Anda di halaman 1dari 105

KELAS ON LINE

PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT


DALAM STANDAR AKREDITASI RUMAH SAKIT
TANGGAL 8 – 9 FEBRUARI 2022

1
Fakultas Kedokteran Konsultan Nefrologi
Univ Kristen Indonesia, Perhimpunan Nefrologi
1970 Indonesia, 1982

Sekolah Tinggi
Magister Manajemen Manajemen PPM
Jakarta, 1994

Univ Katolik
Lahir : Magister Hukum
Kesehatan
Soegijapranata
Magelang Semarang, 2013

5 Nov 1943
Fellowship of The
International Society
FISQua,
CV : dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, for Quality in Health
Care, 2020
MM, MHKes, FISQua
(Mei 22021)
• Ketua Bidang Penelitian & pengembangan KARS
sejak th 2014
• Ketua Komite Etik-Disiplin KARS sejak th 2014
• Koordinator Konsilor KARS sejak 2016
• Komite Nasional Keselamatan Pasien RS – Kem
Kes th 2012-2015, 2016-2018, 2018-2020 Wakil
Ketua KNKP
• Ketua Komite Keselamatan Pasien RS (KKPRS) –
PERSI sejak 2005
• Ketua IKPRS-Institut Keselamatan Pasien RS sejak
th 2012
• Kelompok Staf Medis Penyakit Dalam – Ginjal
Hipertensi RS Mediros, Jakarta, sejak 1996
• Surveior KARS sejak 1995. Konsilor KARS sejak 2012.
• PJ SubPokja Model Akreditasi Baru, Pokja Penyempurnaan
Akreditasi RS, DitJen Bina Yan Med, DepKes, 2010-2011
• Direktur Medik RS PGI Cikini, 1981 – 1982
• Direktur Ketua RS PGI Cikini Jakarta 1982-1993
• Dekan Fak Kedokteran UKI 1988-1991
• Sekretaris Jenderal PERSI Pusat 1988–1990, 1990–1993,
1993–1996
• Sekretaris IRSJAM 1986 – 1988
• Kepala Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK-UKI, Jakarta, 1992 –
1995
• Kepala Renal Unit (Unit Ginjal) RS.PGI Cikini, 1973 – 1981
• Sekretaris I & Seksi Ilmiah Pengurus Pusat PERNEFRI, 1983
• Ketua Komite Medik RS Mediros, 1995 – 2013
• Penghargaan :
• *Kadarman Award utk Patient Safety*, 2007, Sekolah
Tinggi PPM.
• *Inisiator & Motivator Keselamatan Pasien RS di
Indonesia*, 2018, Komisi Akreditasi Rumah Sakit.
4
Pengantar.
Apoteker : Kompetensi – Kewenangan – Std Yan
Kefarmasian.
Apoteker pada Asuhan Pasien : PCC – APT –
10 Dimensi PCC :
1. Keterlibatan Pasien; 2. DPJP sbg Clinical Leader; 3. PPA sbg Tim, Kolaborasi
Interprofesional; 4. CPPT; 5. Manajer Pelayanan Pasien; 6. Segitiga Sasaran PCC / Triple
Aim PCC; 7. Kolaborasi Pendidikan Pasien; 8. Integrated Clinical Pathway; 9. Integrated
Discharge Planning; 10.Budaya Keselamatan

Penutup & Kesimpulan.


5
• Pemaparan singkat tentang Overview SNARS 1.1 konsep dan skenario Patient-
Centered Care (PCC). Penjelasan pentingnya menerapkan PCC dalam melaksanakan
pelayanan kefarmasian kepada pasien.
• Peran strategis Apoteker dalam menerapkan asuhan pasien terintegrasi dalam
peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.
• Disampaikan pula kiat dan strategi serta kunci sukses apoteker dalam
mengimplementasikan PCC, serta tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana cara
mengatasi tantangan tersebut.
• Dalam pemaparan juga disampaikan contoh/referensi peran penting apoteker secara
komprehensif di sebuah rumah sakit dalam implementasi PCC untuk meningkatkan
mutu pelayanan rumah sakit (sebagai model/contoh) yang direkomendasikan KARS.
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1.1.
Jml Jml
No Bab
Std EP
1 Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) 10 37
2 Akses ke Rumah Sakit & Kontinuitas Pelayanan (ARK) 23 100
3 Hak Pasien & Keluarga (HPK) 27 99
4 Asesmen Pasien (AP) 39 163
5 Pelayanan & Asuhan Pasien (PAP) 21 81
6 Pelayanan Anestesi & Bedah (PAB) 20 70
7 Pelayanan Kefarmasian & Penggunaan Obat (PKPO) 21 80
8 Manajemen Komunikasi & Edukasi (MKE) 13 49
9 Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien (PMKP) 19 80
10 Pencegahan & Pengendalian Infeksi (PPI) 28 103
11 Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS) 28 127
12 Manajemen Fasilitas & Keselamatan (MFK) 24 105
13 Kompetensi & Kewenangan Staf (KKS) 26 96
14 Manajemen Informasi & Rekam Medis (MIRM) 21 77
15 Program Nasional 12 58
16 Integrasi Pendidikan Kes dlm Pelayanan RS (IPKP) 6 21
TOTAL JUMLAH STANDAR & ELEMEN PENILAIAN 338 1346
Standar Askreditasi
Standar Akreditasi RS RS SNARS 1.1.**
Kemenkes*

Bab 16 16

Standar 226 338

Elemen Penilaian 784 1346

*Transformasi Akreditasi Rumah Sakit, https://m.youtube.com/watch?v=ViJHVOjxVH8


**Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit edisi 1.1., 2019 Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)
(Nico Lumenta, 2022)
Pola SEMILA
Vertikal & Horizontal

10
Peran dan Tanggung jawab Apoteker
dalam Patient-Centered Care (PCC)
sesuai SNARS 1.1

PMK No 34/2021 Tentang


Standar Pelayanan Asuhan Pasien
Kefarmasian Di Klinik
“Bangga & Konfiden”
Terintegrasi
• 3 Integrasi
Pelayanan Farmasi Klinik : Ronde / Visite Pasien

PMK 72/2016 Ttg Std Yan • 10 Dimensi PCC


Kefarmasian di RS
Patient Centred Care
• Standar Pelayanan Kefarmasian di RS meliputi standar: b. pelayanan farmasi klinik.
• Pelayanan farmasi klinik meliputi : a. pengkajian dan pelayanan Resep; b.
penelusuran riwayat penggunaan Obat; c. rekonsiliasi Obat; d. PIO; e. konseling; f.
visite; g. PTO; h. MESO;i. EPO; j. dispensing sediaan steril; k. PKOD.

Kewenangan Klinis Asuhan Pasien 4.0


Apoteker di RS
HISFARSI (2018)
SNARS ed 1.1.
Std Kompetensi
Apoteker KARS
Apoteker
IAI (2016) di RS
(Nico Lumenta, 2021)
(Standar Kompetensi Apoteker Indonesia, IAI, 2016)

13
Unit Kompetensi Apoteker Indonesia
STANDAR KOMPETENSI 1 : PRAKTIK KEFARMASIAN SECARA PROFESIONAL DAN ETIK : 21
UNIT KOMPETENSI 1.1 Menguasai Kode Etik Yang Berlaku Dalam Praktik Profesi : 3
UNIT KOMPETENSI 1.2 Praktik Legal Sesuai Ketentuan Regulasi : 9
UNIT KOMPETENSI 1.3 Praktik Profesional dan Etik : 1.3.1, 1.3.2, 1.3.3, 1.3.4, 1.3.6.

