PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi puskesmas sangat penting untuk
dilaksanakan di puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan,
disamping sebagai tolok ukur mutu pelayanan juga untuk melindungi
pasien, petugas, pengunjung dan keluarga serta lingkungan dari risiko
tertular penyakit infeksi karena perawatan, bertugas dan berkunjung ke
puskesmas. Healthcare Associated Infection (HAIs) atau penyakit infeksi
terkait pelayanan kesehatan merupakan salah satu masalah kesehatan di
berbagai Negara di dunia
B. Tujuan
Mempunyai buku pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di
puskesmas sehingga puskesmas dapat melaksanakan pencegahan dan
pengendalian infeksi sesuai dengan buku yang telah diterbitkan oleh
Puskesmas Cawas II.
C. Ruang Lingkup
Pedoman ini memberi panduan bagi petugas kesehatan di Puskesmas
Cawas II dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi pada
pelayanan terhadap pasien yang menderita penyakit menular melalui
udara, kontak, droplet atau penyakit infeksi lainnya.
BAB II
KEBIJAKAN PELAYANAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
DI PUSKESMAS CAWAS II
A. VISI
Terwujudnya Masyarakat Trucuk Sehat pada tahun 2020
B. MISI
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan sesuai
dengan standart mutu yang telah ditetapkan.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan
perorangan,keluarga,masyarakat serta lingkungan
Kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi di puskesmas Cawas II
merupakan suatu pelayanan yang harus dilaksanakan untuk melindungi
pasien, petugas kesehatan dan pengunjung dari kejadian infeksi dengan
memperhatikan cost effectiveness, dalam bentuk upaya pencegahan,
surveilans dan pengobatan konvensional.
C. Dasar Hukum
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman
pencegahan dan pengendalian Infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan .
D. Organisasi pencegahan dan pengendalian infeksi
1. Struktur Organisasi
KEPALA PUSKESMAS
Ketua PPI
Perhatian :
Lama penggosokan untuk pembersihan tangan dengan air dan sabun
minimal selama 40-60 detik, sedangkan untuk pembersihan tangan
dengan larutan berbahan dasar alcohol minimal selama 20-30 detik.
Pembersihan
( Cuci bersih dan tiriskan )
STERILISASI DISINFEKSI
(Peralatan Kritis )
Masuk dalam pembuluh
Darah / Jaringan tubuh
f. Limbah Farmasi
Dalam jumlah yang sedikit limbah farmasi (obat dan bahan obat-
obatan), dapat dikumpulkan dalam wadah dengan limbah terinfeksi
dan dibuang dengan cara yang sama insinerasi, enkapluasi atau
dikubur secara aman. Perlu dicatat bahwa suhu yang dicapai dalam
insinerasi kamar tunggal seperti tong atau insinerator dari bata adalah
tidak cukup untuk menghancurkan total limbah farmasi ini, sehingga
tetap berbahaya.
Sejumlah kecil limbah farmasi, seperti obat-obatan kadaluarsa
(kecuali sitotoksik dan antibiotik), dan dapat dibuang ke pembuangan
kotoran tapi tidak boleh dibuang ke sungai, kali, telaga, atau danau.
Jika jumlahnya banyak, limbah farmasi dapat dibuang secara metode
berikut :
1) Antibiotik dapat di insenerasi, sisanya dikubur di tempat
pemerataan tanah (gunakan insinerator seperti untuk membuat
semen yang mampu mencapai suhu pembakaran hingga 800C).
Jika inspirasi tidak tersedia, bahan farmasi di rekapsulasi.
2) Bahan yang larut dengan air, campuran ringan bahan farmasi
seperti larutan vitamin, obat batuk, cairan intravena, tetes mata,
dan lain-lain dapat diencerkan dengan sejumlah besar air lalu
dibuang dalam tempat pembuangan kotoran.
3) Jika semua gagal, kembalikan ke pemasok, jika mungkin.
4.7
5. Pengendalian Lingkungan Puskesmas
Pengendalian lingkungan puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya merupakan salah satu aspek dalam upaya pencegahan
pengendalian infeksi dirumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya. Lingkungan puskesmas jarang menimbulkan transmisi penyakit
infeksi nosokomial, namun pada pasien-pasien yang immunocompromise
harus lebih diwaspadai dan perhatian karena dapat menimbulkan
beberapa penyakit infeksi lainnya seperti infeksi saluran pernapasan,
aspergillus, legionella, mycobacterium TB, varicella zoster, virus hepatitis
B, HIV.
