Anda di halaman 1dari 21

PEDOMAN PENGORGANISASIAN

PENURUNAN PREVALENSI STUNTING DAN WASTING


KATA PENGANTAR

Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi anak kerdil (stunting) yang
tinggi. Tantangan terbesar dalam pencegahan stunting adalah memastikan pelaksanaan program,
kegiatan, dan sumber pembiayaan terkait pencegahan stunting dapat terlaksana secara terpadu
atau konvergen di tingkat Kabupaten/Kota dan Desa. Dengan adanya konvergensi di tingkat
Kabupaten/Kota dan Desa, pelaksanaan intervensi pencegahan stunting, baik intervensi gizi
spesifik maupun intervensi gizi sensitif, menjadi efektif. Dalam pelaksanaannya, konvergensi
upaya percepatan pencegahan stunting dilakukan mulai dari tahap perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi.
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karuniaNya, tim penyusun dapat menyelesaikan buku Pedoman Pengorganisasian Tim Program
Penurunan Prevalensi Stunting and Wasting Rumah Sakit Pusri.
Pedoman Pengorganisasian Program Pengendalian Tim Program Penurunan Prevalensi
Stunting and Wasting Rumah Sakit Pusri adalah acuan bagi seluruh petugas yang terkait dengan
pemberian antimikroba kepada pasien Rumah Sakit Pusri. Dengan adanya Pedoman
Pengorganisasian Program Tim Program Penurunan Prevalensi Stunting and Wasting Rumah
Sakit Pusri diharapkan terwujud Program Penurunan Prevalensi Stunting and Wasting yang
sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan
Penurunan Stunting
Kepada tim penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi di dalam penyusunan
panduan ini, kami menyampaikan terima kasih atas saran dan kritik yang sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan dan perbaikan di masa mendatang.

Ketua Tim Program Penurunan


Prevalensi Stunting and Wasting
Rumah Sakit Pusri

dr. Anies Mediressia, Sp.A


NIK. 21102
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PUSRI
NOMOR: / / RS / 2022

TENTANG

PEDOMAN PENGORGANISASIAN PROGRAM


PENURUNAN PREVALENSI STUNTING AND WASTING
RUMAH SAKIT PUSRI

DIREKTUR RUMAH SAKIT PUSRI,


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak kerdil (stunting) merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah
lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada 1.000
Hari Pertama Kehidupan (HPK). Anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badan
menurut umurnya lebih rendah dari standar nasional yang terdapat pada buku Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA) dan beberapa dokumen lainnya.
Selain menghambat tumbuh kembang anak dan rentan terhadap penyakit, stunting
juga mempengaruhi perkembangan otak yang membuat tingkat kecerdasan anak tidak
maksimal. Hal ini berisiko mengurangi produktivitas pada saat dewasa. Stunting dan
masalah gizi lainnya diperkirakan berkontribusi pada hilangnya 2-3% Produk Domestik
Bruto (PDB) setiap tahunnya.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan penurunan prevalensi
stunting Balita di tingkat nasional sebesar 6,4% selama periode 5 tahun, yaitu dari 37,2%
(2013) menjadi 30,8% (2018). Sedangkan untuk balita normal terjadi peningkatan dari
48,6% (2013) menjadi 57,8% (2018).
Global Nutrition Report 2016 mencatat bahwa prevalensi stunting di Indonesia berada
pada peringkat 108 dari 132 negara. Dalam laporan sebelumnya, Indonesia tercatat sebagai
salah satu dari 17 negara yang mengalami beban ganda gizi, baik kelebihan maupun
kekurangan gizi.2 Di kawasan Asia Tenggara, prevalensi stunting di Indonesia merupakan
tertinggi kedua, setelah Kamboja.
Penyelenggaraan intervensi secara konvergen dilakukan dengan menggabungkan atau
mengintegrasikan berbagai sumber daya untuk mencapai tujuan bersama, yaitu memastikan
layanan dari setiap intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif tersedia di
kabupaten/kota dan desa, serta mudah diakses dan dimanfaatkan oleh kelompok masyarakat
yang membutuhkan, terutama ibu hamil, ibu menyusui dan anak usia 0-23 bulan yang
disebut sebagai rumah tangga 1.000 HPK atau sasaran prioritas. Selain itu, terdapat kategori
sasaran penting, yaitu anak usia 24-59 bulan, wanita usia subur (WUS) dan remaja putri.
Stunting dan kekurangan gizi lainnya yang terjadi pada 1.000 HPK di samping
berisiko menghambat pertumbuhan fisik dan kerentanan anak terhadap penyakit, juga
menghambat perkembangan kognitif yang akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan dan
produktivitas anak di masa depan. Stunting dan masalah gizi lain diperkirakan menurunkan
produk domestik bruto (PDB) sekitar 3% per tahun.
Dalam rangka pelaksanaan penurunan prevalensi stunting and wasting di Rumah Sakit
Pusri, maka perlu disusun pedoman pelaksanaan agar program penurunan prevalensi
stunting and wasting di Rumah Sakit Pusri berlangsung secara baku dan terorganisir.
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Pedoman ini bertujuan untuk menjadi panduan bagi rumah sakit dalam
melaksanakan intervensi penurunan stunting terintegrasi mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan. Pedoman ini dapat digunakan oleh
rumah sakit dalam mengawal dan membina semua petugas untuk melaksanakan
intervensi penurunan stunting terintegrasi agar berlangsung secara baku, terpadu,
berkesinambungan, terukur, dan dapat dievaluasi.

