1. Rumusan Permasalahan
Data Biro Pusat Statistik menyajikan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2008
sebesar 228.532.342 jiwa. Penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 50 % dan
penduduk usia 014 tahun sebanyak 27,23%. Memperhatikan komposisi ini dapat diketahui
peran vital perempuan dalam fungsi reproduksi dan penentuan derajat kesehatan ibu dan
anak.
Hambatan sosial ekonomi budaya yang dihadapi sepanjang siklus hidup perempuan
merupakan akar masalah budaya kesehatan maternal yaitu hamil, bersalin dan nifas. Melalui
pendekatan siklus hidup diketahui bahwa masalah mendasar kesehatan perempuan telah
terjadi jauh sebelum memasuki usia reproduksi.
Kesehatan dan status gizi perempuan sampai saat ini masih masalah utama dan
semakin memprihatinkan dapat terlihat dari Angka Kematian Ibu dimana Indonesia
menduduki peringkat paling tinggi di ASEAN, meningkatnya AKI disebabkan oleh lemahnya
posisi perempuan dimasyarakat misalnya pernikahan diusia muda, hamil di usia muda, terlalu
sering hamil atau terlalu tua hamil. Pada penelitian lainnya mengungkapan adanya hubungan
yang sangat erat secara statistic, antara penolong persalinan oleh tenaga kesehatan dengan
angka kematian ibu maternal. Dimana semakin tinggi cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang kompeten maka angka kematian maternal akan mengalami penurunan
dan sebaliknya bila cakupannya rendah maka MMR akan meningkat. Hal tersebut masih
terbentur permasalahan yang berkaitan dengan belum meratanya distribusi tenaga kesehatan
khususnya bidan serta kualitas bidan yang diharapkan dapat menjadi agen perubahan
dimasyarakat.
Departemen kesehatan telah mendidik bermacam jenis profesi tenaga kesehatan,
dimana tujuan awalnya adalah untuk memenuhi kebutuhan program pemerintah dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Namun dalam perkembangannya kebutuhan
akan tenaga kesehatan juga mempertimbangkan tuntutan pasar dan kebutuhan berbagai
segmen masyarakat sehingga terjadi perkembangan jumlah pendidikan kebidanan yang pesat
namun tidak diimbangi dengan pengendalian mutu lulusan yang juga akan mempengaruhi
kualitas pelayanan kesehatan. Berbagai faktor atau determinan yang mempengaruhi derajat
kesehatan antara lain adalah lingkungan (fisik, biologik, dan sosial), perilaku dan gaya hidup,
faktor genetis, dan pelayanan kesehatan. Dalam system kesehatan itu sendiri, menurut Sistem
Kesehatan Nasional (Depkes, 2004), paling tidak terdapat enam subsistem yang turut
menentukan 11 kinerja sistem kesehatan nasional yaitu subsistem upaya kesehatan,
pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia (SDM) kesehatan, obat dan perbekalan
kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan manajemen kesehatan. Dalam subsistem SDM
kesehatan, tenaga kesehatan merupakan unsure utama yang mendukung subsistem kesehatan
lainnya. Yang dimaksud dengan tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara
aktif dan profesional di bidang kesehatan, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
dalam melakukan upaya kesehatan. Subsistem SDM kesehatan bertujuan pada tersedianya
tenaga kesehatan yang bermutu secara mencukupi, terdistribusi secara adil, serta
termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya- guna, untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya (Depkes, 2004).
Rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk belum memenuhi target yang
ditetapkan sampai dengan tahun 2010. Sampai dengan tahun 2008, rasio tenaga kesehatan
untuk bidan 43,75 dibanding target 75. Dari pendataan tenaga kesehatan pada tahun 2010,
ketersediaan tenaga kesehatan di rumah sakit milik pemerintah (Kementerian Kesehatan dan
Pemerintah Daerah), telah tersedia 68.835 perawat/bidan. Dengan memperhatikan standard
ketenagaan rumah sakit yang berlaku, maka pada tahun 2010 masih terdapat kekurangan
tenaga kesehatan di rumah sakit milik pemerintah (Kementerian Kesehatan dan Pemerintah
Daerah), sejumlah 6.677 perawat/bidan. Dengan demikian kekurangan tenaga kesehatan di
rumah sakit akan lebih besar lagi bila dihitung kebutuhan tenaga kesehatan di RS milik
kementerian teknis lainnya, Rumah Sakit/Lembaga Kesehatan TNI dan POLRI serta Rumah
Sakit Swasta. Sedangkan di Puskemas pada tahun 2010 telah tersedia 83.000 bidan. Pada
tahun yang sama, di Puskesmas di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan (DTPK) telah
tersedia tenaga kesehatan sebanyak 496 bidan. Dengan memperhatikan standard ketenagaan
Puskesmas yang berlaku, maka pada tahun 2010 masih terdapat kekurangan tenaga kesehatan
di Puskesmas, sejumlah 21.797 bidan. Pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan untuk daerah
tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan tahun demi tahun diupayakan untuk
ditingkatkan, namun belum dapat mencapai harapan.
