Anda di halaman 1dari 99

WS MANAJEMEN ASUHAN GIZI DAN

PENYELENGGARAAN MAKANAN DALAM SNARS EDISI 1

dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM, MHKes


Komisi Akreditasi Rumah Sakit
Fakultas Kedokteran Univ Kristen Indonesia,
1970
Konsultan Nefrologi
Perhimpunan Nefrologi Indonesia, 1982
Magister Manajemen
Sekolah Tinggi Manajemen PPM Jakarta, 1994
Lahir : Magister Hukum Kesehatan
Magelang
5 Nov 1943 Univ Katolik Soegijapranata Semarang, 2013
 Ketua Bidang Penelitian & pengembangan KARS sejak th 2014
 Ketua Komite Etik-Disiplin KARS sejak th 2014
 Koordinator Konsilor KARS sejak 2016
 Komite Nasional Keselamatan Pasien RS – Kem Kes th 2012-2015,
2016-2018, 2018-2021 Wakil Ketua KNKP
 Ketua Komite Keselamatan Pasien RS (KKPRS) – PERSI sejak 2005
 KKPRS diubah namanya menjadi IKPRS. Ketua IKPRS-Institut
Keselamatan Pasien RS sejak th 2012
 Advisory Council Asia Pacific, Joint Commission International,
sejak 2009
 Kelompok Staf Medis Penyakit Dalam – Ginjal Hipertensi RS
Mediros, Jakarta, sejak 1996
 Surveyor KARS sejak 1995. Konsilor KARS sejak 2012.
 PJ SubPokja Model Akreditasi Baru, Pokja Penyempurnaan Akreditasi RS, DitJen
Bina Yan Med, DepKes, 2010-2011
 Direktur Medik RS PGI Cikini, 1981 – 1982
 Direktur Ketua RS PGI Cikini Jakarta 1982-1993
 Dekan Fak Kedokteran UKI 1988-1991
 Sekretaris Jenderal PERSI Pusat 1988–1990, 1990–1993, 1993–1996
 Sekretaris IRSJAM 1986 – 1988
 Kepala Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK-UKI, Jakarta, 1992 – 1995
 Kepala Renal Unit (Unit Ginjal) RS.PGI Cikini, 1973 – 1981
 Sekretaris I & Seksi Ilmiah Pengurus Pusat PERNEFRI, 1983
 Ketua Komite Medik RS Mediros, 1995 – 2013
 Penghargaan :
 *Kadarman Award utk Patient Safety*, 2007, Sekolah Tinggi PPM.
 *Inisiator & Motivator Keselamatan Pasien RS di Indonesia*, 2018, Komisi
Akreditasi Rumah Sakit.
• Pendahuluan
• Framing baru KARS : Asuhan Pasien 4.0
• Patient Centred Care
• Asuhan Pasien Terintegrasi : 8 Aspek
pelaksanaan
 Berbagai aspek penting asuhan pasien dalam SNARS Edisi 1 (Standar Nasional
Akreditasi RS) adalah a.l.
• dilakukan oleh banyak profesi & sebagai tim,
• terintegrasi, diperlukan kolaborasi interprofesional,
• aspek care dan cure
• keperawatan adalah profesi “24/7” dgn penekanan pd care
(CARE = Commitment – Attention – Respons – Empathy)
• profesi medis dgn penekanan pd cure
• identifikasi kebutuhan pelayanan pasien,
• keterlibatan dan pemberdayaan pasien yang didukung oleh sistem pendukungnya,
• kemandirian pasien, kualitas hidup,
• keseragaman pelayanan
• termasuk reimbursemen yang sesuai dan memadai
 Konsep yg mendasari standar asuhan pasien yg memenuhi SNARS adalah Patient
Centred Care. Salah satu pintu masuk adalah BPIS, Bila Pasien Itu Saya.
 Ancaman hukum bagi Tenaga Kesehatan di zaman now nyata sudah dimulai.
Menghindari hal ini bagaimana sebaiknya strategi dalam pemberian asuhan kepada
pasien.
 Standar Nasional Akreditasi RS telah secara implisit dan eksplisit memberikan
tuntunan untuk mengatasi hal tsb dengan pola pikir sbb:

1.Tata Kelola Rumah Sakit Tatakelola RS yg baik, Tatakelola Klinis yg baik, Tatakelola
Pasien yg baik

2.Kepemimpinan Leadership, Budaya, Etika

3.Manajemen Risiko RS Asesmen Risiko, Pengelolaan Risiko

4.Asuhan Pasien 4.0


PCC & PPA sebagai DNA of Care IT, Sirsak
Asuhan Pasien Tim
Terintegrasi
Framework dalam SNARS :

Dimensi Budaya Mutu dan Safety


dalam Standar Akreditasi RS

ASUHAN PASIEN

Kompetensi
RISIKO Budaya SAFETY

MUTU
(Nico Lumenta, 2015)

8
Asuhan Pasien Terintegrasi
 Integrasi Intra-Inter PPA
(AP 4, SKP 2, TKRS 3.2, MKE 5)
 Integrasi Inter Unit
(PAP 2, ARK 3.1, TKRS 3.2, MKE 5)
 Integrasi PPA-Pasien
(HPK 2, 2.1, 2.2, AP 4, MKE 6)
Horizontal & Vertical Integration

1.Patient Engagement & Empowerment. (HPK, ARK, PAP, MKE)

2. DPJP sbg Clinical Leader. (AP, PAP)

3. PPA sbg Tim, Kolaborasi Interprofesional. (AP, PAP)


Asuhan Gizi
4. CPPT – Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi. (AP,PAP) Terintegrasi
5. Kolaborasi Pendidikan Pasien. (MKE)

6. Manajer Pelayanan Pasien / Case Manager. (ARK, PAP)

7. Integrated Clinical Pathway. (PMKP, TKRS)

8. Integrated Discharge Planning. (ARK)


1. Keterlibatan Pasien – Keluarga
Patient & Family Engagement
Profesional Pemberi Asuhan Clinical
PPA Team Leader
Dalam SNARS Ed 1
DPJP

PPJA
Apoteker

Profesional Pemberi Asuhan :


• Mereka yg secara langsung
memberikan asuhan kpd pasien, Lainnya Dietisien
a.l. DPJP, PPJA, Dietisien,
Apoteker, dan Lainnya. PPA
• Kompetensi Profesi & Kolaborasi Tugas Mandiri,
Interprofesional Tugas Kolaboratif,
• Tugas Mandiri, Tugas Kolaboratif,
Tugas Delegatif/Mandat (KARS, 2018) Tugas Delegatif
RENUNGKAN PERBEDAAN : PPA DAN PASIEN
PPA :
 Menjalani pendidikan bertahun2, kompeten,
memiliki kewenangan
 Pelayanan pasien dijalankan dgn standar, rutin,
homogen, serba jelas.
 Aktivitas individu PPA hanya 1 shift

Pasien :
 Masuk RS seperti masuk “hutan”, relatif banyak yg
tidak jelas, pengalaman baru….
 Pasien “tidak pernah” melalui “pendidikan untuk
menjadi pasien” !!!
 Relatif tidak punya kewenangan ikut ambil “Hutan”
keputusan, harus ikut “kata” dokter…
 Ada rasa cemas, ngeri, bingung, takut.
 Di RS, hanya Pasien yg menjalani “3 shift” !!

KARS
*Standar ARK 2.1.
Saat admisi, pasien dan keluarga pasien dijelaskan tentang rencana
asuhan, hasil yg diharapkan dari asuhan, dan perkiraan biayanya.

- Penjelasan saat proses admisi


- Dapat terkait dgn Discharge Planning
Elemen Penilaian ARK.2.1
1. Penjelasan termasuk rencana asuhan didokumentasikan. (D,W)
2. Penjelasan termasuk hasil asuhan yg diharapkan dan
didokumentasikan. (D,W)
3. Penjelasan termasuk perkiraan biaya yg ditanggung pasien atau
keluarga. (D,W)
4. Penjelasan yg diberikan dipahami oleh pasien & keluarga
utk membuat keputusan (W)

14
Standar MKE 6
RS menyediakan edukasi untuk menunjang partisipasi pasien dan keluarga dalam
proses asuhan.
Elemen Penilaian MKE 6
1. Terdapat penetapan organisasi promosi kesehatan RS yang mengoordinasikan
pemberian edukasi kepada pasien sesuai dengan peraturan per-UU-an. (R)
2. Terdapat bukti organisasi promosi kesehatan RS telah berfungsi sesuai dengan
peraturan per-UU-an. (D,W)
3. Edukasi dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan pasien dan keluarga di seluruh RS.
(D,O,W)

Standar MKE 9
Pemberian edukasi merupakan bagian penting dalam proses asuhan kepada pasien.

