1
(System)
1
WORKSHOP ONLINE BY INVITATION PROGRAM
AKREDITASI TINGKAT DASAR
16-17 Juni 2020
Di Pelayanan Kesehatan :
Keselamatan Pasien
“Menggerakkan” orang
dalam kelompok
Kepemimpinan RS SNARS Edisi 1.1
dalam SNARS Ed 1
Pokja – Pokja
Etika
Budaya
Leadership SDM RS
Sistem
Manajemen/ yg
Pengelolaan kompleks
Penerapan Standar
*Kepemimpinan yg efektif ditentukan oleh sinergi yg - Kegiatan Pelayanan RS
positif antara Pemilik RS, Direktur RS, Para Pimpinan di
RS dan Kepala unit kerja & unit pelayanan.
*Direktur RS secara kolaboratif mengoperasionalkan RS
bersama dgn para pimpinan, kepala unit kerja & unit KARS
pelayanan utk mencapai visi misi yg ditetapkan dan
memiliki tangg-jwb dlm pengelolaan manajemen
peningkatan mutu dan keselamatan pasien, manajemen
Akreditasi Paripurna
kontrak serta manajemen sumber daya. (TKRS)
3 2
(People) 3
(System)
1
1
(Structure)
1
Atlet >< Organisasi
Fisik & Tehnik prima 1. System – Structure – People
Strategi & Taktik utk memenangkan 2. Strategy, Visi-Misi-Tujuan
pertandingan
Mental 3. Culture & Leadership
TataKelola di Rumah Sakit dlm perspektif SNARS Edisi 1.1.
Good
Patient
PASIEN
Care
Tata Kelola
Asuhan Pasien
Quality & Safety
yang Baik
• Good Hospital
Good
Sistem Pelayanan Governance &
Good Clinical Klinis • Good Clinical
Ethical Governance Asuhan Pasien / Patient Care Governance
Practice Tata Kelola Klinis
yang Baik
Sistem
Good Ps 36 UU 44/2009
Hospital Manajemen
Governance • Good Patient Care
Tata Kelola RS
yang Baik • Good Ethical Practice
SNARS Edisi 1
Pengertian:
Asuhan Pasien 4.0 : adalah asuhan pasien, yang modern,
terkini di Rumah Sakit dan distandarkan dalam SNARS Edisi 1,
Berbasis Pelayanan Berfokus Pasien / PCC dan Asuhan
1
Pasien Terintegrasi
Dilaksanakan oleh PPA sebagai Tim, yang berkolaborasi
2
interprofessional dengan kompetensi untuk berkolaborasi
Dilaksanakan dengan DNA of Care :
3
Safety, Quality, Culture
Asuhan pasiennya didokumentasikan terintegrasi melalui
4
IT dalam SIRSAK dan SISMADAK
(KARS, 2018)
Framework dalam SNARS :
ASUHAN PASIEN
Kompetensi
RISIKO Budaya SAFETY
MUTU
(Nico Lumenta, 2015)
*To Err Is Human, “Selama setahun, setiap hari 268 pasien
Building a Safer Health System, IOM, 2000 ranap meninggal krn IKP yg dpt dicegah…”
1.Safe. 4. Timely.
Crossing the Quality Chasm: 2.Effective. 5. Efficient.
6 Sasaran Perbaikan 6. Equitable.
A New Health System for the 21st Century, IOM, 2001 3.Patient-
Asuhan Pasien
centered.
Perspektif Pasien 1. Hormati nilai2, pilihan dan kebutuhan pasien
PCC : Core Concept PCC 2 Konsep Inti PCC
Perspektif PPA
2. Koordinasi dan integrasi asuhan
3. Informasi, komunikasi dan edukasi
4. Kenyamanan fisik
5. Dukungan emosional
The 8 Picker Principles of PCC 8 Prinsip Asuhan Pasien utk PCC 6. Keterlibatan keluarga & teman2
7. Asuhan yg berkelanjutan dan transisi yg lancar
8. Akses terhadap pelayanan.
1.Berdayakan & Libatkan
WHO Patients for Patient Safety, Jakarta Declaration, 2007 8 Deklarasi PFPS Pasien
2.Perkuat Kepemimpinan &
Akuntabilitas
3.Reorientasi Paradigma :
WHO Global Strategy on Integrated People-centred Health 5 Strategi PCC
*Sasaran
PPA* Kebutuhan
MPP
Pasien
Pasien
PAP 2.1.
