Proker
KP
Pengawasan,
Pengendalian, Penilaian,
TL
Kepala REGULASI
puskesma
s
URAIAN TUGAS
• FASILITASI
• KOORDINASI
• PEMANTAUAN
• MEMBUDAYAKA
5.1.1. Tim/petugas yang diberi
KUALIFIKASI
• D3
N Tanggung jawab & Regulasi
• KAPASITAS
• PENGALAMAN KERJA
PENGORGANISASIAN MUTU DI PUSKESMAS
PJ
MUTU
SEKRETARIS/
PENGENDALI DOKUMEN??
PJ PJ PJ
PJ KP PJ PPI PJ AI PJ K3 MUTU MUTU MUTU
ADMEN UKM UKP
PENGORGANISASIAN MUTU DI PUSKESMAS
CONTOH ALTERNATIF 2
KAPUS
SESUAI REGULASI
PJ MUTU PJ KP PJ PPI
MUTU ADMEN
PMK 11/2017 Pasal PMK 27/2017 Hal 151
MUTU UKM 17 ayat (1) hal 15
MUTU UKP
MANAJEMEN RISIKO
K3
TIM MUTU
AI Slide dr.Taufik,Kemkes, 2020
Peran:
Program & implementasi
• Fasilitasi
• Sumber daya
Kepala • Monitoring
puskesmas
Pengawasan
Pengendalian
Tindak lanjut
Implementasi
dokumentasi
Kebutuhan Pedoman
Regulasi Tehnologi
Bila ada pertanyaan atau
konfirmasi
SILAHKAN DISKUSI
Kriteri
a
5.1.2
Kepala Puskesmas dan tim atau petugas yang diberi
tanggung jawab mutu dan keselamatan pasien
berkomitmen untuk membudayakan peningkatan
mutu secara berkesinambungan melalui pengelolaan
indikator mutu.
Pokok
Pikiran
Penetapan area prioritas Puskesmas untuk perbaikan mutu
dilakukan berdasarkan kebijakan Indikator Mutu Nasional (IMN),
prioritas permasalahan di wilayah kerja Puskesmas, SKP, dan PPI.
• Indikator Mutu:
1. Indikator Mutu Prioritas Tingkat Puskesmas (IMPP) : masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja
2. Indikator mutu prioritas Program :
a. Indikator Mutu Nasional
b. Indikator Sasaran Keselamatan Pengguna layanan (SKP)
3. Indikator PPI berdasar 3H1P
4. Indikator mutu prioritas di unit
Pelayanan Prioritas
Indikator Mutu
Berdasar
Pelayanan Prioritas
Puskesmas
Pengumpul Validas
data i data
Kamus Indikator:
Judul Kapasitas
Pengertian Pengelolaan
Numerator Data
-
Denomina
tor
Target
Metoda Pengumpulan data
Indikator-indikator Mutu,
Periode pengumpulan
SKP, PPI
Periode analisis
Kriteri
a
5.1.3
Dilakukan validasi terhadap hasil pengukuran
indikator mutu untuk menjamin data yang
dikumpulkan valid untuk peningkatan mutu dan
penyampaian informasi kepada masyarakat.
Pokok
Pikiran
• Tujuan Validasi untuk menjamin data indikator akurat/sahih, agar
dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan, perubahan
kebijakan, perbaikan dan memberikan informasi pada masyarakat
• Kapan Validasi dilakukan, jika:
• terdapat indikator baru yang diterapkan untuk menilai mutu pelayanan
• terdapat indikator mutu yang akan ditampilkan kepada masyarakat
melalui
media informasi yang ditetapkan
• terdapat perubahan pada metode pengukuran yang ada, antara lain:
perubahan numerator atau denominator, perubahan metode pengumpulan,
perubahan sumber data, perubahan subjek pengumpulan data, perubahan
definisi operasional dari indikator.