Elemen Penilaian MKE 9

5. Pasien dan keluarga diberikan edukasi mengenai hak dan tanggung jawab mereka
untuk berpartisipasi pada proses asuhan. (D,W) (lihat juga HPK 2.2)
KARS Dr.Nico Lumenta
Patient Activation Measurement

Pasien
Pasif
Pasrah
Patient Activation Measurement
Level Keterlibatan Pasien

Level 1 Level 2
• Tidak terlibat dan kewalahan • Menjadi sadar, tetapi masih berjuang
• Individu pasif dan kurang percaya diri. • Individu memiliki pengetahuan, tetapi
Pengetahuan rendah, orientasi tujuan lemah, kesenjangan besar tetap ada.
dan kepatuhan rendah. • Mereka percaya bahwa kesehatan
• Ada yang mulai mengambil peran sebagian besar di luar kendali mereka,
• Perspektif mereka: "Dokter saya yang • Tetapi dapat menetapkan tujuan yang
bertanggung jawab atas kesehatan saya" sederhana.
• Bangun keterlibatan berbasis Pengetahuan, • Perspektif mereka: "Saya bisa
Kesadaran Diri & Keyakinan Awal melakukan lebih banyak"
• Pasien belum memahami bahwa mereka • Peningkatan Pengetahuan,
harus memainkan peran aktif dalam Pengembangan Keterampilan Awal,
kesehatan mereka sendiri. Mereka cenderung Tumbuhkan Keyakinan
menjadi penerima perawatan pasif.
Patient Activation Measurement
Level Keterlibatan Pasien

Level 3 Level 4
• Sudah mengambil tindakan • Mempertahankan perilaku dan mendorong lebih
• Individu memiliki fakta2 kunci dan jauh.
membangun keterampilan • Individu telah mengadopsi perilaku baru, tetapi
manajemen diri. mungkin tidak dapat mempertahankan pada
• Tetapi mungkin kurang percaya diri saat stres atau pada krisis kesehatan.
dan keterampilan untuk mendukung • Mempertahankan gaya hidup sehat adalah
perilaku mereka fokus utama.
• Mereka berusaha untuk perilaku • Perspektif mereka: "Saya adalah pendukung
praktik terbaik, dan berorientasi saya sendiri"
pada tujuan. • Mencapai / melebihi Pedoman Perilaku Gaya
• Perspektif mereka: “Saya bagian Hidup,
dari tim asuhan kesehatan saya” • Mengembangkan Teknik untuk Mencegah
• Pengembangan Keterampilan Kambuh
• Mengikuti Panduan Perilaku
KARS Dr.Nico Lumenta
KARS Dr.Nico Lumenta
KARS Dr.Nico Lumenta
2. DPJP sebagai Clinical Leader
Standar AP.4
Profesional Pemberi Asuhan (PPA) bekerja secara tim memberikan
asuhan pasien terintegrasi, masing2 melakukan asesmen berbasis
pengumpulan Informasi , melakukan analisis utk membuat rencana
asuhan (IAR), dengan DPJP sebagai ketua tim asuhan yg
mengintegrasikan asuhan, termasuk menentukan prioritas kebutuhan
mendesak bagi pasien rawat inap.

Asuhan Pasien Terintegrasi


Elemen Penilaian AP.4
1. Ada bukti hasil asesmen awal dan asesmen ulang oleh masing-masing
PPA diintegrasikan. (D,W)
2. Ada bukti hasil asesmen dianalisis utk membuat rencana asuhan.
(D,W)
3. Berdasarkan
Berdasarkan hasil
hasil asesmen
asesmen dan
dan rencana
rencana asuhan
asuhan PPA
PPAlainnya,
lainnya, DPJP
DPJP
mengintegrasikan
mengintegrasikan rencana
rencana asuhan
asuhan dan
dan tindak
tindak lanjutnya.
lanjutnya. (lihat
(lihat PAP
PAP 2.1,
PAP 5) (D,W)
2.1, PAP 5) (D,W)
➢Standar PAP.2.1.
Rencana asuhan individual setiap pasien dibuat dan didokumentasikan
IAR  Plan of Care
Rencana Terintegrasi
DPJP – Clinical Leader
➢ Elemen Penilaian PAP. 2.1.
1. Ada regulasi ttg asuhan utk setiap pasien direncanakan oleh dokter penanggung jawab
pelayanan (DPJP), perawat dan PPA lainnya sesudah pasien masuk rawat inap. (R)
2. Rencana asuhan dibuat utk setiap pasien dan dicatat oleh PPA yg memberikan asuhan di
rekam medis pasien (D,W)
3. Rencana asuhan pasien terintegrasi, dibuat dgn sasaran berdasarkan data asesmen awal
dan kebutuhan pasien. (D,W)
4. Rencana asuhan dievaluasi secara berkala sesuai kondisi pasien, dimutakhirkan atau
direvisi oleh tim PPA berdasar asesmen ulang (D,W)
5. Perkembangan tiap pasien dievaluasi berkala dan dibuat notasi pada CPPT oleh DPJP
5. sesuai kebutuhan
Perkembangan dan
tiap diverifikasi
pasien harian
dievaluasi oleh DPJP
berkala (D,W)notasi pada CPPT oleh DPJP
dan dibuat
sesuai kebutuhan dan diverifikasi harian oleh DPJP (D,W)
DPJP
Gambaran kegiatan Clinical Leader, sbg “motor” integrasi asuhan

1. Secara rutin saat visit pasien tiap pagi DPJP membaca CPPT semua
info (24 jam), dari semua PPA, terkait asesmen, perkembangan pasien,
pelaksanaan pelayanan, juga dari form lain a.l. “Nurse’s note”, Form
gizi, dll. POLA KEGIATAN DPJP SEHARI-HARI
Sebagaisintesis
2. Melakukan review, interpretasi, Clinical Leader
dari rencana dan
pelaksanaannya CPPT : Kolom Review & Verifikasi DPJP
(Std PAP 2.1. EP 5)
3. Menyusun skala prioritas (Std AP 4.1.)
4.Bila perluMembuat catatan / notasi pd CPPT utk a.l.
perhatian, koreksi, arahan, instruksi dsb sebagai wujud
integrasi !!
5.Memberi paraf pada lembar CPPT, pd pojok kanan bawah
lembar CPPT, akhir 24 jam tanda sudah di review & verifikasi.

28
CPPT : CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
Kolaborasi PPA REVIEW &
melalui CPPT VERIFIKASI
Instruksi PPA DPJP
HASIL ASESMEN PASIEN DAN PEMBERIAN PELAYANAN
Termasuk Pasca (Tulis Nama, beri
Profesional
Tgl, Jam Bedah Paraf, Tgl, Jam)
Pemberi Asuhan (Tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai Sasaran. Tulis Nama, beri
(Instruksi ditulis dgn (DPJP harus
Paraf pada akhir catatan)
rinci dan jelas) membaca/mereview
seluruh Rencana
Asuhan)
2/2/2015 Perawat S : Nyeri akut lutut kiri sejak 1-2 jam • Monitoring nyeri tiap
Jm 8.00 O : skala nyeri VAS : 7 30’
TD 165/90, N 115/m, Frek Nafas : 30/m • Lapor DPJP
A : Nyeri akut arthritis gout • Kolaborasi pemberian
P : Mengatasi nyeri dalam 2 jam dgn target VAS <4 anti inlamasi &
Paraf.. analgesic

