Anda di halaman 1dari 44

Saida Simanjuntak, SKp,.MARS.

saidasimanjuntak@gmail.com

0812-865- 113-09
Riwayat Pekerjaan
RSCM Jakarta (1979-2000)

Dit Keperawatan Ditjen Pelayanan Medik /Ditjen BUK


Kementerian Kesehatan RI (2000-2011)

Staf Pengajar Pascasarjana Magister Administrasi Rumah


Sakit FKM Universitas Indonesia (2000 s.d sekarang)

KARS (Surveior , Pembimbing, Konsilor)


(1995 s.d Sekarang)
Riwayat Pendididkan
Program Studi Ilmu Keperawatan /PSIK- FKUI
lulus tahun 1990
Magister Administrasi Rumah Sakit
FKM UI Lulus tahun 1998

Kegiatan Lain-lain :
Training in Singapore/ Operating Theatre (1985 )
Training in Thailand/NICU (2006)
Participant Second Meeting APDENN/Asia Pasific Emergencyand
Disaster Nursing Network by WHO in Cairns Australia (2009),
Shandong China (2008 )
Participant Evaluation Meeting on Infection Control measures for
health care and patients with Aute Respiratory Desease (ARD) in
community settings, Bangkok Thailand, 2009
Attending Meeting of Asia Pasific Emergency and Disaster Nursing
Network (APEDNN) in Shandong China, 2008
AKREDITASI RS versi 2012

KARS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 44 TAHUN 2009
TENTANG
RUMAH SAKIT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KARS
PERUBAHAN PARADIGMA RUMAH SAKIT
STANDAR AKREDITASI BARU

1. Tujuan utama Peningkatan mutu dan


keselamatan pasien
2. Standar Akreditasi harus dinamis
3. Peran direktur sangat sentral
4. Pelayanan berfokus pada pasien
5. Keselamatan Pasien harus diutamakan
6. Kesinambungan pelayanan
7. Perbaikan terus menerus
8. Kepatuhan terhadap SPO
AKREDITASI MEMINTA
BUKTI PENERAPAN STANDAR
KOMISI AKREDITASI RUMAH
SAKIT

KARS
MEMPEROLEH AKREDITASI ISQua
SATU-SATU NYA BADAN AKREDITASI YANG MENGAKREDITASI
BADAN AKREDITASI
PELAYANAN KESEHATAN
DI SELURUH DUNIA
SEBAGAI
INTERNATIONAL ACCREDITATION BODY
BEBERAPA BADAN AKREDITASI DUNIA YANG TELAH
MEMPEROLEH PENGAKUAN DARI ISQua
DAN KINI SAATNYA
.
INDONESIA
MAJU KE PANGGUNG
INTERNASIONAL
Standar Akreditasi Rumah Sakit yang Baru

I. Kelompok Standar Pelayanan Berfokus pada Pasien


Bab 1. Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan (APK)
Bab 2. Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
Bab 3. Asesmen Pasien (AP)
Bab 4. Pelayanan Pasien (PP)
Bab 5. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
Bab 6. Manajemen dan Penggunaan Obat (MPO)
Bab 7. Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)

II. Kelompok Standar Manajemen Rumah Sakit


Bab 1. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
Bab 2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
Bab 3. Tata Kelola, Kepemimpinan, dan Pengarahan (TKP)
Bab 4. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)
Bab 5. Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS)
14
Bab 6. Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)
2
Standar Akreditasi Rumah Sakit yang Baru
III. Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit

Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien


Sasaran II : Peningkatan komunikasi yang efektif
Sasaran III : Peningkatan keamanan obat yang
perlu diwaspadai (high-alert)
Sasaran lV : Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur,
tepat-pasien operasi
Sasaran V : Pengurangan risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan
Sasaran VI : Pengurangan risiko pasien jatuh
IV. Sasaran Milenium Development Goals
Sasaran I : Penurunan Angka Kematian Bayi
dan Peningkatan Kesehatan Ibu
Sasaran II : Penurunan Angka Kesakitan HIV/AIDS
Sasaran III : Penurunan Angka Kesakitan TB
15
3
REGULASI :
Kebijakan/SK
Pedoman
SPO
Program