Izin DIKTI
Pulau
Rekomendasi
DEPKES
D III
S1
S2
D III
S1
S2
D III
Sumatera
57
IV
17
34
IV
5
138
Jawa
141
26
31
111
Bali+Nusa
10
11
Tenggara
Kalimantan
13
18
Sulawesi
52
13
Maluku+Papua
Jumlah
276
48
84
21
293
tabel
2.1 dapat
dilihat
berdasarkan
status
kepemilikan
untuk
Izin
Penyelenggaraan D III dibawah DIKTI paling banyak di pulau Jawa (160 D III Kebidanan),
D III Kebidanan yang mempunyai dua izin penyelenggaraan DIKTI dan DEPKES paling
banyak berada di pulau Jawa (141 D III kebidanan), sedangkan D III Kebidanan izin
penyelenggaraaan di bawah DEPKES paling banyak di pulau Sumatera (34 D III kebidanan).
2. Data Mahasiswa
Data jumlah mahasiswa yang olah hanya dari sebagian institusi yang ada terdiri dari 437
D III Kebidanan, 45 D IV Bidan Pendidik, Dua S 1 Kebidanan dan satu S2 Kebidanan. (242
Institusi D III Kebidanan dan 24 D IV Kebidanan yang mempunyai data tidak lengkap)
a. Jumlah Mahasiswa Per Pulau
Tabel 2.2
Jumlah Mahasiswa berdasarkan wilayah di Indonesia tahun 2008/2009
Pulau
Sumatera
Jawa
Bali+Nusa
D III
38286
50720
2884
JENJANG PENDIDIKAN
D IV
S1
617
0
2710
336
0
0
Jumlah
S2
0
120
0
38903
53886
2884
Tenggara
Kalimantan
3822
75
0
0
3897
Sulawesi
13836
0
0
0
13836
Papua+Maluku
380
0
0
0
380
Jumlah
109928
3402
336
120
113786
Sumber : Data Pusdiknakes, Data EPSBED - 17/08/2010 (www.evaluasi.or.id)
Berdasarkan tabel 5.2 dapat di ketahui hampir setengah (47,4%) jumlah mahasiswa
bidan berada di pulau Jawa.
Tabel 2.3
Jumlah Mahasiswa berdasarkan Status Kepemilikan izin tahun 2008/2009
Pulau
Sumatera
Jawa
Bali + Nusa
D IV
617
2710
0
S1
0
336
0
S2
0
120
0
Depkes
D III
1425
2165
330
dan DEPKES
D III
25467
14703
1793
Tenggara
Kalimantan
6909
75
0
0
490
1816
Sulawesi
1516
0
0
0
810
5957
Maluku+Papua
160
0
0
0
178
202
Jumlah
54592
3402
336
120
5398
49938
Sumber : Data Pusdiknakes, Data EPSBED - 17/08/2010 (www.evaluasi.or.id)
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui jumlah mahasiswa yang kuliah di institusi pemilik
izin dikti hampir seluruhnya (93,4 %) dari jenjang pendidikan DIII, mahasiswa yang kuliah
di institusi pemilik izin Depkes hampir setengahnya (40,1 %) berada di Jawa dan mahasiswa
yang kuliah di Institusi pemilik izin Dikti dan Depkes lebih daari setengahnya (50,99%)
berada di Sumatra.
Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 330/100.000 kelahiran hidup. (Dinas Kesehatan
Provinsi Sulawesi Selatan, 2008).
4.
tahun 2007 menyatakan bahwa praktik bidan berfokus pada upaya pencegahan, promosi
kesehatan, pertolongan persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak,
melaksanakan tindakan sesuai kewenangan atau bantuan lain jika diperlukan serta
melaksanakan tindakan kegawat daruratan. Bidan memiliki tugas penting dalam konseling
dan pendidikan kesehatan tidak hanya pada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan
masyarakat.
Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua
serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi
dan asuhan anak. Bidan berpraktik di semua fasilitas pelayanan, termasuk di rumah,
masyarakat, rumah sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.
