Anda di halaman 1dari 17

PEDOMAN PENURUNAN PREVALENSI

STUNTING DAN WASTING


RUMAH SAKIT JANTUNG TASIKMALAYA
2022
PERATURAN DIREKTUR UTAMA
RUMAH SAKIT JANTUNG TASIKMALAYA
NOMOR : 004/PER/DIR/RSJT/IX/2023
TENTANG
PEDOMAN PENURUNAN PREVALENSI STUNTING DAN WASTING

DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG TASIKMALAYA,


Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang
sehat, cerdas dan produktif, diperlukan intervensi secara
terkoordinasi, holistic dan integratif dalam Penanggulangan
Stunting dan Wasting;
b. bahwa berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021
tentang Percepatan Penurunan Stunting, RS Jantung
Tasikmalaya melaksanakan program dan kegiatan Percepatan
Penurunan Stunting dan Wasting;
Mengingat : a. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
b. Undang - Undang Republik lndonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI
Eksklusif;
d. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan
Penurunan Stunting;
e. Peraturan Wali Kota Tasikmalaya Nomor 42 Tahun 2021 tentang
Percepatan Penurunan Stunting di Kota Tasikmalaya;
a. Keputusan Direktur PT. Graha Kardia Indonesia Nomor 001 Tahun 2022
tentang Pengangkatan Direktur Utama RS Jantung Tasikmalaya;

M E M U T U S K A N:
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT TASIKMALAYA
TENTANG PEDOMAN PENURUNAN PREVALENSI STUNTING DAN
WASTING

Compassion-Accountability-Respect-Determination-Innovation-Agile-Continues Improvement
Pasal 1
Pedoman ini dibuat untuk membantu Program Nasional penurunan prevalensi Stunting dan
Wasting yang selanjutnya disebut kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima
tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis.

Pasal 2
Pedoman penurunan prevalensi Stunting dan Wasting sebagaimana dimaksud dalam Pasal
1 terdiri atas:
a. Pendahuluan
b. Ruang Lingkup
c. Pendekatan Diagnostik
d. Tata Laksana
e. Penutup

Pasal 3
Pedoman penurunan prevalensi Stunting dan Wasting sebagaimana dimaksud dalam Pasal
1 tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini.

Pasal 4
Pedoman penurunan prevalensi Stunting dan Wasting sebagaimana dimaksud dalam Pasal
1 mulai berlaku pada tanggal di tetapkan.

Di tetapkan di : Tasikmalaya
Pada Tanggal : 10 Oktober 2023

dr.Idrus Dilawar,MARS
NIP. 22090001

Compassion-Accountability-Respect-Determination-Innovation-Agile-Continues Improvement
Lampiran
Peraturan Direktur Utama RS Jantung Tasikmalaya
Nomor : 132/PER/DIR/RSJT/XII/2022
Tanggal : 20 Desember 2022

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................. i


BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………. 2
B. Tujuan …………………………………………………………………………………..…. 2
C. Sasaran ……………………………………………………………………………….……2
BAB II RUANG LINGKUP ............................................................................................ 2
A. Pengertian ............................................................................................................... 2
B. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak………………………………………….3
BAB III PENDEKATAN DIAGNOSIS ............................................................................ 6
BAB IV TATA LAKSANA .............................................................................................. 7
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 7

