Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan on
job training di Rumah Sakit Hermina Jatinegara. Penyelesaian laporan on job training
ini tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing
yang dengan penuh kesabaran telah membimbing penulis menyelesaikan laporan ini.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :


1. Ibu Sri Suryani, SKM sebagai pembimbing
2. Ibu Natali Debora sebagai pembimbing
3. Ibu dr. Yosefa Rumbawati, MARS Sebagai Direktur RS Hermina Jatinegara
4. Ibu Linawati, SKM sebagai PPI di RS Hermina Hospital Group

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan on job training ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu saran dan kritikan yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan on job training ini. Akhir kata
penulis ucapkan terima kasih.

Jakarta, April 2020

Penulis
SEJARAH RUMAH SAKIT HERMINA

Pada awalnya RS Hermina Djatinegara adalah rumah sakit bersalin dengan


nama Rumah Bersalin Djatinegara yang didirikan pada tahun 1967 dengan kapasitas
7 tempat tidur. Atas dasar prakarsa dari ibu Hermina Sulaiman pada tahun 1970
berkerjasama dengan dr. Budiono Wibowo, SpOG mengembangkan fasilitas
pelayanan menjadi 13 tempat tidur dan mengganti nama Rumah Bersalin
Djatinegara menjadi Rumah Bersalin Hermina.
Atas dasar keinginan untuk mengembangkan Rumah Sakit Bersalin ini, maka
pada tanggal 20 Desember 1983 dibentuk Yayasan Hermina sebagai pengelola
Rumah Sakit. Di hadapan notaris, Yayasan Hermina ini kemudian mengajukan diri
untuk mendirikan Rumah Sakit Bersalin, sehingga pada tanggal 25 April 1985
diresmikan Rumah Sakit Bersalin Hermina dengan kapasitas 25 tempat tidur dan
ditetapkan pula sebagai Hari Ulang Tahun Hermina.
Dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
terutama dibidang ibu dan anak pada tahun 1992 Rumah Sakit Bersalin Hermina
ditingkatkan menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak (RS) Hermina dengan melakukan
pengembangan-pengembangan dibidang pelayanan kesehatan ibu (Kebidanan dan
Penyakit Kandungan dan Kesehatan Anak).
Dalam upaya untuk memberikan kemudahan pelayanan kepada masyarakat
luas, maka mulai 1996 RS dan RS Hermina mulai mendirikan cabang-cabang di :
1. RS HERMINA JATINEGARA
2. RS HERMINA KEMAYORAN
3. RS HERMINA BEKASI
4. RS HERMINA DEPOK
5. RS HERMINA DAAN MOGOT
6. RS HERMINA BOGOR
7. RS HERMINA PASTEUR BANDUNG
8. RS HERMINA PANDANARAN SEMARANG
9. RS HERMINA TANGKUBAN PERAHU MALANG
10. RS HERMINA SUKABUMI
11. RS HERMINA TANGERANG
12. RS HERMINA GRAND WISATA
13. RS HERMINA ARCAMANIK
14. RS HERMINA GALAXY
15. RS HERMINA PALEMBANG
16. RS HERMINA CIPUTAT
17. RS HERMINA MEKARSARI
18. RS HERMINA SERPONG
19. RS HERMINA SOLO
20. RS HERMINA BANYUMANIK
21. RS HERMINA CIRUAS
22. RS HERMINA YOGYAKARTA
23. RS HERMINA BITUNG
24. RS HERMINA MAKASSAR
25. RS HERMINA BALIKPAPAN
26. RS HERMINA MEDAN
27. RS HERMINA PODOMORO
28. RS HERMINA PURWOKERTO
29. RS HERMINA SAMARINDA
30. RS HERMINA OPI JAKABARING
31. RS HERMINA PADANG
32. RS HERMINA LAMPUNG
33. RS HERMINA PEKALONGAN
34. RS HERMINA PEKANBARU
35. RS HERMINA KENDARI
36. RS HERMINA KARAWANG
37. RS HERMINA MANADO
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan atau Healthcare Associated
(HAIs) merupakan salah satu masalah kesehatan di berbagai negara di dunia.
Kejadian HAIs sebenarya dapat di cegah bila fasilitas pelayanan kesehatan secara
konsisten melaksakan program PPI.
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) sangat penting
untuk melindungi pasien, petugas juga pengunjung dan keluarga dari resiko
tertularnya infeksi rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan
kesehatan sangat penting terlebih dahulu petugas kesehatan memahami konsep
dasar penyakit infeksi. Oleh karena itu perlu di susun pedoman pencegahan dan
pengendalian infeksi agar terwujud pelayanan kesehatan yang bermutu dan dapat
menjadi acuan bagi semua pihak di dalam fasilitas pelayanan kesehatan serta
dapat melindingi masyarakat .
Keberhasilan program PPI dapat berhasil karena keterlibatan lintas
profesional: Klinisi, Perawat, Laboratorium, Kesehatan Lingkungan, Farmasi,
Gizi, IPSRS, Sanitasi & Housekeeping, dan lain-lain sehingga perlu wadah
berupa Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, khususnya di bidang
pelayanan kesehatan, perawatan pasien tidak hanya dilayani di rumah sakit saja
tetapi juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, bahkan di rumah (home
care).

B. Tujuan
1. Umum

Agar dapat menghasilkan tenaga pelaksana Pencegahan dan Pengendalian


Infeksi yang profesional, berdedikasi tinggi, loyal serta mempunyai ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan etika yang baik. Sehingga tercapai
pengendalian dan pencegahan infeksi yang bermutu dan mampu mencegah
dan mengendalikan kejadian infeksi di rumah sakit.

2. Khusus

Perawat On Job Training mampu menjelaskan dan melakukan:


a. Pengetahuan Dasar PPI
1) Mengetahui konsep kewaspadaan standar
2) Mengetahui definisi-definisi yang ada di PPI
3) Mengetahui konsep sterilisasi
4) Mengetahui konsep pengelolaan limbah Rumah Sakit
b. Mikrobiologi
1) Mengetahui definisi infeksi, kolonisasi dan kontaminasi
c. Jenis-Jenis Infeksi Rumah Sakit
1) Mengetahui jenis-jenis infeksi yang ada di RS
d. Antiseptik Dan Desinfektan
1) Mengetahui jenis-jenis antiseptik dan cara penggunaannya
2) Mengetahui jenis-jenis desinfektan
3) Mengetahui fungsi dari penggunaan desinfektan
4) Mengetahui cara penggunaan desinfektan
e. Koordinasi Dengan Unit Lain
1) Mengetahui alur kerja dengan kerja unit lain
2) Mengetahui sistem pengawasan di lapangan
f. Survailens
1) Audit pemantauan petugas dalam melaksakan kepatuhan cuci
tangan, pemakaian APD, dekontaminasi dan sterilisasi instrumen
2) Pemantauan pasien dengan terpasang alat invasif
g. Kewaspadaan Standar
1) Mengetahui prosedur cuci tangan yang benar
2) Mengetahui cara melepas APD
3) Mengetahui pengelolaan peralatan bekas pasien
4) Mengetahui cara pengendalian lingkungan
5) Mengetahui cara penatalaksanaan linen bekas pasien
6) Mengetahui penempatan pasien (kewaspadaan isolasi)
7) Mengetahui cara etika batuk
8) Mengetahui praktek menyuntik yang aman
9) Mengetahui perlindungan petugas kesehatan pasca pajanan
h. Sterilisasi
1) Mengetahui cara pembersihan ruangan
2) Mengetahui cara pembersihan alat medis
3) Mengetahui proses dekontaminasi sampai dengan sterilisasi alat
kesehatan
i. Pengambilan dan Pengiriman Sampel Kultur
1) Mengetahui kultur ruangan
2) Mengetahui kultur alat medis/alat kesehatan
3) Mengetahui kultur alat invasif
j. Membuat Pola Kuman
1) Mengetahui cara pembuatan pola kuman
k. Membuat Laporan PPI
1) Mengetahui cara pembuatan laporan bulanan
2) Mengetahui cara pembuatan laporan triwulan
3) Mengetahui cara pembuatan evaluasi tahunan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Mengetahui Dasar PPI

