Anda di halaman 1dari 49

PEDOMAN PELAYANAN

UNIT KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JEMAJA


KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS
2023

i
PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS
DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN PENDUDUK DAN
KELUARGA BERENCANA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JEMAJA
Jl. Padang Melang Desa Batu Berapit – Kecamatan Jemaja 29792

email : rsbjemaja@anambaskab.go.id/ rsbjemaja@yahoo.co.id

KEPUTUSAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JEMAJA

NOMOR : 211 TAHUN 2023

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN
UNIT KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JEMAJA

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pencegahan dan pengendalian infeksi


di unit gizi Rumah Sakit Umum Daerah Jemaja diperlukan
kebijakan pengelolaan makanan yang dilakukan oeh unit gizi
untuk mendukung program pencegahan dan pengendalian
infeksi di Rumah Sakit Umum Daerah Jemaja.
b. Bahwa rumah sakit dan fasiliyas pelayanan kesehatan
lainnya harus melaksanakan pencegahan dan pengendalian
infeksi.
c. bahwa dalam rangka pengelolaan makanan di rumah sakit
perlu adanya refrensi yang jelas dan bersumber dari instansi
terkait yaitu Kementrian Kesehatan.
d. Bahwa kebijanan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b,
dan c siatas perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur
Rumah Sakit Umun Daerah Jemaja tentang pengeolaan
makanan di Unit Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Jemaja.

Mengingat : 1. Undang –undang no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


2. Undang- undang RI no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang- undang RI no 77 tahun 2015 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 78 tahun 2013 tentang

ii
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Tenaga Gizi;
6. Permenkes No. 27 tahun 2017 tetang Pedoman
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
7. Surat Edaran Dirjen Bina Pelaynana Medik No.
HK.03.02/III/3744/08 tentang pembentukan Komite PPI RS
dan Tim PPI Rumah Sakit
8. Permenkes RI No. 1096/MENKEA/PER/VI/2011 Tentang
Hygine Sanitasi Jasa Boga.

M E M U T U S K A N;

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


JEMAJA TENTANG PENGELOLAAN MAKANAN DI UNIT GIZI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JEMAJA
iii
KESATU : Mengadakan Pengelolaan makanan dalam rangka pencegahan
infeksi di rumah sakit sebagai salah satu usaha pencegahan dan
pengendalian infeksi.

KEDUA : Pengelolaan makanan dilakukan dengan cara melakukan proses


pemilihan, pengolahan, penyimpanan yang diproses sesuai
prosedur tatalaksana yang telah ditetapkan.

Pengelolaan makanan dilakukan oleh unit gizi yang bekerja sama


dengan Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang
ditetapkan oleh keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
KETIGA :
Jemaja.
KEEMPAT :
Laporan hasil pengelolaan makanan dilaporkan kepada Ketua
PPI untuk kemudian diteruskan kepada Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Jemaja secara berkala.

KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan berlaku


surut dengan ketentuan jika terdapat kekeliruan dalam keputusan
ini maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya
untukdisampaikan kepada yang bersangkutan untuk dapat
dilaksanakan dengan tanggung jawab.

Ditetapkan di : Jemaja

Pada Tanggal:

Direktur RSUD Jemaja

iv
dr. Muhammad Husni Lubis

NIP. 19820710 201101 1 002

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
ridho-Nya Pedoman Pelayanan Unit Kebidanan dan Kandungan telah tersusun. Pedoman ini
sangatlah penting untuk membantu kelancaran operasional pelayanan di Unit Kebidanan dan
Kandungan khususnya dan Rumah Sakit pada umumnya.
Semoga pedoman ini dapat bermanfaat bagi rumah sakit dan pihak-pihak lain yang terkait
dengan penyelenggaraan pelayanan di Unit Kebidanan dan Kandungan.
Dan seperti pedoman pelayanan unit lainnya, evaluasi berkala terhadap pedoman ini harus
terus dilakukan sesuai perkembangan pelayanan di Unit Kebidanan dan Kandungan.
Akhirnya saran dan koreksi demi perbaikan pedoman ini sangat kami harapkan

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang..................................................................................................................
....................................................................................................................................
Tujuan Pedoman...............................................................................................................
Ruang Lingkup Pelayanan................................................................................................
Batasan Operasional.........................................................................................................
Landasan Hukum..............................................................................................................
BAB II STANDAR KETENAGAAN
Kualifikasi Sumber Daya Manusia ....................................................................................
Distribusi Ketenagaan ......................................................................................................
Pengaturan Jaga ..............................................................................................................
BAB III STANDAR FASILITAS
Denah Ruang ...................................................................................................................
Standar Fasilitas ...............................................................................................................
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN.................................................................................
BAB V LOGISTIK...................................................................................................................
BAB VI KESELAMATAN PASIEN..........................................................................................
BAB VII KESELAMATAN KERJA...........................................................................................
BAB VIIIPENGENDALIAN MUTU..........................................................................................

vi
BAB IX PENUTUP..................................................................................................................

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang
berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan dan
upaya kesehatan penunjang. Keberhasilan rumah sakit dalam menjalankan
fungsinya ditandai dengan adanya mutu pelayanan prima rumah sakit.
Unit Kebidanan adalah suatu unit khusus di rumah sakit umum jemaja
yang berfungsi sebagai unit pelayanan pasien untuk persalinan maupun sehabis
melahirkan tanpa atau dengan komplikasi, serta pasien dengan kasus
ginekologi atau penyakit kandungan.
Pelayanan di unit Kebidanan merupakan salah satu pelayanan yang
mungkin beresiko tinggi. Untuk itu management Rumah Sakit menuntut adanya
pelayanan di unit Kebidanan dan Kandungan dapat berjalan aman, lancar dan
sukses dengan memperhatikan kaidah – kaidah patient safety.
Berdasarkan hal tersebut maka di unit Kebidanan memerlukan
pedoman pelayanan yang diperlukan agar seluruh pengguna pelayanan
Kebidanan dan Kandungan dapat memperoleh pelayanan yang optimal.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pelayanan di unit Kebidanan dan Kandungan sehingga
diharapkan terjadi penurunan angka kesakitan dan kematian ibu dan
bayi.
2. Tujuan Khusus
a. Terlaksananya pelayanan baik dari aspek administrasi maupun
pelayanan Kebidanan dan kandungan di unit Kebidanan dan
Kandungan Rumah Sakit Umum dengan baik.
b. Sebagai acuan untuk memudahkan petugas kamar bersalin
memahami dan menjalankan tugasnya sebagaimana yang
seharusnya dijalankan dan yang dikerjakan di Kebidanan dan
Kandungan.
c. Memberi petunjuk agar suatu perencanaan, pengelolaan dan
pelaksanaan asuhan pelayanan dapat berjalan sesuai dengan aturan
dan tata tertib yang berlaku di kamar bersalin.
C. Ruang Lingkup Pelayanan
1. Assessment ulang setelah pasien datang dari IGD
Pasien yang sudah diserahterimakan dari petugas IGD dilakukan
identifikasi ulang. Hal ini untuk mencegah terjadinya kekeliruan.
Pasien dilakukan anamnesa ulang, pemeriksaan fisik lain yang
diperlukan dan pengisian rekam medis secara lengkap dalam waktu 1
x 24 jam.
Apabila akan dilakukan tindakan/ operasi maka pasien dan keluarga
diberikan informasi mengenai tindakan / operasi yang akan dilakukan (
tehnik, lokasi, dll), setelah setuju maka pasien dan keluarga
menandatangani informed consent.
2. Penanganan persalinan normal oleh bidan / dokter obgyn
Pelayanan di unit kebidanan dan kandungan antara lain adalah
pertolongan persalinan normal baik oleh bidan maupun oleh dokter
spesialis obgyn pada usia kehamilan cukup bulan. Dilakukan
anamnesa kebidanan tentang riwayat kehamilan dan persalinan yang
lalu, riwayat penyakit penyerta yang pernah dialami, riwayat
kehamilan saat ini, sehingga akan didapat kesimpulan bahwa pasien
tersebut boleh ditangani oleh tenaga bidan atau harus segera dirujuk
ke dokter spesialis obgyn di Rumah Sakit Djatiroto, demi untuk
mendapatkan pelayanan persalinan yang aman bagi ibu dan bayi.
3. Penanganan cepat dan tepat untuk kasus persalinan dengan
komplikasi
Persalinan dengan komplikasi bisa terjadi tiba-tiba pada saat pasien
diobservasi dengan rencana persalinan normal, atau komplikasi itu
sudah ada pada saat pasien datang dengan inpartu. Pasien dan
keluarga ( terutama suami ) harus segera diberi penjelasan tentang
kemungkinan yang akan terjadi, sehingga apabila kemungkinan
komplikasi persalinan terjadi baik pasien, suami dan keluarga sudah
siap apabila persalinan tidak bisa dilanjutkan secara normal. Dalam
hal ini inform choice dan informed consent sudah harus disiapkan.
Dibutuhkan observasi ketat oleh bidan dan dokter penanggung jawab.
4. Perawatan ibu post partum dan bayi baru lahir
Perawatan ibu post partum dilakukan di kamar bersalin selama 2 jam
post partum, dengan senantiasa memeriksa tinggi fundus uteri,
kontraksi rahim, jumlah perdarahan, observasi tekanan darah secara
periodik sesuai dalam partograf. Pemeriksaan kebersihan payudara,
dilakukan IMD ( inisiasi menyusui dini ) segera setelah bayi lahir
normal. Dilanjutkan dengan rawat gabung di ruangan masing masing
setelah 2 jam post partum.
Perawatan bayi baru lahir dilakukan dengan segera membersihan
cairan ketuban kecuali telapak tangan, mengeringkan,
menghangatkan, merawat tali pusat, pemberian vitamin k, zalf mata,
pemberian gelang identitas, dan segera menyusukan bayi untuk IMD.
Dilakukan penimbangan dan pengukuran berat dan panjang badan,
lingkar kepala, dada dll. Melakukan cap kaki bayi sebagai identitas
lanjutan.
Selanjutnya memberikan bayi kepada ibu untuk sebanyak mungkin
diberikan ASI eksklusif, dengan pengawasan langsung dari suami /
keuarga dan petugas /bidan.
5. Pelayanan asuhan antenatal
Pelayanan asuhan antenatal dilakukan oleh bidan pelaksana, meliputi
penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran
tekanan darah, pemeriksaan kehamilan , pemberian penyuluhan
berdasarkan hasil temuan pemeriksaan, mengatur jadwal kontrol
ulang, dan melakukan rujukan kepada dokter obgyn apabila
ditemukan pemeriksaan yang abnormal.
6. Pelayanan penyakit kandungan.
Pelayanan penyakit kandungan dimaksud sebagai tindak lanjut dari
pasien yang dikirim dari poli kandungan melalui IGD atau pelayanan
pasien yang dikirim langsung dari dokter IGD. Assessment ulang
dilakukan kembali untuk kemudian dilaporkan kepada dokter obgyn
penanggungjawab. Hasil laporan / instruksi yang didapat segera
diinformasikan kepada pasien dan keluarga / suami. Jika dari hasil
konfirmasi dokter penanggungjawab memerlukan kolaborasi dengan
profesi lain maka harus segera dilakukan konfirmasi dengan petugas
yang terkait ( misalnya kamar operasi / dokter anaestesi ). Jika dari
hasil pemeriksaan dokter penanggungjawab memerlukan rujukan
profesi lain sebagai konsulan, maka pasien dan keluarga segera
diberitahu agar pasien mendapatkan pelayanan yang paripurna.