2. Tujuan Khusus

1) Untuk menurunkan prevalensi stunting and wasting.


2) Untuk meningkatkan kualitas penyiapan kehidupan berkeluarga.
3) Untuk menjamin pemenuhan asupan gizi
4) Untuk memperbaiki pola asuh
5) Untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan
A. ISI MATERI
STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANAAN PROGRAM
PENURUNAN PREVALENSI STUNTING AND WASTING DI RUMAH SAKIT
PUSRI

a. Pembentukan Tim Program Penurunan Prevalensi Stunting and Wasting


Rumah Sakit Pusri
Agar rumah sakit dapat melaksanakan Program Penurunan Prevalensi Stunting
and Wasting secara optimal, maka perlu dibentuk Tim Program Penurunan
Prevalensi Stunting and Wasting dengan SK Direktur Utama/Pimpinan RS. Dalam
melaksanakan tugas, tim bertanggung jawab pada Direktur Utama. Dalam SK
tersebut berisi uraian tugas tim secara lengkap, yang menggambarkan garis
kewenangan dan tanggung jawab serta koordinasi antar unit yang terkait di dalam
Rumah Sakit Pusri.

b. Struktur Organisasi Tim Program Penurunan Prevalensi Stunting and


Wasting
Komponen Tim Program Penurunan Prevalensi Stunting and Wasting meliputi
SMF dan 4 pilar infrastruktur rumah sakit pendukung pelaksanaan. Program dapat
dilaksanakan dengan suatu prasyarat adanya kecukupan sumber daya manusia yang
profesional dan fasilitas-fasilitas yang cukup untuk menangani penyakit infeksi
dengan baik. Adapun 4 Komponen Program Penurunan Prevalensi Stunting and
Wasting yaitu:
 Dokter DPJP
 Tenaga Perawat/Bidan
 Nutrisionis
 Tenaga Farmasi
STRUKTUR ORGANISASI
TIM PROGRAM PENURUNAN PREVALENSI STUNTING AND WASTING
RUMAH SAKIT PUSRI

DIREKTUR
RUMAH SAKIT PUSRI

WAKIL DIREKTUR PELAYANAN


RUMAH SAKIT PUSRI

KETUA TIM PENURUNAN


PREVALENSI STUNTING AND
WASTING

SEKRETARIS TIM

DOKTER PERAWAT/ NUTRISIONIS TENAGA


(AHLI GIZI)
DPJP BIDAN FARMASI
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT PUSRI

Rumah Sakit Pusri berdiri sebagai klinik kesehatan untuk karyawan dan para pekerja asing
yang terlibat dalam pembangunan PT Pusri yang dibangun pada Tahun 1963. Lalu terjadi
perluasan layanan menjadi bentuk rumah sakit pada tahun 1973. Lalu terjadi Spin-off dari klinik
kesehatan karyawan dan pekerja PT Pusri menjadi Yayasan Pusri Medika (YPM). Pada tahun
2006 terjadi perubahan menjadi PT. Graha Pusri Medika dan beroperasi dengan nama RUmah
Sakit Pusri.

