Anda di halaman 1dari 53

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuk kepada kita sehingga berhasil
menyusun buku Pedoman Kerja Tim Penanganan Stunting dan Wasting
Rumah Sakit Harapan Pematang Siantar. Rumah Sakit merupakan sarana
pelayanan kesehatan yang saat ini makin berkembang seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi, dilain pihak rumah sakit
menghadapi tantangan yang makin besar.
Buku Pedoman Kerja Tim Penanganan Stunting dan Wasting ini
bertujuan untuk mendukung keselamatan pasien dan mencari jalan untuk
bekerjasama lebih efektif dan efisien, untuk menajmin asuhan pasien
yang diberikan aman dan bermutu tinggi
Kami menyadari bahwa buku ini masih belum sempurna. Untuk itu
kami harapkan masukan bagi penyempurnaan buku ini di kemudian hari.
Untuk itu tim penyusun mengucapkan terimakasih dan harapan kami
semoga buku ini dapat dipergunakan dengan baik
Pematang Siantar,
Tim Penyusun

dr.S.L.Margaretha Gultom Sp.A


Ketua Tim Penanganan Stunting
dan Wasting

Kebijakan Penanganan Stunting dan Wasting i


DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................... ii

Bab I. Pendahuluan ............................................................................ 1

BAB II. Pengoranisasian ................................................................... 7

Bab III. Sarana Prasarana.................................................................. 18

BAB IV. Tatalaksana Pelayanan........................................................ 19

BAB V. Pengendalian Mutu............................................................... 44

BAB VI. Penutup .............................................................................. 45

Kebijakan Penanganan Stunting dan Wasting ii


Kebijakan Penanganan Stunting dan Wasting iii
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT HARAPAN
PEMATANG SIANTAR
NOMOR 063/RSH/PER/DIR/X/2022

TENTANG
KEBIJAKAN TIM STUNTING DAN WASTING DI RUMAH SAKIT
HARAPAN PEMATANG SIANTAR

DIREKTUR RUMAH SAKIT HARAPAN

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan


Rumah Sakit Harapan, maka diperlukan Tim
Penanganan Stunting dan Wasting yang bermutu
tinggi;
b. bahwa agar pelayanan Tim Penanganan Stunting
dan Wasting di Rumah Sakit Harapan dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan
Direktur Rumah Sakit Harapan sebagai landasan
bagi penyelenggaraan pelayanan Tim Penanganan

Kebijakan Penanganan Stunting dan Wasting iv


Stunting dan Wasting di Rumah Sakit Harapan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai mana
dimaksud dalam a dan b perlu ditetapkan kebijakan
yang baru dengan peraturan Direktur Rumah Sakit
Harapan
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
3. Peraturan Presiden No.72 tahun 2021 tentang
Percepatan Penurunan Stunting.
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 29 tahun 2019
tentang Penanggulangan Masalah gizi bagi Anak
Akibat Penyakit.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 12 Tahun
2020 tentang Akreditasi Rumah Sakit.
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1333/MENKES/SK/XII/1999 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit;
7. Surat Keputusan Pengurus Yayasan Harapan Penuh
Rahmat nomor : 130/YHPR/10/III/2021 tentang
pengangkatan dr Manora Nababan sebagai Direktur
Rumah Sakit Harapan Pematang Siantar

Kebijakan Penanganan Stunting dan Wasting v


MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
HARAPAN PEMATANG SIANTAR TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN STUNTING DAN
WASTING UNIT GIZI DI RUMAH SAKIT
HARAPAN PEMATANG SIANTAR.
Ditetapkan di : Pematang Siantar
Pada tanggal : 15 Oktober 2022
RUMAH SAKIT HARAPAN

dr. Manora Nababan, MKM


Direktur RS Harapan

Kebijakan Penanganan Stunting dan Wasting vi


Pasal 1
PELAYANAN
Rumah sakit Melaksanakan Program Penanganan Stunting dan
Wasting.
Pasal 2
SUMBER DAYA MANUSIA
1. Rumah Sakit menetapkan tenaga kesehatan yang kompeten untuk
Program Penanganan Stunting dan Wasting.
2. Tim Penanganan Stunting dan Wasting dipimpin oleh dokter
Spesialis anak.
3. Unsur Tim Penanganan Stunting dan Wasting terdiri dari: Ketua,
Sekretaris, Staf Medis, Tim, Perawat, Gizi , Farmasi, Tim PKRS.

Pasal 3
JENIS PELAYANAN
1. Rumah Sakit dalam melaksanakan prevalensi stunting dan wasting
melakukan pelayan sebagai berikut :
a. Kegiatan sosialisasi tentang Penanganan Stunting dan
Wasting.
b. Peningkatan Efektifitas
c. Penguatan Surveilans Gizi
2. Rumah Sakit dalam pelayanan melakukan pendampingan intervensi
dan pengetahuan gizi serta penguatan jejaring rujukan.

Kebijakan Penanganan Stunting dan Wasting vii


Pasal 4
PELAPORAN DAN EVALUASI
1. Rumah Sakit telah menetapkan sistem fasilitas dan evaluasi.
2. Rumah Sakit melakukan pencatatan dan pelaporan serta analisa
bilamana dijumpai kasus masalah gizi (Stunting dan Wasting).
3. Pelaporan diberikan pada direktur setiap 3 bulan
4. Pelaporan Menggunakan aplikasi EPPGM
5. Pelaporan ke Dinas Kesehatan Kota Pematang Siantar dijadwalkan
bila ditemukan Masalah.

Pasal 5
PENUTUP
1. Peraturan direktur ini mulai berlaku pada tanggal yang ditetapkan
2. Agar setiap orang mengetahuinya dan mematuhi peraturan direktur
ini

Ditetapkan di : Pematang Siantar


Pada tanggal : 15 Oktober 2022
DIREKTUR RUMAH SAKIT HARAPAN

dr Manora Nababan, MKM

Kebijakan Penanganan Stunting dan Wasting viii


Kebijakan Penanganan Stunting dan Wasting ix
Lampiran I
Peraturan Direktur RS Harapan Pematangsiantar
Nomor :063/RSH/PER/X/2022 Tentang Kebijakan Penangan
Stunting dan Wasting Rumah Sakit Harapan

PEDOMAN KERJA PENANGANAN STUNTING DAN WASTING


RUMAH SAKIT HARAPAN PEMATANG SIANTAR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan


berkembang secara optimal. Anak dengan kekurangan asupan gizi
dan/atau penyakit dapat menimbulkan masalah gizi yang menghambat
pertumbuhan dan perkembangan sehingga diperlukan upaya
penanggulangan masalah gizi

Stunting merupakan suatu kondisi dimana tinggi badan seseorang


lebih pendek dibandingkan dengan tinggi badan orang lain yang sesuai
pada umumnya. Stunting atau yang disebut kerdil adalah kondisi gagal
tumbuh pada anak dibawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi
kronis, infeksi berulang dan stimulasi psikososial yang tidak memadai
terutama dalam 1000 (seribu) Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK),
yaitu dari janin sampai anak berusia dua tahun. Hal ini ditunjukkan

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 1


dengan indikator tinggi badan menurut umur (TB/U) dengan nilai z-skor
dibawah minus 2.

