Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“KIA-KB”

DISUSUN OLEH:

NAMA : Rini Artika

STAMBUK : N 101 17 038

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator gabungan


yang memperlihatkan kualitas manusia secara komprehensif dari segi
ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Indikator derajat kesehatan masyarakat
diukur dari Umur Harapan Hidup (UHH) yang terkait erat dengan Angka
Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan status gizi bayi dan
Balita. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), AKI
secara nasional pada tahun 2007 adalah 228 per 100.000 Kelahiran Hidup
(KH) dan diharapkan pada tahun 2015 dapat mencapai 102 per 100.000 KH.
Walaupun AKI di Indonesia telah mengalami penurunan, namun masih
menduduki peringkat tertinggi di Asia Tenggara. Sementara itu AKB tahun
2007, 34 per 1000 KH, diharapkan pada tahun 2015 dapat mencapai 23 per
1000 KH. Angka Kematian Balita (AKBA), adalah 44 per 1000 KH,
diharapkan pada tahun 2015 dapat mencapai 32 per 1000 KH. Pencapaian
tahun 2015 merupakan target komitmen global Millenium Development Goals
(MDG’s).
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan guna tercapainya
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang,
menyangkut fisik, mental, maupun sosial budaya dan ekonomi. Untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal dilakukan berbagai upaya
pelayanan kesehatan yang menyeluruh, terarah dan berkesinambungan.
Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi. Pertama: yang
laten yaitu kematian ibu dan kematian bayi yang masih tinggi akibat bebagai
faktor termasuk pelayanan kesehatan yang relatif kurang baik. Kedua ialah
timbulnya penyakit degeneratif yaitu menopause dan kanker.
Dalam globalisasi ekonomi kita diperhadapkan pada persaingan global
yang semakin ketat yang menuntut kita semua untuk menyiapkan manusia
Indonesia yang berkualitas tinggi sebagai generasi penerus bangsa yang harus
disiapkan sebaik mungkin secara terencana,terpadudan berkesinambungan.
Upaya tersebut haruslah secara konsisten dilakukan sejak dini yakni sejak
janin dalam kandungan, masa bayi dan balita, masa remaja hingga dewasa
bahkan sampai usia lanjut. Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan
yang memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan angka kesakitan dan kematian Bayi (AKB). Bidan
memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan paripurna,
berfokus pada aspek pencegahan, promosi dengan berlandaskan kemitraan
dan pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan
lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang membutuhkannya,
kapan dan dimanapun dia berada. Untuk menjamin kualitas tersebut
diperlukan suatu standar profesi sebagai acuan untuk melakukan segala
tindakan dan asuhan yang diberikan dalam seluruh aspek pengabdian
profesinya kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik dari aspek input,
proses dan output.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KIA
1. Pengertian Program KIA
KIA adalah kegiatan kelompok belajar kesehatan ibu dan anak yang
anggotanya meliputi ibu hamil dan menyusui. Upaya kesehatan Ibu dan
Anak adalah upaya di bidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita
serta anak prasekolah. Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA masyarakat
dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari aspek non klinik terkait
kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-
menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal
penggunaan alat tranportasi atau komunikasi (telepon genggam, telepon
rumah), pendanaan, pendonor darah, pencacatan pemantauan dan informasi
KB. Dalam pengertian ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada
masyarakat, pemuka masyarakat serta menambah keterampilan para dukun
bayi serta pembinaan kesehatan di taman kanak-kanak.
Peranan ibu terhadap anak adalah sebagai pembimbing kehidupan di
dunia ini. Ibu sangat berperan dalam kehidupan buah hatinya di saat
anaknya masih bayi hingga dewasa, bahkan sampai anak yang sudah dilepas
tanggung jawabnya atau menikah dengan orang lain seorang ibu tetap
berperan dalam kehidupan anaknya.

2. Tujuan Program KIA


Tujuan Program Kesehatan Ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya
kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang
optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak
untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan
bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya. Sedangkan tujuan khusus
program KIA adalah :
1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku), dalam
mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan
teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga,
paguyuban 10 keluarga, Posyandu dan sebagainya.
2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah
secara mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga,
Posyandu, dan Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau
TK.
3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki.
4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas,
ibu meneteki, bayi dan anak balita.
5. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak
prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.