1. Kewaspadaan Standar

Kewaspadaan standar yaitu tindakan pengendalian infeksi yang di


lakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran
infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat
berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas
kesehatan. Maka disusunlah pedoman yang disebut Kewaspadaan Standar
(Standar Precaution). Sejak diberlakukan dan diterapkan di rumah sakit dan
fasilitas pelayanan lainnya, strategi baru ini telah dapat melindungi petugas
pelayanan kesehatan serta mencegah penularan dari pesien ke pasien dan dari
petugas ke pasien.

2. Definisi Yang Ada Di PPI

1) AR : Attack Rate. Suatu bentuk khusus dari Incidence Rate


2) BAL : Bronchoalveolar Lavage
3) CBGB : Coronary Bypass with Chest and Donor Incisions
4) CDC : Center for Diseases Control
5) CFU : Colony Forming Unit
6) Community Acquired Infection : Infeksi yang berasal dari
Komunitas
7) Cost – Effectivness : Hemat biaya dan berhasil guna
8) Denominator : jumlah populasi dari mana kelompok yang mengalami
kejadian tersebut berasal selama kurun waktu yang sama.
9) EIA : Enzyme Immunoassay
10) FAMA : Fluorescent- Antibody to Membrane Antigen
11) HAI : Hospital Acquired Infection. Infeksi rumah sakit
12) HAIs : Healthvare Associated Infection. Pengertian yang lebih luas tidak
hanya di rumah sakit tetapi juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Juga tidak terbatas infeksi pada pasien saja, tetapi juga infeksi pada petugas
kesehatan yang didapat pada saat melakukan tindakan perawatan pasien
13) IADP : Infeksi Aliran Darah Primer (BSI / Bloodstream Infection).
14) IFA : Immunofluorescent antibody
15) IDO : Infeksi Daerah Operasi
16) Incidence : jumlah kasus IRS baru dalam kurun waktu tertentu dibagi oleh
jumlah pasien dengan risiko untuk mendapatkan IRS yang sama dalam
kurun waktu yang sama pula
17) Incidence Density : rata-rata instant dimana infeksi terjadi, relatif terhadap
besaran populasi yang bebas infeksi
18) Incidence Density Rates : jumlah IRS per 1000 pasien/hari
19) Infeksi : merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi
(organisme) dimana terdapat respon imun, tetapi tidak disertai gejala klinik
20) Inflamasi (radang atau peradangan lokal) : merupakan bentuk respon tubuh
terhadap suatu agen (tidak hanya infeksi, dapat berupa trauma,
pembedahan atau luka bakar) yang ditandai dengan adanya sakit/nyeri
(dolor), panas (kalor), kemerahan (rubor), pembengkakan (tumor), dan
gangguan fungsi (fungsiolasea)
21) IP : Isolation Precaution (Kewaspadaan Isolasi)
22) IRS : Infeksi Rumah Sakit. Khusus untuk infeksi yang terjadi atau didapat
di rumah sakit
23) ISK : Infeksi Saluran Kemih (UTI/Urinary Tract Infection)
24) ISPA : Infeksi Saluran Pernafasan Atas
25) ISPB : Infeksi Saluran Pernafasan Bawah
26) Kolonisasi : merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen
infeksi, dimana organisme tersebut hidup, tumbuh dan berkembang biak
tetapi tanpa disertai adanya respon imun atau gejala klinik
27) KPPI : Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
28) LRT : Lower Respiratory Tract
29) MRSA : Methicillin – Resistant Staphylococcus Aureus
30) NNISS : National Nosocomial Infection Surveilance System
31) Numerator : jumlah kali kejadian selama kurun waktu tertentu
32) PCR : Polymerase Chain Reaction
33) Penyakit Infeksi : merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya
agen infeksi (organisme) yang disertai adanya respon imun dan gejala
klinik
34) Penyakit menular atau infeksius adalah penyakit (infeksi) tertentu yang
dapat berpindah dari satu orang ke orang lain baik secara langsung
maupun tidak langsung
35) PMN : Polymorphonuclear Leucocyte
36) PPI : Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
37) PPIRS : Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
38) Prevalance : jumlah total kasus baik baru maupun lama suatu kelompok
populasi dalam satu kurun waktu tertentu (period prevalance) atau dalam
satu kurun waktu tertentu (point prevalance)
39) RIA : Radioimmunoasay
40) Sensitifitas : jumlah kejadian IRS yang dilaporkan dibagi dengan jumlah
IRS yang benar-benar terjadi.
41) SP : Standart Precautions (kewaspadaan standart)
42) Spesifitas : jumlah pasien yang dilaporkan tidak mengalami IRS dibagi
jumlah pasien yang betul-betul tidak mengalami IRS
43) TPPI : Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
44) VAP : Ventilator Associated Pneumonia
45) VRE : Vancomycin Resistant Enterococci
3. Konsep Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteria, virus,
fungi dan parasit) temasuk endospora menggunakan uap tekanan tinggi
(autoclaf), panas kering (oven), sterilisasi kimiawi atau radiasi.

4. Konsep pengelolaan limbah RS


Manajemen limbah dibedakan dari jenisnya : limbah padat, cair dan limbah
benda tajam. Limbah padat terbagi menjadi limbah infeksius dan limbah non
infeksius. Limbah cair terbagi menjadi limbah infeksius dan non infeksius.

