya sehingga dapat digunakan
sebagai gambaran dasar gizi balita. Tingkat partisipasi masyarakat dalam
program perbaikan gizi pada balita dapat ditunjukkan dari indikator jumlah
balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran balita (D/S). Tahun 2022, di
Kabupaten Pasuruan angka D/S tercatat sebesar 64,6% (Lampiran Data Profil
Kesehatan Tabel 47) ada kenaikan sebesar 16,7% dari tahun sebelumnya.
Capaian tersebut menunjukkan kinerja yang optimal dalam meningkatkan
capaian D/S.
Berikut merupakan sebaran persentase D/S di Tahun 2022 berdasarkan
wilayah Puskesmas:
Gambar 7.20 Pencapaian Penimbangan Balita (D/S) Kabupaten Pasuruan Tahun 2022

888,2
6,4 2021 2022 86,1 83,4 84,3
77,5 80,5
72,8 70,3 75,2 71,2 70,5 71,570,8 747,4,4 72,3
66,7 69,4 65,9
60,5 61,6 64,2 63,4
60,1 58,656,2 55,8 59,2 58,4 57,5
53,8 54,9
46,7 48,9 49,7 51,746,8
51,8 51,7 485,3
0,9
46,9 44 47,0
41,8 39,2 45,5 44,5 48,8 47,4 46,3 45,2
37,240,8 353,4
7,533,8 35,8 35,5 32,2 35,3
39,5 39 37,6

21,8

Sumber: Laporan Bulanan Subkoo Kesga & Gizi Masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan

23
2. Pencegahan dan Penanggulangan GAKY
Pemerintah Kabupaten Pasuruan dalam upaya menanggulangi masalah gizi
yakni Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) dalam jangka panjang
adalah melakukan fortifikasi garam, sehingga garam yang beredar mampu
memenuhi kebutuhan sehari-hari zat Yodium dalam tubuh. Oleh karena itu,
perlu dilakukannya Kegiatan monitoring garam yang bertujuan untuk
memastikan garam yang beredar di masyarakat mengandung yodium sesuai
dengan standar garam beryodium. Metode monitoring garam beryodium yang
dilaksanakan menggunakan yodium tester dengan cara menetesi garam yang
diuji dengan yodium tester. Berdasarkan hasil monitoring garam beryodium
melalui Laporan Bulanan Gizi Tahun 2022 persentase rumah tangga yang
menggunakan garam beryodium di Kabupaten Pasuruan sebsar 91,7%. Berikut
gambaran perkembangan monitoring garam beryodium di Kabupaen Pasuruan
Tahun 2019-2022:
Gambar 7.21 Perkembangan Monitoring Garam beryodium di Kabupaen Pasuruan Tahun
2019-2022
Cukup Kurang Tidak Ada

88,56 90,02 89,43 91,17

7,36 4,05 7,9 9,22 6,62


2,19 1,09 0,93

2019 2020 2021 2022

Sumber: Laporan Bulanan Subkoo Kesga & Gizi Masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten
Pasuruan

Berdasarkan Gambar 7.22 menggambarkan perkembangan monitoring


garam beryodium di Kabupaten Pasuruan mengalami fluktuasi capaian, dimana
pada tahun 2019 dan tahun 2021 mengalami penurunan capaian. Pada tahun
2022 adalah kondisi terendah untuk kategori Tidak ada kandungan yodium
dalam garam yang beredar di wilayah Pemerintah Kabupaten Pasuruan
sepanjang tahun 2019-2022, sedangkan kondisi terendah pada kategori kurang
kandungan yodium dalam garam terjadi pada tahun 2019.

24
3. Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi Ibu Hamil
Upaya pencegahan dan penanggulangan Anemia Gizi Besi dilaksanakan melalui
pemberian Tablet Tambah Darah (TTD). Salah satu sasasaran prioritasnya yaitu ibu
hamil, karena prevalensi anemia pada kelompok ini masih cukup tinggi. Selain itu,
kelompok ibu hamil merupakan kelompok rawan yang sangat berpotensi memberi
kontribusi terhadap tingginya Angka Kematian Ibu (AKI). Cakupan Ibu Hamil yang
mendapatkan tablet tambah darah (TTD) pada tahun 2022 mencapai 96,1% yang
berarti ada kenaikan sebesar 0,2%. Berikut perkembangan cakupan pemberian Fe3
pada Ibu Hamil:
Gambar 7.22 Perkembangan Cakupan Pemberian Fe3 pada Ibu Hamil Tahun 2020-2022

Sasaran yang Mendapatkan

26197

25123 25093

24082 24109
23662

2020 2021 2022

Sumber: Laporan Bulanan Subkoo Kesga & Gizi Masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan
4. Pemberian Kapsul Vitamin A pada Balita
Salah satu zat gizi yang berperan dalam menurunkan morbiditas dan mortalitas
adalah vitamin A. Kekurangan vitamin A dapat menurunkan fungsi kekebalan tubuh
sehingga dapat meningkatkan terjadinya morbiditas dan mortalitas dari beberapa
penyakit infeksi seperti diare, infeksi saluran pernapasan bawah, dan campak.
Adapun kelompok sasaran pemberian Vitamin dosis tinggi yaitu bayi,anak, balita dan
ibu nifas.
a. Bayi
Kapsul Vitamin A 100.000 SI diberikan kepada semua anak bayi (umur 6-11
bulan) baik sehat maupun sakit. Diberikan setiap 6 bulan secara serempak pada
bulan Februari dan Agustus. Capaian Bayi yang mendapat Vitamin A di
Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan Tahun 2022 mencapai 98%
artinya ada peningkatan capaian sebesar 1,4%.

