Lembar Pengesahan
Peraturan Direjtur Tentang pedoman kerja Tim Penangan Stunting dan Wasting Daftar isi
A. Kegiatan ...........................................................................................................................
B. Rincian Kegiatan ..............................................................................................................
BAB V MONITORING.............................................................................................................
A. Monitoring........................................................................................................................
B. Evaluasi.............................................................................................................................
C. Pelaporan ..........................................................................................................................
BAB VI KETENTUAN PENUTUP
PEDOMAN PELAYANAN
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang secara optimal.
Anak dengan kekurangan asupan gizi dan/atau penyakit dapat menimbulkan masalah gizi yang
menghambat pertumbuhan dan perkembangan sehingga diperlukan upaya penanggulangan
masalah gizi
Stunting merupakan suatu kondisi dimana tinggi badan seseorang lebih pendek
dibandingkan dengan tinggi badan orang lain yang sesuai pada umumnya. Stunting atau yang
disebut kerdil adalah kondisi gagal tumbuh pada anak dibawah lima tahun (balita) akibat
kekurangan gizi kronis, infeksi berulang dan stimulasi psikososial yang tidak memadai terutama
dalam 1000 (seribu) Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK), yaitu dari janin sampai anak berusia
dua tahun. Hal ini ditunjukkan dengan indikator tinggi badan menurut umur (TB/U) dengan nilai
z-skor dibawah minus 2.
Anak yang terkena stunting akan memiliki tingkan kecerdasan tidak maksimal yang
berdampak menyebabkan gangguan perkembangan kognitif, meningkatkan resiko terhadap
penyakit infeksi, menurunnya tingkat produktivitas dan kematian. Faktor penyebab stunting
selain karna kurangnya gizi pada bayi bisa juga disebabkan karena rendahnya pendidikan atau
kurangnya pengetahuan orang tua mengenai stunting. Kondisi kandungan pada ibu yang kurang
baik atau lemah, salah satu penyebabnya karena belum cukup umur pada wanita untuk memasuki
usia kehamilan atau menikah pada usia muda yang menyebabkan adanya beberapa masalah
dalam kandungan yang kemudian melahirkan bayi stunting. Faktor lainnya adalah kesehatan
lingkungan pada masyarakat dan rendahnya perekonomian dalam keluarga sehingga tidak
tercukupinya kebutuhan gizi pada kesehatan ibu hamil dan bayi.
Wasting adalah kondisi ketika berat badan balita menurun sangat kurang, atau berada di
bawah rentang normal. Wasting merupakan kondisi kekurangan gizi akut dimana BB anak tidak
sesuai dengan TB atau nilai Z-score kurang dari -2SD (Standar Deviasi). Balita yang mengalami
wasting umumnya memiliki proporsi tubuh yang kurang ideal. Wasting membuat berat badan
balita tidak sepadan dengan tinggi badan untuk anak seusianya. (Kemenkes RI, 2020).
Wasting merupakan kelompok gizi kurang, secara langsung disebabkan oleh inadekuat
zat gizi dan penyakit infeksi sedangkan penyebab pokok masalah gizi kurang meliputi:
ketahanan pangan yang tidak memadai, perawatan ibu dan pelayanan kesehatan yang tidak
memadai (kemenkes RI, 2017a). Wasting yang disebabkan oleh defisit asupan energi yang
terjadi secara alamiah sehubungan dengan ketidaktahanan pangan serta kelaparan (Barasi, 2003).
Faktor risiko terjadi wasting meliputi: pemberian ASI, berat badan bayi lahir, kunjungan ANC,
status pekerjaan ibu, tingkat pendidikan (Puspitasari et al., 2018).
