Anda di halaman 1dari 69

KELAS ONLINE WIA TRAINING

MANAJER PELAYANAN PASIEN (MPP-CASE MANAGER)


TANGGAL 5 – 6 JULI 2022

dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM,


MHKes, FISQua

1
Fakultas Kedokteran Konsultan Nefrologi
Univ Kristen Indonesia, Perhimpunan Nefrologi
1970 Indonesia, 1982

Sekolah Tinggi
Magister Manajemen Manajemen PPM
Jakarta, 1994

Univ Katolik
Lahir : Magister Hukum
Kesehatan
Soegijapranata
Magelang Semarang, 2013

5 Nov 1943
Fellowship of The
International Society
FISQua,
CV : dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, for Quality in Health
Care, 2020
MM, MHKes, FISQua
(Mei 22021)
• Ketua Bidang Penelitian & pengembangan KARS
sejak th 2014
• Ketua Komite Etik-Disiplin KARS sejak th 2014
• Koordinator Konsilor KARS sejak 2016
• Komite Nasional Keselamatan Pasien RS – Kem
Kes th 2012-2015, 2016-2018, 2018-2020 Wakil
Ketua KNKP
• Ketua Komite Keselamatan Pasien RS (KKPRS) –
PERSI sejak 2005
• Ketua IKPRS-Institut Keselamatan Pasien RS sejak
th 2012
• Ketua Dewan Pakar IMPPI-Ikatan Manajer
Pelayanan Pasien Indonesia sejak 2020
• Kelompok Staf Medis Penyakit Dalam – Ginjal
Hipertensi RS Mediros, Jakarta, sejak 1996
• Surveior KARS sejak 1995. Konsilor KARS sejak 2012.
• PJ SubPokja Model Akreditasi Baru, Pokja Penyempurnaan
Akreditasi RS, DitJen Bina Yan Med, DepKes, 2010-2011
• Direktur Medik RS PGI Cikini, 1981 – 1982
• Direktur Ketua RS PGI Cikini Jakarta 1982-1993
• Dekan Fak Kedokteran UKI 1988-1991
• Sekretaris Jenderal PERSI Pusat 1988–1990, 1990–1993,
1993–1996
• Sekretaris IRSJAM 1986 – 1988
• Kepala Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK-UKI, Jakarta, 1992 –
1995
• Kepala Renal Unit (Unit Ginjal) RS.PGI Cikini, 1973 – 1981
• Sekretaris I & Seksi Ilmiah Pengurus Pusat PERNEFRI, 1983
• Ketua Komite Medik RS Mediros, 1995 – 2013
• Penghargaan :
• *Kadarman Award utk Patient Safety*, 2007, Sekolah
Tinggi PPM.
• *Inisiator & Motivator Keselamatan Pasien RS di
Indonesia*, 2018, Komisi Akreditasi Rumah Sakit.
4
Asuhan Pasien 4.0, PCC dan Asuhan Pasien
Terintegrasi
Tujuh Dimensi PCC & dan Kolaborasi MPP :
1. Keterlibatan Pasien
2. DPJP sbg Clinical Leader
3. PPA sbg Tim, Kolaborasi
Interprofesional
4. Manajer Pelayanan Pasien
5. Integrated Clinical Pathway
6. Asuhan gizi terintegrasi
7. Budaya Keselamatan
Standar Akreditasi Rumah Sakit.
Edit 25 April 2022

(67 %) (59 %)
(Kepmen No HK.01.07/MENKES/1128/2022 Ttg Standar Akreditasi Rumah Sakit, 13 April 2022; Buku SNARS Edisi 1.1., KARS, 2019)
7
P r o s e s S u r ve i

Starkes + Instrumen KARS

(Kepmen No HK.01.07/ MENKES/


1128/2022 Ttg Standar Akreditasi
Rumah Sakit, 13 April 2022)

EP dgn Multi-komponen: a.l.


1. Pahami “Sistem” dari R+D+W, R+D dsb..
substansi yg sedang dinilai.
2. Dgn Proporsi beri Skor
pada EP terkait.

• 10= > 80%,


• 5 = <80%-20% / <80%-50%,
(Nico Lumenta, KARS, 2022)
• 0 = <50% / <20%.
Dimensi Budaya Mutu dan Safety
dalam Standar Akreditasi RS

ASUHAN PASIEN

Kompetensi
RISIKO Budaya SAFETY

MUTU
(Nico Lumenta, 2015)

(Nico Lumenta, KARS, 2022) 9


Patient Centred Care
“Bangga & Konfiden”
❑ Asuhan Pasien Terintegrasi
❑ 3 Integrasi
❑ 7 Dimensi PCC

Starkes 2022 &


Instrumen Survei Kolaborasi MPP dalam
KARS PCC dan APT
meningkatkan mutu
pelayanan dan

MPP keselamatan pasien

(Nico Lumenta, KARS, 2022)