STD &
Elemen
Penilaian BUKTI
IMPLEMENTASI:
1. Wawancara
pasien, staf &
pimpinan
2. Observasi
3. Dokumen
Pelaksanaan

4
Bab Pelayanan Pasien : Tujuan utama pelayanan kesehatan RS adalah pelayanan pasien.

HOSPITAL PATIENT
RISK CENTRED
MANAGEMENT CARE
(PELAYANAN FOKUS
PASIEN)

Safety is a
MUTU fundamental principle
of patient care and a
PATIENT critical component of
3 Fondasi
SAFETY Quality Management.
Asuhan pasien
Asuhan Medis EBM (World Alliance for Patient

Asuhan Keperawatan
ETIK Safety, Forward Programme,

Asuhan Gizi VBM WHO, 2004)

Asuhan Obat Evidence Based Medicine


Value Based Medicine

(Nico A Lumenta & Adib A Yahya, 2012)


8
Paradigma Baru Pelayanan Pasien
Pelayanan berpusat dan bermitra dengan pasien
PFP/PCC. (Pasien sederhana kompleks)
Identifikasi kebutuhan pasien - awal pelayanan
o kebutuhan pelayanan gawat darurat
o yan preventif, paliatif, kuratif dan rehabilitatif
o kebutuhan klinis saat menunggu dlm proses
Komunikasi dgn pasien
o akurat, optimal, lengkap, tidak bias waktu
o atasi kendala fisik, bahasa, budaya
Pelayanan yang seragam
o populasi-pelayanan-kompetensi-waktu
o satu tatanan organisasi / kepemimpinan pelayanan :
Anestesi, Laboratorium, Radiologi-diagnostik imaging
35
Pelayanan terintegrasi & koordinasi semua PPA, seamless mulai
dari pasien masuk rawat sampai pulang
oCatatan terintegrasi : info/data-analisis-rencana terpadu
oProsesnya terintegrasi koordinasi
oDokter : fungsi lebih kepada Team Leader / Coach, tidak lagi
sbg Captain of the ship.
oPasien berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
Kontinuitas pelayanan
oCase manager
oRujukan : RS memimpin proses rujukan
oRencana pemulangan awal pd saat admisi
Pelayanan akhir kehidupan, pengelolaan nyeri

KARS 19
Profesional
Pemberi Asuhan
DPJP
Perawat/
Bidan Apoteker

Psikologi Pasien, Nurisionis


Klinis Keluarga Dietisien
24 jam

Terapis Teknisi Medis


Fisik Penata Anestesi

Lainnya
Slide dr
Nico
KARS Dr.Nico Lumenta
Model Patient Centered Care
(Interdisciplinary Team Model Interprofessional Collaboration)

DPJP
Perawat Apoteker
Clinical/Team
Leader Fisio Ahli
Review Asuhan terapis Pasien, Gizi
Keluarga
Secara kolaboratif
melakukan sintesa Radio
& integrasi asuhan Analis
grafer
pasien
Lainnya

1. Patient Centered Care (PCC) Pasien adalah pusat pelayanan, Pasien adalah
bagian dari tim
2. Profesional Pemberi Asuhan (PPA) diposisikan di sekitar pasien, dgn kompetensi
yg memadai, sama pentingnya pada kontribusi profesinya, tugas mandiri, delegatif, kolaboratif, merupakan
model Tim Interdisiplin
3. Peran & fungsi DPJP : sebagai Clinical Leader, melakukan Review, Sintesa , Integrasi
asuhan pasien, Koordinasi (dapat oleh PPA lain)
4. PCC merupakan pendekatan modern, inovatif, sudah menjadi trend global dalam
pelayanan RS KARS Dr.Nico Lumenta
Pengumpulan Analisis data -
data klinis -> Dx awal
Darurat

Operatif Implementasi Ringkasan
asuhan pulang
Lab, Rad Dx preoperasi
Asesmen Rencana
Asesmen Rencana pulang
awal asuhan ulang
Seragam
Integrasi