B. Mikrobiologi
1. Infeksi adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen,
dengan/ tanpa disertai gejala klinik.
2. Kolonisasi merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi,
dimana organisme tersebut hidup, tumbuh dan berkembang biak, tetapi tanpa
disertai adanya respon imun atau gejala klinik. Pada kolonisasi, tubuh penjamu tidak
dalam keadaan suseptibel. Pasien atau petugas kesehatan bisa mengalami kolonisasi
dengan kuman patogen tanpa menderita sakit, tetapi dapat menularkan kuman
tersebut ke orang lain. Pasien atau petugas kesehatan tersebut bertindak sebagai
carrier.
3. Kontaminasi adalah terjadinya pencemaran oleh kontaminan

C. Jenis-Jenis Infeksi Di RS
A. IDO (Infeksi Daerah Operasi)
Infeksi daerah operasi atau Surgical Site Infection memiliki beberapa stadium
dalam operasi, sehingga penilaian ada tidaknya IDO juga dikelompokkan
berdasarkan seberapa jauh organ atau jaringan yang dioperasi, sehingga dikenal
istilah :
1) IDO superfisial : bila insisi hanya pada kulit jaringan bawah kulit (subcutan)
2) IDO profunda : bila insisi mengenai jaringan lunak lebih dalam (fascia dan
lapisan otot)
3) IDO organ/Rongga tubuh : bila insisi dilakukan pada organ atau mencapai
rongga dalam tubuh

Kriteria IDO :
a. IDO superfisial : infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan
operasi dan mengenai hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit (subkutan) pada
tempat insisi serta pasien sekurang-kurangnya mempunyai/ memenuhi salah satu
keadaan di bawah ini :
(1) Drainase bahan purulen dari insisi superficial
(2) Dapat diisolasi kuman penyebab dari biakan cairan atau jaringan yang
diambil secara aseptik dari tempat insisi superficial
(3) Sekurang-kurangnya terdapat satu tanda gejala infeksi
(4) Diagnosis IDO superfisial oleh dokter bedah atau dokter yang menangani
pasien tersebut

b. IDO profunda : infeksi terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan
operasi tanpa pemasangan implant atau dalam waktu 1 tahun bila operasi dengan
pemasangan implant dan infeksi diduga ada kaitan dengan prosedur operasi.
Mengenai jaringan lunak yang lebih dalam (fascia dan lapisan otot) pada tempat
insisi dan pasien sekurang-kurangnya mempunyai/memenuhi salah satu keadaan
di bawah ini :
(1) Drainase purulen dari jaringan lunak dalam tetapi bukan dari organ atau
rongga dalam tempat operasi.
(2) Tempat insisi dalam mengalami dehiscement secara spontan atau terpaksa
dibuka oleh dokter serta hasil biakan postif atau tidak dilakukan biakan
kuman apabila pasien mempunayi sekurang-kurangnya satu tanda atau
gejala sebagai berikut : febris >380C atau nyeri yang terlokalisir.
(3) Abses atau adanya bukti lain terjadinya infeksi yang mengalami insisi
dalam yang ditemukan berdasarkan pemeriksaan langsung, selama
operasi atau berdasarkan pemeriksaan hispatologi (PA) atau radiologi

c. IDO organ/rongga tubuh : infeksi terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah
tindakan operasi tanpa pemasangan implant atau dalam waktu 1 tahun bila
operasi dengan pemasangan implant dan infeksi diduga ada kaitan dengan
prosedur operasi. Infeksi mengenai semua bagian tubuh, kecuali insisi kulit,
fascia dan lapisan otot yang sengaja dibuka atau dimanipulasi selama prosedur/
tindakan. Pasien sekurang-kurangnya mempunyai / memenuhi salah satu keadaan
di bawah ini :
(1) Drainase purulen dari suatu drain yang dipasang melalui stab wound
kedalam rongga/organ tubuh.
(2) Dapat diisolasi kuman penyebab dari biakan cairan atau jaringan yang
diambil secara aseptik dari rongga/organ tubuh.
(3) Abses atau adanya bukti lain terjadinya infeksi yang mengenai
organ/rongga tubuh yang ditemukan berdasarkan pemeriksaan langsung,
selama pre-operasi atau berdasarkan pemeriksaan hispatologi (PA) atau
radiologi

B. ISK (Infeksi Saluran Kemih)


Infeksi saluran kemih merupakan jenis infeksi yang terjadi pada saluran kemih
murni (urethra dan permukaan kandung kemih) atau melibatkan bagian yang lebih
dalam dari organ-organ pendukung saluran kemih (ginjal, ureter, kandung kemih,
uretra, dan jaringan sekitar retroperitonial atau rongga perinefrik). Untuk itu dalam
menentukan jenis ISK, perlu pengelompokkan sebagai berikut :
1) Infeksi Saluran Kemih Simptomatis
2) Infeksi Saluran Kemih Asimptomatis
3) Infeksi Saluran Kemih Lainnya
Tanda dan gejala ISK :
1) Tanda dan gejala ISK : demam > 38 0C, urgensi, frekuensi, disuria atau nyeri
supra pubik
2) Tanda dan gejala ISK anak ≤ 1 tahun : demam > 380C rektal, hipotermi < 370C
rektal, apnea, bradikardia, letargia, muntah-muntah

Tes konfirmasi ISK merupakan tes-tes yang membantu memastikan adanya ISK.
1) Tes konfirmasi mayor merupakan pemeriksaan kultur kuantitatif yang
menghasilkan jumlah koloni yang sedikit kemungkinan terjadi akibat
kontaminasi.
2) Tes konfirmasi minor merupakan pemeriksaan atau bukti ISK dengan
keakuratan yang kurang sebagai tanda adanya ISK.
3) Tes konfirmasi minor dapat berupa : tes-tes kultur kuantitatif dengan jumlah
koloni yang meragukan adanya infeksi, pemeriksaan urine untuk melihat adanya
kemungkinan ISK tanpa melakukan kultur, dan diagnosis dokter yang merawat.

Faktor risiko ISK adalah penderita yang terpasang kateter, sedang faktor-faktor lain
yang berkaitan dengan :
1) Kondisi pasien (faktor intristik) : komordibitas penderita (misalnya DM),
kondisi penurunan daya tahan tubuh (misalnya malnutrisi), kondisi organik
(misalnya ostruksi, disfungsi kandung kemih, refluks).
2) Prosedur pemasangan : teknik pemasangan, ukuran kateter.
3) Perawatan : perawatan meatus urethra, jalur kateter, pengosongan kantong urin,
manipulasi (pengambilan sampel urin).

C. Dekubitus
Infeksi dekubitus harus memenuhi kriteria berikut :
1) Pasien paling tidak mempunyai 2 gejala dan tanda berikut, yang tidak diketahui
penyebab lainnya : kemerahan, sakit atau pembengkakan di tepian luka
dekubitus, dan
2) Minimal ditemukan 1 dari kriteria berikut :
a) Hasil kultur positif dari cairan atau jaringan yang diambil secara benar
b) Hasil kultur darah positif