D. Batasan operasional pedoman pelayanan kebidanan


a. Administrasi dan pengelolaan pelayanan kebidanan
b. Sumber daya manusia, staf dan pimpinan
c. Fasilitas dan peralatan
d. Kebijakan dan prosedur
e. Pengendalian mutu

E. Landasan Hukum
Penyelenggaraan pelayanan di Unit Kebidanan dan Kandungan Rumah
Sakit Djatiroto sesuai dengan:
1. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1333/Menkes /SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
512/Menkes/Per/IV/2007 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik
Kedokteran
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
755/MENKES/PER/IV/2011 tentang Penyelenggaraan Komite Medik di
Rumah Sakit.
6. Standart Profesi Bidan no.938 / Menkes / SK / VIII / 2007 tentang
Standart Asuhan Kebidanan
7. Permenkes no.369 / Menkes / SK / III 2007 tentang Standart Profesi
Bidan
8. Permenkes no.28 / 2017 tentang Ijin Penyelenggaraan Praktik Bidan
9. Permenkes no 604/ Menkes/ SK/ VII/2008 tentang Pedoman Pelayanan
Maternal Perinatal pada Rumah Sakit Umum Kelas B, Kelas C dan Kelas
D
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/menkes/per/III/2008
Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran. Undang-undang
Nomor 4 tahun 2019 tentang Kebidanan;

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Unit Kebidanan bertanggung jawab langsung kepada dr. spesialis obgin di
RSUD Jemaja.

DIREKTUR RSUD
JEMAJA

DOKTER SPESIALIS
OBGIN

KOORDINATOR UNIT
KEBIDANAN

BIDAN PELAKSANA

B. Distribusi Ketenagaan
Dalam pemberian asuhan pelayanan kebidanan, perlu menyediakan
sumber daya manusia yang kompeten, cekatan dan mempunyai
kemampuan sesuai dengan perkembangan teknologi sehingga dapat
memberikan pelayanan yang optimal, efektif dan efisien . Atas dasar
tersebut diatas maka perlu kiranya menyediakan, mempersiapkan dan
mendayagunakan sumber-sumber yang ada. Untuk menunjang pelayanan
di unit Kebidanan dan Kandungan, maka dibutuhkan tenaga dokter, bidan
yang mempunyai pengalaman, keterampilan dan pengetahuan yang sesuai.

No Jenis tenaga Tugas Jumlah


1. Dokter spesialis Penanggung jawab pelayanan 1
Obstetri & ginekology kesehatan maternal dan neonatal
2. BIdan coordinator Bertanggung jawab atas ruangan 1
dan pelayanan asuhan kebidanaan
3. Bidan pelaksana Pelayanan asuhan kebidanan 9

C. Pengaturan Jaga
Pengaturan jaga atau jadwal dinas adalah pengaturan pelayanan bagi bidan
untuk melaksanakan tugas pelayanan di unit Kebidanan dan Kandungan,
sehingga semua kegiatan pelayanan dapat terkoordinir dengan baik.
Pengaturan dinas dibagi menjadi 3 shift dalam 24 jam yaitu:

1. Dinas pagi jam 08.00 WIB sampai dengan jam 14.00 WIB
2. Dinas sore jam 14.00 WIB sampai dengan jam 21.00 WIB
3. Dinas malam jam 21.00 WIB sampai dengan jam 08.00 WIB
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG
1. Ruang Bersalin

LAMPU TROLI
OBAT
SOROT
INFRAWARMER

TEMPAT TIDUR
PEMERIKSAAN

OKSIGEN
USG
KURSI

TEMPAT TIDUR
GENEKOLOGI

MEJA KURSI
WASTAFEL TTROLY ALKES
Tong MEJA TINDAKAN
sampa
Pintu masuk
h

9 meter

2. Ruang Poli Kebidanan


PINTU

USG

TONG TEMPAT TIDUR


SAMPAH

KURSI
INFEKSIUS

TANGGA
KURSI KURSI

MEJA
POLI

LEMARI
KB
KURSI
3meter

3. Ruang Rawat Inap kebidanan

lemari Tempat lemari Tempat LEMARI


tidur tidur
bayi bayi
inkubator Tempat Tempat Tempat
tidur tidur tidur

Tempat
tidur bayi
Infrawarmer

Pintu masuk

B. STANDAR FASILITAS
Secara umum lingkungan Unit Kebidanan dan Kandungan terdiri dari 2 area,
yaitu:
1. Publik/ Area Bebas / Un Restrected Area
Pada area ini tidak ada batasan jumlah penunggu pasien maupun
pengunjung.
Area bebas meliputi:
1. Ruangan perawatan pasien
2. Ruang poli kebidanan
3. Ruang pojok laktasi
4. Kamar mandi atau toilet

2. Semi Steril Area


Pada area ini petugas wajib membatasi jumlah penunggu maupun
pengunjung pasien.
Area semi steril melipu
1. Ruang tindakan persalinan dan ginekologi
2. Ruang penyimpanan alat steril

3. Bagian- bagian Unit Kebidanan dan Kandungan


Unit Kebidanan dan Kandungan terdiri dari beberapa ruang, antara lain :
A. Ruangan Maternal
1. Kamar Bersalin
a. Lokasi berdekatan dengan Kamar Operasi dan poli kebidanan
b. Luas ruangan 9 x 3m2 = 27 m2. Berarti bagi 1 pasien, 1
penunggu dan 2 -3 penolong
c. Tiap ibu bersalin harus punya privasi agar keluarga dapat
hadir
d. Ruangan bersalin tidak boleh merupakan tempat lalu lalang
orang
e. Kamar bersalin terletak sangat dekat dengan kamar neonatal,
untuk memudahkan transport bayi dengan komplikasi ke ruang
rawat
f. Idealnya sebuah ruang bersalin merupakan unit ter-integrasi :
kala 1, kala 2, kala 3 yang berarti setiap pasien diperlakukan
utuh sampai kala 4 bagi ibu bersama bayinya secara privasi.
Bila tidak memungkinkan, maka diperlukan dua kamar kala 1
dan sebuah kamar kala 2.
g. Kamar bersalin dekat dengan ruang jaga perawat (nurse
station) agar memudahkan pengawasan ketat setelah pasien
partus sebelum dibawa ke ruang rawat (post partum).
Selanjutnya bila diperlukan operasi pasien akan dibawa ke
kamar operasi yang berdekatan dengan kamar bersalin
h. Kamar mandi-toilet berhubungan dengan kamar bersalin
i. Ruang post partum berukuran standar : 8 m 2per tempat tidur
(bed) dalam kamar dengan multibed atau standar 1 bed
minimal : 6 m2.
j. Ruang tersebut terpisah dari fasilitas toilet : toilet, kloset,
lemari.
k. Pada ruang dengan banyak tempat tidur, jarak antar tempat
tidur 1 m dan antara dinding 1/5 m
l. Jumlah tempat tidur per ruangan maksimum 3
m. Ruang tindakan operasi/kecil darurat/one day care : untuk
kuret, penjahitan dsb berisi : meja operasi lengkap, lampu
sorot, lemari perlengkapan operasi kecil, wastafel cuci tangan
operator, mesin anestesi, inkubator, perlengkapan kuret (MVA)
dsb.