STANDAR KOMPETENSI 2 : OPTIMALISASI PENGGUNAAN SEDIAAN FARMASI : 50


UNIT KOMPETENSI 2.1 Upaya Penggunaan Obat Rasional : 2.1.3, 2.1.4, 2.1.5, 2.1.6, 2.1.8, 2.1.10, 2.1.11.
UNIT KOMPETENSI 2.2 Konsultasi dan Konseling Sediaan Farmasi : 2.2.1, 2.2.3, 2.2.8, 2.2.9, 2.2.11, 2.2.12, 2.2.13.
UNIT KOMPETENSI 2.3 Pelayanan Swamedikasi : 2.3.1, 2.3.2, 2.3.3, 2.3.4, 2.3.5, 2.3.6.
UNIT KOMPETENSI 2.4 Farmakovigilans : 2.4.4.
UNIT KOMPETENSI 2.5 Evaluasi Penggunaan Obat : 7
UNIT KOMPETENSI 2.6 Pelayanan Farmasi Klinis BerbasisBiofarmasi-Farmakokinetik : 5

STANDAR KOMPETENSI 3 : DISPENSING SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN : 20


UNIT KOMPETENSI 3.1 Penyiapan Sediaan Farmasi : 10
UNIT KOMPETENSI 3.2 Penyerahan Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan : 10

STANDAR KOMPETENSI 4 : PEMBERIAN INFORMASI SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN : 9


UNIT KOMPETENSI 4.1 Pencarian Informasi Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan : 4
UNIT KOMPETENSI 4.2 Pemberian Informasi Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan : 4.2.1, 4.2.5.
14
Unit Kompetensi Apoteker Indonesia
STANDAR KOMPETENSI 5 : FORMULASI DAN PRODUKSI SEDIAAN FARMASI : 29
UNIT KOMPETENSI 5.1 Prinsip dan Prosedur Pembuatan Sediaan Farmasi : 4
UNIT KOMPETENSI 5.2 Formulasi Sediaan Farmasi : 5
UNIT KOMPETENSI 5.3 Pembuatan Sediaan Farmasi : 6
UNIT KOMPETENSI 5.4 Penjaminan Mutu Sediaan Farmasi : 14

STANDAR KOMPETENSI 6 : UPAYA PREVENTIF DAN PROMOTIF KESEHATAN MASYARAKAT : 15


UNIT KOMPETENSI 6.1 Penyediaan Informasi Obat dan Pelayanan Kesehatan : 3
UNIT KOMPETENSIKOMPETENSI 6.2 Upaya Promosi Penggunaan Sediaan Farmasi Yang Baik & Benar : 6
UNIT KOMPETENSI 6.3 Upaya Preventif dan Promotif Kesehatan Masyarakat : 6

STANDAR KOMPETENSI 7 : PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN : 51


UNIT KOMPETENSI 7.1 Seleksi Bahan Baku, Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan : 4
UNIT KOMPETENSI 7.2 Pengadaan Bahan baku, Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan : 8
UNIT KOMPETENSI 7.3 Penyimpanan Dan Pendistribusian Bahan Baku, Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan : 11
UNIT KOMPETENSI 7.4 Pemusnahan Bahan Baku, Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan : 4
UNIT KOMPETENSI 7.5 Penarikan Bahan Baku, Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan : 10
UNIT KOMPETENSI 7.6 Pengelolaan Infrastruktur : 14

15
Unit Kompetensi Apoteker Indonesia
STANDAR KOMPETENSI 8 : KOMUNIKASI EFEKTIF : 39
UNIT KOMPETENSI 8.1 KetrampilanKomunikas : 8.1.1 s/d 8.1.19
UNIT KOMPETENSI 8.2 KetrampilanKomunikasi Dengan Pasien : 8.2.1 s/d 8.2.8
UNIT KOMPETENSI 8.3 KetrampilanKomunikasi Dengan Tenaga Kesehatan : 8.3.1 s/d 8.3.7
UNTI KOMPETENSI 8.4 KetrampilanKomunikasi Secara Non-Verbal : 8.4.1. s/d 8.4.5.

STANDAR KOMPETENSI 9 : KETRAMPILAN ORGANISASI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL : 64


UNIT KOMPETENSI 9.1 Penjaminan Mutu dan Penelitian di Tempat Kerja : 11
UNIT KOMPETENSI 9.2 Perencanaan dan Pengelolaan Waktu Kerja : 7
UNTI KOMPETENSI 9.3 Optimalisasi Kontribusi Diri Terhadap Pekerjaan : 8
UNIT KOMPETENSI 9.4 Bekerja Dalam Tim : 9.4.1. s/d 9.4.7.
UNIT KOMPETENSI 9.5 MembangunKepercayaan Diri : 6
UNIT KOMPETENSI 9.6 Penyelesaian Masalah : 9
UNIT KOMPETENSI 9.7 Pengelolaan Konflik : 7
UNIT KOMPETENSI 9.8 Peningkatan Layanan : 3
UNIT KOMPETENSI 9.9 Pengelolaan Tempat Kerja : 6

STANDAR KOMPETENSI 10 : LANDASAN ILMIAH DAN PENINGKATAN KOMPETENSI DIRI : 24


UNIT KOMPETENSI 10.1 Landasan Ilmiah Praktik Kefarmasian : 6
UNIT KOMPETENSI 10.2 Mawas Diri dan Pengembangan Diri : 8
UNIT KOMPETENSI 10.3 Belajar Sepanjang Hayat dan Kontribusi Untuk Kemajuan Profes : 7
UNIT KOMPETENSI 10.4 Penggunaan Teknologi Untuk Pengembangan Profesionalitas : 3 16
(Sutoto : Kredensial Apoteker & Tenaga Teknis Kefarmasian, KOL Wia
Training, Manajemen Obat di Masa Pandemi Covid-19, Maret 2021)
(Sutoto : Kredensial Apoteker & Tenaga Teknis Kefarmasian, KOL Wia
Training, Manajemen Obat di Masa Pandemi Covid-19, Maret 2021)
Rincian Kewenangan Klinis Apoteker (di RS)
1. Upaya Penggunaan Obat Rasional (Pemantauan Terapi Obat - PTO), Penelusuran Riwayat
Pengobatan, Rekonsiliasi obat)
2. Konsultasi dan Konseling Sediaan Farmasi
3. Farmakovigilans (MESO)
4. Evaluasi Penggunaan Obat
5. Pelayanan Farmasi Klinis Berbasis Biofarmasi-Farmakokinetik (Pemantaun kadar obat
dalam darah)
6. Penyiapan Sediaan Farmasi (Dispensing sediaan steril)
7. Penyerahan Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan (Pengkajian dan pelayanan resep)
8. Pelayanan Informasi Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan
9. Seleksi Bahan Baku, Sediaan Farmasi, Alat kesehatan (Pemilihan Sediaan Farmasi)
10.Perencanaan Sediaan Farmasi
11.Pengadaan Bahan baku, Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan
12.Penyimpanan dan Pendistribusian Bahan Baku, Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan
13.Pemusnahan dan Penarikan Bahan Baku, Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan

(Pedoman Kredensial Apoteker di RS, Ikatan Apoteker Indonesia Himpunan Seminat Farmasi RS, 2018)
Kewenangan Klinis Pokok Bahasan
1. Upaya Penggunaan Obat Rasiona, PTO, a.Peran dan tanggung jawab apoteker dalam meningkatkan keamanan,efektifitas
dan dampak ekonomi penggunaan obat secara individual
Penelusuran Riwayat Pengobatan, Rekonsiliasi
b.Pharmaceutical care process ……
Obat. ....dst.....
2. Konsultasi dan Konseling Sediaan Farmasi dan o Peran konsultasi dan konseling di bidang farmasi
o Definisi dan tujuan konsultasi dan konseling farmasi
Alat Kesehatan
o Kebutuhan, harapan & preferensi pasien
....dst.....
3. Farmakovigilans (MESO o Definisi dan klasifikasi ESO (Efek Samping Obat)
o Faktor presdisposisi ESO
o Mekanisme dan penyebab ESO tipe A dan tipe B
…dst…..
4. Evaluasi Penggunaan Obat o Pendekatan sistematis evaluasi penggunaan obat.
o Metode penelitian klinis
o Kajian penggunaan obat pada individu dan populasi…
…dst…..
5. Pelayanan Farmasi Klinis Berbasis Biofarmasi o Konsep dasar farmakokinetika
o Konsep dasar farmakodinamik
Farmakokinetik (Pemantauan Kadar Obat Dalam
o Konsep penyesuaian dosis berdasarkan prinsip farmakokinetika,…
Darah ....dst.....