3. Prinsip Pengelolaan Program KIA


Target global penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) MDGs
(Millenium Development Goals sebesar tiga-perempatnya pada tahun 2015 .
Sementara target penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka
Kematian Balita (AKABA) sebesar dua-pertiga. Berdasarkan kesepakatan
global tersebut Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan Angka
Kematian Ibu menjadi 102/100.000 Kelahiran Hidup (KH), Angka
Kematian Bayi dari 68 menjadi 23/1.000 KH, dan Angka Kematian Balita
97 menjadi 32/1.000 KH pada tahun 2015. Kalau dilihat dari potensi untuk
menurunkan Angka kematian Ibu (AKI) masih on track walaupun
diperlukan sumber daya yang kompeten (Pedoman Pengawasan Wilayah
Setempat Kesehatan Ibu dan Anak , Depkes RI. 2009).
Terkait dengan tujuan dan target diatas, kemudian diterapkan berbagai
strategi untuk menurunkan AKI<AKABA, maupun AKB, sehingga tetap on
the track menuju target MDGs. Dan salah satu strategi ini, diantaranya
dengan penerapan system informasi manajemen kesehatan ibu dan anak,
dengaan penerapan pemantauan wilayan setempat (PWS) KIA. Pelayanan
KIA diutamakan pada kegiatan pokok :
1. Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan
mutu yang baik serta jangkauan yang setinggi-tingginya.
2. Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada
peningkatan pertolongan oleh tenaga professional secara berangsur.
3. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga
kesehatan maupun di masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta
penanganan dan pengamatannya secara terus menerus.
4. Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari 1bulan)
dengan mutu yang baik dan jangkauan yang setinggi tingginya.

B. Keluarga Berencana (KB)


1. Pengertian KB
KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami
istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran
(Hartanto, 2004; 27).
Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997:
keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri
untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga. 
Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992
(tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran,
pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil,
bahagia dan sejahtera.

2. Tujuan Umum Keluarga Berencana


Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial – ekonomi
suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak, agar diperoleh suatu
keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
(Mochtar, 2002)
Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan: 
a. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan
anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak
pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah
cukup. 
b. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah
menikah lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan,
hal ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia. 
c. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan
yang akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk
keluarga yang bahagia dan berkualitas. 
d. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil
Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga
berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi
sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi. 
e. Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi. 
f. Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi. 
g. Meningkatkan Kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan
keluargakecil yang bahagiadan sejhtera melalui pengendalian kelahiran
dan pengendlian pertumbuhan penduduk Indonesia.
h. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang
bermutu dan meingkatkan kesejahteraan keluarga