*Lapor 2 jam lagi skala


2/2/2015 Dokter S : Nyeri lutut kiri akut sejak pagi nyeri
Jm 8.30 O : Lutut kiri agak merah, nyeri tekan, skala NRS 7-8, hangat pd palpasi. *Foto Ro Lutut hari ini
A : Gouty Arthritis - flare Genu Sinistra bila nyeri
P : inj steroid xx mg , tab colchicine 2 X 0,6 mg/hari. mereda/toleransi cukup
Paraf …
Dst….
Paraf
Catatan/Notasi (review)DPJP … … … … … … … … DPJP
… … … … … … … … … … … … …+paraf DPJP akhir 24 jam
Asuhan Terintegrasi
Rencana Asuhan Terinterasi

Rencana Asuhan
Masing2 PPA
(EP 1,2,3; SOAP masing2, +Sasaran) Rencana Asuhan
Terintegrasi
dalam 1 form
DPJP (EP 3)
Mereview & Verifikasi
(EP 5)

Integrasi Asuhan
Pasien
➢Maksud dan Tujuan PAP.2.1.
Rencana asuhan menjelaskan asuhan dan pengobatan/tindakan yg diberikan kpd
seorang pasien. Rencana asuhan memuat satu paket tindakan yg dilakukan oleh PPA utk
memecahkan atau mendukung diagnosis yg ditegakkan melalui asesmen. Tujuan utama
dari rencana asuhan adalah untuk memperoleh hasil klinis yg optimal.
Proses perencanaan bersifat kolaboratif menggunakan data berasal dari asesmen
awal dan asesmen ulang yg dilakukan oleh dokter dan PPA lainnya (perawat, ahli gizi,
apoteker dsb) utk mengetahui dan menetapkan prioritas tindakan, prosedur, dan asuhan
PPA lainnya utk memenuhi kebutuhan pasien.
Pasien dan keluarga dilibatkan dlm proses perencanaan. Rencana asuhan
diselesaikan dlm waktu 24 jam terhitung saat diterima sbg pasien ranap. Berdasar hasil
assesmen ulang, rencana asuhan diperbaharui atau disempurnakan utk dapat
menggambarkan kondisi pasien terkini. Rencana asuhan didokumentasikan di rekam
medik pasien.
(Maksud dan Tujuan PAP.2.1.)
Rencana asuhan pasien harus terkait dgn kebutuhan pasien. Kebutuhan ini
mungkin berubah sbg hasil dari proses penyembuhan klinis atau ada informasi
baru hasil asesmen ulang (contoh, hilangnya kesadaran, hasil lab yg abnormal),
lihat PAP.8.7, PAP.9.
Rencana asuhan direvisi berdasar perubahan2 ini dan didokumentasikan di
rekam medis pasien sbg catatan dari rencana semula, atau ini dapat
menghasilkan rencana asuhan baru.
Salah satu cara utk membuat rencana asuhan adalah mengetahui dan
menetapkan sasaran2. Sasaran terukur dapat dipilih oleh DPJP dan bekerja sama
dgn perawat dan PPA lainnya. Sasaran terukur dapat diamati, dapat dicapai terkait
asuhan pasien dan dari hasil klinis yg diharapkan. Sasaran ini harus realistik,
spesifik pada pasien, dan harus terkait waktu utk mengukur kemajuan dan hasil
terkait rencana asuhan. Contoh dari sasaran realistik dan terukur sbb:
(Maksud dan Tujuan PAP.2.1.)
 Kondisi pasien kembali dgn fungsi (out put) jantung stabil melalui detak
jantung, irama jantung, tekanan darah berada di kisaran normal
 Pasien dapat menunjukkan mampu memberi sendiri suntikan insulin
sebelum pasien pulang keluar dari RS
 Pasien mampu berjalan dengan “walker” (alat bantu untuk berjalan) menuju
ruangan tamu dan kedua kakinya mampu menanggung beban berat badan
DPJP sbg ketua tim PPA melakukan evaluasi/review berkala dan verifikasi
harian utk menjaga terlaksananya asuhan terintegrasi dan membuat notasi
sesuai kebutuhan.
Catatan: Satu rencana asuhan terintegrasi dgn sasaran2 yg diharapkan oleh
PPA, lebih baik dp rencana terpisah oleh masing2 PPA. Rencana asuhan yg
baik menjelaskan asuhan individual, obyektif, sasaran dapat diukur utk
memudahkan asesmen ulang dan revisi rencana asuhan (lihat PPK.4)
Contoh Form
Rencana Asuhan Terintegrasi
KARS, Nico A. Lumenta Std PAP 2.134
EP 3
3. PPA sbg Tim Interdisiplin dgn
Kolaborasi Interprofesional
Kompetensi Berkolaborasi
Profesional Pemberi Asuhan Clinical
PPA Team Leader
Dalam SNARS Ed 1
DPJP

PPJA
Apoteker

Profesional Pemberi Asuhan :


• Mereka yg secara langsung
memberikan asuhan kpd pasien, Lainnya Dietisien
a.l. DPJP, PPJA, Dietisien,
Apoteker, dan Lainnya. PPA
• Kompetensi Profesi & Kolaborasi Tugas Mandiri,
Interprofesional Tugas Kolaboratif,
• Tugas Mandiri, Tugas Kolaboratif,
Tugas Delegatif/Mandat (KARS, 2018) Tugas Delegatif
Standar AP.4
Profesional Pemberi Asuhan (PPA) bekerja secara tim memberikan
asuhan pasien terintegrasi, masing2 melakukan asesmen berbasis
pengumpulan Informasi , melakukan analisis utk membuat rencana
asuhan (IAR), dengan DPJP sebagai ketua tim asuhan yg
mengintegrasikan asuhan, termasuk menentukan prioritas kebutuhan
mendesak bagi pasien rawat inap.

Asuhan Pasien Terintegrasi


Elemen Penilaian AP.4
1. Ada bukti hasil asesmen awal dan asesmen ulang oleh masing-
masing PPA diintegrasikan. (D,W)
2. Ada bukti hasil asesmen dianalisis utk membuat rencana asuhan.
(D,W)
3. Berdasarkan hasil asesmen dan rencana asuhan PPA lainnya,
DPJP mengintegrasikan rencana asuhan dan tindak lanjutnya.
(lihat PAP 2.1, PAP 5) (D,W)
➢Standar PAP.2.
Ditetapkan proses utk melakukan integrasi dan koordinasi pelayanan dan
asuhan kpd setiap pasien.
Integrasi Pelayanan
*MPP-Case Manager*
➢Elemen Penilaian PAP.2.
1. Ada regulasi yg mengatur pelayanan dan asuhan terintegrasi di dan
antar berbagai unit pelayanan (R)
2. Rencana asuhan diintegrasikan dan dikoordinasikan di dan antar
berbagai unit pelayanan (lihat juga ARK.2, EP 3) (D,O,W)
3. Pemberian asuhan diintegrasikan dan dikoordinasikan di dan antar
berbagai unit pelayanan (D,O,W)
4. Hasil atau simpulan rapat dari tim PPA atau diskusi lain ttg kerjasama
didokumentasikan dalam CPPT. (D,W)
➢Standar PAP.2.1.
Rencana asuhan individual setiap pasien dibuat dan didokumentasikan
IAR  Plan of Care

DPJP – Clinical Leader


➢Elemen Penilaian PAP. 2.1.
1. Ada regulasi ttg asuhan utk setiap pasien direncanakan oleh dokter
penanggung jawab pelayanan (DPJP), perawat dan PPA lainnya sesudah
pasien masuk rawat inap. (R)
2. Rencana asuhan dibuat utk setiap pasien dan dicatat oleh PPA yg
memberikan asuhan di rekam medis pasien (D,W)
3. Rencana asuhan pasien terintegrasi, dibuat dgn sasaran berdasarkan
data asesmen awal dan kebutuhan pasien. (D,W)
4. Rencana asuhan dievaluasi secara berkala sesuai kondisi pasien,
dimutakhirkan atau direvisi oleh tim PPA berdasar asesmen ulang (D,W)
5. Perkembangan tiap pasien dievaluasi berkala dan dibuat notasi pada
CPPT oleh DPJP sesuai kebutuhan dan diverifikasi harian oleh DPJP
(D,W)
1 ASESMEN
PASIEN
(Periksa Pasien)
 IAR

