Anda di halaman 1dari 48

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS SUNGAI

BETUNG NOMOR : 188.4 / / 415.17.11 / 2019

TENTANG PEDOMAN PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


INFEKSI

KEPALA PUSKESMAS SUNGAI BETUNG

Menimbang :

a. bahwa salah satu fungsi puskesmas adalah memberikan upaya


kesehatan perseorangan maka puskesmas perlu memberikan layanan
klinis yang optimal yang sesuai kebutuhan pasien agar pasien dapat
tertangani sesuai standar;
b. bahwa dalam rangka mendukung peningkatan mutu pelayanan
kesehatan yang prima dan profesional, khususnya dalam bidang
Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di fasyankes
diperlukan suatu pedoman;
c. bahwa sehubungan dengan butir a dan b tersebut diatas perlu
ditetapkan Rencana Layanan Klinis;

Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5038 );
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Imdonesia
Nomor 5063 );
3. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2014 Tentang Pedoman
Standar Pelayanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 615 );
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 148 Tahun 2010 Tentang Izin
Dan Penyelenggaraan Praktik Perawat (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052 Tahun 2011 Tentang Izin
Praktik Dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2011Nomor 671 );
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17 Tahun 2013 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
Hk.02.02/Menkes/148/I/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan
Praktik Perawat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 473);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Tentang
Puskesmas (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 );
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 tahun 2015 tentang
Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri
Dokter dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi ( Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1049 );
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin
Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 954);
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 514 Tahun 2015 Tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 62 Tahun 2015 Tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Gigi;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin
Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 954);
13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 514 Tahun 2015 Tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang
Pedoman PPI di Fasilitas Kesehatan;
15. Surat Keputusan Kepala Puskesmas Sungai Betung Kabupaten
Bengkayang Nomor 07/RSIAW/PER/DIR/I/2022 tentang Tim
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Puskesmas Sungai
Betung Kabupaten Bengkayang Tahun Anggaran 2023;
MEMUTUSKAN

MENETAPKAN

KESATU : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS SUNGAI BETUNG

TENTANG PEDOMAN PELAYANAN PENCEGAHAN DAN


PENGENDALIAN INFEKSI

KEDUA : Pedoman ini dipergunakan di puskesmas dalam rangka meningkatkan mutu


layanan puskesmas.

KETIGA : Pedoman ini menjadi acuan bagi Puskesmas Sungai Betung untuk
mengevaluasi pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Puskesmas Sungai Betung.

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan
akan ditinjau kembali apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam
penetapannya.

Ditetapkan di Bengkayang
Tanggal 02 Januari 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuk kepada kami sehingga kami berhasil menyusun buku Pedoman
Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Puskesmas Sungai Betung. Pedoman ini
berisi tentang falsafah, kebijakan, dasar hukum, struktur organisasi, ketenagaan, sarana dan
fasilitas penunjang yang harus dipenuhi oleh rumah sakit. Besar harapan kami, bahwa buku
Pedoman Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Puskesmas Sungai Betung bisa
digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi secara
aplikatif dan lebih optimal.
Dalam penyelesaian tulisan ini, tim penyusun banyak dibantu oleh berbagai pihak. Oleh
karena itu tim penyusun mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi –
tingginya kepada pejabat struktural maupun fungsional yang telah memberikan banyak
kontribusi dalam penyusunan buku ini. Terima kasih kepada Kepala Puskesmas Sungai
Betung serta seluruh kepala unit dan staf Puskesmas Sungai Betung yang terlibat dalam
proses penyelesaian penyusunan buku pedoman ini.
Demi kesempurnaan substansi buku ini, maka segala bentuk evaluasi sangat dibutuhkan
terhadap isi buku ini. Semoga Buku “Pedoman Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Puskesmas Sungai Betung” ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Singkawang, 03 Januari 2023


