Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sajian dari informasi yang menjadi cetak biru organisasi salah satunya adalah Profil.

Sebagai Annual Report Public Relation organisasi, Profil menjadi wajah dari capaian kinerja

organisasi dalam mewujudkan visi, misi, tugas pokok dan fungsinya. Gambaran singkat inti

organisasi mulai dari struktur organisasi dan kinerja organisasi yang telah dapat diraih menjadi

arah dalam menentukan pengambilan keputusan strategis di tahun-tahun mendatang.

Profil UPT Puskesmas Gedangsari Tahun 2016 menyediakan informasi sebagai acuan

dalam perencanaan program pada tahun berikutnya, juga sebagai evaluasi atas pelaksanaan

program kegiatan tahun-tahun sebelumnya (trend). Sumber data yang menjadi dasar

pembuatan profil utamanya adalah data-data yang sudah dilaksanakan dalam satu kurun waktu.

Profil UPT Puskesmas Gedangsari II Tahun 2016 disusun berdasarkan data kegiatan UPT

Puskesmas Gedangsari Tahun 2015. Isi profil sendiri merupakan potret dari status kesehatan

berbasis fasilitas di wilayah kerja UPT Puskesmas Gedangsari II yang meliputi 4 desa selama

Tahun 2015.

Harapannya ditahun-tahun mendatang data tersebut dapat dilengkapi dengan data

community base (survey, sensus, riset, dll) sehingga potret kesehatan di UPT Puskesmas

Gedangsari dapat dikaji dengan lebih holistic.

B. Tujuan

Untuk memberikan gambaran hasil pembangunan kesehatan di wilayah kerja UPT

Puskesmas Gedangsari tahun 2016 (data 2015).

C. Sistematika Penyajian

Bab I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang maksud dan tujuan serta sistematika penyajian Profil UPT

Puskesmas Gedangsari tahun 2016 (data 2015).

Bab II GAMBARAN UMUM

Bab ini menyajikan gambaran umum UPT Puskesmas Gedangsari yang meliputi : letak

geografis, administratif dan informasi umum lainnya yang berpengaruh terhadap

kesehatan
Bab III PROGRAM KESEHATAN UPT PUSKESMAS GEDANGSARI TAHUN 2016 Bab ini

menguraikan tentang program pokok kesehatan beserta jenis kegiatannya serta target yang

hendak dicapai dalam rangka menuju kecamatan sehat

Bab IV PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN UPT PUSKESMAS GEDANGSARI TAHUN 2016

Pada bab ini berisi pencapaian program yang telah dilaksanakan selama tahun 2015

dibandingkan dengan indicator yang ada

Bab V PENUTUP

Pada bab ini termuat kesimpulan, saran dan harapan ringkas dari pembuatan Profil UPT

Puskesmas Gedangsari tahun 2016(data 2015).


BAB II

KEADAAN UMUM DAN LINGKUNGAN

A. Geografi

UPT Puskesmas Gedangsari II terletak di bagian barat Kabupaten Gunungkidul.

Mempunyai luas wilayah 3.375.520.4 km2 Kondisi tanahnya 80% berbukit dan masuk dalam

jajaran pegunungan hampir di semua wilayah.

Wilayah UPT Puskesmas Gedangsari II dibatasi oleh :

1. Bagian timur : wilayah kecamatan Nglipar dan Ngawen

2. Bagian barat : wilayah kecamatan Patuk

3. Bagian utara : wilayah kabupaten Klaten Propinsi Jawa Tengah

4. Bagian selatan : wilayah kecamatan Nglipar dan Patuk

Secara administratif, wilayah UPT Puskesmas Gedangsari II dibagi menjadi 4 desa dan

29 dusun yaitu :

No Desa Jml dusun

1 Watugajah 6 dusun

2 Tegalrejo 11dusun

3 Sampang 6 dusun

4 Serut 6 dusun

Tabel 2.1.
Data Geografis UPT Puskesmas Gedangsari

Variable Geografis Angka

Luas wilayah 3.375.520.4 km 2


Jumlah desa 4
Jumlah dusun 29
Jumlah musim 2 (kemarau – hujan)
Curah hujan 3,024 mm
Jumlah hari hujan 122 hari
Suhu 22 – 34 o C
Kelembaban rata-rata Tinggi
Jenis tanah Kapur dan liat/tanah merah
Ketinggian 200-700 dpl
Sumber : Data kantor statistik bagian kependudukan Biro Tata pemerintahan setda DIY
(2015)
Jarak puskesmas ke kabupaten kurang lebih 25 km sedangkan jarak rata-rata ke propinsi

kurang lebih 55 km.

B. Demografi
Tabel 2.2.
Indicator Kependudukan UPT Puskesmas Gedangsari II Tahun 2015

Variable kependudukan Angka/Rate/Ratio

Jumlah penduduk 20.301


- Laki-laki 10.217
- Perempuan 10.084
- Balita 1.357
- Usila (>60 th)

Jumlah KK 6.297
Sex ratio 101.32
Kepadatan penduduk 0.01
Laju pertumbuhan penduduk 0.039
Jumlah jiwa setiap rumah tangga 3.25
KK miskin
Jiwa miskin
Desa tertinggal

Tabel 2.3.
Jumlah Penduduk Per Wilayah Kerja UPT Puskesmas GedangsariII Tahun 2015

Desa Laki-laki Perempuan Jumlah

Tegalrejo 3756 3654 7592


Watugajah 2151 2216 4241
Sampang 1513 1548 3149
Serut 2560 2650 5.315
C. Sosial Budaya

Budaya gotong royong masih cukup tinggi pada hampir semua kelompok masyarakat,

sehingga dalam memecahkan masalah yang ada dikelompok masyarakat cukup mudah dan

dalam suasana kekeluargaan. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di wilayah kerja UPT

Puskesmas Gedangsari adalah laki-laki 10.217(50,3%) sedangkan wanita 10.084 (49,7%).

Masyarakat Gedangsari sebagian besar dalam kehidupan agraris sehingga banyak juga

yang memelihara ternak. Pola peternakan rakyat banyak berkisar pada ternak sapi, kambing dan

ayam kampung. Budaya penempatan kandang ternak yang hampir menyatu dengan rumah

induk, menjadi pemikiran tersendiri bagi pemerintah maupun masyarakat untuk membenahi

perilaku hidup bersih dan sehat.

Karakteristik lain dari masyarakatnya adalah tandon air atau PAH pada sebagian rumah

penduduk. Dari pantauan terhadap perilaku masyarakat, tandon-tandon air yang berupa PAH

sangat jarang dikuras, sehingga dapat berdampak pula terhadap kesehatan masyarakat baik

secara langsung maupun tidak langsung. Demikian pula dengan keberadaan telaga, yang
dimanfaatkan secara bersama-sama baik untuk kebutuhan manusia maupun hewan, secara

otomatis tidak memenuhi syarat dari segi kesehatan.

Pada beberapa desa masih dijumpai perkawinan usia dini, hal ini masih merupakan

budaya, sehingga orangtua merasa bangga kalau anak perempuannya bisa menikah lebih awal

tanpa memperdulikan umur anak apakah sudah memenuhi syarat atau belum, sehingga ada

istilah “tuku umur”. Budaya ini sebenarnya bisa menimbulkan masalah kesehatan antara

timbulnya ibu hamil resiko tinggi dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Tingkat pendidikan

kepala keluarga mayoritas lulusan SD-SMP bahkan banyak juga yang tidak tamat SD juga

mempengaruhi dalam masalah ini yaitu Tidak tamat SD 7.935 jiwa, Tamat SD 6.94 jiwa tamat

SMP/Mts 2.821 jiwa , Tamat SMA 2.601 jiwa, Tamat diploma II/I/III 68 jiwa AK/PT D1,S2,S3 94

jiwa,

Budaya masyarakat untuk meminta pertolongan persalinan kepada dukun bayi, dari

tahun ketahun mengalami penurunan. Hal ini tidak lepas dari semakin meningkatnya jumlah

bidan desa maupun polindes yang tersebar di 4 desa wilayah kerja UPT Puskesmas GedangsariII.