(Pedoman Kredensial Apoteker di RS, Ikatan Apoteker Indonesia Himpunan Seminat Farmasi RS, 2018)
Asuhan Pasien Terintegrasi - Standar PKPO. (Eksplisit)
❑ PENGORGANISASIAN Standar PKPO 1 : Pengorganisasian pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat
di RS harus sesuai dengan peraturan perUUan diorganisir untuk memenuhi
kebutuhan pasien
Maksud dan Tujuan PKPO 1 : Pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat
merupakan bagian penting dalam pelayanan pasien sehingga organisasinya harus
efektif dan efisien, serta bukan hanya tanggung jawab apoteker, tetapi juga PPA
(profesional pemberi asuhan) dan staf klinis pemberi asuhan lainnya.
❑ SELEKSI DAN PENGADAAN PKPO 2, 2.1, 2.1.1
Standar PKPO 2 : Ada proses seleksi obat dengan benar yang menghasilkan
formularium dan digunakan untuk permintaan obat serta instruksi pengobatan. Obat
dalam formularium senantiasa tersedia dalam stok di RS atau sumber di dalam atau
di luar RS.
Maksud dan Tujuan PKPO 2 : …..Apabila terjadi kehabisan obat karena
keterlambatan pengiriman, stok nasional kurang, atau sebab lain yg tidak
diantisipasi sebelumnya maka tenaga kefarmasian harus menginformasikan kepada
PPA dan staf klinis pemberi asuhan lainnya tentang kekosongan obat tsb…..
PKPO 2.1.1. EP 2 : Ada bukti pemberitahuan kepada staf medis serta saran
substitusinya. Telusur/Instrumen : Bukti pelaksanaan pemberitahuan kepada staf
medis dan saran substitusinya (D)
❑ PENYIMPANAN PKPO 3, 3.1, 3.2, 3.3, 3.4, 3.5. 21
Asuhan Pasien Terintegrasi - Standar PKPO. (Eksplisit)
❑ PERESEPAN DAN PENYALINAN PKPO 4 , 4.1, 4.2, 4.3.
Standar PKPO 4 : Ada regulasi peresepan, permintaan obat dan instruksi
pengobatan.
Maksud dan Tujuan PKPO 4 : RS menetapkan staf medis yg kompeten dan
berwenang utk melakukan peresepan,permintaan obat serta instruksi pengobatan.
Standar PKPO 4.2 : RS menetapkan individu yg kompeten yg diberi kewenangan
untuk menulis resep/permintaan obat atau instruksi pengobatan.
❑ PERSIAPAN DAN PENYERAHAN PKPO 5, 5.1.
❑ PEMBERIAN (ADMINISTRATION) PKPO 6, 6.1, 6.2
OBAT Standar PKPO 6 : RS menetapkan staf klinis yg kompeten dan berwenang untuk
memberikan obat.
❑ PEMANTAUAN (MONITOR) PKPO 7, 7.1.
Standar PKPO 7 : Efek obat dan efek samping obat terhadap pasien dipantau.
Maksud dan Tujuan PKPO 7 : Standar ini bertujuan agar apabila timbul efek
samping obat dapat dilaporkan oleh PPA kepada tim farmasi dan terapi yang
selanjutnya dilaporkan…….
……. Apoteker bekerjasama dengan pasien, dokter, perawat, dan tenaga kesehatan
lainnya untuk memantau pasien yang diberi obat……

22
(Permenkes No 34/2021 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Klinik)
Lampiran :
STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI KLINIK
BAB III PELAYANAN FARMASI KLINIS

F. Ronde/Visite Pasien
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya
terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, dan lain-lain.
Tujuan:
1. Memeriksa Obat pasien.
2. Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan Obat dengan mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien.
3. Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan Obat.
4. Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi Kesehatan dalam terapi pasien.

Kegiatan visite bersama tim:


1. Melakukan persiapan yang dibutuhkan seperti memeriksa catatan pengobatan pasien dan menyiapkan pustaka penunjang.
2. Mengamati dan mencatat komunikasi dokter dengan pasien dan/atau keluarga pasien terutama tentang Obat.
3. Menjawab pertanyaan dokter tentang Obat.
4. Mencatat semua instruksi atau perubahan instruksi pengobatan, seperti Obat yang dihentikan, Obat baru, perubahan dosis, dan
lain- lain.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:


1. Memahami cara berkomunikasi yang efektif. 2. Memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan pasien dan tim. 3. Memahami teknik
edukasi. 4. Mencatat perkembangan pasien. 23
Asuhan Pasien

❖3 Integrasi
❖10 Dimensi PCC
❖Penerapan Standar Akreditasi
HPK, ARK, AP, PAP, MKE, PMKP,
TKRS….
Berbasis Pelayanan Berfokus Pasien / PCC dan
1
Asuhan Pasien Terintegrasi

Dilaksanakan oleh PPA sebagai Tim, yang


2 berkolaborasi interprofessional dengan
kompetensi untuk berkolaborasi

Dilaksanakan dengan DNA of Care :


3
Safety, Quality, Culture

` Asuhan pasiennya didokumentasikan terintegrasi


Asuhan Pasien 4.0 : adalah asuhan
4 melalui IT dalam SIRSAK dan SISMADAK
pasien, yang modern, terkini di
Rumah Sakit dan distandarkan
dalam SNARS Edisi 1.1.
Framework dalam SNARS :

Dimensi Budaya Mutu dan Safety


dalam Standar Akreditasi RS

ASUHAN PASIEN

Kompetensi
RISIKO Budaya SAFETY

MUTU
(Nico Lumenta, 2015)

29
31
Patient Experience/ Pengalaman Pasien

Pengalaman Pasien didefinisikan sbg :


Jumlah semua interaksi, yg dibentuk oleh
budaya organisasi, dan mempengaruhi
persepsi pasien, di seluruh kontinum
pelayanan.
(The Beryl Institute, https://www.theberylinstitute.org/
page/definingpatientexp)

The patient experience is now globally Patient Experience/ Pengalaman Pasien


recognized as an independent dimension sekarang diakui secara global sebagai
of health-care quality. dimensi independen dari mutu pelayanan
kesehatan.

(Oben, P : Understanding the Patient Experience: A Conceptual Framework, Journal of Patient Experience, 2020, Vol. 7(6) 906-910. DOI: 10.1177/2374373520951672 )

KARS :

Bila Pasien Itu Saya 32


✓ Pada asuhan pasien ada hipokompetensi komunikasi (Comunication Hypocompetence: An Iatrogenic
Epidemic)
✓ Kesalahan medis sebagian besar didasarkan pada komunikasi yang buruk dalam pengaturan secara tim
klinis. (Medical error is largely grounded In poor communication in clinical team settings).
✓ Patient Centred Care adalah suatu model kolaboratif dengan kebersamaan dalam komunikasi (mutuality in
communication). PCC sebenarnya berpusat pada komunikasi.

