Anda di halaman 1dari 92

KSK 45: 29 Sept 2023

World Patient Safety Day

dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro,


MM, MHKes, FISQua, CRA.
KARS
2
CV : dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro,
MM, MHKes, FISQua Lahir :
Magelang
5 Nov 1943

Pendididkan.
• FK Universitas Kristen Indonesia, 1970
• Konsultan Nefrologi, PERNEFRI-Perhimpunan Nefrologi Indonesia, 1982
• Magister Manajemen, Sekolah Tinggi Manajemen PPM Jakarta, 1994
• Magister Hukum Kesehatan Univ Katolik Soegijapranata Semarang, 2013
• Fellowship of The International Society for Quality in Health Care, 2020
Jabatan.
• Ketua Bidang Penelitian & Pengembangan KARS sejak th 2014
• Ketua Komite Etik-Disiplin KARS sejak th 2014
• Komite Nasional Keselamatan Pasien RS – Kem Kes th 2012-2015, 2016-2018,
2018-2020 Wakil Ketua KNKP
• Ketua Komite Keselamatan Pasien RS (KKPRS) – PERSI sejak 2005. Ketua IKPRS-
Institut Keselamatan Pasien RS sejak th 2012
• Ketua Dewan Pakar IMPPI-Ikatan Manajer Pelayanan Pasien Indonesia sejak 2020
3
CV : dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM, MHKes, FISQua

Pengalaman kerja.
• Surveior KARS sejak 1995. Konsilor KARS sejak 2012.
• Direktur Medik RS PGI Cikini, 1981 – 1982
• Direktur Ketua RS PGI Cikini Jakarta 1982-1993
• Dekan Fak Kedokteran UKI 1988-1991
• Sekretaris Jenderal PERSI Pusat 1988–1990, 1990–1993, 1993–1996
• Sekretaris IRSJAM 1986 – 1988
• Kepala Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK-UKI, Jakarta, 1992 – 1995
• Kepala Renal Unit (Unit Ginjal) RS.PGI Cikini, 1973 – 1981
• Sekretaris I & Seksi Ilmiah Pengurus Pusat PERNEFRI, 1983
• Ketua Komite Medik RS Mediros, 1995 – 2013
• Penghargaan :
• *Kadarman Award utk Patient Safety*, 2007, Sekolah Tinggi PPM.
• *Inisiator & Motivator Keselamatan Pasien RS di Indonesia*, 2018, Komisi
Akreditasi Rumah Sakit.

4
Pengantar: Patient Safety
Perkembangan Patient Safety

Global Patient Safety Action Plan 2021-2030

Patient Centred Care (PCC) dan Asuhan Pasien Terintegrasi (APT

Melibatkan & Memberdayakan Pasien-Keluarga. Coproduction


dalam APT

Penutup & Kesimpulan


Objectives of World Patient Safety Day 2023
1. Tingkatkan kesadaran global akan perlunya keterlibatan
aktif pasien dan keluarga serta perawat mereka di semua
rangkaian dan di semua tingkat layanan kesehatan untuk
meningkatkan keselamatan pasien.
2. Libatkan para pembuat kebijakan, pimpinan layanan
kesehatan, petugas kesehatan dan perawatan, organisasi
pasien, masyarakat sipil, dan pemangku kepentingan
lainnya dalam upaya melibatkan pasien dan keluarga
dalam kebijakan dan praktik layanan kesehatan yang
aman.
3. Berdayakan pasien & keluarga untuk terlibat aktif dalam
layanan kesehatan mereka sendiri dan dalam
peningkatan keselamatan layanan kesehatan.
4. Dukung tindakan mendesak terhadap keterlibatan pasien
& keluarga, selaras dengan Global Patient Safety Action
Plan 2021–2030, yang harus diambil oleh semua mitra. 6
(https://www.who.int/campaigns/world-patient-safety-day/2023)
Talkshow
WPSD Kemkes,
di RS Kanker Dharmais
17 Sept 2023

7
UU.N0.44 TH.2009
Tentang Rumah Sakit :
Sejak 2006 : Workshop Keselamatan Pasien
2000 : To err is human. Keselamatan Pasien & wajib dilaksanakan oleh
Manajemen Risiko Klinis, Rumah Sakit
Building a safer health
telah diikuti hampir 1900
system Staf RS (Dr, Perawat, dll)
dari + 250 RS seluruh
Indonesia

WHO SEAR Patient Safety


Workshop on
2001 :Crossing the 1 Juni 2005, PERSI “Patients for Patient Safety”
Quality Chasm: A membentuk badan Jakarta Declaration
Hippocrates nasional : KKPRS Jakarta, Hotel Four Seasons, Std Akr RS 2012
New Health System
(460-335 BC). 19 July 2007 → KPRS
for the 21st Century
KemKes : KNKP
2022
Juli 2012 Starkes

Primum, non nocere” 2000 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2011 2012 2017 2020 2021
(“First, do no harm”)

2011 : World
Patient
PMK 1691/2011 Safety
ttg KPRS Day
21 Agustus 2005 Pencanangan 17-09-2020
Gerakan Keselamatan Pasien 2017 :
2008 :
oleh Menteri Kesehatan RI,
Keselamatan Pasien PMK 11/2017 ttg
di Jakarta GPSAP
RS telah mulai di Keselamatan Global
Florence Nightingale 2004, 27 Oktober : WHO Akreditasi oleh Pasien Patient
memimpin gerakan KARS Safety
keselamatan pasien 21 Agustus = Action
Hari Plan
dengan membentuk : 2006, KKI : Standar Keselamatan 2021-2030
World Alliance for Kompetensi Dokter : Pasien
Patient Safety, sekarang Keselamatan Pasien Nasional
“WHO Patient Safety” 10
What is patient safety?
• Vision: A world in which no one is harmed • Dunia di mana tidak ada seorangpun dirugikan dalam
in health care, and every patient receives pelayanan kesehatan, dan setiap pasien menerima pelayanan
safe and respectful care, every time, yg aman dan hormat, setiap saat, di mana saja.
everywhere. • Keselamatan pasien adalah
• Patient safety is a framework of organized
✓ kerangka kerja kegiatan terorganisir
activities that creates cultures, processes,
procedures, behaviours, technologies and
✓ yg menciptakan budaya, proses, prosedur, perilaku,
environments in health care that teknologi dan lingkungan dalam pelayanan kesehatan
consistently and sustainably lower risks, ✓ secara konsisten dan berkelanjutan menurunkan risiko,
reduce the occurrence of avoidable harm, mengurangi terjadinya bahaya yang dapat dihindari,
make error less likely and reduce its impact membuat kesalahan lebih kecil kemungkinannya dan
when it does occur.. mengurangi dampaknya ketika itu terjadi. ..

(*https://www.who.int/teams/integrated-health-services/patient-safety/about,
*Global Patient Safety Action Plan 2021–2030, Towards Eliminating
Avoidable Harm in Health care, 2021)
11
“Ekosistem” 1 2
Keselamatan Pasien
RS Indonesia Quality Risk Mgt …Banyak pintu masuk
untuk meningkatkan
WHO TPSCRM Keselamatan Pasien…
(2006&2015) (2021)

5 3
*Peraturan- *Patient Centred
PerUUan Patient Safety Care

*Starkes & WHO GPSAP 2021-2030: *Asuhan Pasien


“Tidak ada seorangpun dirugikan” Terintegrasi
Istak 7 Dimensi Implementasi PCC
(KARS,2022)

Pelaporan Insiden
(Sumber: WHO GPSAP, ASHRM. TbPSCRM, Terintegrasi
Starkes, Istak, PMK 11/2017, PMK 66/2016) *Kegiatan Yan /
Kegiatan Kerja-K3
4
(Nico Lumenta, KARS, 2022)
Hospital Patient Safety Pathway WHO : Quality in Healthcare Healthcare
“The Indonesian Experience” 7 Dimension Risk Mgt
8 Risk Domains