Pengendalian lingkungan puskesmas meliputi ruang bangunan,
penghawaan, kebersihan, saluran limbah dan lain sebagainya.
Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat diminimalkan
dengan melakukan :
1. Pembersihan Lingkungan.
2. Disinfeksi lingkungan yang terkontraminasi dengan darah atau
cairan tubuh pasien.
3. Melakukan pemeliharaan peralatan medik dengan tepat.
4. Mempertahankan mutu air bersih.
5. Memperhatikan ventilasi yang baik.
e.
a. Pengertian
Pembersihan lingkungan adalah proses membuang semua atau
sebagian besar patogen dari permukaan dan benda yang
terkontraminasi. Pembersihan permukaan dilingkungan pasien sangat
penting karena agen infeksius yang dapat menyebabkan ISPA dapat
bertahan di lingkungan selama beberapa jam atau bahkan beberapa
hari. Pembersihan dapat dilakukan dengan air dan detergen netral.
b. Tujuan
Tujuan pengendalian lingkungan puskesmas atau fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya adalah untuk menciptakan lingkungan yang bersih
aman dan nyaman sehingga dapat menimilkan atau mencegah
terjadinya transmisi mikroorganisme dari lingkungan kepada pasien,
petugas, pengunjung, dan masyarakat disekitar rumah sakit dan
fasilitas kesehatan sehingga infeksi nosokomial dan kecelakaan kerja
dapat di cegah.
c. Prinsip dasar pembersihan lingkungan
1) Semua permukaan horizontal ditempat dimana pelayanan yang
disediakan untuk pasien harus dibersihkan setiap hari dan terlihat
kotor. Permukaan tersebut juga harus dibersihkan bila pasien
sudah keluar dan sebelum pasien baru masuk.
2) Bila permukaan tersebut, meja pemerikasaan atau peralatan
lainnya pernah bersentuhan langsung dengan pasien, permukaan
tersebut harus dibersihkan dan disinfeksi diantara pasien-pasien
yang berbeda.
3) Semua kain lap yang digunakan harus dibasahi sebelum
digunakan. Membersihkan debu dengan kain kering atau dengan
sapu dapat menimbulkan aerosolisasi dan harus dihindari.
4) Larutan, kain lap dan kain pel harus diganti secara berkala sesuai
dengan peraturan setempat.
5) Semua peralatan pembersih harus dibersihkan dan dikeringkan
setelah digunakan.
6) Kain lap pel yang dapat digunakan kembali harus dicuci dan
dikeringkan setelah digunakan.
7) Tempat-tempat disekitar pasien harus bersih dari peralatan serta
perlengkapan yang tidak perlu sehingga memudahkan
pembersihan menyeluruh setiap hari.
8) Meja pemeriksaan dan peralatan disekitarnya yang telah
digunakan pasien yang diketahui atau suspek terinfeksi ISPA yang
dapat menimbulkan kekhawatiran harus dibersihkan dengan
disinfektan segera setelah dugunakan.
d. APD untuk pembersihan Lingkungan
Kegiatan pembersihan adalah tugas berat yang memerlukan banyak
pekerja dan dilingkungan tertentu risiko terpajan benda-benda tajam
sangat tinggi.
Petugas kesehatan harus mengenakan:
1) Sarung tangan karet.
2) Gaun pelindung dan celemek karet.
3) Sepatu yang rapat dan kuat seperti sepatu bot.
e. Pembersihan tumpahan dan percikan
Saat membersihkan tumpahan atau percikan cairan tubuh atau
sekresi, petugas kesehatan harus menggunakan APD yang memadai,
termasuk sarung tangan karet dan gaun pelindung.
f. Tahap-tahap pembersihan tumpahan adalah sebagai berikut :
1) Pasang gaun pelindung atau celemek dan sarung tangan karet.
2) Bersihkan bagian permukaan yang terkena tumpahan tersebut
dengan air dan detergen menggunakan kain pembersih sekali
pakai.
3) Buang kain pembersih ke wadah limbah tahan bocor yang sesuai.
4) Lakukan disinfeksi pada bagian permukaan yang terkena
tumpahan.
5) Lepas sarung tangan karet dan celemek dan tempatkan
perlengkapan tersebut ke wadah yang sesuai untuk pembersihan
dan disinfeksi lebih lanjut.
6) Tempatkan gaun pelindung dan masukkan kewadah yang sesuai.
7) Bersihkan tangan .