D. IADP (Infeksi Aliran Darah Primer)


IADP adalah ditemukannya organisme dari hasil kultur darah semikuantitatif/
kuantitatif disertai tanda klinis yang jelas serta tidak ada hubungannya dengan
infeksi di tempat lain dan/atau dokter yang merawat menyatakan telah terjadi
infeksi.
Seringkali phelibitis dilaporkan sebagai IADP. IADP berbeda dengan Phlebitis
(Superficial and Deep Phlebitis). Ada beberapa kriteria untuk menentukan IADP.
Kriteria IADP 1 dan 2 dapat digunakan untuk semua peringkat umur pasien
termasuk usia <1 tahun, minimal ditemukan satu kriteria seperti tersebut :
1) Kriteria 1 IADP :
a) Ditemukan pathogen pada ≥ 1 kultur darah pasien, dan
b) Mikroba dari kultur darah itu tidak berhubungan dengan infeksi di lain dari
tubuh pasien
2) Kriteria 2 IADP :
a) Pasien menunjukkan minimal satu gejala klinis : demam (suhu > 38OC),
mengigil atau hipotensi, dan
b) Tanda dan gejala klinis serta hasil positif pemeriksaan laboratorium yang tidak
berhubungan dengan infeksi di bagian lain dari tubuh pasien, dan
c) Hasil kultur yang berasal dari ≥ 2 kultur darah pada lokasi pengambilan yang
berbeda didapatkan mikroba kontaminan kulit yang umum, misalnya difteroid
(Corynebacterium spp), Bacillus spp. (bukan B anthracis).
3) Kriteria 3 IADP :
a) Pasien anak usia ≤ 1 tahun menunjukkan minimal satu gejala seperti berikut :
demam (suhu rektal > 38OC), hipotermi (suhu rektal> 37OC), apnoe atau
bradikarida, dan
b) Tanda dan gejala serta hasil pemeriksaan positif laboratorium yang tidak
berhubungan dengan infeksi di bagian lain dari tubuh pasien, dan
c) Hasil kultur yang berasal dari ≥ 2 kultur darah pada lokasi pengambilan yang
berbeda didapatkan mikroba kontaminan kulit umum.

Faktor resiko IADP adalah semua pasien yang dipasang kateter vaskuler.
Sedangkan risiko infeksi dan hasil pemeriksaan tergantung dari :
1) Lama pemasangan : berapa hari peralatan dipasang.
2) Jenis jalur intravascular (vena sentral, vena perifer,dialisa dan sebagainya) yang
dipasang.
3) Lokasi pemasangan : subclavian, femoral, internal jugular, perifer.
4) Teknik pemasangan : keahlian petugas, teknik aseptik, jenis antiseptik, jenis
dan bahan peralatan terpasang.
5) Perawatan : ruang perawatan, perawatan peralatan, frekuensi manipulasi.
6) Kondisi pasien : usia, penyakit yang mendasari.
7) Teknik kultur

E. VAP (Ventilator Associated Pneumonia)


VAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah
pemakaian ventelasi mekanain > 48 jam, dan sebelumnya tidak ditemukan tanda-
tanda infeksi saluran napas.
Populasi yang berisiko VAP adalah semua pasien yan g terpasang ventilasi mekanik
sehingga kejadiannya terutama terfokus pada area spesifik yaitu ICU, PICU/NICU,
HCU. Sehingga yang digunakan sebagai numerator dalam menghitung laju infeksi
adalah jumlah kasus VAP per periode tertentu (1 bulan, 6 bulan, 1 tahun),
sedangkan denominatornya adalah jumlah hari pemasangan alat ventilasi mekanik
periode waktu tertentu.
F. HAP (Hospital Acquired pneumonia)
HAP adalah infeksi saluran napas bawah yang mengenai parenkim paru setelah
pasien dirawat di rumah sakit > 48 jam tanpa dilakukan intubasi dan sebelumnya
tidak menderita infeksi saluran napas bawah. HAP dapat diakibatkan tirah baring
lama (koma/tidak sadar, trakeostomi, refluk gaster, Endotracheal Tube/ETT).
Populasi yang berisiko adalah pasien tirah baring lama yang dirawat di rumah sakit,
sehingga yang digunakan sebgai numerator adalah jumlah kasus HAP per periode
(1 bulan, 6 bulan, 1 tahun), sedangkan denominator adalah jumlah hari rawat
pasien tirah baring per periode tertentu (1 bulan, 6 bulan, 1 tahun).

G. Phlebitis
Phlebitis merupakan tanda-tanda peradangan pada daerah lokal tusukan infus.
Tanda-tanda peradangan tersebut adalah merah, bengkak, terasa seperti terbakar dan
sakit bila ditekan.

D. Antiseptik Dan Disinfektan


a. Mengetahui jenis-jenis antiseptik dan cara penggunaannya
Antiseptik merupakan zat kimia yang penggunannya memiliki tujuan untuk
menghambat atau merusak mikroorganisme di permukaan suatu jaringan
hidup sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi dan umumnya tidak terlalu
toksis, sehingga tidak berbahaya bagi kulit. Antiseptik biasanya mengandung
alkohol, chlorhexidine dan anilides.
Cara penggunaan antiseptik adalah dengan melakukan cuci tangan dengan
menggunakan sabun (handwash) 40-60 detik dan menggunakan cairan
berbasis alkhol (handrub) 20-30 detik.
Handwash mengandung Chlorhexidine 4%. Handrub mengandung
chlorhexidine 2% dengan alkohol 70%, mengandung chlorhexidine 4% atau
mengandung alkohol.
b. Mengetahui jenis-jenis desinfektan
Betadine, Alkohol 70%, Anios DD1, Glutaraldehide, Teralin, Chlorin 0,5%,
zerobag.
c. Mengetahui fungsi dari penggunaan desinfektan
Desinfektan berfungsi membunuh secara fisikal dan kimiawi mikroorganisme
tetapi tidak termasuk spora.
d. Mengetahui cara penggunaan desinfektan
Cara penggunaan desinfektan adalah dengan cara menyemprotkan cairan
tersebut pada daerah yang akan dibersihkan.
1) Desinfektan sodium hipokrolit : digunakan pada permukaan atau peralatan
bukan logam.
2) Alkohol : digunakan pada permukaan yang lebih kecil.
E. Koordinasi dengan Unit Lain
Sistem pengawasan dilapangan dilakukan dengan menggunakan tools audit yang
dibuat berdasarkan dengan buku sumber atau jurnal-jurnal terbaru.

Mengetahui alur kerja dengan kerja unit lain, sebagai berikut :

1) Kelompok Staff Medis (KSM)