Case Management Provider Roles 1.Case management expert: Case Management (CMt) 1. Pakar MnPP : MPP menunjukkan keahlian dalam perencanaan
Providers demonstrate expertise in complex health and kebutuhan kesehatan dan sosial yg kompleks. Sbg pemimpin
social needs planning. As leaders in coordination and dalam koordinasi dan fasilitasi, MPP mengintegrasikan semua
facilitation, CMt Providers integrate all Case Management
perannya untuk mempromosikan dan mengoptimalkan kes dan
roles to promote and optimize the health and well-being of
targeted client populations. kesejahteraan populasi klien yg ditargetkan.
2.Communicator: CMt Providers use effective 2. MPP menggunakan komunikasi yg efektif untuk
communication to develop and enrich the client’s health mengembangkan dan memperkaya jaringan kes dan sosial
and social networks, to build partnerships and to address klien, untuk membangun kemitraan dan untuk mengatasi
barriers at the client and system level using a variety of hambatan di tingkat klien dan sistem dengan menggunakan
different communication strategies/ methods/techniques.
berbagai strategi/metode/teknik komunikasi yg berbeda.
3.Collaborator: CMt Providers facilitate the achievement of
optimal client & system outcomes by working with the 3. MPP memfasilitasi pencapaian hasil klien dan sistem yg
broad health and social networks. CMt Providers skilfully optimal yg bekerja dengan jaringan kes dan sosial yg luas.
engage individuals and groups to reach consensus by Penyedia MnPP secara terampil melibatkan individu dan
providing direct or indirect assistance, guidance or kelompok untuk mencapai konsensus dgn memberikan bantuan
supervision along the continuum of care. langsung atau tidak langsung, bimbingan atau pengawasan
4.Navigator: CMt Providers help clients navigate health
sepanjang rangkaian asuhan/perawatan.
and social systems by working with their networks to
identify and address disparities and barriers. 4. MPP membantu klien menavigasi sistem kes dan sosial
5.Manager: CMt Providers are integral participants in dengan bekerja dgn jaringan mereka untuk mengidentifikasi dan
making decisions about time, resources and priorities that mengatasi perbedaan dan hambatan.
(National Case Management Network : Canadian Core Competency affect the CMt plan and contribute to the effectiveness of 5. MPP adalah peserta integral dalam membuat keputusan
Profile for Case Management Provider, Canada, 2012) clients’ healthcare plan, social networks and the tentang waktu, sumber daya dan prioritas yg mempengaruhi
organizational systems.
rencana MnPP dan berkontribusi pada efektivitas rencana
6.Advocate: CMt Providers use their expertise and
influence to speak on behalf of their clients, community or pelayanan kes klien, jaringan sosial dan sistem organisasi.
population to advance their health and well-being. 6. MPP menggunakan keahlian dan pengaruh mereka untuk
7.Professional: CMt Providers demonstrate professional berbicara atas nama klien, komunitas, atau populasi mereka utk
behaviour in the best interests of clients and society by memajukan kes dan kesejahteraan mereka.
adhering to the Canadian standards of Practice for Case 7. MPP menunjukkan perilaku profesional demi kepentingan
Management & through ethical & evidence-informed
terbaik klien dan masyarakat dengan mematuhi standar Praktik
practice.
MPP dan melalui praktik etis dan berdasarkan bukti.
11
Asuhan Pasien

❖3 Integrasi Asuhan Pasien


❖7 Dimensi PCC
❖Penerapan STARKES 2022 +
Instrumen Survei KARS
TKRS, PMKP, AKP, HPK, PP, PAP, PAB, KE.

(Nico Lumenta, KARS, 2022)


Berbasis Pelayanan Berfokus Pasien / PCC dan
1
Asuhan Pasien Terintegrasi

Dilaksanakan oleh PPA sebagai Tim, yang


2 berkolaborasi interprofessional dengan
kompetensi untuk berkolaborasi

Dilaksanakan dengan DNA of Care :


3
Safety, Quality, Culture

` Asuhan pasiennya didokumentasikan terintegrasi


Asuhan Pasien 4.0 : adalah asuhan
4 melalui IT dalam SIRSAK dan SISMADAK
pasien, yang modern, terkini di
Rumah Sakit dan mengacu ke PCC
dalam Starkes 2022 & Instrumen
Survei KARS 2022.

(Nico Lumenta, KARS, 2019)


Dimensi Budaya Mutu dan Safety
dalam Standar Akreditasi RS

ASUHAN PASIEN

Kompetensi
RISIKO Budaya SAFETY

MUTU
(Nico Lumenta, 2015)

(Nico Lumenta, KARS, 2022) 14


Patient Centred Care

*Asuhan Pasien Terintegrasi


(AKP 3 EP a),
PAP 1.1 EP a),
PAP 1.2 EP e).)

“The Indonesian model of PCC”

Maksud dan Tujuan AKP 3.