*Harapan/ Sasaran
/ Case Mgr
Sistem Pasien*
Pendukung
Keluarga,Teman,
RT-Tetangga dsb
AP 1, ARK 1,
1. Pemahaman Pasien ttg asuhan HPK 2.2.
(penyakit,tindakan)
2. Kepuasan pasien
3. Kemampuan mengambil keputusan • Penerapan PCC >
*Sasaran terkait asuhan
4. Keterlibatan & pemberdayaan
• Kolaborasi PPA >
MPP* 5. Kepatuhan thd PPA • Kendali mutu asuhan
6. Kemandirian pasien • Kendali biaya asuhan
ARK 3.1. 7. Dukungan keluarga/yg lain pasien • Kendali safety asuhan MPP bukanlah PPA aktif
8. Pemulangan aman Shift pagi
9. Kesesuaian asuhan dgn Ratio 1 : 25 Pasien
kebutuhannya - Kompleksitas Pasien
(Nico Lumenta, 2019) 10. Kesinambungan pelayanan - Kebutuhan RS
Segitiga Sasaran PCC
“Triple Aim PCC”
Harapan/Sasaran terkait
1. Pemahaman Pasien ttg asuhan
(penyakit,tindakan) 1. Diagnosis
2. Kepuasan pasien 2. Terapi, Obat, Tindakan
3. Kemampuan mengambil keputusan 3. Fungsi Fisik, Mental
terkait asuhan 4. Lain2
4. Keterlibatan & pemberdayaan
5. Kepatuhan thd PPA
6. Kemandirian pasien
7. Dukungan keluarga/yg lain pasien
*Sasaran
8. Pemulangan aman MPP* ARK 3.1.
ASUHAN PASIEN
RISIKO SAFETY
MUTU
(Nico Lumenta, 2015)
ASUHAN PASIEN Dimensi Budaya
Good Patient Care
Patient Centered Care
Quality dan Safety
dalam Standar Akreditasi RS
Asuhan Pasien Terintegrasi
PPA sebagai Tim, Kolaborasi
Interprofesional + Kompetensinya
Berpartner dgn Pasien SAFETY
DPJP sebagai Clinical Leader • Just Culture
MDR - Multidisciplinary Round • Reporting Culture
BPIS • Learning Culture
• Informed Culture
RISIKO • Flexible Culture
RS institusi yg kompleks dan high risk • Generative Culture (MaPSaF)
: asuhan multi PPA, multi budaya, • 7 Standar KP, 6 SKP, 7 Langkah
multi regulasi, legal, finance, SD KPRS, 13 Program WHO-PS
Risk Register
Matrix Grading
MUTU
FMEA
Good Corp Governance Leadership
Situational Awareness Good Clinical Governance
RCA Standarisasi Input-Proses-Output-
Outcome
Pengukuran Mutu
PDCA
(Nico Lumenta, 2015)
Cultural competence
Kesadaran budaya (Cultural awareness)
• adalah kemampuan seseorang untuk melihat ke luar dirinya sendiri dan
menyadari akan nilai-nilai budaya, kebiasaan budaya yang masuk.
• Dapat menilai apakah hal tsb normal dan dapat diterima pada budayanya atau
mungkin tidak lazim atau tidak dapat diterima di budaya lain.
• Perlu memahami budaya yang berbeda dari dirinya dan menyadari
kepercayaannya dan adat istiadatnya dan mampu untuk menghormatinya
Kompetensi budaya adalah tingkat tertinggi dari kesadaran budaya
• Kompetensi budaya berfungsi untuk dapat menentukan dan mengambil suatu
keputusan dan kecerdasan budaya.
• Kompetensi budaya merupakan pemahaman thd kelenturan budaya (culture
adhesive).
• Penting karena dengan kecerdasan budaya seseorg memfokuskan pemahaman
pada perencanaan dan pengambilan keputusan pada suatu situasi tertentu.