a. Staff medis dibawah wakil direktur medis berkoordinasi dengan Komite PPI
di RS dalam program kerja PPI
b. Melakukan analisa dan memberikan rekomendasi penggunaan antibiotika
rasional dengan komite farmasi dan terapi
c. Melakukan investigasi masalah infeksi atau KLB yang terjadi di RS
d. Menerapkan prinsip penggunaan antibiotic secara bijak dan melaksanakan
kegiatan kewasapadaan standar.
2) Keperawatan
a. Kepala ruangan bertindak sebagai IPCLN di masing-masing ruangan /
Instalasi
b. Melaporkan bila ada kecurigaan adanya HAIs pada pasien dengan formulir
pemantauan kejadian infeksi
c. Melaporkan bila ada kejadian tertusuk jarum dengan menggunakan formulir
terpajan
d. Sebagai pelaksana Program PPI di Unit Perawatan
3) Instalasi farmasi
a. Koordinasi pengadaan ketersediaan antiseptic, desinfektan dan APD
b. Koordinasi pemantauan obat dan alat kadaluwarsa
c. Koordinasi penggunaan antibiotik yang digunakan di RS
4) Instalasi Laboratorium
a. Melakukan pemeriksaan kultur mikrobiologi, darah, urine, sputum, pus dan
melaporkan bila hasil kultur multi resisten
b. Koordinasi hasil kultur mikrobiologi pasien untuk pembuatan pola kuman
c. Pengawasan pembuangan limbah laboratorium seperti: limbah medis,
komponen darah dan benda tajam
d. Sebagai pelaksana program PPI di ruang Laboratorium
5) Rekam Medis
a. Menyiapkan database pasien rawat inap
b. Menyiapkan Rekam Medis pasien bila ada kecurigaan kejadian infeksi
selama dirawat
6) CSSU
a. Melaksanakan dekontaminasi, pencucian, desinfeksi dan sterilisasi alat
kesehatan di CSSU
b. Mengawasi proses pendistribusian alat yang sudah di sterilkan sesuai dengan
SPO
c. Melaksanakan proses sterilisasi alat yang diperbolehkan untuk di reuse
sesuai dengan SPO
7) Personalia
a. Pelaksana Diklat eksternal dan internal PPIRS untuk seluruh karyawan dan
ORKA
b. Berkoordinasi untuk melakukan vaksinasi dan MCU bagi karyawan.
8) Penunjang Umum
a. IPSRS
 Melakukan pemeliharaan alat kesehatan
 Melakukan perbaikan alat kesehatan.
b. Laundry
 Melaksanakan pengelolaan linen infeksius dan non infeksius di ruangan
dan laundry
 Melakukan pengumpulan linen kotor dan mendistribusikan linen bersih
dari laundry ke ruangan perawatan
 Melaksanakan SPO PPI di Laundri
c. Dapur-Pantry
 Melakukan pengelolaan dan penyimpanan makanan pasien dan
karyawan
 Melaporkan kepatuhan cuci tangan dan penggunaa APD
 Melaksanakan SPO PPI di urusan Tata Boga
 Mengawasi pembuangan limbah non medis
d. Kamar Jenazah
 Melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi dalam penanganan
Jenazah di Kamar Jenazah
 Melakukan survey penggunaan APD saat penanganan Jenazah
e. Sanitasi
 Melakukan pemantauan penggunaan APD pada staf sanitasi
 Melakukan pengawasan penggunaan desinfektan
 Melaksanakan pengendalian serangga
 Melakukan pemantauan pembuangan limbah akhir medis dan non medis
 Melakukan pemeriksaan bakteriologi udara, air bersih, alat kesehatan,
linen dan makanan di RS
9) Tim K3
a. Berkoordinasi dalam pemantauan kesehatan petugas RS
b. Berkoordinasi dakam keselamatan kerja karyawan
c. Berkoordinasi dalam kewaspadaan bencana
10) Mutu dan Akreditasi
a. Berkoordinasi monitoring kepatuhan cuci tangan di RS
b. Berkoordinasi monitoring kejadian tertusuk jarum di RS
c. Berkoordinasi monitoring Dekubitus di RS
11) Tim DOTS
a. Berkoordinasi dalam pelaksanaan penggunaan APD
b. Berkoordinasi dalam pemberian edukasi etika batuk, cuci tangan
c. Berkoordinasi dalam penempatan pasien diruang bertekanan negatif
d. Bersama-sama membuat regulasi (kebijakan, SPO, Panduan) terkait TB Paru
e. Berkoordinasi dalam memberikan pelatihan PPI terkait dengan TB
12) TIM HIV
a. Berkoordinasi dalam pelaksanaan kewaspadaan standar
b. Berkoordinasi dalam penempatan pasien dengan imunocompromissed
c. Bersama-sama membuat regulasi (kebijakan, SPO, Panduan) terkait HIV
d. Berkoordinasi dalam pemberian edukasi terkait HIV

F. Suvailens
Survailens adalah suatu proses yang dinamis, sistematis, terus menerus dalam
pengumpulan, identifikasi, analisis, dan interpretasi data kesehatan yang penting
di fasilitas pelayanan kesehatan pada suatu populasi spesifik dan dibagikan
kepada pihak-pihak yang memerlukan untuk digunakan dalam perencaan,
penerapan, serta evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.

a) Audit pemantauan petugas dalam melaksakan kepatuhan cuci tangan, pemakaian


APD, dekontaminasi dan sterilisasi instrument
Formulir terlampir
b) Pematauan Pasien Dengan Terpasang Alat Invasif
Formulir terlampir

G. Kewaspadaan Standar
1) Mengetahui Prosedur Cuci Tangan Yang Benar
Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan
sabun dan air mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh, atau
menggunakan alkohol (alcohol-based handrubs) bila tangan tampak kotor. Kuku
petugas harus selalu bersih dan terpotong pendek, tanpa kuku palsu, tanpa
memakai perhiasan cincin. Cuci tangan dengan sabun biasa/ antimikroba dan
bilas dengan air mengalir, dilakukan pada saat :
- Bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien yaitu darah,
sekresi, eksresi, kulit yang tidak utuh, ganti verband walaupun telah
memakai sarung tangan.
- Bila tangan beralih dari area tubuh yang terkontaminasi ke area lainnya yang
bersih, walaupun pada pasien yang sama

Indikasi kebersihan tangan :


- Sebelum kontak dengan pasien
- Sebelum tindakan aseptik
- Setelah kontak dengan darah dan cairan tubuh
- Setelah kontak dengan pasien
- Setelah kontak dengan lingkungan sekita pasien

Cara mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir :


- Lama waktu yang dibutuhkan 40-60 detik
- Basahi tangan dengan air bersih yang mengalir
- Tuangkan sabun cair 3-5cc untuk menyabuni seluruh permukaan tangan
sebatas pergelangan tangan
- Gosok kedua telapak tangan
- Gosok punggung tangan dan sela-sela jari tangn kiri dengan tangan kanan
dan sebaliknya
- Gosok kedua telapak dan sela-sela jari
- Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
- Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan sebaliknya
- Gosok dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan ditelapak tangan kiri
dan sebaliknya
- Bilas kedua tangan dengan air mengalir
- Keringkan dengan kertas tissu
- Gunakan tissu tersebut untuk menutup keran dan buang ketempat sampah

Cara mencuci tangan dengan menggunakan antiseptik berbasis alkohol :


- Lama waktu yang dibutuhkan 20-30 detik
- Tuangkan 2-3cc antiseptik berbasih alkohol ke telapak tangan, kemudia
ratakan keseluruh permukaan tangan
- Gosok kedua telapak tangan
- Gosok punggung tangan dan sela-sela jari tangn kiri dengan tangan kanan
dan sebaliknya
- Gosok kedua telapak dan sela-sela jari
- Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
- Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan sebaliknya
- Gosok dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan ditelapak tangan kiri
dan sebaliknya
- Tangan anda sudah bersih

2) Mengetahui Cara Melepas APD


 Sarung tangan
- Ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan telah terkontaminasi
- Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan lainnya,
kemudian lepaskan
- Pegang sarung tangan yang telah dilepas dengan menggunakan tangan
yang masih menggunakan sarung tangan
- Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan dibawah
sarung tangan yang belum dilepas dipergelangan tangan
- Lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan pertama/ sebelumnya
- Buang sarung tangan di tempat limbah infeksius
 Goggle/ perisai wajah
- Ingatlah bahwa bagian luar perisai wajah telah terkontaminasi
- Untuk melepasnya pegang karet atau gagang perisai wajah
- Letakkan di wadah yang telah disediakan untuk diproses ulang atau
dalam tempat limbah infeksius

