BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan
gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia). Kondisi gagal tumbuh pada anak balita
disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu lama serta terjadinya
infeksi berulang, dan kedua faktor penyebab ini dipengaruhi oleh pola asuh yang
tidak memadai terutama dalam 1.000 HPK. Anak tergolong stunting apabila
panjang atau tinggi badan menurut umurnya lebih rendah dari standar nasional
yang berlaku. Standar dimaksud terdapat pada buku Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) dan beberapa dokumen lainnya.
Wasting adalah kondisi yang menggambarkan apakah berat badan anak
sesuai terhadap pertumbuhan panjang/tinggi badannya. Indikator yang di
gunakan adalah berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) atau berat badan
menurut panjang badan (BB/PB). Wasting adalah bila balita berada dalam
kategori gizi kurang (wasted) atau gizi buruk. Kondisi gizi buruk biasanya
disebabkan oleh penyakit dan kekurangan asupan gizi yang baru saja terjadi
(akut) maupun yang telah lama terjadi (kronis) (PMK No 2 tahun 2020).
Penurunan stunting serta wasting penting dilakukan sedini mungkin untuk
menghindari dampak jangka panjang yang merugikan seperti terhambatnya
tumbuh kembang anak. Stunting mempengaruhi perkembangan otak sehingga
tingkat kecerdasan anak tidak maksimal. Hal ini berisiko menurunkan
produktivitas pada saat dewasa. Stunting juga menjadikan anak lebih rentan
terhadap penyakit. Anak stunting berisiko lebih tinggi menderita penyakit
kronis di masa dewasanya. Bahkan, stunting dan berbagai bentuk masalah gizi
diperkirakan berkontribusi pada hilangnya 2-3% Produk Domestik Bruto (PDB)
setiap tahunnya.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan pada 2018
menemukan 30,8% mengalami stunting. Walaupun prevalensi stunting menurun
dari angka 37,2% pada tahun 2013, namun angka stunting tetap tinggi dan masih
ada 2 (dua) provinsi dengan prevalensi di atas 40% (Bappenas, 2018)
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan penurunan prevalensi stunting dan wasting di Rumah
Khusus Bedah Sinduadi terdiri dari:
C. Batasan Operasional
11. ASI Eksklusif adalah Pemberian ASI saja tanpa makanan atau minuman
tambahan kepada bayi hingga berusia 6 bulan
12. MP-ASI adalah Makanan Pendamping Air Susu Ibu yaitu makanan tambahan
yang mudah dikonsumsi yang diberikan pada bayi selain ASI ketika ASI tidak
dapat mencukupi kebutuhan gizi anak untuk tumbuh kembang optimal.
MPASI diberikan pada anak pas berumur 6 bulan dengan tetap memberikan
ASI
13. PMT (Pemberian Makanan Tambahan)
14. 1000 HPK adalah Seribu Hari Pertama Kehidupan adalah fase kehidupan yang
dimulai sejak terbentuknya janin pada saat kehamilan (270 hari) sampai
dengan anak berusia 2 tahun (730 hari). Pada periode inilah organ-organ vital ;
otak, hati, jantung, ginjal, tulang, tangan atau lengan, kaki dan organ tubuh
lainnya mulai terbentuk dan terus berkembang
15. IMD (Inisiasi Menyusu Dini) proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan
untuk mendapatkan ASI pertama kali (kolostrum),bayi dibiarkan mencari
putting susu ibunya sendiri
16. Pemberian makanan Tambahan bagi Bayi dan Anak (PMBA) adalah Kegiatan
ini ditujukan pada anak usia 7-23 bulan meliputi promosi pemberian ASI
lanjut dan makanan pendamping ASI (MP-ASI) serta konseling konsumsi
makanan beragam, bergizi seimbang dan aman (B2SA) dengan mengacu pada
Pedoman Gizi Seimbang yang diterbitkan oleh Kemenkes tahun 2014
17. FKTP adalah fasilitas kesehatan tingkat pertama yang terdiri dari puskesmas,
praktik dokter, klinik pratama.
18. Lokus adalah lokasi khusus dalam melaksanakan intervensi stunting
19. Pencatatan dan pelaporan gizi dilakukan secara manual.
20. Penatalaksanaan gizi buruk adalah Prosedur atau mekanisme pelayanan gizi
yang dilakukan guna mendukung tata laksana tindakan perawatan pada anak
gizi buruk akut mengacu pada pedoman Tatalaksana Anak Gizi Buruk yang
diterbitkan oleh Kemenkes tahun 2003
21. Manajemen terpadu Balita sakit (MTBS) adalah Suatu pendekatan mengenai
penanganan terpadu / komprehensif pada Balita sakit yang bertujuan untuk
mengurangi kematian, beratnya penyakit dan kecacatan, serta meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak.
D. Landasan Hukum
B. Distribusi Ketenagaan
Tim stunting dan wasting terdiri dari beberapa tenaga kesehatan dari disiplin
keilmuan yang berbeda. Adapun distribusi tim stunting dapat di lihat pada tabel di
bawah ini :
Ditetapkan di : Yogyakarta
Pada : 01 Desember 2022
Direktur Rumah Sakit Khusus Bedah
Sinduadi