3. Macam-Macam Metode KB
1. Metode sederhana meliputi :
a) KB alamiah (Metode kalender (Ogino-Knaus), Metode Suhu
Basal (Termal), Metode lendir serviks (Billings), dan Coitus
Interuptus (Hanafi, 2001).
- Metode Kalender (Ogino-Knaus)
Merupakan metode dimana pasangan menghindari
berhubungan seksual selama periode subur wanita
berdasarkan panjang siklus menstruasi, kemungkinan waktu
ovulasi, jangka waktu sel telur masih dapat dibuahi, dan
kemampuan sperma untuk bertahan di saluran reproduksi
wanita. Periode subur seorang wanita dihitung dari : (siklus
menstruasi terpendek – 18) dan (siklus menstruasi terpanjang
- 11)
- Metode Suhu Basal (Termal)
Pengukuran dilakukan pada suhu basal (suhu ketika bangun
tidur sebelum beranjak dari tempat tidur. Suhu basal akan
menurun sebelum ovulasi dan agak meningkat (kurang dari
1° Celsius) setelah ovulasi. Hubungan seksual sebaiknya
tidak dilakukan sejak hari pertama menstruasi sampai
3 hari setelah kenaikan dari temperatur.
- Metode Lendir Serviks (Billings)
Metode mengamati kualitas dan kuantitas lendir serviks setiap
hari. Periode subur ditandai dengan lendir yang jernih,
encer, dan licin. Abstinensia (tidak melakukan hubungan
seksual) diperlukan selama menstruasi, setiap hari selama
periode preovulasi (berdasarkan lendir serviks), dan sampai
waktu lendir masa subur muncul sampai 3 hari setelah lendir
masa subur itu berhenti.
- Coitus Interuptus
Pada metode ini, pria mengeluarkan/menarik penisnya dari
vagina sebelum terjadinya ejakulasi (pelepasan sperma ketika
mengalami orgasme). Metode ini kurang dapat diandalkan
karena sperma bisa keluar sebelum orgasme juga memerlukan
pengendalian diri yang tinggi serta penentuan waktu yang tepat
b) Secara Mekanis
- Kondom (pria dan wanita) yaitu metode yang
mengumpulkan air mani dan sperma di dalam kantung kondom
dan mencegahnya memasuki saluran reproduksi wanita.
Kondom pria harus dipakai setelah ereksi dan sebelum alat
kelamin pria penetrasi ke dalam vagina yang meliputi separuh
bagian penis yang ereksi. Tidak boleh terlalu ketat (ada tempat
kosong di ujung untuk menampung sperma). Kondom harus
dilepas setelah ejakulasi.
- IUD (spiral) , Fleksibel, alat yang terbuat dari plastik yang
dimasukkan ke dalam rahim dan mencegah kehamilan dengan
cara menganggu lingkungan rahim, yang menghalangi
terjadinya pembuahan maupun implantasi. Spiral jenis copper
T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan dengan cara
menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim
dan dapat dipakai selama 10 tahun. Progestasert IUD
(melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan
dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat.  IUD dapat
dipasang kapan saja selama periode menstruasi bila wanita
tersebut tidak hamil. Untuk wanita setelah melahirkan,
pemasangan IUD segera (10 menit setelah pengeluaran
plasenta) dapat mencegah mudah copotnya IUD. IUD juga
dapat dipasang 4 minggu setelah melahirkan tanpa faktor risiko
perforasi (robeknya rahim). Untuk wanita menyusui, IUD
dengan progestin sebaiknya tidak dipakai sampai 6 bulan
setelah melahirkan. IUD juga dapat dipasang segera setelah
abortus spontan triwulan pertama, tetapi direkomendasikan
untuk ditunda sampai involusi komplit setelah triwulan kedua
abortus.  Setelah IUD dipasang, seorang wanita harus dapat
mengecek benang IUD setiap habis menstruasi. Kondisi
dimana seorang wanita tidak seharusnya menggunakan IUD
adalah :
1. Kehamilan
2. Sepsis
3. Aborsi postseptik dalam waktu dekat
4. Abnormalitas anatomi yang mengganggu rongga rahim
5. Perdarahan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya
6. Penyakit tropoblastik ganas
7. Kanker leher rahim, kanker payudara, kanker
endometrium
8. Penyakit radang panggul
9. PMS (premenstrual syndrome) 3 bulan terakhir dan
imunokompromise (penurunan kekebalan tubuh)
10. TBC panggul
2. Metode modern
a) Kontrasepsi hormonal, Kontrasepsi ini tersedia dalam bentuk oral,
suntikan, dan mekanik. Kontrasepsi oral adalah kombinasi dari
hormon estrogen dan progestin atau hanya progestin-mini pil.
Suntikan dan kontrasepsi implant (mekanik) mengandung progestin
saja atau kombinasi progestin dan estrogen.
- Kontrasepsi oral kombinasi (pil)
Kontrasepsi oral kombinasi (pil) mengandung sintetik
estrogen dan preparat progestin yang mencegah kehamilan
dengan cara menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur
oleh indung telur) melalui penekanan hormon LH dan FSH,
mempertebal lendir mukosa servikal (leher rahim), dan
menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium. Pil kombinasi
ada yang memiliki estrogen dosis rendah dan ada yang
mengandung estrogen dosis tinggi. Estrogen dosis tinggi
biasanya diberikan kepada wanita yang mengkonsumsi obat
tertentu (terutama obat epilepsy).
Selain untuk kontrasepsi, oral kombinasi dapat digunakan
untuk menangani dismenorea (nyeri saat haid), menoragia,
dan metroragia. Oral kombinasi tidak direkomendasikan untuk
wanita menyusui, sampai minimal 6 bulan setelah melahirkan.
Pil kombinasi yang diminum oleh ibu menyusui bisa
mengurangi jumlah air susu dan kandungan zat lemak serta
protein dalam air susu. Hormon dari pil terdapat dalam air susu
sehingga bisa sampai ke bayi. Karena itu untuk ibu menyusui
sebaiknya diberikan tablet yang hanya mengandung progestin,
yang tidak mempengaruhi pembentukan air susu.
Wanita yang tidak menyusui harus menunggu setidaknya
3 bulan setelah melahirkan sebelum memulai oral kombinasi
karena peningkatan risiko terbentuknya bekuan darah di
tungkai. Apabila 1 pil lupa diminum, 2 pil harus diminum
sesegera mungkin setelah ingat, dan pack tersebut harus
dihabiskan seperti biasa. Bila 2 atau lebih pil lupa diminum,
maka pack pil harus tetap dihabiskan dan metode kontrasepsi
lain harus digunakan, seperti kondom untuk mencegah
kehamilan.
Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu kurang dari
12 minggu setelah persalinan, maka pil KB bisa langsung
digunakan. Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu 12-28
minggu, maka harus menunggu 1 minggu sebelum pil KB
mulai digunakan, sedangkan jika menstruasi terakhir terjadi
dalam waktu lebih dari 28 minggu, harus menunggu 2 minggu
sebelum pil KB mulai digunakan.
- Kontrasepsi oral progestin (pil)
Kontrasepsi oral progestin (pil) mencegah kehamilan
dengan cara menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur
oleh indung telur), mempertebal lendir mukosa leher rahim,
mengganggu pergerakan silia saluran tuba, dan menghalangi
pertumbuhan lapisanendometrium. Keefektifan berkurang bila
pil tidak diminum di waktu yang sama setiap harinya.
Kontrasepsi ini diberikan pada wanita yang menginginkan
kontrasepsi oral namun tidak bisa menggunakan oral kombinasi
karena pengaruh estrogen dapat membahayakan, misalnya pada
wanita yang sedang menyusui.
- Kontrasepsi suntikan progestin
Kontrasepsi suntikan progestin  mencegah kehamilan
dengan mekanisme yang sama seperti progestin pil namun
kontrasepsi ini menggunakan  suntikan intramuskular (dalam
otot <bokong atau lengan atas>). Yang sering digunakan adalah
medroxyprogesterone asetat (Depo-Provera), 150 mg yang
diberikan setiap 3 bulan.
- Kontrasepsi suntikan  estrogen-progesteron
Kontrasepsi suntikan  estrogen-progesteron  suntikan ini
diberikan secara intramuskular setiap bulan, mengandung 25
mg depo medroxyprogesteron asetat dan 5 mg estradiol
cypionat. Mekanisme kerja, efek samping, kriteria, dan
keamanan sama seperti kontrasepsi oral kombinasi. Siklus
menstruasi terjadi lebih stabil setiap bulan. Pengembalian
kesuburan tidak selama kontrasepsi suntikan progestin.
- Implant progestin
Implant progestin  kapsul plastik, tipis, fleksibel, yang
mengandung 36mg levonorgestrel yang dimasukkan ke dalam
kulit lengan wanita. Setelah diberi obat bius, dibuat sayatan dan
dengan bantuan jarum dimasukkan kapsul implan. Tidak perlu
dilakukan penjahitan.
Kapsul ini melepaskan progestin ke dalam aliran darah
secara perlahan dan biasanya dipasang selama 5 tahun.
Mencegah kehamilan dengan cara menghambat terjadinya
ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung telur), mempertebal
lendir mukosa leher rahim, mengganggu pergerakan saluran
tuba, dan menghalangi pertumbuhan lapisan endometrium.
Kontrasepsi ini efektif dalam waktu 48 jam setelah diimplan
dan efektif selama 5-7 tahun.
- Kontrasepsi Patch
Kontrasepsi patch ini didesain untuk melepaskan 20µg
ethinyl estradiol dan 150 µg norelgestromin. Mencegah
kehamilan dengan cara yang sama seperti kontrasepsi oral (pil).
Digunakan selama 3 minggu, dan 1 minggu bebas patch untuk
siklus menstruasi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
KIA adalah kegiatan kelompok belajar kesehatan ibu dan anak yang
anggotanya meliputi ibu hamil dan menyusui. Tujuan umum dari program KIA
adalah agar ibu hamil dan menyusui tahu cara yang baik untuk menjaga
kesehatan sendiri dan anaknya, tahu pentingnya pemeriksaan ke puskesmas dan
posyandu atau tenaga kesehatan lain pada masa hamil dan menyusui serta
adanya keinginan untuk ikut menggunakan kontrasepsi yang efektif dan tepat.
Keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur
banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu,
bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan
kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut. Dalam keluarga
berencana ada kontarsepsi, kontrasepsi ini terdiri dari beberpa jenis yaitu terdiri
dari kimiawi, hormonal, alami, mekanis, sterilisasi dan AKDR. Kontrasepsi
sendiri adalah usaha-usaha untuk mencegah kehamilan itu sendiri terjadi,
kontrasepsi ini dapat berupa permanen ataupun sementara.
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, S. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana Dan Pelayanan Kontrasepsi.Trans