 Gaun Pelindung
- Ingatlah bahwa bagian depan gaun dan lengan gaun pelindung telah
terkontaminasi
- Lepas tali pengikat gaun
- Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam gaun
pelindung
- Balik gaun pelindung
- Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan diwadah yang telah
disediakan untuk diproses ulang atau taruh ditempat limbah infeksius
 Masker
- Ingatlah bahwa bagian depan masker telah terkontaminasi, jangan
disentuh
- Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali/ karet bagian atas
- Buang ketempat ke tempat limbah infeksius
Urutan langkah-langkah melepas APD :
 Lepaskan sarung tangan
 Lepaskan perisai wajah/ goggle
 Lepaskan gaun
 Lepaskan apron
 Lepaskan penutup kepala
 Lepaskan masker
 Lepaskan pelindung kaki
 Lakukan kebersihan tangan

3) Mengetahui Pengelolaan Peralatan Bekas Pasien


Pada tahun 1968 Spaulding mengusulkan tiga kategori risiko berpotensi
infeksi untuk menjadi dasar pemilihan praktik atau proses pencegahan
yang akan digunakan sewaktu merawat pasien, sebagai berikut :
- Kritical
Bahan dan praktik ini berkaitan dengan jaringan steril atau sistem darah
sehingga merupakan risiko infeksi tingkat tertinggi. Kegagalan
manajemen sterilisasi dapat mengakibatkan infeksi yang serius dan fatal.
- Semikritical
Bahan dan praktik ini merupakan terpenting kedua setelah kritical yang
berkaitan dengan mukosa dan area kecil dikulit yang lecet.
- Non-kritical
Pengelolaan peralatan/ bahan dan praktik yang berhubungan dengan kulit
utuh yang merupakan risiko terendah. Walaupun demikian, pengelolaan
yang buruk pada bahan dan peralatan non-kritical akan dapat
menghabiskan sumber daya dengan manfaat yang terbatas (contohnya
sarung tangan steril digunakan untuk setiap kali memegang tempat
sampah).

Peralatan yang telah digunakan pasien dibersihkan, peralatan yang


terkena darah, cairan tubuh, sekresi, eksresi ditangani dengan benar sehingga
kulit dan mukus membran terlindungi, cegah baju terkontaminasi, cegah
transfer mikroba ke pasien lain dan lingkungan. Peralatan sekali pakai dibuang
dan dihancurkan melalui cara yang benar dan peralatan pakai ulang diproses
dengan benar. Peralatan nonkritikal terkontaminasi didisinfeksi setelah pakai.
Peralatan semikritikal didisinfeksin dan disterilisasi. Peralatan kritikal harus
didisinfeksi kemudian disterilkan. Peralatan makan pasien dibersihkan dengan
air panas dan detergen. Bersihkan dan disinfeksi yang benar peralatan terapi
pernafasan terutama setelah pakai pasien infeksi saluran napas, dapat dipakai
Na hipoklorit 0,05%

4) Mengetahui Cara Pengendalian Lingkungan


Pengendalian lingkungan di fasilitas pelayanan kesehatan, antara lain
berupa upaya perbaikan kualitas udara, kualitas air dan permukaan lingkungan,
serta desain konstruksi bangunan, dilakukan untuk mencegah transmisi
mikroorganisme kepada pasien, patugas dan pengunjung. Pembersihan
permukaan horizontal ruang rawat pasien : lantai tanpa karet, permukaan datar
lain, meja pasien harus dibersihkan secara teratur dan bila tampak kotor/kena
kotoran/cairan tubuh, termasuk keyboard komputer. Pembersihan area sekitar
pasien dilakukan secara rutin dan tiap pasien pulang. Untuk mencegah
aerosolasi patogen infeksi saluran napas, hindari sapu dan menggunakan cara
basah (kain basah).

5) Mengetahui Cara Penatalaksanaan Linen Bekas Pasien


Linen terbagi menjadi linen kotor dan linen terkontaminasi. Linen
terkotaminasi adalah linen yang terkena darah atau cairan tubuh lainnya.
Fasilitas pelayanan kesehatan harus membuat SPO penatalaksanaan linen.
Prosedur penanganan, pengangkutan, dan distribusi linen harus jelas, aman dan
memenuhi kebutuhan pelayanan.

6) Mengetahui Penempatan Pasien (Kewaspadaan Isolasi)


Tempatkan pasien infeksius terpisah dengan pasien non infeksius.
Penempatan pasien disesuaikan dengan pola transmisi infeksi penyakit pasien
(kontak, droplet, airbone). Pasien infeksius di ruang terpisah, beri jarak > 1,8
m. Dapat ditempatkan di kohorting. Bila tidak tersedia ruang tersendiri,
dibolehkan dirawat bersama pasien lain yang jenis infeksinya sama dengan
menerapkan sistem kohorting.
7) Mengetahui Cara Etika Batuk Yang Benar
Diterapkan untuk semua orang terutama pada kasus infeksi dengan jenis
transmisi airbone dan droplet. Fasilitas pelayanan kesehatan harus
menyediakan sarana cuci tangan seperti wastafel dengan air mengalir, tisu,
sabun cair, tempat sampah infeksius dan masker bedah. Cara etika batuk :

a) Menutup hidung dan mulut dengan tisu atau saputangan atau lengan atas.
b) Tisu dibuang ke tempat sampah infeksius dan kemudian mencuci tangan.

8) Mengetahui praktek menyuntik yang aman


Pakai spuit dan jarum suntik steril sekali pakai untuk setiap suntikan.
Jangan lupa membuang spuit dan jarum suntik bekas pakai ke safety box.
Jangan memanipulasi jarum bekas pakai : menutup, mematahkan, atau
membengkokkan.

9) Mengetahui perlindungan petugas kesehatan pasca pajanan


Setiap pajanan di catat dan dilaporkan kepada yang berwenang yaitu
atasan langsung dan komite PPI atau K3. Laporan tersebut sangat penting
untuk menentukan langkah berikutnya. Memulai PPP sebaiknya secepatnya
kurang dari 4 jam dan tidak lebih dari 72 jam, setelah 72 jam tidak diaanjurkan
karena tidak efektif.

