PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sajian dari informasi yang menjadi cetak biru organisasi salah satunya adalah Profil.
Sebagai Annual Report Public Relation organisasi, Profil menjadi wajah dari capaian kinerja
organisasi dalam mewujudkan visi, misi, tugas pokok dan fungsinya. Gambaran singkat inti
organisasi mulai dari struktur organisasi dan kinerja organisasi yang telah dapat diraih menjadi
Profil UPT Puskesmas Gedangsari Tahun 2016 menyediakan informasi sebagai acuan
dalam perencanaan program pada tahun berikutnya, juga sebagai evaluasi atas pelaksanaan
program kegiatan tahun-tahun sebelumnya (trend). Sumber data yang menjadi dasar
pembuatan profil utamanya adalah data-data yang sudah dilaksanakan dalam satu kurun waktu.
Profil UPT Puskesmas Gedangsari II Tahun 2016 disusun berdasarkan data kegiatan UPT
Puskesmas Gedangsari Tahun 2015. Isi profil sendiri merupakan potret dari status kesehatan
berbasis fasilitas di wilayah kerja UPT Puskesmas Gedangsari II yang meliputi 4 desa selama
Tahun 2015.
community base (survey, sensus, riset, dll) sehingga potret kesehatan di UPT Puskesmas
B. Tujuan
C. Sistematika Penyajian
Bab I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang maksud dan tujuan serta sistematika penyajian Profil UPT
Bab ini menyajikan gambaran umum UPT Puskesmas Gedangsari yang meliputi : letak
kesehatan
Bab III PROGRAM KESEHATAN UPT PUSKESMAS GEDANGSARI TAHUN 2016 Bab ini
menguraikan tentang program pokok kesehatan beserta jenis kegiatannya serta target yang
Pada bab ini berisi pencapaian program yang telah dilaksanakan selama tahun 2015
Bab V PENUTUP
Pada bab ini termuat kesimpulan, saran dan harapan ringkas dari pembuatan Profil UPT
A. Geografi
Mempunyai luas wilayah 3.375.520.4 km2 Kondisi tanahnya 80% berbukit dan masuk dalam
Secara administratif, wilayah UPT Puskesmas Gedangsari II dibagi menjadi 4 desa dan
29 dusun yaitu :
1 Watugajah 6 dusun
2 Tegalrejo 11dusun
3 Sampang 6 dusun
4 Serut 6 dusun
Tabel 2.1.
Data Geografis UPT Puskesmas Gedangsari
B. Demografi
Tabel 2.2.
Indicator Kependudukan UPT Puskesmas Gedangsari II Tahun 2015
Jumlah KK 6.297
Sex ratio 101.32
Kepadatan penduduk 0.01
Laju pertumbuhan penduduk 0.039
Jumlah jiwa setiap rumah tangga 3.25
KK miskin
Jiwa miskin
Desa tertinggal
Tabel 2.3.
Jumlah Penduduk Per Wilayah Kerja UPT Puskesmas GedangsariII Tahun 2015
Budaya gotong royong masih cukup tinggi pada hampir semua kelompok masyarakat,
sehingga dalam memecahkan masalah yang ada dikelompok masyarakat cukup mudah dan
dalam suasana kekeluargaan. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di wilayah kerja UPT
Masyarakat Gedangsari sebagian besar dalam kehidupan agraris sehingga banyak juga
yang memelihara ternak. Pola peternakan rakyat banyak berkisar pada ternak sapi, kambing dan
ayam kampung. Budaya penempatan kandang ternak yang hampir menyatu dengan rumah
induk, menjadi pemikiran tersendiri bagi pemerintah maupun masyarakat untuk membenahi
Karakteristik lain dari masyarakatnya adalah tandon air atau PAH pada sebagian rumah
penduduk. Dari pantauan terhadap perilaku masyarakat, tandon-tandon air yang berupa PAH
sangat jarang dikuras, sehingga dapat berdampak pula terhadap kesehatan masyarakat baik
secara langsung maupun tidak langsung. Demikian pula dengan keberadaan telaga, yang
dimanfaatkan secara bersama-sama baik untuk kebutuhan manusia maupun hewan, secara
Pada beberapa desa masih dijumpai perkawinan usia dini, hal ini masih merupakan
budaya, sehingga orangtua merasa bangga kalau anak perempuannya bisa menikah lebih awal
tanpa memperdulikan umur anak apakah sudah memenuhi syarat atau belum, sehingga ada
istilah “tuku umur”. Budaya ini sebenarnya bisa menimbulkan masalah kesehatan antara
timbulnya ibu hamil resiko tinggi dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Tingkat pendidikan
kepala keluarga mayoritas lulusan SD-SMP bahkan banyak juga yang tidak tamat SD juga
mempengaruhi dalam masalah ini yaitu Tidak tamat SD 7.935 jiwa, Tamat SD 6.94 jiwa tamat
SMP/Mts 2.821 jiwa , Tamat SMA 2.601 jiwa, Tamat diploma II/I/III 68 jiwa AK/PT D1,S2,S3 94
jiwa,
Budaya masyarakat untuk meminta pertolongan persalinan kepada dukun bayi, dari
tahun ketahun mengalami penurunan. Hal ini tidak lepas dari semakin meningkatnya jumlah
bidan desa maupun polindes yang tersebar di 4 desa wilayah kerja UPT Puskesmas GedangsariII.