Cultural competence
Is a set of congruent behaviors,
attitudes, and policies that come
together in a system, agency or
among professionals and enable Adalah suatu perangkat kesamaan perilaku,
sikap dan bersama secara harmonis dlm suatu
that system, agency or those
sistem, badan atau para profesi utk bekerja
professions to work effectively in secara efektif dlm situasi yg lintas-budaya /
cross-cultural situations. ‘cross-cultural’
Definisi
“Menggerakkan” orang
dalam kelompok
Kepemimpinan RS SNARS Edisi 1.1
dalam SNARS Ed 1.1
Pokja – Pokja
Etika
Budaya
Leadership SDM RS
Sistem
Manajemen/ yg
Pengelolaan kompleks
Penerapan Standar
*Kepemimpinan yg efektif ditentukan oleh sinergi yg - Kegiatan Pelayanan RS
positif antara Pemilik RS, Direktur RS, Para Pimpinan
di RS dan Kepala unit kerja & unit pelayanan.
*Direktur RS secara kolaboratif mengoperasionalkan
RS bersama dgn para pimpinan, kepala unit kerja & KARS
unit pelayanan utk mencapai visi misi yg ditetapkan
dan memiliki tangg-jwb dlm pengelolaan manajemen
peningkatan mutu dan keselamatan pasien,
Akreditasi Paripurna
manajemen kontrak serta manajemen sumber daya.
(TKRS)
“Cara kita
benar-benar
menyelesaikan
sesuatu”
1/5
BUDAYA KESELAMATAN
Dalam TKRS 13, 13.1, PMKP 10
Budaya keselamatan :
1) Staf klinis memperlakukan satu sama lain secara hormat
dengan,
2) Melibatkan dan memberdayakan pasien dan keluarga
3) Staf klinis pemberi asuhan bekerja sama dalam tim yang
efektif dan mendukung proses kolaborasi interprofesional
4) Asuhan berfokus pada pasien PCC & APT.
5) Setiap individu anggota staf (klinis atau administratif)
melaporkan hal-hal yang menguatirkan tentang keselamatan
atau mutu pelayanan
2/5
( A Roadmap to a Just Culture, Enhancing the Safety Environment. GAIN Working Group E , 2004)
(Based on Reason,J)
Safety Culture
Flexible Culture
Reporting Culture Suatu budaya dimana organisasi mampu
Suatu iklim organisasi dimana orang-orang merubah diri dan wajah mereka jadi
disiapkan untuk melaporkan error serta mampu beroperasi dengan tempo tinggi
KNC/near miss yg mereka lakukan atau berbagai bahaya tertentu – seringkali
Just Culture beralih dari cara hierarkis konvensional ke
Suatu suasana saling percaya/trust dimana cara yang lebih datar/sederhana
orang- orang didorong (bahkan diberi
hadiah) untuk memberikan informasi
penting terkait safety, tetapi dimana
mereka juga jelas tentang garis batas
antara perilaku akseptabel dan tidak
akseptabel
Leadership culture Pemimpin mengakui lingkungan yan kes adalah lingkungan berisiko tinggi dan
berusaha menyelaraskan visi / misi, kompetensi staf, dan sumber daya fiskal dan
manusia dari ruang rapat ke garis depan.
Teamwork culture Semangat kolegialitas, kolaborasi, dan kerja sama ada di kalangan eksekutif, staf, dan
praktisi independen. Hubungan terbuka, aman, hormat, dan fleksibel.
Culture of evidence-based practice Praktik asuhan pasien didasarkan pada bukti. Standardisasi utk mengurangi variasi
terjadi pada setiap kesempatan. Prosesnya dirancang utk mencapai kehandalan yg
tinggi.
Communication culture Lingkungan ada di tempat anggota staf individu, tidak peduli apa deskripsi
pekerjaannya, memiliki hak dan tangg-jwb untuk berbicara atas nama pasien.
Learning culture RS belajar dari kesalahannya dan mencari peluang baru untuk peningkatan kinerja.
Belajar dihargai di antara semua staf, termasuk staf medis.
Just culture Budaya yg mengenali kesalahan sbg kegagalan sistem daripada kegagalan individu
dan, pada saat yg sama, akuntabilitas individu atas tindaka
Patient-centered culture Asuhan pasien berpusat di sekitar pasien dan keluarga. Pasien bukan hanya peserta
aktif dalam asuhannya sendiri, tapi juga bertindak sbg penghubung antara RS dan
masyarakat.