Compassion-Accountability-Respect-Determination-Innovation-Agile-Continues Improvement
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Stunting dan Wasting merupakan dua dari tiga masalah malnutrisi (triple burden
of malnutrition) yang sedang dialami bangsa Indonesia. Stunting adalah gangguan
perkembangan anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi pada 1.000 hari pertama
kehidupan yang berlangsung lama (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional). Stunting menyebabkan beragam dampak buruk untuk anak dalam jangka
pendek maupun Panjang seperti terganggunya perkembangan otak dan tumbuh
kembang. Anak yang menderita stunting umumnya bertubuh lebih pendek dari anak
seusianya. Angka anak penderita stunting di Indonesia tergolong tinggi. Data
UNICEF tahun 2017 diketahui terdapat 92 juta (13,5%) balita di dunia memiliki berat
badan kurang,151 juta (22%) balita mengalami stunting, dan 51 juta (7,5%) balita
mengalami wasting. Benua Benua Afrika dan Asia menjadi penyumbang terbesar
kondisi berat badan rendah, stunting, dan wasting. Data Survei Status Gizi Balita
Indonesia tahun 2021 menunjukkan bahwa prevalensi stunting sebesar 24,4 % atau
5,33 juta balita. Meskipun angka prevalensi stunting menurun dibandingkan dengan
tahun 2016 yang mencapai 27,5 %, angka ini masih berada di atas standar yang
ditetapkan oleh WHO yaitu 20 %. Data Riset Kesehatan Dasar Republik Indonesia
(Riskesdas) menunjukkan penurunan prevalensiwasting dari 12,1% pada tahun 2013
mejadi 10,2% pada tahun 2018. Namun angka ini juga masih lebih tinggi dari standar
yang ditetapkan WHO, yakni sebesar 5%.
Penelitian menunjukkan bahwa prevalensi malnutrisi pada pasien yang masuk
dalam perawatan Rumah Sakit (RS) mencapai lebih dari 50%. Terdapat 75% pasien ini
berlanjut terjadi penurunan berat badan dan perburukan gizi selama perawatan dan
sekitar 10% menjadi malnutrisi berat. Diketahui hanya 12,5% pasien yang
terindentifikasi malnutrisi. Risiko perburukan kondisi anak dengan meningkatnya
komplikasi penyakit dan memperlambat penyembuhan lebih tinggi pada anak dengan
malnutrisi. Hal ini juga akan memperpanjang lama perawatan (length of stay) di RS dan
meningkatkan biaya perawatan. Kondisi malnutrisi pada anak yang dirawat di Rumah
Sakit juga dapat berkontribusi pada angka stunting apabila tidak dikelola dengan baik.
Oleh karenanya, penampisan status gizi dan intervensi gizi sejak awal saat anak masuk
RS diperlukan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas anak.

Compassion-Accountability-Respect-Determination-Innovation-Agile-Continues Improvement
Pedoman ini diperlukan agar adanya keseragaman dalam melakukan skrining,
diagnosis, terapi, edukasi, maupun merujuk pasien dengan stunting dan wasting.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Sebagai acuan disusunnya berbagai kebijakan atau regulasi penyelenggaraan
program penurunan prevalensi stunting dan prevalensi wasting di Rumah Sakit
Jantung Tasikmalaya.
2. Tujuan Khusus:
1) Peningkatan pemahaman dan kesadaran seluruh staf, pasien dan keluarga
tentang masalah stunting dan wasting;
2) Intervensi spesifik di rumah sakit;
3) Penerapan Rumah Sakit Sayang Ibu Bayi;

C. SASARAN
1. Terwujudnya program penurunan prevalensi stunting dan prevalensi wasting.
2. Terwujudnya panduan tata laksana.
3. Organisasi pelaksana program terdiri dari tenaga kesehatan yang kompeten:
a. Staf Medis.
b. Staf Keperawatan.
c. Staf Instalasi Farmasi.
d. Staf Instalasi Gizi.
e. Tim Tumbuh Kembang.
f. Tim Humas Rumah Sakit.

BAB II RUANG LINGKUP

A. PENGERTIAN
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun
(balita) akibat kekurangan gizi kronis yang ditandai dengan panjang atau tinggi
badannya berada di bawah standar. Anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi
badannya berada di bawah minus dua dari standar deviasi (-2SD) panjang atau tinggi
anak seumurnya. Tinggi badan dapat menjadi indikator status gizi seseorang. Adanya
stunting menunjukkan status gizi yang kurang (malnutrisi) dalam jangka waktu yang lama
(kronis).Diagnosis stunting ditegakkan dengan membandingkan nilai z skor tinggi badan