Profesional
ASUHAN
Pemberi
PASIEN
Asuhan

2 PEMBERIAN-
PELAYANAN /
IMPLEMENTASI-
RENCANA
MONITORING
Proses Asuhan Pasien Diagram
IAR
Patient Care

1 Asesmen Pasien Pencatatan:


(Skrining, “Periksa Pasien”)
1. Informasi dikumpulkan : Asesmen
I Awal
Anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
diagnostik / lain, dsb
PPA : 2. Analisis informasi :
Dokter
A Asesmen
Menetapkan Diagnosis, Masalah, Risiko
Ulang
Perawat Untuk mengidentifikasi Kebutuhan Yan Pasien
SOAP
Apoteker 3. Rencana Asuhan/Plan of Care :
Dietisien R
Merumuskan rencana dan sasaran terukur Tenaga Gizi :
Lainnya Untuk memenuhi Kebutuhan Yan Pasien ADIME
(Assessment, Diagnosis,
Intervention (+Goals),

Pemberian Pelayanan
Monitoring, Evaluation)
2
Implementasi Rencana
Intervensi, Monitoring
Asesmen Ulang
Proses Asuhan Pasien
2 blok proses, oleh masing2 PPA
1. Asesmen Pasien  “IAR”
S 1. INFORMASI DIKUMPULKAN : anamnesa, pemeriksaan AP 1, 1.1, 1.2, 1.3, 1.4,
O fisik, pemeriksaan lain / penunjang, dsb I 1.4.1, 1.5, 4. SKP 6.
2. ANALISIS INFORMASI : menghasilkan kesimpulan a.l. ARK 1, 1.1, 1.2, 2.3, 3.3,
Masalah, Kondisi, Diagnosis, 4, 4.1, 4.2, 4.3, 5, 5.2.
A untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan pasien A AP 1.1, 1.2, 1.3. SKP 6.

P 3. RENCANA PELAYANAN / Plan of Care, ARK 2.1. PAP 2, PAP


R 2.1, 5, AP 2, PAB 5, 7,
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan pasien
7.3. SKP 6.

2. Implementasi Rencana, ARK 3.2. PAP 2, EP 2,


Pemberian Pelayanan, PAP 5 EP 2 & 3, PAB 3
EP 5, 5.3, 6, 7.3. PKPO
Intervensi,Monitoring 6, 7
42
Interprofessionality
 Interprofessional Collaboration (IPC)
When multiple health workers from different professional
backgrounds work together with patients, families,
carers, and communities to deliver the highest quality of
care

 Interprofessional Education (IPE)


When students from two or more professions learn about,
from and with each other to enable effective collaboration
and improve health outcomes
(FrameworkKARS
for Action onLumenta
Dr.Nico Interprofessional Education & Collaborative Practice, WHO, 2010)
PPA : Kompetensi Kolaborasi Interprofesional
Interprofessional Collaborative Practice Competency
Domains

Interprofessional Education Collaborative Expert Panel.. Core competencies for interprofessional collaborative practice:
Report of an expert panel. Washington, D.C.: Interprofessional Education Collaborative, (2011)
Kompetensi pada Kolaborasi Interprofesional (38)

Ranah Kompetensi 1: Values/Ethics for Interprofessional Practice (10)

Bekerja bersama PPA lain untuk memelihara iklim saling respek (menghormati) dan
berbagi nilai2.
Ranah Kompetensi 2: Roles/Responsibilities (9)

Menggunakan pengetahuan dari peran masing2 guna memperoleh dan mengatasi


kebutuhan layanan kesehatan dari pasien dan populasi yang dilayani.
Ranah Kompetensi 3: Interprofessional Communication (8)
Berkomunikasi dengan pasien, keluarga, komunitas, dan PPA lain dengan cara yang
responsif dan bertanggung jawab yang mendukung suatu pendekatan tim dalam
pemeliharaan kesehatan serta pengobatan penyakit.
Ranah Kompetensi 4: Teams and Teamwork (11)

Menerapkan nilai2 membangun-relasi dan prinsip2 dinamika tim untuk kinerja efektif
dalam tim dgn peran yang berbeda untuk merencanakan dan memberikan asuhan
berfokus pasien-/populasi yang aman, tepat waktu, efisien, dan wajar.

Interprofessional Education Collaborative Expert Panel.. Core competencies for interprofessional collaborative practice:
Report of an expert panel. Washington, D.C.: Interprofessional Education Collaborative, (2011)
PPA
sebagai
Tim Interdisiplin

(Febr 2015
17 pages)
What Are Multidisciplinary Rounds? - MDR
MDR are a patient-centered model MDR adalah asuhan model patient-
of care, emphasizing safety and centered, menekankan safety dan
efficiency, that enable all members efisiensi, yang memberdayakan
of the team caring for patients to semua anggota tim asuhan pasien
offer individual expertise and untuk memberikan keahlian
contribute to patient care in a individunya dan menambahkan
concerted fashion asuhan pasien dalam gaya/pola
yang disepakati
With MDR, disciplines come together, Dengan MDR, para PPA berkumpul,
informed by their clinical expertise, to melalui keahlian mereka,
coordinate patient care, determine mengkoordinasikan asuhan pasien,
care priorities, establish daily goals, menetapkan prioritas asuhan,
and plan for potential transfer or menetapkan sasaran/goal harian,
discharge. dan merencanakan pemindahan atau
pemulangan
(How to Guide : Multidisciplinary Rounds. Institute for Healthcare Improvement, updated February 2015 )
Why Is It Important to Conduct Multidisciplinary Rounds?
Effective MDR can be a powerful MDR yang efektif dapat menjadi
vehicle for: wahana yang kuat bagi :
o Coordinating care among o Koordinasi asuhan antar disiplin
disciplines o Penelaahan status pasien terkini
o Reviewing current patient status o Menjelaskan goal dan outcome
o Clarifying patient goals and pasien
outcomes o Menciptakan suatu perencanaan
o Creating a comprehensive plan of asuhan yang komprehensif
care
MDR provide a formal mechanism MDR menjadi mekanisme formal
for daily communication among the bagi komunikasi harian antar tim
care team, patients, and families asuhan, pasien, dan keluarga
regarding: berkenaan dengan :
o Identification of safety risks o Identifikasi risiko safety
o Identification of daily goals o Identifikasi sasaran/goal harian
(How to Guide : Multidisciplinary Rounds. Institute for Healthcare Improvement, updated February 2015 )
Why Is It Important to Conduct Multidisciplinary Rounds?

MDR facilitate protocol or MDR memfasilitasi penggunaan


guideline use and understanding protokol atau guideline / pedoman
among the care team, providing: dan pemahaman antara tim
o A consistent approach asuhan, dalam memberikan
o Education and teaching o Suatu pendekatan yang
opportunities konsisten
o Kesempatan edukasi dan
pembelajaran
• MDR provide consistency for • MDR merupakan sarana
process improvement peningkatan proses yang
konsisten

