B. Prosedur
1. Pasien datang untuk berobat terkait kondisi medis dan status
gizinya.
2. Pasien dan pengantar/keluarganya selalu menaati seluruh protokol
kesehatan (memakai masker, cuci tangan pakai
sabun/handsanitizer, dan jaga jarak tidak membuat kerumunan)
3. Pada pasien dengan kondisi gawat darurat/emergensi
mendapatkan penanganan di UGD, sementara pada pasien kondisi
non-emergensi menuju Poliklinik Anak untuk mendapat
penanganan lebih lanjut.
4. Di masing-masing unit pelayanan yang dituju dilakukan
pemeriksaan klinis, antropometri untuk penentuan status gizi dan
ada/tidaknya komplikasi medis sesuai alur penapisan balita gizi
buruk (terlampir).
5. Pada pasien balita dengan status gizi buruk yang mendapat
penanganan awal di UGD, dokter umum/dokter jaga
menghubungi dokter Spesialis Anak untuk konsultasi dan
menerima instruksi tatalaksana lanjutan untuk intervensi kondisi
medis dan status gizi pasien serta perawatan lanjutan berupa
rawat inap atau rawat jalan.
6. Dokter umum/dokter jaga memberi KIE terkait perawatan
lanjutan yang akan diberikan, bila pasien atau
pengantar/keluarganya setuju khususnya terkait suatu prosedur
tindakan medis dilanjutkan dengan ditandatanganinya informed
consent. Sementara bila pasien atau pengantar/keluarganya tidak
setuju dengan perawatan lanjutan, dilanjutkan dengan
ditandatanganinya formulir penolakan.
7. Pada pasien balita dengan status gizi buruk yang mendapat
penanganan di Poliklinik Anak, dokter Spesialis Anak
menatalaksana kondisi medis dan status gizi pasien serta
menentukan perawatan lanjutan berupa rawat inap atau rawat
jalan.
8. Dokter Spesialis Anak memberi KIE terkait perawatan lanjutan
yang akan diberikan, bila pasien atau pengantar/keluarganya
setuju khususnya terkait suatu prosedur tindakan medis
dilanjutkan dengan ditandatanganinya informed consent.
Sementara bila pasien atau pengantar/keluarganya tidak setuju
dengan perawatan lanjutan, dilanjutkan dengan ditandatanganinya
formulir penolakan.