BAB III
VISI, MISI, TUJUAN, MOTTO DAN MAKLUMAT
RUMAH SAKIT PUSRI

A. Visi Rumah Sakit

Visi Rumah Sakit Pusri adalah “Melayani Sahabat Menuju Sehat” yang berarti
mewujudkan Rumah Sakit Pusri menjadi pilihan utama untuk masyarakat Palembang dan
sekitarnya. Dimana dalam pelayanan dan menjadi tempat yang dapat dipercaya (nyaman
dengan pelayanan yang sesuai standar mutu) oleh masyarakat serta menjadi rumah sakit
pendidikan di Indonesia.

B. Misi Rumah Sakit

Untuk menjadi Rumah Sakit unggul, amanah, dan terpercaya di Indonesia ditempuh
melalui Misi sebagai berikut:

1. Memberikan pelayanan kesehatan perumahsakitan kepada karyawan / pensiunan /


keluarga PT Pusri dan anak perusahaannya serta masyarakat umum.
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan perumahsakitan secara profesional dan
bermutu.
3. Melakukan pengelolaan Rumah Sakit secara efektif dan efisien dengan tetap
memperhatikan fungsi sosial.
4. Melaksanakan kerjasama sinergik dengan instansi/pihak lain secara harmonis dan
berkesinambuangan.
5. Meningkatkan profitabilitas perusahaan untuk semakin tumbuh dan berkembangnya
Rumah Sakit Pusri.
C. Tujuan Rumah Sakit
1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Pusri, mewujudkan SDM yang
berkompeten dan religius, mewujudkan dan mempertahankan Akreditasi Rumah Sakit P.
2. Mewujudkan Pelayanan Prima

D. Motto Rumah Sakit

Motto Rumah Sakit Pusri adalah “Melayani Sahabat Menuju Sehat”

E. Maklumat Rumah Sakit Pusri

Dengan ini kami beserta seluruh pegawai di lingkungan Rumah Sakit Pusri
menyatakan siap memberikan pelayanan sesuai Dengan standar pelayanan apabila Tidak
memberikan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan Kami siap menerima sanksi sesuai
dengan peraturan perundang undangan yg berlaku.

endidikan
F. Budaya Rumah Sakit

Budaya/tata nilai Rumah Sakit Pusri;

Rumah Sakit Pusri menjunjung tinggi FIRST dalam memberikan pelayanan yang terbaik


kepada masyarakat :

F : FAST

Aktivitas kerja / pelayanan yang cepat, tepat, dan akurat.

I : INTEGRITY

Integritas / loyalitas yang tinggi terhadap organisasi.

R : RESPONSIBLE

Tanggap dan peduli terhadap pelayanan.

S : SMILE

Senyum dengan tulus dan ramah dalam pelayanan.

T : TOUCH

Melayani dengan sentuhan perhatian dan tindakan.


G. Makna Logo

Logo PT Graha Pusri Medika merupakan gambaran dari huruf GPM adalah singkatan dari
Graha Pusri Medika. Bentuk dan warna logo tersebut mempunyai makna tersendiri bagi PT
Graha Pusri Medika, adalah sebagai berikut :

1. Gambaran tongkat yang berdiri tegak, dengan ujung bawah berbentuk lancip dan diatasnya
tertutup membentuk tiga puncak dengan warna kuning keemasan

Merupakan simbol dari keterpaduan, pengelolaan dan kegiatan dari komponen yang ada di
PT Graha Pusri Medika / Rumah Sakit Pusri , yaitu : 1. Management 2. Karyawan (dan) 3.
Pelanggan dimana 3 komponen tersebut mempunyai satu tujuan yang sama dalam usaha
pelayanan perumahsakitan, yang digambarkan berupa ujung tongkat yang lancip menancap ke
bawah.