Compassion-Accountability-Respect-Determination-Innovation-Agile-Continues Improvement
per umur yang diperoleh dari grafik pertumbuhan yang sudah digunakan secara global.
Penilaian Panjang badan atau tinggi badan anak menurut umur (PB/U atau TB/U) untuk
umur 0-60 bulan di Indonesia menggunakan grafik pertumbuhan yang dibuat oleh World
Health Organization (WHO) pada tahun 2005. Penilaian PB/U dan TB/U digunakan dalam
menegakkan diagnosis stunting (Keputusan Menteri Kesehatan RI tahun 2010) seperti
pada tabel dibawah ini:

Wasting adalah kondisi ketika berat badan balita menurun sangat kurang, atau
bahkan berada di bawah rentang normal. Balita yang mengalami wasting umumnya
memiliki proporsi tubuh yang kurang ideal. Wasting membuat berat badan balita tidak
sepadan dengan tinggi badan untuk anak seusianya. Wasting biasanya terjadi karena
penurunan berat badan drastis akibat tidak tercukupinya kebutuhan penyakityang bisa
berujung pada turunnya berat badan, seperti diare, zat gizi harian anak dan biasanya

Compassion-Accountability-Respect-Determination-Innovation-Agile-Continues Improvement
disertai dengan satu atau lebih juga bisa mengakibatkan wasting. Anak dikatakan
mengalami wasting ketika hasil pengukuran indikator BB/U berada di -3 sampai dengan
di bawah -2 standar deviasi (SD). Lebih dari itu, anak balita juga bisa mengalami wasting
akut (severe acute malnutrition) ketika indikator BB/U menunjukkan angka di bawah -3
SD atau dengan kata lain, wasting akut adalah kondisi penurunan berat badan yang
sudah lebih parah ketimbang wasting biasa (Kemenkes RI, 2020).

Tabel Penilaian status gizi anak berdasarkan BB/PB atau BB/TB usia 0-60 bulan
menggunakan kurva WHO

Stunting dan wasting merupakan akibat dari malnutrisi kronis yang sudah
berlangsung bertahun-tahun. Program penanggulangan malnutrisi memang sudah
dilakukan sejak beberapa tahun yang lalu, namun sepertinya belum spesifik untuk
malnutrisi kronis yang menyebabkan terjadinya stunting dan wasting. Mengingat

Compassion-Accountability-Respect-Determination-Innovation-Agile-Continues Improvement
bahayanya stunting bagi masa depan, maka perlu dilakukan analisis penyebab hingga
cara penanggulangan stunting berdasarkan fakta atau bukti penelitian sehingga
diharapkan mampu menurunkan prevalensi stunting di Indonesia.
B. KATEGORI DAN AMBANG BATAS STATUS GIZI ANAK

Indeks Kategori StatusGizi Ambang Batas (Z-Score)

Gizi Buruk < -3


Berat Badan menurut
Gizi Kurang -3 SD sampai dengan < -2 SD
Umur (BB/U)Anak Umur
Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD
0 – 60 Bulan
Gizi Lebih >2 SD
Panjang Badan menurut Sangat Pendek < -3
Umur(PB/U) atau Pendek -3 SD sampai dengan < -2 SD
Tinggi Badan menurut Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Umur(TB/U) Anak Umur
Tinggi >2 SD
0 – 60 Bulan
Berat Badan menurut Sangat Kurus < -3
PanjangBadan (BB/PB) Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD
atau Berat Badan Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
menurut tinggi Badan
(BB/TB) Anak Umur 0 – Gemuk >2 SD
60 bulan
Sangat Kurus < -3
Indeks Massa Tubuh
Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD
menurut Umur (IMT/U)
Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Anak Umur 0 – 60Bulan
Gemuk >2 SD
Sangat Kurus < -3
Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD
Indeks Massa Tubuh
Normal -2 SD sampai dengan 1 SD
menurut Umur (IMT/U)
Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD
Anak Umur 5 – 18Tahun
Obesitas >2 SD