Where is “patient-centredness” centred ?


(Pendekatan pada PCC)
…three main differences in approach to patient-centredness: first, as ….tiga perbedaan utama dalam pendekatan terhadap patient-centredness:
a characteristic of doctors (with its archetype as paternalism ); 1. karakteristik dokter (dengan pola dasar sebagai paternalisme);
second, as empowered activities by patients (with its archetype as 2. aktivitas yang diberdayakan oleh pasien (dengan pola dasar sebagai
patient autonomy); and third, as the relationship between doctor and otonomi pasien); dan
patient in action (with its archetype as collaboration, leading to 3. hubungan antara dokter (PPA) dan pasien dalam tindakan (dengan pola
mutuality). dasar sebagai kolaborasi, mengarah pada mutualitas).
Conceptually, and paradoxically, patient-centredness is not formally Secara konseptual, dan secara paradoks, patient-centredness tidak secara
centred on patients (although it may be in spirit and intention) formal berpusat pada pasien (walaupun mungkin dalam semangat dan niat)
since it is, first, centred on doctor's professional identities and karena,
personalities (following the values of individualism); second, on - pertama, berpusat pada identitas dan kepribadian profesional dokter
political and economic values that inform emancipation and (mengikuti nilai-nilai individualisme);
empowerment approaches; and third, on educational values - kedua, tentang nilai-nilai politik dan ekonomi yang menginformasikan
informing collaborative activities between doctors and patients. pendekatan emansipasi dan pemberdayaan; dan
- ketiga, tentang nilai-nilai pendidikan yang menginformasikan kegiatan
kolaboratif antara dokter (PPA) dan pasien.

(Bleakley, A. Patient Centred Medicine in Transition, The Heart of the Matter, 2014)
“The Indonesian
*Asuhan Pasien Terintegrasi : 10 Dimensi PCC model of PCC”
1. Patient Engagement & Empowerment. Pasien (dan keluarganya) adalah bagian utama dari PCC, selain itu
dalam SNARS pasien merupakan bagian dari tim PPA, hal ini tertuang dalam standar a.l. HPK, ARK, PAP,
MKE. Dalam keseharian keterlibatan pasien dapat menggunakan “alat” Patient Activation Measurement
(PAM), dengan PAM ini pasien digolongkan dalam 4 level mulai dari level 1 kurang aktif s/d level 4 sangat
aktif. Asuhan yang diberikan perlu menyesuaikan dengan tingkatan keterlibatan ini.
2. DPJP sbg Clinical Leader dalam SNARS diarahkan pada standar AP 4, PAP 2.1, dengan penjabaran review
dan verifikasi pada CPPT.
3. PPA sbg Tim dengan Kolaborasi Interprofesional dituntun oleh standar AP 4, PAP 2, 2.1. Untuk dapat
mengimplemntasi PPA sebagai tim, masing2 PPA harus memiliki kompetensi untuk berkolaborasi, dalam 4
ranah dengan sejumlah 38 unit kompetensi. (Core competencies for interprofessional collaborative
practice: Report of an expert panel. Washington, D.C.: Interprofessional Education Collaborative, (2011))
4. CPPT – Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi diarahkan oleh standar AP 2, 2.1, PAP 2.1, TKRS 3.2, SKP
2, 2.2, MIRM 13.1, 13.4, MKE 5. CPPT ini merupakan wadah penting dokumentasi hasil kerja PPA sebagai
tim
5. Manajer Pelayanan Pasien (MPP) / Case Manager. MPP yang merupakan “pendamping” pasien dan
menjadi “liaison” bagi pasien, peran – fungsinya kegiatannya diarahkan oleh ARK 3.1. sebagai standar
“induk”, selanjutnya pada PAP 2, AP 4, ARK 2.2, PAP 2.4, ARK 3.3, MIRM 13.1, PAP 1.
35
6. Segitiga Sasaran PCC – Triple Aim PCC, terdiri dari Sasaran PPA, Pasie, MPP. Merupakan bagian penting
dalam asuhan pasien, karena sasaran/harapan dari pasien perlu diperhatikan oleh PPA. Selain itu sasaran
MPP merupakan suatu factor yang sangat mendukung bagaimana persepsi dan kesan pasien terhadap
rumah sakitnya. (HPK, ARK, AP, PAP)
7. Kolaborasi Pendidikan Pasien, edukasi kepada pasien perlu dilakukan secara kolaboratif agar pasien
memahami asuhan yang diberikan, diutntundalam standar MKE.
8. Integrated Clinical Pathway, intgrasi PPA dimulai pada hilirnya adalah penyusunan Clinical Pathway/Alur
Klinis dilakukan secara terintegrasi dengan memadukan (per topik) Panduan Praktik Klinis (PP), Panduan
Asuhan Keperawatan (PAK), Panduan Asuhan Kefarmasian (PAKf), Panduan Asuhan Gizi ()PAG). Diarahkan
oleh standar PMKP dan TKRS.
9. Integrated Discharge Planning/ Perencanaan Pemulangan Pasien, dasar filosofinya adalah : agar
keberhasilan asuhan di rawat inap berlanjut dengan keberhasilan asuhan di rumah selama masa
pemulihan. Prinsipnya perlu melakukan deteksi risiko sedini mungkin dan menyusun rencana asuhan
dirumah agar aman dan efektif. (ARK 3 dan ARK 4.1.)
10. Budaya Keselamatan, budaya pada dasarnya merupakan penggerak SDM. Dengan budaya keselamatan
yang memadai asuhan yang diberikan kepada pasien menjadi lebih aman. Budaya keselamtan
dituntunoleh standar TKRS 13, 13.1 dan PMKP 10. Ringkasan dari berbagai core concept maka terdapat 8
elemen inti budaya keselamatan : Kepemimpinan, Keterlibatan Pasien, PCC dengan motto ‘BPIS’ Bila
pasien itu saya, Pelaporan IKP dan Pembelajaran, Kolaborasi Interprofesional, Respek/Trust, Just Culture-
36
Budaya Adil-Keseimbangan Sistem & Manusia, Komunikasi
10 Dimensi PCC

1. Keterlibatan &
Pemberdayaan
Pasien – Keluarga
Patient & Family
Engagement -
Empowerment
Patient Activation Measurement
Level Keterlibatan Pasien
Tabel 1 Empat tingkat aktivasi pasien

I. Individu cenderung pasif dan merasa terbebani dengan mengatur kesehatannya


sendiri. Mereka mungkin tidak memahami peran mereka dalam proses perawatan.
II. Individu mungkin kurang memiliki pengetahuan dan kepercayaan diri untuk
mengelola kesehatannya.
III. Individu tampaknya mengambil tindakan tetapi mungkin masih kurang percaya
diri dan kurang terampil untuk mendukung perilaku mereka.
IV. Individu telah mengadopsi banyak perilaku yang diperlukan untuk mendukung
kesehatan mereka, tetapi mungkin tidak dapat mempertahankannya dalam
menghadapi tekanan hidup.

(Hibbard,J & Gilburt,H :Supporting people to manage their health, An


introduction to patient activation, The King’s Fund, 2014)
KARS Dr.Nico Lumenta
2. DPJP
sebagai
Ketua Tim
Klinis
(Clinical Leader)
DPJP sebagai Clinical Leader

DPJP adalah Clinical/Team Leader PPA


▪ Susun Kerangka Pokok Asuhan
▪ Koordinasi
▪ Kolaborasi
▪ Review R (dari IAR)
▪ Sintesis
▪ Interpretasi
▪ Integrasi asuhan
45
46
47
DPJP
Gambaran kegiatan Clinical Leader, sbg “motor” integrasi asuhan
Secara rutin saat visit pasien tiap pagi, DPJP membaca CPPT semua informasi (24
jam), dari semua PPA, terkait a.l. asesmen, perkembangan pasien, pelaksanaan
pelayanan, juga dari form lain a.l. “Nurse’s note”, Form gizi, dsb.