❑ Pelayanan berfokus pd pasien diterapkan dalam bentuk Asuhan Pasien Terintegrasi yg bersifat integrasi
horizontal dan vertikal. Pada integrasi horizontal kontribusi profesi tiap-tiap profesional pemberi asuhan (PPA)
adalah sama pentingnya atau sederajat. Pada integrasi vertikal pelayanan berjenjang oleh/melalui berbagai unit
pelayanan ke tingkat pelayanan yg berbeda maka peranan manajer pelayanan pasien (MPP) penting untuk
integrasi tsb dengan komunikasi yg memadai terhadap PPA.
❑ Pelaksanaan asuhan pasien secara terintegrasi fokus pada pasien mencakup:
a) Keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga;
b) DPJP sebagai Ketua tim asuhan pasien oleh PPA (clinical leader);
c) PPA bekerja sebagai tim interdisiplin dgn kolaborasi interprofesional dibantu a.l. oleh Panduan Praktik
Klinis (PPK), Panduan Asuhan PPA lainnya, Alur Klinis/clinical pathway terintegrasi, Algoritme, Protokol,
Prosedur, Standing Order dan CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi);
d) Perencanaan Pemulangan Pasien (P3) / discharge planning terintegrasi;
e) Asuhan gizi terintegrasi; dan
f) MPP / case manager.

(Nico Lumenta, KARS, 2022)


Patient Centred Care

*Asuhan Pasien Terintegrasi


(AKP 3 EP a),
PAP 1.1 EP a),
PAP 1.2 EP e).)

Integrasi: “The Indonesian model of PCC”


❑ Integrasi Intra-Inter PPA : Horizontal
❑ Integrasi Inter Unit : Vertikal
❑ Integrasi PPA-Pasien : Horizontal
(HPK GU, 1, 1.2, 1.3, 2, 2.1, 3, 4.1, PAP 1.1, 1.2, KE GU, KE 2, AKP 3, PP GU, TKRS 8, 9)

7 Dimensi PCC:
1. Patient Engagement & Empowerment. →(HPK GU, 1, 1.2, 1.3, 2, 2.1, 3, 4.1, KE GU, KE 2)
2. DPJP sbg Clinical Leader. →(AKP 3.1., PAP 1.2.)
3. PPA sbg Tim, Kolaborasi (+Kompetensi) Interprofesional.
*CP Terintegrasi, *CPPT, *Kompeten Berkolaborasi. →(AKP 3, PAP 1, 1.1, 1.2, PP 1.2, PMKP 7, PAB 3.1, 3.2, 4, 7, 7.3, PKPO 4, 6,
TKRS 8, 9.)
4. Manajer Pelayanan Pasien / Case Manager. →(AKP 3, AKP 5, PAP 1.1.)
5. Integrated Discharge Planning. →(AKP 3, PP 1, 1.1, 1.2.)
6. Asuhan gizi terintegrasi. →(PP 1.2., PAP 3)
7. Budaya Keselamatan. →(TKRS 13, PMKP 10)
(Nico Lumenta, KARS, 2022)
Asuhan Pasien Terintegrasi
*Asesmen Pasien (IAR) & *Pemberian Pelayanan/Pelaksanaan Rencana/Intervensi

PPA `

MPP Pasien Kebutuhan


/ Case Mgr
Sistem
Pasien
Pendukung
Keluarga,Teman,
RT-Tetangga dsb Sasaran Sasaran
PPA Pasien

Sasaran
MPP
(Nico Lumenta, 2019) 17
Patient Centred Care

Konsep Deskripsi Sumber


I. WHO 1.System level, 2.Organizational Integrated care models: an overview, Regional Office for
Europe of the WHO, 2016
level, 3.Functional level,
4.Professional level, 5.Service level,
6.Personal level
II. Konsep Inti / Core 1.Perspektif Pasien • Conway,J et al., 2006, Partnering with Patients and
Families To Design a Patient- and Family-Centered
Concept 2.Perspektif PPA
Health Care System, A Roadmap for the Future.
Institute for Patient- and Family-Centered Care
• Nico Lumenta, 2015, Sintesis berbagai referensi.

III. The 8 Picker 1.Respect for patients‘ values, Picker Institute and American Hospital Association, 1996,
Eye on Patients Report
Principles Of PCC preferences and expressed needs,
2.Coordination and integration of care,
dst s/d 8.
Patient Centred Care

Pelaksanaan PCC :
Konsep Deskripsi Sumber
• 1.Integrasi Horzontal Intra-Inter PPA, STARKES 2022 & Instrumen Survei KARS 2022.
Asuhan Pasien 2.Integrasi Vertikal Inter Unit, 3.Integrasi
Terintegrasi Horizontal PPA-Pasien.
: The Indonesian model of PCC • 7 Dimensi PCC.
Patient Centred Care

*Asuhan Pasien Terintegrasi


(AKP 3 EP a),
PAP 1.1 EP a),
PAP 1.2 EP e).)