3) Lantai
Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, halus, kedap air, tidak
licin, warna terang, permukaan rata, tidak bergelombang sehingga
mudah dibersihkan secara rutin, 3 kali sehari atau kalau perlu.
Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai kemiringan
yang cukup kearah saluran pembuangan air limbah. Pertemuan
lantau dengan dinding harus berbentuk lengkung agar mudah
dibersihkan.
4) Atap
Atap harus kuat, tidak bocor dan tidak menjadi tempat perindukan
serangga, tikus dan binatang penggangu lainnya.
5) Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah
masuknya serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
6) Jaringan Instalasi
Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah,
gas, listrik, sistem penghawaan, sarana komunikasi dan lain-
lainnya harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan agar
nyaman dan aman, mudah dibersihkan dari tumpukan debu.
Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilang dengan pipa air
limbah dan tidak boleh bertekanan negatif untuk menghindari
pencemaran air minum.
7) Furniture
Dibersihkan secara rutin setiap hari, khusus tempat tidur pasien
gunakan cairan disinfektan, tidak menggunakan bahan yang dapat
menyerap debu, sebaiknya bahan yang mudah dibersihkan dari
debu maupun darah atau cairan tubuh lainnya.
8) Fixture dan fitting
Peralatan yang menetap di dinding hendaknya didesain
sedemikian rupa sehingga mudah dibersihkan.
Alkohol hand scrub perlu disediakan ditempat yang mudah diraih
saat tangan tidak tampak kotor.
g. Lingkungan
1) Ventilasi Ruangan
(a) Definisi
Ventilasi ruangan adalah proses memasukkan dan
menyebabkan udara luar, dan / atau udara daur ulang yang
telah diolah dengan tepat dimasukkan kedalam gedung atau
ruangan.
Pengkondisian udara adalah mempertahankan udara dalam
ruang agar bertemperatur nyaman.
(b) Tujuan
Untuk mempertahankan kualitas udara dalam ruangan yang
baik, aman untuk keperluan pernapasan.
Ventilasi yang memadai dan aliran satu arah yang terkontrol
harus diupayakan di rumah sakit.
Untuk mengurangi penularan patogen yang ditularkan
dengan penularan obligat atau preferensial melalui airborne.
Ventilasi ruangan untuk infeksi pernapasan
Ruang ventilasi memadai adalah ruangan dengan pertukaran
udara >12x /jam tapi aliran udaranya tidak ditentukan diperlukan
bila ada kemungkinan penularan droplet nuklei. Direkomendasikan
ventilasi ruangan ACH ≥12 dan aliran udara yang diharapkan,
dapat dicapai dengan ventilasi alami atau mekanik.
2) Air
Air yang dianjurkan untuk puskesmas:
(a) Pertahankan temperatur air, panas 51ºC, dingin 20ºC.
(b) Pertahankan resirkulasi tetap panas air didistribusikan ke unit
perawatan.
(c) Anjurkan pasien, keluarga, pengunjung menggunakan air dari
keran.
(d) Uji kualitas mutu air minimal 6 bulan sekali.
3) Permukaan Lingkungan
Permukaan lingkungan meliputi permukaan lingkungan di area
perawatan, lantai, dinding, permukaan yang sering disentuh
(pegangan pintu, bed rails, light switch), blinds dan jendela tirai
perawatan pasien, kamar operasi serta karpet. Teknik
pembersihan permukaan lingkungan meliputi:
(a) Area perawatan
Disamping pembersihan secara seksama disinfeksi bagi
peralatan tempat tidur dan permukaan perlu dilakukan,
seperti dorongan tempat tidur, meja disamping tempat
tidur, kereta dorong, lemari baju, tombol pintu, keran,
tombol lampu, bel panggilan, telepon, TV, temote kontrol.
Virus dapat dinonaktifkan oleh alkohol 70% dan klorin
0,5%.
Dianjurkan untuk melakukan pembersihan permukaan
lingkungan dengan detergen yang netral dilanjutkan
dengan larutan disinfektan.
Bersihkan dan disinfeksi permukaan lingkungan di area
perawatan.
Lakukan pembersihan dua kali sehari atau bila kotor.
Pilih disinfeksi yang terdaftar dan digunakan sesuai
petunjuk pabrik.
Jangan menggunakan high level disinfektan/ cairan
chemikal untuk peralatan non kritikal dan permukaan
lingkungan.
Ikuti petunjuk pabrik untuk pembersihan dan pemeliharaan
peralatan non kritikal.