Keberadaan dukun memang masih dipertahankan, tetapi mereka banyak diarahkan untuk tidak

menolong persalinan di rumah, sehingga di berikan transport untuk merujuk ke bidan terdekat.

Trend baru masyarakat adalah pola konsumtif terhadap alat angkutan darat khususnya

kendaraan bermotor roda dua, yang tidak diikuti oleh perilaku berkendaraan yang tertib,

sehingga diprediksikan kecenderungan kejadian kecelakaan lalu lintas dari tahun ketahun

meningkat. Hal ini akan berpengaruh pada angka kecacatan dan kematian penduduk.

D. Ekonomi

Berdasar SUSENAS tahun 2012 prosentase penduduk miskin di Kabupaten Gunungkidul

sebesar 25,3% menurun 0,56% dibanding tahun 2002. Data tahun 2004 sebanyak 173.250 jiwa

dan data terbaru yaitu Rumah Tangga Miskin (RTM) 95.722 dan masyarakat miskin (Maskin)

340.635 jiwa. Kabupaten Gunungkidul mempunyai prosentase penduduk miskin terbesar yaitu

ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar, baik pangan maupun non

pangan. Dimana menurut PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) tahun 2006 kontribusi

terbesar diberikan oleh sector pertanian kemudian disusul sector jasa.

Penduduk di wilayah UPT Puskesmas Gedangsari II bila dilihat dari kelompok umur

banyak terdapat usia produktif yaitu sebesar 26-55 tahun (15.193 jiwa) sedangkan non produktif

pada usia 0-5 tahun (2268 jiwa), umur 6-16 tahun (5909 jiwa), umur 17-25 tahun (6702 jiwa) dan
umur usia lanjut > 56 tahun (5625 jiwa). Kurangnya lapangan kerja yang tersedia menyebabkan

banyak kelompok produktif ini mencari lapangan kerja di luar wilayah Gunungkidul (merantau).

Sedangkan jumlah kepala keluarga menurut status pekerjaan yaitu bekerja 10.748 jiwa

(96,20%) dan tidak bekerja 424 jiwa (3,80%). Mayoritas adalah sebagai petani.

E. Agama

Penduduk di wilayah UPT Puskesmas Gedangsari II mayoritas memeluk agama Islam,

kemudian disusul Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. Sebagai kelengkapan sarana beribadah,

berbagai tempat ibadah telah tersebar di kecamatan bahkan untuk masjid bisa ditemui sampai

tingkat dusun.

F. Musim dan Pola Penyakit

Wilayah UPT Puskesmas Gedangsari kabupaten Gunungkidul mempunyai 2 musim yaitu

musim hujan dan musim kemarau. Pola penyakit yang terkait dengan musim ditandai dengan

insidens penyakit DBD cukup tinggi di awal musim penghujan dan akhir musim kemarau. Lain

halnya penyakit diare, berdasar waktu maka kasus diare justru banyak peningkatan pada musim

kemarau yaitu berkisar antara bulan Juni sampai September. Walaupun kasus diare dan DBD

sering terjadi fluktuasi pada bulan-bulan tertentu, namun masih belum menggeser posisi

penyakit Infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian atas (J06) dan Common cold (J00) dari

Top Five Disease tahun 2008. Pola penyakit ISPA menurut waktu, berdasar data diperoleh

bahwa tidak banyak perbedaan jumlah kasus antara musim penghujan dan musim kemarau.

Pola penyakit menular yang lain yang mengalami trend kenaikan adalah penyakt TBC-

Paru. Sampai sekarang, TBC masih menjadi penyakit menular yang angkanya masih menjadi

peringkat tertinggi khususnya di Gunungkidul. Sudah banyak upaya dari jajaran kesehatan

(puskesmas) maupun pihak swasta serta Perkumpulan Pemberantasan Tuberculosis Indonesia

(PPTI) dalam memberantas penyakit. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat

akan pencegahan dan penanggulangan penyakit TBC, monitoring, screening dan penelitian di

masyarakat secara intensif, semakin mendukung munculnya banyak kasus TBC seperti

tergambar dalam laporan case finding TBC yang meningkat setiap tahun.

G. Perkembangan Dan Nilai-Nilai Baru

Perkembangan teknologi telematika tidak dapat terbendung hampir semua desa bahkan

sampai pelosok dusun terjangkau telepon seluler (Hand Phone/HP), dengan harga yang semakin

murah. Peangkat telepon genggam hampir sudah menjadi kebutuhan masyarakat, perlu

diwaspadai akibat pengaruh radiasi gelombang electromagnet perangkat seluler dan BTS bagi
kesehatan manusia. Munculnya warung internet (warnet)-warnet semakin membuka akses

informasi yang global dan hampir tidak terbatas dengan dampak positif dan negatif yang

menyertai.

H. Indicator Pembangunan Kesehatan Tahun 20

No Jenis pelayanan Indicator SPM Pelaksanaan

1 Perijinan kerja/praktek Waktu yang diperlukan 6 hari kerja 4 hari


tenkes
2 Perijinan sarkes Waktu yang diperlukan : 8 hari
- RSU 12 hari kerja
- lainnya + praktek berkelompok 12 hari kerja
3 Perijinan apotek & toko Waktu yg diperlukan 6 hari kerja 4 hari
obat
4 A.penyelenggaraan - 80 % bumil terlayani K4 92,22
yankesdas - 90 % neonatal terlayani KN-2 69,72
1. Yankes bumil & bayi - 80 % persalinan nakes 90,51
lahir
2. Yankes bayi & apras - 75 % bayi dilayani DTKB oleh nakes 4x/tahun 0
- 75 % abal DTKB 2x/tahun 0
3. Yankes asek - 100 % SD klas 1 diperiksa kes & gigi 1 x/thn 0
- 80 % anak SD memperoleh PMT 0
4.Yankes usia subur - 70 % peserta aktif KB dilayani 80,36
5.Yankes usila - 25 % usila (60 th keatas) mendapat yankes 123,87
6.Yan imunisasi - 80 % bayi diimunisasi dasar lengkap 85,53
7. Yankes indera - 20 % penderita katarak pada gakin dioperasi 0
- 10 % penderita kelainan refraksi murid SD 0
pada gakin dikoreksi
8. Yankes jiwa masy. - 10 % ggn jiwa yg dideteksi di sarkes dilayani 0
9. Yan pengobatan & - 15 % penduduk memperoleh yan rajal di 90,24
perkesmas sarkes
- 15 % penduduk memperoleh yan ranap prima 0
- 40 % keluarga rawan dari :
a. bayi/balita gizi buruk 100
b. TBC, anemia, KEK
c. bumil resti
B.Yankes Rujukan - tersedia 4 yan spesialis dasar (kebidanan, 66,67
bedah, peny dalam, anak)
- BOR 70 % 0
- yan Gadar & penanggulangan bencana 100
C.Yan penunjang kes - tersedia lab klinik sederhana 100
Yan lab klinik & kesmas - tersedia lab RSUD klinik terbatas 100
- tersedia lab kes mas parameter terbatas (UPT 100
lab kesling)
5. 1. Penyul perilaku sehat - 60 % desa sehat strata III & IV 55,93
- 70 % penduduk berperilaku sehat 100
2. Promkes utk - 15 % posy mandiri 0
pemberdayaan dlm upy - 50 % posy madya 65,67
kes - org kemasy tercakup prog promkes 100
6. 1. penyelidikan - 100 % desa/kelurahan KLB dilak penyelidikan 100
epidemiologi & epidemiologi
penanggulangan - 100 % kasus ditanggulangi 100
kejadian luar biasa
2. Pencegahan & - 0 % angka kesakitan 0
pemberantasan peny - 85 % kesembuhan/cure rate pdrt TB BTA + 50
menular - 50 % penurunan jml kasus malaria 0
- <1 % prev kusta per 10.000 penduduk 0,7
- 85 % penemuan pneumonia balita 0
- 10 % prev sifilis & Go kelompok perilaku resti 0
- 50 % penurunan jml kasus DBD 93,75
- 50 % penurunan jml kasus diare 100
7. 1. Pengawasan kualitas - 50 % TTU memenuhi standar 0
lingkungan - 50 % TPM memenuhi standar 0
- 50 % keluarga menghuni rumah sehat 80,18
2. Pengendalian vektor - 70 % sediaan air bebas jentik nyamuk 0
8. Penyediaan obat utk - 100 % ketersediaan jenis obat sesuai standar 100
yankesdas - 75 % ketersediaan jumlah obat sesuai standar 75
9. Yan pencegahan & - 15 % sarkes umum melaks P3 NAPZA 0
penanggulangan
narkotika, psikotropika
& zat adiktif lainnya yg
berbasis masy
10. 1. Pemantauan pertumb - 70 % balita ditimbang (D/S) 80,22
balita - 85 % balita diatas garis merah 3,21
2. Pemberian suplemen - 100 % balita mendapat kapsul vit A 2x/tahun 108,74
gizi - 80 % ibu hamil mendapat 90 tab Fe 100
- 100 % WUS & murid SD di daerah endemic 0
berat mendapat kapsul yodium
3. pelay gizi - 100 % MP ASI bayi gizi Kurang pada Gakin 100
- 100 % balita gizi buruk mendapat perawatan 100
4.Penyul gizi seimbang - 40 % busui tercakup prog penyul ASI ekslusif 57,9
- 60 % rumah tangga tercakp prog penyul garam 100
BAB III