Anak balita (0-5 tahun) merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat
kekurangan gizi, terutama anak kategori usia 6–24 bulan dimana kelompok umur tersebut
merupakan saat periode pertumbuhan kritis dan kegagalan tumbuh (growth failure) mulai terlihat
(kemenkes RI, 2017a)
1.2 Tujuan
Identifikasi stunting dan wasting sebagai bentuk pencegahan dan diagnosis dini dalam rangka
mencapai target untuk penurunan angka stunting dan wasting
Ruang lingkup penurunan stunting berkaitan dengan intervensi gizi spesifik dengan sasaran ibu
hamil dan anak usia di bawah 2 tahun
B. STRUKTUR ORGANISASI
DIREKTUR
C. Analisa Jabatan
Tim Penurunan Prevalensi Stunting dan Wasting Terdiri dari tenaga kesehatan yang
kompeten dari unsur:
a) Staf Medis.
b) Staf Keperawatan.
c) Staf Instalasi Farmasi.
d) Staf Instalasi Gizi.
e) Tim Tumbuh Kembang.
f) Tim Humas Rumah Sakit.
D. Pertemuan/ Rapat
Program kerja Tim Percepatan Penurunan Prevalensi Stunting dan Wasting meliputi:
2. Penguatan jejaring Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di wilayah kerja Rumah
Sakit Harapan di antaranya melalui :
a) Pembuatan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Rumah Sakit Harapan
dengan Rumah Sakit Rujukan
b) Pemberian pelatihan penanganan kasus stunting dan wasting kepada Tim
Stunting dan Wasting
3. Kegiatan promotif dan preventif Stunting dan Wasting, di antaranya melalui:
a) Pembuatan leaflet serta banner mengenai edukasi pencegahan serta
pengetahuan stunting dan wasting
b) Penyuluhan oleh Tim Medis di ruang poliklinik Rumah Sakit
SKEDUL (JADWAL) PELAKSANAAN KEGIATAN
Tahun 2022
N
O URAIAN KEGIATAN J Ag Se O N
De
ul us p kt ov
s
1 Membuat suatu perjanjian kerjasama dengan jejaring
FKTP dalam promotif, preventif, kuratif serta rujukan
kasus stunting dan wasting
2 Melaksanakan pembinaan terhadap jejaring FKTP
(tentang kriteria dan indikasi pasien yang dirujuk,
stabilisasi pasien sebelum dirujuk, kelengkapan
rujukan serta penyampaian prosedur rujukan, kegiatan
promotif dan preventif)
3 Melaksanakan evaluasi pembinaan terhadap jejaring
FKTP minimal 3 bulan setelah dilakukan pembinaan
4 Mengirim anggota tim untuk mengikuti pelatihan
stunting wasting di tingkat
kabupaten/kota/provinsi/nasional
5 Melaksanakan penyuluhan mengenai pencegahan kasus
stunting dan wasting di ruang tunggu poliklinik Rumah
Sakit
6 Membuat leaflet dan banner mengenai stunting dan
wasting
7 Membuat laporan manual dan elektronik (ePPGBM)
mengenai kasus stunting dan wasting yang ditangani di
Rumah Sakit
Pelaksanaan surveilans stunting dan wasting rumah sakit secara teratur, terencana,
berkesinambungan, dan rutin. Evaluasi dan penilaian kembali terhadap hasil surveilans untuk
dilakukan perbaikan.kembali terhadap hasil surveilans. Evaluasi dilakukan tiap 3 bulan sekali
oleh ketua Tim stunting dan wasting kepada Direktur Rumah Sakir Harapan Pematangsiantar
E. Pelaporan
Membuat pencatatan dan pelaporan kasus stunting dan wasting secara manual dan
elektronik menggunakan program e-PPGBM. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan
pelaporan dilaksanakan secara rutin sesuai dengan jadwal pelaksanaan setiap kegiatan
BAB III
SARANA DAN PRASARANA
A. Denah Ruangan
B. Standar Fasilitas
C. Dukungan Manajemen
Tiap kemasan primer (4 keping 40 gram) Makanan Tambahan (MT) Balita mengandung
minimum 160 kalori, 3.2-4,8 gram protein, 47.2 gram lemak Makanan Tambahan Balita
diperkaya dengan 10 macam vitamin (A, D, E K, B1, B2, B3, B6, B12, dan Asam Folat) dan 7
macam mineral (Besi, lodium, Seng, Kalsium, Natrium, Selorum, Fosfor).
b) Karakteristik
Bentuk: Biskuit yang pada permukaan atasnya tercantum tulisan "MT Balita".
