Anda di halaman 1dari 16

PEDOMAN PENANGGULANGAN STUNTING DAN WASTING

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ENCIK MARIYAM


KABUPATEN LINGGA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ENCIK MARIYAM


Jl. Mesjid Sultan Lingga No.46 KampungDarat
DaikLingga
KodePos :29872
email :rsud.encikmariyam@gmail.com

TIM
PROGRAM NASIONAL (PROGNAS)
RUMAH SAKIT ENCIK MARIYAM
KABUPATEN LINGGA
2023
PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA
DINAS KESEHATAN PENGENDALIAN PENDUDUK
DAN KELUARGA BERENCANA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ENCIK MARIYAM
Jl. Masjid Sultan Lingga No. 46 KampungDarat, DaikLinggaKodePos: 29872
e-mail :rsud.encikmariyam@gmail.com

SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ENCIK MARIYAM
KABUPATEN LINGGA
NOMOR : /SK/RSUD.EM/I/2023

TENTANG
PEDOMAN PENANGGULANGAN
STUNTING DAN WASTING
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ENCIK MARIYAM KABUPATEN LINGGA

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ENCIK MARIYAM


KABUPATEN LINGGA

Menimbang : a. bahwa dalam upaya memperbaiki, meningkatkan status gizi


Masyarakat, kelompok, individua atau klien sesuai dengan program
pemerintah yaitu program nasional gizi Rumah Sakit Umum Daerah
Encik Mariyam, maka diperlukan tatacara penanggulangan stunting
dan wasting;
b. bahwa agar penganggulangan stunting dan wasting dapat terlaksana
dengan baik, perlu adanya pedoman penanggulangan stunting dan
wasting sebagai landasan bagi professional pemberi asuhan di
Rumah Sakit Umum Daerah Encik Mariyam;
c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut, perlu penetapam Keputusan
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Encik Mariyam tentang Pedoam
Penanggulangan Stunting dan Wasting

Mengingat : 1. Praturan Presiden No.72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan


Stunting;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2019 tentang Penanggulangan Masalah Gizi Bagi Anak Akibat
Penyakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan republic Indonesia Nomor 22 Tahun
2020 tentang Antropometri Anak;
MEMUTUSAKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ENCIK
MARIYAM TENTANG PEDOMAN PENANGGULANGAN STUNTING
DAN WASTING
KESATU : Pedoman Penanggulangan Stunting dan Wasting Rumah Sakit Umum
Daerah Encik Mariyam sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.
KEDUA : Pedoman penanggulangan Stunting dan Wasting Rumah Sakit Umum
Daerah Encik Mariyam sebagaimana dimaksud dalam lampiran Surat
Keputusan ini harus digunakan sebagai acuan dalam Penanggulangan
Stunting dan Wasting di Rumah Sakit Umum Daerah Encik Mariyam.
KETIGA : Pembinaan dan pengawasan Penanggulangan Stunting dan Wasting
Rumah sakit Umum Daerah Encik Mariyam dilaksanakan oleh Kepala
Tim penanggulangan Stunting dan Wasting.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila
kemudian hari ternyata terdapat kekliruan dalam ketetapan ini aka
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan Di : DaikLingga
PadaTanggal : 02 Januari 2023

DIREKTUR

dr. AFRIADY EFFENDY


PENATA
NIP. 19860603 201412 1 002
Lampiran : Surat Keputusan Direktur
Nomor : /SK/RSUD.EM/I/2023
Tentang : Pedoman Penanggulangan Stunting dan Wasting