25
b. Anak Balita
Kapsul Vitamin A 200.000 SI diberikan kepada semua anak balita (umur 1-4
tahun) baik sehat maupun sakit. Diberikan setiap 6 bulan secara serempak pada
bulan Februari dan Agustus. Capaian cakupan pemberian Vitamin A Pada Anak
Balita (12-59 Bulan) terjadi peningkatan capaian dari tahun sebelumnya sebesar
4,7 % dengan capaian sebesar 100,8%. Terjadi peningkatan signifikan sebesar
10% pada kategori Balita (6-59 Bulan) dengan capaian cakupan pemberian
Vitamin A sebesar 100,2%.
c. Ibu Nifas
Kapsul Vitamin A 200.000 SI diberikan kepada ibu yang baru melahirkan (nifas)
sehingga bayinya akan memperoleh Vitamin A yang cukup melalui ASI. Diberikan
paling lambat 30 hari setelah melahirkan (Sakti, 2017). Ibu Nifas yang mendapat
Vitamin A sepanjang tahun 2022 di Kabupaten Pasuruan mencapai 96,8%
mengalami peningkatan sebesar 0,2% dibanding tahun sebelumnya.
Gambar 7.23 Perkembangan Cakupan Pemberian Vitamin A pada Balita Kabupaten
Pasuruan Tahun 2021 – 2022

2021 2022

100,2 100,8

98
96,8
96,6 96,2
96,2
96,1

Bayi Balita (6-59bulan) Balita (12-59bulan) Ibu Nifas

Sumber: Subko Kesga & Gizi Masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan

5. Cakupan Bayi Baru Lahir Mendapat IMD dan Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada awal kelahiran merupakan salah satu prinsip
menyusui yaitu dimulai sedini mungkin dan secara eksklusif. Di Indonesia akhir –
akhir ini sedang digiatkan satu program yang disebut Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
yang dapat memberikan keuntungan baik bagi bayi maupun bagi ibu. World Health
Organization (WHO) telah merekomendasikan kepada semua bayi untuk
mendapatkan kolostrum yaitu ASI pada hari pertama dan kedua untuk melawan

26
berbagai infeksi dan mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan (Adriani, 2010).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa upaya pencegahan untuk mengurangi angka
kesakitan dan angka kematian bayi salah satunya dengan pemberian ASI eksklusif
sebagai salah satu tindakan pencegahan infeksi yang merupakan penyebab tertingi
kematian pada Bayi.
Gambar 7.24 Perkembangan Bayi Baru Lahir Mendapat IMD dan Pemberian ASI Eksklusif di
Kabupaten Pasuruan Tahun 2020-2022
IMD ASI Eksklusif

82,5
81,1
79,2
76,8
76,2

71,15

2020 2021 2022

Sumber : Subko Kesga & Gizi Masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan
Cakupan IMD Kabupaten Pasuruan mencapai 82,5% diikuti dengan capaian ASI
Eksklusif sebesar 79,2% ada peningkatan capaian sebesar 1,4% pada cakupan IMD
dan peningkatan yang signifikan pada cakupan pemberian ASI Eksklusif sebesar
7,7%. Determinan cakupan IMD dan pemberian ASI Eksklusif terbagi menjadi faktor
predisposisi yang meliputi; pengetahuan, sikap dan kepercayaan. Faktor berikutnya
adalah faktor pemungkin biasanya diindikasikan oleh adanya dukungan sosial
terhadap perilaku kesehatan seperti dukungan suami/keluarga untuk melakukan
IMD dan pemberian ASI Eksklusif. Selanjutnya ada faktor penguat berupa faktor
penyerta yang memberikan akibat atas sebuah perilaku, misalnya jika Ibu
mengabaikan pemberian IMD dan ASI Eksklusif berdampak pada status kesehatan
bayi baru lahir.

27
PENGENDALIAN PENYAKIT
A. Penyakit Menular Langsung
1. Tuberkolosis Paru (TB)
Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan suatu penyakit kronik menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Kemenkes RI, 2019). TB paru
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat secara global yang menjadi penyebab
kematian ke-13 dan pembunuh menular kedua setelah COVID-19. dengan angka
kematian mencapai angka 13 orang per-jam. Oleh karena itu perlu, dilakukannya
pengobatan TB yang tepat guna sehingga waktu pengobatan TB dapat berjalan efisien.
Berikut adalah angka keberhasilan TB (success rate) di Kabupaten Pasuruan yang
menggambarakan trend perkembangan metode pengobatan yang diimplematasikan.
Tabel 8.1 Angka Keberhasilan Pengobatan TB (Succes Rate) Kabupaten Pasuruan Tahun 2019-2022

Target Target
No Indikator Program 2019 2020 2021 2022
Nasional Jatim
1 Success Rate > 85 % >90% 91% 159% 85,5% 86,8