Anak yang terkena stunting akan memiliki tingkat kecerdasan


tidak maksimal yang berdampak menyebabkan gangguan perkembangan
kognitif, meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, menurunnya
tingkat produktivitas dan kematian. Faktor penyebab stunting selain
karna kurangnya gizi pada bayi bisa juga disebabkan karena rendahnya
pendidikan atau kurangnya pengetahuan orang tua mengenai stunting.
Kondisi kandungan pada ibu yang kurang baik atau lemah, salah satu
penyebabnya karena belum cukup umur pada wanita untuk memasuki
usia kehamilan atau menikah pada usia muda yang menyebabkan adanya
beberapa masalah dalam kandungan yang kemudian melahirkan bayi
stunting. Faktor lainnya adalah kesehatan lingkungan pada masyarakat
dan rendahnya perekonomian dalam keluarga sehingga tidak
tercukupinya kebutuhan gizi pada kesehatan ibu hamil dan bayi.

Penyebab stunting yaitu faktor multidimensi, diantara praktik


pengasuhan gizi yang kurang baik, termasuk juga kurangnya
pengetahuan pada ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada
masa kehamilan serta setelah ibu melahirkan. Penanganan stunting
dilakukan melalui Intervensi Spesifik dan Intervensi Sensitif pada sasaran
1.000 hari pertama kehidupan seorang anak. Kerangka kegiatan
intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan pada sektor kesehatan.

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 2


Idealnya dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan diluar sektor
kesehatan dan berkontribusi pada 70% intervensi stunting.

Wasting adalah kondisi ketika berat badan balita menurun sangat


kurang, atau berada di bawah rentang normal. Wasting merupakan
kondisi kekurangan gizi akut dimana BB anak tidak sesuai dengan TB
atau nilai Z-score kurang dari -2SD (Standar Deviasi). Balita yang
mengalami wasting umumnya memiliki proporsi tubuh yang kurang
ideal. Wasting membuat berat badan balita tidak sepadan dengan tinggi
badan untuk anak seusianya. (Kemenkes RI, 2020).

Wasting merupakan kelompok gizi kurang, secara langsung


disebabkan oleh inadekuat zat gizi dan penyakit infeksi sedangkan
penyebab pokok masalah gizi kurang meliputi: ketahanan pangan yang
tidak memadai, perawatan ibu dan pelayanan kesehatan yang tidak
memadai (kemenkes RI, 2017a). Wasting yang disebabkan oleh defisit
asupan energi yang terjadi secara alamiah sehubungan dengan
ketidaktahanan pangan serta kelaparan (Barasi, 2003). Faktor risiko
terjadi wasting meliputi: pemberian ASI, berat badan bayi lahir,
kunjungan ANC, status pekerjaan ibu, tingkat pendidikan (Puspitasari et
al., 2018).

Anak balita (0-5 tahun) merupakan kelompok umur yang paling


sering menderita akibat kekurangan gizi, terutama anak kategori usia 6–
24 bulan dimana kelompok umur tersebut merupakan saat periode

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 3


pertumbuhan kritis dan kegagalan tumbuh (growth failure) mulai terlihat
(kemenkes RI, 2017a).

1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
Sebagai acuan bagi pimpinan dan pengelola program penangan stunting
dan wasting dalam rangka menurunkan prevalensi gizi buruk.

1.2.2 Khusus
1. Melaksanakan dan mengembangkan standar penangan gizi buruk
pada balita
2. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak termasuk
kepedulian terhadap dampak kekurangan gizi pada balita.
3. Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan penangan
kasus stunting dan wasting bagi sarana pelayanan kesehatan
lainnya.
4. Melaksanakan sistem monitoring dan evaluasi penanganan
stunting dan wasting.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup penurunan stunting berkaitan dengan intervensi gizi
spesifik dengan sasaran ibu hamil dan anak usia di bawah 2 tahun.

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 4


1.4 Batasan Operasional

1. Pemberiaan vitamin A balita, ASI eksklusif,  

2. Stimulasi, Deteksi dan lntervensi Dini Tumbuh Kembang Anak


(SDIDTK),
3. Pendidikan Gizi berupa Promosi dan Kampanye gizi seimbang.
4. Penyediaan zat besi dan obat cacing ibu hamil

1.5 Landasan Hukum

1. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


2. Peraturan Presiden RI Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan
Penurunan Stunting
3. Peraturan Presiden RINo.72 tahun 2021 tentang Percepatan
Penurunan Stunting.
4. Peraturan Pressiden RI No.83 tahun 2017 tentang kebijakan
strategis pangan dan gizi.
5. Peraturan Presiden RI No.42 tahun 2013 tentang Gerakan
nasional percepatan perbaikan gizi.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 29
Tahun 2019 Tentang Penanggulangan Masalah Gizi Bagi Anak
Akibat Penyakit.

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 5


7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1333/MENKES/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit;

BAB II
PENGORGANISASIAN

2.1 Visi, Misi, dan Falsafah

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 6


Visi : Pelayanan kesehatan berkualitas yang disemangati
nilai-nilai kristiani
Misi : 1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
bermutu
2. Menyediakan sarana kesehatan
3. Mengembangkan SDM yang professional
Falsafah Falsafah, damai dan kelembutan merupakan dasar
pelayanan sebagai tanda hormat terhadap martabat
manusia

2.2 Struktur Organisasi Tim Penanganan Stunting dan Wasting

DIREKTUR

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 7


Ketua

Sekretaris

Koordinator Gizi Koordinator Koodinator Koordinator


Farmasi PKRS Pelayanan/Pelaksana

2.3 Struktur Personalia

No JABATAN KUALIFIKASI KETERANGAN


PENDIDIKAN
1 Ketua Dokter Spesialis Anak -

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 8


2 Sekretaris Sarjana Keperawatan Dibantu Unit
Perinatologi

3 Staf Medis  Dokter Spesialis Dibantu oleh Poli


Obygn Anak
 Dokter Spesialis
Anak
4 Koordinator D-III Gizi Dibantu Unit Gizi
Gizi

5 Koordinator Sarjana Profesi Apoteker Dibantu Instalasi


Farmasi Farmasi

6 Koordinator Semua Tim PKRS Dibantu Tim


PKRS PKRS

7 Koordinator D-III -
Pelaksana Keperawatan/Kebidanan

2.4 Analisa Jabatan

Susunan Tim Stunting dan Wasting terdiri dari: ketua tim dan anggota.
Kualifikasi ketua Tim Stunting dan Wasting adalah seorang dokter
spesialis anak. Keanggotan Tim Stunting dan Wasting paling sedikit
terdiri atas tenaga kesehatan yang kompeten, yaitu unsur:
Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 9
1. Dokter Spesialis Anak
2. Staf Medis ( Dokter Spesialis Obgyn dan Dokter Spesialis Anak).
3. Koordinator Unit Gizi .
4. Koordinator Instalasi Farmasi.
5. Staf Keperawatan
6. Staf Kebinanan.
7. Tim PKRS.