Melakukan review, interpretasi, sintesis dari rencana dan pelaksanaannya. (Std PAP 2.1.)

Menyusun skala prioritas.

Bila diperluka, membuat catatan / notasi pd CPPT utk a.l. perhatian,


koreksi, arahan, instruksi dsb

Atau bila asuhan sudah sesuai dgn rencana & sasaran, cukup
memberi paraf (= verifikasi) pada lembar CPPT, beri paraf pd pojok
kanan bawah lembar CPPT, per 24 jam. (Std PAP 2.1.)
CPPT : CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI 5
Kolaborasi PPA REVIEW &
3 4
melalui CPPT VERIFIKASI DPJP
HASIL ASESMEN PASIEN DAN PEMBERIAN PELAYANAN Instruksi PPA (Tulis Nama, beri Paraf,
Profesional Termasuk Pasca Bedah Tgl, Jam)
Tgl, Jam
Pemberi Asuhan (Tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai Sasaran. Tulis Nama, beri Paraf (Instruksi ditulis dgn (DPJP harus
pada akhir catatan) rinci dan jelas) membaca/mereview
seluruh Rencana
1 2 Asuhan)
2/2/2015 Perawat S : Nyeri akut lutut kiri sejak 1-2 jam • Monitoring nyeri tiap 30’
Jm 8.00 O : skala nyeri VAS : 7 • Lapor DPJP
TD 165/90, N 115/m, Frek Nafas : 30/m • Kolaborasi pemberian
A : Nyeri akut arthritis gout anti inlamasi & analgesic
P : Mengatasi nyeri dalam 2 jam dgn target VAS <4
Paraf..
*Lapor 2 jam lagi skala
nyeri
*Foto Ro Lutut hari ini bila
2/2/2015 Dokter S : Nyeri lutut kiri akut sejak pagi nyeri mereda/toleransi
Jm 8.30 O : Lutut kiri agak merah, nyeri tekan, skala NRS 7-8, hangat pd palpasi. cukup
A : Gouty Arthritis - flare Genu Sinistra
P : inj steroid xx mg , tab colchicine 2 X 0,6 mg/hari. `
Paraf …
Dst….
Paraf DPJP
Catatan/Notasi DPJP … … … … … … … … … … per akhir 24
… … … … … … … … … … … … …+paraf DPJP
jam
3. PPA : Tim
Interdisiplin dgn
Kolaborasi
Interprofesional
+ Kompetensi
Berkolaborasi
Profesional Pemberi Asuhan Clinical
PPA Team Leader
Dalam SNARS Ed 1.1. DPJP

PPJA
Apoteker
PPA
Tugas Mandiri,
Tugas Kolaboratif,
Tugas Delegatif

PPA Lainnya Dietisien


Kompetensi Profesi &
Kompetensi utk
Berkolaborasi
Interprofesional (KARS, 2018)
Interprofessionality
❑ Interprofessional Collaboration (IPC)
When multiple health workers from different professional
backgrounds work together with patients, families,
carers, and communities to deliver the highest quality of
care

❑ Interprofessional Education (IPE)


When students from two or more professions learn about,
from and with each other to enable effective collaboration
and improve health outcomes
(Framework for Action on Interprofessional Education & Collaborative Practice, WHO, 2010)
PPA : Kompetensi Kolaborasi Interprofesional
Interprofessional Collaborative Practice Competency
Domains

Interprofessional Education Collaborative Expert Panel.. Core competencies for interprofessional collaborative practice:
Report of an expert panel. Washington, D.C.: Interprofessional Education Collaborative, (2011)
Kompetensi pada Kolaborasi Interprofesional (38)

Ranah Kompetensi 1: Values/Ethics for Interprofessional Practice (10)

Bekerja bersama PPA lain untuk memelihara iklim saling respek (menghormati) dan
berbagi nilai2.
Ranah Kompetensi 2: Roles/Responsibilities (9)

Menggunakan pengetahuan dari peran masing2 guna memperoleh dan mengatasi


kebutuhan layanan kesehatan dari pasien dan populasi yang dilayani.
Ranah Kompetensi 3: Interprofessional Communication (8)
Berkomunikasi dengan pasien, keluarga, komunitas, dan PPA lain dengan cara yang
responsif dan bertanggung jawab yang mendukung suatu pendekatan tim dalam
pemeliharaan kesehatan serta pengobatan penyakit.
Ranah Kompetensi 4: Teams and Teamwork (11)

Menerapkan nilai2 membangun-relasi dan prinsip2 dinamika tim untuk kinerja efektif
dalam tim dgn peran yang berbeda untuk merencanakan dan memberikan asuhan
berfokus pasien-/populasi yang aman, tepat waktu, efisien, dan wajar.

Interprofessional Education Collaborative Expert Panel.. Core competencies for interprofessional collaborative practice:
Report of an expert panel. Washington, D.C.: Interprofessional Education Collaborative, (2011)
Ranah Kompetensi 1: Nilai2 / Etika untuk Praktek
Interprofesional (10)

1. Tempatkan kepentingan pasien / populasi di pusat interprofesional pemberian pelayanan


kesehatan.
2. Hormati martabat dan privasi pasien sambil menjaga kerahasiaan dlm pemberian asuhan
berbasis tim.
3. Rangkul keragaman budaya dan perbedaan individu yg menjadi ciri pasien, populasi, dan tim
PPA.
4. Hargai keunikan budaya, nilai, peran/tanggung jawab, dan keahlian profesi kesehatan
lainnya.
5. Bekerjasamalah dengan mereka yg menerima asuhan, mereka yg memberikan asuhan, dan
orang2 lain yg berkontribusi utk dan mendukung pemberian pelayanan pencegahan dan
kesehatan.
6. Kembangkan hubungan saling percaya dengan pasien, keluarga, dan anggota tim lainnya.
7. Tunjukkan standar perilaku etis dan kualitas asuhan yang tinggi dalam kontribusi seseorang
terhadap asuhan berbasis tim.
8. Kelola dilema etika khusus utk situasi interprofesional pelayanan berfokus pasien/ populasi.
9. Bertindak dgn kejujuran dan integritas dlm hubungan dgn pasien, keluarga, dan anggota tim
lainnya.
10. Pertahankan kompetensi dalam profesinya sendiri sesuai dengan ruang lingkup praktik.
Ranah Kompetensi 2: Peran / Tanggung Jawab (9)

1. Komunikasikan peran dan tanggung jawab seseorang dengan jelas kepada pasien, keluarga,
dan profesional lainnya.
2. Kenali keterbatasan seseorang dalam keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan.
3. Libatkan beragam profesional kesehatan yg melengkapi keahlian profesionalnya sendiri,
serta sumber daya terkait, untuk mengembangkan strategi guna memenuhi kebutuhan tertentu
asuhan pasien.
4. Jelaskan peran dan tanggung jawab pengasuh perawatan lain dan bagaimana tim bekerja
sama untuk memberikan asuhan.
5. Gunakan sepenuhnya pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan profesional kesehatan yg
tersedia maupun PPA dalam memberikan asuhan yg aman, tepat waktu, efisien, efektif, dan adil.
6. Berkomunikasi dengan anggota tim untuk memperjelas tanggung jawab setiap anggota
dalam melaksanakan komponen rencana asuhan atau intervensi kesehatan masyarakat.
7. Jalin hubungan yg saling bergantung dengan profesi lain untuk meningkatkan asuhan dan
pembelajaran lanjutan.
8. Terlibat dalam pengembangan profesional dan interprofessional berkelanjutan untuk
meningkatkan kinerja tim.
9. Gunakan kemampuan yang unik dan komplementer dari setiap anggota tim untuk
mengoptimalkan asuhan pasien.
Ranah Kompetensi 3: Komunikasi Interprofesional (8)