Sumber Data: Bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan


Tabel 8.2 Case Detection Rate (CDR) TB Kabupaten Pasuruan Tahun 2019-2022

No Indikator Program Target


Nasional 2019 2020 2021 2022
1 CDR >70% 83,52% 46.7% 67,7% 78,2
Sumber Data: Bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan
Nampak dari tabel diatas ada peningkatan persentase jumlah orang terduga TB,
hal ini dikarenakan adanya penurunan dalam upaya pencegahan dan pengendalian
TB selama pandemi COVID-19. di Indonesia yaitu menurun sebesar 25%-30%
(Rusiana, 2021). Perilaku pencegahan dan pengendalian TB paru merupakan salah
satu perilaku kesehatan (Notoatmodjo, 2018). Perilaku kesehatan merupakan
tindakan individu maupun kelompok terkait kesehatan untuk peningkatan kualitas
hidup yang didalamnya dipengaruhi oleh keyakinan, nilai, persepsi, sikap, dan lainnya
(Pakpahan et al., 2021). Keyakinan, nilai, persepsi dan sikap masayarakat didukung
oleh adanya kemudahan masyarakat dalam memperoleh informasi terkait
tuberkulosis sehingga meningkatkan pemahaman mengenai tuberkulosis sehingga
dapat melakukan pencegahan dan pengendalian yang baik.

28
2. Pneumonia
Penyebab pneumonia dapat virus, bakteri, jamur, protozoa, atau riketsia,
pneumonitis hipersensitivitas dapat menyebabkan penyakit primer. Pneumonia
terjadi akibat aspirasi. Pada klien yang diintubasi, kolonisasi trakhea dan terjadi
mikroaspirasi sekresi saluran pernapasan atas yang terinfeksi. Tidak semua
kolonisasi akan mengakibatkan pneumonia. Sebagian besar gambaran klinis
pneumonia anak-balita berkisar antara ringan sampai sedang hingga dapat berobat
jalan saja. Hanya sebagian kecil berupa penyakit berat mengancam kehidupan dan
perlu rawat-inap. Berdasarkan data yang dihimpun dari Bidang P2P Dinas Kesehatan
Kabupaten Pasuruan Prevalensi Pneumonia pada tahun 2022 mencapai 52% dengan
persentase Puskesmas yang telah melaksanakan tata laksana sesuai standar sebesar
93,9%.

3. HIV (Human Immunodeficiency Virus)


HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan patogen yang menyerang
sistem imun manusia, terutama semua sel yang memiliki penanda CD 4+
dipermukaannya seperti makrofag dan limfosit-T. HIV merupakan virus yang
menyebabkan kondisi AIDS (acquired Immunodeficiency Syndrome) dimana kondisi
immunosupresif yang berkaitan erat dengan berbagai infeksi oportunistik,
neoplasma sekunder, serta manifestasi neurologic tertentu akibat infeksi HIV (Kapita
Selekta, 2014). HIV terdapat di dalam cairan tubuh seseorang yang telah terinfeksi
seperti didalam darah, Air Mani ( Cairan Sperma ) atau Cairan Vagina dan Air Susu
Ibu. Sebelum HIV berubah menjadi AIDS, penderitanya akan tampak sehat dalam
kurun waktu kira-kira 5 sampai 10 tahun. Walaupun tampak sehat, mereka dapat
menularkan HIV pada orang lain melalui hubungan seks yang tidak aman, transfusi
darah atau pemakaian jarum suntik secara bergantian.
Persentase orang dengan risiko terinfeksi HIV mendapatkan pelayanan deteksi
dini HIV sesuai standar di Kabupaten Pasuruan mencapai 105,5% artinya telah ada
upaya yang optimal dalam meminimalkan jumlah kasus HIV. Berdasarkan kelompok
umur penderita HIV paling banyak ditempati kelompok umur 25-49 tahun. Fakta
tersebut menunjukkan bahwa penderita HIV didominasi kelompok usia produktif,
tentu hal ini berdampak pada produktivitas dan indeks kesejahteraan masyarakat.
Oleh karena itu, perlu diupayakan penanganan dan pengendalian HIV/AIDS yang

29
adekuat. Upaya penanganan tersebut dibuktikan melalui persentase ODHIV baru
mendapatkan pengobatan sebesar 48%. Capaian tersebut diharapkan dapat
meningkat setiap tahunnya melalui manajemen pengendalian penyakit yang
terstruktur dan kontinu.

4. Diare
Diare adalah kejadian frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat
pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja dalam satu hari (24 jam). Ada tiga
jenis diare menurut lama terjadinya yaitu diare akut, diare persisten dan diare kronik.
Angka kesakitan Diare per 1.000 penduduk untuk semua kelompok umur sebesar
26,9% dan kelompok Balita sebesar 11,97%. Beberapa literatur menyebutkan angka
kesakitan diare berhubungan dengan angka kesakitan dan kematian anak diberbagai
negara. Tingginya angka kematian anak balita di Indonesia berdasarkan hasil survei
demografi kesehatan Indonesia menunjukkan angka kematian neonatum sebesar 15
per-seribu kelahiran hidup, angka kematian bayi sebesar 24 per-seribu kelahiran
hidup, dan angka kematian balita sebesar 32 per-seribu kelahiran hidup (SDKI, 2017).

