Puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan on
job training di Rumah Sakit Hermina Jatinegara. Penyelesaian laporan on job training
ini tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing
yang dengan penuh kesabaran telah membimbing penulis menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan on job training ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu saran dan kritikan yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan on job training ini. Akhir kata
penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
SEJARAH RUMAH SAKIT HERMINA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan atau Healthcare Associated
(HAIs) merupakan salah satu masalah kesehatan di berbagai negara di dunia.
Kejadian HAIs sebenarya dapat di cegah bila fasilitas pelayanan kesehatan secara
konsisten melaksakan program PPI.
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) sangat penting
untuk melindungi pasien, petugas juga pengunjung dan keluarga dari resiko
tertularnya infeksi rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan
kesehatan sangat penting terlebih dahulu petugas kesehatan memahami konsep
dasar penyakit infeksi. Oleh karena itu perlu di susun pedoman pencegahan dan
pengendalian infeksi agar terwujud pelayanan kesehatan yang bermutu dan dapat
menjadi acuan bagi semua pihak di dalam fasilitas pelayanan kesehatan serta
dapat melindingi masyarakat .
Keberhasilan program PPI dapat berhasil karena keterlibatan lintas
profesional: Klinisi, Perawat, Laboratorium, Kesehatan Lingkungan, Farmasi,
Gizi, IPSRS, Sanitasi & Housekeeping, dan lain-lain sehingga perlu wadah
berupa Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, khususnya di bidang
pelayanan kesehatan, perawatan pasien tidak hanya dilayani di rumah sakit saja
tetapi juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, bahkan di rumah (home
care).
B. Tujuan
1. Umum
2. Khusus
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kewaspadaan Standar
B. Mikrobiologi
1. Infeksi adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen,
dengan/ tanpa disertai gejala klinik.
2. Kolonisasi merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi,
dimana organisme tersebut hidup, tumbuh dan berkembang biak, tetapi tanpa
disertai adanya respon imun atau gejala klinik. Pada kolonisasi, tubuh penjamu tidak
dalam keadaan suseptibel. Pasien atau petugas kesehatan bisa mengalami kolonisasi
dengan kuman patogen tanpa menderita sakit, tetapi dapat menularkan kuman
tersebut ke orang lain. Pasien atau petugas kesehatan tersebut bertindak sebagai
carrier.
3. Kontaminasi adalah terjadinya pencemaran oleh kontaminan
C. Jenis-Jenis Infeksi Di RS
A. IDO (Infeksi Daerah Operasi)
Infeksi daerah operasi atau Surgical Site Infection memiliki beberapa stadium
dalam operasi, sehingga penilaian ada tidaknya IDO juga dikelompokkan
berdasarkan seberapa jauh organ atau jaringan yang dioperasi, sehingga dikenal
istilah :
1) IDO superfisial : bila insisi hanya pada kulit jaringan bawah kulit (subcutan)
2) IDO profunda : bila insisi mengenai jaringan lunak lebih dalam (fascia dan
lapisan otot)
3) IDO organ/Rongga tubuh : bila insisi dilakukan pada organ atau mencapai
rongga dalam tubuh
Kriteria IDO :
a. IDO superfisial : infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan
operasi dan mengenai hanya pada kulit dan jaringan bawah kulit (subkutan) pada
tempat insisi serta pasien sekurang-kurangnya mempunyai/ memenuhi salah satu
keadaan di bawah ini :
(1) Drainase bahan purulen dari insisi superficial
(2) Dapat diisolasi kuman penyebab dari biakan cairan atau jaringan yang
diambil secara aseptik dari tempat insisi superficial
(3) Sekurang-kurangnya terdapat satu tanda gejala infeksi
(4) Diagnosis IDO superfisial oleh dokter bedah atau dokter yang menangani
pasien tersebut
b. IDO profunda : infeksi terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah tindakan
operasi tanpa pemasangan implant atau dalam waktu 1 tahun bila operasi dengan
pemasangan implant dan infeksi diduga ada kaitan dengan prosedur operasi.