Tekstur/Konsistensi: Renyah bila dicampur dengan cairan merjadi lembut.
Berat: Berat rata-rata 10 gram/keping.
Warna: Sesuai dengan hasil proses pengolahan yang normal (tidak gosong).
Rasa: Manis Mutu dan Keamanan: Produk makanan tambahan balita memenuhi
persyaratan mutu dan keamanan sesuai untuk bayi dan anak balita.
Masa kedaluwarsa: Waktu antara selesai diproduksi sampai batas akhir masih layak
dikonsumsi, produk MT mempunyai masa kadaluarsa 24 bulan.
c) Kemasan
Setiap 4 (empat) keping biskuit dikemas dalam 1 (satu) kemasan primer (berat 40 gram).
Setiap 21 (dua puluh satu) kemasan primer dikemas dalam 1 (satu) kotak kemasan
sekunder (berat 840 gram)
Setiap 4 (empat) kemasan sekunder dikemas dalam 1 (satu) kemasan tersier (Kemenkes
RI, 2017).
Status gizi yang kurang dapat mempengaruhi keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
balita. Apabila balita mengalami keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan dapat
menurunkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia yang merupakan negara
berkembang. Oleh karena itu, pemerintah terus menggalangkan dana terkait permasalahan gizi
kurang yang ada di Indonesia melalui Pemberian Makanan Makanan Tambahan (PMT) biskuit
balita usia 6–59 bulan.
B. IMUNISASI ( VAKSIN )
Program imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan berbagai penyakit dengan
membangun sistem imun tubuh melalui pemberian vaksin.Untuk mendapatkan hasil yang
maksimal, setiap orang harus atau wajib untuk mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
Imunisasi dasar lengkap adalah pemberian vaksin tertentu yang diberikan kepada bayi sesuai
dengan usianya. Imunisasi dasar lengkap sendiri terdiri dari 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis
BCG, 2 dosis DPT-Hepatitis B, 4 dosis polio, dan 1 dosis campak.Menurut Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI, berikut jadwal pemberian imunisasi dasar lengkap dan
imunisasi lanjutan.
1) Imunisasi Dasar Lengkap
Imunisasi banyak diberikan kepada bayi demi membangun sistem kekebalan
tubuh. Untuk membangun sistem kekebalan tubuh, bayi diharuskan mendapatkan
imunisasi dasar lengkap.
Adapun jadwal pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi adalah sebagai berikut:
2) Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan adalah jenis imunisasi yang diberikan kepada anak-anak
sekolah dasar. Sejak tahun 2011, pemberian imunisasi lanjutan hanya diberikan kepada
anak SD kelas 1hingga kelas 3
1. Cara pemberian vitamin A Cara pemberian kapsul pada bayi dan anak balita :
Berikan kapsul biru (100.000 SI) untuk bayi dan kapsul merah (200.000 SI) untuk
balita Potong ujung kapsul dengan menggunakan gunting yang bersih
2. Pencet kapsul dan pastikan anak menelan semua isi kapsul dan tidak membuang
sedikitpun isi kapsul
3. Untuk anak yang sudah bias menelan dapat diberikan langsung 1 kapsul untuk
diminum
Cara pemberian kapsul Vit A dosis tinggi pada ibu nifas
Perhitungan makan 3 x sehari atau 1000-2500 kalori akan menghasilkan sekitar 10–15 mg
zat besi perhari, namun hanya 1-2 mg yang di absorpsi. jika ibu mengkonsumsi 60 mg zat besi,
maka diharapkan 6-8 mg zat besi dapat diabsropsi, jika dikonsumsi selama 90 hari maka total zat
besi yang diabsropsi adalah sebesar 720 mg dan 180 mg dari konsumsi harian ibu.Besarnya
angka kejadian anemia ibu hamil pada trimester I kehamilan adalah 20%, trimester II sebesar
70%, dan trimester III sebesar 70%.
Pemberian tablet tambah darah pada remaja putri sangat diperlukan, karena apabila tidak
diberikan FE akan berdampak terhadap Anemia. Anemia akan berdampak pada :
4. Konsentrasi belajar menurun sehingga prestasi belajar rendah dan dapat menurunkan
produktivitas kerja.