2. Garis yang melingkar dan terbuka berwarna biru mengelilingi tongkat warna kuning
keemasan

Melambangkan kebersamaan dan kepedulian yang dimiliki seluruh karyawan & manajemen
PT Graha Pusri Medika / Rumah Sakit Pusri, dalam rangka menumbuh kembangkan perusahaan.

3. Garis setengah melingkar berwarna hijau yang menopang garis melingkar berwarna biru

Melambangkan komitmen karyawan yang tinggi dalam integritas dan loyalitas terhadap
perusahaan. Serta memberikan layanan kesehatan yang bermutu dan paripurna untuk
kesembuhan dan kesehatan pasien.

4. Lingkaran dan garis lengkung yang terbuka

Menggambarkan keterbukaan PT Graha Pusri Medika / Rumah Sakit Pusri baik dalam
menerima masukan, menjalin hubungan kerjasama kemitraan dan sebagai institusi yang
melayani masyarakat umum, berusaha terus maju dan berkembang (Hospital without Wall).
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT PUSRI
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI
TIM PROGRAM PENURUNAN PREVALENSI STUNTING AND WASTING
RUMAH SAKIT PUSRI

DIREKTUR
RUMAH SAKIT PUSRI

WAKIL DIREKTUR PELAYANAN


RUMAH SAKIT PUSRI

KETUA TIM PENURUNAN


PREVALENSI STUNTING AND
WASTING

SEKRETARIS TIM

DOKTER PERAWAT/ TENAGA


BIDAN
DPJP NUTRISIONIS FARMASI
BAB VI
URAIAN JABATAN

A. TUGAS POKOK DAN FUNGSI TIM PROGRAM PENURUNAN PREVALENSI


STUNTING AND WASTING.
1. Tupoksi Anggota
Fungsi, tugas, wewenang dan tanggung jawab Tim Program Penurunan Prevalensi
Stunting and Wasting adalah membantu Pimpinan Rumah Sakit Pusri dalam
menetapkan kebijakan-kebijakan tentang Program Penurunan Prevalensi Stunting
and Wasting dengan mengintegrasikan program Komite Medik, Tim Farmasi dan
Terapi dan nutrisionis.

Uraian Fungsi, Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Tim Program Penurunan
Prevalensi Stunting and Wasting :
a. Membantu pimpinan Rumah Sakit Pusri dalam menetapkan kebijakan-
kebijakan tentang Program Penurunan Prevalensi Stunting and Wasting
dengan mengintegrasikan program Komite Medik, Tim Farmasi dan Terapi,
Komite Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI), Komite Keselematan Pasien
Rumah Sakit (KKPRS), dan nutrisionis.
b. Membantu pimpinan Rumah Sakit Pusri dalam menetapkan kebijakan tentang
Program Penurunan Prevalensi Stunting and Wasting.
c. Membantu pimpinan Rumah Sakit Pusri dalam implementasi Program
Penurunan Prevalensi Stunting and Wasting.
d. Membantu pimpinan Rumah Sakit Pusri dalam memonitor dan mengevaluasi
Program Penurunan Prevalensi Stunting and Wasting.
e. Menyebarluaskan dan meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang
prinsip-prinsip Program Penurunan Prevalensi Stunting and Wasting secara
benar melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan.

2. Tupoksi Dokter DPJP Dalam Mendukung Program Penurunan Prevalensi


Stunting and Wasting
a. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, serta menegakkan diagnosis
berdasarkan klinis antropometri dan laboratorium.
b. Menentukan pilihan Tindakan, pemeriksaan laboratorium dan perawatan.
c. Menentukan terapi obat dan preskipsi diet berkolaborasi dengan tenaga gizi
(ahli gizi).
d. Melakukan konseling penyakit.
e. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap perkembangan medis dan status
gizi pasien.
f. Bertanggung

3. Tupoksi Perawat/Bidan Dokter DPJP Dalam Mendukung Program


Penurunan Prevalensi Stunting and Wasting
a. Melakukan pengukuran antropometri.
b. Melakukan Tindakan keperawatan atas instruksi dokter
c. Membantu pemantauan dan evaluasi pemberian makan kepada penderita.
d. Bertanggung jawab pada asuhan keperawatan, antara lain pemeriksaan tanda
vital seperti suhu, frekuensi napas, denyut nadi.