C. PENYEBAB STUNTING DAN WASTING

Compassion-Accountability-Respect-Determination-Innovation-Agile-Continues Improvement
D. PATOFISIOLOGI STUNTING DAN WASTING
1. Stunting familial
Perawakan pendek yang disebabkan karena genetik dikenal sebagai familial
short stature (perawakan pendek familial). Tinggi badan orang tua maupun pola
pertumbuhan orang tua merupakan kunci untuk mengetahui pola pertumbuhan anak.
Faktor genetik tidak tampak saat lahir namun akan bermanifestasi setelah usia 2-3

Compassion-Accountability-Respect-Determination-Innovation-Agile-Continues Improvement
tahun. Korelasi antara tinggi anak dan midparental high (MPH) 0,5 saat usia 2 tahun
dan menjadi 0,7 saat usia remaja. Perawakan pendek familial ditandai oleh
pertumbuhan yang selalu berada di bawah persentil 3, kecepatan pertumbuhan
normal, usia tulang normal, tinggi badan orang tua atau salah satu orang tua pendek
dan tinggi di bawah persentil 3.
Tabel Etiologi Pendek
Varian Normal Patologis
Proporsional Hormonal (BB/TB meningkat): Defisiensi hormon
pertumbuhan, hipotiroid,sindrom Cushing, hipoparatiroid, dan lain-lain
Perawakan
pendek familial Non hormonal (BB/TB menurun):
(Familial short Malnutrisi, penyakit infeksi kronis, psikososialdwarfism, dan lain-lain
stature) Disproporsional Kelainan skeletal seperti
Constitutional Seperti akondroplasi, hipokondroplasia, rickets, osteogenesis imperfecta,
Delay of Growth dll Dismorfik Sindrom Turner, sindrom Prader Willi,Sindrom Noonan,
and Puberty sindrom Russel - Silver, sindrom Down, dan lain-lain
(CDGP)
Kelainan metabolik bawaan:
Mucopolysaccharidosis (MPS), dan lain-lain

2. Fisiologi Pertumbuhan
Proses pertumbuhan dan perkembangan manusia, yang memakan
waktu hampir 20 tahun adalah fenomena yang kompleks. Pada masa konsepsi,
terdapat blueprint (cetak biru) genetik yang mencakup potensi untuk mencapai
ukuran dan bentuk dewasa tertentu. Dalam hal pertumbuhan dan perkembangan
manusia, kelenjar endokrin yang berperan penting adalah kelenjar hipofisis, yang
terletak di bawah dan sedikit di depan hipotalamus. Suplai darah yang kaya dalam
infundibulum, yang menghubungkan dua kelenjar, membawa hormon pengatur
dari hipotalamus ke kelenjar hipofisis.
Pertumbuhan normal tidak hanya bergantung pada kecukupan hormon
pertumbuhan tetapi merupakan hasil yang kompleks antara sistem saraf dan
sistem endokrin. Hormon jarang bertindak sendiri tetapi membutuhkan kolaborasi
atau intervensi hormon lain untuk mencapai efek penuh. Hormon pertumbuhan
menyebabkan pelepasan faktor pertumbuhan mirip insulin (Insulin like Growth

Compassion-Accountability-Respect-Determination-Innovation-Agile-Continues Improvement
Factor 1 (IGF1)) dari hati. IGF-1 secara langsung mempengaruhi serat otot rangka
dan sel- sel tulang rawan di tulang panjang untuk meningkatkan tingkat
penyerapan asam amino dan memasukkannya ke dalam protein baru, sehingga
berkontribusi terhadap pertumbuhan linear selama masa bayi dan masa kecil.
Pada masa remaja, percepatan pertumbuhan remaja terjadi karena kolaborasi
dengan hormon gonad, yaitu testosteron pada anak laki-laki, dan estrogen pada
anak perempuan.

Keterangan :
a) Garis hijau menunjukkan periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
dimana stunting dan patologi terkait dapat dicegah.