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat
kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau
tinggi badannya berada di bawah standar. Masalah ini disebabkan oleh multifactor
dan membutuhkan penanganan multisectoral. Stunting saat ini menjadi prioritas
nasional dalam penanggulangannya. Percepatan penurunan stunting melalui
optimalisasi cakupan intervensi-intervensi yang berbasis bukti terus dilakukan agar
target penurunan menjadi………………. Peraturan Presiden No 72 Tahun 2021
tentang Percepatan Penurunan Stunting menyebutkan bahwa intervensi
penanggulangan stunting yang dilakukan mencangkup intervensi sensitive yang
dilakukan oleh lintas sektor dan intervensi spesifik yang dilaksanakan oleh sektor
Kesehatan. Seperti yang disampaikan The Lancet (2021) intervensi gizi spesifik
dapat berkontribusi 30% dalam menurunkan prevalensi stunting, jika cakupan
intervensi gizi spesifik tersebut mencapai minimal 90%. Upaya penanggulangan
stunting untuk mencapai target cakupan yang direkomendasikan menghadapi
tantangan yang cukup banyak, baik dari sisi supply maupan demand. Di sisi supply
teridentifikasi kualitas layanan gizi yang masih belum memadai karena sumber daya
manusia yang belum memadai dari sisi kapasitas maupun kuantitas, sarana dan
prasarana yang belum mencukupi, alokasi dana untuk untuk program gizi terutama
di tingkat implementasi. Sementara disisi demand tantangan yang dihadapi adalah
prilaku masyarakat seperti kepatuhan terhadap kosumsi TTD baik ibu hamil maupun
remaja putri, praktik pemberian MP-ASI yang belum tepat, keterampilan kader dan
tingkat partisipasi masyarakat, ketahanan pangan dan gizi ditingkat keluarga,
hingga pemanfaatan data surveilans gizi oleh daerah. Sebagai Upaya untuk
mengatasi hal tersebut diperlukan pendekatan yang komprehensif yang menyasar
sisi supply dan demand melalui pendamping oleh pemerintah pusat dan pemerintah
provinsi bekerjasama dengan rumah sakit daerah dalam program penurunan
prevalensi stunting dan wasting.
B. Tujuan
1. Adanya kebijakan Rumah Sakit Umum Daerah Encik Mariyam dan dukungan
penuh manajemen dalam kegiatan program nasional gizi stunting dan wasting.
2. Terbentuknya Tim Stunting dan Wasting Rumah Sakit Umum Daerah Encik
Mariyam
3. Adanya pedoman yang dapat menjadi acuan bagi Rumah Sakit untuk
melaksanakan kegiatan program nasional gizi stunting dan wasting.
4. Adanya koordinasi dan singkronisasi antara pengelolaan penanggung jawab
dalam manajeman program stunting dan wasting.

C. Ruang lingkup
Ruang lingkup program nasional gizi stunting dan wasting rumah sakit
meliputi:
a. Peningkatan pemahaman dan kesadaran seluruh staf, pasien, dan keluarga
tentang msalah stunting dan wasting.
b. Intervensi spesifik di rumah sakit.
c. Penetapan rumah sakit saying ibu bayi.
d. Rumah sakit sebagai pusat rujukan kasus stunting dan wasting.
e. Rumah sakit sebagai pendamping klinis dan menajemen serta merupakan
jejaring rujukan.
f. Ptogram pemantauan dan evaluasi.

D. Batasan Operasional
1. Program nasional gizi stunting dan wasting rumah sakit suatu uapaya
memperbaiki, meningkatkan status gizi masyarakat, kelompok, individu atau
klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan,
pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi dalam
rangka mencapai status kesehtan optimal.
2. Terapi gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien berdasarkan
pengkajian gizi, yang meliputi terapi diet, konseling gizi dan atau pemberian
makanan khusus dalam rangka penyembuhan penyakit pasien. (Nutrition and
Theraphy Dictionary, 2004).
3. Konseling gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah
yang dilaksanakan oleh ahli gizi/dietisen untuk menanamkan dan meningkatkan
pengertisn, sikap dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah
gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya.
4. Rujukan balik adalah system dalam pelayanan rumah sakit yang memberikan
pelimpahan wewenang yang timbal balik atas pasien dengan masalah medis,
baik secara vertical maupun horizontal.
5. Tim program nasional gizi stunting dan wasting adalah sekelompok tenaga
profesi di rumah sakit yang terkait dengan pelayanan gizi pasien beresiko tinggi
malnutrisi, terdiri dari dokter/dokter spesialis anak, ahli gizi/dietisen, perawat,
bidan, farmasi, fisioterapi, dan humas rumah sakit bertugas Bersama
memberikan pelayanan patipurna bermutu.