Uraian Tugas Dan Wewenang

1. Ketua
a. Mengkoordinir Kegiatan sosialisasi dan pelatihan staf
tenaga kesehatan rumah sakit tentang program stunting
dan wasting

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 10


b. Mengkoordinir penyusunan program kerja penanganan
stunting dan wasting
c. Mengelola administrasi surat-surat dengan tim stunting
dan wasting.
d. Mengkoordinasikan selama kegiatan meliputi :
Pemberian Makanan Tambahan, pemberian vitamin A,
pemberian obat cacing pada ibu hamil.
e. Menyelenggarakan pelayanan, memantau tumbuh
kembang bayi.
f. Mengevaluasi kegiatan secara berkala
g. Melaporkan kegiatan secara berkala kepada penanggung
jawab.

2. Sekretaris.
a. Membuat undangan rapat dan membuat notulen
b. Mengelola administrasi surat-surat dengan tim stunting
dan wasting.
c. Mencatat data-data yang berhubungan dengan kegiatan.

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 11


d. Memberikan bantuan-bantuan yang diperlukan oleh
penanggung jawab sosialisasi dari suksesnya program.
3. Staf Medis.
A. Dokter Spesialis Obgyn
 Penanggung jawab pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal.
 Dokter konsultan pada kasus kegawatan Maternal.
 Melaksanakan koordinasi dengan seluruh anggota
Tim dalam rangka optimalisasi pelayanan.
 Mengkoordinir pemberian obat cacing pada ibu
hamil, bilamana diperlukan.
B. Dokter Spesialis Anak.
 Memantau Tumbuh Kembang Anak
 Memantau pemberian makanan bayi dan anak,
Makanan tambahan balita gizi kurang.
 Pemberian imunisasi anak.
 Melakukan pemberian Vitamin A pada anak,
pemberian taburia pada baduta ( Bayi Bawah dua
tahun).
4. Koordinator Gizi.
a. Membuat jenis makanan tambahan pada balita dengan
gizi kurang.

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 12


b. Membuat brosur, leaflet pada gizi yang seimbang dalam 1
porsi.
c. Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil.
d. Membuat pencatatan dan pelaporan kasus masalah gizi.
5. Koordinator Farmasi.
a. Melakukan inventaris ketersediaan obat-obatan untuk
penanganan kasus pasien maternal dan neonatal.
b. Menjamin ketersediaan obat-obatan untuk penanganan
kasus pasien maternal dan neonatal.
c. Ketersediaan dan menjamin siap pakai untuk obat
emergency pada pasien maternal dan neonatal.
6. Koordinator PKRS
a. Membuat informasi/brosur yang membantu para ibu
mencegah stunting dan meningkatkan kualitas kesehatan
anak.
b. Melakukan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
dibidang kesehatan keluarga.
c. Membuat perencanaan Promosi Kesehatan kepada
Jejaring Rumah Sakit kelas dibawahnya dan FKTP
diwilayah kerja.
7. Koordinator Pelaksana ( Perawat & Bidan)

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 13


a. Koordinator dan Pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai
dengan standar asuhan keperawatan di
Instalasi/Unit/Ruangan masing-masing.
b. Koordinator dan Pelaksana tindakan emergency pada
pasien maternal, neonatal, dan perinatal sesuai dengan
Standar Prosedur Operasional yang berlaku.
c. Memantau dan memastikan ketersediaan tempat untuk
pasien maternal dan neonatal khususnya untuk pasien
emergency ( Resiko Tinggi).

2.5 Tata Hubungan Kerja

RAWAT
JALAN

TIM PENANGANAN
RAWAT
Pedoman Kerja Penanganan Stunting
INSTALASI STUNTINGDan DAN
Wasting RS. Harapan 14 INAP
FARMASI WASTING
TIM PKRS UNIT GIZI

Tim Stunting dan Wasting rumah sakit dibentuk dengan tujuan


mempercepat penanganan stunting dan wasting dalam kerangka
kebijakan dan institusi yang ada. melalui perencanaan, pengorganisasian
tim Stunting dan Wasting di rumah sakit melalui perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.

Dalam melaksanakan tugas, Tim Stunting dan Wasting


bertanggungjawab langsung kepada Direktur Rumah Sakit Harapan
Pematang Siantar. Keputusan Direktur Rumah Sakit Harapan Pematang
Siantar tersebut berisi uraian tugas tim secara lengkap, yang
menggambarkan garis kewenangan dan tanggung jawab serta koordinasi
antar-unit terkait dirumah sakit.

Dalam keadaan keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM), maka


rumah sakit dapat menyesuaikan keanggotan tim Stunting dan Wasting

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 15


berdasarkan ketersediaan SDM yang terlibat dalam program percepatan
penurunan prevalensi Stunting dan Wasting di rumah sakit.

2.6 Pertemuan dan Rapat


1. Rutin.
Dilaksanakan per 3 bulan.
2. Tahunan.
 Dilaksanakan sekali setahun
 Membuat program kerja dan evaluasi kerja.

2.7 Pelaporan dan Evaluasi

1. Membuat pencatatan dan pelaporan kasus stunting dan


wasting secara manual dan elektronik menggunakan program
e-PPGBM.
2. Tim Melapor kepada Direktur Rumah Sakit Harapan per
Semester.
3. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan dilaksanakan
secara rutin sesuai dengan jadwal pelaksanaan setiap kegiatan.

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 16


BAB III
SARANA DAN PRASARANA

1.
2.
3.
4.
5.
1.

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 17


3.1 Denah Ruangan.
RS Harapan Pematang Siantar memiliki pelayanan program
penurunan prevalensi stunting dan wasting bergabung di poliklinik
anak.
3.2 Standar Fasilitas
1. Timbangan berat badan bayi
2. Timbangan berat badan digital
3. Pita meter
4. Buku KMS
5. Buku tulis
6. Komputer
7. Smart tv

3.3 Dukungan Manajemen.


1. Pengembangan Sumber daya Manusia
2. Pelatihan dan pendidikan Khusus
3. Biaya yang mendukung kegiatan promosi melalui PKRS,
Gizi, Farmasi, dll.

