Hippocrates
(460-335 BC).
(Schellekens, W : Patient Safety Conference,
European Union Presidency Luxembourg, 4 – 5 April 2005)
Laporan
Institute of Medicine - IOM
TO ERR IS HUMAN
Building a Safer Health System
D A L A M 1 TAHUN
SETIAP HARI
!
1 PESAWAT JUMBO JET
BERPENUMPANG 268 ORANG
J A T U H !!! (Pasien !!)
Jakarta Declaration
WHO SEAR Patient Safety
2001 :Crossing the 1 Juni 2005, PERSI Workshop on
Quality Chasm: A membentuk badan “ Patients for Patient Safety”
nasional : KKPRS Jakarta, Hotel Four Seasons, 19
New Health System
July 2007
for the 21st Century 2017 :
PMK 34/2017
ttg Akreditasi
RS
2011 :
PMK 1691/2011
ttg KPRS
21 Agustus 2005 Pencanangan
Gerakan Keselamatan Pasien
2008 :
oleh Menteri Kesehatan RI, 2017 :
Keselamatan Pasien
di Jakarta PMK 11/2017 ttg
RS telah mulai di
Keselamatan
2004, 27 Oktober : WHO Akreditasi oleh
Pasien
memimpin gerakan KARS
keselamatan pasien
dengan membentuk : 2006, KKI : Standar
World Alliance for Kompetensi Dokter :
Patient Safety, sekarang Keselamatan Pasien
“WHO Patient Safety”
Pencanangan
Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Di Indonesia, 21 Agustus 2005
Manajemen Risiko dalam Perspektif Akreditasi SNARS
UU 44/2009 ttg
Manajemen Pelayanan RS, Peraturan
Risiko RS Fokus Pasien Per UU an
lainnya
Risiko Klinis (Patient Centered
& Non klinis Care)
Regulasi :
• Kebijakan
• Pedoman,
• Panduan
II. Standar
Manajemen • SPO
III. SKP Pelayanan • Program
IV. ProgNas Indikator :
• Ind. Area
I. Standar Pasien Klinis
pelayanan
berfokus pd
Keluarga • Ind Klinis
• Ind SKP
pasien
• Ind Upaya
Manajemen
Dokumen
Implementasi
KARS Dr.Nico Lumenta (Nico A. Lumenta, 2014)
Konsep
Patient Centred Care
(Std HPK)
“Safety is a
fundamental principle
Etik
of patient care and a
critical component of
• Mutu Quality Management.”
4 Fondasi Kebutuhan
• Patient
PPA Asuhan pasien Pasien
Safety (World Alliance for Patient
• Asuhan Medis
Safety, Forward Programme,
• Asuhan Keperawatan
EBM WHO, 2004)
• Asuhan Gizi
• Asuhan Obat VBM • Evidence Based Medicine
• Value Based Medicine
KARS
(Nico A Lumenta & Adib A Yahya, 2012)
(KPC)
KNC KTD,
Sentinel
KTC
Figure 1: Venn diagram representing Institute of Medicine terminology
All Errors
All Adverse Events
(Yu A, Flott K, Chainani N, Fontana G, Darzi A. Patient Safety 2030. London, UK: NIHR Imperial Patient Safety
Translational Research Centre, 2016.)
The report will: Laporan tersebut akan:
1. Outline the emerging trends that threaten patient 1. Menguraikan tren yang muncul yang mengancam
safety over the next 15 years. keselamatan pasien selama 15 tahun ke depan.
2. Argue for the need to reduce harm by employing an 2. Berdiskusi tentang perlunya untuk mengurangi
integrated, system-wide approach, which involves: risiko/kerugian dengan menggunakan pendekatan
creating a culture of safety, putting patients and terpadu yang mencakup seluruh sistem, yang
staff at the centre of all interventions and melibatkan: menciptakan budaya keselamatan,
implementing evidence-based policies. menempatkan pasien dan staf di pusat semua
3. Introduce the tools available to improve patient intervensi dan menerapkan kebijakan berbasis
safety – including those that have been available, bukti/EBM.
but have remain underutilised, as well as more 3. Memperkenalkan tools/alat-alat yang ada untuk
innovative ones that promise newer ways to reduce
meningkatkan keselamatan pasien - termasuk yang
harm.
telah tersedia, tetapi tetap kurang dimanfaatkan,
4. Highlight the potential of international serta yang lebih inovatif yang menjanjikan cara-cara
collaboration for improving safety.
baru untuk mengurangi risiko.
5. Synthesise the key recommendations to health 4. Sorot potensi kolaborasi internasional untuk
system leaders and policymakers.
meningkatkan keselamatan.