Pelayanan fokus pasien: MULTI PROFESI - ASUHAN


EDUKASI
Asesmen
Asuhan
Riwayat kesehatan Asesmen Risiko Implementasi Rencana Terminal
Pemeriksaan fisik nyeri jatuh asuhan asuhan
Psikologis Risiko
malnutrisi Risiko tinggi Verifikasi
Sosial ekonomi Notasi

HPK PPK SKP MKI PPI


BAB 2.PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI
(PPI)

dr Luwi - PMKP 2 juni 2013 23


FOKUS AREA
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)

Program kepemimpinan dan


1. koordinasi (PPI 1; 2; 3; 4)

Fokus dari program


2. (PPI 5; 5.1; 6; 7; 7.1; 7.1.1; 7.2; 7.3; 7.4; 7.5)

Prosedur Isolasi (PPI 8 )


3.
FOKUS AREA
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI (PPI)

Teknik pengamanan dan hand hygiene (


4. PPI 9)

Integrasi program dng peningkatan mutu


dan keselamatan pasien (PPI 10; 10.1; 10.2;
5. 10.3; 10.4; 10.5; 10.6)

Pendidikan staf tentang program (PPI 11)


6.
INTEGRASI
PPI 10 sp 10.6
KEGIATAN DNG
PMKP
SDM :
PPI 4 EP 3, SURVEILA
- Komite PPI
PPI 6 EP 1-3 NCE
- Tim PPI DATA PPI 5 EP2 PPI 9
- IPCN Sistem Manj
- IPCLN ICRA Info
APD &
(PPI 1, 2, 4 EP 1)
(PPI 6 EP 4, Hand
7 EP 1-3, hygiene,
DIKLAT PPI : 7.4) kes kerja
- Staf RS PROGRA
- Px & M PPI
pengunjung (PPI 5)
- Mhs praktik STERILIS
(PPI 8 EP 6, PPI 11) ASI ISOLASI
(PPI 7.1, (PPI 8)
ANGGARAN : 7.1.1)
- APD Kesehata
n
- Desinfectan lingkunga
- Diklat n PPI 7.2, 7.3, 7.4
(PPI 4 EP 2)
LUWI-21 FEB 2014
(PPI 1, 2, 4 EP 1)
KOMITE PPI
- Ketua
- Sekretaris IPCN
- Anggota

Tim PPI
- Ketua : Dokter
- Anggota IPCN

IPCLN Infection
prevention control
link nurse
- SK IPCN
- Ijazah & sertifikat
PPI 1 IPCN
- Laporan keg.

Komite PPI & - SK Komite & Tim


PPI 2
Tim PPI - Bukti keg. rapat

Komite & Tim SK Komite & Tim


PPI 4 EP 1 PPI, IPCN & PPI, IPCN & IPCLN
IPCLN Laporan kegiatan
Saluran
Pernafasan

Emerging/
Saluran
Re-
Kencing
emerging

Surveilance

Peralatan
Multi Drug
Intravas
Resisten
Kuler
Organism
Invasif

Lokasi
Operasi

LUWI-21 FEB 2014


Standar PPI.5.
Rumah sakit menyusun dan menerapkan program yang komprehensif untuk
mengurangi risiko dari infeksi terkait pelayanan kesehatan pada pasien dan
tenaga pelayanan kesehatan.
Elemen Penilaian PPI.5.
1. Ada program komprehensif dan rencana menurunkan risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan pada pasien
2. Ada program komprehensif dan rencana menurunkan risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan pada tenaga kesehatan. (lihat juga KPS.8.4)
3. Program termasuk kegiatan surveillance yang sistematik dan proaktif untuk
menentukan angka infeksi biasa (endemik) acuan buku surveilance Kemkes
4. Program termasuk sistem investigasi outbreak dari penyakit infeksi (lihat
juga Sasaran Keselamatan Pasien 5, EP 1). acuan buku surveilance Kemkes
5. Program diarahkan oleh peraturan dan prosedur yang berlaku
6. Tujuan penurunan risiko dan sasaran terukur dibuat dan direview secara
teratur.
7. Program sesuai dengan ukuran, lokasi geografis, pelayanan
luwi PPI-progsusdan pasien
9-11 Des 2014 RS.
MAKSUD DAN TUJUAN PPI.5
Agar program pencegahan dan pengendalian infeksi
efektif, harus komprehensif, menjangkau pasien dan
tenaga kesehatan. Program dikendalikan dengan
suatu yang mengidentifikasi dan mengatur masalah-
masalah infeksi yang secara epidemiologis penting
untuk rumah sakit. Sebagai tambahan, program dan
perencanaan agar sesuai dengan ukuran, lokasi
geografis, pelayanan dan pasien rumah sakit.
Program termasuk sistem untuk mengidentifikasi
infeksi dan menginvestigasi outbreak dari penyakit
infeksi. Kebijakan dan prosedur merupakan acuan
program. Asesmen risiko secara periodik dan
penyusunan sasaran menurunkan risiko
mengarahkan program tersebut.
dr Luwi - PMKP 2 juni 2013 32
Surveilance
Kesehatan kerja
Sterilisasi
Manajemen linen dan laundry
Sanitasi
Isolasi pasien
Pengembangan staf
- Masalah ?, Rencana perbaikan ?, Kegiatan yang akan dilakukan
Program
STANDAR
PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI
ANTIMIKROBA