1. Pilih alat dan tehnik komunikasi yang efektif, termasuk sistem informasi dan teknologi
komunikasi, untuk memfasilitasi diskusi dan interaksi yg meningkatkan fungsi tim.
2. Atur dan komunikasikan informasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim PPA dalam
bentuk yg dapat dimengerti, hindari terminologi khusus disiplin jika memungkinkan.
3. Ungkapkan pengetahuan dan pendapat seseorang kepada anggota tim yg terlibat dalam
asuhan pasien dengan percaya diri, jelas, dan rasa hormat, bekerja untuk memastikan
pemahaman yg sama tentang informasi dan keputusan asuhan dan pengobatan.
4. Dengarkan secara aktif, dan dorong ide & pendapat anggota tim yg lain.
5. Berikan umpan balik yg tepat waktu, sensitif, dan instruktif kpd orang lain ttg kinerja mereka
di tim, tanggapi secara hormat sebagai anggota tim untuk umpan balik dari orang lain.
6. Gunakan bahasa hormat yg sesuai untuk situasi sulit tertentu, percakapan penting, atau
konflik interprofesional.
7. Kenali bagaimana keunikan seseorang, termasuk tingkat pengalaman, keahlian, budaya,
kekuasaan, dan hierarki dalam tim PPA, berkontribusi pada komunikasi yg efektif, mengatasi
konflik, dan hubungan kerja interprofesional yg positif.
8. Komunikasikan secara konsisten pentingnya kerjasama tim dalam asuhan berfokus-pasien
dan berfokus masyarakat.
Ranah Kompetensi 4: Tim dan Kerjasama Tim (11)

1. Jelaskan proses pengembangan tim dan peran serta praktik tim yg efektif.
2. Kembangkan konsensus atas prinsip2 etika untuk memandu semua aspek dari asuhan pasien dan
kerjasama tim.
3. Libatkan PPA lainnya, sesuai dengan situasi pelayanan khusus, dalam –shared – pemecahan masalah
yg berfokus pasien.
4. Integrasikan pengetahuan dan pengalaman profesi lain—sesuai dengan situasi pelayanan khusus—
untuk menginformasikan keputusan pelayanan, sambil menghormati nilai dan prioritas/preferensi pasien/
komunitas untuk pelayanan.
5. Terapkan praktik kepemimpinan yang mendukung praktik kolaboratif dan efektivitas tim.
6. Libatkan diri sendiri dan orang lain untuk secara konstruktif mengelola ketidaksepakatan tentang nilai, peran,
tujuan, & tindakan yang muncul di antara PPA dan dengan pasien - keluarga.
7. Berbagi akuntabilitas dengan profesi lain, pasien, dan komunitas untuk hasil yang relevan dengan
pencegahan dan pelayanan kesehatan.
8. Refleksikan kinerja individu dan kinerja individu utk tim, juga kinerja tim, dan peningkatan kinerja.
9. Gunakan strategi perbaikan proses untuk meningkatkan efektivitas kerja tim interprofessional dan asuhan
berbasis tim.
10. Gunakan bukti yang tersedia untuk menginformasikan kerjasama tim yang efektif dan praktik berbasis
tim.
11. Lakukan/perform secara efektif dalam tim dan dalam tim yang berbeda dalam berbagai pengaturan.
PPA
sebagai
Tim Interdisiplin

(Febr 2015
17 pages)
(How to Guide : Multidisciplinary Rounds.
Institute for Healthcare Improvement,
updated February 2015 )
Video

MDR
“Multidisciplinary Rounds”
(3,5’)
4. CPPT – Catatan
Perkembangan
Pasien Terintegrasi
dan Komunikasi
antar PPA
Standar AP.2
RS menetapkan regulasi utk melakukan asesmen ulang bagi semua pasien dgn interval waktu
berdasarkan kondisi, tindakan, utk melihat respons pasien, dan kemudian dibuat rencana
kelanjutan asuhan dan atau rencana pulang. Asesmen ulang
Elemen Penilaian AP.2 SOAP, semua PPA
1. Ada regulasi ttg asesmen ulang oleh DPJP, perawat dan PPA lainnya utk evaluasi respons pasien
thd asuhan yg diberikan sbg tindak lanjut. (lihat juga, ARK 3, PAP.5; PAB.6.1; MPO.7) (R)
2. Ada bukti pelaksanaan asesmen ulang medis dilaksanakan minimal satu kali sehari, termasuk
akhir minggu / libur utk pasien akut (D,W)
3. Ada bukti pelaksanaan asesmen ulang oleh perawat minimal 1 kali per shift atau sesuai dgn
perubahan kondisi pasien. (D,W)
4. Ada bukti asesmen ulang oleh PPA lainnya dilaksanakan dgn interval sesuai regulasi RS. (D,W)

Standar AP.2.1
RS menetapkan regulasi hasil asesmen ulang dicatat di rekam medis dan - Urutan lembar dlm RM
- Penataan “on going”
didokumentasikan dengan baik dan dapat dengan cepat dan mudah ditemukan - CPPT
kembali dalam rekam medis.
Elemen Penilaian AP.2.1
1. RS menetapkan pengaturan urutan penyimpanan lembar2 RM agar mudah dicari kembali diakses dan
terstandar, PPA dpt menemukan dan mencari kembali hasil asesmen di rekam medis. (R)
2. Asesmen ulang dicatat di dokumen Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT). (D)
CPPT : CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI 5
Kolaborasi PPA REVIEW &
3 4
melalui CPPT VERIFIKASI DPJP
HASIL ASESMEN PASIEN DAN PEMBERIAN PELAYANAN Instruksi PPA (Tulis Nama, beri Paraf,
Profesional Termasuk Pasca Bedah Tgl, Jam)
Tgl, Jam
Pemberi Asuhan (Tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai Sasaran. Tulis Nama, beri Paraf (Instruksi ditulis dgn (DPJP harus
pada akhir catatan) rinci dan jelas) membaca/mereview
seluruh Rencana
1 2 Asuhan)
2/2/2015 Perawat S : Nyeri akut lutut kiri sejak 1-2 jam • Monitoring nyeri tiap 30’
Jm 8.00 O : skala nyeri VAS : 7 • Lapor DPJP
TD 165/90, N 115/m, Frek Nafas : 30/m • Kolaborasi pemberian
A : Nyeri akut arthritis gout anti inlamasi & analgesic
P : Mengatasi nyeri dalam 2 jam dgn target VAS <4
Paraf..
*Lapor 2 jam lagi skala
nyeri
*Foto Ro Lutut hari ini bila
2/2/2015 Dokter S : Nyeri lutut kiri akut sejak pagi nyeri mereda/toleransi
Jm 8.30 O : Lutut kiri agak merah, nyeri tekan, skala NRS 7-8, hangat pd palpasi. cukup
A : Gouty Arthritis - flare Genu Sinistra
P : inj steroid xx mg , tab colchicine 2 X 0,6 mg/hari. `
Paraf …
Dst….
Paraf DPJP
Catatan/Notasi DPJP … … … … … … … … … … per akhir 24
… … … … … … … … … … … … …+paraf DPJP
jam
(Yulia Trisna, Asuhan Kefarmasian dalam Std PAP SNARS 1.1., KOL WIA Training, Maret 2021)
71
5. Manajer
Pelayanan
Pasien
Case Manager
MANAJER PELAYANAN PASIEN / CASE MANAGER