E. Landasan Hukum
1. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah
Sakit.
3. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan
4. Peraturan Presiden No.72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting .
5. Keoutusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2020 tentang
Antropometri Anak
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesi Nomor 29 Tahun 2019 tentang
Penanggulangan Masalah Gizi Bagi Anak Akibat Penyakit.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Upaya Perbaikan Gizi.
9. Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Encik Mariyam
No…………../2023 tetang Pedoman Penanggulangan stunting dan Wasting
Rumah Sakut Umum Daerah Encik Mariyam.
BABI II
PROGRAM PENURUNAN PREVALENSI DAN WASTING

Program penurunan stunting dan wasting di Rumah Sakit umum Daerah Encik Mariyam
meliputi :
A. Peningkatan Pemahaman dana kesadran seluruh staff teanaga kesehatab rumah
sakit tentang program penurunan stunting dan wasting.
B. Peningkatan efektifitas intervensi spesifik di rumah sakit.
1. Promosi Program 1000 HPK.
2. Suplementasi tablet besi folat pada ibu hamil.
3. Pemberian makanan ta,bahan pada iibu hamil.
4. Promosi dan konseling IMD dan Asi esklusif.
5. Promosi dan konseling pemberian makanan bayi dan anak (PMBA).
6. Pemantauan dan pertumbuhan (pelayanan tumbuh kembang bayi dan balita).
7. Pemberian imunisasi.
8. Pemberian makanan tambahan balita gizi kurang.
9. Pemberian vitamin A.
C. Penerapan rumah sakit saying ibu bayi.
D. Rumah sakit sebagai pusat rujukan kasus stunting dan wasting.
E. Rumah sakit sebagai pendamping klinis dan manajemen serta merupakan jejaring
rujukan.
F. Program pemantauan dan evaluasi.

]
BAB IV
TATA LAKSANA PROGRAM PENURUNAN STUNTING DAN WASTING

A. Alur Pelayanan

Pengukuran Antopometri
di Poli Anak

Interpretasi Status Gizi WHO


Child Grown Standars untuk
anak usia 0-5 tahun san table
CDC untuk anak usia 5-18
tahun

Diagnosis ditentukan oleh


dokter spesialis anak

Rawat Jalan Rawat Inap

Rujuk ke Poli Gizi  Skrining gizi awal oleh perawat


 Pengukuran Antropometri  Skrining gizi lanjut oleh
ulang nutrisionis/dietisien
 Interpretasi Status Gizi  Pengukuran antropometri
 Asuhan Gizi  Asuhan gizi
 Konseling Gizi  Konseling gizi
 Perawatan rawat inap Bersama
dokter spesialis anak, tumbuh
kembang, nutrisionis/dietisien,
dan farmasi

Control ke poli anak paska rawat


inap
Rujuk balik ke rumah sakit dengan
kelas dibawahnya dan fasilitas Rujuk ba
Kesehatan tingkat pertama di kelas d
wilayahnya Keseh
B. Kualifikasi sumber Daya Manusia