PROGRAM KESEHATAN UPT PUSKESMAS GEDANGSARI

KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2015

A. Derajad Kesehatan Masyarakat

Indicator derajad kesehatan masyarakat meliputi umur harapan hidup, mortalitas,

morbiditas dan status gizi masyarakat.

1. Umur Harapan Hidup

Umur harapan hidup di kab Gunungkidul cukup baik jika dibandingkan dengan

umur harapan hidup rata-rata di Indonesia. Umur yang panjang namun tidak berkualitas

(mengalami sakit kronis) akan membawa konsekuensi logis pada perubahan pola

penyakit degeneratif yang timbul. Umur harapan hidup menurut hasil survey yang

dilakukan oleh BPS sebagai berikut :

Tabel 3.1.
Umur Harapan Hidup Penduduk Kabupaten Gunungkidul

Umur Harapan Hidup (UHH) Nasional Kabupaten

 Laki-laki 67,72 68,58


 Perempuan 69,60 72,48
 Rata-rata BPS GK 68,78 70,6
Sumber : BPS 2008

2. Mortalitas

Dengan perubahan pola penyakit dan meningkatnya UHH maka pola penyakit

penyebab kematian mengalami perubahan dalam beberapa tahun terakhir.

Selengkapnya disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.2.
Angka Kematian Penduduk UPT Puskesmas Gedangsari II Tahun 2015

Mortalitas Tahun Target


(satuan) 2014 2015

Angka kematian neonatus (jml) 0,01 0,03 <40/1000 KH


Jml kematian bayi 1 1
Angka kematian bayi 0,01 0,01 45/1000 KH
Jml kematian ibu 1 0
Angka kematian ibu 0,01 0 150/100.000 KH
Angka kematian kasar (CDR) 0,01 0,04 7/1000
Keterangan :

KH = Kelahiran hidup

CDR = Crude Death Rate, Neonatus = 0-28 hari


Dari tabel 3.2 terlihat terjadi kenaikan angka kematian pada bayi. Tetapi tidak ada Angka

kematian ibu. Penyebab kematian bayi terbanyak adalah karena IUFD, BBLR dan asfiksia. Kasus

BBLR merupakan manifestasi dari berbagai masalah antara lain dari masalah gizi serta kesehatan

ibu waktu hamil. Ibu hamil yang mengalami defisiensi gizi seperti anemia, GAKY, kurang vitamin

A dan Kurang Energi Kronis (KEK) akan berdampak pada kondisi dan status gizi bayi lahir

sehingga pencegahan kasus perlu melibatkan berbagai pihak terkait. Walaupun angka/jumlah

kematian diatas menujukkan ada peningkatan tetapi masih tetap dibawah target nasional.

3. Morbiditas

Berikut ini urutan 10 besar penyakit di UPT Puskesmas Gedangsari di tahun 2015 (sumber data :

laporan LB 1) :

Gambar 3.1.
10 Besar Penyakit di UPT Puskesmas Gedangsari Tahun 2015

2500
2241 2208

2000

1500
1278

948
1000 878
762 758
566
500
321
164

0
J 06 J 22 J 45 L 23 M 06 K 29 J 02 J 00 K 02 M 25

Keterangan :

No Diagnose ICD X Jumlah

1 Infeksi akut lain pd sal.prnfsn bgn atas J 06 2241


2 Infeksi akut lain pd sal.prnfsn bgn bawah J 22 2208
3 Asma J 45 1278
4 Dermatitis kontak alergi L 23 948
5 Rheumatoid arthtritis M 06 878
6 Gastritis K 29 762
7 Pharingitis akut J 02 758
8 Common cold/nasopharingitis akut J 00 566
9 Karies gigi K 02 321
10 Gangguan sendi M 25 164

4. Status Gizi
Keadaan gizi masyarakat tidak lepas dari factor internal maupun eksternal sehingga

penanganan masalah gizi tidak hanya tanggung jawab jajaran kesehatan semata tetapi

diperlukan keterpaduan program dalam penanggulangannya. Ada empat masalah gizi

masyarakat yaitu : Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA),

dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Keempatnya dapat digambarkan dengan

indicator pada pemeriksaan antropometri dan klinis antara lain :

1. Status Gizi Bayi/Balita pada masalah KEP dan Lingkar Lengan Atas (LILA) untuk Kurang

Energi Kronis Wanita Usia Subur (KEK-WUS)

2. Kadar Haemoglobin dalam darah (<11 mg%) pada masalah AGB

3. Serum Vitamin A pada masalah KVA

4. Grade pada Palpasi Gondok dan Tiroid Stimulating Hormon (TSH), Tes T3 – T4 pada

darah dan Urine Ekskresion Index (UEI) pada masalah GAKY

Cakupan Pemantauan Status Gizi (PSG) masyarakat di wilayah kerja UPT Puskesmas Gedangsari

sebagai berikut :

Tabel 3.3.
Cakupan Pemantauan Status Gizi (PSG) Masyarakat Di Wilayah UPT Puskesmas Gedangsari

INDIKATOR GIZI TARGET (%) 2015

* Status Gizi
Buruk <1 0
Kurang < 20 15,75
Baik > 78 81,49
Lebih 1 2,03
BBLR ditangani < 10 0
* Kurang Energi Protein (KEP)
Nyata/BGM <1 3,21
Total = GK + GB < 15 16,47

Status Gizi Target 2015


Nasional N %

Buruk <5% 15 0,73


Kurang < 20 % 325 15,75
Baik > 80 % 1682 81,49
Lebih <3% 42 2,03
Sumber Data : Seksi Gizi, Dinkes GK Tahun 2015

Berdasarkan hasil pemantauan status gizi pada tabel 3.7. diatas terlihat pada indicator

gizi (status gizi) Lebih terlihat dari target 1 ternyata diperoleh 2,03 hal ini dikarenakan

pengetahuan ibu tentang kesehatan balita sudah sangat baik akan tetapi berbanding terbalik

dengan ditemukannya balita BGM yang melebihi target yaitu 3,21% dari target <1% begitupula

dengan total KEP yaitu 16,47% dari target <15%.


Kasus BGM dan KEP telah mendapatkan intervensi baik dengan mendapatkan

perawatan di RS dan penambahan MP-ASI. Banyaknya intervensi ini dikatakan berhasil karena

berdasar evaluasi dan data mulai menunjukkan penurunan yang bermakna walau sebaran

kasusnya mengalami kenaikan. Melihat kondisi tersebut maka perlu dipikirkan langkah konkrit

yang lebih efektif dan efisien dalam menangani program gizi balita sehingga bisa dicapai

kenaikan angka gizi baik yang akan mendukung derajat kesehatan masyarakat yang optimal

(human investment).