• 7 dimensi
4 1 2
• Program Mutu
• Indikator Mutu
3
WHO Global Patient Safety
Action Plan 2021-2030

Budaya Mutu
Quality Culture

RS ` Starkes
2022 &
Risk Hospital
& Culture Istak
Safety Culture

7 Pemandu KPRS
Kerangka Kerja
Komprehensif KPRS
(Nico Lumenta, 2022)
WHO : Quality in Healthcare
7 Dimension

7 2 1.Efektif 2.Safe 3.Berorientasi pasien

6 3

5 4

4.Tepat waktu 5. Adil 6.Terintegrasi 7.Efisien

(WHO, Handbook for national quality policy and strategy: a practical approach for developing policy and
14
strategy to improve quality of care, 2018. (https://www.who.int/health-topics/quality-of-care#tab=tab_1)
Areas of risk in healthcare management
Teknologi
Technology
Risiko organisasi
/ birokrasi
Cyberisk
Cyberisk Organizational
risk/burocracy
SDM
Risiko klinis Human
Clinical risk resourses

Ekonomi Hukum/politik
Economics Legal/political

Keselamatan & Kesehatan Kerja

Occpational
safety&health

(Donaldson, L, Ricciardi, W, Sheridan, S, Tartaglia, R : Textbook of Patient Safety and Clinical Risk Management, Springer, 2021)
UK:
IRELAND: USA: Leg operation→
Failure to detect Failure to communicate MRSA.→4 years
an excessively diagnosis of spinal remain ill →amputation
high blood cancer leading to thru knee
calcium level delay treatment

MEXICO: Vincristine, dose 2 mg, IV


Fetal distress & untreated Cytosine, dose 50 mg, IT
neonatal jaundice causing
UK:
brain damage
A chemotherapy drug
(Vincristine) incorrectly
administered into
his spine instead of vein
→ progressive assending
myeloencephalopathy
Patient Safety Fact File
Fact 1: One in every 10 patients is harmed while 1. Satu dari setiap 10 pasien cedera saat menerima pelayanan RS (Ranap)
receiving hospital care
Fact 2: The occurrence of adverse events due to 2: Terjadinya efek samping akibat pelayanan yg tidak aman (kemungkinan
unsafe care is likely one of the 10 leading besar) merupakan salah satu dari 10 penyebab utama kematian dan kecacatan
causes of death and disability across the world
Fact 3: Four out of every 10 patients are harmed di seluruh dunia
in primary and outpatient health care 3: Empat dari setiap 10 pasien dirugikan dalam yan kes primer dan rajal
Fact 4: At least 1 out of every 7 Canadian dollars
is spent treating the effects of patient harm in
4: Setidaknya 1 dari setiap 7 dolar Kanada dihabiskan untuk mengobati efek
hospital care bahaya pasien dalam pelayanan RS
Fact 5: Investment in patient safety can lead to 5: Investasi dalam keselamatan pasien (KP) dapat menghasilkan penghematan
significant financial savings
Fact 6: Unsafe medication practices and finansial yg signifikan
medication errors harm millions of patients and 6: Praktik pemberian obat/medikasi yg tidak aman dan kesalahan medikasi
costs billions of US dollars every year
Fact 7: Inaccurate or delayed diagnosis is one membahayakan jutaan pasien dan menghabiskan biaya miliaran dolar AS setiap
of the most common causes of patient harm and tahun
affects millions of patients
Fact 8: Hospital infections affect up to 10 out of
7: Diagnosis yg tidak akurat atau tertunda adalah salah satu penyebab paling
every 100 hospitalized patients umum dari bahaya pasien dan mempengaruhi jutaan pasien
Fact 9: More than 1 million patients die annually 8: Infeksi RS mempengaruhi smp 10 dari setiap 100 pasien yg dirawat di RS
from complications due to surgery
Fact 10: Medical exposure to radiation is a 9: Lebih dari 1 juta pasien meninggal setiap th karena komplikasi akibat operasi
public health and patient safety concern 10: Paparan medis terhadap radiasi adalah masalah kesmas dan KP
(Patient Safety Fact File : WHO Patient Safety and Risk Management Service Delivery and Safety, September 2019)
Hospital Patient Safety Pathway WHO : Quality in Healthcare Healthcare
“The Indonesian Way” 7 Dimension Risk Mgt
8 Risk Domains
PSFH= RSRK=
Patient RS Ramah 1 2
Safety Keselamat
Friendly an-Pasien
Hospital
3
WHO Global Patient Safety
Action Plan 2021-2030

Peningkatan
KPRS !!!
RS ` Starkes
2022 &
Risk Hospital
& Culture Istak
Safety Culture

PMK 11/2017
• 7 Standar KP
6 Pemandu KPRS
• 7 langkah menuju KP
• 6 Sasaran KP Kerangka Kerja
Komprehensif KPRS
(Nico Lumenta, 2022)
• Pelaporan IKP
Instrumen Penilaian
Rumah Sakit Ramah Keselamatan Pasien
(RS-RKP)

(IKPRS - PERSI, 2023)


(sikap merendahkan)
IKP

Disability-adjusted life years (DALYs). Satu DALY mewakili hilangnya kesehatan penuh
selama satu tahun. DALYs untuk suatu penyakit atau kondisi kesehatan adalah jumlah tahun
hidup yang hilang akibat kematian dini (YLLs) dan tahun hidup dengan disabilitas (YLDs)
(Donaldson,L: The Global Patient Safety Journey. WHO Patient Safety akibat kasus penyakit atau kondisi kesehatan yang lazim di suatu populasi. 22
Envoy. , ISQua Conf 2023, Seoul)
Pencanangan Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Oleh Menteri Kesehatan

Seminar Nasional PERSI


21 Agustus 2005, JCC

23
21 Agustus 2021:

1. Peluncuran Buku Patient


Safety Harga Mati
2. Pengajuan Hari
Keselamatan Pasien
Nasional (HKPN)

24
Globel view
Keselamatan Pasien dan Progresnya secara komprehensif

Patient
Safety
Promotif - Preventif Kuratif - Rehabilitatif
❑ Pembentukan Badan/Lembaga KP : ❑ Insiden Keselamatan Pasien
Internasional,Nasional, Organisasi RS, Organisasi ❑ Proses Laporan IKP : Analisis-Solusi-
Pasien, Dalam RS Belajar
❑ Global Ministerial Summits on Patient ❑ Audit Klinis
Safety 1 sd 4 (mulai 2015) London, Bonn, Tokyo, Jeddah. ❑ Manajemen Risiko : Kelola Risiko
❑ Menumbuhkan Budaya KP, DNA of Care ❑ Litigasi
❑ IOM : To Err Is Human (“Wake up call”)
❑ Crossing the Quality Chasm : Six aims for health
care improvement
❑ Deklarasi Jakarta PFPS (Juli 2007)
❑ Hari Keselamatan Pasien – WPSD
❑ Peraturan Perundang-undangan
❑ Menetapkan Standar
▪ Standar Keselamatan Pasien
▪ Sasaran Keselamatan Pasien
▪ Standar Akreditasi RS – FKTP
▪ Tujuh Langkah Menuju KP
▪ WHO International Classification For PS
▪ Standar KP pada Profesi
❑ Program – Penerapan Konsep
▪ Program Lembaga : Internasional dan Lokal
▪ Program Spesifik
Promotif - Preventif Kuratif – Rehabilitatif
❑ Program – Penerapan Konsep : Internasional ❑ Insiden Keselamatan Pasien
▪ Program WHO-PS :13 Action Programme. ❑ Proses Laporan IKP : Analisis-Solusi-Belajar
▪ WHO Global Strategy on Integrated People-centred ❑ Audit Klinis
Health Services
▪ WHO Multi-professional Patient Safety Curriculum ❑ Manajemen Risiko : Kelola Risiko, RCA
Guide ❑ Litigasi
▪ Program KP terkait Pasien : Patient Experience/Voice,
PROM
▪ Dst…
▪ WHO GLOBAL PATIENT SAFETY ACTION PLAN 2021-
2030
❑ Program – Penerapan Konsep : Lokal
▪ Program Kemkes – KNKP
▪ Program PERSI - IKPRS
▪ Patients for Patient Safety (WS)
▪ Sistem Pelaporan IKP : Nasional, SISMADAK
▪ Tujuh Dimensi Mutu Pelayanan
▪ Kerangka Kerja Komprehensif KP – IKPRS
▪ Manajemen Risiko Klinis : Asesmen risiko, Risk
register, FMEA, Situational Awareness
▪ Program KP terkait Pasien : BPIS
▪ Program KP terkait Asuhan Pasien : Asuhan Pasien
4.0, PCC, APT, MPP.
▪ Dst…
Regulatory Framework

1. UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


2. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
4. PMK No. 1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
5. PMK No. 11 Th 2017 Tentang Keselamatan Pasien
6. KepMen no HK.01.07/MENKES/503/2020 Ttg Komite
Nasional Keselamatan Pasien
Pengaturan Keselamatan Pasien dalam UU. No 17 th 2023 Tentang Kesehatan

-Pasal 141
(3) Penggunaan Obat, Obat Bahan Alam, dan Alat Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
harus memperhatikan keselamatan pasien.

-Pasal 173
(1) Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib:
b. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yg bermutu dan mengutamakan keselamatan Pasien;

-Pasal 176
(1) Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib menerapkan standar keselamatan Pasien. (2) Standar keselamatan
Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui identifikasi dan pengelolaan risiko, analisis
dan pelaporan, serta pemecahan masalah dalam mencegah dan menangani kejadian yang membahayakan
keselamatan Pasien. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar keselamatan pasien sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dgn Peraturan Menteri.

-Pasal 178
(2) Peningkatan mutu Pelayanan Kesehatan secara internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui: a. pengukuran dan pelaporan indikator mutu; b. pelaporan insiden keselamatan pasien; dan c.
manajemen risiko
(NAL, 09-2023)
Pengaturan Keselamatan Pasien dalam UU. No 17 th 2023 Tentang Kesehatan

-Pasal 219
2) Peserta didik yang memberikan Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2L7 ayat (3) dan
Pasal 218 ayat(21 berkewajiban: a. menjaga keselamatan Pasien;

-Pasal 303
1) Setiap Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan dalam melaksanakan Pelayanan Kesehatan wajib
menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya serta memperhatikan keselamatan Pasien.

-Penjelasan.
#Pada Pasal 2 Huruf g
Yg dimaksud dengan "asas pelindungan dan keselamatan“ adalah penyelenggaraan Upaya Kesehatan harus
dapat memberikan pelindungan dan keselamatan kpd pemberi Pelayanan Kesehatan dan penerima Pelayanan
Kesehatan dengan mengutamakan keselamatan Pasien, masyarakat, dan lingkungan.
#Pada Pasal 219 Ayat (2) Huruf a
Yg dimaksud dengan "keselamatan Pasien" adalah suatu kerangka kerja yg berupa kegiatan terorganisasi utk
membangun budaya, proses, prosedur, perilaku, teknologi, dan lingkungan dalam Pelayanan Kesehatan secara
konsisten dan berkelanjutan yang bertujuan untuk menurunkan risiko, mengurangi bahaya yg dapat dihindari,
menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan, serta mengurangi dampak ketika terjadi insiden pada Pasien.
(NAL, 09-2023)
Pengaturan Manajemen Risiko dalam
UU. No 17 th 2023 Tentang Kesehatan

-Pasal 178
(2) Peningkatan mutu Pelayanan Kesehatan secara internal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
a. pengukuran dan pelaporan indikator mutu;
b. pelaporan insiden keselamatan Pasien; dan
c. manajemen risiko.

(NAL, 09-2023)
3*

Prinsip-prinsip
Keselamatan Pasien

4*

1* 2*
WHO Patient Safety
PROGRAMME OF WORK 2008 – 2009
Action areas :
1. Global Patient Safety Challenge :
1st Challenge, 2005 : Clean Care is Safer Care,
2nd Challenge, 2007-2008 : Safe Surgery Saves Lives
3rd Challenge, 2010 : Tackling Antimicrobial Resistance
2. Patients for Patient Safety
3. Research for Patient Safety
4. The International Classification for Patient Safety
5. Reporting and Learning Patient Safety
6. Solutions for Patient Safety
7. High 5s
8. Technology for Patient safety
9. Knowledge Management on Patient safety
10. Eliminate central line-associated bloodstream infections
11. Education for Safer Care
12. The Safety Prize
13. Medical Checklist : Pandemic H1N1 Cinical Checklist, Safe Childbirth Checklist , Trauma
Care Checklist, Medication Safety
(WHO : World Alliance for Patient Safety, Forward Programme, 2008-2009)
• The NIHR Imperial
Patient Safety
Translational Research
Centre (PSTRC)
• is part of the National
Institute for Health
Research and
• is a collaboration
between Imperial
College London and
• Imperial College
Healthcare NHS Trust

(Yu A, Flott K, Chainani N, Fontana G, Darzi A. Patient Safety 2030. London, UK: NIHR Imperial Patient Safety
Translational Research Centre, 2016.)
EXECUTIVE SUMMARY
However, there is no simple solution to improve safety, and Namun, tidak ada solusi sederhana untuk meningkatkan keselamatan, dan
no single intervention implemented in isolation will fully
address the issue. This report highlights four pillars of a tidak ada intervensi tunggal yang diimplementasikan secara terpisah akan
safety strategy: sepenuhnya menangani masalah ini. Laporan ini menyoroti empat pilar
1. A systems approach. The approach to reduce harm strategi keselamatan:
must be integrated and implemented at the system
level. 1. Pendekatan sistem. Pendekatan untuk mengurangi kerugian harus
2. Culture counts. Health systems and organisations diintegrasikan dan diterapkan pada tingkat sistem.
must truly prioritise quality and safety through an
inspiring vision and positive reinforcement, not 2. Fokus pd budaya. Sistem dan organisasi kesehatan harus benar-
through blame and punishment. benar mengutamakan kualitas dan keselamatan melalui penglihatan
3. Patients as true partners. Healthcare organisations
must involve patients and staff in safety as part of the
yang inspiratif dan penguatan positif, bukan melalui kesalahan dan
solution, not simply as victims or culprits. hukuman.
4. Bias towards action. Interventions should be based 3. Pasien sebagai mitra sejati. Organisasi kesehatan harus melibatkan
on robust evidence. However, when evidence is
lacking or still emerging, providers should proceed pasien dan staf dalam keselamatan sebagai bagian dari solusi, tidak
with cautious, reasoned decision-making rather than hanya sebagai korban atau pelaku kejahatan.
inaction.
4. Bias menuju tindakan. Intervensi harus didasarkan pada bukti kuat.
Namun, ketika bukti kurang atau masih muncul, penyedia layanan harus
melanjutkan dengan hati-hati, mengambil keputusan yang beralasan
daripada tidak bertindak.

(Yu A, Flott K, Chainani N, Fontana G, Darzi A. Patient Safety 2030. London, UK: NIHR Imperial Patient Safety Translational Research Centre, 2016.)
Launching of GPSAP 2021-2030,
4 August 2021, Geneva, Switzerland
WHO : GLOBAL PATIENT SAFETY ACTION PLAN 2021-2030
Towards Eliminating Avoidable Harm in Health Care

Vision Visi
A world in which Dunia di mana tidak
no one is harmed ada seorangpun
in health care, dirugikan dalam
and every patient pelayanan kesehatan,
receives safe and dan setiap pasien
respectful care, menerima pelayanan
every time, yg aman dan hormat,
everywhere. setiap saat, di mana
saja.

38
Visi
Vision:A world in which no
Sebuah dunia di mana tidak ada seorangpun dirugikan
one is harmed in health care,
and every patient receives
dalam pelayanan kesehatan, dan setiap pasien
safe and respectful care, menerima pelayanan yg aman dan hormat, setiap saat,
every time, everywhere.
di mana saja.