5. Hepatitis B pada Ibu Hamil


Infeksi virus hepatitis B (HBV) saat ini telah dikenal sebagai salah satu masalah
utama masyarakat di seluruh dunia. Telah diperkirakan sebesar 350–400 juta
individu di seluruh dunia mengalami infeksi kronik virus hepatitis B. Selain itu, yang
cukup menarik perhatian adalah hampir 50% dari seluruh individu ini mendapatkan
penularan virus hepatitis B dari transmisi atau penularan perinatal. Gejala klinis pada
pasien yang terinfeksi virus hepatitis B seperti pada umumnya, tidak berbeda antara
wanita hamil dan wanita yang tidak hamil. Terapi hepatitis B pada wanita hamil
biasanya ditunda sampai dengan trimester 3 untuk menghindari transmisi perinatal.
Berkaitan dengan terapi tersebut perlu dilaksanakan deteksi dini Hepatitis B
pada ibu hamil dengan total yang diperiksa pada tahun 2022 sebanyak 22.708 orang,
dari pemriksaan tersebut didapati ada 2% ibu hamil reaktif Hepatitis B. Pencegahan
transmisi perinatal dapat dilakukan dengan pemberian HBIg pada fetus dalam 12 jam
setelah lahir yang dikombinasikan dengan vaksinasi hepatitis B. Pada wanita hamil
dengan muatan virus yang tinggi, risiko transmisi perinatal mencapai >10%

30
walaupun dengan kombinasi HBIg dan vaksinasi. Oleh karena itu, supresi muatan
virus dengan analog nuklosida/nukleotida pada trimester ketiga direkomendasikan
untuk mencegah transmisi dan meningkatkan efektivitas HBIg dan vaksinasi pada
fetus.
Jumlah Bayi yang lahir dari Ibu Reaktif HBsAg dan mendapatkan HBIG tercatat
sebanyak 287 Bayi artinya secara keseluruhan bayi yang lahir dari Reaktif HBsAg
telah tercover HBIG. HBIG merupakan antibodi yang berfungsi sebagai imunisasi pasif
karena sudah dalam bentuk jadi. Sehingga ketika HBIG diberikan kepada bayi
maksimal 12 jam setelah lahir dari ibu reaktif HBsAg dapat mengeliminasi virus
hepatitis B. Pemberian imunisasi hepatitis tetap diberikan pada usia 0,1 dan 6 bulan.

6. Kusta
Penyakit Kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan
masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis
namun sampai masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan sosial
(Kemenkes RI, 2012). Angka penemuan kasus baru pada Kusta (New Case Detection
Rate/NCDR) Tahun 2022 di Kabupaten Pasuruan sebesar 6,4% mengalami
peningkatan sebesar 0,1% dari tahun sebelumnya. Pencapaian program baik
berdasarkan target Rencana Strategis, indikator kinerja dari rencana kerja dan target
program secara lengkap tergambar pada tabel berikut:
Tabel 8.3 Pencapaian Program Pemberantasan Penyakit Kusta Kabupaten Pasuruan 2019-2022

N Indikator Targe 2019 2020 2021 2022


1 Penduduk - 1.627.83 1.637.68 1.615.42 1.660.60

2 Penderita Terdaftar - 182 102 102 107

Prev. Rate per <1/


3 1,12 0.6 0.6 0,8
10.000 10.000
Penderita Baru <5/
4 1,09 5.6 6,2 6,4
CDR per 10.000 10.000
5 Proporsi MB - 39,01 84.2 91.2 84,8

6 Proporsi Cacat II < 5% 22,95 4.9 13.7 9,0


(%)
7 Proporsi Anak (%) < 5% 6,01 3.3 0 0
Sumber Data: Bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan

31
B. Pengendalian Penyakit yang Dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
Ada banyak penyakit menular di Indonesia yang dapat dicegah dengan imunisasi
yang disebut dengan Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I). Beberapa
kasus penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi di Kabupaten Pasuruan disertai
jumlah kasusnya diuraikan sebagaimana berikut:
Gambar 8.1 Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

59

4 2 0 0

Difteri Pertusis Tetanus Hepatitis B Campak


Neonatorum

Sumber Data: Bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan


Pada Gambar 8.1 diatas nampak Penyakit Campak sebagai jumlah kasus PD3I
tertinggi sepanjang tahun 2022, disusul oleh Difteri dan Pertusis. Campak memiliki
tingkat morbiditas dan mortalitas tinggi. Populasi yang tidak terlindungi diperkirakan
sekitar 90% dapat terinfeksi virus Campak. Kelompok yang rentan dan berisiko tinggi
tertular yaitu anak-anak dan invidu dengan kekebalan rendah (Kemenkes, 2013). Oleh
karena itu, perlu dilakukan perencanaan strategis dalam menurunkan mortalitas dan
morbiditas jumlah kasus PD3I melalui kegiatan yang terintegrasi dan massive seperti
catch up campaign (Penyuluhan), perbaikan sarana-prasarana program imunisasi dan
ketersediaan SDM Kesehatan yang kompeten.
1. Polio
Secara Internasional Indonesia sudah dinyatakan sebagai negara yang bebas
Polio, seiring dengan dilaksanakannya program imunisasi tambahan dalam rangka
pencapaian Erapo (Eradikasi Polio) yaitu Pekan Imunisasi Nasional (PIN) sebanyak 6
kali dan sub PIN sebanyak 3 kali. Non AFP rate merupakan target penemuan kasus per-
tahun. Tahun 2022 Kabupaten Pasuruan berhasil meningkatkan capaian AFP Rate
sebanyak 1,9% lebih tinggi 0,6% dibanding tahun sebelumnya. Capaian tersebut
menunjukkan keberhasilan dalam penemuan target AFP non-polio pada kelompok
sebaran penduduk berusia > 15 Tahun.