Tabel 4.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Nakes Dan Jumlah
Bidan Tahun 2010
Pertolongan
Provinsi
K1%
K4 %
Persalinan oleh
Jumlah Bidan
NAD
90,36
81,80
Nakes
85,25
8.564
SUMUT
94,05
90,26
88,26
12.993
SUMBAR
RIAU
JAMBI
SUMSEL
BENGKULU
LAMPUNG
BABEL
KEPRI
JAKARTA
JABAR
JATENG
DIY
93,02
96,00
94,58
94,91
91,82
93,43
102,73
89,64
101,57
93,24
98,75
98,96
81,80
90,31
88,02
88,01
85,08
86,09
94,11
79,08
96,53
85,25
93,39
89,71
87,02
86,18
85,74
86,74
82,21
81,79
93,73
96,24
100
75,28
93,03
95,90
3.753
2.198
1.867
3.206
2.879
4.032
547
585
1.074
8.464
14.511
999
JATIM
95,92
85,90
92,96
10.523
BANTEN
98,04
79,67
79,33
1.992
BALI
97,50
91,87
95,76
1.787
NTB
82,80
83,63
75,69
1.210
NTT
90,73
63,72
85,54
3.124
KALBAR
89,07
81,11
73,24
1.597
KALTENG
91.76
80,60
77,68
1.328
KALSEL
95,31
83,59
85,08
1.918
KALTIM
92,88
80,36
80,23
712
SULUT
98,49
84,86
85,59
1.300
SULTENG
98,02
84,04
80,51
2.227
SULSEL
97,91
84,47
88,07
2.712
SULTRA
90,19
83,36
80,35
2.062
GORONTALO
92,91
82,65
83,62
307
SULBAR
77,22
57,04
62,45
563
MALUKU
82,09
69,69
67,10
946
MALUT
81,37
72,11
61,75
347
PAPUA BARAT
99,33
55,79
78,38
814
PAPUA
57,85
29,44
39,30
1.086
Jumlah
94,51
29,44
39,30
102.227
Sumber data : Profil kesehatan Indonesia, 2009 & PPIBI, 2010
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa semakin banyaknya jumlah bidan
yang terdapat diwilayah tersebut maka cakupan K1, K4 dan pertolongan persalinan dengan
tenaga kesehatan menunjukkan cakupan yang tinggi. Disisi lain, tergambar pula dibeberapa
propinsi yang memiliki cakupan K1, K4, Persalinan oleh tenaga kesehatan rendah juga
berada di Papua.
Gambar 4.2
Grafik Presentase balita menurut pertolongan persalinan
pertama di pedesaan tahun 2007
Keluarga ; 4%
Dokter ; 6%
Bidan; 46%
Dukun; 43%
Bidan
Dukun
Dokter
Keluarga
Lainnya
Gambar 4.3
Grafik Presentase Balita menurut Pertolongan Persalinan
pertama di Perkotaan tahun 2007
Keluarga
Dukun;
13% ; 1%
Dokter; 22%
Bidan; 64%
Bidan
Dokter
Dukun
Keluarga
Lainnya
AKI
Jumlah Bidan
2003
2004
2005
2001
Kep. Bangka Belitung
97
86
121
811
NTB
131
114
104
601
Sumber : Profil Kesehatan Reproduksi & MPS di Indonesia
2005
196
851
dapat menurunkan AKI pada daerah tersebut dan keadaan sebaliknya terjadi pada Kep.
Bangka Belitung dengan penurunan jumlah bidan dapat meningkatkan AKI. Dengan
demikian, dapat disimpulkan besarnya kontribusi
kematian ibu.
Namun tidak bisa dipungkiri bahwa kuatnya akar budaya di Indonesia menjadi salah
satu faktor penghambat upaya penurunan AKI, kehadiran dukun beranak dimasyarakat yang
lebih dekat dengan lingkungan masyarakat menjadikannya sosok yang dicari dalam upaya
pertolongan persalinan dimasyarakat terutama di desa terpencil.
300
283
250
200
229
150
100
73
50
0
22 0 0
35
0 0
24
2 1
36
0 0
3
0 0
7
Jenjang Pendidikan S1
Jenjang Pendidikan S2
0 0 0
8
Tahun
Poltekkes
Non Poltekkes
2006
3.287
4.977
2007
4.530
8.847
2008
3.957
5.174
2009
4.513
14.032
2010
4.012
13.816
Jumlah Total
20.299
46.846
Sumber data :Pusdiknakes, tahun 2010
Jumlah
8.264
13.377
9.131
18.545
17.828
67.145
Kemenkes berperan
memberikan intervensi lebih jauh pada kedua lembaga tersebut. Pembelajaran dari kebidanan
luar negeri bahwa setiap organisasi profesi memiliki Lembaga akreditasi Mandiri, walaupun
saat ini Lembaga tersebut belum ada, namun keberadaan IBI juga harus tetap dilibatkan
dalam memberikan masukan tentang AD/ART yang mengatur unsur-unsur SDM, penguji
serta syarat-syarat dalam akreditasi.
