Anda di halaman 1dari 8

PROGRAM KERJA

PENURUNAN PREVALENSI STUNTING DAN WASTING

RUMAH SAKIT KHUSUS BEDAH SINDUADI


2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Program Kerja Penurunan
Prevalensi Stunting Dan Wasting ini berhasil disusun.
Perlu disadari bahwa masih kurangnya kesadaran akan pentingnya
mempersiapkan dan mencukupi gizi sejak usia dini di masyakarat. Sehingga, masih
didapatkan tingginya angka prevalensi gizi buruk dalam hal ini kasus stunting dan
wasting. Untuk itu, perlu disusun suatu Program Kerja Penurunan Prevalensi Stunting
dan Wasting di Rumah Sakit Khusus Bedah Sinduadi sebagai acuan program pada
masa yang akan datang

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktur Rumah Sakit Khusus Bedah
Sinduadi yang telah memberikan dukungan moril dan materil dalam pembuatan program
kerja ini, para anggota Tim Penurunan Prevalensi Stunting dan Wasting, para tenaga
medis dan paramedis di lingkungan Rumah Sakit Khusus Bedah Sinduadi yang telah
memberikan masukan dalam proses penyusunan program ini, serta seluruh staf yang
telah dan akan berpartisipasi aktif mulai dari proses penyusunan, pelaksanaan hingga
pada proses monitoring dan evaluasi program kerja ini.

Yogyakarta 01 Oktober 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................................... 1


Kata Pengantar ...................................................................................................................... 2
Daftar Isi ................................................................................................................................. 3
A. PENDAHULUAN........................................................................................................ 4
B. LATAR BELAKANG .................................................................................................. 4
C. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS ................................................................ 5
D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN ..................................................... 5
E. CARA MELAKUKAN KEGIATAN .............................................................................. 6
F. SASARAN .................................................................................................................. 7
G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN ..................................................................... 7
H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN .................................. 8
I. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN ................................... 8
DAFTAR PUSTAKA

3
A. PENDAHULUAN

Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat


kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau
tinggi badannya di bawah standar yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan yaitu
nilai Z-score kurang dari -2 SD (stunted) dan kurang -3 SD (severely stunted).
Wasting merupakan gabungan dari istilah kurus (wasted) dan sangat kurus
(wasted) yang didasarkan pada indeks berat badan menurut panjang badan (BB/PB)
atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dengan ambang batas (Z-score) <-2
SD. Menurut UNICEF, wasting adalah malnutrisi yang paling sering terjadi dan
mengancam jiwa anak-anak. Tubuh yang terlalu kurus dan sistem kekebalan
tubuhnya lemah, sehingga rentan terhadap penyakit dan kematian. Selain itu anak
yang terdampak wasting juga mengalami keterlambatan dalam perkembangan.
Beberapa anak yang terkena wasting juga mengalami edema gizi, yang ditandai
dengan wajah, kaki dan pembengkakan anggota tubuh lain.

B. LATAR BELAKANG
Indonesia dengan sumber daya alam yang melimpah, serta jumlah penduduk
yang meningkat tiap tahunnya, ternyata masih menyimpan permasalahan gagal
tumbuh (stunting) pada anak. Sebanyak 27,67 persen balita di Indonesia mengalami
stunting berdasarkan hasil survey Status Gizi Balita di tahun 2019. Sayangnya,
jumlah ini melebihi standar yang ditetapkan oleh WHO di mana prevalensi stunting
di suatu negara tidak boleh melebihi 20 persen. Melihat situasi ini, Presiden RI Joko
Widodo mencanangkan target percepatan penurunan stunting di tahun 2024 menjadi
14 persen. Dengan harapan, bisa menciptakan generasi Indonesia yang berkualitas
dan unggul. Hal ini tertuang dalam Peraturan presiden Nomor 72 Tahun 2021
tentang Percepatan Penurunan Stunting menyebutkan bahwa intervensi
penanggulangan stunting mencakup intervensi sensitif dilakukan oleh lintas sektor
dan intervensi spesifik dilakukan oleh sektor kesehatan. Intervensi spesifik
dilaksanakan untuk mengatasi penyebab langsung terjadinya stunting dan wasting.
Oleh karena itu perlu disusun program kerja percepatan penurunan prevalensi

4
stunting dan wasting, yang menjadi acuan dalam penyusunan program-program
penatalaksanaan stunting dan wasting di unit-unit terkait Rumah Sakit Khusus Bedah
Sinduadi

C. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS


Tujuan umum Program Kerja ini adalah mempercepat penurunan prevalensi
stunting dan wasting dalam kerangka kebijakan dan institusi yang ada. Adapun
Tujuan tersebut akan dicapai melalui 5 tujuan khusus sebagai berikut:
1. Memastikan pencegahan dan penanganan kasus stunting serta wasting
menjadi prioritas rumah sakit baik di instalasi rawat jalan maupun rawat inap;
2. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman serta mendorong perubahan
perilaku untuk mencegah stunting;
3. Memperkuat konvergensi melalui koordinasi serta konsolidasi program dan
kegiatan antara rumah sakit dan jejaringnya;
4. Meningkatkan pemantauan dan evaluasi sebagai dasar untuk memastikan
pemberian layanan yang bermutu, peningkatan akuntabilitas, dan
pembelajaran.