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
A. 1000 HPK
1000 HPK adalah fase kehidupan yang dimulai sejak
terbentuknya janin pada saat kehamilan (270 hari) sampai dengan

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 18


anak berusia 2 tahun (730 hari). Pada periode inilah organ-organ vital
(otak, hati, jantung, ginjal, tulang, tangan atau lengan, kaki dan organ
tubuh lainnya mulai terbentuk dan terus berkembang. 1000 HPK
disebut periode emas karena pada periode ini terjadi perkembangan
yang sangat cepat sel-sel otak dan terjadi pertumbuhan serabut-
serabut saraf dan cabang-cabangnya sehingga terbentuk jaringan saraf
dan otak yang kompleks.
Perkembangan otak ini hampir sempurna yaitu mencapai 80%,
sehingga akan menentukan kualitas manusia dimasa depan. Asupan
nutrisi yang tidak tepat (malnutrisi) terutama pada 1000 hari pertama
kehidupan dapat memberikan dampak akut yaitu anak terlihat lemah
secara fisik. Bila kekurangan gizi dialami dalam jangka waktu yang
lama atau kronis, terutama yang terjadi sebelum usia dua tahun, akan
menghambat pertumbuhan fisik anak sehingga menjadi pendek
(stunting). ASI eksklusif berkontribusi besar terhadap tumbuh
kembang yang optimal karena ASI mampu mencukupi kebutuhan
bayi sejak lahir sampai usia 24 bulan.

1. Asupan Nutrisi
Asupan nutrisi merupakan makanan bergizi yang digunakan
untuk mencukupi kebutuhan tubuh. Asupan nutrisi pada anak yang tidak
adekuat dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan
perkembangan anak, bahkan apabila kondisi tersebut tidak ditangani

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 19


dengan baik maka risiko kesakitan dan kematian anak akan meningkat.
Selain itu tidak terpenuhinya nutrisi dalam tubuh dapat berpengaruh
terhadap sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh yang lemah
menyebabkan anak lebih rentan terkena penyakit menular dari
lingkungan sekitarnya terutama pada lingkungan dengan sanitasi yang
buruk maupun dari anak lain atau orang dewasa yang sedang sakit.
Karena daya tahan tubuh lemah, anak dengan asupan nutrisi tidak
adekuat sering kali mengalami infeksi saluran cerna berulang. Infeksi
saluran cerna inilah yang meningkatkan risiko kekurangan gizi semakin
berat karena tubuh anak tidak dapat menyerap nutrisi dengan baik.
Status gizi yang buruk dikombinasikan dengan infeksi dapat
menyebabkan keterlambatan pertumbuhan (Septikasari, 2018).
Kekurangan salah satu zat gizi dapat menyebabkan kekurangan zat gizi
lainnya. Sebagai contoh kekurangan zat besi, magnesium dan zinc dapat
menyebabkan anoreksia yang berakibat tidak terpenuhinya zat gizi yang
lain seperti protein. Kekurangan protein dapat mengganggu tumbuh
kembang anak sehingga dapat menimbulkan komplikasi jangka panjang.
Tidak terpenuhinya nutrisi juga berdampak pada perkembangan
otak dan kapasitas intelektual di masa kritis pertumbuhannya yang
menyebabkan penurunan kecerdasan. Apabila asupan zat gizi tidak
adekuat terus berlanjut dan semakin buruk maka dapat mnyebabkan
kematian pada anak (Septikasari, 2018).

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 20


Kurang gizi pada anak menurunkan sistem imun yang akhirnya
akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit infeksi. Keadaan kurang
gizi mempunyai 32 efek terhadap mekanisme pertahanan terhadap
antigen, serta berpengaruh juga terhadap respon imun. Penurunan respon
tersebut yang dapat menyebabkan virus dengan mudah menginfeksi dan
bereplikasi, sehingga timbulah penyakit infeksi pada anak tersebut
(Tambunan, 2019). Mengkonsumsi makanan yang beragam, bergizi
seimbang dan aman dapat memenuhi kecukupan gizi individu untuk
tumbuh dan berkembang. Makanan gizi seimbang yaitu asupan nutrisi
yang cukup secara kuantitas, kualitas, dan mengandung berbagai zat gizi
(energi, protein, vitamin, dan mineral) yang diperlukan tubuh untuk
tumbuh, menjaga kesehatan , dan melakukan aktivitas sehari-hari
(Judistiani, 2015)
Asupan gizi pada masa kehamilan adalah semua nutrisi yang
didapat bayi berasal dari ibu. Bayi “memakan” apa yang dimakan ibu.
Kebutuhan gizi akan meningkat pada fase kehamilan, khususnya energi,
protein, beberapa vitamin dan mineral seperti zat besi, asam folat,
kalsium serta nutrisi lain untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Ibu hamil harus memperhatikan kualitas dan
kuantitas makanan yang dikonsumsinya karena dapat menentukan
kesehatan seumur hidup seorang anak – termasuk faktor pencetus
terhadap penyakit tertentu. Ibu hamil sebaiknya memakan makanan yang
beragam, bergizi seimbang dan aman.

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 21


Sedangkan pada masa setelah kelahiran sampai dengan usia anak
2 tahun, perlu diperhatikan asupan gizi diantaranya Inisiasi Menyusu
Dini (IMD), ASI Eksklusif hingga usia 6 bulan, ASI diteruskan hingga
usia anak 2 tahun, dan Makanan Pendamping ASI (MPASI) sejak bayi
berusia 6 bulan.

2. Perbaikan Nutrisi

Nutrisi merupakan komponen yang penting dalam penatalaksanaan


stunting. Perbaikan nutrisi dapat dilakukan dengan pemberian MPASI
berkualitas dan suplementasi vitamin. Keragaman bahan pangan dan
konsumsi makanan dari sumber hewani berhubungan dengan perbaikan
pertumbuhan linear.

1. Makanan Pendamping ASI Berkualitas

Makanan pendamping ASI (MPASI) berkualitas merupakan kunci


dalam pencegahan dan penanganan stunting. Strategi pemberian
MPASI adalah tepat waktu (saat ASI saja tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan bayi yaitu usia bayi sekitar 6 bulan), adekuat
(memenuhi kebutuhan energi, protein, dan mikronutrien), aman dan

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 22


higienis (proses persiapan dan pembuatan MPASI menggunakan cara,
bahan, dan alat yang aman dan higienis), dan diberikan secara
responsif (MPASI diberikan secara konsisten esuai dengan sinyal
lapar atau kenyang dari anak.

 Usia bayi sudah cukup aman (usia 6 bulan) untuk


diberikan makanan.
 Bayi sudah menunjukkan tanda kesiapan menerima
makanan padat seperti kepala sudah tegak, refleks
menelan sudah baik.
 Frekuensi dan jumlah takaran pemberian, serta
tekstur makanan sesuai usia bayi.
Asupan gizi selama masa kehamilan akan mempengaruhi
dan menentukan perkembangan sel-sel otak janin. Apabila
asupan gizi tidak mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan dan
keadaan ini berlangsung lama akan menyebabkan perubahan
metabolisme dalam otak, akibatnya terjadi ketidakmampuan
otak untuk berfungsi normal. Dalam keadaan yang lebih berat,
kekurangan asupan gizi dapat menyebabkan gangguan
perkembangan otak, perkembangan motorik, sensorik dan
pertumbuhan badan yang sehat serta pembentukan sistem
kekebalan tubuh anak.