5. Mensintesis rekomendasi utama kepada para
pemimpin sistem kesehatan dan pembuat kebijakan.
EXECUTIVE SUMMARY
Namun, tidak ada solusi sederhana untuk meningkatkan keselamatan, dan tidak ada
intervensi tunggal yang diimplementasikan secara terpisah akan sepenuhnya menangani
masalah ini. Laporan ini menyoroti empat pilar strategi keselamatan:
1. Pendekatan sistem. Pendekatan untuk mengurangi kerugian/risiko harus diintegrasikan
dan diterapkan pada tingkat sistem.
2. Fokus pd budaya. Sistem dan organisasi kesehatan harus benar2 mengutamakan kualitas
dan keselamatan melalui penglihatan yg inspiratif dan penguatan positif, bukan melalui
kesalahan dan hukuman.
3. Pasien sebagai mitra sejati. Organisasi kesehatan harus melibatkan pasien dan staf dalam
keselamatan sebagai bagian dari solusi, tidak hanya sebagai korban atau pelaku
kejahatan.
4. Bias menuju tindakan. Intervensi harus didasarkan pada bukti kuat. Namun, ketika bukti
kurang atau masih muncul, penyedia layanan harus melanjutkan dengan hati-hati,
mengambil keputusan yang beralasan daripada tidak bertindak.
(Yu A, Flott K, Chainani N, Fontana G, Darzi A. Patient Safety 2030. London, UK: NIHR Imperial Patient Safety
Translational Research Centre, 2016.)
Pola SEMI-A
Vertikal & Horizontal
Standar PMKP 9 : RS menetapkan sistem pelaporan insiden keselamatan (IKP) pasien baik
internal maupun eksternal.
Standar PMKP 9.1 : RS telah menetapkan jenis kejadian sentinel, serta melaporkan dan
melakukan analisis akar masalah (root cause analysis-RCA).
Standar PMKP 9.2 : RS menetapkan regulasi utk melakukan analisis data KTD dan
mengambil langkah tindak lanjut.
Standar PMKP 9.3 : RS menetapkan regulasi untuk analisis kejadian nyaris cedera (KNC)
dan kejadian tidak cedera (KTC).
Standar PMKP 10 : Ada pengukuran dan evaluasi budaya KP.
Standar PMKP 11 : Peningkatan mutu dan KP dicapai dan dipertahankan.
Standar PMKP 12 : Program manajemen risiko berkelanjutan digunakan untuk melakukan
identifikasi dan mengurangi cedera serta mengurangi risiko lain terhadap KP dan staf.
2/6
StandarKeselamatan Pasien
TKRS 1.2 : RS memiliki misi,Rumah Sakit dalam
rencana strategis, rencanaSNARS Ed 1.1.
kerja, program peningkatan
mutu dan KP, pengawasan mutu pendidikan, serta laporan akuntabilitas representasi
pemilik.
Standar TKRS 1.3 : Pemilik dan atau representasi pemilik memberi persetujuan program
peningkatan mutu dan KP RS, menerima laporan pelaksanaan program secara berkala, dan
memberi respons thd laporan yg disampaikan.
Standar TKRS 4 : Direktur RS merencanakan, mengembangkan, serta melaksanakan
program peningkatan mutu dan KP.
Standar TKRS 4.1 : Direktur RS memberikan laporan pelaksanaan program peningkatan mutu
dan KP kpd pemilik atau representasi pemilik sesuai dgn regulasi RS.
Standar TKRS 5 : Direktur RS memprioritaskan proses di RS yg akan diukur, program
peningkatan mutu dan KP yg akan diterapkan, serta bgm mengukur keberhasilan dlm upaya
di seluruh RS ini.
Standar TKRS 6.1 : Kontrak dan perjanjian lainnya dievaluasi sbg bgn dari program
peningkatan mutu dan KP RS. 3/6
Keselamatan Pasien Rumah Sakit dalam SNARS Ed 1.1.
Standar TKRS 7 : Direktur RS membuat keputusan terkait pengadaan dan penggunaan SD dengan
mempertimbangkan mutu dan keselamatan.
Standar TKRS 7.1 : Direktur RS menelusuri dan menggunakan data, informasi ttg rantai distribusi
obat, serta perbekalan farmasi yg aman utk melindungi pasien dan staf dari produk yg berasal dari
pasar gelap, palsu, terkontaminasi, atau cacat.
Standar TKRS 11 : Kepala Unit pelayanan meningkatkan mutu dan KP dgn berpartisipasi dlm
program peningkatan mutu dan KP RS, melakukan monitoring, serta meningkatkan asuhan pasien
yg spesifik berlaku di unitnya.