Ketua Tim

Sekretaris

Petugas Petugas Petugas tumbuh Petugas Gizi Petugas humas


Keperawatan Farmasi kembang Rumah Sakit

C. Pelaksanaan Program Penurunan Prevalensi Sunting dan Wasting


Program Penurunan Prevalensi Stunting dan Wasting di rumah sakit dilakukan
melalui beberapa tahapan :
1. Peningkatan pemahaman dan kesadaran seluruh staff tenaga kesehatan rumah
sakit mengenai program penurunan stunting dan wasting berupa :
a. Sosialisasi dan pelatihan staff tenaga kesehtan tentang program penurunan
prevalensi stunting dan wasting.
b. Pemberlakuan pedoman dan SOP terkait program penurunan prevalensi
stunting dan wasting.
c. Menetapkan tim pelaksanaan meliputi :
1). Petunjuk penanggung jawab dan tim pelaksanaan program.
2). Pembuatan rencana kegiatan sosialisasi dan pelatihan program
penanggulangan stunting dan wasting 1 (satu) tahun
2. Peningkatan efektifitas intervensi spesifik
a. Pelayanan Poli Rawat Jalan
1). Promosi Program 1000 HPK dilaksanakan dengan cara edukasi atau
konseling kepada pasien rawat jalan minimal 1 x selama masa
kehamilan.
2). Suplemen tablet besi folat pada ibu hamil
3). Promosi dan konseling IMD dan ASI esklusif dilaksanakan dengan cara
penyuluhan pada ibu hamil dan ibu menyusui di ruang tunggu rawat
jalan.
4). Promosi dan konseling pemberian maknan bayi dan anak (PMBA)
dilaksanakan dengan cara edukasi atau konseling pemberian makan
pada anak setiap kali melakukan kunjungan di poli anak. Kegiatana
tersebut di dokumentsikan di rekam medis pasien.
5). Pemantauan dan pertumbuhan (pelayanan tumbuh kembang bayi dan
balita) dilakukan dengan cara mengukur antropometri pasien anak
meliputi berat badan, tinggi/ panjang badan, lingkar lengan atas, serta
lingkar kepala, kemudian dilakukan pencatatan di rekam medis dan buku
KIA pasien.
6). Pemberian imunisasi diberikan dengan cara pengumpulan dan
pencatatan adata pasien yang mendapatkan imunisasi.
7). Pemberian vitamin A dilaksanakan dengan cara pengumpulan dan
pencatatan data pasien yang mendapatkan vitamin A pda bulan Februari
dan Agustus.
8). Monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap:
a. pencatatan dan pelaporan kasus maslaah gizi.
b. penatalaksanaan gizi buruk dan stunting.
9). Laporan kepada kepala/Direktur rumah sakit untuk perbaikan kebijakan/
pedoman dan rekomendasi perluasan penerapan program prevalensi
stunting dan wasting di rumah sakit.
10).Mengajukan rencana kegiatan dan anggaran tahunan program
penurunan prevalensi stunting dan wasting rumah sakit.

b. Pelayanan rawat Inap


Pelayanan rawat inap terkait tatalaksana gizi buruk dan stunting dapat
menjalani rawat inap dengan pintu masuk baik dari poliklinik maupun dari IGD
dengan kasus gangguan masalah gizi pada anak.
Klasifikasi Penyakit :
1). Gizi buruk tanpa penyakit penyerta
2). Gizi buruk dengan penyakit penyerta
3). Weight Faltering dengan penyakit penyerta
4). Gizi kurang dengan penyakit penyerta
5). Perawakn pendek (Stunting) dengan penyakit penyerta
Intervensi yang dapat dilakukan pada pasien dirawat inap meliputi :
a). pemberian makanan tambahan pada ibu hamil
b). promosi dan konseling IMD dan ASI esklusif
c). Promosi dan konseling pemberian makanan bayi dan anak (PMBA)
d). Pemberian makanan tambahan balita gizi kurang