Kriteri
a
Dilakukan analisa data dalam5.1.4
upaya perbaikan dan peningkatan mutu
pelayanan
Pokok
Pikiran
• Data harus digabungkan, dianalisis, untuk menghasilkan informasi
• Analisis data:
• Perbandingan dengan Puskesmas tersebut sendiri dari waktu ke waktu, misalnya dari
bulan ke bulan atau dari tahun ke tahun;
• Perbandingan dengan Puskesmas sejenis seperti melalui database referensi
(kajibanding);
• Perbandingan dengan standar-standar seperti yang ditentukan oleh organisasi
profesional ataupun standar-standar yang ditentukan oleh undang - undang atau
peraturan;
• Jika memungkinkan, dengan praktik-praktik yang diinginkan yang dalam literatur
digolongkan sebagai best practice (praktik terbaik) atau better practice (praktik yang
lebih baik) atau practice guidelines (panduan praktik klinik)
• Penggunaan Metoda/Tehnik Statistik untuk analisis data
Kriteri
a
Peningkatan mutu 5.1.5
dicapai dan dipertahankan.
Pokok
Pikiran
• Informasi dari analisis data digunakan untuk mengidentifikasi potensi
perbaikan dan mengurangi atau mencegah kejadian yang
merugikan.
• Metode untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu dan
keselamatan pasien (PDCA atau PDSA, metoda lain)
• Ujicoba perbaikan
• Tindak lanjut setelah ujicoba yang menghasilkan perbaikan:
penetapan kebijakan, perbaikan standar operasional prosedur,
pendidikan staf yang perlu dilakukan, dan replikasi di unit kerja yang
lain.
5.1.5
UJI COBA PERBAIKAN
Menghindar 5.2.2
Memindahkan
Mitigasi
1 X /TAHUN
DISAIN ULANG
FMEA
DOKUMENTASI
Bila ada pertanyaan atau
konfirmasi
SILAHKAN DISKUSI
5.3 Sasaran Keselamatan Pengguna layanan diterapkan
dalam Upaya Keselamatan Pengguna layanan
SKP 1. Identifikasi Pasien
Kebijakan dan Prosedur tentang Identifikasi Pasien
1. minimal dengan dua cara yang relatif tidak berubah, antara lain: nama lengkap
tanggal lahir, atau nomor rekam medis, dan tidak boleh menggunakan nomor
kamar pengguna layanan atau lokasi pengguna layanan dirawat.
2. Identifikasi dilakukan setiap akan melakukan prosedur diagnostik, tindakan,
pemberian obat, dan pemberian diit.
3. Kondisi tertentu : pengguna layanan tidak mempunyai identitas, atau
mempunyai nama sama, pengguna layanan dengan penurunan kesadaran, tidak
dapat menyebutkan nama, dan tidak memiliki kartu identitas, dilakukan cara
identifikasi yang tepat supaya tidak terjadi salah pengguna layanan.
SKP 2. Proses meningkatkan efektifitas
komunikasi
• Kebijakan dan prosedur tentang Komunikasi efektif meliputi :
1. Penyampaian pesan verbal lewat telpon, penyampaian nilai kritis
hasil pemeriksaan penunjang diagnosis, serah terima pengguna layanan
pada serah terima jaga maupun serah terima dari unit yang satu ke unit
yang lain, misalnya untuk pemeriksaan penunjang, dan pemindahan
pengguna layanan ke unit lain.
2. Pelaporan kondisi pengguna layanan dalam komunikasi verbal atau
lewal telpon antara lain dapat dilakukan dengan menggunakan tehnik
SBAR (Situation, Background, Asessment, Recommendation)
SKP 3. Proses meningkatkan keamanan
terhadap obat-obatan yang perlu diwaspadai
• Kebijakan dan Prosedur tentang
Penetapan Obat LASA dan High Alert meliputi: penyimpanan,
penataan, peresepan, pelabelan, penyiapan, penggunaan, evaluasi
penggunaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk obat
psikotropika, narkotika, dan obat dengan nama atau rupa mirip
Menyusun daftar obat LASA dan High Alert
Pengawasan dan pengendalian penggunaan obat psikotropika dan
narkotika
SKP 4. Proses memastikan tepat pengguna layanan, tepat
prosedur, tepat sisi pada pengguna layanan yang menjalani
operasi/tindakan medis
• Puskesmas harus menetapkan tindakan invasif dan prosedurnya,
yang meliputi semua tindakan yang meliputi sayatan/ insisi atau
tusukan, termasuk, tetapi tidak terbatas pada, pencabutan gigi,
biopsi, dan artrosentesis, dan mengidentifikasi area di mana prosedur
invasif dilakukan.