B. UPAYA KESEHATAN

1. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak

a. Kunjungan Ibu Hamil

Cakupan K1 dan K4 tahun 2015 mengalami peningkatan walaupun pada K4

belum memenuhi target yang diharapkan. Dalam hal pencatatan dan pelaporan, kendala

terbesar adalah masih lemahnya R/R menggunakan instrument Kohort Ibu sebagai basic

PWS-KIA, walau perlu ada apresiasi dlm peningkatan kelengkapan data. Akibatnya

adalah rendahnya kelengkapan laporan rutin LB3 dan PWS-KIA sebagai base data.

Sehingga Kohort KIA sebagai sumber data yang bersifat facility base perlu didukung

surveilance yang community base.

Tabel 3.4.
Cakupan (%) Upaya Kesehatan Ibu di UPT Puskesmas Gedangsari IITahun 2015

Cakupan KIA Target (%) 2014 2015


K1 95 86,1 108,14
K4 95 86,1 92,22
Persalinan Nakes 90 68,3 90,51
Sumber data : PWS UPT Puskesmas Gedangsari tahun 2015

b. Pertolongan Persalinan

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dari tahun ke tahun

mengalami kenaikan. Hal ini dimungkinkan kesadaran masyarakat akan pelayanan

kesehatan secara professional dan aman, sehingga yang semula kebiasaan persalinan

dilakukan oleh Mbah/Bu Dukun beranak semakin lama berangsur-angsur beralih pada

pola pencarian pertolongan ke tenaga kesehatan baik yang dilakukan di pelayanan

kesehatan pemerintah maupun praktek swasta. Meningkatnya status ekonomi dan

tingkat pendidikan masyarakat juga berperan dalam proses perubahan tersebut.

c. Imunisasi
Program imunisasi yang dilakukan pada sasaran bayi meliputi imunisasi BCG,

DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B.

Tabel 3.5.
Cakupan Imunisasi Bayi di UPT Puskesmas Gedangsari Tahun 2015

140
121
120
110
102 101
100 94

80

60

40

20

0
BCG DPT/HBcb 1 Campak Polio 3 HB < 7 hr

Sumber : Laporan Imunisasi UPT Puskesmas Gedangsari II Tahun 2015

Pada tahun 2015 ini cakupan imunisasi mengalami peningkatan dibanding tahun

sebelumnya dengan DO 14,47%, cakupan desa dengan UCI (Universal Child Imunization) 100%.

d. Deteksi Tumbuh Kembang

Deteksi tumbuh kembang dilaksanakan pada bayi serta anak balita dan anak pra-

sekolah (APRAS) pada tahun 2015 sama sekali tidak dilakukan sehingga tidak ada data, hal ini

dimungkinkan tidak ada koordinasi dan job discribtion yang baik. Data yang ada jumlah balita

ada 1.888 jiwa, anak SD/MI ada 1.028 jiwa, siswa SMP/SMU ada 1719 jiwa.

2. Perbaikan Gizi Masyarakat

Bayi, balita dan ibu hamil/nifas merupakan kelompok sasaran yang sangat

rentan terhadap penyakit dan masalah kesehatan lainnya, sehingga program perbaikan gizi

diarahkan pada kelompok tersebut. Program perbaikan gizi antara lain meliputi pemberian

vitamin A, Fe dan Kapsul Iodium. Data selengkapnya sebagai berikut :

Tabel 3.6.
Cakupan Pemberian Vitamin A, Fe dan Kapsul Iodium
di UPT Puskesmas Gedangsari tahun 2015

Intervensi Gizi 2015

Distribusi Vit. A
* Balita (100%) 108,74
* Ibu nifas (90%) 90,51
Cakupan Bumil mendapat Fe
* Fe 1 (90%) 100,90
* Fe 3 (90%) 100,90
Cakupan Desa dengan garam 100
beryodium baik
Sumber : Laporan Petugas Gizi UPT Puskesmas Gedangsari Tahun 2015

Pemberian Vitamin A pada Balita untuk setiap tahun diberikan pada dua tahap (Bulan

Vitamin A) yaitu pada bulan Pebruari dan Agustus. Distribusi vitamin A banyak dilakukan melalui

Posyandu. Cakupan pemberian Fe kepada bumil dan balita sangat berkaitan dengan banyaknya

kasus anemia yang ada di kabupaten Gunungkidul umumnya. Bentuk pemberian Fe pada balita

berupa sirup multivitamin sedangkan untuk ibu hamil/nifas berupa suplemen TTD (tablet

tambah darah). Cakupan pemberian vitamin A dan pemberian Fe maupun desa dengan garam

yodium baik sudah melebihi target.

3. Pelayanan Pengobatan / Perawatan Kesehatan

Pelayanan pengobatan di puskesmas mempunyai andil yang cukup besar dalam upaya

pelayanan kesehatan kepada masyarakat menuju derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Keberhasilan kegiatan pelayanan kesehatan dipengaruhi antara lain oleh factor internal yang

masih memerlukan banyak perbaikan. Profesionalisme di tingkat fungsional maupun non

fungsional menjadi hal penting yang mempengaruhi kinerja organsasi, demikian pula dengan

mutu pelayanan yang diberikan. Kegiatan pelayanan pengobatan di UPT Puskesmas Gedangsari

dilaksanakan melalui kegiatan rawat jalan yang dilakukan di dalam maupun luar gedung, serta

kegiatan rawat inap. Keberadaan dan kinerja yang baik dari tenaga professional diantaranya

dokter, perawat, bidan dan tenaga kesehatan yang lain merupakan factor yang sangat

berpengaruh dalam keberhasilan upaya pelayanan pengobatan/perawatan di UPT Puskesmas

Gedangsari.

a. Kunjungan Rawat Jalan Puskesmas

Kunjungan rawat jalan puskesmas meliputi kunjungan aktif dan pasif. Kunjungan aktif

dilakukan puskesmas melalui Puskesmas Pembantu (3 pustu) yang dimiliki UPT Puskesmas

Gedangsari II, kegiatan Puskesmas Keliling yang biasanya dipadukan dengan kunjungan ke

Posyandu Balita maupun Posyandu lansia atau Poskesdes. Kunjungan pasien rawat jalan pada

tahun 2015 sebanyak 22.970 kunjungan dari 20.301 penduduk. Rata-rata kunjungan rawat jalan

adalah 94,59% dari total penduduk.

Pasien yang berkunjung ke puskesmas meliputi pasien umum/bayar, ASKES, pasien

dengan Kartu Jamkesmas dan pasien dengan kartu BPJS. Kunjungan UPT Puskesmas Gedangsari

sebagaimana Gambar 3.2. berikut :


Gambar 3.2.
Kunjungan Pasien UPT Puskesmas Gedangsari Berdasar Jenis Pembayaran Tahun 2015

4500

4000

3500

3000

2500 Bayar
2000 Gratis
1500
Askes
1000
Jumlah
500

Seiring dengan dipacunya target pendapatan yang harus dicapai oleh puskesmas, maka

kunjungan rawat jalan UPT Puskesmas Gedangsari pada tahun 2015 mengalami kenaikan.

Peningkatan tersebut banyak didukung dengan kegiatan Puskesling.

dengan diberlakukannya kebijakan Bupati tentang Puskesmas Gratis, maka kunjungan rawat

jalan (tanpa tindakan) tidak dikenakan biaya retribusi untuk catatan medis dan pelayanan

harian. Kebijakan gratis sebelumnya hanya berlaku bagi mereka yang mempunyai kartu

jamkessos dan Jamkesmas, sehingga pada tahun 2015 terjadi kenaikan untuk kunjungan gratis.

Munculnya beberapa pelayanan kesehatan swasta sebagai tindak lanjut dari munculnya

Undang-Undang Praktek Kedokteran dimungkinkan banyak berpengaruh terhadap penurunan

kunjungan pasien ke puskesmas. Selain hal tersebut cakupan kunjungan puskesmas juga tidak

lepas dari factor kelengkapan sarana/prasarana, keterjangkauan akses, kualitas pelayanan dan

manajemen puskesmas.