(Source: Botwinick, Bisognano, & Haraden, 2006.)
4/5
“Leading a Culture
of Safety: A Blueprint
for Success”.
(2016).
(Yu A, Flott K, Chainani N, Fontana G, Darzi A. : Patient Safety 2030.
London, UK: NIHR Imperial Patient Safety Translational Research Centre, 2016.)
(Yu A, Flott K, Chainani N, Fontana G, Darzi A. : Patient Safety 2030.
London, UK: NIHR Imperial Patient Safety Translational Research Centre, 2016.)
• The NIHR Imperial Patient
Safety Translational
Research Centre
(PSTRC)
• is part of the National
Institute for Health
Research and
• is a collaboration between
Imperial College London
and
• Imperial College
Healthcare NHS Trust
(Yu A, Flott K, Chainani N, Fontana G, Darzi A. Patient Safety 2030. London, UK: NIHR Imperial Patient Safety
Translational Research Centre, 2016.)
EXECUTIVE SUMMARY
Tidak ada solusi sederhana untuk meningkatkan keselamatan, dan tidak ada intervensi
tunggal yang diimplementasikan secara terpisah akan sepenuhnya menangani masalah ini.
Laporan ini menyoroti empat pilar strategi keselamatan:
1. Pendekatan sistem. Pendekatan untuk mengurangi kerugian harus diintegrasikan dan
diterapkan pada tingkat sistem.
2. Fokus pd budaya. Sistem dan organisasi kesehatan harus benar-benar mengutamakan
kualitas dan keselamatan melalui penglihatan yang inspiratif dan penguatan positif, bukan
melalui kesalahan dan hukuman.
3. Pasien sebagai mitra sejati. Organisasi kesehatan harus melibatkan pasien dan staf dalam
keselamatan sebagai bagian dari solusi, tidak hanya sebagai korban atau pelaku kejahatan.
4. Bias menuju tindakan. Intervensi harus didasarkan pada bukti kuat. Namun, ketika bukti
kurang atau masih muncul, penyedia layanan harus melanjutkan dengan hati-hati,
mengambil keputusan yang beralasan daripada tidak bertindak.
(Yu A, Flott K, Chainani N, Fontana G, Darzi A. Patient Safety 2030. London, UK: NIHR Imperial Patient Safety
Translational Research Centre, 2016.)
Pola SEMILA
Vertikal & Horizontal
SEMILA
S = Standar Pastikan
E = Elemen Penilaian 1) Apa yang Wajib/Harus
M = Maksud & Tujuan; ada atau dilakukan -
I = Instrumen Must have/ do
L = Link ke Standar-EP lain 2) Apa yang tidak wajib,
A = Acuan ke Peraturan PerUUan, Etika Profesi, tetapi bila ada akan
Standar Profesi, Standar Internasional. lebih baik –
Nice to have/ do
Baca dengan Cermat, Berulang, Komprehensif.
Standar TKRS 13 5ep : Direktur RS menciptakan dan mendukung budaya
keselamatan di seluruh area di RS sesuai peraturan perUUan.
Komitmen organisasi menyediakan sumber daya, seperti staf, pelatihan, metode pelaporan yg
aman, dsb-nya untuk menangani masalah keselamatan
Masih banyak RS yg masih memiliki budaya untuk menyalahkan suatu pihak yg akhirnya
merugikan kemajuan budaya keselamatan. Just culture adalah model terkini mengenai
pembentukan suatu budaya yg terbuka, adil dan pantas, menciptakan budaya belajar,
merancang sistem2 yg aman, serta mengelola perilaku yg terpilih (human error, at risk
behavior, dan reckless behavior). Model ini melihat peristiwa2 bukan sbg hal2 yg perlu
diperbaiki, tetapi sbg peluang2 utk memperbaiki pemahaman baik thd risiko dari sistem
maupun risiko perilaku.
Ada saat2 individu seharusnya tidak disalahkan atas suatu kekeliruan; sbg contoh, ketika
ada komunikasi yg buruk antara pasien & staf, ketika perlu pengambilan keputusan secara
cepat, dan ketika ada kekurangan faktor manusia dlm pola proses pelayanan. Namun,
terdapat juga kesalahan tertentu yg merupakan hasil dari perilaku yg sembrono dan hal ini
membutuhkan pertangg-jwban.