Pengetah
ANC
SosBud/
Gender
PNC
Biaya
KNifas
KB
Geografis/
Transport
asi
Kualitas
Pelayanan
Alur pikir diatas merupakan tantangan masa depan bagi kompetensi bidan dalam
upaya menurunkan AKI dengan memperhatikan setiap aspek terkait dimana perhatian tidak
hanya seputar keberadaan tenaga bidan dimasyarakat namun termasuk didalamnya kualitas
pelayanan. Besarnya tuntutan dimasyarakat dalam rangka komitmen bidan dalam membantu
menurunkan kematian Ibu dan bayi maka diperlukan analisa terhadap sistem pelayanan yang
selama ini telah berjalan sampai dengan permasalahan yang ada dalam institusi pendidikan
bidan yang sangat mempengaruhi kualitas lulusan.
Secara kulikuler para calon bidan dipersiapkan pengetahuan agar dapat berfungsi
sebagai bidan yang profesional yang dapat sebagai agen pembaharu dalam komunitasnya.
Dengan besarnya tuntutan bagi profesi bidan menjadikan bidan sebagai profesi yang
memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Mempunyai kemampuan klinik kebidanan yaitu :
pelayanan kebidanan, pelayanan keluarga berencana, pelayanan kesehatan masyarakat. 2.
Kemampuan untuk memberdayakan perempuan, melalui : pendidikan kesehatan dan
konseling,
pendampingan
serta
dukungan
terhadap
perempuan.
3.
Kemampuan
kepemimpinan bagi dirinya sendiri, pasien, teman kerja serta lingkungannya. 4. Sensitif
gender, memberikan pelayanan berkualitas dengan memperhatikan keadlian dan hak-hak
pasien terutama hak reproduksinya. 5. Memberikan pelayanan sepenuh hati, simpati, empati,
tulus ikhlas dan dapat bekerjasama dalam tim. 6. Menjadi sahabat perempuan sehingga dapat
turut serta memajukan perempuan dan memberikan pelayanan yang berfokus pada
perempuan. 7. Bidan selalu mengembangkan diri, belajar untuk meraih masa depan yang
membuat keseimbangan didalam hidup berkarya.
Diperlukan analisa dan kajian khusus yang lebih mendalam tentang kurikulum yang
tengan berjalan hingga saat ini mengingat keterampilan prima bagi bidan tidak hanya sebatas
keterampilan klinis, kebutuhan tersebut belum seutuhnya diakomodir oleh kurikulum yang
ada hingga saat ini.
Salah satu contoh upaya dalam meningkatkan perfomance bidan adalah melalui
pendidikan bidan yang dirancang oleh Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan (YPKP)
bersama
beberapa
LSM
perempuan
dan
Ikatan
Bidan
Indonesia
(IBI)
dengan
6121
5555
9171
3193
Berdasarkan data tersebut, pulau Jawa yang merupakan pulau terpadat penduduknya
juga memiliki bidan yang dengan jumlah tertinggi dibandingkan dengan Pulau lainnya,
namun Maluku + papua dengan kepadatan penduduk yang rendah disertai dengan jumlah
pindah yang rendah tidak berarti tidak memiliki permasalahan kesehatan yang kompleks.
Pengangkatan bidan PTT terbanyak berada di Provinsi Sumatera utara sejumlah 1.598
orang dengan jumlah pengangkatan untuk daerah kriteria terpencil 806 orang dan 792 orang
untuk daerah dengan kriteria biasa diikuti oleh provinsi kedua terbanyak yaitu Jawa Timur
sejumlah 1.179 orang dengan pengangkatan untuk daerah terpencil 77 orang dan 1.102 orang
untuk daerah kriteria biasa.
Sejak tahun 1990 pengangkatan tenaga kesehatan khususnya bidan hanya dalam
rangka menggantikan PNS yang sudah pensiun ataupun meninggal dunia. Hal ini berkaitan
dengan keterbatasan dana sehingga tidak memungkinkan bagi pemerintah Indonesia untuk
mengangkat semua jenis tenaga kesehatan sebagai pegawai negri. Antisipasi dalam
pemenuhan tenaga kesehatan adalah dengan adanya tenaga kesehatan yang digunakan dengan
sistem kontrak untuk ditempatkan diwilayah yang sangat dibutuhkan.