Misi
Mission:Drive forward Mendorong kebijakan dan tindakan, berdasarkan
policies and actions,
based on science, patient sains, pengalaman pasien, desain sistem dan
experience, system
Goal:Achieve the
maximum possible
design and partnerships, kemitraan, untuk menghilangkan semua sumber risiko
to eliminate all sources of
reduction in avoidable
harm due to unsafe
avoidable risk and harm dan bahaya yg dapat dihindari, pada pasien dan
to patients and health
health care globally. workers. petugas kesehatan.

Tujuan
Capai pengurangan semaksimal mungkin bahaya yg
bisa dihindari pada pelayanan kesehatan yg tidak aman
secara global.

39
Kerangka kerja tersebut mencakup 7 tujuan strategis, yang
dapat dicapai melalui 35 strategi khusus.

1. Jadikan keadaan nihil bahaya yg dapat dihindari bagi pasien


sbg keadaan pikiran dan aturan keterlibatan dalam
perencanaan dan pemberian Yan Kes.
2. Membangun sistem kesehatan dan organisasi kesehatan
dengan keandalan tinggi yg melindungi pasien setiap hari dari
bahaya.
3. Menjamin keamanan setiap proses klinis.
4. Libatkan dan berdayakan pasien dan keluarga untuk
membantu dan mendukung perjalanan menuju Yan Kes yang
lebih aman.
5. Menginspirasi, mendidik dan melatih tenaga kesehatan
untuk berkontribusi pada rancangan dan pelaksanaan sistem
pelayanan yg aman.
6. Pastikan aliran informasi dan pengetahuan yang konstan
untuk mendorong mitigasi risiko, pengurangan tingkat bahaya
yang dapat dihindari, dan peningkatan keamanan pelayanan.
7. Mengembangkan dan mempertahankan sinergi, solidaritas,
dan kemitraan multi sektoral dan multinasional untuk
meningkatkan keselamatan pasien.
WHO : GLOBAL PATIENT SAFETY ACTION PLAN 2021-2030
Towards Eliminating Avoidable Harm in Health Care

41
7 Strategic Objectives WHO GPSAP 2021-2030 Framework for Action - The 7x5 Matrix
@ 5 Spesific Strategy
7 Strategic Objectives
Strategi 1: Jadikan nir bahaya yang dapat dihindari bagi pasien sebagai pola pikir dan aturan
keterlibatan dalam perencanaan dan pemberian pelayanan kesehatan di mana pun.
Strategi 2: Membangun sistem kesehatan dengan keandalan tinggi dan organisasi kesehatan
yang melindungi pasien setiap hari dari bahaya.
Strategi 3: Menjamin keamanan setiap proses klinis.
Strategi 4: Melibatkan dan memberdayakan pasien dan keluarga untuk membantu dan
mendukung perjalanan menuju layanan kesehatan yang lebih aman.
Strategi 5: Menginspirasi, mendidik, melatih, dan melindungi petugas kesehatan untuk
berkontribusi dalam merancang dan memberikan sistem pelayanan yang aman.
Strategi 6: Memastikan aliran informasi dan pengetahuan yang konstan untuk mendorong
mitigasi risiko, pengurangan tingkat bahaya yang dapat dihindari, dan peningkatan keamanan
perawatan.
Strategi 7: Mengembangkan dan mempertahankan sinergi, kemitraan dan solidaritas
multisektoral dan multinasional untuk meningkatkan
Global patient safetykeselamatan
action plan 2021–2030:pasien dan kualitas
towards eliminating avoidable harm in health care.
pelayanan. ISBN 978-92-4-003270-5 (electronic version). © World Health organization 43
2021
Strategi objektif 4: Melibatkan dan memberdayakan pasien dan keluarga untuk
membantu dan mendukung perjalanan menuju layanan kesehatan yang lebih
aman.
Strategi 4.1: Melibatkan pasien, keluarga dan organisasi masyarakat sipil dalam pengembangan bersama
kebijakan, rencana, strategi, program dan pedoman untuk menjadikan layanan kesehatan lebih aman.

Strategi 4.2: Belajar dari pengalaman pasien dan keluarga yang terpapar pada pelayanan yang tidak aman untuk
meningkatkan pemahaman tentang sifat bahaya dan mendorong pengembangan solusi yang lebih efektif.

Strategi 4.3: Membangun kapasitas pendukung dan penggiat pasien dalam keselamatan pasien (KP).

Strategi 4.4: Menetapkan prinsip dan praktik keterbukaan dan transparansi di seluruh layanan kesehatan,
termasuk melalui pengungkapan insiden keselamatan pasien kepada pasien dan keluarga.

Strategi 4.5: Memberikan informasi dan pendidikan kepada pasien dan keluarga atas keterlibatan mereka dalam
perawatan diri dan memberdayakan mereka untuk pengambilan keputusan bersama.

Global patient safety action plan 2021–2030: towards eliminating avoidable harm in health care.
ISBN 978-92-4-003270-5 (electronic version). © World Health organization 48
2021
Strategi 4.1: Melibatkan pasien, keluarga dan organisasi masyarakat sipil dalam pengembangan bersama
kebijakan, rencana, strategi, program dan pedoman untuk menjadikan layanan kesehatan lebih aman.

❑ Kegiatan oleh pemerintah


1. Mengembangkan piagam atau rancangan UU hak keselamatan pasien nasional yg memiliki landasan hukum, yg
mencakup konsep2 seperti hak pasien atas keselamatan, rasa hormat, otonomi, perawatan yang dapat diandalkan,
informasi dan transparansi; dan mempromosikan konsep perawatan yg aman dan penuh hormat sebagai hak asasi
manusia.
2. Memasukkan Kerangka WHO tentang Pelayanan Kesehatan Terpadu yang Berpusat pada Masyarakat dalam
perancangan dan pemberian layanan kesehatan yg aman.
3. Menciptakan mekanisme formal untuk melibatkan pasien dan keluarga dalam mekanisme tata kelola nasional, kelompok
kerja, gugus tugas dan komite yg merencanakan dan mengambil tindakan untuk meningkatkan KP di negara tsb.
4. Menciptakan aliansi dgn pasien yg ada dan organisasi masyarakat sipil mengenai KP.
5. Menanamkan standar keterlibatan pasien & keluarga dalam akreditasi dan evaluasi.
6. Memasukkan tujuan yg berkaitan dgn keterlibatan pasien & keluarga sebagai komponen utama rencana strategis jangka
pendek dan jangka panjang.

49
❑ Kegiatan oleh fasilitas dan pelayanan kesehatan
1. Melibatkan perwakilan pasien / keluarga yang memiliki pengalaman mengenai bahaya yg dapat dihindari dalam layanan
kesehatan dlm merancang strategi dan menentukan tindakan utk mengurangi kemungkinan terulangnya kembali kejadian tsb.
2. Menunjuk perwakilan pasien dan keluarga untuk menjadi bagian dari dewan dan komite RS.
3. Menata ulang proses pelayanan dan bila diperlukan melakukan reorientasi untuk menjadikan pelayanan berpusat pada
pasien dan berdasarkan prinsip utama “apa yang penting bagi pasien & keluarga”. →PCC & What matters
4. Membentuk dewan penasihat pasien dan keluarga yg fokus pada KP.
5. Mengembangkan prosedur berdasarkan ketentuan piagam atau UU nasional, termasuk non-diskriminasi, otonomi pasien,
persetujuan berdasarkan informasi dan pengambilan keputusan bersama, tanggap darurat, akses terhadap rekam medis dan
pengungkapan penuh atas kejadian buruk.
6. Mengembangkan standar kelembagaan untuk keterlibatan pasien dan keluarga, dan mengembangkan praktik perbaikan
berdasarkan pengalaman pasien.