Kunjungan pasien yang dibayar dari asuransi kesehatan meliputi ASKES Pegawai negeri

dan jamkesmas/BPJS. Selain itu terdapat pula program jamkesta yang dilaksanakan dari dana

propinsi untuk membantu pembiayaan kesehatan masyarakat. Kebijakan pemerintah pusat yang

menerbitkan Askeskin/Jamkesmas sebagai program pro poor, banyak ditindaklanjuti oleh

pemerintah daerah maupun oleh masyarakat miskin yang menggunakan fasilitas pelayanan

kesehatan pemerintah ataupun swasta yang ditunjuk. Program Asuransi Kesehatan bagi semua

penduduk yang ditawarkan untuk mengatasi masalah pembiayaan kesehatan masyarakat


dengan konsep awalnya adalah memberikan keringanan kepada keluarga miskin lewat subsidi

silang ternyata belum banyak ditanggapi secara serius oleh masyarakat.

Keterlibatan total dari UPT Puskesmas Gedangsari untuk memberdayakan masyarakat

dalam kemandirian upaya kesehatan perlu dikaitkan dengan mengalokasikan sumberdya secara

maksimal dengan harapan pembiayaan kesehatan bukan lagi merupakan kendala masyarakat

dalam pencarian pertolongan akan kesehatannya.

4. Pemberantasan Penyakit Menular

a. Demam Berdarah

UPT puskesmas gedangsari khususnya dan kabupaten gunungkidul umumnya

merupakan daerah endemis demam berdarah dengan Case Fatality Rate (CFR) yang cukup tinggi

bila dibandingkan dengan standart nasional. Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD

yang telah dilaksanakan berupa pemberantasan penyakit DBD yang telah dilaksanakan berupa

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M+ikanisasi yaitu menutup, menguras,

mengubur + ikanisasi serta kegiatan lain berupa abatisasi dan fogging (pengasapan).

Berdasar waktu maka antara bulan Nopember sampai April merupakan bulan yang

banyak terjadi kasus DBD sehingga pada masa ini perlu diwaspadai terjadinya KLB. Dapat

disimpulkan sangat erat kaitannya dengan curah hujan dan kelembaban udara. Lingkungan,

mobilisasi penduduk yang tinggi serta kepadatan penduduk juga sangat berperan dalam proses

penularan vector demam berdarah.

b. Malaria

Kasus malaria di UPT Puskesmas Gedangsari tidak ditemukan (tidak ada kasus).

c. Diare

Jumlah kasus diare UPT Puskesmas Gedangsari II sebanyak 186 jiwa dan ditangani

semua (100%). . Kasus penyakit diare sangat erat dengan lingkungan serta perilaku. Kejadian

diare bisa dikaitkan dengan kebiasaan cuci tangan sebelum makan.

d. Kusta

Jumlah penderita kusta tahun 2008 ada 3 orang (Multi Basiler/MB) terjadi kenaikan

dari pada tahun 2007 yang ditemukan 1 kasus baru murni. Ditemukannya penderita baru sangat

dimungkinkan karena adanya kontak dengan penderita lama. Pencarian penderita selama ini

dilaksanakan dengan kegiatan pemeriksaan keluarga yang kontak dengan penderita (kontak

survey), pemeriksaan anak sekolah (school survey) dan case survey.

e. TBC-Paru
Jumlah penderita klinis ada 27 orang dengan uraian positif ada 8 orang, diobati

semua (100%) dan sembuh 4 orang (50%). Terjadi peningkatan dari tahun 2007 dimana BTA(+) 6

orang dan rontgen (+) 4 orang. Penemuan penderita mengalami fluktuasi baik penemuan

dengan BTA (+) maupun Rontgen. Berdasarkan program nasional, prevalensi TBC adalah

115/100.000 penduduk dan pencarian diarahkan untuk umur > 15 tahun serta pemeriksaan BTA

positif. Sementara ini pengobatan diberikan secara cuma-Cuma melalui program TB dari pusat.

Keteraturan minum obat sangat mempengaruhi keberhasilan pengobatan.

Pelaksanaan kegiatan program TBC-Paru dengan strategi DoTS (directly observed

treatment of shortcourse) telah dilaksanakan beberapa tahun terakhir. Hasil evaluasi indicator

cakupan yaitu :

(1) Case Detection Rate (CDR) yaitu semua penderita baru dari semua jenis TB yang

diperoleh baik melalui pemeriksaan dahak BTA (+), BTA (-) rontgen (+), TB anak dan TB

ekstra paru (EP). Target prevalensi nasional 115/100.000 penduduk.

(2) Konversi (Conversion Rate/CR) yaitu perubahan hasil pengobatan setelah dua bulan dari

BTA (+) menjadi BTA (-). Angka konversi yang harus dicapai adalah 80% selalu melampui

target.

(3) Angka Kesembuhan (Cure Rate/cr) adalah hasil pengobatan pada akhir fase pengobatan

lanjutan (2 bulan pengobatan intensif 4 bulan adalah fase lanjutan) diperiksa dahaknya

bila negative dinyatakan sembuh. Bila penderita tidak bisa diperiksa dahaknya maka

dinyatakan sebagai pengobatan lengkap. Angka kesembuhan yang baik bila > 85%

capaiannya berfluktuasi

(4) Error Rate (ER) yaitu dengan menghitung tingkat kesalahan pemeriksaan laboratorium

sebagai pemantauan mutu pemeriksaan dahak dengan standart < 5%.

f. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

Jumlah penderita 1674 kasus dan tidak ditemukan adanya pneumonia. Dalam Top

Ten ISPA meliputi (J00, J01, J02, J03, J04, J05) dan Penyakit Lain Saluran Pernafasan Atas (J06).

Adapun ISPA dalam program P2-ISPA mempunyai ICD X sebagai berikut :

1. J00 = Common Cold /Nasopharingitis Akut

2. J06 = Infeksi Akut Lain Pada Saluran Pernafasan Bagian Atas

3. J22 = Infeksi Akut Lain Pada Saluran Pernafasan Bagian Bawah

4. Didalamnya termasuk Tonsillitis, Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Atas, Penyakit Lain

Saluran Pernafasan Bagian Atas , Pneumonia.


g. Penyakit Kelamin

Pencarian penderita diarahkan pada tersangka HIV melalui pemeriksaan darah pada

sasaran resiko tinggi. Selama tahun 2015 tidak ditemukan kasus HIV atau IMS.

h. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

Selama tahun 2015 tidak ada kasus meliputi Difteri, Pertusis, Tetanus, Tetanus

Neonatorum, Campak, Polio, Hepatitis B.

5. Penyakit Tidak Menular

Pola penyakit tidak menular dari tahun ke tahun hampir sama jenis penyakitnya hanya

mengalami pergeseran dalam urutan/rangkingnya. Perubahan transisi demografi dimana

meningkatnya kelompok usia lanjut dan pola konsumsi masyarakat juga membawa konsekuensi

meningkatnya penyakit tidak menular yang sifatnya degenerative. Berubahnya perilaku

masyarakat juga banyak berdampak baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap pola

penyakit yang timbul. Adapun top ten penyakit tidak menular di tahun 2015 adalah sebagai

berikut :

Tabel 3.7.
Lima Besar Penyakit Tidak Menular Di UPT Puskesmas Gedangsari
No Diagnose ICD X Jumlah

1 Gangguan lain pada jaringan otot atau sendi M 02 1099


2 Gangguan lain pada system pernafasan J 98 684
3 Anemia D 64 415
4 Penyakit pulpa K 04 406
5 Infeksi usus lain B 83 278

6. Penyehatan lingkungan

a. Kepemilikan Sarana Kesehatan

Berdasar hasil kegiatan kesehatan lingkungan pada tahun 2015 diperoleh angka

sebagai berikut :

Tabel 3.8.
Jumlah Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar

Jenis sarana KK diperiksa KK memiliki % memiliki

Persediaan air 11.033 11.033 58


bersih
Jamban 11.033 0 0
Tempat 11.033 0 0
sampah
Pengelolaan 11.033 1076 9,75
air limbah
Sumber : data survey KL tahun 2015
b. Kualitas Lingkungan Fisik Kesehatan

Situasi kesehatan lingkungan di wilayah kerja upt puskesmas gedangsari berdasar

survey yang dilakukan disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.9.
Data Kesehatan Lingkungan Di Wilayah UPT Puskesmas Gedangsari Tahun 2015

Jenis Jumlah %

Rumah sehat 174 80,18


Restoran/WM (TUPM) 13 0
Kantor sehat 6 100
Pasar sehat 0 0
Rumah ibadah 21 58
Salon sehat 8 100
Sumber : PL UPT Puskesmas Gedangsari

c. Perumahan, Jamban, Penyediaan Air Bersih Dan SPAL

Perumahan penduduk dipedesaan pada umumnya berkelompok dalam

kelompok dusun. Didaerah perkotaan umumnya bangunan perumahan adalah

permanen dengan model yang lebih modern. Sebagian besar pedesaan telah teraliri

oleh aliran listrik. Cakupan rumah sehat menunjukkan angka 80,18 % sudah baik tapi

masih kurang dari target yang diharapkan yaitu 100%.

