Anda di halaman 1dari 37

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan

Peraturan Direjtur Tentang pedoman kerja Tim Penangan Stunting dan Wasting Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................

A. Latar Belakang .................................................................................................................


B. Tujuan ..............................................................................................................................
C. Tugas Pokok .....................................................................................................................
D. Keanggotaan .....................................................................................................................
E. Landasan Hukum .............................................................................................................

BAB II PENGORGANISASIAN TIM STUNTING DAN WASTING ...............................

A. Visi, Misi , Motto, falsafah, Nilai ....................................................................................


B. Struktur Organisasi ..........................................................................................................
C. Uraian Tugas, Tanggung Jawan, Wewenang dan Peran...................................................

BAB III SARANA DAN PRASARANA PENUNJANG ........................................................

A. Sarana kesekretariatan ......................................................................................................


B. Dukungan Manajemen .....................................................................................................
C. Kebijakan dan Prosedur ( SPO ) ......................................................................................
D. Pengembangan dan Pendidikan .......................................................................................

BAB IV KEGIATAN DAN RINCIAN KEGIATAN ..............................................................

A. Kegiatan ...........................................................................................................................
B. Rincian Kegiatan ..............................................................................................................

BAB V MONITORING.............................................................................................................

A. Monitoring........................................................................................................................
B. Evaluasi.............................................................................................................................
C. Pelaporan ..........................................................................................................................
BAB VI KETENTUAN PENUTUP

PEDOMAN PELAYANAN

TIM PENURUNAN PREVALENSI STUNTING DAN WASTING

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang secara optimal.
Anak dengan kekurangan asupan gizi dan/atau penyakit dapat menimbulkan masalah gizi yang
menghambat pertumbuhan dan perkembangan sehingga diperlukan upaya penanggulangan
masalah gizi

Stunting merupakan suatu kondisi dimana tinggi badan seseorang lebih pendek
dibandingkan dengan tinggi badan orang lain yang sesuai pada umumnya. Stunting atau yang
disebut kerdil adalah kondisi gagal tumbuh pada anak dibawah lima tahun (balita) akibat
kekurangan gizi kronis, infeksi berulang dan stimulasi psikososial yang tidak memadai terutama
dalam 1000 (seribu) Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK), yaitu dari janin sampai anak berusia
dua tahun. Hal ini ditunjukkan dengan indikator tinggi badan menurut umur (TB/U) dengan nilai
z-skor dibawah minus 2.

Anak yang terkena stunting akan memiliki tingkan kecerdasan tidak maksimal yang
berdampak menyebabkan gangguan perkembangan kognitif, meningkatkan resiko terhadap
penyakit infeksi, menurunnya tingkat produktivitas dan kematian. Faktor penyebab stunting
selain karna kurangnya gizi pada bayi bisa juga disebabkan karena rendahnya pendidikan atau
kurangnya pengetahuan orang tua mengenai stunting. Kondisi kandungan pada ibu yang kurang
baik atau lemah, salah satu penyebabnya karena belum cukup umur pada wanita untuk memasuki
usia kehamilan atau menikah pada usia muda yang menyebabkan adanya beberapa masalah
dalam kandungan yang kemudian melahirkan bayi stunting. Faktor lainnya adalah kesehatan
lingkungan pada masyarakat dan rendahnya perekonomian dalam keluarga sehingga tidak
tercukupinya kebutuhan gizi pada kesehatan ibu hamil dan bayi.

Stunting dapat menghambat laju pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kemiskinan.


Penyebab stunting yaitu faktor multidimensi, diantara praktik pengasuhan gizi yang kurang baik,
termasuk juga kurangnya pengetahuan pada ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada
masa kehamilan serta setelah ibu melahirkan. Penanganan stunting dilakukan melalui Intervensi
Spesifik dan Intervensi Sensitif pada sasaran 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak.
Kerangka kegiatan intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan pada sektor kesehatan. Idealnya
dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan dan berkontribusi
pada 70% intervensi stunting.

Wasting adalah kondisi ketika berat badan balita menurun sangat kurang, atau berada di
bawah rentang normal. Wasting merupakan kondisi kekurangan gizi akut dimana BB anak tidak
sesuai dengan TB atau nilai Z-score kurang dari -2SD (Standar Deviasi). Balita yang mengalami
wasting umumnya memiliki proporsi tubuh yang kurang ideal. Wasting membuat berat badan
balita tidak sepadan dengan tinggi badan untuk anak seusianya. (Kemenkes RI, 2020).

Wasting merupakan kelompok gizi kurang, secara langsung disebabkan oleh inadekuat
zat gizi dan penyakit infeksi sedangkan penyebab pokok masalah gizi kurang meliputi:
ketahanan pangan yang tidak memadai, perawatan ibu dan pelayanan kesehatan yang tidak
memadai (kemenkes RI, 2017a). Wasting yang disebabkan oleh defisit asupan energi yang
terjadi secara alamiah sehubungan dengan ketidaktahanan pangan serta kelaparan (Barasi, 2003).
Faktor risiko terjadi wasting meliputi: pemberian ASI, berat badan bayi lahir, kunjungan ANC,
status pekerjaan ibu, tingkat pendidikan (Puspitasari et al., 2018).

Anak balita (0-5 tahun) merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat
kekurangan gizi, terutama anak kategori usia 6–24 bulan dimana kelompok umur tersebut
merupakan saat periode pertumbuhan kritis dan kegagalan tumbuh (growth failure) mulai terlihat
(kemenkes RI, 2017a)
1.2 Tujuan

Identifikasi stunting dan wasting sebagai bentuk pencegahan dan diagnosis dini dalam rangka
mencapai target untuk penurunan angka stunting dan wasting

1.3 Ruang Lingkup Pelayanan

Ruang lingkup penurunan stunting berkaitan dengan intervensi gizi spesifik dengan sasaran ibu
hamil dan anak usia di bawah 2 tahun

1.4 Batas Operasional

 Pemberiaan vitamin A balita, ASI eksklusif,  


 Stimulasi, Deteksi dan lntervensi Dini Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK),
 Pendidikan Gizi berupa Promosi dan Kampanye gizi seimbang.
 Penyediaan zat besi dan obat cacing ibu hamil

1.5 Landasan Hukum

 Perpres Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting


 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2019 Tentang
Penanggulangan Masalah Gizi Bagi Anak Akibat Penyakit
BAB II
PENGORGANISASIAN TIM PENANGAN STUNTING DAN WASTING

A. VISI , MISI , MOTTO DAN FALSAFAH

Visi : Pelayanan Kesehatan berkualitas yang di semangati nilai-nilai


kristiani
Misi : Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu
Menyediakan sarana kesehatan
Mengembangkan SDM yang profesional
Motto : Hatiku tergerak oleh belas kasihan ( Matius 15 : 32 )
Falsafah : Kasih, damai, dan kelembutan merupakan dasar pelayanan
sebagai tanda hormat terhadap martabat manusia

B. STRUKTUR ORGANISASI

DIREKTUR
C. Analisa Jabatan

Tim Penurunan Prevalensi Stunting dan Wasting Terdiri dari tenaga kesehatan yang
kompeten dari unsur:
a) Staf Medis.
b) Staf Keperawatan.
c) Staf Instalasi Farmasi.
d) Staf Instalasi Gizi.
e) Tim Tumbuh Kembang.
f) Tim Humas Rumah Sakit.