Mengenai jaringan lunak yang lebih dalam (fascia dan lapisan otot) pada tempat
insisi dan pasien sekurang-kurangnya mempunyai/memenuhi salah satu keadaan
di bawah ini :
(1) Drainase purulen dari jaringan lunak dalam tetapi bukan dari organ atau
rongga dalam tempat operasi.
(2) Tempat insisi dalam mengalami dehiscement secara spontan atau terpaksa
dibuka oleh dokter serta hasil biakan postif atau tidak dilakukan biakan
kuman apabila pasien mempunayi sekurang-kurangnya satu tanda atau
gejala sebagai berikut : febris >380C atau nyeri yang terlokalisir.
(3) Abses atau adanya bukti lain terjadinya infeksi yang mengalami insisi
dalam yang ditemukan berdasarkan pemeriksaan langsung, selama
operasi atau berdasarkan pemeriksaan hispatologi (PA) atau radiologi
c. IDO organ/rongga tubuh : infeksi terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah
tindakan operasi tanpa pemasangan implant atau dalam waktu 1 tahun bila
operasi dengan pemasangan implant dan infeksi diduga ada kaitan dengan
prosedur operasi. Infeksi mengenai semua bagian tubuh, kecuali insisi kulit,
fascia dan lapisan otot yang sengaja dibuka atau dimanipulasi selama prosedur/
tindakan. Pasien sekurang-kurangnya mempunyai / memenuhi salah satu keadaan
di bawah ini :
(1) Drainase purulen dari suatu drain yang dipasang melalui stab wound
kedalam rongga/organ tubuh.
(2) Dapat diisolasi kuman penyebab dari biakan cairan atau jaringan yang
diambil secara aseptik dari rongga/organ tubuh.
(3) Abses atau adanya bukti lain terjadinya infeksi yang mengenai
organ/rongga tubuh yang ditemukan berdasarkan pemeriksaan langsung,
selama pre-operasi atau berdasarkan pemeriksaan hispatologi (PA) atau
radiologi
Tes konfirmasi ISK merupakan tes-tes yang membantu memastikan adanya ISK.
1) Tes konfirmasi mayor merupakan pemeriksaan kultur kuantitatif yang
menghasilkan jumlah koloni yang sedikit kemungkinan terjadi akibat
kontaminasi.
2) Tes konfirmasi minor merupakan pemeriksaan atau bukti ISK dengan
keakuratan yang kurang sebagai tanda adanya ISK.
3) Tes konfirmasi minor dapat berupa : tes-tes kultur kuantitatif dengan jumlah
koloni yang meragukan adanya infeksi, pemeriksaan urine untuk melihat adanya
kemungkinan ISK tanpa melakukan kultur, dan diagnosis dokter yang merawat.
Faktor risiko ISK adalah penderita yang terpasang kateter, sedang faktor-faktor lain
yang berkaitan dengan :
1) Kondisi pasien (faktor intristik) : komordibitas penderita (misalnya DM),
kondisi penurunan daya tahan tubuh (misalnya malnutrisi), kondisi organik
(misalnya ostruksi, disfungsi kandung kemih, refluks).
2) Prosedur pemasangan : teknik pemasangan, ukuran kateter.
3) Perawatan : perawatan meatus urethra, jalur kateter, pengosongan kantong urin,
manipulasi (pengambilan sampel urin).
C. Dekubitus
Infeksi dekubitus harus memenuhi kriteria berikut :
1) Pasien paling tidak mempunyai 2 gejala dan tanda berikut, yang tidak diketahui
penyebab lainnya : kemerahan, sakit atau pembengkakan di tepian luka
dekubitus, dan
2) Minimal ditemukan 1 dari kriteria berikut :
a) Hasil kultur positif dari cairan atau jaringan yang diambil secara benar
b) Hasil kultur darah positif
Faktor resiko IADP adalah semua pasien yang dipasang kateter vaskuler.