Standar TKRS 11.1 : Kepala Unit Pelayanan Klinis memilih serta menerapkan penilaian mutu dan
KP secara spesifik thd cakupan pelayanan yg diberikan oleh unit pelayanan tsb, juga menyediakan
data dan informasi dari hasil kegiatan tsb yg dapat dipergunakan utk melakukan evaluasi dokter,
perawat, dan staf klinis pemberi asuhan lainnya yg memberikan asuhan pasien di unit pelayanan
tsb.
Standar TKRS 13 : Direktur RS menciptakan dan mendukung budaya keselamatan di seluruh area
RS sesuai dengan peraturan perUUan.
Standar TKRS 13.1 : Direktur RS melaksanakan, melakukan monitor, dan mengambil tindakan untuk
memperbaiki program budaya keselamatan di seluruh area di RS. 4/6
Keselamatan Pasien Rumah Sakit dalam SNARS Ed 1.1.
Standar SKP.1 : RS menetapkan regulasi utk menjamin ketepatan (akurasi) identifikasi pasien.
Standar SKP.2 : RS menetapkan regulasi utk melaksanakan proses meningkatkan efektivitas
komunikasi verbal dan atau komunikasi melalui telpon antar-PPA.
Standar SKP.2.1 : RS menetapkan regulasi utk proses pelaporan hasil pemeriksaaan diagnostik kritis.
Standar SKP.2.2 : RS menetapkan dan melakanakan proses komunikasi “serah terima” (hand over).
Standar SKP.3 : RS menetapkan regulasi utk melaksanakan proses meningkatkan keamanan thd obat2
yg perlu diwaspadai.
Standar SKP.3.1 : RS menetapkan regulasi utk melaksanakan proses mengelola penggunaan elektrolit
konsentrat.
Standar SKP.4 : RS menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses memastikan Tepat-Lokasi, Tepat-
Prosedur, dan Tepat-Pasien sebelum menjalani tindakan dan atau prosedur.
Standar SKP.4.1 : RS menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses Time-out di kamar operasi atau
ruang tindakan sebelum operasi dimulai, dilakukan untuk memastikan Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur,
Tepat-Pasien yang menjalani tindakan dan prosedur.
Standar SKP.5 : RS menetapkan regulasi utk menggunakan dan melaksanakan evidence-based hand
hygiene guidlines utk menurunkan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan 5/6
Standar SKP.6 : RS melaksanakan upaya mengurangi risiko cedera akibat pasien jatuh.
Keselamatan Pasien Rumah Sakit dalam SNARS Ed 1.1.
6/6
3
3.
1. Upaya Umum Upaya Khusus 2.
Pelaporan
(Klasik) (Baru)
IKP
Keselamatan Keselamatan
Diagnostik
Pasien Pasien
Solusi
4.
Taksonomi Keselamatan Pasien
Definisi, Sistematika, Klasifikasi
Upaya Khusus (Baru) Keselamatan Pasien
2.
* 7 LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN RS
Pasal 43 :
Pasal 19
(1)Fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan pelaporan Insiden, secara online atau tertulis
kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien sesuai dengan format laporan tercantum pada
Formulir 2 dan Formulir 3 Peraturan Menteri ini.
(2) Pelaporan Insiden sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan setelah dilakukan
analisis, serta mendapatkan rekomendasi dan solusi dari tim Keselamatan Pasien fasilitas
pelayanan kesehatan.
(3) Pelaporan insiden sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk menurunkan
insiden dan mengoreksi sistem dalam rangka meningkatkan Keselamatan Pasien dan tidak
untuk menyalahkan orang (non blaming).
(4) Pelaporan insiden sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dijamin keamanannya,
bersifat rahasia, anonim (tanpa identitas), dan tidak mudah diakses oleh orang yang tidak
berhak.
Standar PMKP 9 5ep
Rumah sakit menetapkan sistem pelaporan insiden keselamatan pasien
baik internal maupun eksternal.
Standar PMKP 9.1 3ep
Rumah sakit telah menetapkan jenis kejadian sentinel, serta
melaporkan dan melakukan analisis akar masalah (root cause
analysis).