Keberadaan dukun memang masih dipertahankan, tetapi mereka banyak diarahkan untuk tidak
menolong persalinan di rumah, sehingga di berikan transport untuk merujuk ke bidan terdekat.
Trend baru masyarakat adalah pola konsumtif terhadap alat angkutan darat khususnya
kendaraan bermotor roda dua, yang tidak diikuti oleh perilaku berkendaraan yang tertib,
sehingga diprediksikan kecenderungan kejadian kecelakaan lalu lintas dari tahun ketahun
meningkat. Hal ini akan berpengaruh pada angka kecacatan dan kematian penduduk.
D. Ekonomi
sebesar 25,3% menurun 0,56% dibanding tahun 2002. Data tahun 2004 sebanyak 173.250 jiwa
dan data terbaru yaitu Rumah Tangga Miskin (RTM) 95.722 dan masyarakat miskin (Maskin)
340.635 jiwa. Kabupaten Gunungkidul mempunyai prosentase penduduk miskin terbesar yaitu
ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar, baik pangan maupun non
pangan. Dimana menurut PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) tahun 2006 kontribusi
Penduduk di wilayah UPT Puskesmas Gedangsari II bila dilihat dari kelompok umur
banyak terdapat usia produktif yaitu sebesar 26-55 tahun (15.193 jiwa) sedangkan non produktif
pada usia 0-5 tahun (2268 jiwa), umur 6-16 tahun (5909 jiwa), umur 17-25 tahun (6702 jiwa) dan
umur usia lanjut > 56 tahun (5625 jiwa). Kurangnya lapangan kerja yang tersedia menyebabkan
banyak kelompok produktif ini mencari lapangan kerja di luar wilayah Gunungkidul (merantau).
Sedangkan jumlah kepala keluarga menurut status pekerjaan yaitu bekerja 10.748 jiwa
(96,20%) dan tidak bekerja 424 jiwa (3,80%). Mayoritas adalah sebagai petani.
E. Agama
kemudian disusul Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. Sebagai kelengkapan sarana beribadah,
berbagai tempat ibadah telah tersebar di kecamatan bahkan untuk masjid bisa ditemui sampai
tingkat dusun.
musim hujan dan musim kemarau. Pola penyakit yang terkait dengan musim ditandai dengan
insidens penyakit DBD cukup tinggi di awal musim penghujan dan akhir musim kemarau. Lain
halnya penyakit diare, berdasar waktu maka kasus diare justru banyak peningkatan pada musim
kemarau yaitu berkisar antara bulan Juni sampai September. Walaupun kasus diare dan DBD
sering terjadi fluktuasi pada bulan-bulan tertentu, namun masih belum menggeser posisi
penyakit Infeksi akut lain pada saluran pernafasan bagian atas (J06) dan Common cold (J00) dari
Top Five Disease tahun 2008. Pola penyakit ISPA menurut waktu, berdasar data diperoleh
bahwa tidak banyak perbedaan jumlah kasus antara musim penghujan dan musim kemarau.
Pola penyakit menular yang lain yang mengalami trend kenaikan adalah penyakt TBC-
Paru. Sampai sekarang, TBC masih menjadi penyakit menular yang angkanya masih menjadi
peringkat tertinggi khususnya di Gunungkidul. Sudah banyak upaya dari jajaran kesehatan
akan pencegahan dan penanggulangan penyakit TBC, monitoring, screening dan penelitian di
masyarakat secara intensif, semakin mendukung munculnya banyak kasus TBC seperti
tergambar dalam laporan case finding TBC yang meningkat setiap tahun.
Perkembangan teknologi telematika tidak dapat terbendung hampir semua desa bahkan
sampai pelosok dusun terjangkau telepon seluler (Hand Phone/HP), dengan harga yang semakin
murah. Peangkat telepon genggam hampir sudah menjadi kebutuhan masyarakat, perlu
diwaspadai akibat pengaruh radiasi gelombang electromagnet perangkat seluler dan BTS bagi
kesehatan manusia. Munculnya warung internet (warnet)-warnet semakin membuka akses
informasi yang global dan hampir tidak terbatas dengan dampak positif dan negatif yang
menyertai.