Pencegahan anemia salah satunya adalah dengan mengonsumsi Tablet Tambah Darah pada
remaja putri. Pemberian TTD dengan dosis yang tepat dapat mencegah anemia dan
meningkatkan cadangan zat besi di dalam tubuh. Pemberian TTD dilakukan pada remaja putri
mulai dari usia 12-19 tahun di institusi Pendidikan dan wanita usia subur (WUS) usia 15-49
tahun di institusi tempat kerja. Tablet Tambah Darah dapat dikonsumsi 1 (satu) tablet tambah
darah setiap minggu selama 52 minggu dalam setahun. Tablet Tambah Darah juga bisa
dikonsumsi pada masa haid 1 (satu) tablet per hari selama 10 (sepuluh) hari.
E. OBAT CACING
Secara umum, obat cacing berfungsi untuk mengeluarkan cacing dari saluran pencernaan
atau usus. Obat cacing bekerja dengan cara melumpuhkan cacing sehingga tidak dapat bergerak
dan tumbuh. Obat ini membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 1 hingga 3 jam untuk bekerja
secara efektif.
Selain itu, obat cacing juga berfungsi untuk membantu memudahkan tubuh mengeluarkan cacing
secara alami melalui feses. Penderita yang terinfeksi cacing biasanya memperoleh pengobatan
yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Obat cacing disesuaikan dengan jenis cacing yang
menginfeksi tubuh dan kondisi kesehatan ibu hamil. Berikut adalah macam-macam obat cacing
berdasarkan zat yang terkandung di dalamnya:
F. TABLET TABURIA
Taburia ( Taburan Ceria ) adalah bubuk multivitamin dan multimineral untuk memenuhi
kebutuhan vitamin dan mineral setiap anak balita. Taburia diberikan kepada semua anak
balita usia 6 - 24 bulan. Anak usia dibawah 6 bulan bukan sasaran Taburia kerena bayi yang
usia 0 – 6 bulan hanya mendapat ASI saja.
Logistik berupa makan tambahan, makanan bayi dan anak, vaksin, vitamin A, zat besi, asam
folat, obat cacing dan taburia diperoleh melalui kerjasama RS Bhayangkara dengan dinas
kesehatan atau puskesmas setempat yang diajukan setiap bulannya secara rutin
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
A. 1000 HPK
1000 HPK adalah fase kehidupan yang dimulai sejak terbentuknya janin pada saat
kehamilan (270 hari) sampai dengan anak berusia 2 tahun (730 hari). Pada periode inilah
organ-organ vital (otak, hati, jantung, ginjal, tulang, tangan atau lengan, kaki dan organ tubuh
lainnya mulai terbentuk dan terus berkembang. 1000 HPK disebut periode emas karena pada
periode ini terjadi perkembangan yang sangat cepat sel-sel otak dan terjadi pertumbuhan
serabut-serabut saraf dan cabang-cabangnya sehingga terbentuk jaringan saraf dan otak yang
kompleks.
Perkembangan otak ini hampir sempurna yaitu mencapai 80%, sehingga akan
menentukan kualitas manusia dimasa depan. Asupan nutrisi yang tidak tepat (malnutrisi)
terutama pada 1000 hari pertama kehidupan dapat memberikan dampak akut yaitu anak
terlihat lemah secara fisik. Bila kekurangan gizi dialami dalam jangka waktu yang lama atau
kronis, terutama yang terjadi sebelum usia dua tahun, akan menghambat pertumbuhan fisik
anak sehingga menjadi pendek (stunting). ASI eksklusif berkontribusi besar terhadap tumbuh
kembang yang optimal karena ASI mampu mencukupi kebutuhan bayi sejak lahir sampai
usia 24 bulan
1. Asupan Nutrisi
Asupan nutrisi merupakan makanan bergizi yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan
tubuh. Asupan nutrisi pada anak yang tidak adekuat dapat mengakibatkan terganggunya
pertumbuhan dan perkembangan anak, bahkan apabila kondisi tersebut tidak ditangani dengan
baik maka risiko kesakitan dan kematian anak akan meningkat. Selain itu tidak terpenuhinya
nutrisi dalam tubuh dapat berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh
yang lemah menyebabkan anak lebih rentan terkena penyakit menular dari lingkungan sekitarnya
terutama pada lingkungan dengan sanitasi yang buruk maupun dari anak lain atau orang dewasa
yang sedang sakit. Karena daya tahan tubuh lemah, anak dengan asupan nutrisi tidak adekuat
sering kali mengalami infeksi saluran cerna berulang. Infeksi saluran cerna inilah yang
meningkatkan risiko kekurangan gizi semakin berat karena tubuh anak tidak dapat menyerap
nutrisi dengan baik.