H. Sterilisasi
1. Mengetahui Cara Pembersihan Ruangan
Pembersihan ruangan adalah proses menghilangkan secara fisik seluruh
debu, kotoran, darah atau duh tubuh lainnya yang kelihatan termasuk sejumlah
besar mikroorganisme untuk mengurangi risiko bagi siapapun yang menyentuh
kulit atau yang memegang benda tersebut.
Pembersihan ruangan meliputi :
1) Bongkar rutin adalah kegiatan yang dilakukan untuk melakukan pembersihan
menyeluruh yang dilakukan setiap 1 (satu) kali dalam seminggu.
Cara pembongkaran :
 Semua isi ruangan yang akan dilakukan bongkar rutin dikeluarkan,
kemudian peralatan yang terdapat dalam ruangan, lemari, dinding
dibersihkan dengan larutan mikro quat 1 : 200ml air, sedangkan box bayi,
isolet, ventilator dibersihkan dengan teralin.
 Bersihkan lantai dengan larutan desinfektan mikro quat yang telah
diencerkan dengan air menggunakan perbandingan 1 : 200ml.
Kemudian keringkan dengan vaccum.
 Rapikan peralatan dan isi ruangan ketempatnya semula.
2) Bongkar besar adalah kegiatan yang dilakukan untuk melakukan
pembersihan masalah dan menyeluruh yang dilakukan setiap 1 (satu) bulan.
Cara pembongkaran :
 Keluarkan isi ruangan.
 Bersihkan/ bongkar AC.
 Bersihkan ruangan dimulai dari plafon, dinding, jendela, lemari, meja,
tempat tidur dengan larutan mikro quat 1 : 200ml air. Box bayi, isolet,
ventilator dibersihkan dengan teralin.
 Bersihkan lantai dengan larutan desinfektan mikro quat yang telah
diencerkan dengan air menggunakan perbandingan 1 : 200ml.
Kemudian keringkan dengan vaccum.
 Rapikan kembali peralatan ruangan tersebut ke tempatnya semula.
 Lakukan sterilisasi udara ruangan dengan menggunakan medixair
selama minimal 3 (tiga) jam.

2. Mengetahui Pembersihan Alat Medis


Pembersihan alat medis seperti isolet, box bayi, ventilar dll menggunakan
teralin (bagian permukaan).

3. Mengetahui Proses dekontaminasi sampai dengan sterilisasi alat kesehatan


Dalam dekontaminasi peralatan perawatan pasien dilakukan
penatalaksanaan peralatan bekas pakai perawatan pasien yang terkontaminasi
darah atau cairan tubuh sesuai, sebagai berikut :
- Rendam peralatan bekas pakai dengan menggunakan cairan Anyosim DD
1 dengan perbandingan 5 cc/ml anyosim DD1 diencerkan dengan air
sebanyak 1 liter air. Alat kotor direndam dalam larutan selama 10-15
menit. Semua bagian dari alat harus tenggelam, pada alat-alat yang
memiliki sisi dalam harus dalam keadaan terbuka (misalnya : gunting,
klem, dst). Setelah proses perendaman kemudian alat dibersihkan secara
dengan menggunakan bantuan sikat untuk membersihkan dan dibilas
dengan air mengalir.
- Pengeringan dilakukan dengan menjejerkan alat pada kain bersih
kemudian dilap dengan kain bersih. Pada saat ini juga dilakukan
pengecekan kinerja alat dan jumlah alat apakah sudah sesuai atau belum.
- Packing : pada tahap ini alat-alat yang telah dicuci dan dikeringkan diatur
sesuai jenis operasi kemudian alat dibungkus menggunakan pouches
atapun kain bersih. Pada tahap packing alat diberi indikator steril. Ada dua
indikator yang digunakan yaitu indikator internal dan eksternal. Indikator
internal ditarih dibagian dalam kemasan dan indikator eksternal/indicator
tape ditempel pada bagian luar kemasan. Pada indicator tape diberi
keterangan jenis alat, tanggal pensterilan dan tanggal kadaluarsa, jam
pensterilan dan nama petugas.
- Alat yang sudah dipacking dan diberi label kemudian disterilisasi pada alat
autoclave. Alat diatur dalam autoclave dengan posisi vertikal atau
horizontal. Pada pensterilan dengan alat dalam pouches bagian depan
berhadapan dengan bagian yang sama dari pouches lain untuk mengurangi
kemungkinan terjadinya pengembunan. Setelah semua alat diatur, tutup
autoclave dan nyalakan autoclave.

I. Pengambilan Dan Pengiriman Sampel Kurtur


a. Kultur ruangan
Kultur ruangan adalah tindakan mengambil sampel udara untuk melihat
keadaan udara di ruangan. Kultur udara dilakukan setelah ruangan yang akan
dilakukan kultur telah dilakukan bongkar besar dan diberi medixair.
1) Alat dan Bahan Kultur Ruangan :
a) Media Agar terdiri dari 3 jenis yaitu : berwarna merah, putih dan
agak kecoklatan
b) Terallin
c) Handscoen
d) Handwash
e) Etiket
f) Alat tulis dan selotip
g) Coolbox
h) Masker
2) Cara Kerja :
a) Pada saat akan melakukan kultur udara ruangan harus dalam
keadaan kosong, tidak ada petugas yang bekerja.
b) Cuci tangan sebelum melakukan tindakan kultur.
c) Bersihkan daerah yang akan dilakukan peletakan media agar.
d) Gunakan APD (Alat Pelindung Diri), seperti : sarung tangan,
masker.
e) Letakkan tiga media agar-agar di bawah AC atau di daerah udara
yang jatuh dari AC (tarik garis khayal secara diagonal dari AC
menuju lantai untuk menentukan titik peletakan media agar).
f) Buka media-media tersebut dan diamkan selama 15 menit.
g) Setelah 15 menit, tutup media agar-agar tersebut dan berikan
label.
h) Buat label etiket. Label diisi dengan keterangan : Jenis bahan
yang akan dikultur, nama ruangan, tanggal dan waktu
pengambilan, pemeriksaan yang diinginkan.
i) Masukkan media ketempat yang tertutup.
j) Lepas sarung tangan dan cuci tangan.
k) Bereskan semua alat.
l) Cuci tangan.
m) Sampel segera kirim ke Laboratorium Mikrobiologi

b. Kultur alat medis/ alat kesehatan


Kultur alat medis/ alat kesehatan dilakukan untuk melihat keadaan alat
medis/ kesehatan sebelum digunakan. Biasanya kultur alat medis dilakukan
pada alat setelah proses sterilisasi. Media yang digunakan dalam kultur alat
medis/ alat kesehatan adalah media amis.
1) Alat dan Bahan :
a) Media Amis
b) Lampu Bunsen/ sumbu
c) Etiket/ label
d) Sarung tangan (steril/bersih)
e) Masker
2) Proses pengambilan sampel pada alat kesehatan :
a) Cuci tangan sebelum melakukan tindakan.
b) Gunakan APD (Alat Pelindung Diri), seperti : sarung tangan steril,
masker.
c) Buka media amies yang berisi lidi kapas steril dan tabung yang
berisi nutrisi.
d) Lakukan pengusapan di daerah yang akan di kultur dengan lidi
kapas.
e) Selama pengambilan sampel petugas dilarang berbicara.
f) Buka tabung yang berisi nutrisi. Bakar ujung tabung tersebut
kemudian masukkan lidi kapas kedalam tabung dan tutup rapat.
g) Beri etiket/label pada tabung tersebut.
h) Lepas sarung tangan dan cuci tangan hingga bersih.
i) Bereskan semua alat.
j) Segera kirim sampel tersebut ke Laboratorium Mikrobiologi.

c. Kultur alat invasif


Kultur alat invasif pada prinsipnya sama dengan pengambilan sampel
pada alat medis/alat kesehatan yang berbeda pada alat invasif bagian yang
dilakukan swab adalah bagian ujung dari alat tersebut.