Umur harapan hidup di kab Gunungkidul cukup baik jika dibandingkan dengan
umur harapan hidup rata-rata di Indonesia. Umur yang panjang namun tidak berkualitas
(mengalami sakit kronis) akan membawa konsekuensi logis pada perubahan pola
penyakit degeneratif yang timbul. Umur harapan hidup menurut hasil survey yang
Tabel 3.1.
Umur Harapan Hidup Penduduk Kabupaten Gunungkidul
2. Mortalitas
Dengan perubahan pola penyakit dan meningkatnya UHH maka pola penyakit
Tabel 3.2.
Angka Kematian Penduduk UPT Puskesmas Gedangsari II Tahun 2015
KH = Kelahiran hidup
kematian ibu. Penyebab kematian bayi terbanyak adalah karena IUFD, BBLR dan asfiksia. Kasus
BBLR merupakan manifestasi dari berbagai masalah antara lain dari masalah gizi serta kesehatan
ibu waktu hamil. Ibu hamil yang mengalami defisiensi gizi seperti anemia, GAKY, kurang vitamin
A dan Kurang Energi Kronis (KEK) akan berdampak pada kondisi dan status gizi bayi lahir
sehingga pencegahan kasus perlu melibatkan berbagai pihak terkait. Walaupun angka/jumlah
kematian diatas menujukkan ada peningkatan tetapi masih tetap dibawah target nasional.
3. Morbiditas
Berikut ini urutan 10 besar penyakit di UPT Puskesmas Gedangsari di tahun 2015 (sumber data :
laporan LB 1) :
Gambar 3.1.
10 Besar Penyakit di UPT Puskesmas Gedangsari Tahun 2015
2500
2241 2208
2000
1500
1278
948
1000 878
762 758
566
500
321
164
0
J 06 J 22 J 45 L 23 M 06 K 29 J 02 J 00 K 02 M 25
Keterangan :
4. Status Gizi
Keadaan gizi masyarakat tidak lepas dari factor internal maupun eksternal sehingga
penanganan masalah gizi tidak hanya tanggung jawab jajaran kesehatan semata tetapi
masyarakat yaitu : Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA),
dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Keempatnya dapat digambarkan dengan
1. Status Gizi Bayi/Balita pada masalah KEP dan Lingkar Lengan Atas (LILA) untuk Kurang
4. Grade pada Palpasi Gondok dan Tiroid Stimulating Hormon (TSH), Tes T3 – T4 pada
Cakupan Pemantauan Status Gizi (PSG) masyarakat di wilayah kerja UPT Puskesmas Gedangsari
sebagai berikut :
Tabel 3.3.
Cakupan Pemantauan Status Gizi (PSG) Masyarakat Di Wilayah UPT Puskesmas Gedangsari
* Status Gizi
Buruk <1 0
Kurang < 20 15,75
Baik > 78 81,49
Lebih 1 2,03
BBLR ditangani < 10 0
* Kurang Energi Protein (KEP)
Nyata/BGM <1 3,21
Total = GK + GB < 15 16,47
Berdasarkan hasil pemantauan status gizi pada tabel 3.7. diatas terlihat pada indicator
gizi (status gizi) Lebih terlihat dari target 1 ternyata diperoleh 2,03 hal ini dikarenakan
pengetahuan ibu tentang kesehatan balita sudah sangat baik akan tetapi berbanding terbalik
dengan ditemukannya balita BGM yang melebihi target yaitu 3,21% dari target <1% begitupula
perawatan di RS dan penambahan MP-ASI. Banyaknya intervensi ini dikatakan berhasil karena
berdasar evaluasi dan data mulai menunjukkan penurunan yang bermakna walau sebaran
kasusnya mengalami kenaikan. Melihat kondisi tersebut maka perlu dipikirkan langkah konkrit
yang lebih efektif dan efisien dalam menangani program gizi balita sehingga bisa dicapai
kenaikan angka gizi baik yang akan mendukung derajat kesehatan masyarakat yang optimal
(human investment).
B. UPAYA KESEHATAN
belum memenuhi target yang diharapkan. Dalam hal pencatatan dan pelaporan, kendala
terbesar adalah masih lemahnya R/R menggunakan instrument Kohort Ibu sebagai basic
PWS-KIA, walau perlu ada apresiasi dlm peningkatan kelengkapan data. Akibatnya
adalah rendahnya kelengkapan laporan rutin LB3 dan PWS-KIA sebagai base data.
Sehingga Kohort KIA sebagai sumber data yang bersifat facility base perlu didukung
Tabel 3.4.
Cakupan (%) Upaya Kesehatan Ibu di UPT Puskesmas Gedangsari IITahun 2015
b. Pertolongan Persalinan
kesehatan secara professional dan aman, sehingga yang semula kebiasaan persalinan
dilakukan oleh Mbah/Bu Dukun beranak semakin lama berangsur-angsur beralih pada
c. Imunisasi
Program imunisasi yang dilakukan pada sasaran bayi meliputi imunisasi BCG,
Tabel 3.5.