D. Tata Hubungan Kerja

Tim Stunting dan Wasting, meliputi:


1. Membentuk Tim Stunting dan Wasting di rumah sakit
Tim Stunting dan Wasting rumah sakit dibentuk dengan tujuan mempercepat
penurunan prevalensi stunting dan wasting dalam kerangka kebijakan dan institusi
yang ada. melalui perencanaan, pengorganisasian tim Stunting dan Wasting di rumah
sakit melalui perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
a. Kedudukan dan Tanggung Jawab
Dalam melaksanakan tugas, Tim Stunting dan Wasting bertanggungjawab
langsung kepada Direktur Rumah Sakit Harapan Pematang siantar.
Keputusan Direktur Rumah Sakit Harapan Pematang Siantar tersebut berisi
uraian tugas tim secara lengkap, yang menggambarkan garis kewenangan dan
tanggung jawab serta koordinasi antar-unit terkait dirumah sakit.
b. Keanggotaan Tim Stunting dan Wasting
Susunan Tim Stunting dan Wasting terdiri dari: ketua tim dan anggota.
Kualifikasi ketua Tim Stunting dan Wasting adalah seorang dokter spesialis
anak. Keanggotan Tim Stunting dan Wasting paling sedikit terdiri atas tenaga
kesehatan yang kompeten, yaitu unsur:
1) Staf Kebidanan
2) Staf Keperawatan
3) Staf Gizi
4) Staf Humas

Dalam keadaan keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM), maka rumah


sakit dapat menyesuaikan keanggotan tim Stunting dan Wasting berdasarkan
ketersediaan SDM yang terlibat dalam program percepatan penurunan
prevalensi Stunting dan Wasting di rumah sakit.

D. Pertemuan/ Rapat

Program kerja Tim Percepatan Penurunan Prevalensi Stunting dan Wasting meliputi:
2. Penguatan jejaring Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di wilayah kerja Rumah
Sakit Harapan di antaranya melalui :
a) Pembuatan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Rumah Sakit Harapan
dengan Rumah Sakit Rujukan
b) Pemberian pelatihan penanganan kasus stunting dan wasting kepada Tim
Stunting dan Wasting
3. Kegiatan promotif dan preventif Stunting dan Wasting, di antaranya melalui:
a) Pembuatan leaflet serta banner mengenai edukasi pencegahan serta
pengetahuan stunting dan wasting
b) Penyuluhan oleh Tim Medis di ruang poliklinik Rumah Sakit
SKEDUL (JADWAL) PELAKSANAAN KEGIATAN

Tahun 2022
N
O URAIAN KEGIATAN J Ag Se O N
De
ul us p kt ov
s
1 Membuat suatu perjanjian kerjasama dengan jejaring
FKTP dalam promotif, preventif, kuratif serta rujukan
kasus stunting dan wasting
2 Melaksanakan pembinaan terhadap jejaring FKTP
(tentang kriteria dan indikasi pasien yang dirujuk,
stabilisasi pasien sebelum dirujuk, kelengkapan
rujukan serta penyampaian prosedur rujukan, kegiatan
promotif dan preventif)
3 Melaksanakan evaluasi pembinaan terhadap jejaring
FKTP minimal 3 bulan setelah dilakukan pembinaan
4 Mengirim anggota tim untuk mengikuti pelatihan
stunting wasting di tingkat
kabupaten/kota/provinsi/nasional
5 Melaksanakan penyuluhan mengenai pencegahan kasus
stunting dan wasting di ruang tunggu poliklinik Rumah
Sakit
6 Membuat leaflet dan banner mengenai stunting dan
wasting
7 Membuat laporan manual dan elektronik (ePPGBM)
mengenai kasus stunting dan wasting yang ditangani di
Rumah Sakit
Pelaksanaan surveilans stunting dan wasting rumah sakit secara teratur, terencana,
berkesinambungan, dan rutin. Evaluasi dan penilaian kembali terhadap hasil surveilans untuk
dilakukan perbaikan.kembali terhadap hasil surveilans. Evaluasi dilakukan tiap 3 bulan sekali
oleh ketua Tim stunting dan wasting kepada Direktur Rumah Sakir Harapan Pematangsiantar

E. Pelaporan

Membuat pencatatan dan pelaporan kasus stunting dan wasting secara manual dan
elektronik menggunakan program e-PPGBM. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan
pelaporan dilaksanakan secara rutin sesuai dengan jadwal pelaksanaan setiap kegiatan
BAB III
SARANA DAN PRASARANA

A. Denah Ruangan

RS Harapan Pematang Siantar memiliki pelayanan program penurunan prevalensi stunting


dan wasting di poliklinik anak.

B. Standar Fasilitas

1. Denver Developmental Screening Test


2. Infantometer
3. Timbangan berat badan bayi
4. Timbangan berat badan digital
5. Stadiometer
6. Pita meter
7. Buku KMS
8. Buku tulis
9. Komputer
10. Printer
11. Smart tv

C. Dukungan Manajemen

A. PEMBERIAN MAKAN TAMBAHAN (PMT) BALITA


Makanan Tambahan (MT) Balita adalah suplementasi gizi berupa makanan tambahan dalam
bentuk biskuit dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang
diberikan kepada bayi dan anak balita usia 6-59 bulan dengan kategori kurus. Bagi bayi dan anak
berumur 6-24 bulan, makanan tambahan ini digunakan bersama Makanan Pendamping Air Susu
Ibu (MP-ASI). Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) merupakan program intervensi
untuk anak-anak yang kurang gizi di mana saja untuk meningkatkan status gizi anak serta untuk
mencukupi kebutuhan gizi anak agar tercapainya status gizi dan gizi yang sesuai dengan anak-
anak tersebut.

MT memiliki dua jenis yaitu MT Penyuluhan dan MT Pemulihan.

a. MT Penyuluhan adalah makanan tambahan yang diberikan untuk mencegah terjadinya


masalah gizi.
b. MT Pemulihan adalah makanan tambahan yang diberikan untuk mengatasi terjadinya
masalah gizi, MT Pemulihan diberikan selama 90 hari makan (Kemenkes RI, 2017).
a) Kandungan Zat Gizi

   Tiap kemasan primer (4 keping 40 gram) Makanan Tambahan (MT) Balita mengandung
minimum 160 kalori, 3.2-4,8 gram protein, 47.2 gram lemak Makanan Tambahan Balita
diperkaya dengan 10 macam vitamin (A, D, E K, B1, B2, B3, B6, B12, dan Asam Folat) dan 7
macam mineral (Besi, lodium, Seng, Kalsium, Natrium, Selorum, Fosfor).

b) Karakteristik

 Bentuk: Biskuit yang pada permukaan atasnya tercantum tulisan "MT Balita".
 Tekstur/Konsistensi: Renyah bila dicampur dengan cairan merjadi lembut.
 Berat: Berat rata-rata 10 gram/keping.
 Warna: Sesuai dengan hasil proses pengolahan yang normal (tidak gosong).
 Rasa: Manis Mutu dan Keamanan: Produk makanan tambahan balita memenuhi
persyaratan mutu dan keamanan sesuai untuk bayi dan anak balita.
 Masa kedaluwarsa: Waktu antara selesai diproduksi sampai batas akhir masih layak
dikonsumsi, produk MT mempunyai masa kadaluarsa 24 bulan.

c) Kemasan
 Setiap 4 (empat) keping biskuit dikemas dalam 1 (satu) kemasan primer (berat 40 gram).
 Setiap 21 (dua puluh satu) kemasan primer dikemas dalam 1 (satu) kotak kemasan
sekunder (berat 840 gram)
 Setiap 4 (empat) kemasan sekunder dikemas dalam 1 (satu) kemasan tersier (Kemenkes
RI, 2017).
Status gizi yang kurang dapat mempengaruhi keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
balita. Apabila balita mengalami keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan dapat
menurunkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia yang merupakan negara
berkembang. Oleh karena itu, pemerintah terus menggalangkan dana terkait permasalahan gizi
kurang yang ada di Indonesia melalui Pemberian Makanan Makanan Tambahan (PMT) biskuit
balita usia 6–59 bulan.