4. INSTRUMENT
Daftar instrument unit Kebidanan dan Kandungan RSUD JEMAJA
No Nama Alat Jumlah Keterangan
1 Partus set 3 set Disiapkan untuk pelayanan persalinan
normal
2 Vacum Ekstraksi set 1 set Disiapkan jika dalam pelayanan
persalinan normal melebihi batas waktu
dan memungkinkan untuk tindakan VE
( Vacum Ekstraksi )
3 Curetage set 1 set Disiapkan untuk tindakan curetage kasus
abortus atau tindakan pervaginam lainnya
untuk penegakkan diagnosa
4 Emergency set 1 set Disiapkan untuk pasien yang mengalami
kegawatdaruratan
5 HPP Set 1 set Disiapkan jika dalam pelayanan
perdarahan pervaginam lainnya untuk
penegakkan diagnosa
6 IUD Set 1 set Disipkan untuk pasien pemasangan dan
pelepasan IUD

Daftar peralatan unit Kebidanan dan Kandungan.

No Nama Alat Jumlah Keterangan


1 Infant warmer 2 Set Alat penghangat tubuh bayi segera setelah
dilahirkan
3 Oksigen tabung 2 biji 1 Buah di kamar bersalin ,1 buah dikamar
rawat inap
4 Suction 1 Set 1 Di ruang VK
5 Monitor Pasien 1 Set 1 buah di ruang sadar pulih Berkapasitas 40
watt, voltase 180-250 volt
6 Syring pump 1 Buah 1 buah diruang kamar bersalin
9 Mesin NST 1 Buah 1 buah dikamar bersalin.
10 Doppler 1 Set 1 buah diruang kamar bersalin
11 Oxymetri 1 Buah 2 buah di ruang kamar bersalin
12 Lampu tindakan 1 Set 1 buah di ruang kanar bersalin
13 Meja gynecologi 1 Buah 1 buah Di ruang kamar bersalin

14 Tempat tidur 2 Buah 1 buah Di ruang kamar bersalin, 1 buah di


pemeriksaan poli kandungan
15 Meja Instrumen 1 Buah 2 buah diruang kamar bersalin 1 di ruang
observasi.
16 Ambubag 1Set Penyimpanan di kotak emergency
17 Stetoskop 2 Buah 2 diruangan VK
18 Brankar Standar 1 Buah
19 Kabel Rol 1 Rol 1 buah di ruang tindakan
20 Pengatur Suhu (AC) 1 Buah 1buah ada di ruang observasi.

21 Tromol penyimpan 2 Buah 1 buah di ruang tindakan


kasa (besar, kecil)
22 Tromol Penyimpanan - -
Linen (Besar Kecil)

5. Pemeliharaan Unit Kebidanan dan Kandungan


Pemeliharaan Unit Kebidanan dan Kandungan merupakan proses
pembersihan ruangan beserta alat-alat standar yang ada di Unit
Kebidanan dan Kandungan, dilakukan teratur sesuai jadwal. Tujuan
pemeliharaan unit Kebidanan dan Kandungan untuk mencegah adanya
infeksi silang dari atau ke pasien dan mempertahankan sterilitas. Cara
pembersihan Unit kebidanan dan Kandungan antara lain pembersihan
rutin harian, pembersihan Mingguan, dan pembersihan sewaktu.
a. Pembersihan Rutin Harian
Pembersihan sebelum dan sesudah penggunaan ruang tindakan Unit
Kebidanan dan Kandungan agar siap pakai.
Cara:
1. Permukaan peralatan dibersihkan dengan antiseptik
2. Permukaan meja gynekologi dan bed untuk persalinan
dibersihkan
3. Tempat sampah diberi plastik dan dibersihkan setiap waktu
4. Peralatan yang digunakan untuk tindakan gynekologi dan
persalinan dibersihkan
5. Noda noda pada dinding dibersihkan
6. Lantai dibersihkan dan di pel
7. Lubang angin, kaca, jendela dan kusen dibersihkan
8. Alat tenun bekas pasien dikeluarkan dari kamar bersalin
9. Lampu operasi dan alas kaki dibersihkan tiap hari.
b. Pembersihan Mingguan
1. Pembersihan secara keseluruhan.
Dilakukan teratur setiap minggu, pada hari sabtu jam 08.00, bila pada
2. Semua peralatan unit Kebidanan dan Kandungan dikeluarkan
3. Peralatan dibersihkan dan dicuci dengan desinfektan
4. Permukaan dinding dilap dengan air basah
5. Lantai disikat dg detergen, bilas antiseptik dan dikeringkan.

c. Pembersihan Sewaktu
1. Bila kamar bersalin digunakan untuk kasus infeksi tertentu.
2. Dinding, meja tindakan gynekologi, meja instrument dan
semua peralatan dibersihkan.
3. Instrument dan alat bekas pakai diberi desinfektan.

d. Penanganan Limbah
1) Penanganan limbah padat terpisah dengan limbah cair
2) Limbah cair dibuang ditempat khusus yang dicampur dengan
larutan desinfektan
3) Limbah padat ditempatkan dalam kantong tertutup
4) Limbah non infeksi kering dan basah di tempatkan tertutup.
5) Limbah infeksi tertutup, label merah “ dimusnahkan

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Melakukan identifikasi pasien


1. Pasien datang dilakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pengisian
lembar rekam medis secara lengkap
2. Setelah itu kolaborasi dengan tenaga kebidanan dan keperawatan lainnya
sesuai kewenangan masing-masing
3. Apabila akan dilakukan tindakan/operasi maka pasien dan keluarga
diberikan informasi mengenai tindakan/operasi yang akan dilakukan
(teknik, lokasi dll), setelah setuju maka keluarga menandatangani
informed consent.
4. Jika pasien dirawat bersama oleh beberapa spesialisasi maka harus ada
dokter penanggung jawab pasien (DPJP)
5. Apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan laboratorium, radiologi dan sebagainya .
6. Pulang dan kunjungan kontrol
a) Pasien dipulangkan setelah mendapatkan persetujuan dokter
b) Pada saat pulang ibu diberikan catatan mengenai kesehatan ibu
dan bayi menggunakan buku KIA atau sejenisnya
c) Kunjungan kontrol dapat dilakukan di tempat pemberi layanan
rumah sakit atau fasilitas kesehatan diluar rumah sakit
(Puskesmas, klinik, Dokter/bidan swasta) apabila pasien
sebelumnya merupakan kiriman/rujukan dari sarana pelayanan
kesehatan tersebut.
B. Syarat-syarat bekerja di Unit Kebidanan dan Kandungan
1. Jangan banyak mondar-mandir dan usahakan jangan banyak orang
dalam ruang tindakan maupun VK di Unit kebidanan dan Kandungan
2. Kesehatan dan kebersihan
3. Petugas Unit Kebidanan dan Kandungan harus bebas dari kuman-
kuman yang mudah ditularkan
4. Perlengkapan petugas yang ikut tindakan di Unit Kebidanan dan
Kandungan:
 Skoret/ celemek
 Penutup kepala
 Masker
 Alas kaki atau sepatu boot
 Sarung tangan steril
C. Lalu lintas di lingkungan Unit Kebidanan dan Kandungan
Lalu lintas meliputi:
1. Lalu lintas petugas
Sarana pada lalu lintas petugas harus ditentukan adanya:
a. Perlengkapan khusus seperti masker, topi dll
b. Batas daerah bersih dan kotor yang meliputi:
 Petugas buka alas kaki, masuk ruang tindakan/ VK
semisteril dan ganti dengan alas kaki dalam
 Petugas cuci tangan
 Petugas memakai alat pelindung diri sebelum melakukan
tindakan/ asistensi tindakan di ruang VK
 Bila sudah selesai tindakan, petugas keluar melalui alur
yang sama waktu masuk dengan meletakkan kembali
perlengkapan-perlengkapan yang sudah dipakai di tempat
yang sudah di tentukan
2. Lalu lintas penderita
 Penderita di antar ke ruangan tindakan/ VK dengan menggunakan
kursi roda atau brankar
 Penderita yang menggunakan alas kaki harus membuka alas kaki
saat masuk ke ruang tindakan kamar bersalin dan g anti dengan
alas kaki untuk dalam ruangan.
 Selesai dilkukan tindakan obstetri / ginecologi pasien dibawa ke
ruang dengan menggunakan brankart atau kursi roda.
 Penderita keluar dari ruang pemulihan menuju ruangan
3. Lalu lintas alat
 Sarana untuk lalu lintas
 Ruang untuk menyimpan alat yang sudah steril
 Prosedur
 Sebelum tindakan gynekologi/ persalinan dimulai, semua
alat yang mungkin akan dipakai sudah dipersiapkan di
meja instrument
 Setelah tindakan selesai, semua alat yang sudah dipakai di
bawa ke ruang cuci alat dibersihkan dan di pak kembali
untuk disterilkan
 Alat linen yang sudah dipakai dimasukkan ke dalam
kantong dan dikirim ke bagian pencucian. Linen yang
terkena cairan tubuh pasien di desinfeksi terlebih dahulu
 Alat-alat dispossible yang sudah dipakai di masukkan ke
dalam kantong atau tempat safety box khusus dan dikirim
ke bagian pembakaran
D. Tata laksana tindakan persalinan maupun ginekologi pada penderita dengan
HIV, hepatitis B dan hepatitis C
a. Harus disiapkan
 Desinfektan yang kuat (qlutaraldehyde 2%)
 Celemek plastic yang kedap cairan
 Pelindung mata dan muka
 Kantong plastic yang tebal dan kedap air dengan tanda khusus
untuk tempat kotor yang terkontaminasi
b. Personil kamar bersalin harus menggunakan celemek kedap air,
memakai pelindung mata dan pelindung muka, memakai sarung
tangan rangkap dua, serta sepatu boot.
c. Personil dalam ruangan VK sedikit mungkin dan alat-alat yang
diperlukan saja
d. Harus memakai linen disposable
e. Penderita dibawa ruang perawatan setelah sadar benar
f. Instrument yang dipakai harus di rendam dengan cairan
sterlicide/natrium dichloroisocyanurate sesuai kebutuhan
g. Bidan yang mencuci instrument tersebut harus memakai
perlengkapan seperti:
 Sarung tangan yang kuat dan utuh
 Celemek plastic kedap air dibawa jas luar
 Pelindung mata,muka
h. Setelah tindakan selesai, alat-alat yang telah dipakai harus segera di
bersihkan( bongkar sewaktu)
i. Rahasia penderita harus dijaga
j. Untuk pasien dengan HIV dirujuk ke rumah sakit lain yang memiliki
fasititas untuk pelayanan pasien dengan HIV