3. Semua kejadian serius akibat efek D Bukti tentang laporan dan analisis insiden 10 TL
samping obat jika sesuai dan 5 TS
sebagaimana yg didefinisikan oleh RS, W Komite PMKP/Tim KPRS 0 TT
sudah dianalisis (lihat juga PKPO 7). DPJP/PPJA
(D,W) Farmasi
Elemen Penilaian PMKP 9.2 Telusur Skor
4. Semua kesalahan pengobatan D Bukti tentang laporan dan analisis insiden 10 TL
(medication error) yang signifikan jika 5 TS
sesuai dan sebagai mana yg didefinisikan W Komite PMKP/Tim KPRS 0 TT
oleh RS, sudah dianalisis (Lihat juga DPJP/PPJA
PKPO 7.1) (D,W) Farmasi
5. Semua perbedaan besar (discrepancy) D Bukti tentang laporan dan analisis insiden 10 TL
antara diagnosis praoperasi dan W Komite PMKP/Tim KPRS 5 TS
diagnosis pascaoperasi sudah dianalisis DPJP/PPJA/Kepala instalasi bedah 0 TT
(Lihat juga PAB.7.2) (D,W) Komite medis
KSM bedah
6. Efek samping atau pola efek samping D Bukti tentang laporan dan analisis insiden 10 TL
selama sedasi moderat atau mendalam W Komite PMKP/Tim KPRS 5 TS
dan pemakaian anestesi sudah dianalisis DPJP/PPJA 0 TT
(Lihat juga PAB.3.2 dan PAB 5) (D,W) KSM anestesi
7. Semua kejadian lain yang ditetapkan D Bukti tentang laporan dan analisis kejadian lainnya 10 TL
oleh RS sesuai dengan f) yang ada di W Komite PMKP/Tim KPRS 5 TS
maksud dan tujuan sudah DPJP/PPJA 0 TT
dianalisis.(D,W)
Maksud dan Tujuan PMKP 9.2
-Ketika RS mendeteksi atau mencurigai adanya perubahan yang tidak diinginkan atau tidak sesuai
dengan harapan, RS memulai analisis mendalam untuk menentukan perbaikan paling baik focus di
area mana (lihat juga PKPO.7.1). Secara khusus, analisis mendalam dimulai jika tingkat, pola, atau
tren yang tak diinginkan bervariasi secara signifikan dari:
Apa yang diharapkan
Apa yang ada di RS; dan
Standar-standar yang diakui
-Analisis dilakukan sekurang-kurangnya untuk semua hal berikut ini:
a) Semua reaksi transfusi yang sudah dikonfirmasi, jika sesuai untuk RS (lihat AP.5.11)
b) Semua kejadian serius akibat efek samping obat, jika sesuai dan sebagaimana yg
didefinisikan oleh RS
c) Semua kesalahan pengobatan yg signifikan jika sesuai dan
d) Semua perbedaan besar antara diagnosis praoperasi dan diagnosis pascaoperasi
e) Efek….
a) Semua reaksi transfusi yang sudah dikonfirmasi, jika sesuai untuk RS (lihat AP.5.11)
b) Semua kejadian serius akibat efek samping obat, jika sesuai dan sebagaimana yg
didefinisikan oleh RS
c) Semua kesalahan pengobatan yg signifikan jika sesuai dan
d) Semua perbedaan besar antara diagnosis praoperasi dan diagnosis pascaoperasi
e) Efek samping atau pola efek samping selama sedasi moderat atau mendalam dan
pemakaian anestesi
f) Kejadian-kejadian lain; misalnya,
Infeksi yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan atau wabah penyakit menula sebagaimana
yang didefinisikan oleh RS
Pasien jiwa yang melarikan diri dari ruang perawatan keluar lingkungan RS yang tidak
meninggal/ tidak cedera serius. (Khusus untuk RS Jiwa dan RS Umum yang mempunyai ruang
perawatan jiwa.
Standar PMKP 9.3 2ep
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk analisis Kejadian Nyaris Cedera (KNC) dan Kejadian
Tidak Cedera (KTC)
Elemen Penilaian PMKP 9.3 Telusur Skor
1. RS menetapkan definisi, jenis R Regulasi tentang definisi dan jenis KNC dan 10 TL
KNC dan KTC yg dilaporkan KTC dalam sistem pelaporan insiden - -
dan sistem pelaporan dari KNC keselamatan pasien internal dan eksternal 0 TT
dan KTC (lihat juga PMKP 9 EP
1). (R)
2. Ada analisis data KNC dan D Bukti tentang analisis data KNC dan KTC 10 TL
KTC. (D,W) 5 TS
W Komite PMKP/Tim KPRS 0 TT
DPJP/PPJA
Kepala unit terkait
Farmasi
Maksud dan Tujuan PMKP 9.3
Rumah sakit menetapkan definisi KNC dan KTC, serta sistem pelaporan, proses
mengumpulkan dan analisis data untuk dilakukan kajian untuk perubahan dari
proses agar dapat mengurangi atau menghilangkan KNC dan KTC (lihat juga PKPO
7.1).