Jamban keluarga dan tempat sampah dengan prosentase kepemilikan 0%, hal ini

dikarenakan sebagian besar jamban keluarga dipedesaan berbentuk “jamban

cemplung” kemungkinan terkait dengan keterbatasan persediaan air. Sedangkan

pembuangan sampah dilakukan dengan pembakaran dan pembersihan atau

penimbunan pada waktu-waktu tertentu.

Air menjadi salah satu masalah penting. Kasus kekeringan menjadi hal yang rutin

terjadi dan terkait erat dengan potensi dari kandungan air di tanah kapur. Program

memompa sungai bawah tanah untuk dialirkan ke daerah potensial kekeringan telah

dilakukan, namun dalam pelaksanaannya, keterbatasan debit air dan prasarana

serta kondisi geografi yang ada masih belum semua masalah ketersediaan air bersih

bisa tertuntaskan.

Penyediaan air dalam bentuk PAH (Penampungan air hujan) bagi penduduk

setempat juga telah dilakukan namun demikian PAH bukanlah pemecahan utama

karena dengan berakhirnya musim penghujan maka fungsi penyediaan air pada

akhirnya menjadi hilang. Alternative pengadaan air bersih melalui beli air dengan

truk tanki air menjadi beban ekonomi tersendiri bagi masyarakat setempat.
7. Perilaku, Promosi Dan Pemberdayaan Masyarakat

7.1. Perilaku Kesehatan

a. Pola Konsumsi Makan Masyarakat

Perilaku penggunaan anggaran rumah tangga yang dialokasikan untuk

kebutuhan pangan lebih besar dari konsumsi non pangan. Hasil tersebut

menunjukkan masyarakat masih belum sejahtera, karena makin sejahtera

masyarakat konsumsi non pangan akan lebih tinggi. Hasil ini pula sesuai dengan

data dari Susenas (survey sosial ekonomi nasional). Biaya pangan tersebut

sepertiganya dibelanjakan untuk konsumsi jenis padi-padian, kemudian disusul

kebutuhan non pangan dimana untuk kebutuhan kesehatan dan pendidikan

masih sangat minim, hal ini merupakan pekerjaan rumah bagi puskesmas

gedangsari untuk merubah perilaku mereka.

b. PHBS

Salah satu program yang tengah disosialisasikan kepada masyarakat

adalah Perilaku Hidup bersih dan sehat (PHBS) yang pada intinya memberikan

penilaian terhadap beberapa indicator perilaku di rumah tangga. Terbagi dalam

4 strata dengan penilaian berdasarkan warna dan hasil survey PHBS dengan

sasaran rumah tangga seperti terlihat pada tabel 3.8 dibawah ini :

Tabel 3.10.
Starata PHBS Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gedangsari Tahun 2015

Strata PHBS Target Hasil

A. Merah (buruk) < 25 0


II. Kuning (kurang) 25 – 49 47
III. Hijau (cukup) 50 – 74 47
IV. Biru (baik) > 75 241
Sumber : Promkes dan KB UPT Puskesmas Gedangsari tahun 2015

Dari hasil kajian strata PHBS diatas ditemukan masalah yaitu pada strata

hijau (cukup) masih kurang dari target yaitu hanya 47 sedangkan target 50-74.

Dan strata yang lain sudah melebihi dari target. Hal ini bisa disebabkan karena

gedangsari masuk kategori sedang untuk wilayah kecamatan bebas rawan gizi

(>15%) yaitu 16,47% dan melebihi prosentase KEP (kurang energi protein) dan
jumlah posyandu yang aktif sebagai bentuk partisipasi masyarakat dalam upaya

pemeliharaan kesehatan hanya 34,33% saja.

c. Perilaku Pemberian ASI

Berkaitan dengan pola pemberian ASI, ibu rumah tangga di wilayah

gedangsari relative cukup baik dimana pada umumnya mereka menyusui

bayinya sampai dengan usia 6 bulan secara ekslusif yaitu 33 bayi (57,9%) dari 57

bayi usia 0-6 bulan. Meskipun lebih dari 50% tetapi masih perlu diupayakan

sosialisasi/promosi supaya dapat tercapai sesuai target terutama dengan

program Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yang juga bermanfaat untuk mengurangi

tingkat kematian bayi baru lahir.

d. Perilaku Pencarian Pengobatan

Berat ringannya penyakit serta kondisi ekonomi dalam hal ini ketersediaan

keuangan daam rumah tangga akan menjadi alternative dalam pencarian

pertolongan akan kesehatannya. Perilaku pencarian pengobatan masyarakat

bersadar data sebagian besar sudah menggunakan tenaga dan fasilitas

kesehatan meskipun masih ada yang pergi ketabib, sinse atau dukun tapi

jumlahnya relative kecil.

7.2. Peran Serta Masyarakat Dalam Bidang Kesehatan

Untuk kegiatan peran serta masyarakat bisa kita lihat antara lain dari kegiatan

Posyandu. Kegiatan posyandu merupakan kegiatan dari masyarakat, untuk

masyarkat dan oleh masyarakat sehingga maju mundurnya posyandu tidak lepas

dari campur tangan masyarakat setempat. Walaupun demikian, puskesmas yang

merupakan ujung tombak pelayanan dasar dan mempunyai fungsi diantaranya

adalah merupakan penggerak peran serta masyarakat di wilayah kerjanya, tidak

lepas dalam hidupnya kegiatan posyandu.

Kegiatan posyandu yang banyak dilakukan di masyarakat adalah penimbangan

balita yan didukung dengan program peningkatan gizi berupa pemberian makanan

tambahan (PMT). Penjaringan kasus gizi buruk pada balita banyak ditemukan

melalui kegiatan penimbangan di posyandu. Selain itu kegiatan pemberian vitamin

A, Fe dan yodium juga dilakukan melalui posyandu.

Cakupan penimbangan balita di posyandu pada tahun 2008 tidak banyak

berbeda dengan hasil survey tentang kebiasaan menimbang balita dimana 80,22%
ibu balita biasa menimbangkan anaknya baik ke posyandu, sarana pelayanan

pemerintah maupun swasta. Jenis posyandu dikelompokkan menjadi 4 kelompok

yang meliputi posyandu pratama, madya, purnama dan mandiri. Data selengkapnya

dapat dilihat pada gambar 3.5 dibawah ini.

Gambar 3.3
Tingkatan Posyandu Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gedangsari II Tahun 2015

Mandiri Pratama
0% 0%

Purnama Pratama
34,33%
Madya
Madya
66,67% Purnama
Mandiri

Sumber : Sie Promkes UPT Puskesmas Gedangsari, 2015

Tingkatan perkembangan posyandu yang menjadi harapan adalah tingkat Purnama atau

Mandiri dimana cakupan kegiatan sudah mencapai >50% (KIA, KB, Imunisasi, cakupan D/S).

selain itu masih ada indicator tambahan lain yaitu adanya program tambahan dan dana sehat.

Cakupan UPT puskesmas Gedangsari pada tingkatan mandiri masih 0% dan menjadi catatan

untuk lebih mengembangkan kegiatan peran serta masyarakat dalam upaya pembangunan

kesehatan.