STANDAR AKREDITASI NASIONAL EDISI 1


BAHAN KAJIAN DALAM RAPAT PLENO
STAKEHOLDER
16 MEI 2017
GAMBARAN UMUM
Resistensi terhadap antimikroba (disingkat: resistensi antimikroba,
dalam bahasa Inggris antimicrobial resistance,AMR) telah menjadi
masalah kesehatan yang mendunia, dengan berbagai dampak
merugikan yang dapat menurunkan mutu dan meningkatkan risiko
pelayanan kesehatan khususnya biaya dan keselamatan pasien.
Yang dimaksud dengan resistensi antimikroba adalah ketidak mampuan
antimikroba membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroba
sehingga penggunaannya sebagai terapi penyakit infeksi menjadi tidak
efektif lagi.
Meningkatnya masalah resistensi antimikroba terjadi akibat
penggunaan antimikroba yang tidak bijak dan bertanggung jawab dan
penyebaran mikroba resisten dari pasien ke lingkungannya karena tidak
dilaksanakannya praktik pengendalian dan pencegahan infeksi dengan
baik.
GAMBARAN UMUM

Dalam rangka mengendalikan mikroba resisten di rumah sakit,


perlu dikembangkan program pengendalian resistensi antimikroba
di rumah sakit
Pengendalian Resistensi Antimikroba adalah aktivitas yang
ditujukan untuk mencegah dan/atau menurunkan adanya kejadian
mikroba resisten.
Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba di tingkat nasional
yang selanjutnya disingkat KPRA adalah komite yang dibentuk
oleh Kementerian Kesehatan dalam rangka mengendalikan
penggunaan antimikroba secara luas baik di fasilitas pelayanan
kesehatan maupun di komunitas.
GAMBARAN UMUM
Program pengendalian resistensi antimikroba (PPRA) merupakan upaya
pengendalian resistensi antimikroba secara terpadu dan paripurna di
fasilitas pelayanan kesehatan.
Implementasi program ini di rumah sakit dapat berjalan baik apabila
mendapat dukungan penuh dari pimpinan/direktur rumah sakit berupa
penetapan regulasi pengendalian resistensi antimikroba, pembentukan
organisasi pengelola, penyediaan fasilitas, sarana dan dukungan
finansial untuk mendukung pelaksanaan PPRA
Penggunaan antimikroba secara bijak ialah penggunaan antimikroba
yang sesuai dengan penyakit infeksi dan penyebabnya dengan rejimen
dosis optimal, dan durasi pemberian optimal, efek samping pada pasien
dan dampak munculnya mikroba resisten yang minimal.
GAMBARAN UMUM