Rasio bidan Per 100.000 penduduk 2010
= Jumlah Bidan
x 100.000
= 151.55
115.551.647
Menurut Indikator Indonesia Sehat 2010, rasio bidan terhadap penduduk tahun 2010
diharapkan mencapai rasio 100 bidan per 100.000 penduduk. Pada tahun 2009 terdapat 3
propinsi yang telah mencapai rasio 100 bidan per 100.000 penduduk yaitu Aceh sebesar
153,3, Bengkulu sebanyak 123,64 dan Papua barat sebanyak 111,18 bidan per 100.000
penduduk.
Perkiraan jumlah tenaga kesehatan untuk melayani kebutuhan masyarakat sangat sulit
untuk dihitung, Rasio jumlah tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk tidak mudah
ditetapkan, karena penggunaan rasio yang tidak hati-hati dapat menyebabkan kesalah
pahaman. Sebagai contoh, disuatu daerah terpencil dengan penduduk yang jarang terkesan
kurang memerlukan tenaga kesehatan, padahal didaerah itu terdapat masalah kesehatan yang
mendesak, sebaliknya, didaerah padat penduduk dengan masalah kesehatan yang tidak begitu
bermakna tenaga kesehatan justru berlebihan, alhasil tenaga kesehatan menumpuk disentrasentra penduduk dengan tingkat ekonomi yang lebih maju. Hal demikian sudah berlangsung
sejak puluhan tahun yang telah lewat, tetapi ini merupakan tantangan untuk kemajuan
pembangunan kesehatan Indonesia.
SASARAN
STRATEGIS
TARGET
KEBUTUHAN
TENAGA
KESEHATAN
TERHADAP
JUMLAH
PENDUDUK
Tahun 2014
Tahun 2019
Tahun 2025
Target
Proyeksi Target
Proyeksi Target
Proyeksi
No
Jenis Tenaga
Rasio/100
Kebutuh Rasio/100
Kebutuh Rasio/100
Kebutuh
.000 pend
10
an
25.212
.000 pend
11
an
29.862
.000 pend
12
an
35.600
Spesialis
Dokter
40
100.850
45
122.164
50
148.334
3
4
5
6
7
8
Umum
Dokter Gigi
Perawat
Bidan
Perawat Gigi
Apoteker
Tenaga
12
158
100
15
9
18
30.255
398.357
252.124
37.819
22.691
45.382
13
180
120
18
12
24
35.292
488.657
325.771
48.866
32.577
65.154
14
200
130
21
15
30
41.534
593.336
385.668
62.300
44.500
89.000
Dokter
Teknis
9
10
11
12
Kefarmasian
SKM
Sanitarian
Gizi
Keterapian
13
15
10
4
32.776
37.819
25.212
10.085
15
18
14
5
40.721
48.866
38.007
13.574
18
20
18
6
53.400
59.334
53.400
17.800
13
Fisik
Keteknisian
14
35.297
16
43.436
18
53.400
Medis
Sumber Data : PPPSDMK, tahun 2014
Menurut PPPSDMK tahun 2014, sasaran strategis target kebutuhan tenaga bidan
berdasarkan rasio tenaga kesehatan
terhadap
penduduk 100 dan proyeksi kebutuhannya 252.124. Sedangkan untuk tahun 2019 Target
Rasio/100.000 penduduk 120 dan proyeksi kebutuhannya 325.771. Dan untuk tahun 2025,
Target Rasio/100.000 penduduk 130 dan proyeksi kebutuhannya 385.668.
Hipotesa
Ada hubungan antara penyebab kematian ibu dari segi klinis dengan faktor non klinis
dimana faktor pengetahuan, Sosbud/ Gender, Biaya, Geografi/transportasi merupakan
permasalahan yang paling mendasar. Ada hubungan dengan tingginya Angka kematian Ibu
dan bayi dengan tidak meratanya distribusi bidan dimasyarakat yang membuat akses
pelayanan kesehatan ibu terbatas. Ada hubungan antara penerapan kurikulum berbasis
keterampiln non klinis institusi pendidikan kebidanan dengan upaya penurunan AKI.
Referensi :
1. http://hpeq.dikti.go.id/v2/images/Produk/Potret_Ketersediaan_Dan_Kebutuhan_Tena
ga_Bidan.pdf
2. http://www.pdpersi.co.id/pusdiknakes/data/perkonas17192013/kapusrengunakes.ppt
3. http://www.who.int/workforcealliance/countries/inidonesia_hrhplan_2011_2025.pdf