Info Media, Jakarta

Colti, S. 2014. Analisis Kualitas Penggunaan Buku Kesehatan Ibu Anak. Journal
Kesmas. Vol 10 (1) (2014) 14-20, ISSN: 1856 – 1196.Fajar Riyani & Sadela.
2022. EVALUASI PELAYANAN KIA-KB. JURNAL SAINS KEBIDANAN Vol.
4 No. 1 Mei 2022

Lestiyani, Pratidina. 2013. Program KIA.

Andi. 2011. KIA. (http://kia029.blogspot.com/.

Nolvian. 2012. Asuhan Kebidanan Komunitas tentang KIA-KB. (http://nolvian-


midwifery.blogspot.com/2012/10/asuhan-kebidanan-komunitas-tentang-
kb.html

Tinexcelly. 2021. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak di


Puskesmas Terpencil dan Sangat Terpencil di Masa Pandemi Covid-19.
AN-NUR : Jurnal Kajian dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat
Vol. 1 Nomor 2 Januari 2021 Hal. 225 – 238

Wiratih, A. 2013. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Buku Kesehtan Ibu
Dan Anak (KIA) di BPS Titik Desa Padas Kecamatan Tanon Kabupaten
Sragen Tahun 2013. Jurnal Keperawatan. Vol 1, No. 2. Januari 2013.
ISSN: 2264 2156

Anda mungkin juga menyukai