E. Sistem rujukan.
1. Rujukan adalah penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan
tugas atau wewenang dan tanggung jawab secara timbal balik baik horizontal
maupun vertical terhadap kasus atau permasalahan kesehatan karena
adanya keterbatasan dalam memberikan pelayanan yang di butuhkan oleh
pasien.
2. Jenis rujukan yang di lakukan adalah
a. Rujukan eksternal (rujukan antar fasilitas pelayanan kesehatan) yang
terdiri dari :
a) Rujukan vertikal yaitu rujukan yang terjadi dari kamar bersalin RSUD
Jemaja ke kamar bersalin RS lain yang memiliki fasilitas lebih lengkap
atau kamar bersalin RSUD Jemaja menerima rujukan dari fasilitas
kesehatan lain yang kurang memadai.
b) Rujukan horizontal yaitu rujukan yang terjadi dari kamar bersalin
RSUD Jemaja ke kamar bersalin rumah sakit lain fasilitas yang
setara.
b. Rujukan internal merupakan rujukan di dalam RSUD Jemaja dari tenaga
kesehatan ke tenaga kesehatan lainnya; dokter umum ke dokter
spesialis, antar dokter sepesialis yang terdiri dari :
a) Rujukan kasus penyakit atau masalah penyakit yaitu rujukan yang
dilakukan berkaitan dengan pengobatan dan pemulihan berupa
pengiriman pasien (kasus), spesimen dan pengetahuan tentang
penyakit.
b) Rujukan permasalahan kesehatan yaitu rujukan yang dilakukan
berkaitan dengan upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan
berupa fasilitas, teknologi dan operasional.
3. Rumah Sakit Umum Daerah Jemaja mempunyai kewajiban untuk merujuk
pasien yang memerlukan pelayanan di luar kemampuanya. RS penerima
rujukan harus mampu menjamin bahwa pasien yang dirujuk tersebut akan
mendapat penanganan segera. Rujukan balik ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang merujuk dilakukan segera setelah alasan rujukan sudah
tertangani, oleh karena itu rujukan merupakan proses timbale balik.
4. Tujuan dilakukan system rujukan antara lain adalah :
a. Membutuhkan pendapat dari ahli (second opinion)
b. Memerlukan pemeriksaan yang tidak tersedia difasilitas RSUD Jemaja
c. Memerlukan intervensi medis diluar kemampuan RSUD Jemaja
d. Memerlukan penatalaksanaan bersama dengan ahli lainnya
e. Memerlukan perawatan dan pemantauan lanjutan
BAB V
LOGISTIK

A. Definisi
Merupakan proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian
aliran yang efisien dari barang atau jasa dan informasi terkait mulai dari titik
asal sampai titik penggunaan untuk memenuhi keperluan pelanggan.
Logistik di unit Kebidanan dan Kandungan meliputi proses
pengadaan, penyimpanan, persediaan alat-alat kesehatan yang diperlukan
untuk menunjang pelayanan.
B. Tujuan
Tujuan logistik di unit Kebidanan dan Kandungan antara lain untuk
mengidentifikasi, merencanakan pengadaan, pendistribusian alat hingga
mengembangkan sistem pengelolaan logistik yang efektif dan efisien
sehingga dapat menunjang pelayanan di Kebidanan dan Kandungan.

C. Manajemen Logistik di Unit Kebidanan dan Kandungan


1. PENGADAAN BARANG SEDIAAN
a. Barang Sediaan adalah obat, peralatan medis, dan bahan medis
habis pakai, alat tulis kantor (ATK), alat rumah tangga (ART) yang
rutin dipergunakan di Unit Kebidanan dan Kandungan , dan tersedia
di gudang farmasi maupun gudang logistik. Barang sediaan medis
dan non medis merupakan stok di Unit Kebidanan dan Kandungan
serta menjadi tanggung jawab Kepala Unit Kebidanan dan
Kandungan.
b. Pengadaan barang sediaan dilakukan dengan mengisi bon
obat/alkes untuk permintaan alat kesehatan dan form bon gudang
untuk permintaan alat tulis kantor (ATK) maupun alat rumah tangga
(ART) . Pada hari yang telah ditentukan, petugas gudang akan
menyediakan barang yang diminta.

2. PENGADAAN BARANG NON SEDIAAN


a. Barang Non Sediaan adalah obat, peralatan medis, dan bahan
medis habis pakai, alat tulis kantor (ATK), alat rumah tangga (ART)
yang tidak secara rutin dipergunakan di Unit Kebidanan dan
Kandungan , dan tidak disediakan di gudang medis maupun gudang
umum.
b. Pengadaan barang non sediaan dilakukan dengan mengisi form PB-
24. Permintaan barang sediaan ditujukan kepada Unit Pembelian
Umum atau Unit Pembelian Medis. Pada hari yang telah ditentukan,
petugas gudang akan menyediakan barang yang diminta.
c. Apabila barang yang diminta telah tersedia, maka Unit Pembelian
akan mengirimkan barang tersebut ke Unit Kebidanan dan
Kandungan, dan sistem akan menambahkan stok barang tersebut
pada stok Unit Kebidanan dan Kandungan .
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN
Keselamatan Pasien (Patient Safety)
adalah suatu sistem dimana Rumah Sakit membuat asuhan pasien lebih
aman.
Sistem tersebut meliputi:
a. Asesmen risiko
b. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien
c. Pelaporan dan analisis insiden
d. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
e. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh:
a. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
b. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. TATA LAKSANA SASARAN KESELAMATAN PASIEN