Sedangkan risiko infeksi dan hasil pemeriksaan tergantung dari :
1) Lama pemasangan : berapa hari peralatan dipasang.
2) Jenis jalur intravascular (vena sentral, vena perifer,dialisa dan sebagainya) yang
dipasang.
3) Lokasi pemasangan : subclavian, femoral, internal jugular, perifer.
4) Teknik pemasangan : keahlian petugas, teknik aseptik, jenis antiseptik, jenis
dan bahan peralatan terpasang.
5) Perawatan : ruang perawatan, perawatan peralatan, frekuensi manipulasi.
6) Kondisi pasien : usia, penyakit yang mendasari.
7) Teknik kultur
G. Phlebitis
Phlebitis merupakan tanda-tanda peradangan pada daerah lokal tusukan infus.
Tanda-tanda peradangan tersebut adalah merah, bengkak, terasa seperti terbakar dan
sakit bila ditekan.
F. Suvailens
Survailens adalah suatu proses yang dinamis, sistematis, terus menerus dalam
pengumpulan, identifikasi, analisis, dan interpretasi data kesehatan yang penting
di fasilitas pelayanan kesehatan pada suatu populasi spesifik dan dibagikan
kepada pihak-pihak yang memerlukan untuk digunakan dalam perencaan,
penerapan, serta evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.
G. Kewaspadaan Standar
1) Mengetahui Prosedur Cuci Tangan Yang Benar
Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan
sabun dan air mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh, atau
menggunakan alkohol (alcohol-based handrubs) bila tangan tampak kotor. Kuku
petugas harus selalu bersih dan terpotong pendek, tanpa kuku palsu, tanpa
memakai perhiasan cincin. Cuci tangan dengan sabun biasa/ antimikroba dan
bilas dengan air mengalir, dilakukan pada saat :
- Bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien yaitu darah,
sekresi, eksresi, kulit yang tidak utuh, ganti verband walaupun telah
memakai sarung tangan.
- Bila tangan beralih dari area tubuh yang terkontaminasi ke area lainnya yang
bersih, walaupun pada pasien yang sama
Gaun Pelindung
- Ingatlah bahwa bagian depan gaun dan lengan gaun pelindung telah
terkontaminasi
- Lepas tali pengikat gaun
- Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam gaun
pelindung
- Balik gaun pelindung
- Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan diwadah yang telah
disediakan untuk diproses ulang atau taruh ditempat limbah infeksius
Masker
- Ingatlah bahwa bagian depan masker telah terkontaminasi, jangan
disentuh
- Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali/ karet bagian atas
- Buang ketempat ke tempat limbah infeksius
Urutan langkah-langkah melepas APD :
Lepaskan sarung tangan
Lepaskan perisai wajah/ goggle
Lepaskan gaun
Lepaskan apron
Lepaskan penutup kepala
Lepaskan masker
Lepaskan pelindung kaki
Lakukan kebersihan tangan
a) Menutup hidung dan mulut dengan tisu atau saputangan atau lengan atas.
b) Tisu dibuang ke tempat sampah infeksius dan kemudian mencuci tangan.
H. Sterilisasi
1. Mengetahui Cara Pembersihan Ruangan
Pembersihan ruangan adalah proses menghilangkan secara fisik seluruh
debu, kotoran, darah atau duh tubuh lainnya yang kelihatan termasuk sejumlah
besar mikroorganisme untuk mengurangi risiko bagi siapapun yang menyentuh
kulit atau yang memegang benda tersebut.
Pembersihan ruangan meliputi :
1) Bongkar rutin adalah kegiatan yang dilakukan untuk melakukan pembersihan
menyeluruh yang dilakukan setiap 1 (satu) kali dalam seminggu.