2. Pemberian Makanan Sumber Protein Hewani

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 23


Protein adalah makronutrien yang terdiri dari asam amino.
Tubuh manusia bisa menyintesis sejumlah asam amino
(nonesensial), tetapi asam amino esensial hanya dapat
diperoleh dari makanan. Asam amino memiliki banyak peran
pengaturan dalam pertumbuhan manusia dan metabolisme,
seperti sintesis hormon dan hormon tiroid), pengangkut
protein membran sel atau reseptor, dan pembentukan tulang
panjang dan sendi., terutama sumber hewani dalam bentuk
susu. Efek susu pada pertumbuhan lebih tinggi dari sumber
protein hewani lain seperti daging atau telur, dan jauh lebih
tinggi dari protein nabati seperti kedelai, kacang-kacangan,
dan oat.
Protein hewani mengandung lebih banyak asam amino
esensial dan asam amino Asupan protein 12-15% asupan
aman protein adalah 11,6 gram/hari untuk anak usia 1 tahun
dan 11,9 gram/hari untuk usia 2 tahun. Kebutuhan ini dapat
dipenuhi dengan 300–350 ml susu sapi. Studi di Indonesia
menyatakan bahwa konsumsi 300 ml susu formula
pertumbuhan dapat mencegah stunting pada anak usia 1-3
tahun.
3. Pemberian Makanan Pendamping Kaya Lemak
Kualitas lemak pada makanan pendamping ASI sangat
penting. Asupan long‐chain‐polyunsaturated fatty acids,

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 24


terutama omega 3 dan 6 sangat penting pada tahun-tahun
pertama kehidupan. Asupan lemak yang rendah memiliki efek
negatif pada perkembangan kognitif dan fungsi imun. Sumber
omega 3 yang sering ditemukan antara lain ikan dan minyak
nabati. Minyak kedelai dan rapeseed oil mengandung omega
3 yang tinggi; sedangkan minyak sawit, minyak bunga
matahari, dan minyak kacang (peanut oil) memiliki
kandungan omega 3 yang rendah. Rekomendasi persentase
energi dari lemak pada MPASI adalah 30-45%. Beberapa susu
formula yang tersedia kini sudah difortifikasi dengan omega 3
dan omega 6.
4. Suplementasi Zinc
Zinc terbukti dapat menurunkan insidensi diare
dan pneumonia, mendukung pertumbuhan linear, dan
memiliki efek positif dalam menurunkan angka kematian
terkait penyakit infeksi. Studi meta analisis di Asia, Afrika,
dan Amerika menyimpulkan bahwa penggunaan zinc dengan
dosis 5-40 mg/hari selama 2-12 bulan dapat memperbaiki
pertumbuhan linear. Pada bayi usia 6-23 bulan, suplementasi
zinc diberikan rutin selama minimal 2 bulan setiap 6 bulan
sekali. Suplementasi 10 mg zinc setiap hari selama 24 minggu
dapat menambah tinggi badan. Angka kecukupan zinc adalah
3-16 mg/hari

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 25


B. Suplementasi tablet zat besi dan asam folat
Tablet zat besi (Fe) merupakan tablet mineral yang diperlukan
oleh tubuh untuk pembentukan sel darah merah atau hemoglobin. Unsur
Fe merupakan unsur paling penting untuk pembentukan sel darah
merah. Zat besi secara alamiah didapatkan dari makanan. Jika manusia
kekurangan zat besi pada menu makanan yang dikonsumsinya sehari-
hari, dapat menyebabkan gangguan anemia gizi (kurang darah). Tablet
zat besi (Fe) sangat dibutuhkan oleh wanita hamil, sehingga ibu
hamil diharuskan untuk mengonsumsi tablet Fe minimal sebanyak 60
tablet selama kehamilannya.
Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) pada rematri, dan ibu
hamil merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk
memenuhi asupan zat besi. Pemberian TTD dengan dosis yang tepat
dapat mencegah anemia dan meningkatkan cadangan zat besi di dalam
tubuh. Program Pemberian tablet Fe adalah pemberian tablet untuk
suplementasi penanggulangan Anemia Gizi yang setiap tablet
mengadung zat besi setara 60 mg besi elemental dan 400 mcg asam folat
(Kemenkes, 2016)
Konsumsi zat besi secara terus menerus tidak akan menyebabkan
keracunan karena tubuh mempunyai sifat autoregulasi zat besi. Bila
tubuh kekurangan zat besi, maka absorpsi zat besi yang dikonsumsi akan
banyak, sebaliknya bila tubuh tidak mengalami kekurangan zat besi maka
absorpsi besi hanya sedikit, oleh karena itu TTD aman untuk dikonsumsi.

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 26


Namun, konsumsi TTD secara terus menerus perlu mendapat perhatian
pada sekelompok populasi yang mempunyai penyakit darah seperti
thalassemia, hemosiderosis (Kemenkes, 2016).
Asam folat merupakan salah satu jenis vitamin B, yakni vitamin
B 9. Zat ini sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kesehatan
tubuh. Zat ini juga berfungsi sebagai salah satu bahan dalam
pembentukan sel darah merah, sehingga akan memberikan manfaat
pada ibu hamil. Selain itu, asam folat untuk ibu hamil juga sangat
penting karena dapat mencegah terjadinya cacat bawaan, seperti spina
bifida (yakni kondisi terdapatnya celah di tulang belakang), kecacatan
otak (anensefali). Asam folat juga berperan dalam pembentukan,
perbaikan, dan fungsi DNA, yang akan memengaruhi pertumbuhan
plasenta dan perkembangan janin. Untuk ibu hamil, disarankan untuk
memenuhi kebutuhan asam folat sebanyak 500 mikrogram per hari.
Untuk mencapai kebutuhan tersebut, dapat dilakukan dengan
mengkonsumsi makanan tinggi asam folat, seperti bayam, buncis,
brokoli, kacang hijau, hati, dsb. Namun pada kondisi dimana asam
folat tidak dapat terpenuhi dari makanan, maka pemberian suplemen
tablet asam folat dapat dilakukan. Mengenai dosis tablet asam folat
pada ibu hamil umumnya adalah 400 mcg (mikrogram) per hari,
C. Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil
Ibu hamil dengan status Kurang Energi Kronis (KEK) dapat
berdampak pada pertumbuhan dan kesehatan bayinya. Kurang Energi

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 27


Kronis (KEK) merupakan suatu keadaan kekurangan makanan dalam
waktu yang lama sehingga menyebabkan ukuran Indeks Massa Tubuhnya
(IMT) di bawah normal kurang dari 18,5 untuk orang dewasa (Persagi,
2009). Oleh karena itu, Pemberian makanan tambahan khususnya bagi
kelompok rawan merupakan salah satu strategi suplementasi dalam
mengatasi masalah gizi (Kemenkes RI, 2017).