Oleh sebab itu diagnosis dan pemberian antimikroba harus


disertai dengan upaya menemukan penyebab infeksi dan
kepekaan mikroba patogen terhadap antimikroba.
Penggunaan antimikroba secara bijak memerlukan regulasi
dalam penerapan dan pengendaliannya.
Pimpinan rumah sakit dapat membentuk komite atau tim
sesuai peraturan perundangan sehingga PPRA dapat dilakukan
dengan baik
STANDAR PPRA
Ada regulasi dan organisasi yang mendukung program
pengendalian resistensi antimikroba dan
pelaksanaannya di rumah sakit sesuai peraturan
perundangan yang berlaku
( PMK no.8 tahun 2015 )
MAKSUD DAN TUJUAN STD PPRA
Adanya Regulasi pengendalian resistensi antimikroba di RS meliputi:
Kebijakan RS tentang pengendalian resistensi antimikroba
Kebijakan dan Panduan penggunaan antibiotik untuk terapi dan profilaksis
pembedahan
Organisasi pelaksana, terdiri dari tenaga kesehatan yang kompeten dari unsur:
Staf Medis Fungsional (SMF)
Staf Keperawatan
Staf Instalasi Farmasi
Staf Laboratorium mikrobiologi klinik
KFT
Komite PPI
Program pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit :
Peningkatan pemahaman dan kesadaran seluruh staf, pasien dan keluarga tentang masalah
resistensi antimikroba
Pengendalian penggunaan antibiotik di RS
Surveilans pola resistensi antimikroba
Peningkatan pemahaman dan kesadaran staf akan masalah resistensi antimikroba
Pembatasan penggunaan antimikroba di RS
Pengembangan penelitian di bidang pengendalian resistensi antimikroba
MAKSUD DAN TUJUAN STD PPRA
Tersedia Laporan kegiatan PRA meliputi:
Kegiatan sosialisasi dan pelatihan staf tenaga kesehatan tentang pengendalian resistensi
antimikroba
Surveilans pola penggunaan antimikroba di RS (termasuk laporan pelaksanaan
pengendalian antibiotik)
Surveilans pola resistensi antimikroba
Forum kajian penyakit infeksi terintegrasi
Pengembangan penelitian di bidang pengendalian resistensi antimikroba
Terlaksananya Indikator mutu PPRA sesuai peraturan perundangan meliputi:
1. Perbaikan kuantitas penggunaan antibiotik
2. Perbaikan kualitas penggunaan antibiotik
3. Peningkatan mutu penanganan kasus infeksi secara multidisiplin & terintegrasi
4. Penurunan angka infeksi RS yang disebabkan oleh mikroba resisten
Perbaikan pola sensitivitas antibiotik dan penurunan mikroba resisten sesuai indikator
bakteri multi-drug resistant organism (MDRO), antara lain: bakteri penghasil extended
spectrum beta-lactamse (ESBL), Methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA),
Carbapenemase resistant enterobacteriaceae (CRE) dan bakteri pan-resisten
lainnya
ELEMEN PENILAIAN PPRA
1. RS menetapkan regulasi tentang upaya pengendalian resistensi antimikroba di
RS sesuai peraturan perundangan (R)
2. Ada organisasi yang mengelola kegiatan pengendalian resistensi antimikroba
secara terintegrasi. (D,O,W)
3. Organisasi mendapat dukungan anggaran operasional, kesekretariatan, sarana-
prasarana untuk menunjang kegiatan fungsi, dan tugas Tim PPRA (D,O).
4. Pedoman kerja Tim PRA mengarahkan kegiatan PPRA (R,D)
5. Ada program PRA meliputi butir a) s/d f) di maksud dan tujuan (D,O,W)
6. Terlaksana panduan penggunaan antibiotik terapi dan profilaksis pembedahan
pada seluruh proses asuhan pasien. (D,O,W)
7. Ada pelaporan kegiatan PPRA secara berkala dan meliputi butir a) s/d e f)
pada maksud dan tujuan.(D,W)
8. Ada monitoring dan evaluasi kinerja program PRA yang mengacu pada
indikator PRA (D,W)
GLOSARY
R = Regulasi (Kebijakan,Panduan, SPO)
D = Dokumen bukti implementasi (Rekam
Medis)
O = Observasi pelaksanaan regulasi oleh civitas
Hospitalia
W = Wawancara dengan pelaksana asuhan dan
pasien atau keluarga
S = Simulasi pelaksanaan SPO

Anda mungkin juga menyukai