Pembersihan dari pabrik ikuti petunjuk dari pabrik dan bila
tidak ada petunjuk pembersihan dari pabrik ikuti prosedur
yang telah ditentukan.
Jangan melakukan disinfeksi fogging di area keperawatan.
Hindari metode pembersihan permukaan yang luas yang
menghasilkan mist atau aerosol.
Congenital Standar
rubella kontak
langsung
termasuk
seksual
Congenitis
*adenovirus
type 8
Campak Sampai Kontak dengan Standar,
umur bahan nasofaring kontak
1tahun dan urin
Campilobac 5-12 14 hari Kontak dengan Kontak,
Sampai
ter hari setelah tangan, alat standar
mata
onset terkontaminasi tidak
keluar
kotoran
Clostridium 5-12 3-4 hari Droplet yang besar Transmisi Retiksi
dufficille hari setelah (kontak dekat) & udara 7 hari
bercak udara setelah
timbul bercak
melalui merah
nasofaring timbul
( yang
imun ) 5
hari
setelah
ekspos
– 21
hari
setelah
ekspos
Cytomegalo Standar
virus
Difteria Kontak
Gastroenter Tidak Tahan di Kontak dengan Standar, Tidak
itis diket lingkungan sekresi & hand perlu
*salmonella ahui dalam ekskresi : saliva & hygiene
*Shigella waktu urin
*yenterocolitc pendek
a
Giardia Sekresi dari mulut Dopler, Sampai
lamblia mengandung c kontak terapi
difteriae antibioti
ka telah
lengkap
dan
sampai
2 kultur
berjarak
24 jam
dinyakat
an
negatif,
perlu
imunisa
si tiap
10 thn
Hepatitis A Kontak px, Standar Tidak
konsumsi atau mengol
makanan/air kontak ah
terkontaminasi makana
n
sampai
2xjarak
24 jam
kultur
feses
negatif
Hepatitis Feses Kontak
B,D
Hepatitis 15-50 2 minggu, Fekal oral, melalui Standar Libur di
C,F,G hari kadang – feses area
kadang perawat
sampai an/
6 bulan pengola
(prematur) han
makana
n,1
minggu
setelah
sakit
kuning
imunisa
si paska
ekspos
Herpes B:6- Akut atau Perkutaneus, Standar Tidak
simplex 24 kronik mukosa, kulit yang perlu
ming dengan tidak utuh kontak dibatasi
gu HbsAg dengan darah, sampai
D:3-7 positif semen,cairan HbeAg
ming vagina,cairan negatif
gu tubuh yang lain
HIV Perkutaneus, Standar
mukosa, kulit yang
tidak utuh kontak
dengan darah,
semen, cairan
vagina, cairan
tubuh yang lain
Helicobacte 2-14 Asimptoma Kontak dengan Standar, Restriks
rpylori hari ti dapat ludah karier kontak i tidak
mengeluar mengandung virus tangan perlu,
kan virus langsung/ lewat tapi
sekresi luka batasi
aberasi / cairan kontak
vesike dengan
px
Tujuannya :
Menjamin keselamatan petugas dilingkungan puskesmas
Memelihara kesehatan petugas kesehatan.
Mencegah ketidakhadiran petugas, ketidakmampuan bekerja,
kemungkinan medikolegal dan KLB.
Edukasi
Sosialisasi SOP pencegahan dan pengendalian infeksi misal:
Kewaspadaan Isolasi, Kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan
berbasis transmisi, Kebijakan Departemen Kesehatan tenatang
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) terkini.
Program Imunisasi
Keputusan pelaksanaan imunisasi petugas tergantung pada:
Risiko ekspos petugas
Kontak petugas dengan pasien
Karakteristik pasien puskesmas
Dana puskesmas
DOKTER
IPCN/ perawat ppi LABORATORIUM
7. Penempatan Pasien
8.
9.
a. Penanganan Pasien Dengan Penyakit Menular/ Suspek
1) Terapkan dan lakukan pengawasan terhadap Kewaspadaan
Standar untuk kasus / dugaan kasus penyakit menular melalui
udara.
2) Letakkan pasien didalam satu ruangan tersendiri. Jika ruangan
tersendiri ntidak tersedia, kelompokkan kasus yang telah
dikonfirmasi secara terpisah didalam ruangan atau bangsal
dengan beberapa tempat tidur dari kasusu yang belum
dikonfirmasi atau sedang didiagnosis (kohorting). Bila ditempatkan
dalam 1 ruangan, jarak antar tempat tidur harus lebih dari 2 meter
dan diantara tempat tidur harus ditempatkan penghalang fisik
seperti tirai atau sekat.