1. Ketepatan Identifikasi Pasien
Kegiatan untuk melakukan verifikasi atas kebenaran atau kesesuaian sosok
orang yang akan mendapatkan pelayanan kesehatan diagnosis dan/atau
pengobatan dengan identitas orang tersebut sebagaimana tercantum dalam
file rekam medis pasien atau dokumen lain yang berkaitan dengan sosok
orang tersebut.
Kegiatan identifikasi pasien dilakukan sebelum melakukan pemberian
obat-obatan, prosedur pemeriksaan penunjang medis radiologi (rontgen, MRI,
CT-Scan), Laboratorium, endoskopi, treadmill, EEG ; pengambilan sampel
(misalnya darah, tinja, urin, dan sebagainya) ; intervensi pembedahan dan
prosedur invasif lainnya; transfusi darah ; transfer pasien ; konfirmasi
kematian.
Para staf IGD harus mengkonfirmasi identifikasi pasien dengan benar
dengan menanyakan nama dan tanggal lahir/umur pasien, kemudian
membandingkannya dengan yang tercantum di rekam medis dan gelang
pengenal. Jangan menyebutkan nama, tanggal lahir, dan alamat pasien dan
meminta pasien untuk mengkonfirmasi dengan jawaban ya / tidak.
Identifikasi pasien yang dalam keadaan tidak sadar dapat dilakukan
melalui keluarga dan atau pengantar yang mengetahui identitas pasien.
Apabila pasien datang dalam keadaan tidak sadar dan tidak ada keluarga
dan atau pengantar yang mengetahui identitas pasien, maka pasien
sementara akan diidentifikasi sebagai Mr. X atau Ms. X, sampai identitas
yang sesungguhnya diketahui lebih lanjut.
2. Peningkatan Komunikasi yang Efektif
Komunikasi efektif adalah tepat waktu, akurat, jelas, dan mudah dipahami
oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan
(kesalahpahaman).
Prosesnya adalah pemberi pesan secara lisan memberikan pesan,
setelah itu dituliskan secara lengkap isi pesan tersebut oleh si penerima
pesan ; isi pesan dibacakan kembali (read back) secara lengkap oleh
penerima pesan ; dan penerima pesan mengkonfirmasi isi pesan kepada
pemberi pesan.
Komunikasi dilakukan sedemikian sehingga isi pesan yang hendak
disampaikan benar-benar diterima oleh penerima sesuai dengan maksud
pemberi pesan. Komunikasi per lisan dengan menggunakan telepon
dilaksanakan sedemikian sehingga sebelum pembicaraan diakhiri, penerima
informasi/ instruksi mengulang kembali informasi/ instruksi yang diberikan
dan pemberi informasi/ instruksi mengecek kebenaran informasi/ instruksi
yang diberikan. (lihat SPO Konsultasi dengan Dokter per Telepon). Informasi/
instruksi lisan yang telah diterima segera dicatat pada status rekam medis
pasien, untuk selanjutnya pada kesempatan pertama dimintakan tanda
tangan dari pemberi instruksi.
3. Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (High Alert
Medication)
Sasaran high alert medication ditujukan pada identifikasi, pengelolaan,
pelaporan serta dokumentasi obat–obat yang mempunyai risiko tinggi
menyebabkan cidera pada pasien bila digunakan secara salah. Obat–obat
yang perlu diwaspadai (High Alert Medications) adalah obat–obat yang
mempunyai risiko tinggi menyebabkan cidera pada pasien bila digunakan
secara salah yang daftarnya diperoleh dari hasil inventarisasi unit pelayanan.
Obat-obatan yang perlu diwaspadai diberi label khusus dengan
menggunakan stiker berwarna (lihat SPO Pemberian Label Obat yang Perlu
Diwaspadai).
LASA (nama obat, rupa dan ucapan mirip) adalah obat–obat yang
memiliki nama, rupa dan ucapan mirip yang perlu diwaspadai khusus agar
tidak terjadi kesalahan pengobatan (dispensing error) yang bisa menimbulkan
cidera pada pasien. Pemberian obat-obatan tersebut diberikan kepada pasien
dengan melakukan pengecakan ulang atas obat dan pasien yang akan diberi.
Contoh rupa mirip: Dextrose 40% dan Magnesium Sulfat, Oxytocin
dan Lidocaine. Contoh ucapan mirip: Phenobarbital dan Phentobarbital.
4. Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur dan Tepat-Pasien Operasi
Tindakan Pembedahan yang dilakukan harus menjamin ketepatan pada pasien
dan pada Lokasi yang tepat, dan menggunakan metode Identifikasi yang tepat
dan benar. Dokter penanggung jawab pasien mengidentifikasi dan
mengantisipasi secara efektif ancaman hilangnya fungsi pernapasan, risiko
kehilangan darah, menghindari penggunaan obat yang dapat menimbulkan
reaksi alergi atau reaksi obat yang tidak dikehendaki pada pasien yang
diketahui berisiko, secara konsisten menggunakan metode pencegahan
terjadinya infeksi luka operasi, mencegah tertinggalnya instrumen bedah
dan/atau kasa pada luka/tempat operasi, mengidentifikasi secara akurat dan
mengamankan specimen bedah, dan melakukan komunikasi dan konsultasi
atas informasi penting atas jalannya tindakan pembedahan yang aman.
Formulir Persetujuan Tindakan Medis (informed consent) harus sudah
ditandatangani oleh yang berkepentingan, segera setelah penjelasan/
informasi yang diperlukan disampaikan kepada pasien dan/ atau keluarganya
(lihat SPO Persetujuan Tindakan Medis).
5. Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
Semua bahan/material yang terkontaminasi darah dan komponen cairan
tubuh pasien harus dianggap berpotensi terhadap penularan infeksi, oleh
karena itu perlu dilakukan penggunaan alat pelindung diri (APD) dan
dilakukan prosedur dekontaminasi terlebih dahulu (lihat SPO Penggunaan
APD dan SPO Dekontaminasi)
Semua peralatan medis yang akan dipergunakan untuk melakukan
prosedur invasif terhadap pasien harus terjamin sterilitasnya (lihat SPO
Sterilisasi Alat)
Semua tenaga medis/ keperawatan/ paramedis lain harus melakukan cuci
tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan terhadap pasien (lihat SPO
Cuci Tangan). Pasien perlu diberi informasi mengenai maksud dan tujuan
tindakan cuci tangan serta setiap prosedur septik dan antiseptik yang
dilakukan terhadapnya
Mencuci tangan adalah prosedur tindakan membersihkan tangan
dengan menggunakan sabun/ anti septic di bawah air bersih yang mengalir
atau cairan lainnya. Lima momen cuci tangan, meliputi: sebelum kontak
dengan pasien; sebelum tindakan aseptik ; setelah kontak pasien ; setelah
kontak cairan tubuh pasien ; setelah kontak lingkungan.
Prosedur cuci tangan:
a. Gosokkan kedua telapak tangan.

b. Gosok punggung tangan kiri dengan telapak


tangan kanan atau sebaliknya.
c. Dengan menghadapkan telapak tangan kiri dan
telapak tangan kanan dan bersihkan sela – sela
jari.

d. Mengepalkan tangan dan gosok pungung jari


tangan kanan dengan tangan kiri atau
sebaliknya.

e. Membersihkan ibu jari dengan cara mengosok


dan putar ibu jari tangan kanan dengan tangan
kiri atau sebaliknya.