Status gizi yang buruk dikombinasikan dengan infeksi dapat menyebabkan keterlambatan
pertumbuhan (Septikasari, 2018). Kekurangan salah satu zat gizi dapat menyebabkan kekurangan
zat gizi lainnya. Sebagai contoh kekurangan zat besi, magnesium dan zinc dapat menyebabkan
anoreksia yang berakibat tidak terpenuhinya zat gizi yang lain seperti protein. Kekurangan
protein dapat mengganggu tumbuh kembang anak sehingga dapat menimbulkan komplikasi
jangka panjang.
Tidak terpenuhinya nutrisi juga berdampak pada perkembangan otak dan kapasitas
intelektual di masa kritis pertumbuhannya yang menyebabkan penurunan kecerdasan. Apabila
asupan zat gizi tidak adekuat terus berlanjut dan semakin buruk maka dapat mnyebabkan
kematian pada anak (Septikasari, 2018).
Kurang gizi pada anak menurunkan sistem imun yang akhirnya akan meningkatkan
resiko terjadinya penyakit infeksi. Keadaan kurang gizi mempunyai 32 efek terhadap mekanisme
pertahanan terhadap antigen, serta berpengaruh juga terhadap respon imun. Penurunan respon
tersebut yang dapat menyebabkan virus dengan mudah menginfeksi dan bereplikasi, sehingga
timbulah penyakit infeksi pada anak tersebut (Tambunan, 2019). Mengkonsumsi makanan yang
beragam, bergizi seimbang dan aman dapat memenuhi kecukupan gizi individu untuk tumbuh
dan berkembang. Makanan gizi seimbang yaitu asupan nutrisi yang cukup secara kuantitas,
kualitas, dan mengandung berbagai zat gizi (energi, protein, vitamin, dan mineral) yang
diperlukan tubuh untuk tumbuh, menjaga kesehatan , dan melakukan aktivitas sehari-hari
(Judistiani, 2015)
Asupan gizi pada masa kehamilan adalah semua nutrisi yang didapat bayi berasal dari
ibu. Bayi “memakan” apa yang dimakan ibu. Kebutuhan gizi akan meningkat pada fase
kehamilan, khususnya energi, protein, beberapa vitamin dan mineral seperti zat besi, asam folat,
kalsium serta nutrisi lain untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi. Ibu hamil
harus memperhatikan kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsinya karena dapat
menentukan kesehatan seumur hidup seorang anak – termasuk faktor pencetus terhadap penyakit
tertentu. Ibu hamil sebaiknya memakan makanan yang beragam, bergizi seimbang dan aman.
Sedangkan pada masa setelah kelahiran sampai dengan usia anak 2 tahun, perlu
diperhatikan asupan gizi diantaranya Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI Eksklusif hingga usia 6
bulan, ASI diteruskan hingga usia anak 2 tahun, dan Makanan Pendamping ASI (MPASI) sejak
bayi berusia 6 bulan.
2. Perbaikan Nutrisi
Makanan pendamping ASI (MPASI) berkualitas merupakan kunci dalam pencegahan dan
penanganan stunting. Strategi pemberian MPASI adalah tepat waktu (saat ASI saja tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi yaitu usia bayi sekitar 6 bulan), adekuat
(memenuhi kebutuhan energi, protein, dan mikronutrien), aman dan higienis (proses
persiapan dan pembuatan MPASI menggunakan cara, bahan, dan alat yang aman dan
higienis), dan diberikan secara responsif (MPASI diberikan secara konsisten esuai
dengan sinyal lapar atau kenyang dari anak.