(How to Guide : Multidisciplinary Rounds. Institute for Healthcare Improvement, updated February 2015 )
4. CPPT – Catatan Perkembangan
Pasien Terintegrasi dan Komunikasi
antar PPA
CPPT : CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI 5
2
Kolaborasi PPA
3 4 REVIEW &
1 melalui CPPT
HASIL ASESMEN PASIEN DAN PEMBERIAN PELAYANAN Instruksi PPA
VERIFIKASI DPJP
(Tulis Nama, beri Paraf,
Profesional Termasuk Pasca Bedah Tgl, Jam)
Tgl, Jam
Pemberi Asuhan (Tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai Sasaran. Tulis Nama, beri Paraf (Instruksi ditulis dgn (DPJP harus
pada akhir catatan) rinci dan jelas) membaca/mereview
seluruh Rencana
Asuhan)
2/2/2015 Perawat S : Nyeri akut lutut kiri sejak 1-2 jam • Monitoring nyeri tiap 30’
Jm 8.00 O : skala nyeri VAS : 7 • Lapor DPJP
TD 165/90, N 115/m, Frek Nafas : 30/m • Kolaborasi pemberian
A : Nyeri akut arthritis gout anti inlamasi & analgesic
P : Mengatasi nyeri dalam 2 jam dgn target VAS <4
Paraf..
*Lapor 2 jam lagi skala
nyeri
*Foto Ro Lutut hari ini bila
2/2/2015 Dokter S : Nyeri lutut kiri akut sejak pagi nyeri mereda/toleransi
Jm 8.30 O : Lutut kiri agak merah, nyeri tekan, skala NRS 7-8, hangat pd palpasi. cukup
A : Gouty Arthritis - flare Genu Sinistra
P : inj steroid xx mg , tab colchicine 2 X 0,6 mg/hari.
Paraf …
Dst….
Paraf
Catatan/Notasi DPJP … … … … … … … … … … DPJP
… … … … … … … … … … … … …+paraf DPJP per akhir 24 jam
Standar AP.2
RS menetapkan regulasi untuk melakukan asesmen ulang bagi semua
pasien dengan interval waktu berdasarkan kondisi, tindakan, untuk melihat
respons pasien, dan kemudian dibuat rencana kelanjutan asuhan dan atau
rencana pulang.
Asesmen ulang
SOAP, semua PPA
Elemen Penilaian AP.2
1. Ada regulasi ttg asesmen ulang oleh DPJP, perawat dan PPA lainnya utk
evaluasi respons pasien thd asuhan yg diberikan sbg tindak lanjut. (lihat
juga, ARK 3, PAP.5; PAB.6.1; MPO.7) (R)
2. Ada bukti pelaksanaan asesmen ulang medis dilaksanakan minimal satu
kali sehari, termasuk akhir minggu / libur utk pasien akut (D,W)
3. Ada bukti pelaksanaan asesmen ulang oleh perawat minimal satu kali per
shift atau sesuai dgn perubahan kondisi pasien. (D,W)
4. Ada bukti asesmen ulang oleh PPA lainnya dilaksanakan dgn interval
sesuai regulasi RS. (D,W)
Standar AP.2.1
RS menetapkan regulasi hasil asesmen ulang dicatat di rekam medis
dan didokumentasikan dengan baik dan dapat dengan cepat dan mudah
ditemukan kembali dalam rekam medis.
- Urutan lembar dlm RM
- Penataan “on going”
- CPPT
Elemen Penilaian AP.2.1
1. RS menetapkan pengaturan urutan penyimpanan lembar2 RM agar
mudah dicari kembali diakses dan terstandar, PPA dpt menemukan dan
mencari kembali hasil asesmen di rekam medis. (R)
2. Asesmen ulang dicatat di dokumen Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi (CPPT). (D)
Maksud dan Tujuan AP.2 dan AP.2.1
Asesmen ulang oleh semua PPA merupakan faktor penting untuk evaluasi thd keputusan ttg
asuhannya sudah benar dan efektif. Dilakukan asesmen ulang dgn interval waktu yg
didasarkan atas kebutuhan dan rencana asuhan, dan digunakan sbg dasar rencana pulang
pasien sesuai dgn regulasi RS. Hasil asesmen ulang dicatat di rekam medik pasien/CPPT sbg
informasi utk di gunakan oleh semua PPA (Lihat juga, ARK.3).
CPPT minimal terdiri dari kolom: 1)Tanggal dan jam, 2)Profesional Pemberi Asuhan,
3)Hasil asesmen dan Pemberian pelayanan (tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai
Sasaran, tulis nama, beri paraf pada akhir catatan), 4)Instruksi PPA termasuk pasca bedah
(instruksi ditulis dengan rinci dan jelas), 5)Review dan Verifikasi DPJP (tulis nama, beri paraf,
tgl, jam). DPJP harus membaca/mereview seluruh rencana asuhan.

Asesmen ulang oleh DPJP memperhitungkan asuhan pasien selanjutnya. Seorang DPJP
melakukan asesmen thd pasien akut sekurang-kurangnya setiap hari, termasuk di akhir minggu
/libur, dan jika ada perubahan penting kondisi pasien.
Asesmen ulang dilakukan dan dicatat di CPPT berbasis IAR dgn metode SOAP, gizi dapat
dengan metode ADIME, dgn memperhatikan:
(Maksud dan Tujuan AP.2 dan AP 2.1)
….dengan memperhatikan:
• Interval sepanjang asuhan pasien (contoh, perawat mencatat secara tetap, tanda-
tanda vital (TTV), asesmen nyeri, detak jantung dan suara paru, sesuai kondisi
pasien)
• Setiap hari oleh DPJP thd pasien
• Sebagai respons terhadap perubahan penting kondisi pasien.
• Jika diagnosis pasien berubah dan dibutuhkan perubahan rencana asuhan
• Menentukan apakah pengobatan dan tindakan lain berhasil dan pasien dapat
dipindah atau pulang
Temuan pada asesmen digunakan sepanjang proses pelayanan utk mengevaluasi
kemajuan pasien dan utk memahami kebutuhan untuk asesmen ulang. Karena itu
sangat perlu bhw asesmen medis, keperawatan dan asesmen PPA lain yg berarti,
dicatat dan didokumentasikan dgn baik dan dapat dgn cepat dan mudah ditemukan
kembali dlm rekam medis atau dari lokasi lain yg ditentukan standar dan digunakan
oleh staf yg melayani pasien.
Standar TKRS 3.2
Rumah sakit mempunyai regulasi untuk memastikan terselenggaranya
komunikasi efektif di rumah sakit.

Elemen Penilaian TKRS 3.2


1. Ada regulasi yang mengatur pertemuan di setiap dan antartingkat di RS.
(R)
2. Ada regulasi komunikasi efektif antar PPA dan
antarunit/instalasi/departemen pelayanan. (R)
3. Ada bukti terselenggaranya pertemuan di setiap dan antar tingkat di RS.
(D,W)
4. Ada bukti komunikasi efektif antar PPA dan
antarunit/instalasi/departemen pelayanan sudah dilaksanakan (D,W)
5. Ada bukti pelaksanaan pemberian informasi yang tepat waktu, akurat,
dan relevan di lingkungan RS. (D,W)
6. Direktur/direksi dan para kepala bidang/divisi RS sudah menyampaikan
informasi tentang capaian program sesuai visi, misi, dan rencana
strategik kepada staf RS. (lihat MKE 4) (D,W)
Standar SKP.2
RS menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses meningkatkan
efektivitas komunikasi verbal dan atau komunikasi melalui telpon antar-
PPA.

Elemen Penilaian SKP.2


1. Ada regulasi tentang komunikasi efektif antar PPA. (lihat juga TKRS
3.2). (R)
2. Ada bukti pelatihan komunikasi efektif antar PPA. (D,W)
3. Pesan secara verbal atau verbal lewat telpon ditulis lengkap, dibaca
ulang oleh penerima pesan, dan dikonfirmasi oleh pemberi pesan. (lihat
juga AP 5.3.1 di maksud dan tujuan). (D,W,S)
4. Penyampaian hasil pemeriksaaan diagnostik secara verbal ditulis
lengkap, dibaca ulang, dan dikonfirmasi oleh pemberi pesan secara
lengkap. (D,W,S)
Standar SKP.2.2
RS menetapkan dan melakanakan proses komunikasi “serah terima”
(hand over).

Elemen Penilaian SKP.2.2


1. Ada bukti catatan tentang hal-hal kritikal dikomunikasikan di antara
PPA pada waktu dilakukan serah terima pasien (hand over). (lihat juga
MKE 5). (D,W)
2. Formulir, alat, dan metode ditetapkan untuk mendukung proses serah
terima pasien (hand over) bila mungkin melibatkan pasien. (D,W)
3. Ada bukti dilakukan evaluasi tentang catatan komunikasi yang terjadi
waktu serah terima pasien (hand over) untuk memperbaiki proses.
(D,W)
Standar MIRM 13.1
Rekam medis pasien memuat informasi yang memadai untuk mengidentifikasi
pasien, mendukung diagnosis, justifikasi pengobatan, dokumen pemeriksaan
dan hasil pengobatan, serta meningkatkan kesinambungan asuhan di antara
PPA termasuk manajer pelayanan pasien (MPP).