B. IMUNISASI ( VAKSIN )
Program imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan berbagai penyakit dengan
membangun sistem imun tubuh melalui pemberian vaksin.Untuk mendapatkan hasil yang
maksimal, setiap orang harus atau wajib untuk mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
Imunisasi dasar lengkap adalah pemberian vaksin tertentu yang diberikan kepada bayi sesuai
dengan usianya. Imunisasi dasar lengkap sendiri terdiri dari 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis
BCG, 2 dosis DPT-Hepatitis B, 4 dosis polio, dan 1 dosis campak.Menurut Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI, berikut jadwal pemberian imunisasi dasar lengkap dan
imunisasi lanjutan.
1) Imunisasi Dasar Lengkap
Imunisasi banyak diberikan kepada bayi demi membangun sistem kekebalan
tubuh. Untuk membangun sistem kekebalan tubuh, bayi diharuskan mendapatkan
imunisasi dasar lengkap.
Adapun jadwal pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi adalah sebagai berikut:

 Bayi berusia kurang dari 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-0)


 Bayi berusia 1 bulan diberikan BCG dan Polio 1
 Bayi berusia 2 bulan diberikan DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2
 Bayi berusia 3 bulan diberikan DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3 Bayi berusia 4 bulan
diberikan DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio Suntik
 Bayi berusia 9 bulan diberikan Campak atau MR.

2) Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan adalah jenis imunisasi yang diberikan kepada anak-anak
sekolah dasar. Sejak tahun 2011, pemberian imunisasi lanjutan hanya diberikan kepada
anak SD kelas 1hingga kelas 3

Berikut jadwal dan jenis imunisasi lanjutan:


 Anak SD kelas 1 diberikan DT 1 dosis dan campak 1 dosis
 Anak SD kelas 2 diberikan TT 1 dosis
 Anak SD kelas 3 diberikan TT 1 dosis.
C. VITAMIN A
Setiap bulan Februari dan Agustus yang merupakan Bulan Vitamin A, di posyandu atau di
fasilitas kesehatan di bagikan vitamin A secara gratis untuk anak balita Kurang Vitamin A
(KVA) masih merupakan masalah yang tersebar di seluruh dunia terutama di Negara
berkembang dan dapa tterjadi pada semua umur terutama pada masa pertumbuhan . Salah satu
dampak kurang vitamin A adalah kelainan pada mata yang umumnya terjadi pada anak usia 6
bulan s/d 4 tahun yang menjadi penyebab utama kebutaan di Negara berkembang. Pemerintah
dalam menyikapi masalah tentang kekurangan vitamin A melalui sup lementasi Vitamin A dosis
tinggi kepada anak balita.Suplementasi Vitamin A adalah program intervensi pemberian Kapsul
Vitamin A bagi anak usia 6-59 bulan dan ibu nifas yang bertujuan selain untuk mencegah
kebutaan juga untuk menanggulangi kekurangan Vitamin A (KVA) yang masih cukup tinggi
pada balita.
Sasaran program ini adalah balita dari usia 6 bulan sampai dengan 59 bulan. Vitamin A yang
dibagikan adalah vitamin A dosis tinggi. Ada 2 jenis vit A yang diberikan yaitu yang biru
(100.000 IU) untuk bayi usia 6 sd 11 bulan, dan yang merah (200.000 IU) untuk usia 12 sd 59
bulan.Teknis pelaksanaan pemberian vitamin A  dosis tinggi diberikan kepada seluruh anak
balita umur 6-59 bulan secara serentak, dimana untuk :

1. Bayi (6-11 bulan) pada bulan Februari atau bulan Agustus


2. Anak balita (12-59 bulan) pada bulan Februari dan Agustus
Tenaga pelaksana pemberian vitamin A adalah tenaga kesehatan seperti : dokter, perawat, bidan,
tenaga gizi, atau kader kesehatan yang telah dilatih

1. Cara pemberian vitamin A Cara pemberian kapsul pada bayi dan anak balita :
Berikan kapsul biru (100.000 SI) untuk bayi dan kapsul merah (200.000 SI) untuk
balita Potong ujung kapsul dengan menggunakan gunting yang bersih
2. Pencet kapsul dan pastikan anak menelan semua isi kapsul dan tidak membuang
sedikitpun isi kapsul
3. Untuk anak yang sudah bias menelan dapat diberikan langsung 1 kapsul untuk
diminum
Cara pemberian kapsul Vit A dosis tinggi pada ibu nifas

1. Diberikansegerasetelahmelahirkandengancarameminumlangsung 1 (satu) kapsul


2. Kemudian minum 1(satu) kapsul lagi 24 jam setelah pemberian kapsul pertama
D. TABLET ZAT BESI DAN ASAM FOLAT
Zat besi adalah suplemen mineral yang bermanfaat untuk mencegah dan mengatasi
anemia defisiensi besi. Zat besi merupakan mineral yang berperan penting dalam
pembentukan hemoglobin. Hemoglobin adalah bagian dari sel darah merah yang bertugas
untuk mengantarkan oksigen ke seluruh jaringan tubuh.
a) Kebutuhan Zat Besi/Fe pada Masa Kehamilan
Kebutuhan zat besi selama hamil yaitu rata-rata 800 mg – 1040 mg. Kebutuhan ini diperlukan
untuk:
 ± 300 mg diperlukan untuk pertumbuhan janin.
 ± 50-75 mg untuk pembentukan plasenta 
 ± 500 mg digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal/sel darah merah
 .± 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit.
 ± 200 mg lenyap ketika melahirkan.

Perhitungan makan 3 x sehari atau 1000-2500 kalori akan menghasilkan sekitar 10–15 mg
zat besi perhari, namun hanya 1-2 mg yang di absorpsi. jika ibu mengkonsumsi 60 mg zat besi,
maka diharapkan 6-8 mg zat besi dapat diabsropsi, jika dikonsumsi selama 90 hari maka total zat
besi yang diabsropsi adalah sebesar 720 mg dan 180 mg dari konsumsi harian ibu.Besarnya
angka kejadian anemia ibu hamil pada trimester I kehamilan adalah 20%, trimester II sebesar
70%, dan trimester III sebesar 70%.
Pemberian tablet tambah darah pada remaja putri sangat diperlukan, karena apabila tidak
diberikan FE akan berdampak terhadap Anemia. Anemia akan berdampak pada :

1. Menurunnya kesehatan reproduksi.

2. Terhambatnya perkembangan motorik, mental dan kecerdasan.

3. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar

4. Konsentrasi belajar menurun sehingga prestasi belajar rendah dan dapat menurunkan
produktivitas kerja.

5. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal.

6. Menurunkan tingkat kebugaran.

Pencegahan anemia salah satunya adalah dengan mengonsumsi Tablet Tambah Darah pada
remaja putri. Pemberian TTD dengan dosis yang tepat dapat mencegah anemia dan
meningkatkan cadangan zat besi di dalam tubuh. Pemberian TTD dilakukan pada remaja putri
mulai dari usia 12-19 tahun di institusi Pendidikan dan wanita usia subur (WUS) usia 15-49
tahun di institusi tempat kerja. Tablet Tambah Darah dapat dikonsumsi 1 (satu) tablet tambah
darah setiap minggu selama 52 minggu dalam setahun. Tablet Tambah Darah juga bisa
dikonsumsi pada masa haid 1 (satu) tablet per hari selama 10 (sepuluh) hari.
E. OBAT CACING
Secara umum, obat cacing berfungsi untuk mengeluarkan cacing dari saluran pencernaan
atau usus. Obat cacing bekerja dengan cara melumpuhkan cacing sehingga tidak dapat bergerak
dan tumbuh. Obat ini membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 1 hingga 3 jam untuk bekerja
secara efektif.