Pemberian makanan tambahan kepada kelompok rawan gizi pada


dasarnya bertujuan untuk meningkatkan asupan gizi yang pada akhirnya
dapat meningkatkan status gizi sasaran. Peran serta semua pihak sangat
diharapkan dalam mendukung keberhasilan kegiatan pemberian makanan
tambahan kepada sasaran (Kemenkes RI, 2017)

Kemenkes RI (2017) menyatakan makanan tambahan ibu hamil


adalah supplementasi gizi berupa biskuit lapis yang dibuat dengan
formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang
diberikan kepada ibu hamil dengan kategori Kurang Energi Kronis
(KEK) untuk mencukupi kebutuhan gizi. Tiap kemasan primer (3
keping/60 gram) Makanan Tambahan Ibu Hamil mempunyai kandungan
gizi sebagai berikut:

a. 270 Kalori
b. Minimum 6 gram protein
c. Minimum 12 gram lemak
d. Diperkaya 11 macam vitamin (A, D E, B1, B2, B3, B5, B6, B12, C,

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 28


Folat) dan 7 macam mineral (Besi, Kalsium, Natrium, Seng, Iodium,
Fosfor, Selenium).

D. Promosi dan konseling IMD dan ASI eksklusif


IMD adalah memberikan kesempatan bayi untuk
memulai menyusu pada ibunya sendiri segera setelah lahir, dengan
meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi
merayap dengan nalurinya sendiri mencari puting susu ibu untuk
menyusu. IMD dilakukan setidaknya 1 jam atau lebih, sampai bayi
selesai menyusu sendiri. Kolustrum adalah Air Susu Ibu (ASI)
pertama keluar yang berwarna kekuningan, dan diproduksi dalam
beberapa hari setelah persalinan
kandungan dan kegunaan yang terdapat dalam kolustrum :

1. Zat antibody : melindungi terhadap infeksi dan alergi.


2. Banyak sel darah putih : melindungi terhadap infeksi.
3. Pencahar : membersihkan mekonium (kotoran yang
dihasilkan bayi selama dalam Rahim), membantu mencegah
bayi kuning/ikterus.
4. Faktor-faktor pertumbuhan : membantu usus berkembang
lebih matang dan mencegah alergi.
5. Kaya vitamin A : mengurangi keparahan infeksi dan
mencegah penyakit mata

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 29


manfaat IMD untuk bayi :

1. Menurunkan angka kematian bayi karena hypothermia (suhu


badan rendah dibawah 35 derajat Celsius) karena dada ibu
dapat menghangati bayi dengan suhu yang tepat.
2. Bayi mendapatkan kolostrum yang kaya akan anti bodi,
penting untuk perkembangan usus dan ketahanan bayi
terhadap infeksi.
3. Bayi akan terhindar dari bakteri meskipun tanpa dibersihkan
maupun tak dilapisi pembungkus karena bayi akan
memperoleh zat kekebalan dari ASI.
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa makanan dan
minuman yang lain, termasuk air putih sampai bayi berusia 6 bulan.
Obat-obatan diperbolehkan selama ada petunjuk dokter atau petugas
kesehatan.  ASI tetap yang terbaik dan kaya nutrisi dibandingkan
dengan susu formula, dalam ASI mengandung zat anti bodi yang
bermanfaat bagi kekebalan tubuh dari serangan virus dan bakteri, serta
dapat mencegah resiko alergi dan asma pada anak. Air Susu Ibu (ASI)
adalah makanan terbaik bagi bayi karena memiliki kandungan zat gizi
yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Melalui Global Strategy for Infant and Young Child Feeding,


WHO/UNICEF (2011) merekomendasikan empat hal yang harus
dilakukan untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal, yaitu

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 30


memberikan ASI kepada bayi segera dalam 30 menit- 1 jam setelah
kelahiran bayi, memberikan ASI eksklusif sejak lahir sampai usia
enam bulan, memberikan makanan pendamping air susu ibu (MPASI)
sejak usia 6-24 bulan, dan meneruskan pemberian ASI sampai anak
berusia 24 bulan atau lebih

E. Pemberian makanan bayi dan anak (PMBA)


Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh
kembang manusia. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa
yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu
sering disebut golden age atau masa keemasan.Setiap balita
memerlukan nutrisi dengan menu seimbang dan porsi yang tepat, tidak
berlebihan dan disesuaikan dengan kebutuhan. Jika pemberian nutrisi
pada anak balita kurang baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya
maka pertumbuhan dan perkembangan anak balita akan berjalan
lambat (Sibagariang, 2010 dalam Oktavia, 2017).

Makanan Tambahan (MT) Balita adalah suplementasi gizi berupa


makanan tambahan dalam bentuk biskuit dengan formulasi khusus dan
difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang diberikan kepada bayi dan
anak balita usia 6-59 bulan dengan kategori kurus. Bagi bayi dan anak
berumur 6-24 bulan, makanan tambahan ini digunakan bersama Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Program Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) merupakan program intervensi untuk anak-anak yang

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 31


kurang gizi di mana saja untuk meningkatkan status gizi anak serta untuk
mencukupi kebutuhan gizi anak agar tercapainya status gizi dan gizi yang
sesuai dengan anak-anak tersebut.

Kemenkes RI (2017) menyatakan makanan tambahan balita adalah


suplementasi gizi berupa makanan tambahan dalam bentuk biskuit
dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan mineral
yang diberikan kepada bayi dan anak balita usia 6-59 bulan dengan
kategori kurus. Bagi bayi dan anak berumur 6-24 bulan, makanan
tambahan ini digunakan bersama Makanan Pendamping Air Susu Ibu
(MP-ASI). Tiap kemasan primer (4 keping/40 gram) Makanan Tambahan
Balita mempunyai kandungan gizi sebagai berikut:

a. 160 Kalori
b. 3,2-4,8 gram protein
c. 4-7,2 gram lemak 16
d. Diperkaya dengan 10 macam vitamin (A, D, E, K, B1, B2, B3, B6,
B12, Folat) dan 7 macam mineral (Besi, Iodium, Seng, Kalsium,
Natrium, Selenium, Fosfor).
Sedangkan untuk makanan Tambahan Anak Sekolah adalah
suplementasi gizi berupa makanan tambahan dalam bentuk
krekers/biskuit dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan
vitamin dan mineral yang diberikan kepada anak usia Sekolah Dasar/
Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) dengan kategori kurus untuk mencukupi

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 32


kebutuhan gizi. Tiap kemasan primer (6 keping/36 gram) makanan
tambahan anak Sekolah mempunyai kandungan gizi sebagai berikut :

a. 144-216 Kalori
b. 3,96-5,76 gram protein
c. 5,04-7,56 gram lemak.
d. Diperkaya 11 macam vitamin (A, D E, B1, B2, B3, B5, B6, B12,
C, Folat) dan 7 macam mineral (Besi, Kalsium, Natrium, Seng,
Iodium, Fosfor, Selenium)

F. Pemantauan pertumbuhan ( pelayanan tumbuh kembang bayi


dan balita)
Pertumbuhan adalah proses bertambahnya ukuran tubuh baik
pada tingkat sel, organ ataupun individu dikarenakan bertambahnya
ukuran sel atau bertambahnya jumlah selUkuran-ukuran tersebut dapat
dilihat dari :

a. Berat badan (BB)