“The Indonesian model of PCC”


Integrasi:
❑ Integrasi Intra-Inter PPA : Horizontal
❑ Integrasi Inter Unit : Vertikal
❑ Integrasi PPA-Pasien : Horizontal
(HPK GU, 1, 1.2, 1.3, 2, 2.1, 3, 4.1, PAP 1.1, 1.2, KE GU, KE 2, AKP 3, PP GU, TKRS 8, 9)

Dimensi PCC:
1. Patient Engagement & Empowerment. →(HPK GU, 1, 1.2, 1.3, 2, 2.1, 3, 4.1, KE GU, KE 2)
2. DPJP sbg Clinical Leader. →(AKP 3.1., PAP 1.2.)
3. PPA sbg Tim, Kolaborasi (+Kompetensi) Interprofesional.
*CP Terintegrasi, *CPPT, *Kompeten Berkolaborasi. →(AKP 3, PAP 1, 1.1, 1.2, PP 1.2, PMKP 7, PAB 3.1, 3.2, 4, 7, 7.3, PKPO 4, 6,
TKRS 8, 9.)
4. Manajer Pelayanan Pasien / Case Manager. →(AKP 3, AKP 5, PAP 1.1.)
5. Integrated Discharge Planning. →(AKP 3, PP 1, 1.1, 1.2.)
6. Asuhan gizi terintegrasi. →(PP 1.2., PAP 3)
7. Budaya Keselamatan. →(TKRS 13, PMKP 10)
(Nico Lumenta, KARS, 2022)
✓ Pada asuhan pasien ada hipokompetensi komunikasi (Comunication Hypocompetence: An Iatrogenic
Epidemic)
✓ Kesalahan medis sebagian besar didasarkan pada komunikasi yang buruk dalam pengaturan secara tim
klinis. (Medical error is largely grounded In poor communication in clinical team settings).
✓ Patient Centred Care adalah suatu model kolaboratif dengan kebersamaan dalam komunikasi (mutuality in
communication). PCC sebenarnya berpusat pada komunikasi.

Where is “patient-centredness” centred ?


(Pendekatan pada PCC)
…three main differences in approach to patient-centredness: first, as ….tiga perbedaan utama dalam pendekatan terhadap patient-centredness:
a characteristic of doctors (with its archetype as paternalism ); 1. karakteristik dokter (dengan pola dasar sebagai paternalisme);
second, as empowered activities by patients (with its archetype as 2. aktivitas yang diberdayakan oleh pasien (dengan pola dasar sebagai
patient autonomy); and third, as the relationship between doctor and otonomi pasien); dan
patient in action (with its archetype as collaboration, leading to 3. hubungan antara dokter (PPA) dan pasien dalam tindakan (dengan pola
mutuality). dasar sebagai kolaborasi, mengarah pada mutualitas).
Conceptually, and paradoxically, patient-centredness is not formally Secara konseptual, dan secara paradoks, patient-centredness tidak secara
centred on patients (although it may be in spirit and intention) formal berpusat pada pasien (walaupun mungkin dalam semangat dan niat)
since it is, first, centred on doctor's professional identities and karena,
personalities (following the values of individualism); second, on - pertama, berpusat pada identitas dan kepribadian profesional dokter
political and economic values that inform emancipation and (mengikuti nilai-nilai individualisme);
empowerment approaches; and third, on educational values - kedua, tentang nilai-nilai politik dan ekonomi yang menginformasikan
informing collaborative activities between doctors and patients. pendekatan emansipasi dan pemberdayaan; dan
- ketiga, tentang nilai-nilai pendidikan yang menginformasikan kegiatan
kolaboratif antara dokter (PPA) dan pasien.

(Bleakley, A. Patient Centred Medicine in Transition, The Heart of the Matter, 2014)
7 Dimensi PCC

1. Keterlibatan &
Pemberdayaan
Pasien – Keluarga
Patient & Family
Engagement -
Empowerment
Profesional Pemberi Asuhan Clinical
PPA Team Leader
Dalam SNARS Ed 1.1. DPJP

PPJA
Apoteker
PPA
Tugas Mandiri,
Tugas Kolaboratif,
Tugas Delegatif

PPA Lainnya Dietisien


Kompetensi Profesi &
Kompetensi utk
Berkolaborasi
Interprofesional (KARS, 2018)
RENUNGKAN PERBEDAAN : PPA DAN PASIEN
PPA :
▪ Menjalani pendidikan bertahun2, kompeten,
memiliki kewenangan
▪ Pelayanan pasien dijalankan dgn standar, rutin,
homogen, serba jelas.
▪ Aktivitas individu PPA hanya 1 shift

Pasien :
▪ Masuk RS seperti masuk “hutan”, relatif banyak yg
tidak jelas, pengalaman baru….
▪ Pasien “tidak pernah” melalui “pendidikan untuk
menjadi pasien” !!!
▪ Relatif tidak punya kewenangan ikut ambil “Hutan”
keputusan, harus ikut “kata” dokter…
▪ Ada rasa cemas, ngeri, bingung, takut.
▪ Di RS, hanya Pasien yg menjalani “3 shift” !!