D. Sistim Rujukan
1. Pengertian rujukan
System rujukan merupakan penyelenggaraan kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas dan tanggung jawab secara timbal balik vertical maupun
horizontal, maupun structural dan fungsional terhadap kasus penyakit atau
masalah penyakit atau permasalahan kesehatan. Kegiatan rujukan mancangkup:
a. Rujukan pasien internal adalah rujukan antar spesialis dalam satu rumah
sakit
b. Rujukan eksternal adalah rujukan antara spesialis keluar rumah sakit dengan
mengikuti system rujukan yang ada
c. Rujukan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk peningkatan kemampuan
tenaga kesehatan (dana, alat dan sarana)
d. Rujukan manajemen dapat berupa permintaan kepada unit yang lebih
mampu atau bantuan kepada unit yang kurang mampu untuk menyelesaikan
suatu masalah tertentu yang tidak dapat diatasi sendiri.
2. Sisitem pelayanan rujukan stunting dan wasting RSUD Encik Mariyam
Rumah Sakit Umum Daerah Encik Mariyam menerima rujukan pasien
stunting dan wasting dari FKTP disekitarnya. Pada pasien-pasien stunting dan
wasting yang tidak dapat ditangani sendiri di RSUD Encik Mariyam maka akan di
rujuk ke sarana kesehatan dengan fasilitas yang lebih lengkap. Rujukan
eksternal mengikuti mekanisme rujukan sesuai jejaring pelayanan.
Persiapan rujukan pasien ke jenjang pelayanan yang lebih tinggi:
a. Menyiapkan oetugas yang terlatih untuk mendampingi pasien.
b. Memberi penjelasan kepada pihak keluarga alas an pasien di rujuk ke rumah
sakit lain.
c. Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarganya bahwa segala
Tindakan yang dilakukan adalah untuk menyelamatkan pasien.
d. Pada saat merujuk pasien harus disertakan surat rujukan dengan resume
medik pasien meliputi : Riwayat penyakit, penilaian kondisi pasien yang
dibuat saat kasus diterima perujuk, Tindakan atau pengobatan yang telah
diberikan dan keterangan lain yang perlu atau ditemukan sehubungan
dengan kondisi pasien.
e. Proses pelaksanaan rujukan harus mendapat persetujuan dari dokter dan
keluarga.

Rumah Sakit sebagai penerima rujukan:

a. Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarganya bahwa segala


Tindakan yang dilakukan adalah untuk menyelamatkan pasien.
b. Pasien/keluarga diberi penjelasan mengenai Tindakan/perawatan yang akan
dilaksanakan.

Setelah dilakukannya perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Encik


Mariyam sampai kondisi pasien stabil maka akan di evaluasi ulang terkait
kepulangan pasien oleh tim perawat. Kemudian pasien akan di rujuk balik ke
FKTP sesuai wilayah rumahnya untuk dilakukan pemantaun berkala.
BAB IV
LOGISTIK

Kegiatan logistik obat-obatan, PKMK dan sarana prsarana dalam program


penurunan prevalensi kesehatan ibu dan anak Rumah Sakit Umum Daerah Encik
Mariyam merupakam serangkaian kegiatan yang meliputi perencanaan kebutuhan,
pengadaan, pendistribusian, monitoting dan evaluasi.
Pangan olahan untuk keperluan medis khusu (PKMK) disediakan oleh Instalasi
Gizi rumah sakit kemudian didistribusikan keruang perawatan pasien .
Kategori PKMK meliputi :
a. PKMK untuk gagal tumbuh kembang, kurang gizi dan gizi buruk berupa oral nutrition
supplement dengan kandungan energi lebih besar dari 0,9 kkal/ml.
b. PKMK untuk bayi sangat premature dan Bayi Berat lahir Sangat Rendah berupa
Formula premature dengan ketentuan energi minimal 24 kkal/30ml dan atau untuk
pelengkap air susu ibu.
c. PKMK untuk alergi protein susu sapi berupa formula berbasis susu sapi dengan
protein terhidrolisat ekstensif atau asam amino bebas.
PKMK sebagaimana dimaksud dapat diberikan kepada pasien hanya secara
internal.