Pada bayi baru lahir berat badan akan mengalami penurunan
dan BB tersebut akan kembali ke BB waktu lahir pada hari 10.
Kenaikan berat badan anak pada tahun pertama kehidupan, kalau anak
mendapat gizi yang baik, adalah berkisar antara:

a. 700 – 1000 gram/bulan pada triwulan I


b. 500 – 600 gram/bulan pada triwulan II

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 33


c. 350 – 450 gram/bulan pada triwulan III
d. 250 – 350 gram/bulan pada triwulan IV
Perkiraan kenaikan berat badan bayi dapat dihitung dengan: BB
menjadi 2 x BBL pada bayi umur 5 bulan BB menjadi 3 x BBL pada
bayi umur 1 tahun BB menjadi 4 x BBL pada umur 2 tahun. Pada masa
prasekolah kenaikan BB rata-rata 2 kg/tahun.

b. Tinggi badan (TB)


Tinggi badan rata-rata pada waktu lahir adalah 50 cm. Umur 1
tahun menjadi 75 cm Secara garis besar tinggi badan dapat
diperkirakan:

a. 1 tahun 1,5 x TB lahir


b. 4 tahun 2 x TB lahir
c. 6 tahun 1,5 x TB setahun
d. 13 tahun 3 x TB lahir
e. Dewasa 3,5 x TB lahir (2 x TB 2 th)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (Skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola teratur dan
dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Dalam hal ini
terjadi proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 34


organ dan sistem organ yang berkembang sehingga masing-masing
dapat memenuhi fungsinya. Misalnya sel-sel yang ada di tangan
mengalami perkembangan atau pematangan fungsi sehingga dapat
melakukan fungsinya untuk makan, menulis mengambil dan lain-lain.

G. Pemberian imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit tertentu,
sehingga bila suatu saat terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan
sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Beberapa penyakit menular
yang termasuk ke dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan
Imunisasi (PD3I) antara lain TBC, difteri, tetanus, hepatitis B,
pertusis, campak, rubella, polio, radang selaput otak, dan radang
paru-paru. Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindungi dari
berbagai penyakit berbahaya tersebut, yang dapat menimbulkan
kecacatan atau kematian. Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama
yang perlu diberikan pada semua orang, terutama bayi dan anak sejak
lahir untuk melindungi tubuhnya dari penyakit-penyakit yang
berbahaya.
Lima jenis imunisasi dasar yang idwajibkan pemerintah adalah
imunisasi terhadap tujuh penyakit yaitu, TBC (Tuberculosis), difteri,
tetanus, pertusis (batuk rejan), poliomyelitis, campak dan hepatitis B.
Imunisasi dukung pencegahan stunting Selain pemenuhan kebutuhan
gizi, pencegahan stunting dapat dilakukan dengan imunisasi.

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 35


Imunisasi merupakan salah satu tindakan untuk meningkatkan
kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Sementara menurut WHO,
imunisasi adalah proses yang membuat seseorang menjadi kebal atau
resisten terhadap penyakit menular.
Pemberian imunisasi pada bayi, tepat pada waktunya
merupakan faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi.
Imunisasi diberikan mulai dari lahir sampai awal masa kanak-kanak.
Melakukan imunisasi pada bayi merupakan bagian tanggung jawab
orang tua terhadap anaknya. Kebanyakan dari imunisasi adalah untuk
memberi perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang
berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan
seorang anak.

H. Pemberian makanan tambahan balita gizi kurang


Pemberian Makanan Tambahan adalah program yang
dikhususkan bagi balita yang menderita kurang gizi dimana tujuannya
adalah untuk meningkatkan status gizi anak serta untuk mencukupi
kebutuhan zat gizi anak agar tercapainya status gizi dan kondisi gizi yang
baik sesuai dengan umur anak tersebut.
Kegiatan pemberian makanan tambahan kepada balita dalam
bentuk kudapan atau snackdengan memperhatikan aspek mutu dan
keamanan pangan serta mengandung nilai gizi yang sesuai dengan
sasaran pemberian.(1) Ada 2 bentuk PMT, yang pertama PMT kirim ke

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 36


daerah bertujuan untuk membantu pemulihan status gizi pada balita dan
penyuluhan gizi untuk edukasi dalam perbaikan pola konsumsi yang
sesuai gizi seimbang. Kedua, makanan tambahan buffer stock yang
diberikan disaat ada kejadian luar biasa yang berpotensi menimbulkan
masalah gizi dan penyakit serta bencana yang juga disertai dengan
penyuluhan gizi.

Makanan tambahan diperkaya 10 macam vitamin (A, D, E,K, B1,


B2, B3, B6, B12, Folat) dan 7 macam mineral (Besi, Iodium, Seng,
Kalsium, Natrium, Selenium, dan Fosfor).Dapat dikonsumsi bersama
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) berbasis pangan
lokal.Produk makanan tambahan balita berbentuk biskuit bulat dan rasa
manis dibungkus dalam kemasan primer berisi 4 keping, dengan rincian:
(2) – Setiap 4 (empat) keping biskuit dikemas dalam 1 (satu ) kemasan –
Setiap 21 (dua puluh satu) kemasan primer dikemas dalam 1 (satu) kotak
kemasan sekunder dengan berat 840 gram. – Setiap 4 (empat) kemasan
sekunder dikemas dalam 1 (satu) kemasan tersier.

Makanan tambahan pemulihan yang diberikan dalam bentuk


biskuit dan atau berbasis pangan lokal untuk balita kurus/gizi kurang usia
6-59 bulan dengan Z-score BB/PB atau BB/TB -3SD sampai <-2SD yang
diberikan minimal selama 90 hari. Selain itu makanan tambahan ini bisa
diberikan bersamaan dengan kegiatan penyuluhan gizi baik kelompok
maupun individu. Usia 6-11 bulan diberi 8 keping perhari, dan diberikan

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 37


12 keping perhari  untuk usia 12-59 bulan. Biskuit bisa langsung
dikonsumsi atau bisa ditambahkan air matang terlebih dahulu dalam
mangkok kemudian dikonsumsi dengan sendok.Balita dengan Z-score < -
2SD diberikan makanan tambahan sampai status gizinya membaik atau
mengalami peningkatan berat badan dan nilai Z-score. Setelah itu
dilanjutkan dengan konsumsi makanan keluarga bergizi seimbang.

I. Suplementasi Vitamin A
Suplementasi vitamin A terbukti bermanfaat menurunkan angka
kematian anak. Studi meta analisis di Asia, Afrika, dan Amerika
menyimpulkan bahwa konsumsi vitamin A 5000-200.000 IU dengan
selama 3-17 bulan dapat memperbaiki pertumbuhan linear anak. WHO
merekomendasikan pemberian suplementasi vitamin A sebesar 100.000
U pada bayi usia 6-11 bulan, dan vitamin A 200.000 U tiap 6 bulan pada
anak usia 12-59 bulan. Program ini sudah diimplementasikan ke dalam
program Kementerian Kesehatan Indonesia setiap bulan Februari dan
Agustus (bulan vitamin A).