KARS
Patient Activation Measurement
Level Keterlibatan Pasien
Tabel 1 Empat tingkat aktivasi pasien

I. Individu cenderung pasif dan merasa terbebani dengan mengatur kesehatannya


sendiri. Mereka mungkin tidak memahami peran mereka dalam proses perawatan.
II. Individu mungkin kurang memiliki pengetahuan dan kepercayaan diri untuk
mengelola kesehatannya.
III. Individu tampaknya mengambil tindakan tetapi mungkin masih kurang percaya
diri dan kurang terampil untuk mendukung perilaku mereka.
IV. Individu telah mengadopsi banyak perilaku yang diperlukan untuk mendukung
kesehatan mereka, tetapi mungkin tidak dapat mempertahankannya dalam
menghadapi tekanan hidup.

(Hibbard,J & Gilburt,H :Supporting people to manage their health, An


introduction to patient activation, The King’s Fund, 2014)
KARS Dr.Nico Lumenta
2. DPJP
sebagai
Ketua Tim
Klinis
(Clinical Leader)

AKP 3. M&T:…. DPJP sebagai Ketua tim asuhan pasien oleh


profesional pemberi asuhan (PPA) (clinical leader);
DPJP sebagai Clinical Leader

DPJP adalah Clinical/Team Leader PPA


▪ Susun Kerangka Pokok Asuhan
▪ Koordinasi
▪ Kolaborasi
▪ Review R (dari IAR)
▪ Sintesis
▪ Interpretasi
▪ Integrasi asuhan
32
33
DPJP
Gambaran kegiatan Clinical Leader, sbg “motor” integrasi asuhan
Secara rutin saat visit pasien tiap pagi, DPJP membaca CPPT semua informasi (24
jam), dari semua PPA, terkait a.l. asesmen, perkembangan pasien, pelaksanaan
pelayanan, juga dari form lain a.l. “Nurse’s note”, Form gizi, dsb.

Melakukan review, interpretasi, sintesis dari rencana dan pelaksanaannya. (Std PAP 1.2)

Menyusun skala prioritas.

Bila diperlukan, membuat catatan / notasi pd CPPT utk a.l. perhatian,


koreksi, arahan, instruksi dsb

Atau bila asuhan sudah sesuai dgn rencana & sasaran, cukup
memberi paraf (= verifikasi) pada lembar CPPT, beri paraf pd pojok
kanan bawah lembar CPPT, per 24 jam. (Std PAP 1.2. EP e.)
CPPT : CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI 5
Kolaborasi PPA REVIEW &
3 4
melalui CPPT VERIFIKASI DPJP
HASIL ASESMEN PASIEN DAN PEMBERIAN PELAYANAN Instruksi PPA (Tulis Nama, beri Paraf,
Profesional Termasuk Pasca Bedah Tgl, Jam)
Tgl, Jam
Pemberi Asuhan (Tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai Sasaran. Tulis Nama, beri Paraf (Instruksi ditulis dgn (DPJP harus
pada akhir catatan) rinci dan jelas) membaca/mereview
seluruh Rencana
1 2 Asuhan)
2/2/2015 Perawat S : Nyeri akut lutut kiri sejak 1-2 jam • Monitoring nyeri tiap 30’
Jm 8.00 O : skala nyeri VAS : 7 • Lapor DPJP
TD 165/90, N 115/m, Frek Nafas : 30/m • Kolaborasi pemberian
A : Nyeri akut arthritis gout anti inlamasi & analgesic
P : Mengatasi nyeri dalam 2 jam dgn target VAS <4
Paraf..
*Lapor 2 jam lagi skala
nyeri
*Foto Ro Lutut hari ini bila
2/2/2015 Dokter S : Nyeri lutut kiri akut sejak pagi nyeri mereda/toleransi
Jm 8.30 O : Lutut kiri agak merah, nyeri tekan, skala NRS 7-8, hangat pd palpasi. cukup
A : Gouty Arthritis - flare Genu Sinistra
P : inj steroid xx mg , tab colchicine 2 X 0,6 mg/hari.
Paraf …
Dst….
Paraf
Catatan/Notasi DPJP … … … … … … … … … … DPJP
… … … … … … … … … … … … …+paraf DPJP per akhir 24 jam
3. PPA : Tim
Interdisiplin dgn
Kolaborasi
Interprofesional
+ Kompetensi
Berkolaborasi

AKP 3. M&T:…. PPA bekerja sebagai tim interdisiplin dgn kolaborasi interprofesional dibantu a.l. oleh
Panduan Praktik Klinis (PPK), Panduan Asuhan PPA lainnya, Alur Klinis/clinical pathway terintegrasi,
Algoritme, Protokol, Prosedur, Standing Order dan CPPT (Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi);
Interprofessionality
❑ Interprofessional Collaboration (IPC)
When multiple health workers from different professional
backgrounds work together with patients, families,
carers, and communities to deliver the highest quality of
care

❑ Interprofessional Education (IPE)


When students from two or more professions learn about,
from and with each other to enable effective collaboration
and improve health outcomes
(Framework for Action on Interprofessional Education & Collaborative Practice, WHO, 2010)
PPA : Kompetensi Kolaborasi Interprofesional
Interprofessional Collaborative Practice Competency
Domains