DPJP
PPJA MPP :
PPJA Apoteker • ARK 3.1. – MPP
Clinical Leader :
• PAP 2 –
• Kerangka pokok
asuhan Pasien, Integrasi Inter
Keluarga Unit
• Koordinasi
• AP 4 – Integrasi
• Kolaborasi
inter PPA
• Sintesis
• Interpretasi Lainnya Dietisien • ARK 2.2. –
Kelola Alur
• Review
Pasien
• Integrasi asuhan
• PAP 2.4 – KTD
• ARK 3.3. –
Yan Kes (MPP bukan Transfer
MIRM 13.1. –
MPP
/ RS Lain PPA aktif) •
Transfer
✓ MPP bukanlah PPA aktif Yan Case Manager • PAP 1 – Asuhan
✓ Shift pagi Keuangan/ Seragam
Billing Asuransi Dokter
✓ Ratio 1 : 25 Pasien
Perusahaan/ Keluarga
- Kompleksitas Pasien Employer BPJS
- Kebutuhan RS
• Pembayar
• Perusahaan
• Asuransi
Output CM : MPP :
▪ Kontinuitas Pelayanan • ARK 3.1. – MPP
▪ Pelayanan dgn Kendali • PAP 2 – Integrasi Inter Unit
Mutu dan Biaya • AP 4 – Integrasi inter PPA
▪ Pelayanan yg memenuhi ARK 2.2. – Kelola Alur Pasien
MPP

kebutuhan Pasien-Kel pd • PAP 2.4. – KTD
ranap s/d dirumah • ARK 3.3. – Transfer
▪ Good Patient Care Case • MIRM 13.1. – Transfer
Manager • PAP 1 – Keseragaman Asuhan

(*Pemandu, *Laison/
Penghubung/“Jembatan”) • RS
Pasien • PPA
Keluarga • Rohaniwan
• Unit2
• Keuangan
75
“Manajemen Pelayanan
Pasien akan menjadi bagian
tak terpisahkan dari
pelayanan kesehatan. Tidak
ada model pelayanan
kesehatan yang akan
berhasil tanpa komponen
manajemen pelayanan
pasien” !!!

76
(The Commission for Case Manager Certification’s Case Management Body of Knowledge®. (CMBOK®), 2011)
• MPP me navigasi melalui 9+1 fase
• Berulang & Cyclical Proses Manajemen
• Berpusat pd pasien Pelayanan Pasien
• Sistem support dari pasien
Form A Form B Level bervariasi berdasarkan pengaturan
MPP MPP praktik. Termasuk pengumpulan data yg
s/d Selesai dibutuhkan untuk fase Evaluasi hasil

Perenca Implemen Tindak Proses Evalua


Skrining Asesmen
naan tasi lanjut Transisi si hasil
(Koordinasi
Asuhan)

Terminasi
MnPP

Stratifik Kedalaman fase ini bervariasi berdasarkan pada Komunikasi


pengaturan praktik MnPP. Misalnya. Risiko stratifikasi
asi adalah penting dalam asuransi kes, asuhan kronis dll. Pasca
Risiko Dalam perawatan akut / jangka panjang Risiko Transisi
stratifikasi dapat dikombinasikan dengan fase
Asesmen

77
(CCMC, Commission for Case Manager Certification, 2011)
Asuhan Pasien Terintegrasi
*Asesmen Pasien (IAR) & *Pemberian Pelayanan/Pelaksanaan Rencana/Intervensi

PPA `

MPP Pasien Kebutuhan


/ Case Mgr
Sistem
Pasien
Pendukung
Keluarga,Teman,
RT-Tetangga dsb Sasaran Sasaran
PPA Pasien

Sasaran
MPP
(Nico Lumenta, 2019) 78
Segitiga Sasaran PCC
“Triple Aim PCC”

*Sasaran *Harapan AP 1, ARK 1,


PAP 2.1.
PPA* / Sasaran HPK 2.2.
(+BPIS)
Pasien*

Harapan/Sasaran terkait
1. Pemahaman Pasien ttg asuhan
(penyakit,tindakan) 1. Diagnosis
2. Kepuasan pasien 2. Terapi, Obat, Tindakan
3. Kemampuan mengambil keputusan 3. Fungsi Fisik, Mental
terkait asuhan 4. Lain2
4. Keterlibatan & pemberdayaan
5. Kepatuhan thd PPA
6. Kemandirian pasien
*Sasaran
7. Dukungan keluarga/yg lain pasien
8. Pemulangan aman MPP* ARK 3.1.

9. Kesesuaian asuhan dgn kebutuhannya


10.Kesinambungan pelayanan (Nico Lumenta, 2019)
7. Kolaborasi
Pendidikan
Pasien
@Standar MKE 10 : Edukasi pasien dan keluarga termasuk topik berikut
ini, terkait dengan pelayanan pasien: penggunaan obat yang aman,
penggunaan peralatan medis yang aman, potensi interaksi antara obat dan
makanan, pedoman nutrisi, manajemen nyeri, dan teknik rehabilitasi.
Elemen Penilaian MKE 10
1. Pemberian edukasi kpd pasien dan keluarga terkait dgn asuhan yg diberikan meliputi
penggunaan obat2-an secara efektif dan aman, potensi efek samping obat, potensi interaksi
obat antarobat konvensional, obat bebas, serta suplemen atau makanan. (D,W)
2. Pemberian edukasi kpd pasien dan keluarga terkait dgn asuhan yg diberikan meliputi
keamanan dan efektivitas penggunaan peralatan medis. (D,W)
3. Pemberian edukasi kpd pasien dan keluarga terkait dengan asuhan yg diberikan meliputi
diet dan nutrisi yang memadai. (D,W) (lihat juga PAP.4 EP 7)
4. Pemberian edukasi kpd pasien dan keluarga terkait dengan asuhan yg diberikan meliputi
manajemen nyeri. (D,W) (lihat juga HPK 2.5 dan PAP 6 ; AP 1.3)
5. Pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga terkait dengan asuhan yg diberikan
meliputi teknik rehabilitasi. (D,W)
6. Pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga terkait dengan asuhan yang diberikan
meliputi cara cuci tangan yang aman. (D,W,S) (lihat juga SKP 5 dan PPI 9 EP 6)
8. Alur Klinis
Terintegrasi
PPK - CP
(ICP)

TKRS 11.2
PMKP 5.1
UU no 29/2004 Praktik Kedokteran

Pasal 44 Pasal 50 & 51

Standar Standar Profesi


Pelayanan Standar Prosedur
Kedokteran Operasional

Permenkes 1438/2010
Standar Pelayanan Kedokteran
Prinsip dasar : Std Pelayanan Kedokteran terdiri dari
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran - PNPK dan SPO
PNPK (Pedoman Nasional
Literatur:
Pelayanan Kedokteran) Artikel asli
Terutama untuk penyakit yang banyak, Meta-analisis
mahal, risiko, bervariasi dalam praktik PNPK (asing)
Dibuat oleh pakar multidisiplin
Ideal, terkini, evidence-based, canggih Buku ajar, etc
Dikoordinasi Kemenkes, disahkan Menkes Panduan profesi, Direktorat,
Kesepakatan staf medis
Diterjemahkan ke fasyankes
menjadi:

Standar Prosedur Operasional = PPK

Dapat +
Sesuai dengan Pathways Dapat dilakukan
Algoritme tanpa
Jenis dan strata
menunggu PNPK
(hospital specific) Protokol
Prosedur
(Sudigdo Sastroasmoro, Konsorsium Upaya Kesehatan,
Ditjen BUK - Kemenkes RI, 2015) Standing orders
267 hal
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
▪ PPK Apendisitis Akut
▪ PPK Benign Prostat Hyperplasia
▪ PPK Fraktur Terbuka
▪ PPK Hernia Inguinalis
▪ PPK Total Knee Arthroplasty/Replacement
▪ PPK Demam Tifoid
▪ PPK Diare Akut
▪ PPK Kejang Demam
▪ PPK DHF
▪ PPK Pneumonia
▪ PPK Stroke Hemoragik
▪ PPK Stroke Iskemik
▪ PPK Perdarahan Subarachnoid
▪ PPK Placenta Previa Pada Kehamilan Aterm
PANDUAN ASUHAN PANDUAN ASUHAN PANDUAN ASUHAN
KEPERAWATAN GIZI KEFARMASIAN
▪ PAK Apendisitis Akut ▪ PAG Apendisitis ▪ PAKf Terkait Permasalahan Obat
▪ PAK Benign Prostat Hyperplasia ▪ PAG Demam Tifoid / Drug Related Problem pd
▪ PAK Fraktur Long Bone ▪ PAG Diare Akut Apendisitis
▪ PAK Total Knee Replacement ▪ PAG Kejang Demam ▪ PAKf Terkait Permasalahan Obat
/ DRP pd Hernia Inguinalis
▪ PAK Diare Akut ▪ PAG Demam Berdarah
▪ PAKf Terkait Permasalahan Obat
▪ PAK Kejang Demam Sederhana ▪ PAG Bronkopneumonia / DRP pd Demam Tifoid
▪ PAK Placenta Previa Totalis ▪ PAG Stroke ▪ PAKf Terkait Permasalahan Obat
▪ PAG Placenta Previa Totalis / DRP pd Diare
▪ PAKf Terkait Permasalahan Obat
/ DRP pd Kejang Demam
▪ PAKf Terkait Permasalahan Obat
/ DRP pd DBD
Prinsip Penyusunan
Clinical Pathway / Alur Klinis

PPK
+ → Algoritme, Protokol, Prosedur, Standing orders
+
Panduan Asuhan Keperawatan, Panduan Asuhan Gizi, Panduan
Asuhan Kefarmasian, Panduan Asuhan PPA lainnya

*Asuhan Pasien Terintegrasi* 93


(TIM PERSI PENYUSUN CLINICAL PATHWAY GUIDELINE , DES 2015)
9. Perencanaan
Pemulangan
Pasien
95
(Std APK 3 EP 3, AP 1.11)
Discharge Planning
Transisi & Kontinuitas Yan
Keluarga :
Asuhan
Dirumah

Pra Admisi : Yan


o eLOS Rawat inap Dirumah Sosial
o Rujukan

Yan
Discharge Planning Follow-up
Edukasi, Pelatihan spesifik : Pasien-Kel Penunjang,
• Awal & durante • Ke RS Yan Kes
Rehab
ranap • Telpon Primer
• Kriteria dilingkungan
• Tim Multidisiplin Proses Pulang :
• Keterlibatan o 24-48 jam pra-pulang
Pasien-Kel o Penyiapan Yan dilingkungan
• Antisipasi masalah o Kriteria pulang +
• Program Edukasi o Resume pasien pulang
/Pelatihan o Transport
o dsb

Discharge Planning
• Cegah Komplikasi
Pasca Discharge
• Cegah Readmisi
(Code of Practice for Integrated Discharge Planning, Health Service Executive, 2008)
10. Budaya
Keselamatan
Budaya Keselamatan Dalam SNARS 1.1.
TKRS 13
Direktur TKRS 13.1.
Menciptakan & Mendukung Direktur
Budaya Keselamatan Pasien Melaksanakan, Memonitor,
• Keterbukaan Memperbaiki Budaya Keselamatan
• Perbaiki Perilaku • Sistem Pelaporan IKP
• Pendidikan • Keamanan Pelapor
• Identifikasi masalah budaya • Investigasi laporan
• Sumber daya • Identifikasi perilaku Staf
• Pengukuran budaya, indikator mutu

PMKP 10
Pengukuran/Evaluasi Budaya
Keselamatan
• Regulasi
• Pelaksanaan
Rangkuman Berbagai Core Concept
*DNA of Care
🌏 Safety
🌏 Quality Kepemimpinan
🌏 Culture

PCC Pelaporan IKP-


Patient Centred Care Pembelajaran
‘BPIS’

Keterlibatan Pasien
Kolaborasi
Interprofesional
Just Culture-Budaya Adil
Respek/Trust Keseimbangan Sistem & Manusia

Komunikasi

*(Hardy, P. 2017. Patient


voice and DNA of Care, (Nico Lumenta, 2020)
ISQua Conference, London)
Kepemimpinan

Pelaporan IKP-
Patient Centred Care Pembelajaran

Cultural Kompetensi
Kolaborasi
Competence Interprofesional Keterlibatan Pasien
Budaya
Respek/Trust Just Culture-Budaya Adil

Komunikasi

(Nico Lumenta, 101


2020)
• SNARS 1.1. menstandarkan pemberian asuhan pasien berbasis PCC - Patient-Centred Care dan APT-
Asuhan Pasien Terintegrasi.
• Konsep inti PCC :
A. Sisi Pasien : Martabat & Respek, Informasi, Partisipasi, Kolaborasi
B.Sisi PPA : Berpartner dgn Pasien, PPA adalah Tim Interdisiplin, DPJP adalah Clinical Leader, Asuhan
Pasien Terintegrasi.
• Pelaksanaan Asuhan Pasien Terintegrasi terdiri dari 10 Dimensi PCC :
1. Keterlibatan & Pemberdayaan Pasien-Keluarga; 2. DPJP sbg Clinical Leader; 3. PPA sbg Tim,
Kolaborasi Interprofesional; 4. CPPT – Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi; 5. Manajer
Pelayanan Pasien; 6. Segitiga Sasaran PCC – Triple Aim PCC; 7. Kolaborasi Pendidikan pasien
8. Integrated Clinical Pathway; 9. Integrated Discharge Planning; 10.Budaya Keselamatan.
• Kompetensi, Kewenangan Klinis & Std Pelayanan Kefarmasian Apoteker di RS perlu ditingkatkan
dalam konteks PCC dan APT.
• Peran strategis Apoteker dalam menerapkan asuhan pasien terintegrasi dalam peningkatan mutu
pelayanan rumah sakit terwujud melalui PCC dan APT
• Patient Centered Care – PCC meningkatkan nuansa positif Patient Experience / Pengalaman Pasien
• Pasien & keluarga adalah Mitra PPA → bagian dari tim : mereka ikut memilih alternatif → ikut merasa
memiliki keputusan → ikut bertanggungjawab
PASIEN
Pasien

Quality & Safety


Profesional
Sistem Pelayanan Pemberi
Klinis Asuhan
Asuhan Pasien / Patient Care

Manajemen
Perawat
Sistem Fisio
Manajemen terapis Apoteker

KODEKI Pasal 18 Dokter “BPIS”


Pasien Ahli
Setiap Dr memperlakukan Gizi
Radio
teman sejawatnya grafer Lainnya
Analis
sebagaimana ia sendiri
ingin diperlakukan “Enthusiatic Patient”
“Kepuasan Pasien”

Pasien KARS Dr.Nico Lumenta


KELAS ON LINE PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT DALAM STANDAR AKREDITASI RUMAH SAKIT
TANGGAL 8 – 9 FEBRUARI 2022

dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM, MHKes, FISQua

105

Anda mungkin juga menyukai