4. Tupoksi Nutrisionis Dokter DPJP Dalam Mendukung Program Penurunan


Prevalensi Stunting and Wasting
a. Melakukan pengkajian gizi.
b. Membuat diagnosis gizi.
c. Membuat intervensi gizi, contoh membuat formula WHO dan Menyusun menu
makanan serta memberikan konseling gizi.
d. Memantau dan mengevaluasi intervensi yang diberikan termasuk pemberian
makan kepada pasien.
e. Bertanggung jawab pada asuhan gizi pasien.

5. Tupoksi Farmasi Dokter DPJP Dalam Mendukung Program Penurunan


Prevalensi Stunting and Wasting
a. Menyediakan obat berdasarkan resep dokter
b. Menyediakan RESoMal (Rehidration Solution For Malnutrision) terdiri dari
oralit, gula pasir dan mineral mix.
c. Mengawasi interaksi obat dan makanan.
d. Membantu memantau dan mengevaluasi pemberian obat kepada pasien.
B. TAHAPAN PELAKSANAAN PPRA DI RUMAH SAKIT PUSRI

Kegiatan program penurunan prevalensi stunting and wasting di Rumah Sakit


Pusri meliputi :
1. Perencanaan Program Kerja Tim Penurunan prevalensi stunting and wasting:
a. Pembentukan tim penurunan prevalensi stunting and wasting.
b. Pelaksanaan program Tim Penurunan prevalensi stunting and wasting.
2. Pelaksanaan program penurunan prevalensi stunting and wasting
a. Pembentukan tim penurunan prevalensi stunting and wasting.
b. Pelaksanaan program Tim Penurunan prevalensi stunting and wasting.
 Penyusunan program kerja tim penurunan prevalensi stunting and
wasting.
 Penyusunan pedoman pelaksanaan tim penurunan prevalensi stunting
and wasting.
 Kegiatan sosialisasi dan pelatihan staf tenaga kesehatan rumah sakit
tentang program penurunan prevalensi stunting and wasting.
 Peningkatan efektifitas intervensi spesifik di rumah sakit:
1. Program 1000 HPK.
2. Suplementasi tablet besi folat pada ibu hamil.
3. Pemberian makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil.
4. Promosi dan konseling IMD dan ASI Eksklusif.
5. Pemberian makanan bayi dan anak (PMBA).
6. Pemantauan pertumbuhan (pelayanan tumbuh kembang bayi dan
balita).
7. Pemberian imunisasi.
8. Pemberian makanan tambahan Balita gizi kurang.
9. Pemberian vitamin A
10. Pemberian Taburia pada Baduta (0-23 bulan).
11. Pemberian obat cacing pada ibu hamil.
 Penguatan sistem surveilans gizi
1. Tata laksana tim asuhan gizi meliputi tata laksana gizi stunting, tata
laksana gizi kurang, tata laksana gizi buruk (Pedoman Pencegahan
dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita).
2. Pencatatan dan pelaporan kasus masalah gizi melalui aplikasi
ePPGBM (Aplikasi pencatatan dan pelaporan gizi berbasis
masyarakat).
3. Melakukan evaluasi pelayanan, audit kesakitan dan kematian,
pencatatan dan pelaporan gizi buruk dan stunting dalam Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS).
 Rumah sakit melaksanakan pelayanan sebagai pusat rujukan kasus
stunting and wasting dengan menyiapkan sebagai:
1. Rumah sakit sebagai pusat rujukan kasus stunting untuk memastikan
kasus, penyebab dan tata laksana lanjut oleh dokter spesialis anak.
2. Rumah sakit sebagai pusat rujukan balita gizi buruk dengan
komplikasi medis.
3. Rumah sakit menerapkan sebagai rumah sakit sayang ibu dan bayi
melaksanakan 10 langkah.
4. Rumah sakit dapat melaksanakan pendampingan klinis dan
manajemen serta penguatan jejaring rujukan kepada rumah sakit
dengan kelas di bawahnya dan fasilitas kessehatan tingkat pertama
(FKTP) di wilayah dalam tata laksana stunting dan gizi buruk.

3. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dilaksanakan setiap bulan secara berkala dan dilaporkan setiap satu (1)
tahun.

4. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap :
1) Laporan pemberian tablet Fe dan obat cacing pada ibu hamil.
2) Laporan pemberian imunisasi dasar, vitamin A dan Taburia pada anak.
3) Laporan kasus masalah gizi pada anak.
4) Laporan kepada Direktur Rumah Sakit untuk perbaikan
kebijakan/pedoman/panduan dan rekomendasi penerapan program
penurunan prevalensi stunting and wasting.
5) Mengajukan rencana kegiatan dan anggaran tahunan tim program
penurunan prevalensi stunting and wasting kepada Direktur rumah sakit.
BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA

1. Hubungan Kerja
A. Secara garis besar pola hubungan kerja yang ada di Rumah Sakit Pusri yang
menjadi acuan baku dalam upaya menumbuhkembangkan sebuah mekanisme
komunikasi kerja yang terstruktur, harmonis dan koordinatif adalah sebagai berikut:
a. Dalam struktur organisasi rumah sakit, semua unit kerja ada dibawah kendali
dan bertanggung jawab kepada Direktur
b. Hubungan antara bagian dengan bidang serta kelompok jabatan fungsional
bersifat koordinasi
c. Dibidang pelayanan, petugas pelayanan kesehatan yang ada di setiap Instalasi
secara struktural berada dibawah bidang atau bagian masing-masing, sedangkan
secara fungsional bertanggung jawab kepada Kepala Instalasi atau kepla unit.
d. Hubungan kerja antar tiap unit kerja yang ada di Rumah Sakit Pusri diatur
secara tersendiri dan tertulis dalam bentuk prosedur tetap (Protap)
e. Dalam melaksanakan tugasnya, setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan
rumah sakit wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi
baik di lingkungannya serta dengan Instalasi lain sesuai tugas masing-masing
f. Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab memimpin dan
mengkoordinasikan bawahannya dan memberikan bimbingan serta petunjuk
bagi pelaksanaan tugas bawahannya.
g. Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan
bertanggung jawab kepada atasan serta menyampaikan laporan berkala secara
rutin dan tepat waktu.
h. Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan
bertanggung jawab kepada atasan serta menyampaikan laporan berkala secara
rutin dan tepat waktu
i. Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi dari bawahannya
wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan dalam penyusunan laporan lebih
lanjut serta dijadikan pedoman dan petunjuk kepada bawahan
j. Dalam menyampaikan laporan kepada atasan, tembusan laporan beserta semua
lampirannya wajid disampaikan pula kepada satuan organisasi lain secara
fungsional mempunyai keterkaitan kerja dengan unit organisasi tersebut
k. Dalam melaksanakan tugasnya, setiap pimpinan satuan organisasi dibantu oleh
kepala satuan organisasi dibawahnya dan dalam rangka pemberian bimbingan
dan pembinaan kepada bawahan masing-masing wajib mengadakan rapat secara
berkala.

B. Segala aktifitas yang berkaitan dengan rumah sakit yang melibatkan lebih dari satu
unit kerja wajib didokumentasikan secara tertulis sebagai suatu bentuk komunikasi
resmi antar unit kerja seperti surat resmi atau nota dinas. Untuk komunikasi,
koordinasi dan evaluasi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi seluruh unit kerja yang
ada di Rumah Sakit Pusri diperlukan sebuah kegiatan diskusi bersama yang
membahas berbagai hal yang berkaitan dengan rumah sakit dalam bentuk rapat.