Interprofessional Education Collaborative Expert Panel.. Core competencies for interprofessional collaborative practice:
Report of an expert panel. Washington, D.C.: Interprofessional Education Collaborative, (2011)
Kompetensi pada Kolaborasi Interprofesional (38)

Ranah Kompetensi 1: Values/Ethics for Interprofessional Practice (10)

Bekerja bersama PPA lain untuk memelihara iklim saling respek (menghormati) dan
berbagi nilai2.
Ranah Kompetensi 2: Roles/Responsibilities (9)

Menggunakan pengetahuan dari peran masing2 guna memperoleh dan mengatasi


kebutuhan layanan kesehatan dari pasien dan populasi yang dilayani.
Ranah Kompetensi 3: Interprofessional Communication (8)
Berkomunikasi dengan pasien, keluarga, komunitas, dan PPA lain dengan cara yang
responsif dan bertanggung jawab yang mendukung suatu pendekatan tim dalam
pemeliharaan kesehatan serta pengobatan penyakit.
Ranah Kompetensi 4: Teams and Teamwork (11)

Menerapkan nilai2 membangun-relasi dan prinsip2 dinamika tim untuk kinerja efektif
dalam tim dgn peran yang berbeda untuk merencanakan dan memberikan asuhan
berfokus pasien-/populasi yang aman, tepat waktu, efisien, dan wajar.

Interprofessional Education Collaborative Expert Panel.. Core competencies for interprofessional collaborative practice:
Report of an expert panel. Washington, D.C.: Interprofessional Education Collaborative, (2011)
Ranah Kompetensi 1: Nilai2 / Etika untuk Praktek
Interprofesional (10)

1. Tempatkan kepentingan pasien / populasi di pusat interprofesional pemberian pelayanan


kesehatan.
2. Hormati martabat dan privasi pasien sambil menjaga kerahasiaan dlm pemberian asuhan
berbasis tim.
3. Rangkul keragaman budaya dan perbedaan individu yg menjadi ciri pasien, populasi, dan tim
PPA.
4. Hargai keunikan budaya, nilai, peran/tanggung jawab, dan keahlian profesi kesehatan
lainnya.
5. Bekerjasamalah dengan mereka yg menerima asuhan, mereka yg memberikan asuhan, dan
orang2 lain yg berkontribusi utk dan mendukung pemberian pelayanan pencegahan dan
kesehatan.
6. Kembangkan hubungan saling percaya dengan pasien, keluarga, dan anggota tim lainnya.
7. Tunjukkan standar perilaku etis dan kualitas asuhan yang tinggi dalam kontribusi seseorang
terhadap asuhan berbasis tim.
8. Kelola dilema etika khusus utk situasi interprofesional pelayanan berfokus pasien/ populasi.
9. Bertindak dgn kejujuran dan integritas dlm hubungan dgn pasien, keluarga, dan anggota tim
lainnya.
10. Pertahankan kompetensi dalam profesinya sendiri sesuai dengan ruang lingkup praktik.
Ranah Kompetensi 2: Peran / Tanggung Jawab (9)

1. Komunikasikan peran dan tanggung jawab seseorang dengan jelas kepada pasien, keluarga,
dan profesional lainnya.
2. Kenali keterbatasan seseorang dalam keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan.
3. Libatkan beragam profesional kesehatan yg melengkapi keahlian profesionalnya sendiri,
serta sumber daya terkait, untuk mengembangkan strategi guna memenuhi kebutuhan tertentu
asuhan pasien.
4. Jelaskan peran dan tanggung jawab pengasuh perawatan lain dan bagaimana tim bekerja
sama untuk memberikan asuhan.
5. Gunakan sepenuhnya pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan profesional kesehatan yg
tersedia maupun PPA dalam memberikan asuhan yg aman, tepat waktu, efisien, efektif, dan adil.
6. Berkomunikasi dengan anggota tim untuk memperjelas tanggung jawab setiap anggota
dalam melaksanakan komponen rencana asuhan atau intervensi kesehatan masyarakat.
7. Jalin hubungan yg saling bergantung dengan profesi lain untuk meningkatkan asuhan dan
pembelajaran lanjutan.
8. Terlibat dalam pengembangan profesional dan interprofessional berkelanjutan untuk
meningkatkan kinerja tim.
9. Gunakan kemampuan yang unik dan komplementer dari setiap anggota tim untuk
mengoptimalkan asuhan pasien.
Ranah Kompetensi 3: Komunikasi Interprofesional (8)