J. Pemberian taburia pada baduta (0-23 bulan)


Gizi kurang dan gizi buruk masih menjadi masalah kesehatan anak-
anak di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah melakukan upaya
peningkatan gizi salah satunya melalui pemberian taburia pada anak-anak
yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk,bahkan anak yang cenderung
susah makan. Balita perlu diberikan taburia agar Membantu balita

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 38


mendapatkan zat gizi mikro yang penting (vitamin dan mineral).
Makanan yang disantap balita cenderung kurang mengandung zat besi
dan zat gizi lainnya. Salah satu cara mengatasi masalah anemia besi pada
balita .

1) Manfaat Taburia
 Membantu balita tumbuh dan berkembang secara optimal
(Vitamin A, B D, Seng, Yodium, dan Zat Besi)
 Meningkatkan daya tahan tubuh balita (Vitamin A, B, C,
dan Zat Besi)
 Meningkatkan nafsu makan balita (Vitamin B dan Seng)
 Mencegah anemia akibat kekurangan Zat Besi pada balita
 Mencegah kekurangan zat gizi
2) Keunggulan Taburia
 Tidak mengubah kebiasaan makan balita sehari-hari
 Tidak mengubah rasa, aroma ataupun bentuk makanan
balita
 Aman, tidak menimbulkan kecanduan
 Memenuhi kebutuhan gizi balita akan 16 vitamin dan
mineral penting sehari-hari
 Halal, tidak mengandung alkohol dan unsur babi.

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 39


K. Pemberian obat cacing pada ibu hamil dan anak
Pemberian obat cacing di berikan kepada anak sejak usia 1 tahun
ke atas dan pemberian obat cacing ini di berikan setiap 6 bulan
sekali.Cara mencegah cacingan dengan menerapkan PHBS.Dampak
buruk pada penderita cacingan bisa terjadinya stunting. Penyakit
kecacingan atau biasa disebut cacingan masih dianggap sebagai hal
sepele oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Padahal jika dilihat
dampak jangka panjangnya, kecacingan menimbulkan kerugian yang
cukup besar bagi penderita dan keluarganya. Buruknya fasilitas
sanitasi, minimnya akses air bersih, dan kurangnya kebersihan
lingkungan juga menjadi penyebab stunting. Kondisi kebersihan yang
kurang terjaga membuat tubuh harus secara ekstra melawan sumber
penyakit sehingga menghambat penyerapan gizi.
Sebuah penelitian baru-baru ini menemukan bahwa wanita yang
mengonsumsi obat cacing selama kehamilan mengurangi 14% risiko
kematian anak dalam empat minggu pertama setelah kelahiran. Obat
cacing seperti anthelmintik juga membantu ibu hamil untuk
menghindari berat badan lahir rendah pada bayi. Pemberian obat
cacing secara rutin selama perawatan antenatal juga dapat
menurunkan risiko kematian bayi baru lahir dan berat badan lahir
rendah
Mencegah Cacingan pada Ibu Hamil Menjaga kebersihan tubuh
dengan baik adalah langkah termudah yang bisa Anda lakukan untuk

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 40


mencegah penyakit ini. Beberapa langkah pencegah yang bisa
dilakukan, antara lain:
 Bersihkan sikat gigi secara menyeluruh setelah setiap kali
digunakan dan simpan di tempat tertutup.
 Bersihkan rumah secara teratur dan hindari makan di kamar
tidur.
 Pilih pakaian dalam yang pas dan ganti setidaknya dua kali
sehari.
 Gunakan air panas untuk mencuci pakaian dengan disinfektan.
 Hindari menggaruk area anus terus-menerus. Jika
memungkinkan, hindari menggunakan toilet umum.
 Potong kuku secara teratur untuk mencegah cacing kremi
bersarang di bawah kuku.
 Menjaga kebersihan tangan dengan mencucinya sesering
mungkin.
Infeksi cacing dalam kehamilan bisa sangat mengkhawatirkan dan
menjengkelkan. Oleh karenanya, lakukan pencegahan dengan baik dan
jika mengalami gejala yang disebutkan diatas segera berkonsultasi
dengan dokter kandungan.

L. Perbaikan Sanitasi dan Lingkungan


Perbaikan sanitasi, akses air bersih, dan kebersihan lingkungan
juga dapat mendukung tumbuh kembang anak. Jamban yang layak
dan akses air bersih penting untuk mewujudkan lingkungan yang

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 41


sehat dan ramah anak. Lingkungan yang penuh kasih saying, pola
asuh yang baik, dan dukungan masyarakat kepada ibu memberi
dampak yang positif pada pertumbuhan dan perkembangan anak dan
berkontribusi pada manajemen stunting. Perbaikan sosioekonomi
masyarakat juga berkontribusi pada pencegahan dan penanganan
stunting sehingga diperlukan keterlibatan pemerintah pusat dan
daerah dalam mewujudkan masyarakat yang lebih sejahtera untuk
mengatasi stunting.

a) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) mencakup semua


perilaku yang dilakukan atas kesadaran untuk meningkatkan kesehatan,
individu, keluarga, dan masyarakat. PHBS di tingkat rumah tangga
meliputi mencuci tangan dengan sabun dan air bersih, menggunakan air
bersih, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik nyamuk,
mengonsumsi buah dan sayur, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan
menghindari rokok. Selain itu, PHBS juga meliputi persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan, pemberian ASI eksklusif, dan
pengukuran berat badan bayi dan balita secara berkala.

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 42


BAB V
PENGENDALIAN MUTU

1. Pengertian

Pengendalian mutu merupakan bentuk yang dilakukan untuk


perbaikan yang terjadi sesuai dengan tujuan agar semua kegiatan dapat
tercapai secara berdayaguna dan berhasilguna yang dilaksanakan sesuai
dengan rencana, pembagian tugas, rumusan kerja, pedoman pelaksanaan
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku

2.Tujuan

1 Tujuan Umum

Pengendalian Mutu Penanganan Stunting dan Wasting di Rumah


Sakit Harapan Pematang Siantar bertujuan dalam rangka Penurunan
Stunting dan Wasting.

2 Tujuan Khusus
 Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak termasuk
kepedulian terhadap dampak kekurangan gizi pada balita.
 Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan penangan
kasus stunting dan wasting bagi sarana pelayanan kesehatan lainnya

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 43


BAB VI
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Rumah Sakit Harapan Pematang Siantar


bertujuan sebagai acuan profesional dalam mengelola dan melaksanakan
penanganan Stunting dan Wasting di rumah sakit secara tepat bagi pasien
sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat khususnya Kota
Pematang Siantar

Demikian program kerja Tim Program Penurunan Prevalensi Stunting


dan Wasting ini disusun sebagai rencana kerja di bagian rawat inap,
rawat jalan dan igd untuk tahun 2023 dalam rangka menurukan
prevalensi stunting dan wasting

Pedoman Kerja Penanganan Stunting Dan Wasting RS. Harapan 44

Anda mungkin juga menyukai