❑ Kegiatan oleh pemangku kepentingan


1. Melakukan penelitian untuk mengidentifikasi perilaku yang membentuk dan mendukung keterlibatan pasien & keluarga – oleh pasien,
keluarga, dokter, administrator, dan profesional kesehatan lainnya, dalam berbagai rangkaian layanan kesehatan.
2. Menyebarluaskan piagam hak KP dan mempromosikan gagasan keselamatan pasien sebagai hak asasi manusia.
3. Mendukung partisipasi penuh pasien, keluarga dan masyarakat dalam seluruh perencanaan dan program KP di tingkat global,
nasional dan lokal.
4. Berbagi praktik terbaik dan pembelajaran mengenai keterlibatan pasien dan keluarga dari Negara Anggota dan mitra.
5. Membantu menciptakan mekanisme pengawasan masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan setempat dan program bantuan
pasien lokal bagi masyarakat yg mengalami masalah dalam pelayanan kesehatannya.
50
Strategi 4.2: Belajar dari pengalaman pasien & keluarga yang terpapar pada perawatan yang tidak aman untuk
meningkatkan pemahaman ttg sifat bahaya dan mendorong pengembangan solusi yg lebih efektif.

❑ Kegiatan oleh pemerintah


1. Membangun platform, jaringan dan acara utk mempertemukan para pendukung, aktivis, pasien dan organisasi pasien utk berbagi
pengalaman ttg bahaya yg dapat dihindari atau perawatan yg tidak aman dan praktik terbaik dalam keterlibatan pasien & keluarga.
2. Menciptakan mekanisme dan memperkuat platform utk berbagi pengalaman layanan kesehatan pasien & keluarga, termasuk pelaporan
pasien mengenai hasil dan pengalaman, yang menyoroti masalah KP dan menunjukkan solusi untuk peningkatan KP.
3. Memastikan bhw pengalaman pasien & keluarga yg cedera mempengaruhi rancangan seluruh bidang program KP (misalnya, kebijakan,
pendidikan dan pelatihan, penelitian dan informasi).
❑ Kegiatan oleh fasilitas dan pelayanan kesehatan
1. Menciptakan budaya dan kerangka organisasi dimana pertemuan dan pengalaman pasien & keluarga dgn bahaya yg dapat
dihindari, yg diceritakan oleh mereka sendiri, merupakan bagian integral dari seluruh upaya KP dalam layanan RS.
2. Memasukkan pengalaman pasien & keluarga, yg diceritakan sendiri, sbg agenda rutin dlm rapat dewan utama RS utk
memberikan wawasan mendalam kpd para pemimpin layanan kesehatan mengenai realitas dampak perawatan yg tidak aman.
3. Menciptakan mekanisme pelaporan KP yg mendorong pasien dan keluarga utk melaporkan dan, dengan mengumpulkan,
menyusun dan menganalisis pengalaman dan hasil perawatan yg tidak aman yg dilaporkan pasien, menunjukkan tindakan utk
pembelajaran dan perbaikan.
❑ Kegiatan oleh pemangku kepentingan
1. Menyelenggarakan lokakarya, simposium, dan acara nasional dan lokal utk berbagi pengalaman dan harapan pasien & keluarga,
terutama mereka yg menderita cedera yg dapat dihindari.
2. Memastikan bahwa asosiasi profesional dan perkumpulan spesialis mengundang pasien & anggota keluarga yg memiliki pengalaman
KP ke konferensi tahunan dan acara ilmiah mereka. 51
Strategi 4.3: Membangun kapasitas pendukung dan penggiat pasien dalam keselamatan pasien.
❑ Kegiatan oleh pemerintah
1. Mendukung dan memberdayakan pengembangan jaringan pendukung dan pendukung pasien, dan berkolaborasi dgn program Pasien
untuk KP WHO.
2. Membentuk, melatih dan mendukung panel pendukung KP dan keluarga untuk bertindak sebagai pembicara di konferensi nasional
dan lokal.
3. Berbagi temuan pelaporan KP dan sistem pembelajaran dengan pendukung dan pendukung pasien.

❑ Kegiatan oleh fasilitas dan pelayanan kesehatan


1. Melakukan tinjauan luas untuk menilai keterlibatan pasien dalam peningkatan keselamatan pelayanan kesehatan di RS.
2. Melembagakan langkah2 untuk melibatkan pasien & keluarganya secara penuh guna meningkatkan peluang mereka
berkontribusi pada proses peningkatan KP.
3. Mengembangkan strategi untuk melibatkan pendukung dan penggiat KP sebagai pendidik.

❑ Kegiatan oleh pemangku kepentingan


1. Menggunakan jaringan dan kolaborasi untuk mengidentifikasi, merekrut dan melatih advokasi dan aktivis KP untuk menjadi perwakilan
pasien di pemerintahan dan layanan kesehatan.
2. Mengembangkan dan menyebarkan materi informasi pasien mengenai berbagai aspek KP dan berpartisipasi dalam kampanye
kesadaran masyarakat.
3. Bekerja sama dengan pemerintah untuk mendukung pengembangan program nasional KP untuk Pasien.

52
Strategi 4.4: Menetapkan prinsip dan praktik keterbukaan dan transparansi di seluruh layanan kesehatan, termasuk melalui
pengungkapan insiden KP kepada pasien & keluarga.
❑ Kegiatan oleh pemerintah
1. Mengembangkan pedoman nasional utk informed consent, untuk akses pasien thd rekam medis mereka, dan bagi pasien & keluarganya utk meningkatkan
kekhawatiran akan pelayanan jika mereka merasa kondisi pasien semakin memburuk.
2. Mengembangkan kerangka panduan dan prosedur yg memungkinkan para profesional layanan kes mengungkapkan kpd pasien & keluarga kejadian2 buruk
yg telah menyebabkan (atau dapat menyebabkan) kerugian yg tidak disengaja.
3. Pertimbangkan untuk memperkenalkan UU mengenai kebijakan keterbukaan informasi utk memberi informasi kepada pasien & keluarga jika panduan
belum efektif.
❑ Kegiatan oleh fasilitas dan pelayanan kesehatan
1. Mengembangkan kebijakan kelembagaan untuk informed consent yg kuat, akses pasien thd rekam medis mereka, dan sistem eskalasi
darurat yg dapat dipicu oleh pasien dan keluarga.
2. Mengembangkan dan menerapkan kebijakan dan prosedur pengungkapan utk menginformasikan pasien & keluarga mengenai insiden
KP yg menyebabkan (atau dapat menyebabkan) kerugian yg tidak disengaja.
3. Memastikan bhw pasien, keluarga dan petugas kes diberikan dukungan psikologis dan dukungan lainnya setelah terjadinya insiden KP
yg serius.
❑ Kegiatan oleh pemangku kepentingan
1. Meningkatkan kesadaran ttg sistem pelaporan keselamatan, hak untuk mengakses rekam medis, hak atas persetujuan dan hak utk melakukan tanggap
darurat, termasuk jalur KP lainnya yg tersedia bagi pasien.
2. Meningkatkan kesadaran organisasi masyarakat sipil, pasien dan keluarga dan mencari dukungan penuh dari badan profesional dan anggotanya thd
kebijakan pengungkapan terbuka mengenai insiden KP kepada pasien & anggota keluarga.
3. Mengatur aliran informasi dari para pemangku kepentingan ttg pengalaman praktis kebijakan keterbukaan informasi dan inisiatif transparansi lainnya serta
saran perbaikan.
4. Meningkatkan kesadaran organisasi masyarakat sipil, pasien dan keluarga mengenai tujuan positif kebijakan keterbukaan informasi dan hak2 mereka
berdasarkan kebijakan tsb. 53
Strategi 4.5: Memberikan informasi dan pendidikan kepada pasien dan keluarga atas keterlibatan mereka dalam perawatan diri
dan memberdayakan mereka untuk pengambilan keputusan bersama.