C. Manajemen Dan Kebijakan Kesehatan

a. Kebijakan dan Peraturan Kesehatan

Adanya Undang-Undang Nomor 22 tahun 2000 yan direvisi menjadi Undang-

Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan banyak

perubahan menuju Desentralisasi dibidang kesehatan. Kebijakan desentralisasi

melalui peraturan daerah memberikan landasan yang kuat bagi Dinas Kesehatan

yang dibawahnya terdapat 30 puskesmas termasuk UPT Puskesmas Gedangsari II

untuk menyusun kebijakan-kebijakan baru sebagai implementasi dari otonomi

pembangunan kesehatan.

Beberapa peraturan daerah telah dihasilkan sebagai manifestasi atas

lahirnya desentralisasi di kabupaten Gunungkidul. Pengembangan kebijakan yang

dihasilkan antara lain adalah peraturan daerah tentang Struktur Organisasi Dinas
Kesehatan, perijinan pelayanan kesehatan swasta dan standart pelayanan minimal

bidang kesehatan. Dalam upaya memperbaiki pendapatan daerah di kabupaten

gunungkidul, maka dilakukan perubahan perda retribusi pelayanan kesehehatan

menurut perbub no 6 tahun 2015 tentang retribusi padaUPT Puskesmas BLUD,

b. Informasi dan IPTEK kesehatan

Substansi pokok informasi kesehatan mencakup data tentang derajat

kesehatan, upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumberdaya kesehatan dan

pemberdayaan masyarat dibidang kesehatan serta menejemen kesehatan.

Informasi kesehatan dihasilkan melalui jaringan informasi kesehatan wilayah

pustu dan sector terkait. Pengumpulan data dilaksanakan dengan perpaduan

pencatatan dan pelaporan rutin dari puskesmas maupun swasta serta dari kegiatan

survaylans, hasil survey nasional, propinsi maupun local kabupaten gunungkidul.

Pengolahan dan analisis data dilaksanakan puskesmas dan Dinas Kesehatan

dengan memanfaatkan tekhnologi informasi yang ada diantaranya adalah computer

yang diberikan sejumlah 4 buah. Penyebarluasan informasi dilaksanakan melalui

penyuluhan pada kader atau masyarakat, leaflet, poster dan spanduk.

Pengolahan data dan informasi melalui system informasi merupakan hal

yang sangat diperlukan dimasa globalisasi ini. Ketersediaan data yang tepat/akurat,

up to date dan cepat menjadi kebutuhan yang seharusnya dapat terpenuhi

mengingat terkait erat dengan mekanisme menejemen.

Perencanaan tidak akan memberikan hasil yang optimal tanpa tersedianya

data dan informasi yang memadai. Usulan program yang tidak rasional merupakan

wujud dari tidak adanya data dan informasi yang memadai dari programmer. Hal ini

juga memberikan bebab yang sangat berlebih bagi puskesmas sebagai ujung

tombak karena system pada saat itu tidak mampu mengevaluasinya. Monitoring

dan evaluasi pada satu sisi proyek akan tidakmenyenangkan dan dicurigai, lebih

cenderung ke nuansa sosial yang menjadi prioritas pertama sebelum tupoksi.

Sarana, prasarana dan tatalaksana system informasi lebih mengacu system

sentralisasi (laporan ke pusat) dan menggeneralisir wilayah kerjanya. Orientasi

global menjadi pilihan petugas terlihat dari minimnya data-data hasil penelitian

ilmiah sehingga seringkali menjadi kendala dalam mengikuti perkembangan


kemajuan pengetahuan dan tekhnologi di bidang kesehatan maupun system

informasi.

Pelaksanaan menejemen kesehatan berdasar fakta (evidence based) perl

didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). IPTEK

kesehatan dihasilkan melalui penelitian dan pengembangan kesehatan

(Litbangkes). Pelaksanaan penelitian di UPT Puskesmas Gedangsari banyak

dilakukan baik melalui karya tulis ilmiah dari petugas yang meneruskan pendidikan

ke jenjang yang lebih tinggi maupun untuk keperluan pembuatan profil puskesmas.

Banyak dilakukan melalui kerjasama dengan lintas program dan sektoral.

Pendayagunaan hasil-hasil penelitian dipakai sebagai evaluasi pembangunan

kesehatan dan sebagai acuan atau bahan penyusunan perencanaan pembangunan

kesehatan dimasa berikutnya sehingga program kesehatan bisa efektif.

c. Administrasi kesehatan

Administrasi kesehatan diselenggarakan dengan berpedoman pada asas dan

kebijakan desentralisasi, dekonsentrasi dan pembantuan. Perencanaan kesehatan

di UPT Puskesmas Gedangsari disusun secara bottom up planning, berjenjang dari

masing-masing puskesmas pembantu dan para pemegang program yang telah

dibagi job discriptionnya membuat POA beserta anggarannya kemudian dibahas

dalam acara Lokakarya Mini Puskesmas untuk kemudian diteruskan ke bagian

Pelayanan Kesehatan (Yankes) Dinas kesehatan Kabupaten Gunungkidul.

Upaya kesehatan dilaksanakan melalui upaya preventif, promotif, kuratif

dan rehabilitative. Paradigma sehat merupakan paradigm yang dikembngkan dalam

mencapai Indonesia Sehat 2010 melalui strategi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) dengan orientasi bahwa pelayanan preventif dan promotif mendapatkan

porsi lebih utama tanpa memgabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitative.

Pengawasan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pembangunan kesehatan

dilaksanakan untuk melihat sejauhmana kebrhasilan program dan kesesuaian

dengan pedoman dan standart yang ditetapkan oleh daerah.


BAB IV

HASIL DAN ANALISA PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN

TAHUN 2016 (DATA 2015)

A. DERAJAD KESEHATAN

1. Umur Harapan Hidup

Data dari BPS Gunungkidul, rata-rata umur harapan hidup penduduk gunungkidul

adalah 70,53. Masih tinggi dibandingkan dengan angka rata-rata nasional yaitu 68

tahun. Hal ini menandakan bahwa meskipun banyak kendala hidup di gunungkidul

ternyata masih mampu bertahan hidup dan berumur panjang.

Beberapa factor yang mempengaruhi panjang umur antara lain kesederhanaan

hidup, tidak banyak factor stress, dan relative tidak banyak persaingan, disamping

pola hidup kekeluargaan yang tinggi.

2. Angka Kematian

Angka kematian bayi baru lahir (neonatus) sudah berhasil melampoi rata-rata

nasional yaitu 0,03 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menandakan bahwa program

upaya kesehatan bayi, anak dan balita cukup berhasil. Demikian pula pada upaya

kesehatan ibu hamil, melahirkan dan ibu nifas. Angka kematian ibu pada tahun 2008

tidak ada kasus. Angka kematian kasar adalah cukup baik yaitu 0,04 per 1000

penduduk, artinya sudah melampoi rata-rata kematian nasional yaitu 7 per 1000

penduduk.

3. Angka Kesakitan

Angka kesakitan pada semua golongan umur sebesar 71,71%. Angka kematian bayi

secara absolut sebesar 4 bayi atau sebesar 0,04 kematian bayi per 1000 kelahiran

hidup. Peningkatan jumlah kasus di tahun 2008 lebih dikarenakan mulai tertatanya

system informasi kematian melaui Audit Maternal Perinatal dari berbagai sumber

data, sedang di tahun 2006 hanya tercatat kasus di puskesmas saja sehingga angka

kematian sedikit.

B. STATUS GIZI
Kasus KEP, KEK masih banyak dijumpai dan dari kategori status gizi sudah melampoi

target. Angka gizi buruk diatas standar nasional yaitu 0,73% dari target <1%. Total KEP

16,47% lebih besar dari target nasional >15%.

C. SUMBERDAYA KESEHATAN

Dari total tenaga kesehatan yang ada di UPT puskesmas gedangsari II, proporsi tenaga

medis sebanyak 3 orang (14,71%), tenaga paramedic (bidan, perawat dan teknis medis)

sebesar 13 orang (66%) dan tenaga lain sebesar 5 orang (19%). Proporsi yang demikian,

terutama di UPT puskesmas Gedangsari yang memiliki 4 wilayah kerja, masih dirasakan

kekurangan, meskipun pada tahun 2015 ada penambahan pegawai nutrisionis .