Elemen Penilaian MIRM 13.1


1. Ada regulasi tentang isi spesifik dari berkas rekam medis pasien yang ditentukan oleh RS
untuk kesinambungan asuhan oleh PPA (R)
2. Rekam medis berisi informasi yang memadai untuk mengidentifikasi pasien. (D,O)
3. Rekam medis berisi informasi yang memadai untuk mendukung diagnosis. (D,O)
4. Rekam medis berisi informasi yang memadai untuk memberi justifikasi asuhan dan
pengobatan. (D,O)
5. Rekam medis berisi informasi yg memadai untuk mendokumentasikan pemberian dan hasil
pengobatan. (D,O)
6. Aktivitas MPP dicatat dalam rekam medis. (D,O,W)
Standar MIRM 13.4
Dalam upaya perbaikan kinerja, RS secara teratur melakukan evaluasi
atau review rekam medis.

Elemen Penilaian MIRM 13.4


1. RS menetapkan individu atau tim yang melakukan review rekam medis
secara berkala. (R)
2. Rekam medis pasien di-review secara berkala. (D,W)
3. Review menggunakan sampel yang mewakili. (D,W)
4. Fokus review adalah pada ketepatan waktu, keterbacaan, dan
kelengkapan rekam medis. (D,W)
5. Proses review termasuk isi rekam medis harus sesuai dengan
peraturan dan per-UU-an. (D,W)
6. Proses review termasuk rekam medis pasien yang masih dirawat dan
pasien yang sudah pulang. (D,W)
7. Hasil review dilaporkan secara berkala kepada direktur RS. (D,W)
Standar MKE 5
Informasi asuhan pasien dan hasil asuhan dikomunikasikan antar staf
klinis selama bekerja dalam sif atau antar sif.

Elemen Penilaian MKE 5


1. Terdapat regulasi tentang tata cara berkomunikasi. (R)
2. Informasi kondisi pasien antar staf klinis termasuk PPA berdasar atas
proses yang sedang berjalan atau pada saat penting tertentu dalam
proses asuhan ditulis dalam rekam medis. (D,O)
3. Setiap pasien setelah rawat inap dibuat ringkasan pulang. (D,W) (lihat
juga MIRM 15)
5. Kolaborasi Pendidikan Pasien
@Standar MKE 11 : Metode edukasi mempertimbangkan nilai2 dan pilihan
pasien dan keluarga, serta memperkenankan interaksi yang memadai
antara pasien-keluarga dan staf klinis agar edukasi efektif dilaksanakan.
Elemen Penilaian MKE 11
1. PPA harus menyediakan waktu yang adekuat dalam memberikan edukasi. (W)
2. Bila diperlukan, pemberian edukasi kpd pasien dan keluarga diberikan secara kolaboratif
oleh PPA terkait. (D,W)
3. Pada proses pemberian edukasi, staf harus mendorong pasien dan keluarga untuk
bertanya dan memberi pendapat agar dapat sebagai peserta aktif. (W,S)
4. Terdapat bukti dilakukan verifikasi utk memastikan pasien dan keluarga dapat memahami
materi edukasi yg diberikan. (D,W)
5. Informasi verbal diperkuat dengan materi tertulis. (D,W)
@Standar MKE 2 : RS memberikan informasi kepada pasien dan keluarga
tentang jenis asuhan dan pelayanan, serta akses untuk mendapatkan
pelayanan.
Elemen penilaian MKE 2
1. Tersedia informasi untuk pasien dan keluarga tentang asuhan dan pelayanan yang
disediakan oleh RS dalam bentuk website atau brosur. (D,O,W) (lihat juga TKRS 12.1 EP 2).
2. Informasi untuk pasien dan keluarga juga menjelaskan akses terhadap pelayanan yang
disediakan oleh RS. (D,O,W)
3. RS menyediakan informasi alternatif asuhan dan pelayanan di tempat lain apabila RS tidak
dapat menyediakan asuhan dan pelayanan yang dibutuhkan pasien. (D,W)
Standar MKE 6
RS menyediakan edukasi untuk menunjang partisipasi pasien dan keluarga dalam
proses asuhan.
Elemen Penilaian MKE 6
1. Terdapat penetapan organisasi promosi kesehatan RS yang mengoordinasikan
pemberian edukasi kepada pasien sesuai dengan peraturan per-UU-an. (R)
2. Terdapat bukti organisasi promosi kesehatan RS telah berfungsi sesuai dengan
peraturan per-UU-an. (D,W)
3. Edukasi dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan pasien dan keluarga di seluruh RS.
(D,O,W)

Standar MKE 9
Pemberian edukasi merupakan bagian penting dalam proses asuhan kepada pasien.

Elemen Penilaian MKE 9

5. Pasien dan keluarga diberikan edukasi mengenai hak dan tanggung jawab mereka
untuk berpartisipasi pada proses asuhan. (D,W) (lihat juga HPK 2.2)
6. Manajer Pelayanan Pasien
Case Manager
KESINAMBUNGAN PELAYANAN

*Standar ARK. 3.1


RS menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses kesinambungan
pelayanan di RS dan koordinasi diantara profesional pemberi asuhan
(PPA) dibantu oleh manajer pelayanan pasien (MPP)/Case Manager.

Manajer Pelayanan Pasien (MPP)


/ Case Manager
Elemen penilaian ARK.3.1
1. Ada regulasi ttg proses dan pelaksanaan utk mendukung
kesinambungan dan koordinasi asuhan, termasuk paling sedikit h. s/d l.
yg dimuat di Maksud dan Tujuan ARK.3.1, sesuai regulasi RS (lihat juga
TKP.10) (R)

67
2. Ada penunjukkan MPP dgn uraian tugas a.l. dlm konteks menjaga
kesinambungan dan koordinasi pelayanan bagi individu pasien melalui
komunikasi dan kerjasama dgn PPA dan pimpinan unit serta mencakup
butir a. s/d h. (D,W)
3. Pasien diskrining utk kebutuhan pelayanan manajemen pelayanan
pasien (D,W)
4. Pasien yg mendapat pelayanan MPP, pencatatannya dilakukan dalam
Form MPP selalu diperbaharui utk menjamin komunikasi dengan
PPA.(D,W)
5. Kesinambungan dan koordinasi proses pelayanan didukung dgn
menggunakan perangkat pendukung, spt rencana asuhan PPA, catatan
MPP, panduan, atau perangkat lainnya. (D,O,W)
6. Kesinambungan dan koordinasi dapat dibuktikan di semua tingkat/fase
asuhan pasien. (D,O,W)

68
➢Standar PAP.2.
Ditetapkan proses utk melakukan integrasi dan koordinasi pelayanan dan
asuhan kpd setiap pasien.

Integrasi Pelayanan
*MPP-Case Manager*
➢Elemen Penilaian PAP.2.
1. Ada regulasi yg mengatur pelayanan dan asuhan terintegrasi di dan
antar berbagai unit pelayanan (R)
2. Rencana asuhan diintegrasikan dan dikoordinasikan di dan antar
berbagai unit pelayanan (lihat juga ARK.2, EP 3) (D,O,W)
3. Pemberian asuhan diintegrasikan dan dikoordinasikan di dan antar
berbagai unit pelayanan (D,O,W)
4. Hasil atau simpulan rapat dari tim PPA atau diskusi lain ttg kerjasama
didokumentasikan dalam CPPT. (D,W)
MANAJER PELAYANAN PASIEN / CASE MANAGER

DPJP
PPJA
PPJA Apoteker
Clinical Leader :
• Kerangka pokok
asuhan Pasien,
• Koordinasi Keluarga
• Kolaborasi
• Sintesis
• Interpretasi Lainnya Dietisien
• Review
• Integrasi asuhan

Yan Kes (MPP bukan

MPP
/ RS Lain PPA aktif)

Yan Case Manager


Keuangan/
Billing Asuransi Dokter
Perusahaan/ Keluarga
Employer BPJS
• Pembayar
• Perusahaan
• Asuransi

MPP
Case
Manager

(*Pemandu, *Laison/
Penghubung/“Jembatan”) • RS
Pasien • PPA
Keluarga • Rohaniwan
• Unit2
• Keuangan
Manajemen
Pelayanan Pasien
Pembayar
• Penerapan PCC >
• Kolaborasi PPA >
PPA •