Cakupan Imunisasi Bayi di UPT Puskesmas Gedangsari Tahun 2015
140
121
120
110
102 101
100 94
80
60
40
20
0
BCG DPT/HBcb 1 Campak Polio 3 HB < 7 hr
Pada tahun 2015 ini cakupan imunisasi mengalami peningkatan dibanding tahun
sebelumnya dengan DO 14,47%, cakupan desa dengan UCI (Universal Child Imunization) 100%.
Deteksi tumbuh kembang dilaksanakan pada bayi serta anak balita dan anak pra-
sekolah (APRAS) pada tahun 2015 sama sekali tidak dilakukan sehingga tidak ada data, hal ini
dimungkinkan tidak ada koordinasi dan job discribtion yang baik. Data yang ada jumlah balita
ada 1.888 jiwa, anak SD/MI ada 1.028 jiwa, siswa SMP/SMU ada 1719 jiwa.
Bayi, balita dan ibu hamil/nifas merupakan kelompok sasaran yang sangat
rentan terhadap penyakit dan masalah kesehatan lainnya, sehingga program perbaikan gizi
diarahkan pada kelompok tersebut. Program perbaikan gizi antara lain meliputi pemberian
Tabel 3.6.
Cakupan Pemberian Vitamin A, Fe dan Kapsul Iodium
di UPT Puskesmas Gedangsari tahun 2015
Distribusi Vit. A
* Balita (100%) 108,74
* Ibu nifas (90%) 90,51
Cakupan Bumil mendapat Fe
* Fe 1 (90%) 100,90
* Fe 3 (90%) 100,90
Cakupan Desa dengan garam 100
beryodium baik
Sumber : Laporan Petugas Gizi UPT Puskesmas Gedangsari Tahun 2015
Pemberian Vitamin A pada Balita untuk setiap tahun diberikan pada dua tahap (Bulan
Vitamin A) yaitu pada bulan Pebruari dan Agustus. Distribusi vitamin A banyak dilakukan melalui
Posyandu. Cakupan pemberian Fe kepada bumil dan balita sangat berkaitan dengan banyaknya
kasus anemia yang ada di kabupaten Gunungkidul umumnya. Bentuk pemberian Fe pada balita
berupa sirup multivitamin sedangkan untuk ibu hamil/nifas berupa suplemen TTD (tablet
tambah darah). Cakupan pemberian vitamin A dan pemberian Fe maupun desa dengan garam
Pelayanan pengobatan di puskesmas mempunyai andil yang cukup besar dalam upaya
pelayanan kesehatan kepada masyarakat menuju derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Keberhasilan kegiatan pelayanan kesehatan dipengaruhi antara lain oleh factor internal yang
fungsional menjadi hal penting yang mempengaruhi kinerja organsasi, demikian pula dengan
mutu pelayanan yang diberikan. Kegiatan pelayanan pengobatan di UPT Puskesmas Gedangsari
dilaksanakan melalui kegiatan rawat jalan yang dilakukan di dalam maupun luar gedung, serta
kegiatan rawat inap. Keberadaan dan kinerja yang baik dari tenaga professional diantaranya
dokter, perawat, bidan dan tenaga kesehatan yang lain merupakan factor yang sangat
Gedangsari.
Kunjungan rawat jalan puskesmas meliputi kunjungan aktif dan pasif. Kunjungan aktif
dilakukan puskesmas melalui Puskesmas Pembantu (3 pustu) yang dimiliki UPT Puskesmas
Gedangsari II, kegiatan Puskesmas Keliling yang biasanya dipadukan dengan kunjungan ke
Posyandu Balita maupun Posyandu lansia atau Poskesdes. Kunjungan pasien rawat jalan pada
tahun 2015 sebanyak 22.970 kunjungan dari 20.301 penduduk. Rata-rata kunjungan rawat jalan
dengan Kartu Jamkesmas dan pasien dengan kartu BPJS. Kunjungan UPT Puskesmas Gedangsari
4500
4000
3500
3000
2500 Bayar
2000 Gratis
1500
Askes
1000
Jumlah
500
Seiring dengan dipacunya target pendapatan yang harus dicapai oleh puskesmas, maka
kunjungan rawat jalan UPT Puskesmas Gedangsari pada tahun 2015 mengalami kenaikan.
dengan diberlakukannya kebijakan Bupati tentang Puskesmas Gratis, maka kunjungan rawat
jalan (tanpa tindakan) tidak dikenakan biaya retribusi untuk catatan medis dan pelayanan
harian. Kebijakan gratis sebelumnya hanya berlaku bagi mereka yang mempunyai kartu
jamkessos dan Jamkesmas, sehingga pada tahun 2015 terjadi kenaikan untuk kunjungan gratis.