2. Instalasi/Unit Terkait
a. Instalasi Rekam Medik
b. Instalasi Laboratorium
c. Tim Farmasi dan Terapi (TFT)
d. Instalasi Gizi
BAB IX
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL

Susunan Tim Program Penurunan Prevalensi Stunting and Wasting terdiri dari: ketua,
sekretaris, dan anggota. Keanggotaan Tim Program Penurunan Prevalensi Stunting and
Wasting paling sedikit terdiri dari tenaga kesehatan yang kompeten dari unsur:
1. Dokter DPJP anak dan Obgyn
2. Keperawatan
3. Instalasi farmasi
4. Laboratorium mikrobiologi klinik
5. Instalasi Gizi
Dalam keadaan keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM), maka rumah sakit dapat
menyesuaikan keanggotaan Tim Program Penurunan Prevalensi Stunting and Wasting
berdasarkan ketersediaan SDM yang terlibat dalam Program Penurunan Prevalensi
Stunting and Wasting
BAB XI
PERTEMUAN / RAPAT

A. Pengertian
Rapat merupakan suatu pertemuan yang terdiri dari beberapa orang yang
memiliki kepentingan dan tujuan yang sama untuk membicarakan atau memecahkan
suatu masalah tertentu.
B. Tujuan
1. Umum :
Dapat membantu terselenggaranya Program Penurunan Prevalensi Stunting
and Wasting yang professional di Rumah Sakit Pusri.
2. Khusus :
a. Dapat menggali segala permasalahan terkait dengan pemberian pelayanan
di Tim Program Penurunan Prevalensi Stunting and Wasting.
b. Dapat mencari jalan keluar atau pemecahan permasalahan yang terkait
dengan pelayanan di Tim Program Penurunan Prevalensi Stunting and
Wasting.

C. Kegiatan Rapat
Rapat dilakukan dan diadakan oleh Tim Program Penurunan Prevalensi Stunting
and Wasting dipimpin oleh Ketua Komite dan diikuti oleh seluruh stafnya. Rapat
yang diadakan ada 2 macam yaitu :
1) Rapat Terjadwal :

Rapat terjadwal merupakan rapat yang diadakan oleh Ketua Tim Program
Penurunan Prevalensi Stunting and Wasting setiap 3 bulan dengan perencanaan
yang telah dibuat selama 1 tahun dengan agenda rapat yang telah ditentukan.

2) Rapat Tidak Terjadwal

Rapat tidak terjadwal merupakan rapat yang sifatnya insidentil dan diadakan oleh
Kepala Unit untuk membahas atau menyelesaikan permasalahan Tim Progam
Penurunan Prevalensi Stunting and Wasting dikarenakan adanya permasalahan
yang ditemukan bersifat insiden.

BAB XII
PELAPORAN

A. Pengertian
Pelaporan merupakan system atau metode yang dilakukan untuk melaporkan
segala bentuk kegiatan yang ada terkait dengan pelaksanaan kegiatan Tim Program
Penurunan Prevalensi Stunting and Wasting.

B. Jenis Laporan

Laporan dibuat oleh Ketua Tim Program Penurunan Prevalensi Stunting and
Wasting. Adapun jenis laporan yang dikerjakan terdiri dari :
1. Laporan Harian
Adapun hal-hal yang dilaporkan adalah :
a. Pemberian Tablet Fe untuk remaja dan ibu hamil
b. Pemberian Vitamin A dan taburia bagi balita
c. Laporan Imunisasi

2. Laporan Bulanan
Laporan yang dibuat oleh Ketua Tim Program Penurunan Prevalensi Stunting and
Wasting dalam bentuk tertulis setiap bulannya
Adapun hal-hal yang dilaporkan adalah :
1. Rekap laporan bulanan

3. Laporan Tahunan
Laporan yang dibuat oleh Ketua Tim Program Penurunan Prevalensi Stunting and
Wasting dalam bentuk tertulis setiap bulannya dan diserahkan kepada Direktur
Rumah Sakit Pusri
Adapun hal-hal yang dilaporkan adalah :
a. Laporan Tim Program Penurunan Prevalensi Stunting and Wasting
b. Laporan Balita stunting dan gizi buruk yang dirawat di Rumah Sakit Pusri

Anda mungkin juga menyukai