• Puskesmas harus mengembangkan suatu sistim untuk memastikan
pengguna layanan yang benar, prosedur yang benar, dan sisi yang
benar yang dilakukan tindakan dengan menerapkan Protokol Umum
(Universal Protocol), yang meliputi: verifikasi, site marking, time out
Penandaan
• Penandaan dilakukan pada semua organ yang mempunyai lateralitas
(kanan lawan kiri, seperti salah satu dari dua anggota badan, satu dari
sepasang organ), beberapa struktur (seperti jari, jari kaki, lesi), atau
beberapa tingkat (tulang belakang). Untuk tindakan di poli gigi,
seperti pencabutan gigi, penandaannya bila perlu, menggunakan
hasil rontgen gigi atau odontogram. Penandaaan harus dilakukan
oleh operator/orang yang akan melakukan tindakan yang akan
melakukan seluruh prosedur dan tetap bersama pengguna layanan
selama prosedur berlangsung
Alat penapisan risiko jatuh pada pasien
Ranap
• skala Morse untuk pengguna layanan dewasa, dan skala Humpty
Dumpty untuk pengguna layanan anak, sedangkan untuk pengguna
layanan rawat jalan dengan menggunakan get up and go test, atau
dengan menanyakan tiga pertanyaan:
1. apakah dalam enam bulan terakhir pernah jatuh
2. apakah menggunakan obat yang mengganggu keseimbangan
3. apakah jika berdiri dan/atau berjalan membutuhkan bantuan
orang lain. Jika satu dari pertanyaan tersebut mendapat jawaban ya,
maka pengguna layanan tersebut dikategorikan berisiko jatuh
•
SKP 5. Proses mengurangi risiko pengguna
layanan jatuh
• Kebijakan dan prosedur penapisan (screening) risiko jatuh harus
ditetapkan. Penapisan secara umum dapat dilakukan dengan
Pertanyaan sederhana dengan jawaban ya/tidak atau observasi
dengan skor yang diberikan berdasarkan respons pengguna layanan,
misalnya apakah pengguna layanan pernah jatuh dalam kurun waktu
6 (enam) bulan terakhir, apakah pengguna layanan mengalami
vertigo, apakah pengguna layanan mengkonsumsi obat yang
mengganggu keseimbangan, apakah pengguna layanan perlu bantuan
ketika berdiri/berjalan.
5.4 Puskesmas menetapkan sistem pelaporan
insiden keselamatan pengguna layanan dan
pengembangan budaya keselamatan
• Insiden : setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat
dicegah pada pengguna layanan.
• Cedera adalah perubahan yang terjadi dapat bersifat fisik, motorik,
sensorik, psikologis dan intelektual.
Contoh kejadian sentinel :
• Kematian yang tidak diduga, termasuk dan tidak terbatas hanya pada:
kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan penyakit
kondisi pasien
(contoh: kematian akibat proses transfer yang terlambat)
• kematian bayi aterm
• bunuh diri
• Kehilangan permanen fungsi yang tidak terkait penyakit pasien
• Tindakan salah tempat, salah prosedur, salah pengguna layanan
Contoh kejadian sentinel
• Penculikan anak termasuk bayi atau anak termasuk bayi dikirim ke
rumah bukan rumah orang tuanya
• Perkosaan, kekejaman di tempat kerja seperti penyerangan (berakibat
kematian atau kehilangan fungsi secara permanen) atau pembunuhan
(yang disengaja) atas pengguna layanan, anggota staf, dokter,
pengunjung atau vendor/pihak ketiga ketika berada dalam lingkungan
Puskesmas
Pelaporan Insiden
• adalah suatu sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden
keselamatan pengguna layanan.