Munculnya beberapa pelayanan kesehatan swasta sebagai tindak lanjut dari munculnya
kunjungan pasien ke puskesmas. Selain hal tersebut cakupan kunjungan puskesmas juga tidak
lepas dari factor kelengkapan sarana/prasarana, keterjangkauan akses, kualitas pelayanan dan
manajemen puskesmas.
Kunjungan pasien yang dibayar dari asuransi kesehatan meliputi ASKES Pegawai negeri
dan jamkesmas/BPJS. Selain itu terdapat pula program jamkesta yang dilaksanakan dari dana
propinsi untuk membantu pembiayaan kesehatan masyarakat. Kebijakan pemerintah pusat yang
pemerintah daerah maupun oleh masyarakat miskin yang menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan pemerintah ataupun swasta yang ditunjuk. Program Asuransi Kesehatan bagi semua
dalam kemandirian upaya kesehatan perlu dikaitkan dengan mengalokasikan sumberdya secara
maksimal dengan harapan pembiayaan kesehatan bukan lagi merupakan kendala masyarakat
a. Demam Berdarah
merupakan daerah endemis demam berdarah dengan Case Fatality Rate (CFR) yang cukup tinggi
bila dibandingkan dengan standart nasional. Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD
yang telah dilaksanakan berupa pemberantasan penyakit DBD yang telah dilaksanakan berupa
mengubur + ikanisasi serta kegiatan lain berupa abatisasi dan fogging (pengasapan).
Berdasar waktu maka antara bulan Nopember sampai April merupakan bulan yang
banyak terjadi kasus DBD sehingga pada masa ini perlu diwaspadai terjadinya KLB. Dapat
disimpulkan sangat erat kaitannya dengan curah hujan dan kelembaban udara. Lingkungan,
mobilisasi penduduk yang tinggi serta kepadatan penduduk juga sangat berperan dalam proses
b. Malaria
Kasus malaria di UPT Puskesmas Gedangsari tidak ditemukan (tidak ada kasus).
c. Diare
Jumlah kasus diare UPT Puskesmas Gedangsari II sebanyak 186 jiwa dan ditangani
semua (100%). . Kasus penyakit diare sangat erat dengan lingkungan serta perilaku. Kejadian
d. Kusta
Jumlah penderita kusta tahun 2008 ada 3 orang (Multi Basiler/MB) terjadi kenaikan
dari pada tahun 2007 yang ditemukan 1 kasus baru murni. Ditemukannya penderita baru sangat
dimungkinkan karena adanya kontak dengan penderita lama. Pencarian penderita selama ini
dilaksanakan dengan kegiatan pemeriksaan keluarga yang kontak dengan penderita (kontak
e. TBC-Paru
Jumlah penderita klinis ada 27 orang dengan uraian positif ada 8 orang, diobati
semua (100%) dan sembuh 4 orang (50%). Terjadi peningkatan dari tahun 2007 dimana BTA(+) 6
orang dan rontgen (+) 4 orang. Penemuan penderita mengalami fluktuasi baik penemuan
dengan BTA (+) maupun Rontgen. Berdasarkan program nasional, prevalensi TBC adalah
115/100.000 penduduk dan pencarian diarahkan untuk umur > 15 tahun serta pemeriksaan BTA
positif. Sementara ini pengobatan diberikan secara cuma-Cuma melalui program TB dari pusat.
treatment of shortcourse) telah dilaksanakan beberapa tahun terakhir. Hasil evaluasi indicator
cakupan yaitu :
(1) Case Detection Rate (CDR) yaitu semua penderita baru dari semua jenis TB yang
diperoleh baik melalui pemeriksaan dahak BTA (+), BTA (-) rontgen (+), TB anak dan TB
(2) Konversi (Conversion Rate/CR) yaitu perubahan hasil pengobatan setelah dua bulan dari
BTA (+) menjadi BTA (-). Angka konversi yang harus dicapai adalah 80% selalu melampui
target.
(3) Angka Kesembuhan (Cure Rate/cr) adalah hasil pengobatan pada akhir fase pengobatan
lanjutan (2 bulan pengobatan intensif 4 bulan adalah fase lanjutan) diperiksa dahaknya
bila negative dinyatakan sembuh. Bila penderita tidak bisa diperiksa dahaknya maka
dinyatakan sebagai pengobatan lengkap. Angka kesembuhan yang baik bila > 85%
capaiannya berfluktuasi
(4) Error Rate (ER) yaitu dengan menghitung tingkat kesalahan pemeriksaan laboratorium
Jumlah penderita 1674 kasus dan tidak ditemukan adanya pneumonia. Dalam Top
Ten ISPA meliputi (J00, J01, J02, J03, J04, J05) dan Penyakit Lain Saluran Pernafasan Atas (J06).