Kendali mutu asuhan
Kendali biaya asuhan

MPP/ Case Mgr


• Kendali safety asuhan

Sistem
Kebutuhan
Pendukung
Keluarga,Teman, Pasien Pasien
Tetangga dsb

1. Kesinambungan pelayanan
2. Pasien lebih memahami asuhan
3. Kepuasan pasien lebih tinggi
4. Pasien lebih mampu mengambil keputusan
5. Lebih terlibat & diberdayakan
 MPP bukanlah PPA aktif 6. Lebih patuh kepada petunjuk PPA
 Shift pagi Output 7. Kemandirian pasien dan Quality Of Life lebih baik
 Ratio 1 : 25 Pasien 8. Sistem pendukung pasien lebih optimal
- Kompleksitas Pasien 9. Pemulangan aman
- Kebutuhan RS 10. Pasien mendapat asuhan yang sesuai kebutuhannya
7. Integrated Clinical Pathway
UU no 29/2004 Praktik Kedokteran

Pasal 44 Pasal 50 & 51

Standar Standar Profesi


Pelayanan Standar Prosedur
Kedokteran Operasional

Permenkes 1438/2010
Standar Pelayanan Kedokteran
Prinsip dasar : Std Pelayanan Kedokteran terdiri dari
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran - PNPK dan SPO
PNPK (Pedoman Nasional
Literatur:
Pelayanan Kedokteran) Artikel asli
Terutama untuk penyakit yang banyak, Meta-analisis
mahal, risiko, bervariasi dalam praktik PNPK (asing)
Dibuat oleh pakar multidisiplin
Ideal, terkini, evidence-based, canggih Buku ajar, etc
Dikoordinasi Kemenkes, disahkan Menkes Panduan profesi, Direktorat,
Kesepakatan staf medis
Diterjemahkan ke fasyankes
menjadi:

Standar Prosedur Operasional = PPK

Dapat +
Sesuai dengan Pathways Dapat dilakukan
Algoritme tanpa
Jenis dan strata
menunggu PNPK
(hospital specific) Protokol
Prosedur
(Sudigdo Sastroasmoro, Konsorsium Upaya Kesehatan,
Ditjen BUK - Kemenkes RI, 2015) Standing orders
267 hal
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
 PPK Apendisitis Akut
 PPK Benign Prostat Hyperplasia
 PPK Fraktur Terbuka
 PPK Hernia Inguinalis
 PPK Total Knee Arthroplasty/Replacement
 PPK Demam Tifoid
 PPK Diare Akut
 PPK Kejang Demam
 PPK DHF
 PPK Pneumonia
 PPK Stroke Hemoragik
 PPK Stroke Iskemik
 PPK Perdarahan Subarachnoid
 PPK Placenta Previa Pada Kehamilan Aterm
PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN

 PAK Apendisitis Akut


 PAK Benign Prostat Hyperplasia
 PAK Fraktur Long Bone
 PAK Total Knee Replacement
 PAK Diare Akut
 PAK Kejang Demam Sederhana
 PAK Placenta Previa Totalis
PANDUAN ASUHAN GIZI

 PAG Apendisitis
 PAG Demam Tifoid
 PAG Diare Akut
 PAG Kejang Demam
 PAG Demam Berdarah
 PAG Bronkopneumonia
 PAG Stroke
 PAG Placenta Previa Totalis
PANDUAN ASUHAN KEFARMASIAN

 PAKf Terkait Permasalahan Obat / Drug Related Problem


pd Apendisitis
 PAKf Terkait Permasalahan Obat / DRP pd Hernia
Inguinalis
 PAKf Terkait Permasalahan Obat / DRP pd Demam Tifoid
 PAKf Terkait Permasalahan Obat / DRP pd Diare
 PAKf Terkait Permasalahan Obat / DRP pd Kejang
Demam
 PAKf Terkait Permasalahan Obat / DRP pd DBD
Prinsip Penyusunan
Clinical Pathway / Alur Klinis

PPK
+  Algoritme, Protokol, Prosedur, Standing orders
+
Panduan Asuhan Keperawatan, Panduan Asuhan Gizi, Panduan
Asuhan Kefarmasian, Panduan Asuhan PPA lainnya

*Asuhan Pasien Terintegrasi* 81


(TIM PERSI PENYUSUN CLINICAL PATHWAY GUIDELINE , DES 2015)
8. Integrated Discharge Planning
*Standar ARK. 3.
Asesmen awal termasuk menetapkan kebutuhan perencanaan
pemulangan pasien.
Perencanaan Pemulangan Pasien (P3)
/ Discharge Planning

Elemen Penilaian ARK.3


1. RS menetapkan proses penyusunan perencanaan pemulangan
pasien (P3), dimulai pd asesmen awal rawat inap dan menetapkan
kriteria pasien yg membutuhkan P3. (R)
2. Proses P3 dan pelaksanaannya dicatat di Rekam Medis sesuai
regulasi RS. (D,W) (lihat AP 2, lihat ARK 4)

83
*Standar ARK.4.1.
RS bekerjasama dengan praktisi kesehatan diluar RS ttg tindak lanjut
pemulangan. - Aspek pemulangan pasien
- P3 / discharge planning
- TL di rumah
Elemen penilaian ARK.4.1
1. Ada bukti pemulangan pasien yg rencana pemulangannya kompleks
(discharge planning) dimulai sejak awal pasien masuk ranap
melibatkan semua PPA terkait serta difasilitasi oleh MPP, utk
kesinambungan asuhan sesuai dgn kondisi kesehatan dan
kebutuhan pelayanan pasien. (D,W)
2. Pada tindak lanjut pemulangan pasien bila diperlukan dapat
ditujukan kepada fasilitas kesehatan baik perorangan ataupun
institusi yg berada di komunitas dimana pasien berada yg bertujuan
utk memberikan bantuan pelayanan.(D)

84
(Std APK 3 EP 3, AP 1.11)
Discharge Planning
Transisi & Kontinuitas Yan
Keluarga :
Asuhan
Dirumah

Pra Admisi : Yan


o eLOS Rawat inap Dirumah Sosial
o Rujukan

Yan
Discharge Planning Follow-up
Edukasi, Pelatihan spesifik : Pasien-Kel Penunjang,
• Awal & durante • Ke RS Yan Kes
Rehab
ranap • Telpon Primer
• Kriteria dilingkungan
• Tim Multidisiplin Proses Pulang :
• Keterlibatan o 24-48 jam pra-pulang
Pasien-Kel o Penyiapan Yan dilingkungan
• Antisipasi masalah o Kriteria pulang +
• Program Edukasi o Resume pasien pulang
/Pelatihan o Transport
o dsb

Discharge Planning
• Cegah Komplikasi
Pasca Discharge
• Cegah Readmisi
Standards for integrated discharge planning

Standard 1: Communication and consultation


Appropriate and effective mechanisms shall be in place for communication and consultation
on matters relating to integrated discharge planning, with key stakeholders within and outside
the organisation.

Standard 2: Organisational structure and accountability


Responsibility for integrated discharge planning shall be clearly defined and there shall be
clear lines of accountability throughout the organization.

Standard 3: Management and key personnel


Appropriately qualified key personnel shall be in place to ensure that the integrated discharge
planning service is provided safely, efficiently and cost-effectively.

Standard 4: Education and training


Education and Training in relevant aspects of integrated discharge planning shall be provided
to all new and existing staff members (both permanent and temporary).

(Code of Practice for Integrated Discharge Planning, Health Service Executive, 2008)
Standard 5: Operational policies and procedures
Written policies, procedures and guidelines for the integrated discharge planning process shall
be based on the Health Service Executive Recommended Practices for Integrated
Discharge Planning (Part 3), shall be available, implemented and shall reflect relevant
legislation and published professional guidance.

Standard 6: Integrated discharge planning process


Integrated discharge planning shall include the patient and as appropriate, the family/carer in
the development and implementation of the patient’s discharge plan and shall ensure that
steps are taken to address necessary linkages with other healthcare providers in order to
ensure a seamless transition from one stage of care to the next.

