Anda di halaman 1dari 72

KELAS ONLINE KARS

IMPLEMENTASI KUALIFIKASI DAN PENDIDIKAN STAF (KPS) SESUAI STANDAR AKREDITASI


RS KEMKES DILENGKAPI DENGAN INSTRUMEN AKREDITASI KPS KARS
HARI SELASA – RABU, TANGGAL 19 – 20 JULI 2022

dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM,


MHKes, FISQua
Fakultas Kedokteran Konsultan Nefrologi
Univ Kristen Indonesia, Perhimpunan Nefrologi
1970 Indonesia, 1982

Sekolah Tinggi
Magister Manajemen Manajemen PPM
Jakarta, 1994

Univ Katolik
Lahir : Magister Hukum
Kesehatan
Soegijapranata
Magelang Semarang, 2013

5 Nov 1943
Fellowship of The
International Society
FISQua,
CV : dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, for Quality in Health
Care, 2020
MM, MHKes, FISQua
(Mei 2021)
• Ketua Bidang Penelitian & pengembangan KARS
sejak th 2014
• Ketua Komite Etik-Disiplin KARS sejak th 2014
• Koordinator Konsilor KARS sejak 2016
• Komite Nasional Keselamatan Pasien RS – Kem
Kes th 2012-2015, 2016-2018, 2018-2020 Wakil
Ketua KNKP
• Ketua Komite Keselamatan Pasien RS (KKPRS) –
PERSI sejak 2005
• Ketua IKPRS-Institut Keselamatan Pasien RS sejak
th 2012
• Ketua Dewan Pakar IMPPI-Ikatan Manajer
Pelayanan Pasien Indonesia sejak 2020
• Kelompok Staf Medis Penyakit Dalam – Ginjal
Hipertensi RS Mediros, Jakarta, sejak 1996
• Surveior KARS sejak 1995. Konsilor KARS sejak 2012.
• PJ SubPokja Model Akreditasi Baru, Pokja Penyempurnaan
Akreditasi RS, DitJen Bina Yan Med, DepKes, 2010-2011
• Direktur Medik RS PGI Cikini, 1981 – 1982
• Direktur Ketua RS PGI Cikini Jakarta 1982-1993
• Dekan Fak Kedokteran UKI 1988-1991
• Sekretaris Jenderal PERSI Pusat 1988–1990, 1990–1993,
1993–1996
• Sekretaris IRSJAM 1986 – 1988
• Kepala Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK-UKI, Jakarta, 1992 –
1995
• Kepala Renal Unit (Unit Ginjal) RS.PGI Cikini, 1973 – 1981
• Sekretaris I & Seksi Ilmiah Pengurus Pusat PERNEFRI, 1983
• Ketua Komite Medik RS Mediros, 1995 – 2013
• Penghargaan :
• *Kadarman Award utk Patient Safety*, 2007, Sekolah
Tinggi PPM.
• *Inisiator & Motivator Keselamatan Pasien RS di
Indonesia*, 2018, Komisi Akreditasi Rumah Sakit.
Mutu Pelayanan dan Asuhan Pasien
DPJP – Ketua Tim Klinis/Clinical Leader
MPP – Manajer Pelayanan Pasien
Keterlibatan & Pemberdayaan Pasien –
Keluarga
Kesimpulan & Penutup
6
(WHO, Handbook for national quality policy and strategy: a practical approach for developing policy and strategy to improve quality of care, 2018)
Berbasis Pelayanan Berfokus Pasien / PCC dan
1
Asuhan Pasien Terintegrasi

Dilaksanakan oleh PPA sebagai Tim, yang


2 berkolaborasi interprofessional dengan
kompetensi untuk berkolaborasi

Dilaksanakan dengan DNA of Care :


3
Safety, Quality, Culture

` Asuhan pasiennya didokumentasikan terintegrasi


Asuhan Pasien 4.0 : adalah asuhan
4 melalui IT dalam SIRSAK dan SISMADAK
pasien, yang modern, terkini di
Rumah Sakit dan mengacu ke PCC
dalam Starkes 2022 & Instrumen
Survei KARS 2022.

(Nico Lumenta, KARS, 2019)


10
Dimensi Budaya Mutu dan Safety
dalam Standar Akreditasi RS

ASUHAN PASIEN

Kompetensi
RISIKO Budaya SAFETY

MUTU
(Nico Lumenta, 2015)

(Nico Lumenta, KARS, 2022)


Patient Centred Care

*Asuhan Pasien Terintegrasi


(AKP 3 EP a),
PAP 1.1 EP a),
PAP 1.2 EP e).)

“The Indonesian model of PCC”

Maksud dan Tujuan AKP 3.


❑ Pelayanan berfokus pd pasien diterapkan dalam bentuk Asuhan Pasien Terintegrasi yg bersifat integrasi
horizontal dan vertikal. Pada integrasi horizontal kontribusi profesi tiap-tiap profesional pemberi asuhan (PPA)
adalah sama pentingnya atau sederajat. Pada integrasi vertikal pelayanan berjenjang oleh/melalui berbagai unit
pelayanan ke tingkat pelayanan yg berbeda maka peranan manajer pelayanan pasien (MPP) penting untuk
integrasi tsb dengan komunikasi yg memadai terhadap PPA.
❑ Pelaksanaan asuhan pasien secara terintegrasi fokus pada pasien mencakup:
a) Keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga;
b) DPJP sebagai Ketua tim asuhan pasien oleh PPA (clinical leader);
c) PPA bekerja sebagai tim interdisiplin dgn kolaborasi interprofesional dibantu a.l. oleh Panduan Praktik
Klinis (PPK), Panduan Asuhan PPA lainnya, Alur Klinis/clinical pathway terintegrasi, Algoritme, Protokol,
Prosedur, Standing Order dan CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi);
d) Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) / discharge planning terintegrasi;
e) Asuhan gizi terintegrasi; dan
f) MPP / case manager.

(Nico Lumenta, KARS, 2022) 12


Patient Centred Care

*Asuhan Pasien Terintegrasi


(AKP 3 EP a),
PAP 1.1 EP a),
PAP 1.2 EP e).)

“The Indonesian model of PCC”


Integrasi:
❑ Integrasi Intra-Inter PPA : Horizontal
❑ Integrasi Inter Unit : Vertikal
❑ Integrasi PPA-Pasien : Horizontal
(HPK GU, 1, 1.2, 1.3, 2, 2.1, 3, 4.1, PAP 1.1, 1.2, KE GU, KE 2, AKP 3, PP GU, TKRS 8, 9)

Dimensi PCC:
1. Patient Engagement & Empowerment. →(HPK GU, 1, 1.2, 1.3, 2, 2.1, 3, 4.1, KE GU, KE 2)
2. DPJP sbg Clinical Leader. →(AKP 3.1., PAP 1.2.)
3. PPA sbg Tim, Kolaborasi (+Kompetensi) Interprofesional.
*CP Terintegrasi, *CPPT, *Kompeten Berkolaborasi. →(AKP 3, PAP 1, 1.1, 1.2, PP 1.2, PMKP 7, PAB 3.1, 3.2, 4, 7, 7.3, PKPO 4, 6,
TKRS 8, 9.)
4. Manajer Pelayanan Pasien / Case Manager. →(AKP 3, AKP 5, PAP 1.1.)
5. Integrated Discharge Planning. →(AKP 3, PP 1, 1.1, 1.2.)
6. Asuhan gizi terintegrasi. →(PP 1.2., PAP 3)
7. Budaya Keselamatan. →(TKRS 13, PMKP 10)
(Nico Lumenta, KARS, 2022) 13
14
15
1.
2.
Sembuh komprehensif
Keterlibatan Pasien-Kel
Segitiga Sasaran PCC
3. Pemahaman Asuhan “Triple Aim PCC”
4. Dukungan Kel
5. Kepatuhan

*Sasaran *Harapan
PAP 2. PPA* / Sasaran HPK 1.
(+BPIS)
Pasien*

1. Pemahaman Pasien ttg asuhan


Harapan/Sasaran terkait
(penyakit,tindakan) 1. Diagnosis
2. Kepuasan pasien 2. Terapi, Obat, Tindakan
3. Kemampuan mengambil keputusan terkait 3. Fungsi Fisik, Mental
asuhan
4. Keterlibatan & pemberdayaan
4. Lain2
5. Kepatuhan thd PPA
6. Kemandirian pasien
7. Dukungan keluarga/yg lain pasien
8. Pemulangan aman
*Sasaran
9. Kesesuaian asuhan dgn kebutuhannya MPP* AKP 3.
10. Kesinambungan pelayanan
(Nico Lumenta, KARS,2022)
(https://www.theberylinstitute.org/page/defini
ngpatientexp)

Pengalaman Pasien didefinisikan sbg :


Jumlah semua interaksi, yg dibentuk oleh
budaya organisasi, dan mempengaruhi
persepsi pasien, di seluruh kontinum pelayanan.

The patient experience is now Patient Experience/


globally recognized as an Pengalaman Pasien sekarang
independent dimension of diakui secara global sebagai
health-care quality. dimensi independen dari mutu
pelayanan kesehatan.
(Oben, P : Understanding the Patient Experience: A Conceptual Framework, Journal of Patient
Experience, 2020, Vol. 7(6) 906-910. DOI: 10.1177/2374373520951672 )
✓ Pada asuhan pasien ada hipokompetensi komunikasi (Comunication Hypocompetence: An Iatrogenic
Epidemic)
✓ Kesalahan medis sebagian besar didasarkan pada komunikasi yang buruk dalam pengaturan secara tim
klinis. (Medical error is largely grounded In poor communication in clinical team settings).
✓ Patient Centred Care adalah suatu model kolaboratif dengan kebersamaan dalam komunikasi (mutuality in
communication). PCC sebenarnya berpusat pada komunikasi.

Where is “patient-centredness” centred ?


(Pendekatan pada PCC)
…three main differences in approach to patient-centredness: first, as ….tiga perbedaan utama dalam pendekatan terhadap patient-centredness:
a characteristic of doctors (with its archetype as paternalism ); 1. karakteristik dokter (dengan pola dasar sebagai paternalisme);
second, as empowered activities by patients (with its archetype as 2. aktivitas yang diberdayakan oleh pasien (dengan pola dasar sebagai
patient autonomy); and third, as the relationship between doctor and otonomi pasien); dan
patient in action (with its archetype as collaboration, leading to 3. hubungan antara dokter (PPA) dan pasien dalam tindakan (dengan pola
mutuality). dasar sebagai kolaborasi, mengarah pada mutualitas).
Conceptually, and paradoxically, patient-centredness is not formally Secara konseptual, dan secara paradoks, patient-centredness tidak secara
centred on patients (although it may be in spirit and intention) formal berpusat pada pasien (walaupun mungkin dalam semangat dan niat)
since it is, first, centred on doctor's professional identities and karena,
personalities (following the values of individualism); second, on •pertama, berpusat pada identitas dan kepribadian profesional dokter
political and economic values that inform emancipation and (mengikuti nilai-nilai individualisme);
empowerment approaches; and third, on educational values •kedua, tentang nilai-nilai politik dan ekonomi yang menginformasikan
informing collaborative activities between doctors and patients. pendekatan emansipasi dan pemberdayaan; dan
•ketiga, tentang nilai-nilai pendidikan yang menginformasikan kegiatan
kolaboratif antara dokter (PPA) dan pasien.