Cara pembongkaran :
Semua isi ruangan yang akan dilakukan bongkar rutin dikeluarkan,
kemudian peralatan yang terdapat dalam ruangan, lemari, dinding
dibersihkan dengan larutan mikro quat 1 : 200ml air, sedangkan box bayi,
isolet, ventilator dibersihkan dengan teralin.
Bersihkan lantai dengan larutan desinfektan mikro quat yang telah
diencerkan dengan air menggunakan perbandingan 1 : 200ml.
Kemudian keringkan dengan vaccum.
Rapikan peralatan dan isi ruangan ketempatnya semula.
2) Bongkar besar adalah kegiatan yang dilakukan untuk melakukan
pembersihan masalah dan menyeluruh yang dilakukan setiap 1 (satu) bulan.
Cara pembongkaran :
Keluarkan isi ruangan.
Bersihkan/ bongkar AC.
Bersihkan ruangan dimulai dari plafon, dinding, jendela, lemari, meja,
tempat tidur dengan larutan mikro quat 1 : 200ml air. Box bayi, isolet,
ventilator dibersihkan dengan teralin.
Bersihkan lantai dengan larutan desinfektan mikro quat yang telah
diencerkan dengan air menggunakan perbandingan 1 : 200ml.
Kemudian keringkan dengan vaccum.
Rapikan kembali peralatan ruangan tersebut ke tempatnya semula.
Lakukan sterilisasi udara ruangan dengan menggunakan medixair
selama minimal 3 (tiga) jam.
J. Pola Kuman
Berdasarkan Permenkes No. 8 tahun 2015 tentang Program Pengendalian
Resistensi Antimikroba Di Rumah Sakit, bahwa "Laboratorium mikrobiologi klinik
bertugas menyusun pola mikroba (pola bakteri, bila memungkinkan juga jamur) dan
kepekaannya terhadap antibiotik (atau disebut antibiogram) yang diperbaharui setiap
tahun.
Pola kuman dilaporkan setiap setahun sekali. Cara menghitung pola kuman
dengan mengumpulkan data kultur baik itu darah, pus, sputum, urine dan feses. Dari
hasil kultur tersebut kemudian dilakukan pengelompokan sensitifitas antibiotik yang
terdapat pada lembar hasil kultur. Setelah semua data terangkum kemudian dibuat
analisa dan diberi rencana tindak lanjut.
K. Administrasi PPI
a. Mengetahui cara pembuatan laporan bulanan
Laporan Bulanan Infeksi Rumah Sakit laporan kegiatan pemantauan kejadian
infeksi yang merupakan rekapitulasi dari data harian. Rumus yang digunakan
dalam laporan :
1) Perhitungan IDO :
3) Perhitungan IADP :
4) Perhitungan VAP :
5) Perhitungan HAP :
6) Perhitungan Phlebitis :
PIMPINAN RS
KETUA KOMITE
SEKRETARIS
PIMPINAN
FAYANKES
KETUA
IPCN ANGGOTA
LAINNYA
BAB III
PEMBAHASAN TARGET
Pencapaian Target Teori On Job Training (OJT) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Rumah Sakit Hermina Jatinegara
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil On Job Training (OJT) selama 30 hari yang dilakukan oleh
penulis di lapangan dan disesuaikan dengan jumlah target pencapaian OJT
kualifikasi IPCN sejak tanggal 17 Maret 2020 sampai 23 April 2020 didapatkan
pencapaian target teori 100%. Sedangkan target praktek tercapai 100%.
B. SARAN
Diharapkan agar target – target disesuaikan dengan kondisi lapangan
sehingga peserta mampu untuk memenuhi target yang diberikan dengan
maksimal.
Diharapkan agar waktu OJT disesuaikan dengan target yang diberikan
agar OJT dapat tercapai dengan maksimal
Semoga pencapaian target ini dapat menjadi pedoman untuk melahirkan
IPCN yang profesional dan mampu menganalisa dengan kritis.