D. UPAYA KESEHATAN

1. Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak

Cakupan K1 dan K4 cukup berhasil yaitu meningkat disbanding tahun sebelumnya,

kecuali pada K4 yang masih dibawah target nasional 95%. Kurangnya dokumentasi

persalinan dan pelacakan kasus menjadi alas an utama mengapa data yang

dikumpulkan masih dibawah target.

Pada tahun ini cakupan imunisasi mengalami peningkatan dibanding tahun

sebelumnya dengan DO 14,47%, cakupan desa dengan UCI (Universal Child

Imunization) 100%.

Deteksi tumbuh kembang dilaksanakan pada bayi serta anak balita dan anak pra-

sekolah (APRAS) tetapi pada tahun 2015 sama sekali tidak dilakukan sehingga tidak

ada data, hal ini dimungkinkan tidak ada koordinasi, job discribtion yang baik

sehinga perlu membentuk jejaring dengan lintas sector. Data yang ada jumlah balita

ada 1.888 jiwa, anak SD/MI ada 1819 jiwa, siswa SMP/SMU ada 1719 jiwa.

2. Perbaikan Gizi Masyarakat

Program perbaikan gizi dengan cara pemberian Vit.A, Fe dan kapsul Iodium. Dari

semua sasaran sudah diatas target nasional. Begitu pula dengan cakupan desa

dengan garam beryodium baik yaitu 100%.

3. Pelayanan Pengobatan/Perawatan

Angka kunjungan rawat jalan (didalam maupun diluar gedung) cukup tinggi dengan

rata-rata 94,59% dari total penduduk.

Untuk pemanfaatan rawat inap masih cukup rendah yaitu <5% dari jumlah

penduduk. Hal ini dikarenakan rawat inap baru dilaksnakan sekitar bulan Oktober
2008 sehingga masih banyak yang harus dipelajari dan dibenahi agar kinerjanya bisa

optimal ditambah karena proses pembangunan dan rehabilitasi gedung pasca

gempa.

E. PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN (P2MPL)

1. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Dari 16 kasus 15 kasus dapat ditangani (93,75%) menurun 9 kasus dari tahun 2007

sebanyak 35 kasus. Upaya pencegahan dan pemberantasan telah dilakukan tetapi

rumah dengan angka bebas jentik tidak ada data. Banyaknya kasus DBD

menandakan terus adanya vector nyamuk (Aedes Aegypti) dan virus penyebab

penyakit DBD.

2. Malaria

Kasus malaria di UPT Puskesmas Gedangsari tidak ditemukan (tidak ada kasus).

3. Diare

Jumlah kasus diare UPT Puskesmas Gedangsari sebanyak 430 jiwa dengan diare

pada balita 713 jiwa dan ditangani semua (100%). Jumlah ini lebih banyak dari

tahun 2007 yaitu 515 orang. Kasus penyakit diare sangat erat dengan lingkungan

serta perilaku. Kejadian diare bisa dikaitkan dengan kebiasaan cuci tangan sebelum

makan.

4. Kusta

Jumlah penderita kusta tahun 2008 ada 3 orang (Multi Basiler/MB) terjadi kenaikan

dari pada tahun 2007 yang ditemukan 1 kasus baru murni. Ditemukannya penderita

baru sangat dimungkinkan karena adanya kontak dengan penderita lama.

5. TBC-Paru

Jumlah penderita klinis ada 27 orang dengan uraian positif ada 8 orang, diobati

semua (100%) dan sembuh 4 orang (50%). Terjadi peningkatan dari tahun 2007

dimana BTA(+) 6 orang dan rontgen (+) 4 orang. Penemuan penderita mengalami

fluktuasi baik penemuan dengan BTA (+) maupun Rontgen.

6. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

Jumlah penderita 1674 kasus dan tidak ditemukan adanya pneumonia. Dalam top

ten ISPA meliputi (J00, J01, J02, J03, J04, J05) dan penyakit lain saluran pernafasan

atas (J06). Adapun ISPA dalam program P2-ISPA mempunyai ICD X sebagai berikut :

a. J00 = common cold /nasopharingitis akut


b. J06 = infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian atas

c. J22 = infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian bawah

d. Didalamnya termasuk tonsillitis, infeksi saluran pernafasan bagian atas,

penyakit lain saluran pernafasan bagian atas , pneumonia.

7. Penyakit Kelamin

Pencarian penderita diarahkan pada tersangka HIV melalui pemeriksaan darah pada

sasaran resiko tinggi. Selama tahun 2015 tidak ditemukan kasus HIV atau IMS.

8. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

Selama tahun 2015 tidak ada kasus meliputi difteri, pertusis, tetanus, tetanus

neonatorum, campak, polio, hepatitis B.

9. Penyakit Tidak Menular

Penyakit tidak menular didominasi oleh Dispepsia. Menurut hasil penelitian, tingkat

stress masyarakat tinggi karena kesepian (gangguan jiwa ringan). Manifestasinya

adalah munculnya Dispepsia, akibat meningkatnya asam lambung.

10. Penyehatan Lingkungan

Cakupan sarana sanitasi dasar hesilnya menurun disbanding survey sebelumnya.

Banyaknya indicator yang harus diukur untuk kesehatan lingkungan dan duplikasi

dengan program lain seperti PHBS dan kecamatan sehat menjadikan evaluasi

cakupan program kesehatan lingkungan kurang spesifik dan kurang focus.

F. PROMOSI KESEHATAN

Promosi kesehatan di UPT puskesmas gedangsari dilakukan melalui penyuluhan

langsung ke kader/masyarakat, penyebaran leaflet, brosur, penempelan poster dan

spanduk. Keterlibatan pihak swasta juga telah berjalan di Sekolah Dasar binaan UPT

puskesmas gedangsari yaitu di SD Tengklik Tegalrejo yaitu dari pihak ASTRA dalam

program pendidikan dan kesehatannya.

G. KINERJA PROGRAM KESEHATAN

Kinerja program kesehatan dapat dilihat pada hasil capaian indicator baik input, proses

maupun output masing-masing program.

Kinerja program bila dilihat dari output seperti yang tercantum dalam indicator derajat

kesehatan masyarakat secara umum (AKI, AKB, UHH dan status gizi) bisa dikatakan baik

yang dibuktikan dengan terjadinya penurunan jumlah kematian ibu, penurunan angka

kesakitan bayi dan balita serta penurunan angka status gizi buruk. Namun demikian,
kinerja pelayanan kesehatan anak masih perlu peningkatan karena jumlah kematian

bayi dan neonatal ternyata mengalami peningkatan.

H. PERAN SERTA MASYARAKAT

Peran serta masyarakat dalm pembangunan kesehatan mengalami peningkatan. Hal

tersebut bisa dilihat pada perhatian stakeholder untuk pembangunan kesehatan cukup

aktif. Upaya kesehatan bersumber masyarakat misalnya posyandu merupakan wujud

nyata dari peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Kegiatan tilik yandu

yang dilaksanakan Bupati beserta jajarannya merupakan program yang responsive

menangkap dan mendukung peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.

Jejaring kesehatan di masyarakat seperti kader kesehatan, posyandu, poskesdes,

polindes dan upaya kesehatan bersumber masyarakat lainnya merupakan asset yang

perlu dijaga keberlangsungannya.


BAB V

PENUTUP

Demikian secara umum hasil program pembangunan kesehatan di UPT Puskesmas

Gedangsari Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016 (data 2015) sebagai gambaran keberhasilan

pembangunan kesehatan menuju derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Tentunya banyak hal yang belum terekam dan tersajikan pada Profil kesehatan UPT

Puskesmas Gedangsari Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016(Data 2015) ini,

sehingga data yang lain yang dimiliki oleh masing-masing lintas program maupun lintas sector

akan semakin memberikan gambaran hasil pembangunan kesehatan yang lebih detail. Untuk

itulah saran dan masukan dari berbagai pihak sangat kami harapkan guna penyempurnaan lebih

lanjut.

Akhirnya, semoga profil ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang bekepentingan dan dapat

dipakai sebagai bahan acuan dalam pengambilan keputusan manajemen puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai