Anda di halaman 1dari 63

PETUALANGAN MUTU :

PERJALANAN TANPA GARIS


FINISH

BETHA CANDRA SARI


Disampaikan pada
Dinas Kesehatan Kab. Gunung Kidul, 21 Oktober 2020
Betha Candra Sari Pengalaman :
Tim Penilai FKTP berprestasi tingkat propinsi DIY, Tim
Monev PONEK RS, Tim Monev RS DIY, Tim Monev Anti
Pendidikan Formal Fraud DIY, Tim Monev Puskesmas DIY, konsultan
S1 FKG UGM, 1996; Akreditasi FKTP, Peneliti Mutu Kesehatan, Auditor ISO
S2 IKM FK UGM-Magister Manajemen RS, 2014 9001-2015

Pendidikan Non Formal (bersertifikat Internasional dan PUBLIKASI ILMIAH


Nasional) BUKU : 1) Panduan teknis pengukuran dan evaluasi SPM
1. Short Course Penguatan Akreditasi RS di level Propinsi, RS di DIY, 2015; 2) Pedoman Pendampingan Akreditasi
Melbourne University, Australia, 2012 Puskesmas,DIY, 2015; 3) Pedoman Pengobatan Dasar
2. Short Course Standar Akreditasi di Fasyankes, ACHS, Puskesmas Kota Yogyakarta, 2016; 4)Formularium
Sydney, Australia,2012 Pengobatan Dasar FKTP Kota Yogyakarta,2016;
3. Lead Auditor ISO 9001 : 2015, WQA Asia Pasific, IRCA 5)Kompendium Alat kesehatan untuk Puskesmas Kota
Registered, UK, 2015 Yogya,2017, 6)Panduan Binwasmutu tenaga medis dan
tenaga kesehatan di DIY, 2019
4. TOT Pendamping Akreditasi PUSKESMAS, PPPTK
Kemkes, 2015
5. Pelatihan Hiperkes dan Kesehatan Kerja Untuk Dokter KARYA ILMIAH : 1)Analisis Situasi Kesiapan Puskesmas di
dan Dokter Gigi, Direktorat Bina K3, 2019 DIY dan Pentingnya Peran Kepemimpinan serta Komitmen
Pemerintah Daerah Dalam Pencapaian SPM
6. Tersertifikasi Konsultan Manajemen Kesehatan,
Kesehatan,2016; 2)Tingkat Pemenuhan Regulasi Aspek
IKKESINDO, BNSP, 2019
Fisik Bangunan Instalasi Kebidanan pada RSU Kelas D di
7. Pelatihan Dasar PPI, RS Sarjito, 2020 Kota Yogyakarta, 2017, 3)Pengalaman Pasien dan Faktor
8. Workshop Mitigasi Risiko Faskes di Era Pandemi C.19, Penguat di RS Terakreditasi, 2017;
IMRK,2020 4)Audit Klinis : Pendekatan Menilai Mutu Cakupan
9. Workshop K3 di Faskes Primer di era Pandemi C.19, Pelayanan Pasien TB-HIV Di Puskesmas Cipayung, Dki
Persakmi Sumsel, 2020 Jakarta ,2019
Referensi
1. PMK 11 tahun 2017
2. PMK 27 tahun 2017
3. Draft SIAP 219 revisi ke 72
4. Materi Presentasi dr. Tjahyono dalam Paparan Draft SIAP 219,
Lokakarya Surveior, Makasar, 2019
5. Materi Presentasi dr. Arjati dalam Paparan Draft SIAP 219, Lokakarya
Surveior, Makasar 2019
Mutu dan Keselamatan dalam masa AKB,
pendekatan draft SIAP 219. Rev 27
Bab 5
Peningkatan Mutu Puskesmas
Revisi 72
5.1.
Peningkatan mutu dilakukan melalui
upaya perbaikan berkesinambungan,
upaya keselamatan pasien, upaya
Manajemen risiko dan upaya pencegahan
dan pengendalian infeksi untuk
meminimalkan risiko bagi pasien,
sasaran UKM, masyarakat, dan
lingkungan.
(lihat juga KMP 1.1.1; 1.1.2; dan 1.1.3 )
Kriteri
a
5.1.1
Kepala Puskesmas menetapkan Tim
dan Program Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien
(Lihat juga KMP : 1.4.3, dan 1.5.7)
Pokok
Pikiran
• Penetapan tim atau petugas yang diberi tanggung jawab terhadap
Peningkatan Mutu, Keselamatan Pasien, PPI, dan Manajemen Risiko.
• Persyaratan kompetensi: D3, mempunyai kapasitas terkait
pengelolaan mutu, keselamatan pasien, manajemen risiko, dan PPI,
serta mempunyai pengalaman kerja di Puskesmas.
• Uraian Tugas: melakukan fasilitasi, koordinasi, pemantauan, dan
membudayakan kegiatan peningkatan mutu, keselamatan pasien,
manajemen risiko, dan pencegahan dan pengendalian infeksi. Para
tim tersebut juga harus menjamin pelaksanaan kegiatan dilakukan
secara konsisten dan berkelanjutan.
• Kebijakan dan prosedur serta pedoman sebagai acuan Kepala
Puskesmas, penanggung jawab upaya pelayanan Puskesmas dan
koordinator dan pelaksana kegiatan Puskesmas dalam hal 1)
peningkatan mutu, 2) keselamatan pasien, 3) manajemen risiko, 4)
dan pencegahan dan pengendalian infeksi.
• Kepala Puskesmas memfasilitasi, mengalokasikan, dan
menyediakan
sumber daya
• Program Mutu dan Keselamatan, Program Manajemen Risiko,
Program PPI
• Pengawasan, pengendalian, penilaian, tindak lanjut, dan upaya
perbaikan berkesinambungan
PERANGKAT YANG PERLU
DISIAPKAN

•SK Tim Mutu (PJ Mutu admen,

Kapus UKM,UKP, AI, Manris,K3, PPI, KP)


•SK Tim Mutu, Sk Tim PPI, SK Tim

Proker
KP

Pengawasan,
Pengendalian, Penilaian,
TL
Kepala REGULASI
puskesma
s

Mutu PPI Manajemen


Mutu KP Mjm. Risiko PPI
KP Risiko

URAIAN TUGAS
• FASILITASI
• KOORDINASI
• PEMANTAUAN
• MEMBUDAYAKA
5.1.1. Tim/petugas yang diberi
KUALIFIKASI
• D3
N Tanggung jawab & Regulasi
• KAPASITAS
• PENGALAMAN KERJA
PENGORGANISASIAN MUTU DI PUSKESMAS

PJ
MUTU

Slide dr.Taufik,Kemkes, 2020


PENGORGANISASIAN MUTU DI PUSKESMAS
PENANGGUNG JAWAB MUTU
CONTOH ALTERNATIF 1

SEKRETARIS/
PENGENDALI DOKUMEN??

PJ PJ PJ
PJ KP PJ PPI PJ AI PJ K3 MUTU MUTU MUTU
ADMEN UKM UKP
PENGORGANISASIAN MUTU DI PUSKESMAS
CONTOH ALTERNATIF 2
KAPUS
SESUAI REGULASI

PJ MUTU PJ KP PJ PPI

MUTU ADMEN
PMK 11/2017 Pasal PMK 27/2017 Hal 151
MUTU UKM 17 ayat (1) hal 15

MUTU UKP

MANAJEMEN RISIKO

K3
TIM MUTU
AI Slide dr.Taufik,Kemkes, 2020
Peran:
Program & implementasi
• Fasilitasi
• Sumber daya
Kepala • Monitoring
puskesmas

Pengawasan
Pengendalian
Tindak lanjut
Implementasi

Program PMKP Program Mjjm Program PPI


Risiko

dokumentasi
Kebutuhan Pedoman
Regulasi Tehnologi
Bila ada pertanyaan atau
konfirmasi
SILAHKAN DISKUSI
Kriteri
a
5.1.2
Kepala Puskesmas dan tim atau petugas yang diberi
tanggung jawab mutu dan keselamatan pasien
berkomitmen untuk membudayakan peningkatan
mutu secara berkesinambungan melalui pengelolaan
indikator mutu.
Pokok
Pikiran
Penetapan area prioritas Puskesmas untuk perbaikan mutu
dilakukan berdasarkan kebijakan Indikator Mutu Nasional (IMN),
prioritas permasalahan di wilayah kerja Puskesmas, SKP, dan PPI.
• Indikator Mutu:
1. Indikator Mutu Prioritas Tingkat Puskesmas (IMPP) : masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja
2. Indikator mutu prioritas Program :
a. Indikator Mutu Nasional
b. Indikator Sasaran Keselamatan Pengguna layanan (SKP)
3. Indikator PPI berdasar 3H1P
4. Indikator mutu prioritas di unit

• Tiap indikator harus dilengkapi kamus indicator (21 kolom)


Profil Indikator 11. kriteria inklusi dan eksklusi,
12. formula pengukuran,
1. judul indikator,
13. desain pengumpulan data,
2. dasar pemikiran/alasan
pemilihan indikator, 14. sumber data,
3. dimensi mutu, 15. populasi atau sampel,
4. tujuan,
16. frekuensi pengumpulan data,
5. definisi operasional,
6. tipe indikator, 17. periode waktu pelaporan data,
7. satuan pengukuran, 18. periode analisis data,
8. numerator, 19. penyajian data,
9. denominator,
10.target pencapaian, 20. instrumen pengambilan data
21. penanggung jawab indikator
Permasalahan Kkesehatan
Wilayah Kerja

Pelayanan Prioritas

Indikator Mutu
Berdasar
Pelayanan Prioritas
Puskesmas

Indikator Indikator Indikator


Mutu unit pelayanan Mutu unit pelayanan Mutu unit pelayanan

Unit Unit Unit


Pelayana Pelayana Pelayana
n n n
5.1.2
Kepala Mutu KP Mjm. Risiko PPI
puskesmas

Pengumpul Validas
data i data
Kamus Indikator:
Judul Kapasitas
Pengertian Pengelolaan
Numerator Data
-
Denomina
tor
Target
Metoda Pengumpulan data
Indikator-indikator Mutu,
Periode pengumpulan
SKP, PPI
Periode analisis
Kriteri
a
5.1.3
Dilakukan validasi terhadap hasil pengukuran
indikator mutu untuk menjamin data yang
dikumpulkan valid untuk peningkatan mutu dan
penyampaian informasi kepada masyarakat.
Pokok
Pikiran
• Tujuan Validasi untuk menjamin data indikator akurat/sahih, agar
dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan, perubahan
kebijakan, perbaikan dan memberikan informasi pada masyarakat
• Kapan Validasi dilakukan, jika:
• terdapat indikator baru yang diterapkan untuk menilai mutu pelayanan
• terdapat indikator mutu yang akan ditampilkan kepada masyarakat
melalui
media informasi yang ditetapkan
• terdapat perubahan pada metode pengukuran yang ada, antara lain:
perubahan numerator atau denominator, perubahan metode pengumpulan,
perubahan sumber data, perubahan subjek pengumpulan data, perubahan
definisi operasional dari indikator.
Kriteri
a
Dilakukan analisa data dalam5.1.4
upaya perbaikan dan peningkatan mutu
pelayanan
Pokok
Pikiran
• Data harus digabungkan, dianalisis, untuk menghasilkan informasi
• Analisis data:
• Perbandingan dengan Puskesmas tersebut sendiri dari waktu ke waktu, misalnya dari
bulan ke bulan atau dari tahun ke tahun;
• Perbandingan dengan Puskesmas sejenis seperti melalui database referensi
(kajibanding);
• Perbandingan dengan standar-standar seperti yang ditentukan oleh organisasi
profesional ataupun standar-standar yang ditentukan oleh undang - undang atau
peraturan;
• Jika memungkinkan, dengan praktik-praktik yang diinginkan yang dalam literatur
digolongkan sebagai best practice (praktik terbaik) atau better practice (praktik yang
lebih baik) atau practice guidelines (panduan praktik klinik)
• Penggunaan Metoda/Tehnik Statistik untuk analisis data
Kriteri
a
Peningkatan mutu 5.1.5
dicapai dan dipertahankan.
Pokok
Pikiran
• Informasi dari analisis data digunakan untuk mengidentifikasi potensi
perbaikan dan mengurangi atau mencegah kejadian yang
merugikan.
• Metode untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu dan
keselamatan pasien (PDCA atau PDSA, metoda lain)
• Ujicoba perbaikan
• Tindak lanjut setelah ujicoba yang menghasilkan perbaikan:
penetapan kebijakan, perbaikan standar operasional prosedur,
pendidikan staf yang perlu dilakukan, dan replikasi di unit kerja yang
lain.
5.1.5
UJI COBA PERBAIKAN

Pengukuran/ TINDAK LANJUT


Pengumpulan data PERBAIKAN:
Indikator: KEBIJAKAN
• Periodik PROSEDUR
• Didokumentasikan REPLIKASI
• Analisis
• Tindak lanjut
Kamus Indikator:
Judul
Pengertian
Numerator-Denominator
Target
Metoda Pengumpulan data
Periode pengumpulan
Periode analisis
dokumentasi
Penanggung jawab indikator Sosialisasi
Sumber data Komunikasi
Laporan
Bila ada pertanyaan atau
konfirmasi
SILAHKAN DISKUSI
Standar 5.2 COVID 19 DAN MASA AKB
Upaya manajemen risiko dilaksanakan melalui sebuah
kerangka kerja manajemen risiko yang dilaksanakan dalam
Proses manajemen risiko yang mencakup : identifikasi,
analisa, penatalaksaan risiko dan monitor perbaikannya.
(lihat juga KMP : 1.4; PMKP : 5.1)
Kriteri
a
5.2.1
Risiko dalam penyelenggaraan berbagai upaya
Puskesmas terhadap pasien, keluarga,
masyarakat, petugas, dan lingkungan
diidentifikasi, dianalisis dan di lakukan
penatalaksanaannya
Bagaimana Risiko selama AKB
• Risiko harus dikelola melalui penerapan manajemen risiko
• Manajemen risiko merupakan pendekatan proaktif, dengan
komponen-komponen penting meliputi:
• identifikasi risiko,
• prioritas risiko,
• pelaporan risiko,
• manajemen risiko
• invesigasi terhadap insiden yang terjadi baik pada pasien, petugas keluarga
dan pengunjung
• manajemen terkait tuntutan (klaim)
Pokok
Pikiran
• Risiko yang pernah terjadi yang berakibat adanya
kejadian/insiden didokumentasikan dalam Register
Risiko
• Risiko yang belum pernah berakibat kejadian/insiden
didokumentasikan pada Identifikasi Proses Berisiko
Tinggi
• Register Risiko dan Identifikasi Proses Berisiko Tinggi
harus dibuat sebagai dasar penyusunan Program
Manajemen risiko
Kriteri
a
5.2.2
Risiko dalam penyelenggaraan berbagai upaya
Puskesmas terhadap pasien, keluarga, masyarakat,
petugas, dan lingkungan yang telah diidentifikasi
dianalisis dan ditindak lanjuti.
Pokok
Pikiran
• Strategi reduksi dan mitigasi dapat berupa kontrol risiko (Risk
control) dan/ atau pengalihan risiko melalui pembiayaan risiko (Risk
Financing)
• Kontrol risiko (Risk Control) terdiri dari : Menghindari risiko (risk
avoidance), Mencegah kerugian (Loss Prevention - Frequency),
Mereduksi kerugian / dampak (Loss Reduction – Severity), Segregasi
dan Transfer Kontraktual yang bukan Asuransi (Contractual non
Insurance) misalnya dengan konsinyasi.
• Pembiayaan risiko (Risk Financing) adalah memindahkan risiko
kepada pihak lain melalui pembiayaan, misalnya : asuransi
kebakaran.
Pokok
Pikiran
• Program Manajemen Risiko (MR) yang berisi strategi dan kegiatan
untuk mereduksi atau memitigasi risiko, disusun setiap tahun,
terintegrasi dalam perencanaan puskesmas, berdasarkan identifikasi
dan analisis risiko baik yang sudah berakibat terjadinya kejadian/
insiden maupun yang berpotensi menyebabkan terjadinya kejadian/
insiden.
• Satu alat/metode analisa proaktif terhadap proses kritis dan berisiko
tinggi adalah failure mode effect analysis (analisis efek modus
kegagalan).
• Dipilih minimal satu proses prioritas yang berisiko untuk dilakukan
analisis efek modus kegagalan setiap tahun.
Pokok Pikiran
• Untuk menggunakan metode/ alat ini atau alat-alat lainnya yang
serupa secara efektif, Kepala Puskesmas harus mengetahui dan
mempelajari pendekatan tersebut, menyepakati daftar proses yang
berisiko tinggi dari segi keselamatan pengguna layanan dan staf, dan
kemudian menerapkan alat tersebut pada proses prioritas risiko.
Setelah analisis hasil, pimpinan Puskesmas mengambil tindakan untuk
mendesain ulang proses-proses yang ada atau mengambil tindakan
serupa untuk mengurangi risiko dalam proses-proses yang ada.
• Proses pengurangan risiko ini dilaksanakan minimal sekali dalam
setahun dan didokumentasikan pelaksanaannya.
Follow up thd risiko Menerima

Menghindar 5.2.2

Memindahkan

Mitigasi
1 X /TAHUN

DISAIN ULANG

FMEA
DOKUMENTASI
Bila ada pertanyaan atau
konfirmasi
SILAHKAN DISKUSI
5.3 Sasaran Keselamatan Pengguna layanan diterapkan
dalam Upaya Keselamatan Pengguna layanan
SKP 1. Identifikasi Pasien
Kebijakan dan Prosedur tentang Identifikasi Pasien
1. minimal dengan dua cara yang relatif tidak berubah, antara lain: nama lengkap
tanggal lahir, atau nomor rekam medis, dan tidak boleh menggunakan nomor
kamar pengguna layanan atau lokasi pengguna layanan dirawat.
2. Identifikasi dilakukan setiap akan melakukan prosedur diagnostik, tindakan,
pemberian obat, dan pemberian diit.
3. Kondisi tertentu : pengguna layanan tidak mempunyai identitas, atau
mempunyai nama sama, pengguna layanan dengan penurunan kesadaran, tidak
dapat menyebutkan nama, dan tidak memiliki kartu identitas, dilakukan cara
identifikasi yang tepat supaya tidak terjadi salah pengguna layanan.
SKP 2. Proses meningkatkan efektifitas
komunikasi
• Kebijakan dan prosedur tentang Komunikasi efektif meliputi :
1. Penyampaian pesan verbal lewat telpon, penyampaian nilai kritis
hasil pemeriksaan penunjang diagnosis, serah terima pengguna layanan
pada serah terima jaga maupun serah terima dari unit yang satu ke unit
yang lain, misalnya untuk pemeriksaan penunjang, dan pemindahan
pengguna layanan ke unit lain.
2. Pelaporan kondisi pengguna layanan dalam komunikasi verbal atau
lewal telpon antara lain dapat dilakukan dengan menggunakan tehnik
SBAR (Situation, Background, Asessment, Recommendation)
SKP 3. Proses meningkatkan keamanan
terhadap obat-obatan yang perlu diwaspadai
• Kebijakan dan Prosedur tentang
Penetapan Obat LASA dan High Alert meliputi: penyimpanan,
penataan, peresepan, pelabelan, penyiapan, penggunaan, evaluasi
penggunaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk obat
psikotropika, narkotika, dan obat dengan nama atau rupa mirip
Menyusun daftar obat LASA dan High Alert
Pengawasan dan pengendalian penggunaan obat psikotropika dan
narkotika
SKP 4. Proses memastikan tepat pengguna layanan, tepat
prosedur, tepat sisi pada pengguna layanan yang menjalani
operasi/tindakan medis
• Puskesmas harus menetapkan tindakan invasif dan prosedurnya,
yang meliputi semua tindakan yang meliputi sayatan/ insisi atau
tusukan, termasuk, tetapi tidak terbatas pada, pencabutan gigi,
biopsi, dan artrosentesis, dan mengidentifikasi area di mana prosedur
invasif dilakukan.
• Puskesmas harus mengembangkan suatu sistim untuk memastikan
pengguna layanan yang benar, prosedur yang benar, dan sisi yang
benar yang dilakukan tindakan dengan menerapkan Protokol Umum
(Universal Protocol), yang meliputi: verifikasi, site marking, time out
Penandaan
• Penandaan dilakukan pada semua organ yang mempunyai lateralitas
(kanan lawan kiri, seperti salah satu dari dua anggota badan, satu dari
sepasang organ), beberapa struktur (seperti jari, jari kaki, lesi), atau
beberapa tingkat (tulang belakang). Untuk tindakan di poli gigi,
seperti pencabutan gigi, penandaannya bila perlu, menggunakan
hasil rontgen gigi atau odontogram. Penandaaan harus dilakukan
oleh operator/orang yang akan melakukan tindakan yang akan
melakukan seluruh prosedur dan tetap bersama pengguna layanan
selama prosedur berlangsung
Alat penapisan risiko jatuh pada pasien
Ranap
• skala Morse untuk pengguna layanan dewasa, dan skala Humpty
Dumpty untuk pengguna layanan anak, sedangkan untuk pengguna
layanan rawat jalan dengan menggunakan get up and go test, atau
dengan menanyakan tiga pertanyaan:
1. apakah dalam enam bulan terakhir pernah jatuh
2. apakah menggunakan obat yang mengganggu keseimbangan
3. apakah jika berdiri dan/atau berjalan membutuhkan bantuan
orang lain. Jika satu dari pertanyaan tersebut mendapat jawaban ya,
maka pengguna layanan tersebut dikategorikan berisiko jatuh
• 
SKP 5. Proses mengurangi risiko pengguna
layanan jatuh
• Kebijakan dan prosedur penapisan (screening) risiko jatuh harus
ditetapkan. Penapisan secara umum dapat dilakukan dengan
Pertanyaan sederhana dengan jawaban ya/tidak atau observasi
dengan skor yang diberikan berdasarkan respons pengguna layanan,
misalnya apakah pengguna layanan pernah jatuh dalam kurun waktu
6 (enam) bulan terakhir, apakah pengguna layanan mengalami
vertigo, apakah pengguna layanan mengkonsumsi obat yang
mengganggu keseimbangan, apakah pengguna layanan perlu bantuan
ketika berdiri/berjalan.
5.4 Puskesmas menetapkan sistem pelaporan
insiden keselamatan pengguna layanan dan
pengembangan budaya keselamatan
• Insiden : setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat
dicegah pada pengguna layanan.
• Cedera adalah perubahan yang terjadi dapat bersifat fisik, motorik,
sensorik, psikologis dan intelektual.
Contoh kejadian sentinel :
• Kematian yang tidak diduga, termasuk dan tidak terbatas hanya pada:
kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan penyakit
kondisi pasien
(contoh: kematian akibat proses transfer yang terlambat)
• kematian bayi aterm
• bunuh diri
• Kehilangan permanen fungsi yang tidak terkait penyakit pasien
• Tindakan salah tempat, salah prosedur, salah pengguna layanan
Contoh kejadian sentinel
• Penculikan anak termasuk bayi atau anak termasuk bayi dikirim ke
rumah bukan rumah orang tuanya
• Perkosaan, kekejaman di tempat kerja seperti penyerangan (berakibat
kematian atau kehilangan fungsi secara permanen) atau pembunuhan
(yang disengaja) atas pengguna layanan, anggota staf, dokter,
pengunjung atau vendor/pihak ketiga ketika berada dalam lingkungan
Puskesmas
Pelaporan Insiden
• adalah suatu sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden
keselamatan pengguna layanan.
• Pelaporan insiden terdiri dari Laporan Insiden Internal dan Laporan
Insiden Eksternal
• Fungsi Pelaporan
1. mendorong individu di dalam Puskesmas untuk peduli akan bahaya
atau potensi bahaya yang dapat terjadi pada pengguna layanan
2. untuk memantau upaya pencegahan terjadinya kesalahan (error)
sehingga dapat mendorong dilakukan investigasi
3. menjadi awal proses pembelajaran untuk mencegah kejadian yang
sama terulang kembali
Menyusun Kebijakan dan Prosedur tentang
1. alur pelaporan,
2. formulir pelaporan,
3. prosedur pelaporan,
4. insiden yang harus dilaporkan
a. Laporan internal yaitu semua jenis insiden termasuk kejadian
sentinel, kejadian tidak diharapkan, kejadian nyaris cedera maupun
kejadian sangat potensial cedera.