❑ Kegiatan oleh pemerintah


1. Memasukkan kegiatan untuk meningkatkan pendidikan masyarakat, termasuk di sekolah dan masyarakat, dan meningkatkan
kesadaran akan KP dalam rencana keselamatan pasien nasional.
2. Memasukkan keterlibatan pasien dan keluarga dalam kurikulum pendidikan KP, dan mengembangkan kurikulum khusus untuk anak
usia sekolah.
3. Mengembangkan mekanisme untuk memberikan informasi dan pendidikan kepada pasien dan keluarga agar mereka dapat bermitra
dengan organisasi layanan kesehatan dan pemangku kepentingan lainnya.
4. Mengembangkan dan menyebarkan iklan layanan masyarakat dengan pesan yg jelas mengenai apa itu keterlibatan pasien &
keluarga dan mengapa hal ini penting.
5. Mempromosikan penggunaan teknologi digital, termasuk ponsel pintar, dalam meningkatkan kesadaran mengenai KP dan
meningkatkan keterlibatan pasien & keluarga.
1. Meningkatkan pemanfaatan peer education pada pasien & keluarga, mendukung pasien dalam mengelola kesehatannya sendiri dan
mendorong mereka untuk berperan aktif.
2. Memasukkan keterlibatan dan KP dan keluarga dalam kurikulum pendidikan dan kursus pelatihan.
3. Mengembangkan dan menyebarluaskan informasi pasien dan materi edukasi KP.

54
❑ Kegiatan oleh fasilitas dan pelayanan kesehatan
1. Mengintegrasikan keterlibatan pasien & keluarga ke dalam kurikulum profesional layanan kesehatan, dan mengembangkan
standar kompetensi keterlibatan pasien & keluarga.
2. Mendidik pasien dan keluarga tentang kesehatan dan perawatan kesehatan mereka, mendukung pasien dalam mengelola
kesehatan mereka sendiri, dan melatih keluarga untuk memberikan perawatan, terutama dalam menanggapi kebutuhan pasien
di lingkungan perawatan di rumah.
3. Mengembangkan materi informasi pasien mengenai prosedur klinis, termasuk risiko keselamatan, untuk memberdayakan
pasien ketika mencari informasi dari profesional layanan kesehatan.
4. Menerapkan mekanisme komunikasi yang membantu dokter memahami perspektif dan kekhawatiran pasien.
5. Menyusun proses perawatan untuk mendukung pertukaran informasi, perencanaan perawatan, manajemen mandiri dan
pengambilan keputusan bersama, serta menerapkan alat yang berpusat pada pasien bagi pasien dan dokter untuk mendukung
pengambilan keputusan bersama.

❑ Kegiatan oleh pemangku kepentingan


1. Meningkatkan pemanfaatan peer education pada pasien dan keluarga, mendukung pasien dalam mengelola kesehatannya sendiri
dan mendorong mereka untuk berperan aktif.
2. Memasukkan keterlibatan dan KP dan keluarga dalam kurikulum pendidikan dan kursus pelatihan.
3. Mengembangkan dan menyebarluaskan informasi pasien dan materi edukasi KP.

55
(Dhingra, N: Patient Safety in Action: Where are we with WHO GPSAP, WHO Patient Safety Flagship, ISQua Conf 2023, Seoul) 56
(Dhingra, N: Patient Safety in Action: Where are we with WHO GPSAP, WHO Patient Safety Flagship, ISQua Conf 2023, Seoul) 57
(Dhingra, N: Patient Safety in Action: Where are we with WHO GPSAP, WHO Patient Safety Flagship, ISQua Conf 2023, Seoul) 58
NEJM Catalyst
January 1, 2017 Misi & nilai selaras
dengan tujuan pasien

Transparansi penuh & pemberian Asuhan bersifat kolaboratif,


informasi yang cepat terkoordinasi, dapat diakses

Keluarga disambut dalam Kenyamanan fisik &


pengaturan perawatan kesejahteraan emosional
adalah prioritas utama

Pasien & keluarga selalu disertakan Sudut pandang pasien &


dalam pengambilan keputusan keluarga dihormati & dihargai

https://catalyst.nejm.org/doi/full/10.1056/CAT.17.0559, What Is Patient-Centered Care?


KARS Dr.Nico Lumenta
“Ekosistem” PCC – APT WHO: Quality in 1
di Indonesia Healthcare 2
7 Dimensi
7 IAPO: Patient A White paper for ISQUA
Centred Healthcare (2006 & 2015) ISQua: PCC System
5 Prinsip 3 Mental Model
(2016) (2022)

6 WHO: GPSAP 3
2021-2030 WHO: PCC
7 Strategi 2016-2026
(2021)
5 Strategic Goals
(2015)

5 Risk Management STARKES &


(Donaldson, L)
8 Dimensi KARS-Instrumen 4 (Sumber: WHO Quality of Care, WHO
GPSAP, PSCRM, Starkes, KARS-Istak,

(2021) 16 Standar ISQua.org/media, WHO Global Strategy on


integrated PCC, IAPO, International
(2022)
Alliance of Patients’ Organizations:
(Nico Lumenta, KARS, 2023) Patient Centred Healthcare Declaration)
A White paper for ISQUA, 2022.

(Patient is also a person)


(Berntsen G, Chetty M, Ako-Egbe L, Yaron S, Phan Thanh P, Castro I, Curran C, et al.
Person-Centred Care Systems: From Theory to Practice, A White paper for ISQUA; 2022.
Report No.: ISBN 978-0-9955479-2-6. International Journal for Quality in Health Care,
2021, 33(S2), ii23–ii26doi: https://doi.org/10.1093/intqhc/mzab052).
(Pichumani,A, Edwards,A: Implementing A Robust PCC Framework in Hospitals. ISQua Conf 2023, Seoul)
WHO global strategy on integrated people-centred
3 IPCHS
health services 2016-2026, July 2015
Rumah Sakit
Strategic Goal 1 Berdayakan dan Libatkan
Empowering & Engaging People Pasien-Keluarga
Strategic Goal 2
Strenghtening Governance & Tingkatkan-Perkuat
Accountabilty Kepemimpinan & Akuntablitas

Strategic Goal 3 Reorientasi Paradigma


Reorienting the Model of Care Asuhan → PCC

Strategic Goal 4 Asuhan Pasien


Coordinating Services Terintegrasi

Strategic Goal 5 Ciptakan Lingkungan yg


Creating an Enabling Environment Memberdayakan/Kondusif
2014
Budaya Keselamatan Dalam STARKES 2022

NB. STARKES = Standar Akreditasi Rumah Sakit Kemenkes, Kepmen No HK.01.07/MENKES/1128/2022 Ttg Standar Akreditasi Rumah Sakit, 13 April 2022
*DNA of Care
🌏 Safety
🌏 Quality Kepemimpinan
🌏 Culture

PCC Pelaporan IKP-


Patient Centred Care Pembelajaran
‘BPIS’

Keterlibatan Pasien
Kolaborasi
Interprofesional
Just Culture-Budaya Adil
Respek/Trust Keseimbangan Sistem & Manusia

Komunikasi

*(Hardy, P. 2017. Patient


voice and DNA of Care, (Nico Lumenta, 2020)
67
ISQua Conference, London)
Kepemimpinan

Pelaporan IKP-
Patient Centred Care Pembelajaran

Cultural Kolaborasi
Kompetensi
Keterlibatan Pasien
Competence Interprofesional
Budaya
Respek/Trust Just Culture-Budaya Adil

Komunikasi

(Nico Lumenta, 2020)


Kepemimpinan

Pelaporan IKP-
Patient Centred Care Pembelajaran

Cultural Kolaborasi
Kompetensi
Keterlibatan Pasien
Competence Interprofesional
Budaya
Respek/Trust Just Culture-Budaya Adil

Komunikasi

(Nico Lumenta, 2020)


69
70
Theme: Technology, Culture, and Coproduction:
Looking To The Horizon of Quality and Safety
Theme: Technology, Culture, and Coproduction: Looking To The Horizon of Quality and Safety
Theme: Technology, Culture, and Coproduction:
Looking To The Horizon of Quality and Safety
✓ Pada asuhan pasien ada kondisi hipokompetensi komunikasi
(Comunication Hypocompetence: An Iatrogenic Epidemic)
✓ Kesalahan medis sebagian besar didasarkan pada komunikasi
yang buruk dalam pengaturan secara tim klinis. (Medical error is
largely grounded In poor communication in clinical team settings).
✓ Patient Centred Care adalah suatu model kolaboratif dengan
kebersamaan dalam komunikasi (mutuality in communication).
✓ Secara konseptual, dan secara paradoks, patient-centredness
tidak secara formal berpusat pada pasien (walaupun mungkin
dalam semangat dan niat)
✓ PCC sebenarnya berpusat pada komunikasi.