Compassion-Accountability-Respect-Determination-Innovation-Agile-Continues Improvement
b) Garis kuning menunjukkan periode usia 2 tahun sampai pertengahan masa
kanak-kanak dan pubertas dimana dapat terjadi catch- up pertumbuhan
linear, namun perbaikan kognitif dan sistem imun belum jelas.
c) Garis kuning pendek pada masa prekonsepsi menunjukkan intervensi gizi
pada calon ibu dapat meningkatkan luaran kelahiran.
d) Garis merah menunjukkan periode stunting yang tidak responsif terhadap
intervensi.
e) Kotak biru berisi faktor penyebab stunting menurut kelompok usia.
f) Kotak putih menunjukkan luaran stunting menurut kelompok usia.
g) Pada usia 2 tahun sampai dewasa terdapat garis putus-putus yang
menunjukkan luaran anak stunting dengan kondisi sosioekonomi baik dapat
menyebabkan kenaikan BB berlebih.
h) Sedangkan garis utuh menunjukkan luaran anak stunting dengan kondisi
sosioekonomi rendah.

BAB III PENDEKATAN DIAGNOSIS


Dalam menghadapi anak dengan perawakan pendek diperlukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan yang baik dan terarah
diperlukan agar dapat diketahui etiologi dan menghindari pemeriksaan yang tidak perlu.
Kriteria awal untuk mendiagnosis anak dengan perawakan pendek adalah:
• Tinggi badan <P3 atau -2SD
• Kecepatan tumbuh <P25
• Perkiraan tinggi akhir dibawah tinggi potensi genetic

A. TINGGI BADAN
Pemantauan tinggi badan dilakukan secara berkala dan kontinyu, sesuai
dengan rekomendasi yang dikeluarkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tentang
pemantauan tumbuh-kembang anak.
Tabel Rekomendasi Jadwal Pemantauan Tinggi Badan
Usia Jadwal Pemantauan
0-12 bulan Setiap 1 bulan
1-3 tahun Setiap 3 bulan
3-6 tahun Setiap 6 bulan
6-18 tahun Setiap 1 tahun

Compassion-Accountability-Respect-Determination-Innovation-Agile-Continues Improvement
B. KECEPATAN PERTUMBUHAN:
Fase pertumbuhan anak dibagi atas empat fase yaitu intrauterin, bayi,
anak, dan pubertas. Fase tersebut penting untuk diketahui dengan tujuan untuk
mengetahui pola pertumbuhan spesifik pada masing-masing fase dan ada atau tidak
adanya gangguan pertumbuhan seorang anak.
Tabel Kecepatan Pertumbuhan
Usia Kecepatan pertumbuhan (cm/tahun)
Intrauterin 60 – 100
0 - 12 bulan 23 – 27
1 - 2 tahun 10 – 14
2 - 5 tahun 6–7
Prapubertas 5 - 5,5
Pubertas Perempuan : 8-12 Laki-laki : 10-14

C. PERKIRAAN TINGGI AKHIR


Perkiraan tinggi akhir berdasarkan mid-parental height dan potensi tinggi
genetikditampilkan pada tabel dibawah ini.
Tabel Perhitungan Mid-parental Height dan Potensi Tinggi Genetik
1 Mid-parental height:
Laki-laki = [tinggi badan Ayah (cm)] + [tinggi badan Ibu (cm) + 13]
2
Perempuan = [tinggi badan Ayah (cm) – 13] + [tinggi badan Ibu (cm)]
2
2 Potensi tinggi genetik
Mid-parental height ± 8,5 cm

BAB IV TATALAKSANA

A. JEJARING INTERNAL RUMAH SAKIT


Adalah jejaring yang dibuat di dalam rumah sakit meliputi seluruh unit untuk
menangani pasien dengan stunting dan wasting.