(Bleakley, A. Patient Centred Medicine in Transition, The Heart of the Matter, 2014) 18
19
Profesional Pemberi Asuhan Clinical
PPA Team Leader
Dalam Starkes 2022. DPJP

PPJA
PPA
Tugas Mandiri,
Apoteker
Tugas Kolaboratif,
Tugas Delegatif

PPA
Kompetensi Profesi &
Kompetensi utk Lainnya Dietisien
Berkolaborasi
Interprofesional
(Nico Lumenta, KARS, 2022)

20
STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA
❑ KOMPONEN KOMPETENSI
Area Profesionalitas yang Luhur
1. Berke-Tuhanan Yang Maha Esa/Yang Maha Kuasa
2. Bermoral, beretika dan disiplin
3. Sadar dan taat hukum
4. Berwawasan sosial budaya
5. Berperilaku profesional
Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri
6. Menerapkan mawas diri
7. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat
8. Mengembangkan pengetahuan
Area Komunikasi Efektif
9. Berkomunikasi dengan pasien dan keluarga
10. Berkomunikasi dengan mitra kerja
11. Berkomunikasi dengan masyarakat
Area Pengelolaan Informasi
12. Mengakses dan menilai informasi dan pengetahuan
13. Mendiseminasikan informasi dan pengetahuan secara efektif kepada profesional kesehatan, pasien, masyarakat
dan pihak terkait untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan
(Standar Kompetensi Dokter Indonesia, Konsil Kedokteran Indonesia, Edisi Kedua,212012)
STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA

KOMPONEN KOMPETENSI

Area Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran


14. Menerapkan ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu Kedokteran Klinik, dan ilmu Kesehatan Masyarakat/ Kedokteran
Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang terkini untuk mengelola masalah kesehatan secara holistik dan
komprehensif.
15. Melakukan prosedur diagnosis
16. Melakukan prosedur penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif
Area Pengelolaan Masalah Kesehatan
17. Melaksanakan promosi kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat
18. Melaksanakan pencegahan dan deteksi dini terjadinya masalah kesehatan pada individu, keluarga dan
masyarakat
19. Melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
20. Memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
21. Mengelola sumber daya secara efektif, efisien dan berkesinambungan dalam penyelesaian masalah kesehatan
22. Mengakses dan menganalisis serta menerapkan kebijakan kesehatan spesifik yang merupakan prioritas daerah
masing-masing di Indonesia

(Standar Kompetensi Dokter Indonesia, Konsil Kedokteran Indonesia, Edisi Kedua,222012)


Editor:
Dr. dr. Sutoto, M.Kes

Kontributor Utama:
dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM,
MHKes

Kontributor:
1. dr. Djoti Atmodjo, Sp.A, MARS
2. dr. Luwiharsih, M.Sc
3. Dra. M. Amatyah S, M.Kes
4. dr. Djoni Darmadjaja, Sp.B, MARS
5. dr. H. Muki Reksoprodjo, Sp.OG
6. dr. Mgs. Johan T. Saleh, M.Sc
7. dr. Nina Sekartina, MHA
8. dr. Achmad Hardiman, Sp.KJ, MARS
9. Dra. Pipih Karniasih, S.Kp, M.Kep
10. dr. Isi Mularsih, MARS
11. dr. Henry Boyke Sitompul,Sp.B,FICS 23
24
25
26
27
KELOMPOK STAF MEDIS – KSM
(dahulu “SMF”)

Pengaturan tentang pengelompokan Staf Medis ditetapkan /


diorganisir oleh Direktur sesuai kebutuhan. Pengelompokan
dapat dilakukan a.l.

• dengan kategori per disiplin (Kelompok Staf Medis Bedah,


Penyakit Dalam, Radiologi, Mata dsb),

• kategori penyakit (Kelompok Kerja / Tim : Kanker


Payudara, Kanker Cerviks, dsb),

• kategori organ (Kelompok Kerja / Tim : Serebrovaskuler,


Kardiovaskuler, Digestif, dsb).

28
SUPERVISI
dalam Pendelegasian Wewenang

❑ Kredensial : Kompetensi → Kewenangan = SPK-RKK


❑ SPK-RKK : Kewenangan :
1. Mandiri
2. Dibawah Supervisi
❑ Supervisi
1. Supervisi Tinggi
2. Supervisi Moderat Tinggi
3. Supervisi Moderat
4. Supervisi Rendah
29
2. SUPERVISI
1. SUPERVISI TINGGI MODERAT TINGGI

Untuk PPDS: Untuk PPDS:


• Asesmen dari PPDS belum • Asesmen dari PPDS dianggap
dianggap sahih sahih, namun pertimbanganya
• Proses keputusan Rencana (judgment) belum sahih
Asuhan / Tindakan oleh DPJP • Proses keputusan Rencana
• DPJP melakukan tindakan Tindakan disupervisi oleh
sendiri, PPDS memperhatikan, DPJP
membantu pelaksanaan • PPDS melakukan tindakan,
tindakan DPJP mensupervisi langsung
• Pencatatannya di rekam medis (onsite)
ttd DPJP dan PPDS • Pencatatannya di rekam medis
ttd PPDS dan DPJP

30
3. SUPERVISI MODERAT 4. SUPERVISI RENDAH
Untuk PPDS: Untuk PPDS:
• Asesmen dari PPDS • Asesmen dan pertimbangan dari
dianggap sahih, namun PPDS dianggap sahih namun belum
pertimbanganya (judgment) punya legitimasi
belum sahih • Proses keputusan Rencana oleh
• Proses keputusan Rencana PPDS
Asuhan dilaporkan untuk • PPDS melakukan tindakan,
persetujuan DPJP, sebelum supervisi DPJP melalui komunikasi
tindakan, kecuali kasus per telpon, melalui laporan per
gawat darurat telpon, laporan tertulis di rekam
• PPDS melakukan tindakan, medis
DPJP mensupervisi tidak • Pencatatannya di rekam medis
langsung, sesudah tindakan, harus divalidasi dgn ttd DPJP
evaluasi laporan tindakan • Pada keadaan khusus, PPDS berada
• Pencatatannya di rekam ditempat terpencil tanpa DPJP
medis ttd PPDS dan DPJP terkait, ttg proses validasi dibuat
kebijakan khusus oleh RS. 31
3. SUPERVISI MODERAT 4. SUPERVISI RENDAH

Untuk DR (Dr Ruangan): Untuk DR:


• Proses Asesmen Pasien (IAR : • Proses Asesmen Pasien (IAR :
Pengumpulan Informasi, Pengumpulan Informasi,
Analisis informasi, Penyusunan Analisis informasi, Penyusunan
Rencana) dan Implementasinya Rencana) dan Implementasinya
dilakukan dengan komunikasi dilakukan dengan komunikasi
segera dengan DPJP dengan DPJP
• Pencatatannya di rekam medis • Pencatatannya di rekam medis
ttd DR, validasi oleh DPJP ttd DR, validasi oleh DPJP

32
DPJP sebagai Clinical Leader
AKP 3.1,PAP 1.2.

DPJP adalah Clinical/Team Leader PPA


▪ Susun Kerangka Pokok Asuhan
▪ Koordinasi
▪ Kolaborasi
▪ Review R (dari IAR)
▪ Sintesis
▪ Interpretasi
▪ Integrasi asuhan

33
DPJP
Gambaran kegiatan Clinical Leader, sbg “motor” integrasi asuhan
Secara rutin saat visit pasien tiap pagi, DPJP membaca CPPT semua informasi (24
jam), dari semua PPA, terkait a.l. asesmen, perkembangan pasien, pelaksanaan
pelayanan, juga dari form lain a.l. “Nurse’s note”, Form gizi, dsb.

Melakukan review, interpretasi, sintesis dari rencana dan pelaksanaannya. (Std PAP 2.1.)

Menyusun skala prioritas.

Bila diperlukan, membuat catatan / notasi pd CPPT utk a.l. perhatian,


koreksi, arahan, instruksi dsb

Atau bila asuhan sudah sesuai dgn rencana & sasaran, cukup
memberi paraf (= verifikasi) pada lembar CPPT, beri paraf pd pojok
kanan bawah lembar CPPT, per 24 jam. (Std PAP 2.1.)
34
Interprofessionality
❑ Interprofessional Collaboration (IPC)
When multiple health workers from different professional
backgrounds work together with patients, families,
carers, and communities to deliver the highest quality of
care

❑ Interprofessional Education (IPE)


When students from two or more professions learn about,
from and with each other to enable effective collaboration
and improve health outcomes
(Framework for Action on Interprofessional Education & Collaborative Practice, WHO, 2010)
PPA : Kompetensi Kolaborasi Interprofesional
Interprofessional Collaborative Practice Competency
Domains

Interprofessional Education Collaborative Expert Panel.. Core competencies for interprofessional collaborative practice:
Report of an expert panel. Washington, D.C.: Interprofessional Education Collaborative, (2011) 36
Kompetensi pada Kolaborasi Interprofesional (38)

Ranah Kompetensi 1: Values/Ethics for Interprofessional Practice (10)

Bekerja bersama PPA lain untuk memelihara iklim saling respek (menghormati) dan
berbagi nilai2.
Ranah Kompetensi 2: Roles/Responsibilities (9)

Menggunakan pengetahuan dari peran masing2 guna memperoleh dan mengatasi


kebutuhan layanan kesehatan dari pasien dan populasi yang dilayani.
Ranah Kompetensi 3: Interprofessional Communication (8)
Berkomunikasi dengan pasien, keluarga, komunitas, dan PPA lain dengan cara yang
responsif dan bertanggung jawab yang mendukung suatu pendekatan tim dalam
pemeliharaan kesehatan serta pengobatan penyakit.
Ranah Kompetensi 4: Teams and Teamwork (11)

Menerapkan nilai2 membangun-relasi dan prinsip2 dinamika tim untuk kinerja efektif
dalam tim dgn peran yang berbeda untuk merencanakan dan memberikan asuhan
berfokus pasien-/populasi yang aman, tepat waktu, efisien, dan wajar.

Interprofessional Education Collaborative Expert Panel.. Core competencies for interprofessional collaborative practice:
Report of an expert panel. Washington, D.C.: Interprofessional Education Collaborative, (2011) 37
DPJP & DPJP Utama

38
PAP 1.2.

39
39
Form Pencatatan DPJP
Utk setiap Pasien

Diagnosa DPJP DPJP Utama Ket


Nama Tgl Mulai Tgl Akhir Nama Tgl Mulai Tgl Akhir
DMT2 Dr A 1/2/14
SpPD
Sinusitis Dr B 3/2/14 Dr A SpPD 3/2/14 10/2/14
SpTHT
Ateroma Dr C SpB 6/2/14 8/2/14
Stroke H Dr D SpN 9/2/14
Dr D SpN 10/2/14 12/2/14
(Masuk Dr E SpAn, 12-2-14
ICU 12-2- KIC
14)

40
CPPT : CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI 5
Kolaborasi PPA REVIEW &
3 4
melalui CPPT VERIFIKASI DPJP
HASIL ASESMEN PASIEN DAN PEMBERIAN PELAYANAN Instruksi PPA (Tulis Nama, beri Paraf,
Profesional Termasuk Pasca Bedah Tgl, Jam)
Tgl, Jam
Pemberi Asuhan (Tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai Sasaran. Tulis Nama, beri Paraf (Instruksi ditulis dgn (DPJP harus
pada akhir catatan) rinci dan jelas) membaca/mereview
seluruh Rencana
1 2 Asuhan)
2/2/2015 Perawat S : Nyeri akut lutut kiri sejak 1-2 jam • Monitoring nyeri tiap 30’
Jm 8.00 O : skala nyeri VAS : 7 • Lapor DPJP
TD 165/90, N 115/m, Frek Nafas : 30/m • Kolaborasi pemberian
A : Nyeri akut arthritis gout anti inlamasi & analgesic
P : Mengatasi nyeri dalam 2 jam dgn target VAS <4
Paraf..
*Lapor 2 jam lagi skala
nyeri
*Foto Ro Lutut hari ini bila
2/2/2015 Dokter S : Nyeri lutut kiri akut sejak pagi nyeri mereda/toleransi
Jm 8.30 O : Lutut kiri agak merah, nyeri tekan, skala NRS 7-8, hangat pd palpasi. cukup
A : Gouty Arthritis - flare Genu Sinistra
P : inj steroid xx mg , tab colchicine 2 X 0,6 mg/hari.
Paraf …
Dst….
Paraf
Catatan/Notasi DPJP … … … … … … … … … … DPJP
… … … … … … … … … … … … …+paraf DPJP per akhir 24 jam

41
10 Indikator Top Mutu dari seorang Dokter - Pelayanan Fokus Pasien yang efektif
Pasien dan anggota keluarganya telah mengidentifikasi sejumlah sifat yang penting
dalam mengalami suatu asuhan yang bermutu tinggi. Berikut ini digaris bawahi
beberapa dari indikator inti untuk menetapkan apakah pemberi layanan kesehatan
adalah praktisi asuhan bermutu yang efektif.
Apakah dokter Anda memperlihatkan perilaku berikut ini?
1. Memperhatikan semua gejala sebelum membuat diagnosis
2. Apakah ia cukup berpengetahuan tentang kondisi pasien; baik status /
keadaan yang lalu maupun terkini
3. Apakah ia sangat mengetahui tentang diagnosis dan pengobatan yang terkini;
selalu terinformasi tentang medikasi dan riset yang terkini
4. Mendorong pasien dan anggota keluarga untuk mengajukan pertanyaan dan
berpartisipasi dalam pengalaman asuhan

(These "Top Tens" and Checklists are adapted from Jeppson, E. Thomas, J. (1994). Essential Allies: Families as
Advisors, courtesy of the Institute for Family-Centered Care, Bethesda, MD.)
42
5. Memberikan pilihan / opsi untuk mengatasi masalah dan menyarankan cara-
cara dimana pasien dan anggota keluarga dapat berparitisipasi dalam asuhan
6. Berkolaborasi dengan pasien dan anggota keluarga dalam mencari solusi-solusi
tambahan
7. Secara sukarela memberi informasi tentang badan-badan yang memberikan
pelayanan tambahan dan mengetahui bagaimana akses kepada pelayanan
demikian
8. Menggunakan istilah / terminologi yang umum atau secara berhati-hati
menjabarkan istilah-istilah baru; mengecek apakah pasien dan anggota
keluarga memahaminya
9. Selalu menyediakan waktu dan tidak tampak terburu-buru
10. Menindak-lanjuti asuhan dan hasil / outcome nya

(These "Top Tens" and Checklists are adapted from Jeppson, E. Thomas, J. (1994). Essential Allies: Families as
Advisors, courtesy of the Institute for Family-Centered Care, Bethesda, MD.)
43
44
The role of KARS in presenting MPP for the first time
at the Indonesian Hospital
• MPP (Manajer Pelayanan Pasien – Case Manager) is a • MPP (Manajer Pelayanan Pasien – Case Manager) merupakan
relatively new function in hospitals in Indonesia. fungsi yang relatif baru di RS di Indonesia.
• MPP was initiated by KARS (Indonesian Commission on • MPP diinisiasi oleh KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit
Accreditation for Hospital) in 2012. Indonesia) pada tahun 2012.
• Its history began when KARS included this case • Sejarahnya dimulai ketika KARS memasukkan fungsi
management function in the 2012 version of the Hospital manajemen pasien/kasus ini dalam Standar Akreditasi Rumah
Accreditation Standard in 2012. Sakit versi 2012 tahun 2012.
• In the APK chapter (Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas) • Dalam bab APK (Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas) tertulis
the following are written: hal-hal sbb :
✓Standard APK 2.1. : In all phases of service, there are ✓ Standar APK 2.1. : Dalam semua fase pelayanan, ada staf yang
competent staff who are responsible for patient care. kompeten sebagai orang yg bertangg-jwb thd pelayanan pasien.
✓The intent and purpose of APK.2.1.: ✓ Maksud dan tujuan APK.2.1.:
To maintain continuity of care during the patient's stay in Untuk mempertahankan kontinuitas pelayanan selama pasien
the hospital, the staff who are generally responsible for the tinggal di RS, staf yang bertanggung jawab secara umum terhadap
coordination and continuity of patient care or at a particular koordinasi dan kesinambungan pelayanan pasien atau pada fase
service phase are clearly identified. This staff (case pelayanan tertentu teridentifikasi dengan jelas. Staf yg dimaksud
manager) can be a doctor or competent nursing staff….etc (case manager) dapat seorang dokter atau tenaga keperawatan yang
kompeten ….dst.

45
The role of KARS in presenting MPP for the first time
at the Indonesian Hospital

• The term MPP was used by KARS for the first time • Istilah MPP digunakan pertama kali dalam SNARS
in 2018 in the 1st edition of SNARS, namely in the ed 1, th 2018, yaitu di Standar ARK 3.1.
ARK 3.1 Standard. • Standar ARK 3.1. : RS menetapkan regulasi untuk
melaksanakan proses kesinambungan pelayanan
• ARK 3.1 standard. : The hospital establishes
di RS dan koordinasi diantara profesional
regulations to carry out the process of continuity of
pemberi asuhan (PPA) dibantu oleh Manajer
service in the hospital and coordination among
Pelayanan Pasien (MPP)/Case Manager.
professional care providers (PPA) assisted by
• Perkembangan MPP tampak sangat cepat karena
Manajer Pelayanan Pasien (MPP) / Case Manager
memang merupakan suatu kebutuhan bagi RS-RS
• The development of MPP seems very fast Indonesia, apalagi di era pandemi Covid-19 ini.
because it is a necessity for Indonesian hospitals, • Survei oleh KARS pada bulan Agustus-September
especially in this era of the Covid-19 pandemic. 2021 kepada RS di Indonesia menunjukkan data
87 % RS telah memiliki MPP. Tidak pelak lagi
• A survey by KARS in August-September 2021 to dapat diekspresikan bahwa MPP adalah suatu :
hospitals in Indonesia showed data that 87% of “The new emerging (& important) healthcare
hospitals already have MPP. Inevitably it can be profession in Indonesian hospital”.
expressed that MPP is: "The new emerging (&
important) healthcare profession in Indonesian
hospital".
46
“Manajemen Pelayanan
Pasien akan menjadi bagian
tak terpisahkan dari
pelayanan kesehatan. Tidak
ada model pelayanan
kesehatan yang akan
berhasil tanpa komponen
manajemen pelayanan
pasien” !!!

(The Commission for Case Manager Certification’s Case Management Body of Knowledge®. (CMBOK®), 2011)
47
Patient Centred Care
“Bangga & Konfiden”
❑ Asuhan Pasien Terintegrasi
❑ 3 Integrasi
❑ 7 Dimensi PCC

Starkes 2022 &


Instrumen Survei Kolaborasi MPP dalam
Akreditasi KARS PCC dan APT
meningkatkan mutu
pelayanan dan

MPP keselamatan pasien

(Nico Lumenta, KARS, 2022)


Case Management Provider Roles 1.Case management expert: Case Management (CMt) 1. Pakar MnPP : MPP menunjukkan keahlian dalam
Providers demonstrate expertise in complex health and social perencanaan kebutuhan kesehatan dan sosial yg kompleks.
needs planning. As leaders in coordination and facilitation, Sbg pemimpin dalam koordinasi dan fasilitasi, MPP
7 2
CMt Providers integrate all Case Management roles to mengintegrasikan semua perannya untuk mempromosikan
promote and optimize the health and well-being of targeted dan mengoptimalkan kes dan kesejahteraan populasi pasien
client populations. yg ditargetkan.
2.Communicator: CMt Providers use effective communication 2. MPP menggunakan komunikasi yg efektif untuk
6 1 3 to develop and enrich the client’s health and social networks, mengembangkan dan memperkaya jaringan kes dan sosial
to build partnerships and to address barriers at the client and klien, untuk membangun kemitraan dan untuk mengatasi
system level using a variety of different communication hambatan di tingkat pasien dan sistem dengan menggunakan
strategies/ methods/techniques. berbagai strategi/metode/teknik komunikasi yg berbeda.
3.Collaborator: CMt Providers facilitate the achievement of 3. MPP memfasilitasi pencapaian hasil klien dan sistem yg
optimal client & system outcomes by working with the broad optimal yg bekerja dengan jaringan kes dan sosial yg luas.
health and social networks. CMt Providers skilfully engage Penyedia MnPP secara terampil melibatkan individu dan
individuals and groups to reach consensus by providing kelompok untuk mencapai konsensus dgn memberikan
5 4 direct or indirect assistance, guidance or supervision along bantuan langsung atau tidak langsung, bimbingan atau
the continuum of care. pengawasan sepanjang rangkaian asuhan/perawatan.
4.Navigator: CMt Providers help clients navigate health and 4. MPP membantu pasien menavigasi sistem kes dan sosial
social systems by working with their networks to identify and dengan bekerja dgn jaringan mereka untuk mengidentifikasi
address disparities and barriers. dan mengatasi perbedaan dan hambatan.
(National Case Management Network : Canadian Core Competency
5.Manager: CMt Providers are integral participants in making 5. MPP adalah peserta integral dalam membuat keputusan
Profile for Case Management Provider, Canada, 2012) decisions about time, resources and priorities that affect the tentang waktu, sumber daya dan prioritas yg mempengaruhi
CMt plan and contribute to the effectiveness of clients’ rencana MnPP dan berkontribusi pada efektivitas rencana
healthcare plan, social networks and the organizational pelayanan kes pasien, jaringan sosial dan sistem organisasi.
systems.
6.Advocate: CMt Providers use their expertise and influence 6. MPP menggunakan keahlian dan pengaruh mereka untuk
to speak on behalf of their clients, community or population to berbicara atas nama pasien, komunitas, atau populasi
advance their health and well-being. mereka utk memajukan kes dan kesejahteraan mereka.
7.Professional: CMt Providers demonstrate professional 7. MPP menunjukkan perilaku profesional demi kepentingan
behaviour in the best interests of clients and society by terbaik pasien dan masyarakat dengan mematuhi standar
adhering to the Canadian standards of Practice for Case Praktik MPP dan melalui praktik etis dan berdasarkan bukti.
Management & through ethical & evidence-informed practice.
MANAJER PELAYANAN PASIEN / CASE MANAGER

DPJP
PPJA
Apoteker
Clinical Leader : PPJA MPP :
• Kerangka pokok
asuhan Pasien, • AKP 3. – MPP
• AKP 4. –
• Koordinasi Keluarga
Transfer
• Kolaborasi • PAP 1.1. –
• Sintesis Asuhan Pasien
• Interpretasi Lainnya Dietisien
Terintegrasi
• Review • AKP 2.1. –
• Integrasi asuhan Kelola Alur
Pasien
Yan Kes (MPP bukan
• AKP 5.5. EP a)
PIC rujukan
MPP
/ RS Lain PPA aktif)
dapat MPP
✓ MPP bukanlah PPA aktif Yan Case Manager
✓ Shift pagi Keuangan/
Billing Asuransi Dokter
✓ Ratio 1 : 25 Pasien
Perusahaan/ Keluarga
- Kompleksitas Pasien Employer BPJS
- Kebutuhan RS 50
• Pembayar
• Perusahaan
• Asuransi
Output CM :
▪ Kontinuitas Pelayanan
MPP :
• AKP 3. – MPP
▪ Pelayanan dgn Kendali
• AKP 4. – Transfer
Mutu dan Biaya • PAP 1.1. – Asuhan Pasien
▪ Pelayanan yg memenuhi
MPP
Terintegrasi
kebutuhan Pasien-Kel pd • AKP 2.1. – Kelola Alur Pasien
ranap s/d dirumah • AKP 5.5. EP a) PIC rujukan
▪ Good Patient Care Case dapat MPP
Manager

(*Pemandu, *Laison/
Penghubung/“Jembatan”) • RS
Pasien • PPA
Keluarga • Rohaniwan
• Unit2
• Keuangan
51
Tataklaksana Sasaran MPP
MPP Proses SMART : Spesific, Measurable,
Achievable, Realistic, Time based
1. Identifikasi, seleksi / ❑ Pada Asesmen MPP gunakan
skrining pasien utk konsep IAR 1. Pemahaman Pasien ttg
manajemen pelayanan
❑ I : Kumpulkan informasi, asuhan (penyakit,tindakan)
pasien
termasuk Sasaran PPA,
2. Asesmen untuk
Harapan/Sasaran Pasien,
2. Kepuasan pasien
manajemen pelayanan
pasien masalah psiko-sosio-kultural 3. Kemampuan mengambil
3. Identifikasi masalah dan
❑ A : Jabarkan keputusan terkait asuhan
kesempatan
4. Perencanaan manajemen • Masalah yang mendukung 4. Keterlibatan & pemberdayaan
pelayanan pasien pencapaian sasaran. 5. Kepatuhan thd PPA
5. Monitoring
6. Fasilitasi, Koordinasi, • Masalah yang dapat 6. Kemandirian pasien
Komunikasi dan menghambat pencapaian 7. Dukungan keluarga/yg lain
Kolaborasi sasaran
7. Advokasi pasien
❑ R : Susun rencana, jabarkan
8. Hasil Pelayanan
Sasaran MPP dan langkah2nya 8. Pemulangan aman
9. Kompetensi Budaya –
Cultural Competence MPP ❑ Implementasi, Monitor, Evaluasi 9. Kesesuaian asuhan dgn
10.Manajemen Sumber Daya
❑ “Loop” balik untuk menambah kebutuhannya
11.Terminasi manajemen
pelayanan pasien a.l. Asesmen & Rencana 10.Kesinambungan pelayanan
53
Aktivitas MPP di RS:
Aktivitas & Manfaat MPP di RS
1. Mengidentifikasi pasien utk intervensi manajemen pelayanan pasien
2. Melakukan kolaborasi dengan dokter dan pasien utk mengidentifikasi hasil yang diharapkan dan mengembangkan
suatu rencana manajemen pelayanan pasien
3. Memonitor intervensi yang ada relevansinya bagi rencana manajemen pelayanan pasien
4. Memonitor kemajuan pasien kearah hasil yg diharapkan
5. Menyarankan alternatif intervensi praktis yg efisien biaya
6. Mengamankan sumber-sumber klinis utk mencapai hasil yg diharapkan
7. Membakukan jalur-jalur komunikasi dgn manajer departemen / bagian / unit
8. Bagi pasien dan keluarganya, MPP adalah analog dgn pemandu wisata / tour guide dlm berbagai perjalanan kegiatan
pelayanan di RS
Manfaat MPP untuk RS:
1. Peningkatan mutu pelayanan
9. Pencegahan Hari Rawat yg tidak perlu
2. Peningkatan kepuasan pasien dan keluarga
10. Penurunan frekuensi, jenis dan lama pemeriksaan,
3. Peningkatan keterlibatan dan pemberdayaan pasien dlm
termasuk pemeriksaan yg tidak perlu
asuhan
11. Pengurangan / menghindari tagihan yang tidak
4. Peningkatan kepatuhan pasien dalam asuhan
perlu
5. Peningkatan kualitas hidup pasien
12. Penurunan readmisi ke rumah sakit
6. Peningkatan kolaborasi interprofesional tim PPA
13. Pengurangan kunjungan pasien yg sama ke IGD
7. Penurunan tkt asuhan sesuai kebutuhan pasien dan
14. Membantu proses evaluasi penerapan alur klinis
panduan klinis
(Clinical Pathway)
8. Penurunan Lama Dirawat 54
(Sutoto, Nico Lumenta: Panduan Praktik Manajer Pelayanan Pasien – MPP (Case Manager), Edisi II 2017)
• MPP me navigasi melalui 9+1 fase
• Berulang & Cyclical Proses Manajemen
• Berpusat pd pasien Pelayanan Pasien
• Sistem support dari pasien
Form A Form B Level bervariasi berdasarkan pengaturan
MPP MPP praktik. Termasuk pengumpulan data yg
s/d Selesai dibutuhkan untuk fase Evaluasi hasil

Perenca Implemen Tindak Proses Evalua


Skrining Asesmen
naan tasi lanjut Transisi si hasil
(Koordinasi
Asuhan)

Terminasi
MnPP

Stratifik Kedalaman fase ini bervariasi berdasarkan pada Komunikasi


pengaturan praktik MnPP. Misalnya. Risiko stratifikasi
asi adalah penting dalam asuransi kes, asuhan kronis dll. Pasca
Risiko Dalam perawatan akut / jangka panjang Risiko Transisi
stratifikasi dapat dikombinasikan dengan fase
Asesmen

(CCMC, Commission for Case Manager Certification, 2011)


55
Kompetensi Manajer Pelayanan Pasien.
1 Konsep Manajemen Yan Pasien

Manajemen Yan Pasien


Ranah Pengetahuan 2 Prinsip2 Praktek MnPP Pasien

3 Manajemen Pelayanan Kes


Nilai
Manajemen
4 Reimbursmen Pelayanan Kes Pelayanan
Pasien
5 Aspek Psikososial Asuhan

6 Rehabilitasi

7 Pengembangan Profesi
Proses Manajemen Yan Pasien

(Sumber : The Commission for Case Manager Certification’s Case Management Body of Knowledge®. (CMBOK®), 2011)
56
Essential Domains of Case Management Knowledge
3.
Domain 1.
2.
4.
Manajemen Reimbursm
5.
6.
7.
Konsep Aspek Pengemban
Prinsip2 Yan Kes & Rehabilitasi
MnPP en Yan Kes Psikososial gan
Praktik MPP Pelaksanaan
Pelayanan Profesional
nya
a. Kepemimpinan a. Mutu a. MnPP dan a. Sistem a. Faktor a. Proses Yan a. Nilai MnPP
dan Administrasi Proses Asuhan Pendanaan dan Psikososial Yan Rehabilitasi
Sumber Pembayar Pasien
MnPP
b. Proses MnPP b. Akreditasi b. Sistem Yan b. Manajemen dan b. Faktor Sos-Ek b. Pelayanan dan b. Advokasi
Kesehatan Review Utilisasi Yan Pasien SD Rehabilitasi
c. Sumber Daya c. Manajemen c. Program dan c. ROI Sistem Yan c. Advokasi yg c. Hasil Yan c. Kebijakan
Sub-Domain

MnPP Risiko Model MnPP Kesehatan Relevan dgn aspek Rehabilitasi Bidang
Psiko-sos Yan
Kesehatan dan
Pasien
Publik
d. Hasil MnPP d. Isu hukum d. Pelayanan d.Menyeimbangka d. Klinis dan d. Keterampilan d. Beasiswa
Terkait MnPP MnPP n Mutu dan Perilaku Rehabilitasi MPP
Biayanya Kesehatan
d. Regulasi d. Standar Etik d. Sumber Daya d. Edukasi Pasien / d. Edukasi Pasien, d. Komunikasi
Terkait MnPP Umum MnPP Sistem Dukungan, dan dalam Rehabilitasi
terkait MnPP
Pendukungnya Konseling
e. Keterampilan e. Isu Legal dan e. Regulasi
dan Teknik dari Etik terkait aspek berkaitan dgn
MPP Psikososial Yan Rehabilitasi
f. Keterampilan
Komunikasi MPP
(The Commission for Case Manager Certification’s Case Management Body of Knowledge®. (CMBOK®), 2011)
Contoh Figure 1.2 | Setting and Resetting Priorities for a Day (Rossi,PA:The Hospital Case Management
Kegiatan MPP Menetapkan dan Mengatur Ulang Prioritas Kegiatan MPP untuk Sehari Orientation Manual, HCPro, 2014 )