Usia bayi sudah cukup aman (usia 6 bulan) untuk diberikan makanan.
Bayi sudah menunjukkan tanda kesiapan menerima makanan padat seperti
kepala sudah tegak, refleks menelan sudah baik.
Frekuensi dan jumlah takaran pemberian, serta tekstur makanan sesuai usia
bayi.
Asupan gizi selama masa kehamilan akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan sel-sel otak janin. Apabila asupan gizi tidak mengandung zat-zat gizi
yang dibutuhkan dan keadaan ini berlangsung lama akan menyebabkan perubahan
metabolisme dalam otak, akibatnya terjadi ketidakmampuan otak untuk berfungsi
normal. Dalam keadaan yang lebih berat, kekurangan asupan gizi dapat menyebabkan
gangguan perkembangan otak, perkembangan motorik, sensorik dan pertumbuhan
badan yang sehat serta pembentukan sistem kekebalan tubuh anak.
Kemenkes RI (2017) menyatakan makanan tambahan ibu hamil adalah suplementasi gizi
berupa biskuit lapis yang dibuat dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan
mineral yang diberikan kepada ibu hamil dengan kategori Kurang Energi Kronis (KEK) untuk
mencukupi kebutuhan gizi. Tiap kemasan primer (3 keping/60 gram) Makanan Tambahan Ibu
Hamil mempunyai kandungan gizi sebagai berikut:
a. 270 Kalori
b. Minimum 6 gram protein
c. Minimum 12 gram lemak
d. Diperkaya 11 macam vitamin (A, D E, B1, B2, B3, B5, B6, B12, C, Folat) dan 7 macam
mineral (Besi, Kalsium, Natrium, Seng, Iodium, Fosfor, Selenium).
1. Menurunkan angka kematian bayi karena hypothermia (suhu badan rendah dibawah
35 derajat Celsius) karena dada ibu dapat menghangati bayi dengan suhu yang tepat.
2. Bayi mendapatkan kolostrum yang kaya akan anti bodi, penting untuk
perkembangan usus dan ketahanan bayi terhadap infeksi.
3. Bayi akan terhindar dari bakteri meskipun tanpa dibersihkan maupun tak dilapisi
pembungkus karena bayi akan memperoleh zat kekebalan dari ASI.
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan dan minuman yang lain,
termasuk air putih sampai bayi berusia 6 bulan. Obat-obatan diperbolehkan selama ada
petunjuk dokter atau petugas kesehatan. ASI tetap yang terbaik dan kaya nutrisi dibandingkan
dengan susu formula, dalam ASI mengandung zat anti bodi yang bermanfaat bagi kekebalan
tubuh dari serangan virus dan bakteri, serta dapat mencegah resiko alergi dan asma pada anak.
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi karena memiliki kandungan zat gizi
yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Melalui Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF (2011)
merekomendasikan empat hal yang harus dilakukan untuk mencapai tumbuh kembang yang
optimal, yaitu memberikan ASI kepada bayi segera dalam 30 menit- 1 jam setelah kelahiran
bayi, memberikan ASI eksklusif sejak lahir sampai usia enam bulan, memberikan makanan
pendamping air susu ibu (MPASI) sejak usia 6-24 bulan, dan meneruskan pemberian ASI
sampai anak berusia 24 bulan atau lebih
Makanan Tambahan (MT) Balita adalah suplementasi gizi berupa makanan tambahan dalam
bentuk biskuit dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang
diberikan kepada bayi dan anak balita usia 6-59 bulan dengan kategori kurus. Bagi bayi dan anak
berumur 6-24 bulan, makanan tambahan ini digunakan bersama Makanan Pendamping Air Susu
Ibu (MP-ASI). Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) merupakan program intervensi
untuk anak-anak yang kurang gizi di mana saja untuk meningkatkan status gizi anak serta untuk
mencukupi kebutuhan gizi anak agar tercapainya status gizi dan gizi yang sesuai dengan anak-
anak tersebut.