32
Difteri adalah jenis penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang
diawali dengan rasa sakit di tenggorokan, demam, lemas hingga membengkaknya
kelenjar getah bening selaput lender. Bakteri yang menginfeksi bernama
Corynebacterium diphtheria. Tahun 2022 kasus difteri di Kabupaten Pasuruan
cenderung stagnance berjumlah 4 orang, perlu intervensi yang tepat untuk eliminasi
penyakit ini. Berikut perkembangan kasus penyakit difteri di Kabupaten Pasuruan
Tahun 2020-2022:
Gambar 8.2 Perkembangan Jumlah Kasus Difteri Tahun 2020-2022

Laki-laki Perempuan

2 2 2 2

1 1

2020 2021 2022

Sumber Data: Bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan


3. Pertusis dan Tetanus Neonatorum (TN)
Pertussis juga biasa disebut sebagai Tussis Quinta, Whooping Caught, Batuk
Rejan ataupun Batuk Seratus Hari. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, terutama di
tempat-tempat yang padat penduduknya dan biasanya dapat berupa epidemik pada
anak. Pertusis di Kabupaten Pasuruan terdapat 2 (dua) kasus yang berada di wilayah
kerja Puskesmas Wonorejo dan Puskesmas Ngempit. Pencegahan penyakit ini adalah
dengan vaksinansi. Umumnya, vaksin pertusis diberikan bersamaan dengan vaksin
difteri dan vaksin tetanus, dalam bentuk vaksin DPT.
Tetanus Neonatorum merupakan sebuah penyakit tetanus yang menyerang pada
bayi baru lahir. Pada bayi baru lahir berisiko tinggi terkena tetanus neonatorum
apabila Sibayi dilahirkan dengan bantuan peralatan persalinan yang tidak steril.
Pencegahan dini dari tetanus neonatorum lebih diutamakan daripada pengobatan,
dikarenakan tingkat kematian penderita sangat tinggi. Tetanus neonatorum banyak
ditemukan di daerah perDesaan atau terpencil di mana fasilitas kesehatan dan tenaga
medis masih sulit untuk ditemukan. Perkembangan kasus TN di Kabupaten Pasuruan.
Dari tahun 2020 – 2022 berhasil ditekan hingga kasus menjadi nihil, hal ini perlu
dipertahankan untuk meningkatkan indeks kesehatan Kabupaten Pasuruan.

33
4. Campak
Campak atau measles adalah penyakit akibat infeksi virus yang ditandai dengan
demam, sakit tenggorokan, dan ruam di seluruh tubuh. Infeksi campak berawal dari
saluran pernapasan yang kemudian menular melalui percikan air liur. Cara
penularannya dari orang ke orang melalui percikan ludah dan transmisi melalui udara
terutama melalui batuk, bersin atau sekresi hidung. Masa penularan 4 hari sebelum
rash dan 4 hari setelah rash.
Jumlah kasus campak di Kabupaten Pasuruan sebanyak 59 kasus, dengan
Incidence Rate Suspect sebesar 3,6. Insidensi tersebut menunjukkan ada sejumlah 4
kasus campak pada tiap 100.000 penduduk pada interval waktu tertentu. Campak
termasuk penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), untuk menilai
dampak imunisasi terhadap pencapaian strategi regional diperlukan surveilans
campak yang adekuat dan dapat memberikan arahan kepada program secara efektif
dan efisien.
5. Kejadian Luar Biasa (KLB)
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia
untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit. Kriteria
tentang Kejadian Luar Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen Nomor 451 Tahun 1991,
tentang Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Menurut
aturan itu, suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
a. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
b. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
c. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
d. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau
lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun
sebelumnya.
Kejadian luar biasa (KLB) sepanjang tahun 2022 ada sebanyak 6 kasus yang
tersebar di wilayah kerja Puskesmas Purwodadi, Wonorejo, Bangil, Kraton, dan
Ngempit dengan persentase penanganan < 24 jam sebesar 100%. Capaian penanganan

34
KLB tersebut menunjukkan kemmapuan petugas kesehatan dalam menangani
penyakit pada masa inkubasi rata-rata. Mengetahui masa inkubasi penyakit
memungkinkan petugas dalam mengidentifikasikan kasus-kasus sekunder (misalnya,
di kalangan anggota keluarga), pertama- tama tetapkanlah tempat tiap kasus menurut
saat mulai sakit dan keluarganya. Sehingga dapat dirumuskan penanganan KLB yang
efektif dan efisien.

C. Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik


1. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue tipe 1-4, dengan manifestasi klinis demam mendadak 2-7 hari disertai gejala
perdarahan dengan atau tanpa syok, disertai pemeriksaan laboratorium menunjukkan
trombositopenia (trombosit kurang dari 100.000) dan peningkatan hematokrit 20% atau
lebih dari nilai normal. Kasus DBD di Kabupaten Pasuruan Tahun 2022 ada sejumlah 513
kasus, kondisi meninggal sebanyak 6 kasus sehingga Case Fatality Rate (CFR) mencapai
1,2%.
Angka Kesakitan DBD per-100.000 penduduk mencapai 30,9% artinya ada
peningkatan dari tahun sebelumnya, kasus DBD mengalami peningkatan karena terjadi
peralihan antara musim panas dengan musim penghujan. Oleh karena itu, perlu terus
melakukan sosialisasi dan edukasi kepada warga untuk melakukan pencegahan terhadap
penyakit DBD.

2. Malaria
Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi, yaitu bayi, anak balita,
dan ibu hamil. Selain itu, malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat
menurunkan produktivitas kerja. Kondisi kasus Malaria di Kabupaten Pasuruan Tahun
2022 menunjukkan peningkatan Angka Kesakitan (Annual Parasite Incidence) per 1.000
penduduk dari 0 ‰ menjadi 0,0078 ‰. Jika nilai API < 1‰ artinya kasus Malaria dalam
suatu wilayah selama kurun waktu 1 (satu) tahun itu berkategori Low Case Incidence
(LCI). Rekomendasi kegiatan yang diberikan untuk masing-masing Puskesmas adalah
dengan mempertahankan kegiatan pemberantasan vektor berupa penyemprotan
rumah (fogging), Evaluasi kegiatan penyemprotan rumah (Bioassay test), Refreshing

35
Kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik) serta meningkatkan tindakan pencegahan
berbasis masyarakat.
3. Filariasis
Filariasis merupakan jenis penyakit reemerging desease, yaitu penyakit yang
dulunya sempat ada, kemudian tidak ada dan sekarang muncul kembali. Epidemiologi
filariasis yaitu tersebar didaerah-daerah endemik, 80% penduduk bisa mengalami
infeksi tetapi hanya sekitar 10 - 20% populasi yang menunjukkan gejala klinis Infeksi.
Kondisi penderita kronis Filariasis baru di Kabupaten Pasuruan ditemukan sejumlah 1
kasus dengan kasus kronis tahun sebelumnya sebanyak 6 kasus. Pencegahan filariasis
dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk (mengurangi kontak dengan
vektor) misalnya menggunakan kelambu sewaktu tidur, menutup ventilasi dengan kasa
nyamuk, menggunakan obat nyamuk, mengoles kulit dengan obat anti nyamuk, ,
memelihara ikan pada kolam, dan memberikan obat anti filariasis (DEC dan Albendazol)
secara berkala pada kelompok beresiko tinggi terutama di daerah endemis.
4. Corona Virus Disease (COVID-19.)
COVID-19. disebabkan oleh betacoronavirus jenis baru yang cenderung mirip SARS-
CoV dan MERS-CoV. Salah satu cara virus corona menyebar dapat melalui kontak dekat
dan melalui saluran pernafasan. Sesak napas merupakan salah satu tanda dan gejala dari
pasien yang menderita COVID-19.. Angka Kematian (Case Fatality Rate/CFR) COVID-19.
pada tahun 2022 sebesar 3,2% dengan angka kesembuhan (Recovery Rate/RR) sebesar
96,7%. Berikut diuraikan perkembangan angka kematian dan angka kesembuhan kasus
COVID-19. :
Gambar 8.3 Trend Case Fatality Rate dan Recovery Rate COVID-19. Tahun 2021-2022

2022 2021

96,7
RR
95,36

3,2
CFR
7,7

Sumber Data: Bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan

36
Berdasarkan Gambar 8.3 nampak kondisi CFR dan RR berbanding terbalik tiap
tahunnya, jika di tahun 2021 Angka Kematian (Case Fatality Rate/CFR) mencapai 7,7
% maka di tahun berikutnya mengalami penurunan yang signifikan. Begitu pula
dengan angka kesembuhannya pada tahun 2022 mengalami peningkatan sebesar
1,34%. Melalui capaian diatas dapat dikatakan manajemen pengendalian COVID-19.
yang melibatkan peran lintas program dan lintas sektor di Kabupaten Pasuruan sukses
menekan prevalensi COVID-19. Hal ini dibuktikan dengan capaian vaksinasi yang
mencapai 92% dengan sasaran Lansia sebanyak 108.905 orang, kelompok masyarakat
rentan dan masyarakat umum sebanyak 1.073.199 orang dan pada kelompok usia
Anak sebanyak 120.653 orang.

D. Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM)


1. Hipertensi
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di
dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana
tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko
terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Jumlah
estimasi penderita hipertensi berusia ≥ 15 tahun di Kabupaten Pasuruan pada Tahun
2022 sebanyak 402.656 penderita dengan persentase yang mendapat pelayanan
kesehatan sebesar 90,2%.
Gambar 8.4 Pelayanan Kesehatan bagi Penderita Hipertensi

102,7 100 100 100 100,1 100 100 100 100 99,4100,7 102,1100,1 100 104,3 100,396,7 100
96,3 96,4 95 91,4
87,8
79,7 80,8 80,1
74,7 72,5 75,4 76,5
57,5 56,1 60,3