58
Discharge Planning
Transisi & Kontinuitas Yan
Keluarga :
Asuhan Yan
Dirumah Sosial
Yan
Pra Admisi : Penunjang,
o eLOS Rawat inap Dirumah Rehab
o Rujukan

Yan Kes
Follow-up Primer
P3/Discharge Edukasi, Pelatihan spesifik • Ke RS dilingkungan
Planning : Pasien-Kel Proses Pulang : • Telpon
AKP 3 EP a), AKP 5 →Std AKP 5
EP a), PP 1 EP b). o 24-48 jam pra-pulang
o Penyiapan Yan dilingkungan
•Awal & durante
o Kriteria pulang +
ranap o Resume pasien pulang
•Kriteria o Transport
Std AKP 5 EP d):
•Tim Multidisiplin o dsb TL pemulangan pasien bila
•Keterlibatan Pasien- diperlukan dapat ditujukan
Kel Maksud & Tujuan AKP 5: …..Pasien yg memerlukan perencanaan pemulangan kepada fasyankes baik
•Antisipasi masalah pasien (discharge planning) maka RS mulai merencanakan hal tsb sejak awal perorangan ataupun
•Program Edukasi dan mencatatnya di pengkajian awal pasien. Untuk menjaga kesinambungan dimana pasien untuk
/Pelatihan asuhan dilakukan secara terintegrasi melibatkan semua PPA terkait difasilitasi memberikan pelayanan
•EDD=Expected oleh manajer pelayanan pasien (MPP). Keluarga dilibatkan sesuai dengan berkelanjutan.
Discharge Date kebutuhan.

Discharge Planning
(Nico Lumenta, KARS, 2022)
• Cegah Komplikasi Pasca Discharge
• Cegah Readmisi 59
60
Profesional Pemberi Asuhan Clinical
PPA Team Leader
Dalam Starkes 2022. DPJP

PPJA
PPA
Tugas Mandiri,
Apoteker
Tugas Kolaboratif,
Tugas Delegatif

PPA
Kompetensi Profesi &
Kompetensi utk Lainnya Dietisien
Berkolaborasi
Interprofesional
(Nico Lumenta,KARS, 2022)

61
RENUNGKAN PERBEDAAN : PPA DAN PASIEN
PPA :
▪ Menjalani pendidikan bertahun2, kompeten,
memiliki kewenangan
▪ Pelayanan pasien dijalankan dgn standar, rutin,
homogen, serba jelas.
▪ Aktivitas individu PPA hanya 1 shift

Pasien :
▪ Masuk RS seperti masuk “hutan”, relatif banyak yg
tidak jelas, pengalaman baru….
▪ Pasien “tidak pernah” melalui “pendidikan untuk
menjadi pasien” !!!
▪ Relatif tidak punya kewenangan ikut ambil “Hutan”
keputusan, harus ikut “kata” dokter…
▪ Ada rasa cemas, ngeri, bingung, takut.
▪ Di RS, hanya Pasien yg menjalani “3 shift” !!

62
Patient- and family-centered care is a change in thinking from serving
patients and families to partnering with patients and families. And that’s
a very big difference.
(Senior Vice President, Patient and Family Centered Care, MCG Health System. Strategies for Leadership, ADVANCING THE PRACTICE OF Patient- and Family-Centered Care, A
Resource Guide for Hospital S enior Leaders, Medical Staff and Governing Boards. American Hospital Association and Institute for Family Centered Care, 2004)

(Sekarsari, R. Keterlibatan Pasien & Keluarga Dalam APT, 2022)


64
65
Patient Activation Measurement
Level Keterlibatan Pasien
Tabel Empat tingkat aktivasi pasien

I. Individu cenderung pasif dan merasa terbebani dengan mengatur kesehatannya


sendiri. Mereka mungkin tidak memahami peran mereka dalam proses perawatan.
II. Individu mungkin kurang memiliki pengetahuan dan kepercayaan diri untuk
mengelola kesehatannya.
III. Individu tampaknya mengambil tindakan tetapi mungkin masih kurang percaya
diri dan kurang terampil untuk mendukung perilaku mereka.
IV. Individu telah mengadopsi banyak perilaku yang diperlukan untuk mendukung
kesehatan mereka, tetapi mungkin tidak dapat mempertahankannya dalam
menghadapi tekanan hidup.

(Hibbard,J & Gilburt,H :Supporting people to manage their health, An


introduction to patient activation, The King’s Fund, 2014) 66
67
68
69
70
Kesimpulan & Penutup
• Asuhan Pasien 4.0, Patient Centred Care, Asuhan Pasien Terintegrasi adalah dasar
utama pencapaian mutu dan safety asuhan pasien / patient care.
• KARS melabelkan Asuhan Pasien Terintegrasi sebagai “The Indonesian Model of PCC”,
sesuai Starkes 2022.
• Dalam Starkes dan Instrumen Akreditasi KARS, Asuhan Pasien Terintegrasi
dilaksanakan sehari-hari dalam 7 Dimensi PCC:
1. Patient Engagement & Empowerment.
2. DPJP sbg Clinical Leader.
3. PPA sbg Tim, Kolaborasi (+Kompetensi) Interprofesional.
4. Manajer Pelayanan Pasien / Case Manager.
5. Integrated Discharge Planning.
6. Asuhan gizi terintegrasi.
7. Budaya Keselamatan.
• Telah dibahas dimensi 1. Keterlibatan-Pemberdayaan Pasien, 2. DPJP sbg Clinical
Leader, 3. MPP.
• Dan peran-perannya melalui APT meningkatkan Mutu Pelayanan.
71
KELAS ONLINE KARS
Implementasi Kualifikasi dan Pendidikan
Staf (KPS) sesuai Standar Akreditasi RS
Kemkes Dilengkapi dengan Instrumen
Akreditasi KPS KARS
Tgl 19 – 20 Juli 2022

Terima kasih dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM, MHKes, FISQua

Anda mungkin juga menyukai