b. laporan eksternal yang dilaporkan adalah Sentinel, KTD. Ditentukan
juga siapa saja yang membuat laporan, batas waktu pelaporan,
investigasi dan tindak lanjutnya
Prilaku Nakes Budaya Mutu dan
Keselamatan
Perilaku terkait budaya keselamatan berupa:
a. penyediaan layanan yang baik, termasuk pengambilan keputusan bersama;
b. bekerja dengan pengguna layanan atau klien
c. bekerja dengan tenaga kesehatan lain
d. bekerja di dalam sistem layanan kesehatan
e. meminimalisir risiko
f. mempertahankan kinerja profesional
g. perilaku profesional dan beretika
h. memastikan pelaksanaan proses pelayanan yang terstandar
i. upaya peningkatan mutu dan keselamatan termasuk keterlibatan dalam
pelaporan dan tindak lanjut insiden
Contoh Prilaku yang tidak mendukung
budaya keselamatan
1. Inappropiate (tidak layak/tidak pantas) : berkata kasar,
mengumpat, memaki, bahasa tubuh/ gesture yg merendahkan,
sinis.
2. Disruptive (mengganggu), komentar negative atau menyalahkan
teman di depan pasien, memarahi teman klinis di depan pasien,
membuang/ melempar RM
3. Harassment (pelecehan) terkait SARA
Bila ada pertanyaan atau
konfirmasi
SILAHKAN DISKUSI
5.5 Program pencegahan dan pengendalian infeksi
dilaksanakan untuk mencegah dan meminimalkan
terjadinya infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan
1. Menetapkan kebijakan, Program dan prosedur PPI yang
komprehensif untuk meminimalkan risiko terjadi infeksi terkait
pelayanan yang diberikan.
2. Menyusun Program PPI tentang Penerapan kewaspadaan standar
dan transmisi, Diklat, bundles, surveilans, penggunaan anti mikroba
bijak
3. Kegiatan dalam program PPI tergantung kompleksitas kegiatan di
Puskesmas,besar kecil puskesmas, jumlah pasien, jumlah pegawai,
dan terintegrasi dengan program peningkatan mutu
4. Menyusun Indikator terkait PPI
Kegiatan yang perlu dikerjakan dalam PPI
1. Identifikasi dan kajian risiko infeksi pada pasien, pengunjung, petugas
2. Memastikan tersedia : Fasilitas cuci tangan, APD, Linen yang rnar, alat
medis sesuai ketentuan
3. Melaksanakan 10 kewaspadaan standar
4. Melaksanakan 3 kewaspadaan transmisi : kontak, droplet, airborne
5. Mencegah resistensi antimikroba dengan penggunaan antimikroba bijak
6. Membuat bundles terutama untuk mencegah infeksi aliran darah pada
pemberian cairan intravena, infeksi saluran kemih pada pemasangan
kateter urin, dan infeksi daerah operasi pada pelaksanaan tindakan
minor .
Lanjutan Kegiatan yang perlu dikerjakan dalam
PPI, konteks AKB selama Pandemi Covid 19
7. Menangani outbreak infeksi di puskesmas atau di wilayah kerja
Kriteria outbreak infeksi terkait pelayanan kesehatan di Puskesmas adalah:
1) terdapat kejadian infeksi yang sebelumnya tidak ada atau sejak lama
tidak pernah muncul yang diakibatkan oleh kegiatan pelayanan
kesehatan yang berdampak risiko infeksi baik di Puskesmas atau di
wilayah kerja Puskesmas.
2) peningkatan kejadian 2 kali lipat atau lebih dibanding periode
sebelumnya.
3) kejadian dapat meningkat secara luas dalam kurun waktu yang sama
Bila ada pertanyaan atau
konfirmasi
SILAHKAN DISKUSI
MATUR NUWUN 63

SANGET

 Cuci Tangan
 Pakai Masker
 Jaga Jarak

SALAM SEHAT
bcandrasari@gmail.com
08170400400

Anda mungkin juga menyukai