Tim Penyusun
DAFTAR ISI

HAL JUDUL
SURAT KETERANGAN DIREKTUR..................................................................... i
HAL PENGESAHAN DAN PEMBERLAKUAN.................................................... iii
KATA PENGANTAR............................................................................................... iv
DAFTAR ISI.............................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG................................................................................... 1
B. PENGERTIAN............................................................................................... 2
C. TUJUAN........................................................................................................ 2
D. VISI DAN MISI............................................................................................. 2
E. RUANG LINGKUP....................................................................................... 3
F. BATASAN OPERASIONAL........................................................................ 4
G. ALUR UPAYA PPI....................................................................................... 5
BAB II KEBIJAKAN DAN DASAR HUKUM........................................................ 6
A. KEBIJAKAN................................................................................................. 6
B. DASAR HUKUM.......................................................................................... 6
BAB III KONSEP PENYAKIT MENULAR............................................................ 8
A. KONSEP DASAR PENYAKIT..................................................................... 8
B. RANTAI PENULARAN............................................................................... 9
C. STRATEGI PPI.............................................................................................. 10
D. JENIS PENYAKIT MENULAR.................................................................... 10
BAB IV URAIAN TUGAS....................................................................................... 21
BAB V STANDAR KETENAGAAN....................................................................... 23
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA............................................. 23
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN..................................................................... 28
BAB VI STANDAR FASILITAS............................................................................. 29
A. DENAH RUANGAN..................................................................................... 29
B. STANDAR FASILITAS................................................................................ 29
C. PERALATAN................................................................................................ 30
BAB VII TATA LAKSANA PELAYANAN............................................................ 31
BAB VIII LOGISTIK................................................................................................ 37
BAB IX KESELAMATAN KERJA.......................................................................... 38
BAB X KESELAMATAN PASIEN.......................................................................... 41
BAB XI PENGENDALIAN MUTU......................................................................... 42
A. SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN............................................ 42
B. PENERAPAN INDIKATOR KESELAMATAN PASIEN........................... 43
C. ANALISIS AKAR MASALAH.................................................................... 44
BAB XII STANDAR DAN INDIKATOR MUTU KINERJA KLINIK................... 45
BAB XIII PENUTUP................................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 48
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia, termasuk di
Indonesia. Ditinjau dari asal atau didapatkannya infeksi dapat berasal dari komunitas
(Community Acquired Infection) atau berasal dari lingkungan fasyankes dan Rumah Sakit
(Hospital Aquired Infection) yang sebelumnya dikenal dengan istilah infeksi nosokomial.
Dengan berkembangnya sistem pelayanan kesehatan khususnya bidang perawatan pasien,
sekarang perawatan tidak hanya di rumah sakit saja (home care).
Tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang dimaksudkan untuk tujuan
perawatan atau penyembuhan pasien, bila dilakukan tidak sesuai dengan prosedur
berpotensi untuk menularkan penyakit infeksi, baik bagi pasien (yang lain) atau bahkan
kepada petugas kesehatan itu sendiri. Karena sering kali tidak bias secara pasti ditentukan
asal infeksi, maka sekarang istilah infeksi nosokomial (Hospital Acquired Infection)
diganti dengan istilah baru yaitu “Healthcare Associated Infections” HAIs dengan
pengertian yang lebih luas tidak hanya di Rumah Sakit tetapi juga di fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya. Juga tidak terbatas infeksi pada pasien saja, tetapi juga infeksi pada
petugas kesehatan yang didapat pada saat melakukan tindakan perawatan pasien.
Untuk dapat melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi khususnya infeksi rumah
sakit, perlu memiliki pengetahuan mengenai konsep dasar penyakit infeksi.
Upaya pengendalian infeksi HAIs di Puskesmas Sungai Betung bersifat multidisiplin, hal-
hal yang perlu diperhatikan:
1. Discipline: perilaku semua karyawan harus didasari disiplin yang tinggi untuk mematuhi
prosedur aseptik, teknik invasif, upaya pencegahan dan lain-lain.
2. Defence mechanisme: melindungi penderita dengan mekanisme pertahanan yang rendah
supaya tidak terpapar oleh sumber infeksi.
3. Drug: pemakaian obat antiseptik, antibiotika dan lain-lain yang dapat mempengaruhi
kejadian infeksi supaya lebih bijaksana.

B. PENGERTIAN

Pelayanan PPI fasyankes adalah mengidentifikasi dan menurunkan risiko infeksi yang
di dapat dan ditularkan diantara pasien, staf, tenaga professional kesehatan, tenaga
kontrak, tenaga sukarela, mahasiswa dan pengunjung.
C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas Sungai Betung melalui Pencegahan dan


Pengendalian Infeksi di Puskesmas Sungai Betung, yang dilaksanakan oleh semua
instalasi / unit pelayanan Rumah Sakit, meliputi kualitas pelayanan, manajemen risiko,
clinical governance, serta kesehatan dan keselamatan kerja.

2. Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman pelayanan bagi staf PPI fasyankes dalam menjalankan tugas, tanggung
jawab dan wewenang secara jelas.
b. Menggerakkan segala sumber daya yang ada di rumah sakit secara efektif dan efisien
dalam pelaksanaan PPI fasyankes.
c. Melindungi petugas kesehatan dan masyarakat dari penularan penyakit menular.
d. Menurunkan angka kejadian infeksi di rumah sakit secara bermakna.
e. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program PPI fasyankes.