Standard 7: Audit and monitoring


Audits shall be carried out to ensure that the procedures for integrated discharge planning con-
form to the required Standards and that the processes undertaken conform to the procedures.
The audit results shall be used to identify opportunities for improvement

(Code of Practice for Integrated Discharge Planning, Health Service Executive, 2008)
Asuhan Gizi Terintegrasi
 Standar PAP.5.
Pasien dengan risiko nutrisi menerima terapi gizi terintegrasi.

Asuhan Gizi Terintegrasi


 Elemen Penilaian PAP.5.
1. RS menetapkan regulasi utk terapi gizi terintegrasi. (R)
2. Ada bukti pemberian terapi gizi terintegrasi pada pasien risiko nutrisi. (D,W)
3. Asuhan gizi terintegrasi mencakup rencana, pemberian, dan monitor terapi
gizi (D,W)
4. Evaluasi dan monitoring terapi gizi dicatat di rekam medis pasien (lihat AP.2
EP 1) (D)
 Standar AP.1.4 : Asesmen awal pasien mencakup juga skrining status nutrisi, kebutuhan fungsional, dan
kebutuhan khusus lainnya, kemudian dirujuk untuk asesmen dan tindakan lebih lanjut jika perlu. Asesmen awal –
Elemen Penilaian 1.4. Risiko nutrisional
1. RS menetapkan kriteria risiko nutrisional yg dikembangkan bersama staf yg kompeten dan berwenang. (R)
2. Pasien diskrining untuk risiko nutrisional sbg bagian dari asesmen awal . (D,W) (lihat SKP 1 EP4)
3. Pasien dengan risiko nutrisional dilanjutkan dgn asesmen gizi. (D,W)

 Standar AP.4 : Profesional Pemberi Asuhan (PPA) bekerja secara tim memberikan asuhan
pasien terintegrasi, masing2 melakukan asesmen berbasis pengumpulan Informasi ,
melakukan analisis utk membuat rencana asuhan (IAR), dengan DPJP sebagai ketua tim
asuhan yg mengintegrasikan asuhan, termasuk menentukan prioritas kebutuhan
mendesak bagi pasien rawat inap. Asuhan Pasien Terintegrasi
Elemen Penilaian AP.4
1. Ada bukti hasil asesmen awal dan asesmen ulang oleh masing-masing PPA
diintegrasikan. (D,W)
2. Ada bukti hasil asesmen dianalisis utk membuat rencana asuhan. (D,W)
3. Berdasarkan hasil asesmen dan rencana asuhan PPA lainnya, DPJP mengintegrasikan
rencana asuhan dan tindak lanjutnya. (lihat PAP 2.1, PAP 5) (D,W)
CPPT : CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI
Kolaborasi PPA
REVIEW &
melalui CPPT VERIFIKASI DPJP
HASIL ASESMEN PASIEN DAN PEMBERIAN PELAYANAN Instruksi PPA (Tulis Nama, beri
Profesional Termasuk Pasca Bedah Paraf, Tgl, Jam)
Tgl, Jam
Pemberi Asuhan (Tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai Sasaran. Tulis Nama, beri (Instruksi ditulis dgn (DPJP harus
Paraf pada akhir catatan) rinci dan jelas) membaca/mereview
seluruh Rencana
Asuhan)

2/2/2015 Perawat S : Nyeri akut lutut kiri sejak 1-2 jam • Monitoring nyeri tiap
Jm 8.00 O : skala nyeri VAS : 7 30’
TD 165/90, N 115/m, Frek Nafas : 30/m • Lapor DPJP
A : Nyeri akut arthritis gout • Kolaborasi pemberian
P : Mengatasi nyeri dalam 2 jam dgn target VAS <4 anti inlamasi &
Paraf.. analgesic

*Lapor 2 jam lagi skala


2/2/2015 Dokter S : Nyeri lutut kiri akut sejak pagi nyeri
Jm 8.30 O : Lutut kiri agak merah, nyeri tekan, skala NRS 7-8, hangat pd palpasi. *Foto Ro Lutut hari ini
A : Gouty Arthritis - flare Genu Sinistra bila nyeri
P : inj steroid xx mg , tab colchicine 2 X 0,6 mg/hari. mereda/toleransi cukup
Paraf …

Dst…. Paraf
DPJP
Catatan/Notasi DPJP……+paraf DPJP tiap lembar
Asuhan Pasien Terintegrasi
Rencana Asuhan Terinterasi

Rencana Asuhan
Masing2 PPA
(EP 1,2,3; SOAP masing2, +Sasaran) Rencana Asuhan
Terintegrasi
dalam 1 form
DPJP (EP 3)
Mereview & Verifikasi
(EP 5)

Integrasi Asuhan
Pasien
Barrier to Patient Centered Care :

 Pasien
• Sikap yang pasif
• Kurang percaya diri bertanya
• Tidak cukup pengetahuan utk analisis informasi
• Status social-ekonomi
• Cara pandang dan budaya yang keliru
 Dokter/Staf
• Kurangnya pengetahuan, pelatihan ttg PCC
• Kurang waktu, impractical (cara pikir yang berbelit)
• Kurang motivasi
• Kurang dihargai
• Tidak terlatih menangkap ekspresi pasien ttg nilai, ide, perasaan
• Sulit diimplementasi, tidak jelas akan adanya perbaikan outcome
 Rumah Sakit
• RS yang enggan melakukan perubahan
• Kurangnya sumber daya
• Dunn,N : Practical Issues Around Putting The Patient in Centre of Care, J R Soc Med. Jul 2003
• Bensberg, M :Patient Centred Care Literatur Review, Dandenong District Division of General Practice, October 2007
*Standar PP.5
Pasien yg berisiko nutrisi mendapat terapi gizi
Asuhan Gizi Terintegrasi
Elemen Penilaian PP.5
1. Pasien yg pada asesmen berada pada risiko nutrisi,
mendapat terapi gizi.
2. Suatu proses kerjasama dipakai untuk
merencanakan, memberikan dan memonitor terapi
gizi.(lih.juga PP.2, Maksud dan Tujuan)  “Susun bersama” Asesmen Gizi
Lanjutan  ttd bersama !
3. Respon pasien terhadap terapi gizi dimonitor. (lih.juga
AP.2, EP 1)
4. Respon pasien terhadap terapi gizi dicatat dalam
rekam medisnya (lih.juga MKI.19.1, EP 5)
95
• Pelaksanaan Asuhan Pasien Terintegrasi terdiri dari
1. Keterlibatan & Pemberdayaan Pasien-Keluarga
2. DPJP sbg Clinical Leader
3. PPA sbg Tim, Kolaborasi Interprofesional
4. CPPT – Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
5.Kolaborasi Pendidikan pasien
6. Manajer Pelayanan Pasien / Case Manager
7. Integrated Clinical Pathway
8. Integrated Discharge Planning
• Diperlukan komunikasi efektif antar PPA agar asuhan pasien terintegrasi memang
meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
• Dokumentasi utama komunikasi adalah CPPT
• Pasien sebagai person adalah pusat dalam proses asuhan pasien  Patient Centered Care –
PCC
• Konsep inti PCC :
A. Sisi Pasien : Martabat & Respek, Informasi, Partisipasi, Kolaborasi
B. Sisi PPA : Berpartner dgn Pasien, PPA adalah Tim Interdisiplin, DPJP adalah Clinical
Leader, Asuhan Pasien Terintegrasi
• Pasien & keluarga adalah Mitra PPA  bagian dari tim : mereka ikut memilih alternatif  ikut
merasa memiliki keputusan  ikut bertanggungjawab
PASIEN
Pasien

Quality & Safety


Profesional
Sistem Pelayanan Pemberi
Klinis Asuhan
Asuhan Pasien / Patient Care

Manajemen
Perawat
Sistem Fisio
Manajemen terapis Apoteker

KODEKI Pasal 18 Dokter “BPIS”


Pasien Ahli
Setiap Dr memperlakukan Gizi
Radio
teman sejawatnya grafer Lainnya
Analis
sebagaimana ia sendiri
ingin diperlakukan “Enthusiatic Patient”
“Kepuasan Pasien”

Pasien KARS Dr.Nico Lumenta


dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM, MHKes
Komisi Akreditasi Rumah Sakit
99

Anda mungkin juga menyukai