Selain itu, obat cacing juga berfungsi untuk membantu memudahkan tubuh mengeluarkan cacing
secara alami melalui feses. Penderita yang terinfeksi cacing biasanya memperoleh pengobatan
yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Obat cacing disesuaikan dengan jenis cacing yang
menginfeksi tubuh dan kondisi kesehatan ibu hamil. Berikut adalah macam-macam obat cacing
berdasarkan zat yang terkandung di dalamnya:

 Obat cacing yang mengandung albendazole


 Obat cacing yang mengandung mebendazole
 Obat cacing yang mengandung praziquantel
 Obat cacing yang mengandung niclosamide
 Obat cacing yang mengandung pyrantel pamoat

F. TABLET TABURIA
Taburia ( Taburan Ceria ) adalah bubuk multivitamin dan multimineral untuk memenuhi
kebutuhan vitamin dan mineral setiap anak balita. Taburia diberikan kepada semua anak
balita usia 6 - 24 bulan. Anak usia dibawah 6 bulan bukan sasaran Taburia kerena bayi yang
usia 0 – 6 bulan hanya mendapat ASI saja.

Logistik berupa makan tambahan, makanan bayi dan anak, vaksin, vitamin A, zat besi, asam
folat, obat cacing dan taburia diperoleh melalui kerjasama RS Bhayangkara dengan dinas
kesehatan atau puskesmas setempat yang diajukan setiap bulannya secara rutin
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. 1000 HPK
1000 HPK adalah fase kehidupan yang dimulai sejak terbentuknya janin pada saat
kehamilan (270 hari) sampai dengan anak berusia 2 tahun (730 hari). Pada periode inilah
organ-organ vital (otak, hati, jantung, ginjal, tulang, tangan atau lengan, kaki dan organ tubuh
lainnya mulai terbentuk dan terus berkembang. 1000 HPK disebut periode emas karena pada
periode ini terjadi perkembangan yang sangat cepat sel-sel otak dan terjadi pertumbuhan
serabut-serabut saraf dan cabang-cabangnya sehingga terbentuk jaringan saraf dan otak yang
kompleks.
Perkembangan otak ini hampir sempurna yaitu mencapai 80%, sehingga akan
menentukan kualitas manusia dimasa depan. Asupan nutrisi yang tidak tepat (malnutrisi)
terutama pada 1000 hari pertama kehidupan dapat memberikan dampak akut yaitu anak
terlihat lemah secara fisik. Bila kekurangan gizi dialami dalam jangka waktu yang lama atau
kronis, terutama yang terjadi sebelum usia dua tahun, akan menghambat pertumbuhan fisik
anak sehingga menjadi pendek (stunting). ASI eksklusif berkontribusi besar terhadap tumbuh
kembang yang optimal karena ASI mampu mencukupi kebutuhan bayi sejak lahir sampai
usia 24 bulan

1. Asupan Nutrisi
Asupan nutrisi merupakan makanan bergizi yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan
tubuh. Asupan nutrisi pada anak yang tidak adekuat dapat mengakibatkan terganggunya
pertumbuhan dan perkembangan anak, bahkan apabila kondisi tersebut tidak ditangani dengan
baik maka risiko kesakitan dan kematian anak akan meningkat. Selain itu tidak terpenuhinya
nutrisi dalam tubuh dapat berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh
yang lemah menyebabkan anak lebih rentan terkena penyakit menular dari lingkungan sekitarnya
terutama pada lingkungan dengan sanitasi yang buruk maupun dari anak lain atau orang dewasa
yang sedang sakit. Karena daya tahan tubuh lemah, anak dengan asupan nutrisi tidak adekuat
sering kali mengalami infeksi saluran cerna berulang. Infeksi saluran cerna inilah yang
meningkatkan risiko kekurangan gizi semakin berat karena tubuh anak tidak dapat menyerap
nutrisi dengan baik.

Status gizi yang buruk dikombinasikan dengan infeksi dapat menyebabkan keterlambatan
pertumbuhan (Septikasari, 2018). Kekurangan salah satu zat gizi dapat menyebabkan kekurangan
zat gizi lainnya. Sebagai contoh kekurangan zat besi, magnesium dan zinc dapat menyebabkan
anoreksia yang berakibat tidak terpenuhinya zat gizi yang lain seperti protein. Kekurangan
protein dapat mengganggu tumbuh kembang anak sehingga dapat menimbulkan komplikasi
jangka panjang.
Tidak terpenuhinya nutrisi juga berdampak pada perkembangan otak dan kapasitas
intelektual di masa kritis pertumbuhannya yang menyebabkan penurunan kecerdasan. Apabila
asupan zat gizi tidak adekuat terus berlanjut dan semakin buruk maka dapat mnyebabkan
kematian pada anak (Septikasari, 2018).
Kurang gizi pada anak menurunkan sistem imun yang akhirnya akan meningkatkan
resiko terjadinya penyakit infeksi. Keadaan kurang gizi mempunyai 32 efek terhadap mekanisme
pertahanan terhadap antigen, serta berpengaruh juga terhadap respon imun. Penurunan respon
tersebut yang dapat menyebabkan virus dengan mudah menginfeksi dan bereplikasi, sehingga
timbulah penyakit infeksi pada anak tersebut (Tambunan, 2019). Mengkonsumsi makanan yang
beragam, bergizi seimbang dan aman dapat memenuhi kecukupan gizi individu untuk tumbuh
dan berkembang. Makanan gizi seimbang yaitu asupan nutrisi yang cukup secara kuantitas,
kualitas, dan mengandung berbagai zat gizi (energi, protein, vitamin, dan mineral) yang
diperlukan tubuh untuk tumbuh, menjaga kesehatan , dan melakukan aktivitas sehari-hari
(Judistiani, 2015)
Asupan gizi pada masa kehamilan adalah semua nutrisi yang didapat bayi berasal dari
ibu. Bayi “memakan” apa yang dimakan ibu. Kebutuhan gizi akan meningkat pada fase
kehamilan, khususnya energi, protein, beberapa vitamin dan mineral seperti zat besi, asam folat,
kalsium serta nutrisi lain untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi. Ibu hamil
harus memperhatikan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsinya karena dapat
menentukan kesehatan seumur hidup seorang anak – termasuk faktor pencetus terhadap penyakit
tertentu. Ibu hamil sebaiknya memakan makanan yang beragam, bergizi seimbang dan aman.
Sedangkan pada masa setelah kelahiran sampai dengan usia anak 2 tahun, perlu
diperhatikan asupan gizi diantaranya Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI Eksklusif hingga usia 6
bulan, ASI diteruskan hingga usia anak 2 tahun, dan Makanan Pendamping ASI (MPASI) sejak
bayi berusia 6 bulan.

2. Perbaikan Nutrisi

Nutrisi merupakan komponen yang penting dalam penatalaksanaan stunting. Perbaikan


nutrisi dapat dilakukan dengan pemberian MPASI berkualitas dan suplementasi vitamin.
Keragaman bahan pangan dan konsumsi makanan dari sumber hewani berhubungan dengan
perbaikan pertumbuhan linear.

1. Makanan Pendamping ASI Berkualitas

Makanan pendamping ASI (MPASI) berkualitas merupakan kunci dalam pencegahan dan
penanganan stunting. Strategi pemberian MPASI adalah tepat waktu (saat ASI saja tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi yaitu usia bayi sekitar 6 bulan), adekuat
(memenuhi kebutuhan energi, protein, dan mikronutrien), aman dan higienis (proses
persiapan dan pembuatan MPASI menggunakan cara, bahan, dan alat yang aman dan
higienis), dan diberikan secara responsif (MPASI diberikan secara konsisten esuai
dengan sinyal lapar atau kenyang dari anak.