(Bleakley, A. Patient Centred Medicine in Transition, The Heart of the Matter, 2014)
Patient Experience/ Pengalaman Pasien

Pengalaman Pasien didefinisikan sbg :


Jumlah semua interaksi, yg dibentuk oleh
budaya organisasi, dan mempengaruhi
persepsi pasien, di seluruh kontinum
pelayanan.
(The Beryl Institute, https://www.theberylinstitute.org/
page/definingpatientexp)

The patient experience is now globally Patient Experience/ Pengalaman Pasien


recognized as an independent dimension sekarang diakui secara global sebagai
of health-care quality. dimensi independen dari mutu pelayanan
kesehatan.

(Oben, P : Understanding the Patient Experience: A Conceptual Framework, Journal of Patient Experience, 2020, Vol. 7(6) 906-910. DOI: 10.1177/2374373520951672 )

KARS :
PROM – PREM
Patient-reported outcome measures
Patient-reported experience measures
”BPIS”
Bila Pasien Itu Saya 75
Patient-reported outcome measures (PROMs)
❑ PROM digunakan utk menilai status kes pasien pada suatu waktu ttt. ❑ Patient-reported outcome measures (PROMs) are used to
assess a patient’s health status at a particular point in time.
Alat PROM dapat diselesaikan baik saat sakit atau saat merawat suatu PROMs tools can be completed either during an illness or
kondisi kes. Dalam beberapa kasus, penggunaan PROM pra dan pasca while treating a health condition. In some cases, using pre-
kegiatan dapat membantu mengukur dampak suatu intervensi. and post-event PROMs can help measure the impact of an
❑ PROM dan pengukuran pengalaman yg dilaporkan pasien (PREM) intervention.
❑ PROMs and patient-reported experience measures
semakin diakui memberikan informasi yg berharga dan penting utk (PREMs) are increasingly recognized as providing valuable
mencapai tujuan sistem kes. PROM dan PREM diukur dari sudut and essential information for achieving health system goals.
pandang pasien, dan keduanya dapat digunakan bersama-sama utk Both PROMs and PREMs are measured from the patient’s
perspective, and they can be used together to more fully
menilai kualitas layanan secara lebih menyeluruh. Informasi dari sudut assess quality of care. Information from the patient’s
pandang pasien sangat penting untuk mendukung pendekatan perspective is essential to supporting a patient-centred
pelayanan yg berpusat pada pasien, sebagaimana diuraikan dalam approach to care, as outlined in CIHI’s Health System
Kerangka Pengukuran Kinerja Sistem Kesehatan CIHI. Performance Measurement
❑ Many PROMs tools are available. They are categorized as
❑ Banyak alat PROM yg tersedia. Mereka dikategorikan sebagai * Generic (applied across different populations)
* Generik (diterapkan pada populasi yang berbeda) * Condition-specific (used to assess outcomes that are specific
* Kondisi spesifik (digunakan untuk menilai hasil yg spesifik atau unik utk or unique to particular diseases or sectors of care)
- Typically, generic and condition-specific tools are administered
penyakit atau sektor perawatan tertentu) at the same time, as they provide complementary information.
- Biasanya, alat generik dan khusus kondisi diberikan pada saat yg sama,
karena keduanya memberikan informasi yg saling melengkapi.

(CIHI, Canadian Institute for Health Information. https://www.cihi.ca/en/patient-reported-outcome-measures-prom)


(Gene Nelson, G. DSc, MPH: Using PROMs, A Tool to Give Patients Voice& Take Action. Dartmouth 77
Institute for Health Policy & Clinical Practice, USA. ISQua Conf 2023, Seoul)
(Zimlichman, E: Implementing a PROMs
Agenda at Sheba Med Center.Israel.
78
ISQua Conf 2023, Seoul)
• Konsep Ko-produksi (Produksi bersama) diperkenalkan pada tahun The concept of co-production was introduced in
the 1960s as the United States shifted from an
1960-an ketika Amerika Serikat beralih dari perekonomian industri yg industrial economy focused on the production of
berfokus pada produksi barang ke perekonomian jasa di mana goods (e.g., manufacturing) to a service economy
(e.g., retail and banking) in which consumers and
konsumen dan produsen bekerja sama untuk mencapai tujuan producers worked together to create value.
menciptakan nilai. Co-production occurs when consumers are
engaged in the development of a service or
• Ko-produksi terjadi ketika konsumen terlibat dalam pengembangan product, thereby helping to ensure quality and
suatu layanan atau produk, sehingga membantu memastikan kualitas enhance value [1].
dan meningkatkan nilai. Value co-production occurs in particular when
consumers are able to personalize their experience
• Nilai Ko-produksi terjadi khususnya ketika konsumen dapat while using an organization’s service and in return
mempersonalisasi pengalaman mereka saat menggunakan layanan undertake specific tasks needed by the
organization [2].
organisasi dan sebagai imbalannya melakukan tugas2 spesifik yg
This process requires active collaboration by
dibutuhkan oleh organisasi. consumers and producers to create value [3].
• Proses ini memerlukan kolaborasi aktif antara konsumen dan produsen
untuk menciptakan nilai.

(Turakhia,P, and Combs,B.: Using Principles of Co-Production to Improve Patient Care and Enhance Value. AMA Journal of Ethics, 2017, Vol 19, No 11: 1125-1131)
Kesimpulan Conclusion
Although the concept of co-production is not new,
▪ Meskipun konsep Ko-produksi bukanlah hal baru, penerapan prinsip applying its basic principles to health system redesign is
dasarnya pada sistem kesehatan yg didesain ulang, merupakan hal menarik an exciting opportunity to examine and implement new
dalam mengkaji dan menerapkan cara2 baru meningkatkan pelayanan. ways to
▪ Agar proses ko-produksi dapat berkembang, pasien dan para PPA harus improve care.
In order for co-productive processes to thrive, patients
dipandang secara berbeda. and health care professionals must be looked at
▪ Pasien tidak boleh dipandang sbg konsumen tetapi lebih sebagai differently. Patients must be viewed less as consumers
mitra/partner yg berkontribusi dalam perawatan mereka. PPA harus dikenali and more as contributing partners in their care. Health
care professionals should be recognized for what they
apa adanya: sbg penyedia layanan yg dpt dibentuk dan ditingkatkan melalui are: as providers of services that can be shaped and
umpan balik berkelanjutan dari pemangku kepentingan dan pada akhirnya improved by ongoing feedback from stakeholders and
dapat mengarah pada hasil yg optimal, ketimbang sbg penyedia barang yg that can ultimately lead to optimal outcomes rather than
merupakan hasil itu sendiri. as providers of goods that are the outcomes themselves.
By creating new opportunities for clinicians and patients
▪ Dgn menciptakan peluang baru bagi PPA dan pasien untuk bekerja sama to work together and by providing incentives for
dan dgn menyediakan insentif bagi PPA, pasien, sistem, dan pembayar, clinicians, patients, systems, and payers, meaningful
kolaborasi yg berarti, di dalam sistem yg didesain ulang dapat collaboration in system redesign can result in improved
health outcomes and proceed in a truly patient-centered
menghasilkan outcome kesehatan yg lebih baik dan menghasilkan benar2 manner.
budaya pelayanan berfokus pada pasien (PCC).