4. Didalamnya termasuk Tonsillitis, Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Atas, Penyakit Lain
Pencarian penderita diarahkan pada tersangka HIV melalui pemeriksaan darah pada
sasaran resiko tinggi. Selama tahun 2015 tidak ditemukan kasus HIV atau IMS.
Selama tahun 2015 tidak ada kasus meliputi Difteri, Pertusis, Tetanus, Tetanus
Pola penyakit tidak menular dari tahun ke tahun hampir sama jenis penyakitnya hanya
meningkatnya kelompok usia lanjut dan pola konsumsi masyarakat juga membawa konsekuensi
masyarakat juga banyak berdampak baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap pola
penyakit yang timbul. Adapun top ten penyakit tidak menular di tahun 2015 adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.7.
Lima Besar Penyakit Tidak Menular Di UPT Puskesmas Gedangsari
No Diagnose ICD X Jumlah
6. Penyehatan lingkungan
Berdasar hasil kegiatan kesehatan lingkungan pada tahun 2015 diperoleh angka
sebagai berikut :
Tabel 3.8.
Jumlah Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar
Tabel 3.9.
Data Kesehatan Lingkungan Di Wilayah UPT Puskesmas Gedangsari Tahun 2015
Jenis Jumlah %
permanen dengan model yang lebih modern. Sebagian besar pedesaan telah teraliri
oleh aliran listrik. Cakupan rumah sehat menunjukkan angka 80,18 % sudah baik tapi
Jamban keluarga dan tempat sampah dengan prosentase kepemilikan 0%, hal ini
Air menjadi salah satu masalah penting. Kasus kekeringan menjadi hal yang rutin
terjadi dan terkait erat dengan potensi dari kandungan air di tanah kapur. Program
memompa sungai bawah tanah untuk dialirkan ke daerah potensial kekeringan telah
serta kondisi geografi yang ada masih belum semua masalah ketersediaan air bersih
bisa tertuntaskan.
Penyediaan air dalam bentuk PAH (Penampungan air hujan) bagi penduduk
setempat juga telah dilakukan namun demikian PAH bukanlah pemecahan utama
karena dengan berakhirnya musim penghujan maka fungsi penyediaan air pada
akhirnya menjadi hilang. Alternative pengadaan air bersih melalui beli air dengan
truk tanki air menjadi beban ekonomi tersendiri bagi masyarakat setempat.
7. Perilaku, Promosi Dan Pemberdayaan Masyarakat
kebutuhan pangan lebih besar dari konsumsi non pangan. Hasil tersebut
masyarakat konsumsi non pangan akan lebih tinggi. Hasil ini pula sesuai dengan
data dari Susenas (survey sosial ekonomi nasional). Biaya pangan tersebut
masih sangat minim, hal ini merupakan pekerjaan rumah bagi puskesmas
b. PHBS
adalah Perilaku Hidup bersih dan sehat (PHBS) yang pada intinya memberikan
4 strata dengan penilaian berdasarkan warna dan hasil survey PHBS dengan
sasaran rumah tangga seperti terlihat pada tabel 3.8 dibawah ini :
Tabel 3.10.
Starata PHBS Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gedangsari Tahun 2015
Dari hasil kajian strata PHBS diatas ditemukan masalah yaitu pada strata
hijau (cukup) masih kurang dari target yaitu hanya 47 sedangkan target 50-74.
Dan strata yang lain sudah melebihi dari target. Hal ini bisa disebabkan karena
gedangsari masuk kategori sedang untuk wilayah kecamatan bebas rawan gizi
(>15%) yaitu 16,47% dan melebihi prosentase KEP (kurang energi protein) dan
jumlah posyandu yang aktif sebagai bentuk partisipasi masyarakat dalam upaya
bayinya sampai dengan usia 6 bulan secara ekslusif yaitu 33 bayi (57,9%) dari 57
bayi usia 0-6 bulan. Meskipun lebih dari 50% tetapi masih perlu diupayakan
program Inisiasi Menyusui Dini (IMD) yang juga bermanfaat untuk mengurangi
Berat ringannya penyakit serta kondisi ekonomi dalam hal ini ketersediaan
kesehatan meskipun masih ada yang pergi ketabib, sinse atau dukun tapi
Untuk kegiatan peran serta masyarakat bisa kita lihat antara lain dari kegiatan
masyarkat dan oleh masyarakat sehingga maju mundurnya posyandu tidak lepas
balita yan didukung dengan program peningkatan gizi berupa pemberian makanan
tambahan (PMT). Penjaringan kasus gizi buruk pada balita banyak ditemukan
berbeda dengan hasil survey tentang kebiasaan menimbang balita dimana 80,22%
ibu balita biasa menimbangkan anaknya baik ke posyandu, sarana pelayanan
yang meliputi posyandu pratama, madya, purnama dan mandiri. Data selengkapnya
Gambar 3.3
Tingkatan Posyandu Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gedangsari II Tahun 2015
Mandiri Pratama
0% 0%
Purnama Pratama
34,33%
Madya
Madya
66,67% Purnama
Mandiri
Tingkatan perkembangan posyandu yang menjadi harapan adalah tingkat Purnama atau
Mandiri dimana cakupan kegiatan sudah mencapai >50% (KIA, KB, Imunisasi, cakupan D/S).
selain itu masih ada indicator tambahan lain yaitu adanya program tambahan dan dana sehat.