Contoh dari perilaku sembrono mencakup kegagalan dlm mengikuti pedoman kebersihan
tangan, tdk melakukan time-out sebelum mulainya operasi, atau tdk memberi tanda pd
lokasi pembedahan.
Budaya keselamatan mencakup mengenali dan menujukan masalah yg terkait dgn sistem yg
mengarah pada perilaku yg tidak aman. Pada saat yg sama, RS harus memelihara pertangg-
jwban dgn tidak mentoleransi perilaku sembrono.
Pertangg-jwban membedakan kesalahan unsur manusia (seperti kekeliruan), perilaku yg
berisiko (contohnya mengambil jalan pintas), dan perilaku sembrono (spt mengabaikan
langkah2 keselamatan yg sudah ditetapkan).
Direktur RS melakukan evaluasi rutin dgn jadwal yg tetap dgn menggunakan
bbrp metode, survei resmi, wawancara staf, analisis data, dan diskusi
kelompok.
Direktur RS mendorong agar dapat terbentuk kerja sama utk membuat
struktur, proses, dan program yg memberikan jalan bagi perkembangan
budaya positif ini
Direktur RS harus menanggapi perilaku yg tidak terpuji dari semua individu
dari semua jenjang RS, termasuk manajemen, staf administrasi, staf klinis,
dokter tamu atau dokter part time, serta anggota representasi pemilik
Standar PMKP 10 2ep : Ada pengukuran dan evaluasi budaya
keselamatan pasien
“Leading a Culture
of Safety: A Blueprint
for Success”.
(2016).
(2016)
I
1
DIMENSIONS OF PSC
Through a qualitative meta-analysis the seven subcultures of patient safety
culture were identified as:
1. Leadership culture
2. Teamwork culture
3. Culture of evidence-based practice
4. Communication culture
5. Learning culture
6. Just culture
7. Patient-centered culture
(Source: Botwinick, Bisognano, & Haraden, 2006.)
1. Leadership: Leaders acknowledge the Pemimpin mengakui lingkungan yan kes
healthcare environment is a high-risk adalah lingkungan berisiko tinggi dan
environment and seek to align vision/mission,
staff competency, and fiscal and human
berusaha menyelaraskan visi / misi,
resources from the boardroom to the frontline kompetensi staf, dan sumber daya fiskal dan
manusia dari ruang rapat ke garis depan.
2. Teamwork: A spirit of collegiality, Semangat kolegialitas, kolaborasi, dan kerja
collaboration, and cooperation exists among sama ada di kalangan eksekutif, staf, dan
executives, staff, and independent
practitioners. Relationships are open, safe,
praktisi independen. Hubungan terbuka, aman,
respectful, and flexible. hormat, dan fleksibel.
3. Evidence-based: Patient care practices Praktik asuhan pasien didasarkan pada bukti.
are based on evidence. Standardization to Standardisasi utk mengurangi variasi terjadi
reduce variation occurs at every opportunity.
Processes are designed to achieve high
pada setiap kesempatan. Prosesnya dirancang
reliability. utk mencapai kehandalan yg tinggi.
4. Communication: An environment exists Lingkungan ada di tempat anggota staf
where an individual staff member, no matter individu, tidak peduli apa deskripsi
what his or her job description, has the right
and the responsibility to speak up on behalf of
pekerjaannya, memiliki hak dan tangg-jwb
a patient. untuk berbicara atas nama pasien.
5. Learning: The hospital learns from its RS belajar dari kesalahannya dan mencari
mistakes and seeks new opportunities for peluang baru untuk peningkatan kinerja.
performance improvement. Learning is valued Belajar dihargai di antara semua staf,
among all staff, including the medical staff.
termasuk staf medis.