J. Pola Kuman
Berdasarkan Permenkes No. 8 tahun 2015 tentang Program Pengendalian
Resistensi Antimikroba Di Rumah Sakit, bahwa "Laboratorium mikrobiologi klinik
bertugas menyusun pola mikroba (pola bakteri, bila memungkinkan juga jamur) dan
kepekaannya terhadap antibiotik (atau disebut antibiogram) yang diperbaharui setiap
tahun.
Pola kuman dilaporkan setiap setahun sekali. Cara menghitung pola kuman
dengan mengumpulkan data kultur baik itu darah, pus, sputum, urine dan feses. Dari
hasil kultur tersebut kemudian dilakukan pengelompokan sensitifitas antibiotik yang
terdapat pada lembar hasil kultur. Setelah semua data terangkum kemudian dibuat
analisa dan diberi rencana tindak lanjut.
K. Administrasi PPI
a. Mengetahui cara pembuatan laporan bulanan
Laporan Bulanan Infeksi Rumah Sakit laporan kegiatan pemantauan kejadian
infeksi yang merupakan rekapitulasi dari data harian. Rumus yang digunakan
dalam laporan :
1) Perhitungan IDO :

Jumlah Kasus IDO X 100


Jumlah Kasus Operasi
2) Perhitungan ISK :

Jumlah Kasus ISK


Jumlah Hari Pemakaian Kateter Urine Menetap
X 1000

3) Perhitungan IADP :

Jumlah Kasus IADP


Jumlah Lama Hari Pemakaian Kateter Vena
X 1000

4) Perhitungan VAP :

Jumlah Kasus VAP


Jumlah Lama Hari Pemakaian ETT
X 1000

5) Perhitungan HAP :

Jumlah Kasus HAP


Jumlah Hari Rawat Pasien
X 1000

6) Perhitungan Phlebitis :

Jumlah Kasus Phlebitis


Jumlah Lama Hari Pemakaian Kateter Perifer
X 1000
7) Perhitungan Dekubitus :

Jumlah Kasus Dekubitus


Jumlah Lama Tirah Baring
X 1000

8) Laporan Kepatuhan Cuci Tangan

b. Mengetahui cara pembuatan laporan triwulan


Laporan yang dilaporkan pada tiap triwulan meliputi laporan pelaksanaan
kewaspadaan standart precaution per instalasi, laporan pola kuman dan uji
sensitifitas antibiotika, laporan pelayanan sterilisasi.

c. Mengetahui cara pembuatan evaluasi tahunan


Evaluasi tahunan dibuat dari rangkuman laporan bulanan dan triwulan
kemudian dibuat evaluasi dengan program kerja yang dibuat diawal tahun dan
dianalisa serta diberikan rekomendasi. Evaluasi tahunan menjadi bahan acuan
untuk membuat ICRA HAIs, ICRA Unit, ICRA Kegiatan. ICRA Bangunan
dibuat berdasarkan buku pedoman ICRA pembangunan.

STRUKTUR ORGANISASI KOMITE PPI

PIMPINAN RS

KETUA KOMITE

SEKRETARIS

IPCN IPCD ANGGOTA


LAINNYA

STRUTUR ORGANISASI TIM PPI

PIMPINAN
FAYANKES

KETUA
IPCN ANGGOTA
LAINNYA

BAB III
PEMBAHASAN TARGET

Pelaksanaan On Job Training (OJT) di RS Jatinegara dilaksanakan selama 30


hari sejak tanggal 17 Maret 2020 sampai 23 April. Pencapaian target didapatkan
melalui diskusi dan pratek dengan para pembimbing, referensi buku serta browsing
internet. Proses diskusi dilakukan diklat di kelas dengan tanya jawab dan membaca
buku. Sedangkan praktek didapatkan dengan cara melihat (observasi) dan praktek
langsung. Teori merupakan dasar penting dalam melakukan suatu tindakan serta
merupakan panduan dalam melakukannya.
Dalam pelaksanaan OJT ada beberapa target yang diupayakan untuk dicapai
selama OJT yaitu pengetahuan dasar PPI, Mikrobiologi, Jenis-Jenis Infeksi RS,
Antiseptik dan Desinfektan, Koordinasi dengan Unit Lain, Survailens, Kewaspadaan
Standar, Sterilisasi, Pengambilan dan Pengiriman Sampel Kultur, Membuat Pola
Kuman dan Membuat Laporan PPI.

Pencapaian Target Teori On Job Training (OJT) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Rumah Sakit Hermina Jatinegara

NO MATERI SASARAN TGL KET


1 Pengetahuan dasar a. Konsep kewaspadaan standar 100%
PPI b. Definisi yang ada di PPI
c. Konsep sterilisasi
d. Konsep pengelolaan limbah RS
2 Mikrobiologi Definisi infeksi, kolonisasi dan kontaminasi 100%
3 Jenis infeksi di RS Jenis infeksi yang ada di RS ( phlebitis, ISK, 100%
HAP, VAP, IAD, dekuitus, IDO )
4 Antiseptik dan a. Jenis antiseptik dan cara penggunaanya 100%
disinfektan b. Jenis disinfektan
c. Fungsi penggunaan disinfektan
d. Cara penggunaan disinfektan
5 Koordinasi dengan a. Alur kerja dengan unit lain 100%
unit lain b. Sistem pengawasan di lapangan
6 Surveilens a. Audit pemantauan petugas dalam 100%
melasanakan kepatuhan cuci tangan,
pemakaian APD, dekontaminasi dan
sterilisasi instrument
b. Pemantauan pasien dengan terpasang alat
invasif ( infus, kateter, NGT, ETT, dll)
7 Kewaspadaan a. Prosedur cuci tangan 100%
standar b. Melepas APD
c. Pengelolaan peralatan bekas pasien
d. Pengendalian lingkungan
e. Penatalaksanaan linen bekas pasien
f. Penempatan pasien
g. Etika batuk
h. Praktek menyuntik yang aman
i. Perlindungan petugas ksehatan pasca
pajanan
8 Steriisasi a. Pembersihan ruangan 100%
b. Pembersihan alat medis
c. Pros dekontaminasi s/d sterilisasi alat
kesehatan
9 Pengambilan dan a. Kultur ruangan 100%
pengiriman sampel b. Kultur alat medis/alat kesehatan
kultur c. Kultur alat invasif
10 Pola kuman Membuat pola kuman 100%
11 Administrasi PPI a. Membuat program kerja 100%
b. Membuat laporan bulanan
c. Membuat laporan triwulan
d. Membuat evaluasi
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil On Job Training (OJT) selama 30 hari yang dilakukan oleh
penulis di lapangan dan disesuaikan dengan jumlah target pencapaian OJT
kualifikasi IPCN sejak tanggal 17 Maret 2020 sampai 23 April 2020 didapatkan
pencapaian target teori 100%. Sedangkan target praktek tercapai 100%.

B. SARAN
 Diharapkan agar target – target disesuaikan dengan kondisi lapangan
sehingga peserta mampu untuk memenuhi target yang diberikan dengan
maksimal.
 Diharapkan agar waktu OJT disesuaikan dengan target yang diberikan
agar OJT dapat tercapai dengan maksimal
 Semoga pencapaian target ini dapat menjadi pedoman untuk melahirkan
IPCN yang profesional dan mampu menganalisa dengan kritis.

Anda mungkin juga menyukai