1. Pilih alat dan tehnik komunikasi yang efektif, termasuk sistem informasi dan teknologi
komunikasi, untuk memfasilitasi diskusi dan interaksi yg meningkatkan fungsi tim.
2. Atur dan komunikasikan informasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim PPA dalam
bentuk yg dapat dimengerti, hindari terminologi khusus disiplin jika memungkinkan.
3. Ungkapkan pengetahuan dan pendapat seseorang kepada anggota tim yg terlibat dalam
asuhan pasien dengan percaya diri, jelas, dan rasa hormat, bekerja untuk memastikan
pemahaman yg sama tentang informasi dan keputusan asuhan dan pengobatan.
4. Dengarkan secara aktif, dan dorong ide & pendapat anggota tim yg lain.
5. Berikan umpan balik yg tepat waktu, sensitif, dan instruktif kpd orang lain ttg kinerja mereka
di tim, tanggapi secara hormat sebagai anggota tim untuk umpan balik dari orang lain.
6. Gunakan bahasa hormat yg sesuai untuk situasi sulit tertentu, percakapan penting, atau
konflik interprofesional.
7. Kenali bagaimana keunikan seseorang, termasuk tingkat pengalaman, keahlian, budaya,
kekuasaan, dan hierarki dalam tim PPA, berkontribusi pada komunikasi yg efektif, mengatasi
konflik, dan hubungan kerja interprofesional yg positif.
8. Komunikasikan secara konsisten pentingnya kerjasama tim dalam asuhan berfokus-pasien
dan berfokus masyarakat.
Ranah Kompetensi 4: Tim dan Kerjasama Tim (11)

1. Jelaskan proses pengembangan tim dan peran serta praktik tim yg efektif.
2. Kembangkan konsensus atas prinsip2 etika untuk memandu semua aspek dari asuhan pasien dan
kerjasama tim.
3. Libatkan PPA lainnya, sesuai dengan situasi pelayanan khusus, dalam –shared – pemecahan masalah
yg berfokus pasien.
4. Integrasikan pengetahuan dan pengalaman profesi lain—sesuai dengan situasi pelayanan khusus—
untuk menginformasikan keputusan pelayanan, sambil menghormati nilai dan prioritas/preferensi pasien/
komunitas untuk pelayanan.
5. Terapkan praktik kepemimpinan yang mendukung praktik kolaboratif dan efektivitas tim.
6. Libatkan diri sendiri dan orang lain untuk secara konstruktif mengelola ketidaksepakatan tentang nilai, peran,
tujuan, & tindakan yang muncul di antara PPA dan dengan pasien - keluarga.
7. Berbagi akuntabilitas dengan profesi lain, pasien, dan komunitas untuk hasil yang relevan dengan
pencegahan dan pelayanan kesehatan.
8. Refleksikan kinerja individu dan kinerja individu utk tim, juga kinerja tim, dan peningkatan kinerja.
9. Gunakan strategi perbaikan proses untuk meningkatkan efektivitas kerja tim interprofessional dan asuhan
berbasis tim.
10. Gunakan bukti yang tersedia untuk menginformasikan kerjasama tim yang efektif dan praktik berbasis
tim.
11. Lakukan/perform secara efektif dalam tim dan dalam tim yang berbeda dalam berbagai pengaturan.
(How to Guide : Multidisciplinary Rounds. Institute for Healthcare Improvement, updated February 2015 )
4. Manajer
Pelayanan
Pasien
Case Manager
Asuhan Pasien
*Asesmen Pasien (IAR) & *Pemberian Pelayanan/Pelaksanaan Rencana/Intervensi

PPA `

MPP Pasien Kebutuhan


/ Case Mgr
Sistem
Pasien
Pendukung
Keluarga,Teman,
RT-Tetangga dsb Sasaran Sasaran
PPA Pasien

Sasaran
(Nico Lumenta, KARS, 2019) MPP
50
Asuhan Pasien : 1 Pengkajian
▪ Pengkajian – IAR Pasien
▪ Pemberian Pelayanan (‘Periksa Pasien”)

MANAJEMEN
▪ Pencapaian Hasil Asuhan Pasien
→ IAR

PPA 2 Pemberian
Profesional Asuhan Pelayanan/
Pemberi
Asuhan
Pasien Implementasi
Rencana
Monitoring
(PAP , PP, AKP , PAB , PKPO,

UNIT
HPK, KE 7, TKRS 8, Prognas)

MPP Hasil
Manajer Pelayanan Asuhan (TKRS 9)
Pasien
51
5. Perencanaan
Pemulangan
Pasien
Integrated
Discharge
Planning
Dimensi 5: P3/Discharge Planning
Std PP 1. Semua pasien yg dirawat di RS diidentifikasi kebutuhan perawatan kesehatannya
melalui suatu proses pengkajian yg telah ditetapkan oleh RS.
Discharge Planning
Transisi & Kontinuitas Yan
Keluarga :
Asuhan
Dirumah

Pra Admisi : Yan


o eLOS Rawat inap Dirumah Sosial
o Rujukan

Yan
Follow-up
P3/Discharge Edukasi, Pelatihan spesifik : Pasien-Kel • Ke RS Yan Kes
Penunjang,
Planning • Telpon Primer
Rehab