Compassion-Accountability-Respect-Determination-Innovation-Agile-Continues Improvement
DIREKSI RUMAH SAKIT

TIM STUNTING &


WASTING

Gizi Klinik

Farmasi
Rawat inap
Rekam Medis

IGD PKRS

B. SKEMA JEJARING INTERNAL RUMAH SAKIT


Fungsi masing masing unit dalam jejaring Internal RS:
1. Tim Stunting dan Wasting adalah tim koordinasi seluruh pasien dengan stunting
dan wasting di rumah sakit dan pusat informasi tentang stunting dan wasting.
2. IGD dan poli spesialis jantung anak berfungsi menjaring tersangka pasien
stunting dan wasting, menegakkan diagnosis.
3. Rawat Inap berfungsi sebagai pendukung unit layanan stunting dan wasting
dalam melakukan penjaringan tersangka serta perawatan dan pengobatan.
4. Farmasi berfungsi sebagai unit yang bertanggung jawab terhadap ketersediaan
terapi.
5. Gizi klinik berfungsi dalam melakukan asuhan gizi terstandar serta tatalaksana
nutrisi perioperative, menyiapkan memberikan nutrisi suportif untuk tindakan
intervensi, dan edukasi gizi
6. Rekam medis/ petugas administrasi berfungsi sebagai pendukung unit dalam
pencatatan dan pelaporan.
7. Tim PKRS berfungsi sebagai pendukung unit dalam kegiatan promosi dan
edukasi
8. Pencegahan Tersier (Tata Laksana Stunting dan Risiko Stunting) oleh Tim
Stunting dan Wasting RS Jantung Tasikmalaya

Compassion-Accountability-Respect-Determination-Innovation-Agile-Continues Improvement
C. JEJARING EKSTERNAL RUMAH SAKIT
Rumah Sakit Jantung Tasikmalaya memperkuat jejaring eksternal antara lain, sesuai
algoritma stunting:

1. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) / Puskesmas Cigeureung dalam


hal:
a. Tatalaksana lanjutan dan pemantauan kasus stunting dan wasting yang sudah
mendapatkan tatalaksana penyakit jantung bawaan di Rumah Sakit
Jantung Tasikmalaya.
b. Program 1000 HPK
c. Pemberian Imunisasi
d. Pemberian Vitamin A.
e. Pemberian taburia pada Baduta (0-23 bulan).
f. Pemberian obat cacing pada ibu hamil.
g. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada ibu hamil.
h. Pencatatan dan pelaporan kasus gizi buruk, stunting dan wasting
kedalam sistem informasi nasional.
2. Rumah Sakit Rujukan dengan layanan tumbuh kembang anak.
Kerja sama rujukan dengan rumah sakit dalam penanganan lanjutan tumbuh
kembang anak dengan stunting dan wasting.

Compassion-Accountability-Respect-Determination-Innovation-Agile-Continues Improvement
3. Penurunan prevalensi stunting dan prevalensi wasting meliputi:
a. Kegiatan sosialisasi dan pelatihan staf tenaga kesehatan rumah sakit
tentang Program Penurunan Stunting dan Wasting.
b. Peningkatan efektifitas intervensi spesifik.
1) Suplementasi Tablet Besi Folat pada ibu hamil.
2) Promosi dan konseling IMD dan ASI Eksklusif.
3) Pemantauan Pertumbuhan (Pelayanan Tumbuh Kembang bayi dan
balita).

D. PENCATATAN DAN PELAPORAN


Pelaporan dan evaluasi dilakukan setiap dua minggu meliputi penilaian
akseptabilitas, toleransi, dan efektivitas pemberian terapi nutrisi. Akseptabilitas
merupakan evaluasi apakah jumlah makanan yang dikonsumsi sesuai preskripsi diet.
Pada pemberian nutrisi enteral, akseptabilitas dikatakan baik sehingga dapat secara
bertahap kembali ke diet per oral adalah jika >80% kebutuhan nutrisi terpenuhi
disertai pertumbuhan yang adekuat dan konsisten.
Melakukan evaluasi pelayanan, audit kesakitan dan kematian, pencatatan
dan pelaporan gizi buruk dan stunting dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS).

BAB IV PENUTUP

Demikian pedoman penurunan prevalensi stunting dan wasting ini disusun.


Apabila dalam pelaksanaannya ditemukan hal-hal yang perlu diperbaiki, maka akan
dilakukan perbaikan secara berkesinambungan.

Direktur Utama

dr. Idus Dilawar, MARS


NIP. 22090001

Compassion-Accountability-Respect-Determination-Innovation-Agile-Continues Improvement

Anda mungkin juga menyukai