f. Bersihkan ujung jari dengan cara menggosok


ujung jari tangan kanan di atas telapak tangan
kiri atau sebaliknya

6. Pengurangan Risiko Pasien Jatuh


Jatuh dapat diartikan sebagai hilangnya posisi tegak yang berakibat pada
berakhirnya posisi tubuh di lantai, tanah atau obyek lain seperti mebeler atau
tangga ; atau dapat diartikan perpindahan tubuh ke bawah dan mencapai
lantai/tanah atau membentur obyek lain (kursi, tangga, dsb.) secara tiba-tiba,
tidak terkontrol, tidak disengaja, dan tanpa tujuan.
Dokter/ bidan / paramedis wajib melakukan asesmen terhadap pasien
dengan risiko jatuh dan memberikan identifikasi berupa gelang dan papan
petunjuk mengenai hal tersebut (lihat Panduan Pencegahan Pasien Jatuh).
Pasien yang telah diidentifikasi berpotensi atas risiko jatuh wajib dimonitor
dan dilakukan tindakan pencegahan (lihat SPO Pencegahan Pasien dengan
Risiko Jatuh).
Asesmen harus sudah ditetapkan dalam waktu selambat-lambatnya 24 jam
sejak pasien dirawat di Rumah Sakit. Asesmen dilakukan oleh dokter
penanggung jawab pasien (DPJP) dan / atau perawat / bidan (minimal
penanggung jawab shift / kepala tim) dengan menentukan skore risiko jatuh
berdasarkan Morse Fall Scale.
Terhadap semua pasien baru dilakukan penilaian atau asesmen atas potensi
risiko jatuh dan penilaian diulang jika diindikasikan adanya perubahan kondisi
pasien atau pengobatan yang menimbulkan adanya risiko jatuh. Hasil
penilaian dimonitor dan ditindaklanjuti sesuai level risiko jatuh. Seluruh pasien
rawat inap dinilai risiko jatuh dengan menggunakan lembar penilaian risiko
jatuh. Penilaian memakai formulir Morse Fall Scale (MFS).
 Kriteria Pasien dengan risiko jatuh (label Kuning – Morse Fall)
 Upaya pencegahan risiko pasien jatuh : railing,
restraint, ...................
 Indikasi restraint : gaduh gelisah, kejang, ..........
C. PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN
Pelaporan secara anonym dan tertulis kepada Tim KPRS setiap kejadian nyaris
cidera (KNC) atau kejadian tidak diharapkan (KTD) yang menimpa pasien atau
kejadian lain yang terjadi di Rumah Sakit.
1. Alur Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien di RS (Internal)
a. Apabila terjadi suatu insiden (KNC/KTD) di Rumah Sakit, wajib segera
ditindaklanjuti (dicegah/ditangani) untuk mengurangi dampak/akibat yang
tidak diharapkan.
b. Setelah ditindaklanjuti, segera buat laporan insidennya dengan mengisi
Formulir Laporan Insiden pada akhir jam kerja/shift kepada atasan
langsung. Paling lambat 2x24 jam, jangan menunda laporan.
c. Setelah selesai mengisi laporan, segera serahkan kepada atasan
langsung pelapor.
d. Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading risiko
terhadap insiden yang dilaporkan
e. Hasil grading akan memeriksa laporan dan melakukan grading risiko
terhadap insiden yang dilakukan sebagai berikut :
 Grade biru: investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu
maksimal 1 minggu
 Grade hijau: investigasi sederhana oleh Atasan langsung, waktu
maksimal 2 minggu
 Grade kuning: investigasi komprehensif/Analisis akar
masalah/RCA oleh Tim PMKP di RS, waktu maksimal 45 hari.
 Grade merah: investigasi komprehensif/Analisis akar
masalah/RCA oleh Tim PMKP di RS, waktu maksimal 45 hari.
f. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil
investigasi dan laporan insiden dilaporkan ke Tim PMKP di RS.
g. Tim KP di RS akan menganalisa kembali hasil investigasi dan laporan
insiden untuk menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan
(RCA) dengan melakukan Regrading.
h. Untuk grade Kuning/Merah, Tim PMKP di RS akan melakukan Analisa
akar masalah/Root Cause Analysis (RSC).
i. Setelah melakukan RCA, Tim PMKP di RS akan membuat laporan dan
Rekomendasi untuk perbaikan serta “Pembelajaran” berupa :
Petunjuk/”Safety Alert” untuk mencegah kejadian yang sama terulang
kembali.
j. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada Direksi.
k. Rekomendasi untuk “Perbaikan dan Pembelajaran” diberikan umpan balik
kepada unit kerja terkait.
l. Unit Kerja membuat analisa dan trend kejadian di satuan kerjanya
masing-masing.
m. Monitoring dan Evaluasi Perbaikan oleh Tim PMKP di RS.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian
Pelaksanaan keselamatan kerja adalah berkaitan dengan upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh berbagai
factor bahaya, baik berasal dari pelaksanaan pekerjaan maupun lingkungan
kerja serta tindakan pekerja sendiri.

B. Tujuan
1. Melindungi keselamatan pekerja dalam melakukan pekerjaaanya untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktifitas kerja
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada ditempat kerja.
3. Sumber produksi terpelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.

C. Tindakan Resiko Terpanjang Infeksi


1. Cuci tangan yang kurang benar.
2. Penggunaan saraung tangan yang kurang tepat.
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman
4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman
5. Teknik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai

D. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur kewaspadaan universal dalam kaitan keselamatan
kerja adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan dan
sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi 5 (lima)
kegiatan pokok yaitu:
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakain sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

E. Program Keselamatan Kerja


1. Pencegahan infeksi melalui kewaspadaan universal dalam setiap
pelaksanaan pekerjaan
2. Melakukan pekerjaan sesuai dengan Standar Prosedur Operasi yang
berlaku.
3. Pemeriksaan kesehatan calon pekerja sebelum diterima sebagai pekerja.
4. Pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi setiap pekerja.

F. Rekomondasi Staff Unit Kebidanan dan kandungan


1. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum melakukan tindakan
medik atau tindakan non medik pada tiap pasien.
2. Memakai sarung tangan baru sekali pakai setiap melakukan pemeriksaan
dalam , pasang infus dan tindakan lainnya.
3. Memakai sarung tangan baru sekali pakai setiap memegang semua
peralatan pasien
4. Setiap staf yang melakukan pemeriksaan dalam atau aktifitas yang
berkaitan dengan darah, air ketuban, lender, harus memakai masker
pelindung mulut, kacamata pelindung dan memakai plastic pelindung baju
(schort), sepatu boat.
5. Setelah selesai melakukan pemeriksaan dalam penusukan atau penarikan
jarum, pembersihan luka atau bagian mukosa atau setelah selesai
memegang peralatan pasien. Sarung tangan dilepas dan dibuang
ketempat khusus.
6. Setiap staf yang tertusuk jarum bekas penusukan pada pasien HBsAg, anti
HCV dan HIV positif, segera diambil tiindakan pencegahan sesuai dengan
prosedur baku.
7. Staf yang melayani pasien dengan HBsAg positif, tidak melayani pasien
HBsAg negative pada hari yang sama.
8. Pemeriksaan HIV secara berkala harus dilakukan pada semua staf kamar
bersalin bila diruang kamar bersalin ada pasien terinfeksi HIV.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (quality control) adalah proses deteksi dan koreksi


adanya penyimpangan atau perubahan segera setelah terjadi dalam rangka
mempertahankan mutu.
Indikator mutu adalah variabel mutu yang dapat digunakan sebagai
pengukuran terhadap pencapaian standar, dapat dievaluasi dari waktu ke waktu dan
dapat dipakai sebagai tolok ukur prestasi kuantitatif/kualitatif terhadap perubahan
dari standar atau target yang telah ditetapkan sebelumnya dengan selalu
memperhatikan hubungan kerjasama para pelaksanan pelayanan dari dokter, tenaga
kesehatan dan tenaga lain yang bekerja di Rumah Sakit.
Definisi Mutu di unit kebidanan dan kandungan adalah Pelayanan Rumah
Sakit terhadap pelayanan persalinan untuk mencegah terjadinya kematian ibu
melahirkan yang disebabkan Karena perdarahan, pre-eklampsia, eklampsia, partus
lama dan sepsis.
Mutu di unit kebidanan dan kandungan adalah untuk memberikan gambaran
terhadap pelayanan yang diberikan di unit kebidanan dan kamar bersalin. Hal ini
dilakukan secara berkelanjutan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Adapun Indikator Mutu pelayanan di unit kebidanan dan kandungan adalah sebagai
berikut :
1. Kepatuhan Identifikasi Pasien
2. Kejadian angka pasien dengan infeksi jarum infus
3. Kepatuhan pelaksanaan pengurangan resiko jatuh
4. Angka kepatuhan pemasangan gelang indentitas

5. Kepatuhan jam visit dokter

6. Kejadian kematian ibu bersalin karena pendarahan

7. Kepatuhan pelaksanaan clinical pathway Pada pasien Pre Eklampsia


8. Kematian persalinan karena preeklamsia/eklamsia

9. Angka Kepatuhan Pemberian Asi Ekslusif bayi baru lahir selama rawat inap

INDIKATOR MUTU UNIT KEBIDANAN DAN KANDUNGAN RSUD JEMAJA

1. Kepatuhan Identifikasi Pasien

Judul Indikator Kepatuhan Identifikasi Pasien


Dasar pemikiran Permenkes Nomor 11 Tahun 2017
Dimensi Mutu Keselamatan dan Fokus kepada pasien

Tujuan Terlaksananya proses identifikasi pasien agar menjamin keselamatan pasien.

Definisi Identifikasi pasien adalah proses pengecekan identitas pasien menggunakan


Operasional minimal 2 identitas dari 3 identitas yang tercantum pada gelang, label atau
bentuk identitas lainnya sebelum memberikan pelayanan sesuai dengan regulasi
yang berlaku di rumah sakit.
Disebut patuh bila proses identifikasi pasien dilakukan secara benar oleh
petugas pada saat, antara lain :
1. pemberian obat
2. pemberian pengobatan termasuk nutrisi
3. pemberian darah dan produk darah
4. pengambilan specimen
5. sebelum melakukan tindakan diagnostik / therapeutic.