AKP 3 EP a), AKP 5 dilingkungan


EP a), PP 1 EP d).
Proses Pulang :
•Awal & durante
ranap →Std AKP 5
o 24-48 jam pra-pulang
•Kriteria o Penyiapan Yan dilingkungan Std AKP 5 EP d):
•Tim Multidisiplin o Kriteria pulang + TL pemulangan pasien bila
•Keterlibatan Pasien- o Resume pasien pulang diperlukan dapat ditujukan
Kel o Transport kepada fasyankes baik
•Antisipasi masalah o dsb perorangan ataupun
•Program Edukasi dimana pasien untuk
/Pelatihan memberikan pelayanan
•EDD=Expected Discharge Planning berkelanjutan.
Discharge Date • Cegah Komplikasi
Pasca Discharge
• Cegah Readmisi
(Nico Lumenta, KARS, 2022)
(Code of Practice for Integrated Discharge Planning, Health Service Executive, 2008)
6. Asuhan Gizi
Terintegrasi.
Std TKRS 13. M&T: Budaya keselamatan di RS merupakan
suatu lingkungan kolaboratif di mana para dokter saling
menghargai satu sama lain, para pimpinan mendorong
kerja sama tim yang efektif

10. Budaya
Keselamatan
Budaya Keselamatan Dalam STARKES 2022 1/8

NB. STARKES = Standar Akreditasi Rumah Sakit Kemenkes, Kepmen No HK.01.07/MENKES/1128/2022 Ttg Standar Akreditasi Rumah Sakit, 13 April 2022
Rangkuman Berbagai Core Concept
*DNA of Care
🌏 Safety
🌏 Quality Kepemimpinan
🌏 Culture

PCC Pelaporan IKP-


Patient Centred Care Pembelajaran
‘BPIS’

Keterlibatan Pasien
Kolaborasi
Interprofesional
Just Culture-Budaya Adil
Respek/Trust Keseimbangan Sistem & Manusia

Komunikasi

*(Hardy, P. 2017. Patient


voice and DNA of Care, (Nico Lumenta, 2020)
ISQua Conference, London)
Kepemimpinan

Pelaporan IKP-
Patient Centred Care Pembelajaran

Cultural Kompetensi
Kolaborasi
Competence Interprofesional Keterlibatan Pasien
Budaya
Respek/Trust Just Culture-Budaya Adil

Komunikasi

(Nico Lumenta, 2020)


62
Barrier to Patient Centered Care :

❑ Pasien
• Sikap yang pasif
• Kurang percaya diri bertanya
• Tidak cukup pengetahuan utk analisis informasi
• Status social-ekonomi
• Cara pandang dan budaya yang keliru
❑ Dokter/Staf
• Kurangnya pengetahuan, pelatihan ttg PCC
• Kurang waktu, impractical (cara pikir yang berbelit)
• Kurang motivasi
• Kurang dihargai
• Tidak terlatih menangkap ekspresi pasien ttg nilai, ide, perasaan
• Sulit diimplementasi, tidak jelas akan adanya perbaikan outcome
❑ Rumah Sakit
• RS yang enggan melakukan perubahan
• Kurangnya sumber daya
• Dunn,N : Practical Issues Around Putting The Patient in Centre of Care, J R Soc Med. Jul 2003
• Bensberg, M :Patient Centred Care Literatur Review, Dandenong District Division of General Practice, October 2007
• Pelaksanaan Asuhan Pasien Terintegrasi terdiri dari 10 Dimensi PCC :
1. Keterlibatan & Pemberdayaan Pasien-Keluarga
2. DPJP sbg Clinical Leader
3. PPA sbg Tim, Kolaborasi Interprofesional
4. CPPT – Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
5. Manajer Pelayanan Pasien
6. Segitiga Sasaran PCC – Triple Aim PCC
7. Kolaborasi Pendidikan pasien
8. Integrated Clinical Pathway
9. Integrated Discharge Planning
10.Budaya Keselamatan
• Kolaborasi MPP dilaksanakan dalam PCC dan Asuhan Pasien Terintegrasi, dan akan
berpengaruh thd peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
• Dokumentasi utama komunikasi adalah CPPT
• Pasien sebagai person adalah pusat dalam proses asuhan pasien → Patient Centered Care –
PCC
• Konsep inti PCC :
A. Sisi Pasien : Martabat & Respek, Informasi, Partisipasi, Kolaborasi
B. Sisi PPA : Berpartner dgn Pasien, PPA adalah Tim Interdisiplin, DPJP adalah Clinical
Leader, Asuhan Pasien Terintegrasi
• Pasien & keluarga adalah Mitra PPA → bagian dari tim : mereka ikut memilih alternatif → ikut
merasa memiliki keputusan → ikut bertanggungjawab
PASIEN
Pasien

Quality & Safety


Profesional
Sistem Pelayanan Pemberi
Klinis Asuhan
Asuhan Pasien / Patient Care

Manajemen
Perawat
Sistem Fisio
Manajemen terapis Apoteker

KODEKI Pasal 18 Dokter “BPIS”


Pasien Ahli
Setiap Dr memperlakukan Gizi
Radio
teman sejawatnya grafer Lainnya
Analis
sebagaimana ia sendiri
ingin diperlakukan “Enthusiatic Patient”
“Kepuasan Pasien”

Pasien KARS Dr.Nico Lumenta


dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM, MHKes, FISQua
69

Anda mungkin juga menyukai