3) Jika memungkinkan, upayakan ruangan tersebut dialiri udara
bertekanan negatif yang dimonitor (ruangan bertekanan negatif)
dengan 6-12 pergantian udara per jam dan system pembuangan
udara keluar atau menggunakan saringan udara partikulasi
efisiensi tinggi (filter HEPA) yang termonitor sebelum masuk ke
sistem sirkulasi udara lain di Rumah Sakit.
4) Jika tidak tersedia ruangan bertekanan negatif dengan sistem
penyaringan udara partikulasi efiesiensi tinggi, buat tekanan
negatif didalam ruangan pasien dengan memasang pendingin
ruangan atau kipas angin dijendela sedemikian rupa agar aliran
udara keluar gedung melalui jendela. Jendela harus membuka
keluar dan tidak mengarah kedaerah publik. Uji untuk tekanan
negatif dapat dilakukan dengan menempatkan sedikit bedak tabur
dibawah pintu dan amati apakah terhisap kedalam ruangan. Jika
diperlukan kipas angin tambahan didalam ruangan dapat
meningkatkan aliran udara.
5) Jaga pintu tertutup setiap saat dan jelaskan kepada pasien
mengenai perlunya tindakan tindakan pencegahan ini.
6) Pastikan setiap orang yang memasuki ruangan memakai APD
yang sesuai: masker (bila memungkinkan masker efisiensi tinggi
harus digunakan, bila tidak, gunakan masker bedah sebagai
alternatif ) gaun, pelindung wajah atau pelindung mata dan sarung
tangan.
7) Pakai sarung tangan bersih, non steril ketika masuk ruangan.
8) Pakai gaun yang bersih, non- steril ketika masuk ruangan jika akan
berhubungan dengan pasien atau kontak dengan permukaan atau
barang -barang didalam ruangan.
Pertimbangkan pada saat penempatan pasien :
(a) Kamar terpisah bila dimungkinkan kontaminasi luas terhadap
lingkungan, misal : luka lebar dengan cairan keluar, diare,
perdarahan tidak terkontrol.
(b) Kamar terpisah dengan pintu tertutup diwaspadai transmisi
melalui udara kekontak, misal : luka dengan infeksi kuman
gram positif.
(c) Kamar terpisah atau kohort dengan ventilasi dibuang keluar
dengan exhaust ke area tidak ada orang lalu lalang, misal :
TBC.
(d) Kamar terpisah dengan udara terkunci bila diwaspadai
transmisi airborne luas, misal : varicella.
Jika memungkinkan, dianjurkan bagi orang yang batuk untuk duduk pada jarak
1 meter dari yang lainnya diruang tunggu.
Pada pintu masuk dan diruang fasilitas rawat jalan seperti ruang gawat darurat,
ruangan dokter, klinik rawat jalan, perlu dipasang instruksi etika batuk atau
bersin. Pasien dan orang yang menemaninya agar mempraktekkan kebersihan
alat saluran pernapasan dan etika batuk atau bersin, dan memberitahukan
kepada petugas sesegera mungkin tentang gejala penyakit yang diderita, bagi
orang yang batuk harus disediakan masker.
c. Pencegahan dan pengendalian infeksi sehubungan dengan
pembangunan dan renovasi bangunan
1) Pengertian :
(a) Semua kegiatan kontruksi dan renovasi bangunan harus diatur
dengan baik sehingga paparan terhadap debu, uap dan bahaya-
bahaya yang menyertainya dapat dibatasi
(b) Pengendalian debu dan materi sisa kontruksi bangunan bertujuan
untuk melindungi karyawan dan pengunjung dari kemungkinan
dampak penyakit.
2) Tujuan :
(a) Meminimalisasi resiko infeksi pada pasien yang mungkin bisa terjadi
ketika ada penyebaran jamur atau bakteri di udara dengan debu dan
aerosol atau air selama kontruksi dan renovasi di puskesmas
(b) Mengontrol penyebaran debu dari komponen bangunan selama
renovasi di puskesmas.
Resiko Resiko
Resiko Sedang Resiko Tinggi
Terendah Rendah
A. Definisi
Surveilans infeksi puskesmas adalah suatu proses yang dinamis,
sistematis terus menerus, dalam pengumpulan, identifikasi, analisis dan
interprestasi dari data kesehatan yang penting pada suatu populasi spesifik
yang dideseminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang
memerlukan untuk digunakan dalam perencanaan, penerapan, dan
evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.