(Turakhia,P, and Combs,B.: Using Principles of Co-Production to Improve Patient Care and Enhance Value. AMA Journal of Ethics, 2017, Vol 19, No 11: 1125-1131)
Kesimpulan Conclusion
Healthcare is not a product manufactured by the
• Pelayanan kesehatan bukanlah produk yg diproduksi oleh sistem yankes, healthcare system, but rather a service, which is cocreated
melainkan sebuah layanan, yg diciptakan bersama oleh para PPA dalam by healthcare professionals in relationship with one
hubungan satu sama lain dan dengan orang2/pasien yg mencari bantuan another and with people seeking help to restore or
untuk memulihkan atau menjaga kesehatan bagi diri mereka sendiri dan maintain health for themselves and their families.
This coproductive partnership is facilitated or hindered by
keluarga mereka. many forces operating at the level of the healthcare system
• Kemitraan koproduksi ini difasilitasi atau dihalangi oleh banyak kekuatan yg and the wider community.
beroperasi di tingkat sistem yankes dan masyarakat luas. Kerangka ini This frame has implications for understanding the aim of
healthcare service and the potential roles and
mempunyai implikasi untuk memahami tujuan yankes dan potensi peran dan responsibilities of all participants.
tanggung jawab semua peserta. Improving healthcare service using this construct invites us
• Meningkatkan yankes dengan menggunakan konstruksi ini mengundang kita to consider new ways of preparing health professionals
untuk mempertimbangkan cara2 baru dalam mempersiapkan nakes and socialising patients, new organisational forms and
structures for healthcare service delivery, and new metrics
profesional dan mensosialisasikan pasien, bentuk dan struktur organisasi for measuring success.
baru untuk pemberian yankes, dan metrik baru untuk mengukur keberhasilan. Like any paradigm, the construct of coproduced healthcare
• Seperti paradigma lainnya, konstruksi yankes yg diproduksi bersama tidaklah service is imperfect and contains its own pragmatic
challenges and moral hazards, but these limitations do not
sempurna dan mengandung tantangan pragmatis dan bahaya moral tersendiri, negate its utility.
namun keterbatasan ini tidak meniadakan kegunaannya. Marcel Proust suggested that the real voyage of discovery
• Marcel Proust berpendapat bahwa perjalanan penemuan yg sebenarnya consists not in seeking new landscapes, but in having new
bukanlah mencari lanskap baru, namun memiliki pandangan baru. Mungkin eyes.63 Perhaps this lens of coproduction will help us see
healthcare service with new eyes.
lensa koproduksi ini akan membantu kita melihat yankes dengan sudut
pandang baru – new eyes..
(Batalden M, et al.: Coproduction of healthcare service. BMJ Qual Saf 2016;25:509–517. doi:10.1136/bmjqs-2015-004315)
House of Care.

Proses organisasi

-Pasien yang
terlibat PPA berkomitmen
-Pasien untuk bekerja sama
terinformasi Personalisasi Rencana
Asuhan

Pengawasan yg responsif

(Batalden M, et al.: Coproduction of healthcare service. BMJ


Qual Saf 2016;25:509–517. doi:10.1136/bmjqs-2015-004315)
Chronic Care Model, developed by The MacColl Institute, © ACP-ASIM Journals and Books,
reprinted with permission from ACP-ASIM Journals and Books.

(Batalden M, et al.: Coproduction of healthcare service. BMJ


Qual Saf 2016;25:509–517. doi:10.1136/bmjqs-2015-004315)

Copyright © BMJ Publishing Group Ltd and the Health Foundation. All rights reserved.
*Sistem Kesehatan yg
didesain ulang untuk
penerapan Co-production
dalam pelayanan
kesehatan di komunitas,
berkembang lebih
kompleks.

(NHS England. Co-production. 2020. www.england.nhs.uk/always-events/co-production). www.coalitionforpersonalisedcare.org.uk/ resources/ a-co-production-model/


Diagram ini menunjukkan beberapa cara berbeda dalam bekerja dengan masyarakat This diagram shows some of the different ways of working
dan komunitas, disertai contohnya masing-masing with people and communities, with examples for each
•Inform: Sharing information about proposed changes so
• Informasi: Berbagi informasi ttg usulan perubahan shg masyarakat memahami
people understand what they mean. Examples are Letters,
maksudnya. Contohnya adalah Surat, email atau media sosial, dan informasi di emails or social media, and information on notice boards in
papan pengumuman di fasilitas masyarakat setempat local community facilities
• Konsultasi: Menanyakan pendapat orang mengenai 1 atau lebih ide atau pilihan. •Consult: Asking for people’s opinions on one or more ideas
Contohnya adalah konsultasi publik formal untuk mengumpulkan pandangan dan or options. An example is a formal public consultation to
memastikan pandangan tsb dipertimbangkan secara tepat, termasuk webinar, gather views and ensure they are considered appropriately,
pertemuan publik, dan survei including webinars, public meetings and surveys
•Engage: Listening to people to understand issues and
• Terlibat: Mendengarkan orang2 untuk memahami permasalahan dan
discuss ideas for change. Examples are focus groups or
mendiskusikan ide2 untuk perubahan. Contohnya adalah kelompok fokus atau interview, citizens’ panels and deliberative engagement,
wawancara, panel warga dan keterlibatan deliberatif, keanggotaan pasien dan patient and public membership on decision-making
masyarakat dalam komite dan dewan pengambil keputusan, serta forum pasien dan committees and boards, and patient forums and advisory
kelompok penasihat. groups
• Ko-desain: Mendesain bersama orang2 dan menggabungkan ide2 mereka ke dalam •Co-design: Designing with people and incorporating their
pendekatan akhir. Contohnya adalah alat pengembangan kembali layanan seperti ideas into the final approach. Examples are service
redevelopment tools such as Experience Based Co-Design
Ko-desain berbasis pengalaman dan sesi desain bersama untuk orang2 yg
and co-design sessions for people with lived and learnt
memiliki pengalaman hidup dan belajar experience
• Ko-produksi: Kemitraan setara di mana orang2 dengan pengalaman hidup dan •Co-production: An equal partnership where people with
belajar bekerja sama dari awal hingga akhir. Contohnya adalah pendekatan lived and learnt experience work together from start to
pengembangan masyarakat termasuk pemetaan aset, penyelidikan apresiatif, dan finish. An example is community development approaches
percakapan komunitas. including asset mapping, appreciative inquiry and
community conversations.

(NHS England. Co-production. 2020. www.england.nhs.uk/always-events/co-production).


www.coalitionforpersonalisedcare.org.uk/ resources/ a-co-production-model/
86
(Edwards,A, Nelson,E, Oliver,B, Brennan,J, Von Plessen,C: Learning journey: Coproduction Basic. ISQua Conf 2023, Seoul)
(Lachman,P:Six Steps to Coproduce Patient Safety. Royal College
of Physicians of Ireland. ISQua Conf 2023, Seoul)

(Leonard, H:People not Patients. Great North


Children's Hospital UK. ISQua Conf 2023, Seoul)

87
Disease oriented,
Doctor-centred Episode episode perjalanan panjang…..
…….Pelayanan Pasien

Quality & Safety

PCC – APT. Profession-centred


to person-centred.

Coproduction
Quality-Safety
Pelayanan
Pelayanan Klinis Kesehatan
(Nico Lumenta, KARS, 2023) Masyarakat
89
ESKB-83: 20 Sept 2023
World Patient Safety Day

Bila Keselamatan Pasien tidak dijadikan


“Sahabat” Rumah Sakit, cepat atau
lambat dia akan berbalik menjadi
“Musuh” Rumah Sakit.
(Nico Lumenta, 2008)
“Keselamatan bukan ditemukan pada
keadaan tanpa bahaya,
tetapi justru pada kehadiran Tuhan YME”

Safety is not found in


the absence of danger,
but in the presence of GOD
KSK 45: 29 Sept 2023
World Patient Safety Day

dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM, MHKes, FISQua


IKPRS

Anda mungkin juga menyukai