Kemenkes RI (2017) menyatakan makanan tambahan balita adalah suplementasi gizi berupa
makanan tambahan dalam bentuk biskuit dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan
vitamin dan mineral yang diberikan kepada bayi dan anak balita usia 6-59 bulan dengan kategori
kurus. Bagi bayi dan anak berumur 6-24 bulan, makanan tambahan ini digunakan bersama
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Tiap kemasan primer (4 keping/40 gram)
Makanan Tambahan Balita mempunyai kandungan gizi sebagai berikut:
a. 160 Kalori
b. 3,2-4,8 gram protein
c. 4-7,2 gram lemak 16
d. Diperkaya dengan 10 macam vitamin (A, D, E, K, B1, B2, B3, B6, B12, Folat) dan 7
macam mineral (Besi, Iodium, Seng, Kalsium, Natrium, Selenium, Fosfor).
Sedangkan untuk makanan Tambahan Anak Sekolah adalah suplementasi gizi berupa
makanan tambahan dalam bentuk krekers/biskuit dengan formulasi khusus dan difortifikasi
dengan vitamin dan mineral yang diberikan kepada anak usia Sekolah Dasar/ Madrasah
Ibtidaiyah (SD/MI) dengan kategori kurus untuk mencukupi kebutuhan gizi. Tiap kemasan
primer (6 keping/36 gram) makanan tambahan anak Sekolah mempunyai kandungan gizi
sebagai berikut :
a. 144-216 Kalori
b. 3,96-5,76 gram protein
c. 5,04-7,56 gram lemak.
d. Diperkaya 11 macam vitamin (A, D E, B1, B2, B3, B5, B6, B12, C, Folat) dan 7 macam
mineral (Besi, Kalsium, Natrium, Seng, Iodium, Fosfor, Selenium)
G. Pemberian imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit tertentu, sehingga bila suatu saat terpapar dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Beberapa penyakit
menular yang termasuk ke dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
antara lain TBC, difteri, tetanus, hepatitis B, pertusis, campak, rubella, polio, radang selaput
otak, dan radang paru-paru. Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindungi dari berbagai
penyakit berbahaya tersebut, yang dapat menimbulkan kecacatan atau kematian. Imunisasi
dasar adalah imunisasi pertama yang perlu diberikan pada semua orang, terutama bayi dan
anak sejak lahir untuk melindungi tubuhnya dari penyakit-penyakit yang berbahaya.
Lima jenis imunisasi dasar yang idwajibkan pemerintah adalah imunisasi terhadap tujuh
penyakit yaitu, TBC (Tuberculosis), difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), poliomyelitis,
campak dan hepatitis B. Imunisasi dukung pencegahan stunting Selain pemenuhan kebutuhan
gizi, pencegahan stunting dapat dilakukan dengan imunisasi. Imunisasi merupakan salah satu
tindakan untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Sementara menurut
WHO, imunisasi adalah proses yang membuat seseorang menjadi kebal atau resisten
terhadap penyakit menular.
Pemberian imunisasi pada bayi, tepat pada waktunya merupakan faktor yang sangat
penting untuk kesehatan bayi. Imunisasi diberikan mulai dari lahir sampai awal masa kanak-
kanak. Melakukan imunisasi pada bayi merupakan bagian tanggung jawab orang tua terhadap
anaknya. Kebanyakan dari imunisasi adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh
terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal
kehidupan seorang anak.
Makanan tambahan pemulihan yang diberikan dalam bentuk biskuit dan atau berbasis
pangan lokal untuk balita kurus/gizi kurang usia 6-59 bulan dengan Z-score BB/PB atau BB/TB -
3SD sampai <-2SD yang diberikan minimal selama 90 hari. Selain itu makanan tambahan ini
bisa diberikan bersamaan dengan kegiatan penyuluhan gizi baik kelompok maupun individu.
Usia 6-11 bulan diberi 8 keping perhari, dan diberikan 12 keping perhari untuk usia 12-59 bulan.
Biskuit bisa langsung dikonsumsi atau bisa ditambahkan air matang terlebih dahulu dalam
mangkok kemudian dikonsumsi dengan sendok.Balita dengan Z-score < -2SD diberikan
makanan tambahan sampai status gizinya membaik atau mengalami peningkatan berat badan dan
nilai Z-score. Setelah itu dilanjutkan dengan konsumsi makanan keluarga bergizi seimbang.