• Traditionally, health care’s culture has held • Secara tradisional, budaya pelayanan kes telah membuat
individuals accountable for all errors or mishaps semua individu bertangg-jwb menangani error atau KTD yg
that befall patients under their care menimpa pasien yg berada dalam asuhan mereka
• A just culture recognizes that individual • Suatu just culture mengakui bhw individu tdk seharusnya
practitioners should not be held accountable for dianggap bertangg-jwb atas kegagalan sistem dimana
system failings over which they have no control. mereka tidak punya kendali
• A just culture also recognizes many errors • Suatu just culture juga menyatakan banyak error
represent predictable interactions between merepresentasikan interaksi yg dapat diramalkan antara
human operators and the systems in which they operator manusia dgn sistem dimana mereka bekerja.
work. Recognizes that competent professionals Mengakui bhw professional yg kompeten dpt berbuat
make mistakes. kesalahan
• Acknowledges that even competent • Mengakui bhw bahkan professional yg kompeten sekalipun, bisa
professionals will develop unhealthy norms mengembangkan norma-norma yg tidak sehat (jalan pintas,
(shortcuts, “routine rule violations”). “routine rule violations” = “pelanggaran peraturan secara rutin”)
• Suatu just culture memiliki zero tolerance (sama sekali tidak
• A just culture has zero tolerance for reckless
toleran) thd perilaku sembrono / serampangan
behavior.,
(Meyer, GS: Just Culture The Key to Quality and Safety, The Just Culture Community, 2010)
The Just Culture Model (simplified)
© 2012
Core Concept “Just Culture” / “Budaya Yang Adil”
“Keselamatan Pasien” (Patient Safety) : menghindari dan mencegah cedera pasien atau
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) pada pasien yang diakibatkan oleh proses
pemberiaan pelayanan kesehatan.
Patient Safety Culture Composite/Gabungan Definition: The extent to which…/Definisi: Sejauh mana
Budaya Keselamatan Pasien
1. Communication Openness Staff freely speak up if they see something that may negatively
/Keterbukaan komunikasi affect a patient and feel free to question those with more authority.
2. Feedback and Communication About Error Staff are informed about errors that happen, are given feedback
/Umpan Balik dan Komunikasi Tentang about changes implemented, and discuss ways to prevent errors.
Kesalahan
3. Frequency of Events Reported / Frekuensi Mistakes of the following types are reported: (1) mistakes caught
Kejadian Dilaporkan and corrected before affecting the patient/KNC, (2) mistakes with
no potential to harm the patient/KTC, and (3) mistakes that could
harm the patient but do not/KTC.
4. Handoffs and Transitions/ “Operan” sif dan Important patient care information is transferred across hospital
Transisi units and during shift changes.
5. Management Support for Patient Safety/ Hospital management provides a work climate that promotes
Dukungan Manajemen untuk Keselamatan Pasien patient safety and shows that patient safety is a top priority.
6. Nonpunitive Response to Error/ Respons Staff feel that their mistakes and event reports are not held
Nonpunitif terhadap Kesalahan against them and that mistakes are not kept in their personnel file.
(AHRQ. 2016. Hospital Survey on Patient Safety Culture: User’s Guide)
Table 1. Patient Safety Culture Composites and Definitions
Patient Safety Culture Composite/Gabungan Definition: The extent to which…/Definisi: Sejauh mana
Budaya Keselamatan Pasien
7. Organizational Learning—Continuous Mistakes have led to positive changes and changes are evaluated
Improvement/ Pembelajaran Organisasi — for effectiveness.
Peningkatan Berkesinambungan
8. Overall Perceptions of Patient Safety/ Procedures and systems are good at preventing errors and there
Persepsi Menyeluruh tentang Keselamatan is a lack of patient safety problems.
Pasien
9. Staffing There are enough staff to handle the workload and work hours are
appropriate to provide the best care for patients.
10. Supervisor/Manager Expectations and Supervisors/managers consider staff suggestions for improving
Actions Promoting Patient Safety/ Kegiatan patient safety, praise staff for following patient safety procedures,
Mempromosikan Keselamatan Pasien and do not overlook patient safety problems.
11. Teamwork Across Units/Teamwork Lintas Hospital units cooperate and coordinate with one another to
Unit provide the best care for patients.
12. Teamwork Within Units/ Teamwork Dalam Staff support each other, treat each other with respect, and work
Unit together as a team.
Dalam satu bagian/dimensi terdapat ada 2 macam item/aspek yaitu : aspek dengan pernyataan
bersifat positif dan pernyataan yang bersifat negatif.
Untuk pernyataan yang negatif jawaban responden dengan tidak setuju/sangat tidak setuju
merupakan respon positif dan sebaliknya.
Cara menghitung :