Cakupan UPT puskesmas Gedangsari pada tingkatan mandiri masih 0% dan menjadi catatan
untuk lebih mengembangkan kegiatan peran serta masyarakat dalam upaya pembangunan
kesehatan.
melalui peraturan daerah memberikan landasan yang kuat bagi Dinas Kesehatan
pembangunan kesehatan.
dihasilkan antara lain adalah peraturan daerah tentang Struktur Organisasi Dinas
Kesehatan, perijinan pelayanan kesehatan swasta dan standart pelayanan minimal
pencatatan dan pelaporan rutin dari puskesmas maupun swasta serta dari kegiatan
yang sangat diperlukan dimasa globalisasi ini. Ketersediaan data yang tepat/akurat,
data dan informasi yang memadai. Usulan program yang tidak rasional merupakan
wujud dari tidak adanya data dan informasi yang memadai dari programmer. Hal ini
juga memberikan bebab yang sangat berlebih bagi puskesmas sebagai ujung
tombak karena system pada saat itu tidak mampu mengevaluasinya. Monitoring
dan evaluasi pada satu sisi proyek akan tidakmenyenangkan dan dicurigai, lebih
global menjadi pilihan petugas terlihat dari minimnya data-data hasil penelitian
informasi.
dilakukan baik melalui karya tulis ilmiah dari petugas yang meneruskan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi maupun untuk keperluan pembuatan profil puskesmas.
c. Administrasi kesehatan
mencapai Indonesia Sehat 2010 melalui strategi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
A. DERAJAD KESEHATAN
Data dari BPS Gunungkidul, rata-rata umur harapan hidup penduduk gunungkidul
adalah 70,53. Masih tinggi dibandingkan dengan angka rata-rata nasional yaitu 68
tahun. Hal ini menandakan bahwa meskipun banyak kendala hidup di gunungkidul
hidup, tidak banyak factor stress, dan relative tidak banyak persaingan, disamping
2. Angka Kematian
Angka kematian bayi baru lahir (neonatus) sudah berhasil melampoi rata-rata
nasional yaitu 0,03 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menandakan bahwa program
upaya kesehatan bayi, anak dan balita cukup berhasil. Demikian pula pada upaya
kesehatan ibu hamil, melahirkan dan ibu nifas. Angka kematian ibu pada tahun 2008
tidak ada kasus. Angka kematian kasar adalah cukup baik yaitu 0,04 per 1000
penduduk, artinya sudah melampoi rata-rata kematian nasional yaitu 7 per 1000
penduduk.
3. Angka Kesakitan
Angka kesakitan pada semua golongan umur sebesar 71,71%. Angka kematian bayi
secara absolut sebesar 4 bayi atau sebesar 0,04 kematian bayi per 1000 kelahiran
hidup. Peningkatan jumlah kasus di tahun 2008 lebih dikarenakan mulai tertatanya
system informasi kematian melaui Audit Maternal Perinatal dari berbagai sumber
data, sedang di tahun 2006 hanya tercatat kasus di puskesmas saja sehingga angka
kematian sedikit.
B. STATUS GIZI
Kasus KEP, KEK masih banyak dijumpai dan dari kategori status gizi sudah melampoi
target. Angka gizi buruk diatas standar nasional yaitu 0,73% dari target <1%. Total KEP
C. SUMBERDAYA KESEHATAN
Dari total tenaga kesehatan yang ada di UPT puskesmas gedangsari II, proporsi tenaga
medis sebanyak 3 orang (14,71%), tenaga paramedic (bidan, perawat dan teknis medis)
sebesar 13 orang (66%) dan tenaga lain sebesar 5 orang (19%). Proporsi yang demikian,
terutama di UPT puskesmas Gedangsari yang memiliki 4 wilayah kerja, masih dirasakan
D. UPAYA KESEHATAN
kecuali pada K4 yang masih dibawah target nasional 95%. Kurangnya dokumentasi
persalinan dan pelacakan kasus menjadi alas an utama mengapa data yang
Imunization) 100%.
Deteksi tumbuh kembang dilaksanakan pada bayi serta anak balita dan anak pra-
sekolah (APRAS) tetapi pada tahun 2015 sama sekali tidak dilakukan sehingga tidak
ada data, hal ini dimungkinkan tidak ada koordinasi, job discribtion yang baik
sehinga perlu membentuk jejaring dengan lintas sector. Data yang ada jumlah balita
ada 1.888 jiwa, anak SD/MI ada 1819 jiwa, siswa SMP/SMU ada 1719 jiwa.