 Usia bayi sudah cukup aman (usia 6 bulan) untuk diberikan makanan.
 Bayi sudah menunjukkan tanda kesiapan menerima makanan padat seperti
kepala sudah tegak, refleks menelan sudah baik.
 Frekuensi dan jumlah takaran pemberian, serta tekstur makanan sesuai usia
bayi.
Asupan gizi selama masa kehamilan akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan sel-sel otak janin. Apabila asupan gizi tidak mengandung zat-zat gizi
yang dibutuhkan dan keadaan ini berlangsung lama akan menyebabkan perubahan
metabolisme dalam otak, akibatnya terjadi ketidakmampuan otak untuk berfungsi
normal. Dalam keadaan yang lebih berat, kekurangan asupan gizi dapat menyebabkan
gangguan perkembangan otak, perkembangan motorik, sensorik dan pertumbuhan
badan yang sehat serta pembentukan sistem kekebalan tubuh anak.

2. Pemberian Makanan Sumber Protein Hewani


Protein adalah makronutrien yang terdiri dari asam amino. Tubuh manusia bisa
menyintesis sejumlah asam amino (nonesensial), tetapi asam amino esensial hanya
dapat diperoleh dari makanan. Asam amino memiliki banyak peran pengaturan dalam
pertumbuhan manusia dan metabolisme, seperti sintesis hormon dan hormon tiroid),
pengangkut protein membran sel atau reseptor, dan pembentukan tulang panjang dan
sendi., terutama sumber hewani dalam bentuk susu. Efek susu pada pertumbuhan
lebih tinggi dari sumber protein hewani lain seperti daging atau telur, dan jauh lebih
tinggi dari protein nabati seperti kedelai, kacang-kacangan, dan oat.
Protein hewani mengandung lebih banyak asam amino esensial dan asam amino
Asupan protein 12-15% asupan aman protein adalah 11,6 gram/hari untuk anak usia 1
tahun dan 11,9 gram/hari untuk usia 2 tahun. Kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan
300–350 ml susu sapi. Studi di Indonesia menyatakan bahwa konsumsi 300 ml susu
formula pertumbuhan dapat mencegah stunting pada anak usia 1-3 tahun.

3. Pemberian Makanan Pendamping Kaya Lemak


Kualitas lemak pada makanan pendamping ASI sangat penting. Asupan long‐
chain‐polyunsaturated fatty acids, terutama omega 3 dan 6 sangat penting pada
tahun-tahun pertama kehidupan. Asupan lemak yang rendah memiliki efek negatif
pada perkembangan kognitif dan fungsi imun. Sumber omega 3 yang sering
ditemukan antara lain ikan dan minyak nabati. Minyak kedelai dan rapeseed
oil mengandung omega 3 yang tinggi; sedangkan minyak sawit, minyak bunga
matahari, dan minyak kacang (peanut oil) memiliki kandungan omega 3 yang rendah.
Rekomendasi persentase energi dari lemak pada MPASI adalah 30-45%. Beberapa
susu formula yang tersedia kini sudah difortifikasi dengan omega 3 dan omega 6.
4. Suplementasi Zinc
Zinc terbukti dapat menurunkan insidensi diare dan pneumonia, mendukung
pertumbuhan linear, dan memiliki efek positif dalam menurunkan angka kematian
terkait penyakit infeksi. Studi meta analisis di Asia, Afrika, dan Amerika
menyimpulkan bahwa penggunaan zinc dengan dosis 5-40 mg/hari selama 2-12 bulan
dapat memperbaiki pertumbuhan linear. Pada bayi usia 6-23 bulan, suplementasi zinc
diberikan rutin selama minimal 2 bulan setiap 6 bulan sekali. Suplementasi 10 mg
zinc setiap hari selama 24 minggu dapat menambah tinggi badan. Angka kecukupan
zinc adalah 3-16 mg/hari

B. Suplementasi tablet zat besi dan asam folat


Tablet zat besi (Fe) merupakan tablet mineral yang diperlukan oleh tubuh
untuk pembentukan sel darah merah atau hemoglobin. Unsur Fe merupakan unsur paling penting
untuk pembentukan sel darah merah. Zat besi secara alamiah didapatkan dari makanan. Jika
manusia kekurangan zat besi pada menu makanan yang dikonsumsinya sehari-
hari, dapat menyebabkan gangguan anemia gizi (kurang darah). Tablet zat besi (Fe) sangat
dibutuhkan oleh wanita hamil, sehingga ibu hamil diharuskan untuk mengonsumsi tablet Fe
minimal sebanyak 60 tablet selama kehamilannya.
Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) pada rematri, dan ibu hamil merupakan salah
satu upaya pemerintah Indonesia untuk memenuhi asupan zat besi. Pemberian TTD dengan dosis
yang tepat dapat mencegah anemia dan meningkatkan cadangan zat besi di dalam tubuh.
Program Pemberian tablet Fe adalah pemberian tablet untuk suplementasi penanggulangan
Anemia Gizi yang setiap tablet mengadung zat besi setara 60 mg besi elemental dan 400 mcg
asam folat (Kemenkes, 2016)
Konsumsi zat besi secara terus menerus tidak akan menyebabkan keracunan karena tubuh
mempunyai sifat autoregulasi zat besi. Bila tubuh kekurangan zat besi, maka absorpsi zat besi
yang dikonsumsi akan banyak, sebaliknya bila tubuh tidak mengalami kekurangan zat besi maka
absorpsi besi hanya sedikit, oleh karena itu TTD aman untuk dikonsumsi. Namun, konsumsi
TTD secara terus menerus perlu mendapat perhatian pada sekelompok populasi yang mempunyai
penyakit darah seperti thalassemia, hemosiderosis (Kemenkes, 2016).
Asam folat merupakan salah satu jenis vitamin B, yakni vitamin B 9. Zat ini sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kesehatan tubuh. Zat ini juga berfungsi sebagai salah satu
bahan dalam pembentukan sel darah merah, sehingga akan memberikan manfaat pada ibu hamil.
Selain itu, asam folat untuk ibu hamil juga sangat penting karena dapat mencegah terjadinya
cacat bawaan, seperti spina bifida (yakni kondisi terdapatnya celah di tulang belakang),
kecacatan otak (anensefali). Asam folat juga berperan dalam pembentukan, perbaikan, dan fungsi
DNA, yang akan memengaruhi pertumbuhan plasenta dan perkembangan janin. Untuk ibu hamil,
disarankan untuk memenuhi kebutuhan asam folat sebanyak 500 mikrogram per hari. Untuk
mencapai kebutuhan tersebut, dapat dilakukan dengan mengkonsumsi makanan tinggi asam
folat, seperti bayam, buncis, brokoli, kacang hijau, hati, dsb. Namun pada kondisi dimana asam
folat tidak dapat terpenuhi dari makanan, maka pemberian suplemen tablet asam folat dapat
dilakukan. Mengenai dosis tablet asam folat pada ibu hamil umumnya adalah 400 mcg
(mikrogram) per hari,

C. Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil


Ibu hamil dengan status Kurang Energi Kronis (KEK) dapat berdampak pada
pertumbuhan dan kesehatan bayinya. Kurang Energi Kronis (KEK) merupakan suatu keadaan
kekurangan makanan dalam waktu yang lama sehingga menyebabkan ukuran Indeks Massa
Tubuhnya (IMT) di bawah normal kurang dari 18,5 untuk orang dewasa (Persagi, 2009). Oleh
karena itu, Pemberian makanan tambahan khususnya bagi kelompok rawan merupakan salah satu
strategi suplementasi dalam mengatasi masalah gizi (Kemenkes RI, 2017).
Pemberian makanan tambahan kepada kelompok rawan gizi pada dasarnya bertujuan
untuk meningkatkan asupan gizi yang pada akhirnya dapat meningkatkan status gizi sasaran.
Peran serta semua pihak sangat diharapkan dalam mendukung keberhasilan kegiatan pemberian
makanan tambahan kepada sasaran (Kemenkes RI, 2017)

Kemenkes RI (2017) menyatakan makanan tambahan ibu hamil adalah suplementasi gizi
berupa biskuit lapis yang dibuat dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan
mineral yang diberikan kepada ibu hamil dengan kategori Kurang Energi Kronis (KEK) untuk
mencukupi kebutuhan gizi. Tiap kemasan primer (3 keping/60 gram) Makanan Tambahan Ibu
Hamil mempunyai kandungan gizi sebagai berikut:

a. 270 Kalori
b. Minimum 6 gram protein
c. Minimum 12 gram lemak
d. Diperkaya 11 macam vitamin (A, D E, B1, B2, B3, B5, B6, B12, C, Folat) dan 7 macam
mineral (Besi, Kalsium, Natrium, Seng, Iodium, Fosfor, Selenium).

D. Promosi dan konseling IMD dan ASI eksklusif


IMD adalah memberikan kesempatan bayi untuk memulai menyusu pada
ibunya sendiri segera setelah lahir, dengan meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya
dan membiarkan bayi merayap dengan nalurinya sendiri mencari puting susu ibu untuk
menyusu. IMD dilakukan setidaknya 1 jam atau lebih, sampai bayi selesai menyusu sendiri.
Kolustrum adalah Air Susu Ibu (ASI) pertama keluar yang berwarna kekuningan, dan
diproduksi dalam beberapa hari setelah persalinan
kandungan dan kegunaan yang terdapat dalam kolustrum :

1. Zat antibody : melindungi terhadap infeksi dan alergi.


2. Banyak sel darah putih : melindungi terhadap infeksi.
3. Pencahar : membersihkan mekonium (kotoran yang dihasilkan bayi selama dalam
Rahim), membantu mencegah bayi kuning/ikterus.
4. Faktor-faktor pertumbuhan : membantu usus berkembang lebih matang dan
mencegah alergi.
5. Kaya vitamin A : mengurangi keparahan infeksi dan mencegah penyakit mata

manfaat IMD untuk bayi :

1. Menurunkan angka kematian bayi karena hypothermia (suhu badan rendah dibawah
35 derajat Celsius) karena dada ibu dapat menghangati bayi dengan suhu yang tepat.
2. Bayi mendapatkan kolostrum yang kaya akan anti bodi, penting untuk
perkembangan usus dan ketahanan bayi terhadap infeksi.
3. Bayi akan terhindar dari bakteri meskipun tanpa dibersihkan maupun tak dilapisi
pembungkus karena bayi akan memperoleh zat kekebalan dari ASI.

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan dan minuman yang lain,
termasuk air putih sampai bayi berusia 6 bulan. Obat-obatan diperbolehkan selama ada
petunjuk dokter atau petugas kesehatan.  ASI tetap yang terbaik dan kaya nutrisi dibandingkan
dengan susu formula, dalam ASI mengandung zat anti bodi yang bermanfaat bagi kekebalan
tubuh dari serangan virus dan bakteri, serta dapat mencegah resiko alergi dan asma pada anak.
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi karena memiliki kandungan zat gizi
yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Melalui Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF (2011)
merekomendasikan empat hal yang harus dilakukan untuk mencapai tumbuh kembang yang
optimal, yaitu memberikan ASI kepada bayi segera dalam 30 menit- 1 jam setelah kelahiran
bayi, memberikan ASI eksklusif sejak lahir sampai usia enam bulan, memberikan makanan
pendamping air susu ibu (MPASI) sejak usia 6-24 bulan, dan meneruskan pemberian ASI
sampai anak berusia 24 bulan atau lebih

E. Pemberian makanan bayi dan anak (PMBA)


Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Masa
tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah
terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.Setiap balita memerlukan
nutrisi dengan menu seimbang dan porsi yang tepat, tidak berlebihan dan disesuaikan dengan
kebutuhan. Jika pemberian nutrisi pada anak balita kurang baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya maka pertumbuhan dan perkembangan anak balita akan berjalan lambat
(Sibagariang, 2010 dalam Oktavia, 2017).

Makanan Tambahan (MT) Balita adalah suplementasi gizi berupa makanan tambahan dalam
bentuk biskuit dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang
diberikan kepada bayi dan anak balita usia 6-59 bulan dengan kategori kurus. Bagi bayi dan anak
berumur 6-24 bulan, makanan tambahan ini digunakan bersama Makanan Pendamping Air Susu
Ibu (MP-ASI). Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) merupakan program intervensi
untuk anak-anak yang kurang gizi di mana saja untuk meningkatkan status gizi anak serta untuk
mencukupi kebutuhan gizi anak agar tercapainya status gizi dan gizi yang sesuai dengan anak-
anak tersebut.

Kemenkes RI (2017) menyatakan makanan tambahan balita adalah suplementasi gizi berupa
makanan tambahan dalam bentuk biskuit dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan
vitamin dan mineral yang diberikan kepada bayi dan anak balita usia 6-59 bulan dengan kategori
kurus. Bagi bayi dan anak berumur 6-24 bulan, makanan tambahan ini digunakan bersama
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Tiap kemasan primer (4 keping/40 gram)
Makanan Tambahan Balita mempunyai kandungan gizi sebagai berikut:

a. 160 Kalori
b. 3,2-4,8 gram protein
c. 4-7,2 gram lemak 16
d. Diperkaya dengan 10 macam vitamin (A, D, E, K, B1, B2, B3, B6, B12, Folat) dan 7
macam mineral (Besi, Iodium, Seng, Kalsium, Natrium, Selenium, Fosfor).

Sedangkan untuk makanan Tambahan Anak Sekolah adalah suplementasi gizi berupa
makanan tambahan dalam bentuk krekers/biskuit dengan formulasi khusus dan difortifikasi
dengan vitamin dan mineral yang diberikan kepada anak usia Sekolah Dasar/ Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI) dengan kategori kurus untuk mencukupi kebutuhan gizi. Tiap kemasan
primer (6 keping/36 gram) makanan tambahan anak Sekolah mempunyai kandungan gizi
sebagai berikut :

a. 144-216 Kalori
b. 3,96-5,76 gram protein
c. 5,04-7,56 gram lemak.
d. Diperkaya 11 macam vitamin (A, D E, B1, B2, B3, B5, B6, B12, C, Folat) dan 7 macam
mineral (Besi, Kalsium, Natrium, Seng, Iodium, Fosfor, Selenium)

F. Pemantauan pertumbuhan ( pelayanan tumbuh kembang bayi dan balita)


Pertumbuhan adalah proses bertambahnya ukuran tubuh baik pada tingkat sel, organ
ataupun individu dikarenakan bertambahnya ukuran sel atau bertambahnya jumlah selUkuran-
ukuran tersebut dapat dilihat dari :

a. Berat badan (BB)