Sumber Data: Bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan

37
2. Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang akan
meningkat jumlahnya di masa yang akan datang. Hal ini diduga karena perubahan pola
makan masyarakat yang lebih banyak mengonsumsi makanan yang mengandung
protein, lemak, gula, garam, dan mengandung sedikit serat. Tercatat ada 26.694 orang
Penderita DM yang tercatat sepanjang tahun 2022 di Kabupaten Pasuruan dengan
persentase pelayanan kesehatan sesuai standar bagi penderita DM sebesar 109,1%.
Berikut rincian capaian pelayanan penderita DM di Kabupaten Pasuruan:
Gambar 8.5 Pelayanan Kesehatan bagi Penderita Diabetes Melitus

178,6
159,7

139,2 140
123,4
116,4 111,8
110 105,9 105 103,7 102,5 101,4 107,9 103,5
103,4 100 101,3 100,2 100,5 99,5 100 100 100 100 100 100,4 102,4 100 100,3
93,2
85,3
74,4

Sumber Data: Bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan

3. Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara


Kanker serviks merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim
(serviks), yaitu bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina
(Hartati dkk., 2014). Berdasarkan pemaparan tersebut kanker serviks atau yang
dikenal juga dengan sebutan kanker leher rahim merupakan kanker ganas yang
tumbuh dileher rahim yang disebabkan oleh Human Papiloma Virus. Kanker ini dapat
dicegah dengan melakukan pemeriksaan sedini mungkin, tujuannya adalah untuk
memperlambat atau menghentikan kanker pada stadium awal. Deteksi dini kanker
serviks dapat ditempuh melalui Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA, pemeriksaan ini
direkomendasikan untuk daerah dengan sumber daya rendah dan diikuti dengan
cryotherapy untuk hasil IVA positif. Cakupan Pemeriksaan IVA di Kabupaten Pasuruan
mencapai 5,4% dengan Krioterapi (cryotherapy) sebesar 3,1% dan IVA Positif yang

38
dicurigai kanker leher Rahim dirujuk sebesar 97.9%.

Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling sering


ditemukan pada wanita di seluruh dunia (22% dari sernua kasus baru kanker pada
perempuan) dan menjadi urutan kedua sebagai penyebab kematian terkait kanker
setelah kanker paru (Hero, 2021). Anamnesis penderita kelainan payudara harus
meliputi keluhan yang dialami misalnya benjolan di payudara bilateral atau unilateral,
apakah benjolannya nyeri atau tidak. Pemeriksaan klinis Payudara yang dikenal
dengan istilah SADANIS yakni Pemeriksaan Payudara secara Klinis dilakukan oleh
tenaga kesehan, hal ini bertujuan menghindari potensi munculnya kanker payudara,
dan melakukan deteksi dini diharapkan penderita bisa segera menemukan kanker
pada stadium yang lebih dini. Cakupan pemeriksaan SADANIS Kabupaten Pasuruan
sebesar 0,1%, cakupan tersebut masih sangat jauh dari target nasional diharapkan
masing-masing Puskesmas dapat melaksanakan catch up campaign pada sasaran
Perempuan usia 30-50 Tahun.

4. Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)


Gangguan jiwa adalah bentuk dari manifestasi penyimpangan perilaku akibat
distorsi emosi sehingga ditemukan tingkah laku dalam ketidakwajaran. Hal tersebut
dapat terjadi karena semua fungsi kejiwaan menurun (Nasir, Abdul & Muhith, 2011).
Pelayanan kesehatan jiwa antara lain pelayanan promotif preventif yang bertujuan
meningkatkan kesehatan jiwa ODGJ berat (psikotik) dan mencegah terjadinya
kekambuhan dan pemasungan. Cakupan Pelayanan Kesehatan jiwa tahun 2022
berhasil dilaksanakan sebesar 103,4%, tentunya ada peningkatan capaian dibanding
tahun sebelumnya sebesar 5,2%. Pelayanan kesehatan jiwa pada orang dengan
gangguan jiwa meliputi; edukasi dan evaluasi tentang tanda dan gejala gangguan jiwa,
kepatuhan minum obat dan informasi lain terkait obat, mencegah tindakan
pemasungan, kebersihan diri, sosialisasi, kegiatan rumah tangga dan aktivitas bekerja
sederhana dan atau tindakan kebersihan diri orang dengan gangguan jiwa berat.

39
Profil Laboratorium Kesehatan Daerah
1. Lokasi
Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Pasuruan merupakan UPT
Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan adalah bagian integral dari pelayanan
Kesehatan yang diperlukan untuk menunjang upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan, dan pengobatan, serta pemulihan kesehatan. UPT
Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Pasuruan di Jl. dr. Wahidin
Sudiro Husodo No. 24 Petamanan, Kec. Panggungrejo, Kota Pasuruan, Jawa
Timur.
Sehubungan dengan lokasi UPT Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten
Pasuruan yang berada di wilayah kota Pasuruan sesuai kebijakan Bupati
Pasuruan akan direlokasi ke Jl. dr. Soetomo, Bangil.
2. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Bupati Pasuruan Nomor 47 Tahun 2018 tentang
Pembentukan, Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Laboratorium Kesehatan Daerah pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Pasuruan menyebutkan bahwa Struktur Organisasi UPT
Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Pasuruan terdiri dari Kepala
UPT dan dibawahnya terdapat kelompok Jabatan Fungsional / jabatan
Pelaksana sesuai skema struktur dibawah ini :