Pengukuran dilakukan terpisah untuk masing-masing proses tersebut diatas dan


menghasilkan lima sub indikator yaitu:
1. Kepatuhan pengecekan identitas pasien sebelum pemberian obat
2. Kepatuhan pengecekan identitas pasien sebelum pengobatan termasuk
pemberian nutrisi pada diet khusus
3. Kepatuhan pengecekan identitas pasien sebelum pemberian transfusi
darah dan produk darah.
4. Kepatuhan pengecekan identitas pasien sebelum pengambilan spesimen
pemeriksaan
5. Kepatuhan pengecekan identitas pasien sebelum melakukan tindakan
diagnostik ( contoh: pungsi lumbal, endoskopi dsb) dan terapi (operasi,
debridement dll)
Jenis Indikator
Struktur Proses v Outcome Proses & Outcome

Numerator Jumlah proses yang telah dilakukan identifikasi secara benar


(pembilang)
Denominator Jumlah proses pelayanan yang di observasi
(penyebut)
Target 100%
Pencapaian
Kriteria:
- Inklusi Semua pasien

Formula N/D x 100%


Sumber data sensus pada saat pengambilan data/ observasi
Frekuensi Bulanan
pengumpulan data
Periode analisis 3 bulan
Cara Concurrent
Pengumpulan
Data
Rencana Analisis Menggunakan diagram Garis atau diagram batang:
Data
- diagram garis digunakan untuk menampilkan data dari waktu ke waktu
- diagram batang digunakan untuk menampiilkan data perbandingan antar unit
Instrumen 1. formulir sensus harian
Pengambilan Data 2. formulir rekapitulasi bulanan
Penanggung Ka Unit Kebidanan, seluruh bidan, dam komite keselamatan pasien
Jawab

2. Angka pasien dengan infeksi jarum infus

Judul Indikator Infeksi Aliran Darah Perifer / Phlebitis


Dasar Pemikiran Permenkes 27 tahun 2017 tentang pedoman pencegahan dan pengendalian
infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan.
Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien
Tujuan Menurunnya kejadian infeksi aliran darah
Definisi Phlebitis merupakan inflamasi pada vena, yang ditandai dengan adanya
operasional daerah yang merah, nyeri dan pembengkakan di daerah penusukan atau
sepanjang vena (Brunner dan Sudarth, 2002)
Jenis Indikator
struktur Proses Outcome Proses & Outcome

Perspektif Proses Bisnis Internal


Sasaran Strategis Terwujudnya penyelenggaraan sistem pelayanan keperawatan berbasis mutu
dan keselamatan pasien dalam pencegahan dan pengendalian infeksi rumah
sakit
Numerator Jumlah kasus Phlebitis
Denominator Seluruh pasien yang terpasang kateter intravena
Target ≤5%
Pencapaian
Inklusi Pasien rawat inap yang terpasang kateter intravena
Formula (Jumlah kasus phlebitis dibagi Seluruh pasien yang terpasang kateter
intravena) x 100%
Sumber Data Instalasi Rawat Inap
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan
Data
Periode analisis 3 bulan

Cara Concurrent
Pengumpulan
Data

Rencana Analisis Menggunakan diagram Garis atau diagram batang:


Data
- diagram garis digunakan untuk menampilkan data dari waktu ke waktu
Instrumen 1. formulir sensus harian
Pengambilan Data 2. formulir rekapitulasi bulanan

Penanggung Ka Unit Kebidanan, seluruh bidan, dam komite keselamatan pasien


JAwab

3. Pengurangan risiko jatuh

Judul Indikator Menurunkan angka insiden pasien jatuh selama perawatan rawat inap di rumah
sakit
Dasar pemikiran Permenkes 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang keselamatan pasien RS.

Dimensi Mutu Keselamatan dan Fokus kepada pasien

Tujuan Terselenggaranya pelayanan keperawatan yang aman dan efektif bagi


pasien dalam upaya mencapai pemenuhan sasaran keselamatan pasien
internasional (IPSG 6)
DEFINISI Tidak adanya kejadian pasien jatuh adalah tidak terjadinya pasien jatuh selama
pasien mendapatkan pelayanan rawat inap di rumah sakit, baik akibat jatuh dari
OPERASIONAL tempat tidur, dikamar mandi dsb.
Ketika pasien baru pertama kali masuk perawatan maka dalam 24 jam
harus dilakukan asesmen awal keperawatan dimana dalam asesmen tsb dapat
diketahui kemungkinan pasien berisiko jatuh dengan skoring
tertentu menggunakan instrumen penilaian risiko jatuh.
Penilaian resiko jatuh menggunakan skala Morse untuk pasien dewasa, skala
Humpty Dumpty untuk pasien anak - anak, dan skala jatuh untuk pasien geriatri.
Tujuannya untuk dilakukan intervensi dan monitoring yang intensif terhadap
pasien beresiko jatuh dan harus dilakukan reasesmen jatuh dengan waktu
sesuai derajat skornya.
Jenis Indikator
Struktur Proses v Outcome Proses & outcome

NUMERATOR Jumlah pasien jatuh

DENOMINATOR Jumlah pasien rawat inap

Target ≤3%
Pencapaian

Kriteria inklusi Semua pasien rawat inap

Kriteria eksklusi -

Formula (Jumlah kejadian pasien jatuh dibagi jumlah pasien rawat inap) x 100%

Sumber data Rekam Medik

Frekuensi Bulanan
pengumpulan
data
Periode analisis 3 bulanan
Cara Concurrent
Pengumpulan
Data

METODOLOGI Metode cek dokumen rekam medik pasien


PENGUMPULAN
DATA
Rencana Analisis Menggunakan diagram Garis atau diagram batang:
Data
- diagram garis digunakan untuk menampilkan data dari waktu ke waktu

Instrumen formulir rekapitulasi


Pengambilan
Data

Penanggung Ka Unit Kebidanan, seluruh bidan, dam komite keselamatan pasien


Jawab

4. Angka kepatuhan pemasangan gelang indentitas

Judul Angka kepatuhan pemasangan gelang indentitas

Dasar Pemikiran Permenkes 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang keselamatan pasien


RS.

Dimensi Mutu Keselamatan dan Fokus kepada pasien

Tujuan Tergambarnya kepatuhan perawat dalam melaksanakan spo


pemasangan gelang identitas

Defenisi Operasional Gelang identitas adalah gelang yang dipasng oleh perawat kepada
pasien rawat ianap yang berisi nama lengkap,tanggal lahir,dan nomor
rekam medis

Jenis indicator Struktur proses Outcome Proses dan Outcome


v
Numerator Jumlah pasien baru yang terpasang gelang identitas

Denominator
Jumlah pasien yang diarawat dalm satu bulan

Target Pencapaian ≥ 80%

Kriteria Inklusi Semua pasien yang rawat inap

Kriteria Eksklusi

Formula Jumlah pasien baru yang terpasang gelang identitas X 100

Jumlah pasien yang diarawat dalm satu bulan

Sumber Data Perawatan kebidanan dan kandungan

Frekuensi Pengumpulan Bulanan


Data

Priode analisis 3 bulanan

Metodologi Concurrent
Pengumpulan Data

Rencana Analisis data Menggunakan diagram Garis atau diagram batang:

- diagram garis digunakan untuk menampilkan data dari waktu ke


waktu

Instrumen Pengambilan formulir rekapitulasi


Data

Penanggung Jawab Ka Unit Kebidanan, seluruh bidan, dam komite keselamatan pasien
Pengumpul Data

5. Kepatuhan jam visit dokter

Judul Indikator Kepatuhan jam visit dokter

Dasar pemikiran UU No 29 tahun 2004


UU No. 44 Tahun 2009
UU No 25 tahun 2009 ttg Pelayanan Publik
Dimensi Mutu Efisiensi, aksesibilitas, focus pada pasien

Tujuan Tergambarnya kepatuhan Dokter Spesialis terhadap ketepatan waktu


melakukan visitasi kepada pasien rawat inap.

DEFINISI Kepatuhan Jam Visite Dokter Spesialis sebagai DPJP adalah kunjungan dokter
spesialis untuk melihat perkembangan pasien yang menjadi tanggung jawabnya
OPERASIONAL setiap hari sebelum jam 14.00.

Catatan :
1.pasien baru masuk
2.batasan pukul 14.00
Jenis Indikator
Struktur Proses Outcome Proses & outcome v

NUMERATOR Jumlah visite dokter spesialis sebelum jam 14:00 pada hari berjalan

DENOMINATOR Jumlah visite dokter spesialis pada hari berjalan

Target ≥ 80%
Pencapaian

Formula Numerator . x100%


Denominator
Sumber data Laporan Visite Rawat Inap dalam rekam medik

Frekuensi Bulanan
pengumpulan
data
Periode analisis 3 bulanan
Cara Retrospektif
Pengumpulan
Data

METODOLOGI Melihat log book OK, melihat status pasien


PENGUMPULAN
DATA

Rencana Analisis Data akan dikumpulkan dan dianalisis oleh jajaran Bidang Pelayanan Medik
Data

Instrumen Formulir rekapitulasi


Pengambilan
Data

Penanggung Ka Unit Kebidanan, seluruh bidan, dam komite keselamatan pasien


Jawab

6. Kejadian kematian ibu bersalin karena pendarahan

Judul Indikator Kematian ibu persalinan karena perdarahan

Dasar pemikiran Permenkes 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang keselamatan pasien RS.

Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien

Tujuan Mengetahui mutu pelayanan rumah sakit terhadap pelayanan


kegawatdaruratan obstetri secara aman dan efektif
DEFINISI Kejadian Kematian Ibu Persalinan karena perdarahan adalah jumlah
kematian ibu melahirkan yang disebabkan perdarahan.
OPERASIONAL Perdarahan yang dimaksud adalah perdarahan yang terjadi pada saat
kehamilan semua skala persalinan dan nifas.
Jenis Indikator
Struktur Proses Outcome Proses & outcome
v

NUMERATOR Jumlah kematian pasien persalinan karena perdarahan

DENOMINATOR Jumlah pasien persalinan dengan perdarahan

Target Perdarahan ≤ 1 %
Pencapaian

Kriteria inklusi Semua pasien persalinan dengan perdarahan

Kriteria eksklusi -

Formula (Jumlah kematian pasien persalinan karena perdarahan dibagi total


Jumlah pasien persalinan dengan perdarahan) X 100 %

Sumber data Rekam Medik

Frekuensi Bulanan
pengumpulan
data
Periode analisis 3 bulanan
Cara Concurrent
Pengumpulan
Data

METODOLOGI Metode cek dokumen rekam medik pasien


PENGUMPULAN
DATA

Rencana Analisis Menggunakan diagram Garis atau diagram batang:


Data
- diagram garis digunakan untuk menampilkan data dari waktu ke waktu

- diagram batang digunakan untuk menampiilkan data perbandingan antar unit


Instrumen formulir rekapitulasi
Pengambilan
Data

Penanggung Ka Unit Kebidanan, seluruh bidan, dam komite keselamatan pasien


Jawab

7. Kematian persalinan karena preeklamsia/eklamsia


Judul Indikator Kematian persalinan karena preeklamsia/eklamsia

Dasar pemikiran Permenkes 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang keselamatan pasien RS.

Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien

Tujuan Mengetahui mutu pelayanan rumah sakit terhadap pelayanan


kegawatdaruratan obstetri secara aman dan efektif
DEFINISI Kejadian kematian ibu persalinan karena Pre-eklampsia/
eklampsia adalah Jumlah kematian ibu melahirkan karena Preeklampsia/
OPERASIONAL eklampsia.
Pre-eklampsia/ eklampsia mulai terjadi pada kehamilan trimester
kedua. Tanda-tanda pre-eklampsia adalah:
a. Tekanan darah sistolik > 160 mg dan diastolik > 120 mmHg
b. Proteinuria > 5 mg/24 jam dan Positif 3 atau 4 pada
pemeriksaan kualitatif
c. Oedem tungkai
Eklampsia adalah tanda pre eklampsia yang disertai dengan
kejang dan atau penurunan kesadaran
Jenis Indikator
Struktur Proses Outcome Proses & outcome v

NUMERATOR Jumlah kematian pasien persalinan karena pre-eklampsia/


Eklampsia

DENOMINATOR Jumlah pasien persalinan dengan pre-eklampsia/ eklampsia

Target Preeklamsi/eklamsi ≤ 30 %
Pencapaian

Kriteria inklusi pasien persalinan dengan pre-eklampsia/ eklampsia

Kriteria eksklusi -

Formula Jumlah kematian pasien persalinan karena pre-eklampsia/


eklampsia dibagi total Jumlah pasien persalinan dengan preeklampsia/
eklampsia X 100 %
Sumber data Rekam Medik

Frekuensi Bulanan
pengumpulan
data
Periode analisis 3 bulanan
Cara Concurrent
Pengumpulan
Data

METODOLOGI Metode cek dokumen rekam medik pasien


PENGUMPULAN
DATA

Rencana Analisis - diagram garis digunakan untuk menampilkan data dari waktu ke waktu
Data

Instrumen formulir rekapitulasi


Pengambilan
Data

Penanggung Ka Unit Kebidanan, seluruh bidan, dam komite keselamatan pasien


Jawab

8. Kepatuhan pelaksanaan clinical pathway Pada pasien Pre Eklampsia

Judul Indikator Kepatuhan pelaksanaan clinical pathway

Dasar pemikiran Permenkes 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang keselamatan


pasien RS.

Dimensi Mutu Kesinambungan pelayanan dan Keselamatan pasien

Tujuan Tergambarnya kepatuhan semua profesi pemberi asuhan dalam


pelaksanaan clinical pathway

Defenisi Operasional Clinical pathway adalah suatu konsep perencanaan pelayanan


terpadu merangkum setiap langkah pelayanan yang diberikan kepada
pasien, yang terdiri dari multidisplin yaitu dokter, perawat, bidan, gizi,
labolatorium, farmasi menggunakan format yang telah ditetapkan oleh
rumah sakit dengan hasil terukur dan dalam jangka waktu tertentu

Jenis Indikator Struktur Proses v Outcome Proses & outcome

Numerator
Jumlah pasien dengan diagnosa PREKLAMPSI yang memiliki Clinical
pathway.

Denominator
Jumlah semua pasien dengan diagnosa PREKLAMPSI

Target Pencapaian ≥ 80%

Kriteria Inklusi Semua pasien dengan diagnose PREKLAMPSI

Kriteria Eksklusi 1. Pasien yang pulang atas


permintaan sendiri selama
perawatan.
2. Pasien yang meninggal
Formula Jumlah pasien dengan diagnosa PREKLAMPSI yang memiliki Clinical
pathway.

Jumlah semua pasien dengan diagnosa PREKLAPMSI x 100%

Sumber Data Rekam medic

Frekuensi Pengumpulan - Bulanan


Data

Priode analisis 3 bulan

Cara pengumpulan data Retrospektif

Mettodologi Pengumpulan Metode cek dokumen rekam medik pasien


Data

Rencana Analisis Data - diagram garis digunakan untuk menampilkan data dari waktu ke
waktu

Instrumen Pengambilan formulir rekapitulasi bulan


Data

Penanggung Jawab Ka. Unit Kebidanan, seluruh bidan, dam komite keselamatan pasien
Pengumpul Data

9. Angka Kepatuhan Pemberian Asi Ekslusif bayi baru lahir selama rawat inap

JUDUL INDIKATOR Angka Kepatuhan Pemberian ASI Eksklusif Bayi Baru Lahir Selama
Rawat Inap
Dasar Pemikiran Pemerintah telah membuat peraturan untuk melaksanakan ASI
eksklusif untuk semua ibu melahirkan di pelayanan kesehatan
mengingat manfaat pemberian ASI
Dimensi Mutu Mutu pelayanan, Tipe indikator, Outcome
Tujuan Agar ibu mengerti dan menjalankan pemberian ASI ekslusif kepada
bayinya
Definisi Operasional Tingkat ketaatan ibu untuk memberikan ASI pada bayi baru lahir
sampai bayi pulang
Jenis Indikator Struktur Proses Outcome Proses & outcome v
Numerator Jumlah bayi baru lahir yang hanya mendapatkan ASI di rumah sakit
dalam 1 bulan
Denominator Jumlah bayi yang lahir dalam 1 bulan

Target Pencapaian ≥ 80%

Kreteria Insklusi 1. Bayi baru dilahirkan di rumah sakit


2. Semua bayi dengan proses kelahiran normal, bayi dilahirkan
dengan indikasi
Kreteria Eksklusi 1. Bayi yang dilahirkan di luar rumah sakit
Formula Jumlah bayi baru lahir yang hanya mendapatkan ASI eksklusif
dalam 1 bulan
X 100%
Jumlah bayi yang lahir dalam 1 bulanan
Sumber data Ka Unit Kebidanan dan seluruh bidan
Frekuensi Pengumpulan Bulanan
Data

Periode Analisis 3 bulanan

Metodelogi pengumpulan Concurrent


data
Rencana Analisis Data - diagram garis digunakan untuk menampilkan data dari waktu ke
waktu
Instrumen pengambilan formulir rekapitulasi
data
Penanggung Jawab Ka Unit Kebidanan dan seluruh bidan
Pengumpul Data
BAB IX
PENUTUP

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang


kesehatan dan kedokteran berdampak pula pada bidang medis dan
perawatan. Unit Kebidanan dan Kandungan merupakan bagian integral
dari pelayanan Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada ibu dan bayi. Dengan pelayanan yang paripurna terhadap ibu
dan bayi diharapkan dapat menurunkan Angka Kematian Ibu ( AKI )
dan Angka Kematian Bayi ( AKB ).
Dengan pelayanan paripurna terhadap ibu dan bayi yang
memperhatikan kaidah-kaidah patient safety, diharapkan dapat
meningkatkan mutu pelayanan, dan dapat menurunkan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB),serta dapat
memenuhi kepuasan pasien maupun keluarga, sehingga diharapkan
bisa meningkatkan jumlah kunjungan secara bermakna.
Pedoman pelayanan persalinan di RSUD Jemaja ini diharapkan
dapat menjadi panduan pelayanan persalinan di RSUD Jemaja.
Pedoman ini memberikan panduan bagi semua pihak yang
berkepentingan terhadap layanan bersalin di RSUD Jemaja yang
selanjutnya perlu dijabarkan dalam bentuk Standar Prosedur
Operasional guna kelancaran pelaksanaannya.
Apabila dikemudian hari diperlukan adanya perubahan pada
pedoman pelayanan perawatan persalinan di RSUD Jemaja, maka
akan dilakukan penyempurnaan pada menyusunan petunjuk teknis
selanjutnya.

Ditetapkan oleh
Direktur

dr. Muhammad Husni Lubis


Pembina/ IV.a
NIP. 198220710 201101 1 002

Anda mungkin juga menyukai