Pada bayi baru lahir berat badan akan mengalami penurunan dan BB tersebut akan
kembali ke BB waktu lahir pada hari 10. Kenaikan berat badan anak pada tahun pertama
kehidupan, kalau anak mendapat gizi yang baik, adalah berkisar antara:

a. 700 – 1000 gram/bulan pada triwulan I


b. 500 – 600 gram/bulan pada triwulan II
c. 350 – 450 gram/bulan pada triwulan III
d. 250 – 350 gram/bulan pada triwulan IV
Perkiraan kenaikan berat badan bayi dapat dihitung dengan: BB menjadi 2 x BBL pada bayi
umur 5 bulan BB menjadi 3 x BBL pada bayi umur 1 tahun BB menjadi 4 x BBL pada umur 2
tahun. Pada masa prasekolah kenaikan BB rata-rata 2 kg/tahun.
b. Tinggi badan (TB)
Tinggi badan rata-rata pada waktu lahir adalah 50 cm. Umur 1 tahun menjadi 75 cm
Secara garis besar tinggi badan dapat diperkirakan:

a. 1 tahun 1,5 x TB lahir


b. 4 tahun 2 x TB lahir
c. 6 tahun 1,5 x TB setahun
d. 13 tahun 3 x TB lahir
e. Dewasa 3,5 x TB lahir (2 x TB 2 th)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (Skill) dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks, dalam pola teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses
pematangan. Dalam hal ini terjadi proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-
organ dan sistem organ yang berkembang sehingga masing-masing dapat memenuhi
fungsinya. Misalnya sel-sel yang ada di tangan mengalami perkembangan atau pematangan
fungsi sehingga dapat melakukan fungsinya untuk makan, menulis mengambil dan lain-lain.

G. Pemberian imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit tertentu, sehingga bila suatu saat terpapar dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Beberapa penyakit
menular yang termasuk ke dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
antara lain TBC, difteri, tetanus, hepatitis B, pertusis, campak, rubella, polio, radang selaput
otak, dan radang paru-paru. Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindungi dari berbagai
penyakit berbahaya tersebut, yang dapat menimbulkan kecacatan atau kematian. Imunisasi
dasar adalah imunisasi pertama yang perlu diberikan pada semua orang, terutama bayi dan
anak sejak lahir untuk melindungi tubuhnya dari penyakit-penyakit yang berbahaya.
Lima jenis imunisasi dasar yang idwajibkan pemerintah adalah imunisasi terhadap tujuh
penyakit yaitu, TBC (Tuberculosis), difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), poliomyelitis,
campak dan hepatitis B. Imunisasi dukung pencegahan stunting Selain pemenuhan kebutuhan
gizi, pencegahan stunting dapat dilakukan dengan imunisasi. Imunisasi merupakan salah satu
tindakan untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Sementara menurut
WHO, imunisasi adalah proses yang membuat seseorang menjadi kebal atau resisten
terhadap penyakit menular.
Pemberian imunisasi pada bayi, tepat pada waktunya merupakan faktor yang sangat
penting untuk kesehatan bayi. Imunisasi diberikan mulai dari lahir sampai awal masa kanak-
kanak. Melakukan imunisasi pada bayi merupakan bagian tanggung jawab orang tua terhadap
anaknya. Kebanyakan dari imunisasi adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh
terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal
kehidupan seorang anak.

H. Pemberian makanan tambahan balita gizi kurang


Pemberian Makanan Tambahan adalah program yang dikhususkan bagi balita yang
menderita kurang gizi dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan status gizi anak serta untuk
mencukupi kebutuhan zat gizi anak agar tercapainya status gizi dan kondisi gizi yang baik sesuai
dengan umur anak tersebut.
Kegiatan pemberian makanan tambahan kepada balita dalam bentuk kudapan atau snackdengan
memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan serta mengandung nilai gizi yang sesuai
dengan sasaran pemberian.(1) Ada 2 bentuk PMT, yang pertama PMT kirim ke daerah bertujuan
untuk membantu pemulihan status gizi pada balita dan penyuluhan gizi untuk edukasi dalam
perbaikan pola konsumsi yang sesuai gizi seimbang. Kedua, makanan tambahan buffer
stock yang diberikan disaat ada kejadian luar biasa yang berpotensi menimbulkan masalah gizi
dan penyakit serta bencana yang juga disertai dengan penyuluhan gizi.
Makanan tambahan diperkaya 10 macam vitamin (A, D, E,K, B1, B2, B3, B6, B12,
Folat) dan 7 macam mineral (Besi, Iodium, Seng, Kalsium, Natrium, Selenium, dan
Fosfor).Dapat dikonsumsi bersama Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) berbasis
pangan lokal.Produk makanan tambahan balita berbentuk biskuit bulat dan rasa manis dibungkus
dalam kemasan primer berisi 4 keping, dengan rincian: (2) – Setiap 4 (empat) keping biskuit
dikemas dalam 1 (satu ) kemasan – Setiap 21 (dua puluh satu) kemasan primer dikemas dalam 1
(satu) kotak kemasan sekunder dengan berat 840 gram. – Setiap 4 (empat) kemasan sekunder
dikemas dalam 1 (satu) kemasan tersier.

Makanan tambahan pemulihan yang diberikan dalam bentuk biskuit dan atau berbasis
pangan lokal untuk balita kurus/gizi kurang usia 6-59 bulan dengan Z-score BB/PB atau BB/TB -
3SD sampai <-2SD yang diberikan minimal selama 90 hari. Selain itu makanan tambahan ini
bisa diberikan bersamaan dengan kegiatan penyuluhan gizi baik kelompok maupun individu.
Usia 6-11 bulan diberi 8 keping perhari, dan diberikan 12 keping perhari  untuk usia 12-59 bulan.
Biskuit bisa langsung dikonsumsi atau bisa ditambahkan air matang terlebih dahulu dalam
mangkok kemudian dikonsumsi dengan sendok.Balita dengan Z-score < -2SD diberikan
makanan tambahan sampai status gizinya membaik atau mengalami peningkatan berat badan dan
nilai Z-score. Setelah itu dilanjutkan dengan konsumsi makanan keluarga bergizi seimbang.

I. Suplementasi Vitamin A
Suplementasi vitamin A terbukti bermanfaat menurunkan angka kematian anak. Studi
meta analisis di Asia, Afrika, dan Amerika menyimpulkan bahwa konsumsi vitamin A 5000-
200.000 IU dengan selama 3-17 bulan dapat memperbaiki pertumbuhan linear anak. WHO
merekomendasikan pemberian suplementasi vitamin A sebesar 100.000 U pada bayi usia 6-11
bulan, dan vitamin A 200.000 U tiap 6 bulan pada anak usia 12-59 bulan. Program ini sudah
diimplementasikan ke dalam program Kementerian Kesehatan Indonesia setiap bulan Februari
dan Agustus (bulan vitamin A).

J. Pemberian taburia pada baduta (0-23 bulan)


Gizi kurang dan gizi buruk masih menjadi masalah kesehatan anak-anak di Indonesia. Oleh
karena itu, pemerintah melakukan upaya peningkatan gizi salah satunya melalui pemberian
taburia pada anak-anak yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk,bahkan anak yang cenderung
susah makan. Balita perlu diberikan taburia agar Membantu balita mendapatkan zat gizi mikro
yang penting (vitamin dan mineral). Makanan yang disantap balita cenderung kurang
mengandung zat besi dan zat gizi lainnya. Salah satu cara mengatasi masalah anemia besi pada
balita selain sirup besiSumber

1) Manfaat Taburia
Membantu balita tumbuh dan berkembang secara optimal (Vitamin A, B D, Seng,
Yodium, dan Zat Besi)
Meningkatkan daya tahan tubuh balita (Vitamin A, B, C, dan Zat Besi)
Meningkatkan nafsu makan balita (Vitamin B dan Seng)
Mencegah anemia akibat kekurangan Zat Besi pada balita
Mencegah kekurangan zat gizi
2) Keunggulan Taburia
Tidak mengubah kebiasaan makan balita sehari-hari
Tidak mengubah rasa, aroma ataupun bentuk makanan balita
Aman, tidak menimbulkan kecanduan
Memenuhi kebutuhan gizi balita akan 16 vitamin dan mineral penting sehari-hari
Halal, tidak mengandung alkohol dan unsur babi.