Program perbaikan gizi dengan cara pemberian Vit.A, Fe dan kapsul Iodium. Dari
semua sasaran sudah diatas target nasional. Begitu pula dengan cakupan desa
3. Pelayanan Pengobatan/Perawatan
Angka kunjungan rawat jalan (didalam maupun diluar gedung) cukup tinggi dengan
Untuk pemanfaatan rawat inap masih cukup rendah yaitu <5% dari jumlah
penduduk. Hal ini dikarenakan rawat inap baru dilaksnakan sekitar bulan Oktober
2008 sehingga masih banyak yang harus dipelajari dan dibenahi agar kinerjanya bisa
gempa.
Dari 16 kasus 15 kasus dapat ditangani (93,75%) menurun 9 kasus dari tahun 2007
rumah dengan angka bebas jentik tidak ada data. Banyaknya kasus DBD
menandakan terus adanya vector nyamuk (Aedes Aegypti) dan virus penyebab
penyakit DBD.
2. Malaria
Kasus malaria di UPT Puskesmas Gedangsari tidak ditemukan (tidak ada kasus).
3. Diare
Jumlah kasus diare UPT Puskesmas Gedangsari sebanyak 430 jiwa dengan diare
pada balita 713 jiwa dan ditangani semua (100%). Jumlah ini lebih banyak dari
tahun 2007 yaitu 515 orang. Kasus penyakit diare sangat erat dengan lingkungan
serta perilaku. Kejadian diare bisa dikaitkan dengan kebiasaan cuci tangan sebelum
makan.
4. Kusta
Jumlah penderita kusta tahun 2008 ada 3 orang (Multi Basiler/MB) terjadi kenaikan
dari pada tahun 2007 yang ditemukan 1 kasus baru murni. Ditemukannya penderita
5. TBC-Paru
Jumlah penderita klinis ada 27 orang dengan uraian positif ada 8 orang, diobati
semua (100%) dan sembuh 4 orang (50%). Terjadi peningkatan dari tahun 2007
dimana BTA(+) 6 orang dan rontgen (+) 4 orang. Penemuan penderita mengalami
Jumlah penderita 1674 kasus dan tidak ditemukan adanya pneumonia. Dalam top
ten ISPA meliputi (J00, J01, J02, J03, J04, J05) dan penyakit lain saluran pernafasan
atas (J06). Adapun ISPA dalam program P2-ISPA mempunyai ICD X sebagai berikut :
7. Penyakit Kelamin
Pencarian penderita diarahkan pada tersangka HIV melalui pemeriksaan darah pada
sasaran resiko tinggi. Selama tahun 2015 tidak ditemukan kasus HIV atau IMS.
Selama tahun 2015 tidak ada kasus meliputi difteri, pertusis, tetanus, tetanus
Penyakit tidak menular didominasi oleh Dispepsia. Menurut hasil penelitian, tingkat
Banyaknya indicator yang harus diukur untuk kesehatan lingkungan dan duplikasi
dengan program lain seperti PHBS dan kecamatan sehat menjadikan evaluasi
F. PROMOSI KESEHATAN
spanduk. Keterlibatan pihak swasta juga telah berjalan di Sekolah Dasar binaan UPT
puskesmas gedangsari yaitu di SD Tengklik Tegalrejo yaitu dari pihak ASTRA dalam
Kinerja program kesehatan dapat dilihat pada hasil capaian indicator baik input, proses
Kinerja program bila dilihat dari output seperti yang tercantum dalam indicator derajat
kesehatan masyarakat secara umum (AKI, AKB, UHH dan status gizi) bisa dikatakan baik
yang dibuktikan dengan terjadinya penurunan jumlah kematian ibu, penurunan angka
kesakitan bayi dan balita serta penurunan angka status gizi buruk. Namun demikian,
kinerja pelayanan kesehatan anak masih perlu peningkatan karena jumlah kematian
tersebut bisa dilihat pada perhatian stakeholder untuk pembangunan kesehatan cukup
nyata dari peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Kegiatan tilik yandu
polindes dan upaya kesehatan bersumber masyarakat lainnya merupakan asset yang
PENUTUP
Gedangsari Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016 (data 2015) sebagai gambaran keberhasilan
Tentunya banyak hal yang belum terekam dan tersajikan pada Profil kesehatan UPT
Puskesmas Gedangsari Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016(Data 2015) ini,
sehingga data yang lain yang dimiliki oleh masing-masing lintas program maupun lintas sector
akan semakin memberikan gambaran hasil pembangunan kesehatan yang lebih detail. Untuk
itulah saran dan masukan dari berbagai pihak sangat kami harapkan guna penyempurnaan lebih
lanjut.
Akhirnya, semoga profil ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang bekepentingan dan dapat