40
Penanggung Jawab
Ka. UPT Kesh. Labkes. Kab Pas

Kelompok Jabatan
Fungsional

Jabatan Pelaksana

Sumber:
SK Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan, No. 440/1154/424.052/2014 Tahun 2014 struktur
organisasi Laboratoriun Kesehatan Daerah Kabupaten Pasuruan berdasarkan SK Bupati No. 47 Tahun 2018

1. Sarana, Prasarana Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Pasuruan


1.1 Sarana
Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Pasuruan memiliki satu bangunan
tersendiri yang lokasinya satu komplek dengan Gedung perkantoran, yang
terdiri dari :
41
a. Ruang Administrasi Laboratorium
 Ruang Tunggu
 Loket Pendaftaran
 Ruang Tata Usaha
 Ruang Pimpinan
 Ruang Rapat / Ruang Serbaguna
 Ruang Pengolahan Data / Admin Hasil
 Ruang Admin Lab kesmas
 Ruang Bidang Pengendalian Mutu
b. Ruang Penunjang Laboratorium
 Ruangan Cuci
 Toilet Petugas / Karyawan
 Toilet Pasien / Pengunjung
 Ruang Media & Reagen / Alat & Bahan Kimia
 Gudang ATK & Alat Rumah Tangga
 Ruang Simpan Alat
 Ruang Sterilisasi
 Pengolahan Limbah Cair
 Bak Penampungan Air Bawah
 Bak Penampungan Air Atas
 Ruang Panel
 Gudang Media & Reagen
 Ruang RO
 Ruang AHU
c. Ruang Pelayanan Teknis / Pemeriksaan Labkes
 Ruang Pemeriksaan Laboratorium
 Ruangan Sterilisasi
 Ruangan Timbang
 Ruang Hematologi
 Ruangan Urine & Tinja
 Ruang Mikrobiologi Lingkungan
 Ruangan Kimia Klinik
 Ruang Biologi Molekuler (BSL 2)
 Ruang Lab Air
 Ruang AAS / ICP / Hg-analyzer
 Ruang Simpan Sampel
 Ruang Spektrofotometer
 Ruang Instrumen 42
 Ruang Reagen

1.2 Prasarana
Prasarana yang ada di Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten
Pasuruan terdiri dari Sumber listrik, sumber air, pengkondisian Udara (AC),
Sistem Telekomunikasi, Kendaraan Operasional Pelayanan, Penanggulangan
bahaya kebakaran dan Pengolahan limbah. Semua Prasarana tersebut
terdapat dalam Aplikasi Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan (ASPAK)
seperti gambar dibawah ini :
43
2. Sarana, Prasarana Laboratorium Kesehatan Daerah
Kabupaten Pasuruan
Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Pasuruan memiliki 15
Orang SDM yang terdiri dari
a. Penanggung Jawab Laboratorium Kesehatan
dr. Inayati : Kepala Laboratorium Kesehatan
b. Kelompok jabatan Fungsional
1. Dyah Puspitaningsh, Amd.AK. : Pranata
Laboratorium
2. Kasiyani, Amd.AK. : Pranata
Laboratorium
3. Tri Sari Cindarwati, Amd.AK : Pranata
Laboratorium
4. Amik Ika Yuli Maya Sari, Amd.AK : Pranata
Laboratorium
5. Rukhil Lailah, S.Si : Biologi Murni
6. Dewi Arfina Prasetyo Ningrum : Analis Kimia
c. Kelompok Jabatan Pelaksana
1. Laila : Pramu Bakti
2. Setyo Budi : Administrasi Umum
3. Ika Putri Mardianti : Kepegawaian
4. Maria Ulfa, S.TP : Bendahara
5. Ratna Dewi Istiqomah, S.Pd : Pengelola Barang
6. Muhammad Ghozi : Cleaning Service
7. Mukhammad Faisal : Cleaning Service
8. Mukhamad Vicky Rizal : Driver

5. Ketersediaan Alat Berdasarkan Jumlah Dan


Fungsi Pada UPT Laboratorium Kesehatan
Kabupaten Pasuruan
Semua Alat Kesehatan yang ada pada UPT Laboratorium
Kesehatan Kabupaten Pasuruan sudah tercatat dan terlaporkan

4
4
pada Aplikasi Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan (ASPAK)
Kementerian Kesehatan sesuai gambar dibawah ini :

4
5
4
6
4
7
BAB III
USULAN PERALATAN SESUAI STANDAR FUNGSI
LABKESMAS TINGKAT II

Untuk menuju UPT Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Pasuruan


menjadi Labkesmas Tingkat II sesuai arahan Kementerian Kesehatan, tentu perlu
dilakukan penyesuaian peralatan yang sesuai standar Labkesmas Tingkat II. Saat ini
masih banyak peralatan yang belum dimiliki oleh UPT Laboratorium Kesehatan
Kabupaten Pasuruan jika harus menyesuaikan Standar Labkesmas Tingkat II.
Sehingga perlu adanya usulan peralatan untuk bisa menjadi Labkesmas Tingkat II
yang sesuai Standart. Berikut adalah Tabel data alat yang ada pada UPT
Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Pasuruan (Eksisting) dan Permohonan
Alat untuk menuju UPT Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Pasuruan
menjadi Labkesmas tingkat II. Data terlampir

4
8
49

Anda mungkin juga menyukai