K. Pemberian obat cacing pada ibu hamil dan anak


Pemberian obat cacing di berikan kepada anak sejak usia 1 tahun ke atas dan pemberian
obat cacing ini di berikan setiap 6 bulan sekali.Cara mencegah cacingan dengan menerapkan
PHBS.Dampak buruk pada penderita cacingan bisa terjadinya stunting. Penyakit kecacingan
atau biasa disebut cacingan masih dianggap sebagai hal sepele oleh sebagian besar
masyarakat Indonesia. Padahal jika dilihat dampak jangka panjangnya, kecacingan
menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi penderita dan keluarganya. Buruknya fasilitas
sanitasi, minimnya akses air bersih, dan kurangnya kebersihan lingkungan juga menjadi
penyebab stunting. Kondisi kebersihan yang kurang terjaga membuat tubuh harus secara
ekstra melawan sumber penyakit sehingga menghambat penyerapan gizi.
Sebuah penelitian baru-baru ini menemukan bahwa wanita yang mengonsumsi obat
cacing selama kehamilan mengurangi 14% risiko kematian anak dalam empat minggu
pertama setelah kelahiran. Obat cacing seperti anthelmintik juga membantu ibu hamil untuk
menghindari berat badan lahir rendah pada bayi. Pemberian obat cacing secara rutin selama
perawatan antenatal juga dapat menurunkan risiko kematian bayi baru lahir dan berat badan
lahir rendah:
Mencegah Cacingan pada Ibu Hamil Menjaga kebersihan tubuh dengan baik adalah langkah
termudah yang bisa Anda lakukan untuk mencegah penyakit ini. Beberapa langkah pencegah
yang bisa dilakukan, antara lain:
 Bersihkan sikat gigi secara menyeluruh setelah setiap kali digunakan dan simpan di
tempat tertutup.
 Bersihkan rumah secara teratur dan hindari makan di kamar tidur.
 Pilih pakaian dalam yang pas dan ganti setidaknya dua kali sehari.
 Gunakan air panas untuk mencuci pakaian dengan disinfektan.
 Hindari menggaruk area anus terus-menerus. Jika memungkinkan, hindari
menggunakan toilet umum.
 Potong kuku secara teratur untuk mencegah cacing kremi bersarang di bawah kuku.
 Menjaga kebersihan tangan dengan mencucinya sesering mungkin.

Infeksi cacing dalam kehamilan bisa sangat mengkhawatirkan dan menjengkelkan.

Oleh karenanya, lakukan pencegahan dengan baik dan jika mengalami gejala yang disebutkan
diatas segera berkonsultasi dengan dokter kandungan.

L. Perbaikan Sanitasi dan Lingkungan


Perbaikan sanitasi, akses air bersih, dan kebersihan lingkungan juga dapat mendukung
tumbuh kembang anak. Jamban yang layak dan akses air bersih penting untuk mewujudkan
lingkungan yang sehat dan ramah anak. Lingkungan yang penuh kasih saying, pola asuh
yang baik, dan dukungan masyarakat kepada ibu memberi dampak yang positif pada
pertumbuhan dan perkembangan anak dan berkontribusi pada manajemen stunting. Perbaikan
sosioekonomi masyarakat juga berkontribusi pada pencegahan dan penanganan stunting
sehingga diperlukan keterlibatan pemerintah pusat dan daerah dalam mewujudkan
masyarakat yang lebih sejahtera untuk mengatasi stunting

a) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) mencakup semua perilaku yang dilakukan
atas kesadaran untuk meningkatkan kesehatan, individu, keluarga, dan masyarakat.
PHBS di tingkat rumah tangga meliputi mencuci tangan dengan sabun dan air bersih,
menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik nyamuk,
mengonsumsi buah dan sayur, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan menghindari
rokok. Selain itu, PHBS juga meliputi persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan, pemberian ASI eksklusif, dan pengukuran berat badan bayi dan balita
secara berkala
BAB V
PENGENDALIAN MUTU
1. Pengertian

Pengendalian mutu merupakan bentuk yang dilakukan untuk perbaikan yang terjadi sesuai
dengan tujuan agar semua kegiatan dapat tercapai secara berdayaguna dan berhasilguna yang
dilaksanakan sesuai dengan rencana, pembagian tugas, rumusan kerja, pedoman pelaksanaan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku

2.Tujuan

1 Tujuan Umum

Pengen mutu pelayanan gizi di Rumah Sakit Harapan Pematang Siantar bertujuan untuk
menjamin ketepatan dan keamanan pelayanan gizi.

2 Tujuan Khusus

1) Mengawasi setiap tahapan proses

2) Menjamin kenyamanan pelayanan yang dihasilkan

3) Menghasilkan pelayanan yang bermutu

3.Indikator Mutu Pelayanan Gizi

Pelayanan gizi rumah sakit dikatakan berkualitas bila hasil pelayanan mendekati hasil yang
di harapkan dan dilakukan sesuai dengan standard dan prosedur yang berlaku. Indikator mutu
pelayanan gizi mencerminkan mutu kinerja instalasi gizi dalam ruang lingkup kegiatan sehingga
dapat dinilai apakah kegiatan berjalan sesuai dengan yang ditetapkan atau tidak dan sebagai alat
untuk mendukung pengambilan keputusan dalam rangkap perencanaan kegiatan untuk masa
yang akan datang.
Dalam Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit (Depkes RI, 2008) ditetapkan bahwa
Indikator Standar PelayananGizi meliputi :

1) Ketetapan waktu pemberian makanan kepada pasien (100%)

2) Sisa makanan yang tidak dihabiskan oleh pasien (≤ 20%)

3) Tidak adanya kesalahan pemberian diet (100%)


BAB VI

EVALUASI KEGIATAN DAN PELAPORAN

o Setiap selesai kegiatan penanggung jawab kegiatan membuat laporan, diserahkan


ke sekretariat untuk dibuat laporan kepada ketua tim program prevalensi stunting
dan wasting dan Direktur Rumah Sakit Harapan Pematang Siantar
o Setiap Tahun, ketua tim prevalensi stunting dan wasting membuat laporan
kegiatan untuk diserahkan ke Kaur Keuangan, Kepala Rumah Sakit Harapan
Pematang Siantar dan ke Dinas Kesehatan Kota Pematang Siantar.
Table laporan kegiatan:

No Nama Juli Agus Sept Okt Nov Des Ket


Kegiatan
1 Sosialisasi dan
pelatihan
2 Suplementasi
Besi, Folat pada
ibu hamil
3 Promosi dan
konseling IMD
dan ASI
eksklusif
4 Pemantauan
pertumbuhan
(pelayanan
tumbuh
kembang bayi
dan balita)
5 Pemberian
imunisasi dasar
6 Pemberian
vitamin A
7 Pemberian
taburia pada
baduta (0-23
bulan)
8 Pemberian obat
cacing pada ibu
hamil

BAB VII

PENUTUP

Pedoman Pelayanan Rumah Sakit Harapan Pematang Siantar bertujuan sebagai acuan
professional dalam mengelola dan melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit secara tepat bagi
pasien sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat khususnya Kota Pematang siantar

Demikian program kerja Tim Program Penurunan Prevalensi Stunting dan Wasting ini disusun
sebagai rencana kerja di bagian rawat inap, rawat jalan dan igd untuk tahun 2022 dalam rangka
menurukan prevalensi stunting dan wasting

Anda mungkin juga menyukai