BAB VI
PENGENDALIAN MUTU

Evaluasi program penurunan prevalensi stunting dan wasting berupa pelaporan


kegiatan bulanan, triwulan serta tahunan yang memberikan informasi kegiatan yang
dijalankan di Rumah Sakit Umum Daerah Encik Mariyam. Pelaksanaan program mulai
dari sosialisasi terhadap tenaga kesehatan, kegiatan intervensi spesifik, hingga
penatalaksanaan gangguan gizi di rumah sakit.
a. Sumber data kegiatan intervensi spesifik
1. Rekam medis pasien, penatalaksanaan di ruang inap di rumah sakit diukur
secara retrospektif setelah pasien pulang dengan melihat Kembali Rekam Medik
(RM) pasien, resep dokter, catatan perawat, catatan farmasi, serta catatan gizi,.
Penatalaksanaan di poliklinik dapat dilihat dengan cara sama setelah pasien
berobat.
2. Instalasi Gizi, mendata secara retrospektif setelah pasien pulang dengan melihat
catatan pasien mengenai kebutuhan kalori pasien, mutu makanan yang diberikan
serta jenis makanan sesuai dengan kebutuhan pasien selama rawat inap.
3. Instalasi Farmasi, di rumah sakit yang sudah melaksanakan kebijakan pelayanan
farmasi satu pintu, kuantitas pemberian suplemen dan vitamin dapat diperoleh
dari data penjualan suplemen dan vitamin instalasi farmasi.
b. Audit pelaksanaan intervensi spesifik yang dilakukan di poliklinik antara lain :
1) Suplementasi Tablet Besi Folat dan ibu hamil
2) Program 1000 HPK
3) Pemberian Imunisasi
4) Pemberian Vitamin A
5) Pemberian Pertumbuhan
Data dikumpulkan dan di olah sehingga didapatkan presentase intervensi spesifik
yang berjalan di poliklinik. Laporan ini akan dilakukan evaluasi setiap tiga bulannya
sebagai bahan perbaikan pelayanan program penurunan prevalensi stunting dan
wasting.
a. Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil
b. Promosi dan konseling IMD dan ASI esklusif
c. Pemberian makanan bayi dan anak (PMBA)
d. Pemberian makanan tambahan balita gizi kurang.
e. Pemantauan pertumbuhan
Data dikumpulkan dan di olah sehingga didapatkan persentase intervensi spesifik
yang berjalan di rawat inap. Laporan ini akan dilakukan evaluasi setiap tiga
bulannya sebagai bahan perbaikan pelayanan program penurunan prevalensi
stunting dan wasting.
BAB VII
PENUTUP
Prevalensi stunting dan wasting tidak dapat dipisahkan dengan tumbuh kembang
didalam kandungan hingga anak usia 2 tahun. Berdasarkan survey dengan tingkat
angka stunting dan wasting yang masih tinggi maka diperlukan kerja sama dari
berbagai pihak agar tercapainya target yaitu menurunnya prevalensi stunting dan
wasting di Indonesia. Oleh sebab itu peningkatakan kualitas dari pelayanan program
penurunan prevalensi stunting dan wasting sangat penting. Rumah Sakit Umum Daerah
Encik Mariyam sebagai tempat pelayanan yang menjalankan pelayanan terkait program
penurunan prevalensi stunting dan wasting berperan aktif dengan meningkatkan
kualitas pelayanannya dalam keikutsertaan untuk menurunkan angka stunting dan
wasting. Telah disusun suatu pedoman program penurunan stunting dan wasting
sebagai acuan untuk melaksanakan dan mengelola pelayanan gangguan gizi di ruang
lingkup Rumah Sakit Umum Daerah Encik Mariyam.

Ditetapkan Di : DaikLingga
PadaTanggal : 02 Januari 2023

DIREKTUR

dr. AFRIADY EFFENDY


PENATA
NIP. 19860603 201412 1 002

Anda mungkin juga menyukai