D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Program kerja Tim Penurunan Prevalensi Stunting dan Wasting meliputi:

1. Penguatan jejaring Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di wilayah kerja


Rumah Sakit Khusus Bedah Sinduadi, di antaranya melalui:
a) Pembuatan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Rumah Sakit
K h u s u s B e d a h S i n d u a d i dengan FKTP.
2. Kegiatan promotif dan preventif Stunting dan Wasting, di antaranya melalui:
a) Pembuatan leaflet serta banner mengenai edukasi pencegahan
serta pengetahuan stunting dan wasting
b) Penyuluhan oleh Tim Medis di ruang tunggu Poliklinik Rumah Sakit
3. Mengikutsertakan anggota Tim Stunting dan Wasting dalam pelatihan terkait
Stunting dan Wasting di tingkat kabupaten/kota, provinsi maupun nasional

5
4. Membuat pencatatan dan pelaporan kasus stunting dan wasting secara manual.

E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


Langkah-langkah kegiatan pelaksanaan Tim Stunting dan Wasting, meliputi:
1. Membentuk Tim Stunting dan Wasting di rumah rumah sakit
Tim Stunting dan Wasting rumah sakit dibentuk dengan tujuan mempercepat
penurunan prevalensi stunting dan wasting dalam kerangka kebijakan dan
institusi yang ada. melalui perencanaan, pengorganisasian tim Stunting dan
Wasting di rumah sakit melalui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi.

a. Kedudukan Kedudukan dan Tanggung Jawab


Dalam melaksanakan tugas, Tim Stunting dan Wasting bertanggungjawab
langsung kepada Direktur Rumah Sakit Khusus Bedah Sinduadi. Keputusan
Direktur Rumah Sakit Khusus Bedah Sinduadi tersebut berisi uraian tugas
tim secara lengkap, yang menggambarkan garis kewenangan dan tanggung
jawab serta koordinasi antar-unit terkait dirumah sakit.
b. Keanggotaan Keanggotaan Tim Stunting dan Wasting
Susunan Tim Stunting dan Wasting terdiri dari: ketua tim dan anggota.
Kualifikasi ketua Tim Stunting dan Wasting adalah seorang dokter spesialis
anak. Keanggotan Tim Stunting dan Wasting paling sedikit terdiri atas
tenaga kesehatan yang kompeten, yaitu unsur:
1) Staf medis
2) Staf Keperawatan
3) Staf Unit
4) Staf Poli Anak
5) Staf Humas

Dalam keadaan keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM), maka rumah


sakit dapat menyesuaikan keanggotan tim Stunting dan Wasting
berdasarkan ketersediaan SDM yang terlibat dalam program penurunan
prevalensi Stunting dan Wasting di rumah sakit.

6
F. SASARAN
Seluruh elemen rumah sakit terutama klinisi, perawat, bidan, dan petugas
medis lainnya yang berada di lingkungan Rumah Sakit Khusus Bedah Sinduadi,
wajib melakukan surveilance terhadap kasus stunting dan wasting di lingkungannya
dan melaporkan kepada Tim stunting dan wasting jika ditemukan kasus tersebut.

G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN.


Tahun 2022 Tahun 2023
NO URAIAN KEGIATAN
Juni Jul Agus Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei
1 Membuat suatu perjanjian kerjasama
dengan jejaring FKTP dalam
promotif, preventif, kuratif serta
rujukan kasus stunting dan wasting

2 Melaksanakan pembinaan
terhadap jejaring FKTP (tentang
kriteria dan indikasi pasien yang
dirujuk, stabilisasi pasien sebelum
dirujuk, kelengkapan rujukan serta

penyampaian prosedur rujukan,


kegiatan promotif dan preventif)
3 Melaksanakan evaluasi
pembinaan terhadap jejaring FKTP
minimal 3 bulan setelah dilakukan
pembinaan
4 Mengirim anggota tim untuk
mengikuti pelatihan stunting wasting
di tingkat
kabupaten/kota/provinsi/nasional
5 Melaksanakan penyuluhan rutin
mengenai pencegahan kasus stunting
dan wasting di ruang tunggu Rumah
Sakit
6 Membuat leaflet dan banner
mengenai stunting dan wasting

H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Pelaksanaan surveilans stunting dan wasting rumah sakit secara teratur,
terencana, berkesinambungan, dan rutin. Evaluasi dan penilaian kembali terhadap
hasil surveilans untuk dilakukan perbaikan.kembali terhadap hasil surveilans.
Evaluasi dilakukan tiap 3 bulan sekali oleh ketua Tim stunting dan wasting kepada
Direktur Rumah Sakit khusus Bedah Sinduadi.

7
I. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
Pencatatan kasus dilakukan setiap hari oleh tim stunting dan wasting.
Laporan mengenai penemuan kasus stunting dan wasting dilakukan secara manual
kemudian dilaporkan kepada Direktur Rumah Sakit Khusus Bedah Sinduadi dan
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan
dilaksanakan secara rutin sesuai dengan jadwal pelaksanaan setiap kegiatan.

Mengetahui dan menyetujui


Direktur Rumah Sakit Khusus Bedah Sinduadi

dr. Marshal Soekarno, MPH

Anda mungkin juga menyukai