• Pelaporan insiden terdiri dari Laporan Insiden Internal dan Laporan
Insiden Eksternal
• Fungsi Pelaporan
1. mendorong individu di dalam Puskesmas untuk peduli akan bahaya
atau potensi bahaya yang dapat terjadi pada pengguna layanan
2. untuk memantau upaya pencegahan terjadinya kesalahan (error)
sehingga dapat mendorong dilakukan investigasi
3. menjadi awal proses pembelajaran untuk mencegah kejadian yang
sama terulang kembali
Menyusun Kebijakan dan Prosedur tentang
1. alur pelaporan,
2. formulir pelaporan,
3. prosedur pelaporan,
4. insiden yang harus dilaporkan
a. Laporan internal yaitu semua jenis insiden termasuk kejadian
sentinel, kejadian tidak diharapkan, kejadian nyaris cedera maupun
kejadian sangat potensial cedera.
b. laporan eksternal yang dilaporkan adalah Sentinel, KTD. Ditentukan
juga siapa saja yang membuat laporan, batas waktu pelaporan,
investigasi dan tindak lanjutnya
Prilaku Nakes Budaya Mutu dan
Keselamatan
Perilaku terkait budaya keselamatan berupa:
a. penyediaan layanan yang baik, termasuk pengambilan keputusan bersama;
b. bekerja dengan pengguna layanan atau klien
c. bekerja dengan tenaga kesehatan lain
d. bekerja di dalam sistem layanan kesehatan
e. meminimalisir risiko
f. mempertahankan kinerja profesional
g. perilaku profesional dan beretika
h. memastikan pelaksanaan proses pelayanan yang terstandar
i. upaya peningkatan mutu dan keselamatan termasuk keterlibatan dalam
pelaporan dan tindak lanjut insiden
Contoh Prilaku yang tidak mendukung
budaya keselamatan
1. Inappropiate (tidak layak/tidak pantas) : berkata kasar,
mengumpat, memaki, bahasa tubuh/ gesture yg merendahkan,
sinis.
2. Disruptive (mengganggu), komentar negative atau menyalahkan
teman di depan pasien, memarahi teman klinis di depan pasien,
membuang/ melempar RM
3. Harassment (pelecehan) terkait SARA
Bila ada pertanyaan atau
konfirmasi
SILAHKAN DISKUSI
5.5 Program pencegahan dan pengendalian infeksi
dilaksanakan untuk mencegah dan meminimalkan
terjadinya infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan
1. Menetapkan kebijakan, Program dan prosedur PPI yang
komprehensif untuk meminimalkan risiko terjadi infeksi terkait
pelayanan yang diberikan.
2. Menyusun Program PPI tentang Penerapan kewaspadaan standar
dan transmisi, Diklat, bundles, surveilans, penggunaan anti mikroba
bijak
3. Kegiatan dalam program PPI tergantung kompleksitas kegiatan di
Puskesmas,besar kecil puskesmas, jumlah pasien, jumlah pegawai,
dan terintegrasi dengan program peningkatan mutu
4. Menyusun Indikator terkait PPI
Kegiatan yang perlu dikerjakan dalam PPI
1. Identifikasi dan kajian risiko infeksi pada pasien, pengunjung, petugas
2. Memastikan tersedia : Fasilitas cuci tangan, APD, Linen yang rnar, alat
medis sesuai ketentuan
3. Melaksanakan 10 kewaspadaan standar
4. Melaksanakan 3 kewaspadaan transmisi : kontak, droplet, airborne
5. Mencegah resistensi antimikroba dengan penggunaan antimikroba bijak
6. Membuat bundles terutama untuk mencegah infeksi aliran darah pada
pemberian cairan intravena, infeksi saluran kemih pada pemasangan
kateter urin, dan infeksi daerah operasi pada pelaksanaan tindakan
minor .
Lanjutan Kegiatan yang perlu dikerjakan dalam
PPI, konteks AKB selama Pandemi Covid 19
7. Menangani outbreak infeksi di puskesmas atau di wilayah kerja
Kriteria outbreak infeksi terkait pelayanan kesehatan di Puskesmas adalah:
1) terdapat kejadian infeksi yang sebelumnya tidak ada atau sejak lama
tidak pernah muncul yang diakibatkan oleh kegiatan pelayanan
kesehatan yang berdampak risiko infeksi baik di Puskesmas atau di
wilayah kerja Puskesmas.
2) peningkatan kejadian 2 kali lipat atau lebih dibanding periode
sebelumnya.
3) kejadian dapat meningkat secara luas dalam kurun waktu yang sama
Bila ada pertanyaan atau
konfirmasi
SILAHKAN DISKUSI
MATUR NUWUN 63
SANGET
Cuci Tangan
Pakai Masker
Jaga Jarak
SALAM SEHAT
bcandrasari@gmail.com
08170400400