X
Langkah 3:
Klik tombol “Submit”
untuk menyimpan
data
(38 hal)
(49 hal)
SISTEM PELAPORAN
INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
DI RUMAH SAKIT
Pendahuluan
1
59
Laporan Insiden Keselamatan Pasien
LATAR BELAKANG
UU RS No. 44 th 2009
TUJUAN
PMK 11 tahun 2017 Umum : menurunkan MANFAAT
tentang Keselamatan insiden & meningkatkan
Pasien mutu 1. Diperolehnya peta
KMK no Khusus : bagi RS nasional angka insiden
HK.01.07/Menkes/321 Terlaksananya sistem 2. Pembelajaran
thn 2018 tentang KNKP pelaporan, mengeta- 3. Penetapan langkah –
Pedoman Keselamatan hui akar masalah langkah praktis
Pasien RS dan Pelaporan Keselamatan Pasien
Pelaporan IKP Eksternal via website
Rumah Sakit
*Lapor IKP ke :
http://sirs.yan
kes.kemkes.g
o.id/sp2rs/logi
n.html.
(SE 10 Sept 2019)
*Username &
Password
minta ke:
patientsafetyk
emkes@gmail
.com
(SE 10 Sept 2019)
Permohonan Username dan Password
Kepada Sekretariat Komite Keselamatan Pasien RS
Subdit Pelayanan Medik dan Keperawatan
Ruang 409 Lantai 4 Gedung B Kementerian Kesehatan RI
Di Jakarta
Email :
yanmedikwat@gmail.com
dan dibalas paling lambat 2 x *Username &
24 jam (hari kerja) Password
minta ke:
Contact Person : patientsafetyk
dr Wita 08118403372 emkes@gmail
dr Tety 082113011676 .com
(SE 10 Sept 2019)
65
www.yankes.kemkes.go.id
681
691
4. EVALUASI PELAPORAN INSIDEN KPRS Ujicoba E-Reporting di 40 RS (2015)
RS Kelas A 12 2
RS Kelas B 2 14
RS Kelas C -- 4
Jumlah 14 20
1 Maret 2015
Launching saat Rakerkesnas
Di Jakarta
Sudah disosialisasikan untuk Bekerjasama dengan
rs rujukan regional terpilih dan KKPRS dan KARS dalam
disampaikan ke Dinas Propinsi keharusan semua RS
se Indonesia melakukan e -reporting
Evaluasi Data
Insiden Keselamatan Pasien RS secara online
2015 2016
Dari data tahun 2015 yang bisa Dari data tahun 2016 yang bisa diolah terkait
diolah terkait keselamatan pasien keselamatan pasien ada 588 Insiden dari 668 laporan
ada 189 Insiden dari 289 laporan insiden yang masuk sampai dengan Desember 2016
2017 2018
tahun 2017 terdapat 1647 tahun 2018 (januari sd Juni 2018 terdapat 1135 lap) ,
laporan yang diolah 1494 laporan yg dpt diolah 1093
100
Data Januari-Juli 2018
90
80
70
60
94
50
40 65
30
44
20
14
10
0
2015 2016 2017 2018
1%
4%
3% 5%
2%
7%
5%
4% 3% 2%
6% 1%
8%
3%
1,22
%
3%
77
PERBAIKAN E-REPORTING
• Administrasi password ; jika lupa tidak tersedia fitur lupa
password, sementara meminta reset password harus secara
resmi
• Entry data ; menambahkan button kirim, saat ini hanya
tersedia button simpan yang lgsg mengirimkan data ke pusat
dan batal
• Fitur lain yang perlu dikembangkan di laman website Kemkes
misalnya feedback untuk RS, Dinas Kesehatan, link dengan
KARS dsbnya
PMK 11/2017 tentang
Keselamatan Pasien
ALUR PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
LAPORAN
KEJADIAN KEJADIAN
ANALISA LAPORAN
KEJADIAN
IKPRS
LAPORAN LAPORAN
IKPRS IKPRS
IKPRS
TINDAKAN
BANTUAN ANALISA /
GRADING
REGRADING
BIRU / MERAH /
HIJAU KUNING KEBIJAKAN
1.PETA IINSIDEN
2.SOLUSI UMUM KESEHATAN
RCA
INVESTIGASI
SEDERHANA
� Safety
� Quality
� Culture
(Hardy, P : Patient voice and DNA of Care, ISQua Conference, London, 2017)
dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM, MHKes
Komisi Akreditasi Rumah Sakit
KARS Dr.Nico Lumenta