B. Tujuan
1. mendapatkan data dasar Infeksi puskesmas
2. meyakinkan para tenaga kesehatan tentang adanya masalah yang
memerlukan penanggulangan.
3. Mengukur dan menilai keberhasilan suatu program PPI di puskesmas
4. Memenuhi standar mutu pelayanan medis dan keperawatan
5. Salah satu unsur pendukung untuk memenuhi akreditasi puskesmas
C. Metode Surveilans
Metode surveilans puskesmas Trucuk 1 menggunakan metode Surveilans
target (targetted/sentinel surveillance) adalah surveilans yang terfokus
pada ruangan, kelompok pasien, atau tindakan dengan resiko infeksi
spesifik.
D. MANAJEMEN SURVEILANS
1. Identifikasi Kasus
Surveilans yang dilakukan di puskesmas adalah surveilans aktif yaitu
kegiatan yang secara khusus dilakukan untuk mencari kasus Dalam hal ini
diperlukan pengamatan langsung diruang perawatan dan diskusi dengan
dokter atau perawat yang merawat.
Pengumpulan dan pencatatan data dilakukan oleh tim PPI puskesmas dan
Pelaksanaannya dilakukan oleh IPCN.
1. Analisis Data
Menentukan dan menghitung laju.
Laju adalah suatu probabilitas suatu kejadian.
Biasa dinyatakan dalam formula sebagai berikut :
Kurun waktu harus jelas dan sama antara numerator dan denominator
sehingga laju tersebut mempunyai arti.
Ada tiga macam laju yang dipakai dalam surveilans IRS atau surveilans
lainnya, yaitu incidence, prevalence dan incidence density.
1. Incidence
Adalah jumlah kasus baru dari suatu penyakit yang timbul dalam satu
kelompok populasi tertentu dalam kurun waktu tertentu pula.
Didalam surveilans IRS maka incidence adalah jumlah kasus IRS baru
dalam kurun waktu tertentu dibagi oleh jumlah pasien dengan resiko
untuk mendapatkan IRS yang sama dalam kurun waktu yang sama
pula.
2. Prevalence
Adalah jumlah total kasus baik baru maupun lama suatu kelompok
populasi dalam satu kurun waktu tertentu (period prevalence) atau
dalam satu waktu tertentu (point prevalence).
Point prevalence nosokomial rates adalah jumlah kasus IRS yang dapat
dibagi dengan jumlah pasien dalam survei.
Tujuan untuk :
Memperlihatkan pola IRS dan perubahan yang terjadi (trend)
Memudahkan analisis dan interprestasi data
Desiminasi
Surveilans didesininasikan kepada yang berkepentingan untuk
melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi. Oleh sebab itu
hasil surveilans angka infeksi harus disampaikan keseluruh anggota
komite, direktur rumah sakit, ruangan atau unit terkait secara
berkesinambungan. Disamping itu juga perlu didesiminasikan kepada
kepala unit terkait dan penanggung jawab ruangan beserta stafnya
berikut rekomendasinya.
Oleh karena itu mengandung hal yang sangat sensitif, maka data yang
dapat mengarah kepasien atau perawatan harus benar-benar terjaga
kerahasiaannya. Dibeberapa negara data seperti ini bersifat rahasia.
Data seperti ini tidak digunakan memberikan sanksi tetapi hanya
digunakan untuk tujuan perbaikan mutu pelayanan.
UNSUR DATA
POPULASI TEMPAT LAJU/
SURVEIL DENOMINAT
AT RISK INFEKSI RATIO
ANS OR
Data
Yang
Diperluka
n
Surveilan Semua Semua Jumlah : Laju setiap 1000
s pasien yang temoat Pasien pasien masuk
Kompreh memenuhi infeksi dan masuk atau atau keluar :
ensif kriteria tanggal keluar dari a. secara
masuk infeksi setiap keseluruhan
dalam dalam bulan aplikasi b. spesifikasi
surveilans yang sama surveilans bagi tempat
tertentu
BAB VI
TATA NILAI
Infeksi puskesmas menjadi masalah yang tidak bisa dihindari di Puskesmas Cawas II
maupun di puskesmas lain, sehingga untuk saat ini pemantauan dititikberatkan kepada
kepatuhan 5 moment cuci tangan
Pelaksanaan surveilans memerlukan tenaga khusus yang termasuk tugas dari IPCN.
Untuk itu diperlukan tenaga IPCN yang purna waktu sesuai standar .