I. Suplementasi Vitamin A
Suplementasi vitamin A terbukti bermanfaat menurunkan angka kematian anak. Studi
meta analisis di Asia, Afrika, dan Amerika menyimpulkan bahwa konsumsi vitamin A 5000-
200.000 IU dengan selama 3-17 bulan dapat memperbaiki pertumbuhan linear anak. WHO
merekomendasikan pemberian suplementasi vitamin A sebesar 100.000 U pada bayi usia 6-11
bulan, dan vitamin A 200.000 U tiap 6 bulan pada anak usia 12-59 bulan. Program ini sudah
diimplementasikan ke dalam program Kementerian Kesehatan Indonesia setiap bulan Februari
dan Agustus (bulan vitamin A).
1) Manfaat Taburia
Membantu balita tumbuh dan berkembang secara optimal (Vitamin A, B D, Seng,
Yodium, dan Zat Besi)
Meningkatkan daya tahan tubuh balita (Vitamin A, B, C, dan Zat Besi)
Meningkatkan nafsu makan balita (Vitamin B dan Seng)
Mencegah anemia akibat kekurangan Zat Besi pada balita
Mencegah kekurangan zat gizi
2) Keunggulan Taburia
Tidak mengubah kebiasaan makan balita sehari-hari
Tidak mengubah rasa, aroma ataupun bentuk makanan balita
Aman, tidak menimbulkan kecanduan
Memenuhi kebutuhan gizi balita akan 16 vitamin dan mineral penting sehari-hari
Halal, tidak mengandung alkohol dan unsur babi.
Oleh karenanya, lakukan pencegahan dengan baik dan jika mengalami gejala yang disebutkan
diatas segera berkonsultasi dengan dokter kandungan.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) mencakup semua perilaku yang dilakukan
atas kesadaran untuk meningkatkan kesehatan, individu, keluarga, dan masyarakat.
PHBS di tingkat rumah tangga meliputi mencuci tangan dengan sabun dan air bersih,
menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik nyamuk,
mengonsumsi buah dan sayur, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan menghindari
rokok. Selain itu, PHBS juga meliputi persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan, pemberian ASI eksklusif, dan pengukuran berat badan bayi dan balita
secara berkala
BAB V
PENGENDALIAN MUTU
1. Pengertian
Pengendalian mutu merupakan bentuk yang dilakukan untuk perbaikan yang terjadi sesuai
dengan tujuan agar semua kegiatan dapat tercapai secara berdayaguna dan berhasilguna yang
dilaksanakan sesuai dengan rencana, pembagian tugas, rumusan kerja, pedoman pelaksanaan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
2.Tujuan
1 Tujuan Umum
Pengen mutu pelayanan gizi di Rumah Sakit Harapan Pematang Siantar bertujuan untuk
menjamin ketepatan dan keamanan pelayanan gizi.
2 Tujuan Khusus
Pelayanan gizi rumah sakit dikatakan berkualitas bila hasil pelayanan mendekati hasil yang
di harapkan dan dilakukan sesuai dengan standard dan prosedur yang berlaku. Indikator mutu
pelayanan gizi mencerminkan mutu kinerja instalasi gizi dalam ruang lingkup kegiatan sehingga
dapat dinilai apakah kegiatan berjalan sesuai dengan yang ditetapkan atau tidak dan sebagai alat
untuk mendukung pengambilan keputusan dalam rangkap perencanaan kegiatan untuk masa
yang akan datang.
Dalam Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit (Depkes RI, 2008) ditetapkan bahwa
Indikator Standar PelayananGizi meliputi :
BAB VII
PENUTUP
Pedoman Pelayanan Rumah Sakit Harapan Pematang Siantar bertujuan sebagai acuan
professional dalam mengelola dan melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit secara tepat bagi
pasien sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat khususnya Kota Pematang siantar
Demikian program kerja Tim Program Penurunan Prevalensi Stunting dan Wasting ini disusun
sebagai rencana kerja di bagian rawat inap, rawat jalan dan igd untuk tahun 2022 dalam rangka
menurukan prevalensi stunting dan wasting