D. VISI DAN MISI


1. Visi

Menurunkan risiko terjadinya endemi dan epidemi nasokomial di Puskesmas Sungai


Betung.
2. Misi
a. Mengupayakan layanan kesehatan sesuai dengan standar pencegahan dan pengendalian
infeksi Puskesmas Sungai Betung.
b. Mengidentifikasi dan mengurangi risiko penularan atau transmisi infeksi di antara
pasien, staf, profesional kesehatan, pekerja kontrak, relawan, mahasiswa dan
pengunjung.
c. Melaksanakan, memantau, mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pencegahan dan
pengendalian infeksi di Puskesmas Sungai Betung.
d. Menyediakan sarana dan prasarana sesuai kebutuhan.
e. Terselenggaranya partisipasi dan dukungan dari pimpinan puskesmas.
f. Menyediakan edukasi mengenai praktik pencegahan dan pengendalian infeksi kepada
staff, dokter, pasien, keluarga pasien dan pemberi pelayanan lainnya melalui
kampanye, banner, leaflet
E. RUANG LINGKUP
1. Penyelenggaraan PPI di Fasyankes

Puskesmas Sungai Betung menetapkan pelaksanaan penulusuran risiko infeksi, tingkat


infeksi, dan kecenderungan infeksi untuk menurunkan angka infeksi di Puskesmas
Sungai Betung.
2. Program PPI

Program tim PPI dilaksanakan oleh seluruh unit maupun individu yang berada di
Puskesmas Sungai Betung.
3. Pengkajian Resiko

Puskesmas Sungai Betung mengurangi risiko infeksi terkait penyelenggaraan


pelayanan makanan sesuai regulasi nasional dan prinsip pencegahan infeksi
4. Peralatan medis dan atau Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
5. Kebersihan Lingkungan

Puskesmas Sungai Betung meminimalkan bahaya resiko infeksi dengan melakukan :


a. Pembersihan lantai dilakukan pagi dan sore dengan sapu lobi dan desinfeksi.
b. Pembersihan inventaris peralatan kerja, kipas angin dan lemari arsip, lemari pasien,
temapt tidur dll.
c. Pembersihan kamar mandi dan water closed (WC)
d. Pembersihan kaca/jendela
e. Pembersihan selasar disekililing Gedung
f. Pembersihan lawa di pelapon
g. Pembersihan sampah infeksius dan non infeksius
h. Menjaga ruangan harus tetap bersih dan tidak berdebu

6. Manajemen Linen

Puskesmas Sungai Betung menurunkan risiko infeksi pada pengelolaan linen dengan
benar sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dilaksanakan sesuai dengan
prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi.
7. Limbah Infeksius

Puskesmas Sungai Betung menurunkan risiko infeksi melalui pengelolaan limbah


infeksius dengan benar menggunakan pihak ketiga untuk melakukan pemusnahan.
8. Resiko Infeksi pada Kontruksi dan renovasi

Puskesmas Sungai Betung menurunkan risiko infeksi pada fasilitas yang terkait
dengan pengendalian mekanis dan teknis (mechanical dan engineering controls)
9. Penularan Infeksi
a. Puskesmas Sungai Betung menetapkan penempatan pasien dan proses transfer pasien
dengan airbone diseases di dalam puskesmas dan keluar puskesmas sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
b. Puskesmas Sungai Betung menetapkan penempatan pasien infeksi airbone dalam
waktu singkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan
c. Puskesmas Sungai Betung mengembangkan dan menerapkan sebuah proses untuk
menangani lonjakan mendadak (outbreak) penyakit infeksi airbone
10. Kebersihan Tangan

Puskesmas Sungai Betung melaksanakan kebersihan tangan menggunakan sabun dan


desinfektan sebagai sarana efektif untuk mencegah dan mengendalikan infeksi
11. Peningkatan mutu dan program edukasi

Puskesmas Sungai Betung melakukan edukasi kepada semua staf petugas untuk
menjaga mutu dan kelematan pasien dengan meminimalkan angka infeksi HAIS
(Healthcare Associated Infections).
12. Edukasi, Pendidikan dan Pelatihan

Puskesmas Sungai Betung melakukan edukasi tentang PPI kepada staf klinis dan
nonklinis, pasien, keluarga pasien, serta petugas lain yang terlibat dalam pelayanan
pasien.

13. BATASAN OPERASIONAL


1. Penyelenggaran PPI di Fayankes
2. Program PPI
3. Pengkajian Resiko
4. Peralatan Medis dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
5. Kebersihan Lingkungan
6. Manajemen Linen
7. Limbah Infeksius
8. Resiko infeksi pada kontruksi dan renovasi
9. Penularan Infeksi
10. Kebersihan Tangan
11. Peningkatan Mutu dan program edukasi
12. Edukasi, Pendidikan dan Pelatihan
14. ALUR UPAYA PPI

Mulai

Unit Pelayanan
Penilaian risiko Infeksi

Panitia PPI
Merekap Penilaian
risiko Infeksi

Panitia PPI
1. Merekap data
surveilan bulanan
2. Melaporkan kepada
Tim

Panitia PPI

1. Evaluasi dan tindak


lanjut
2. Pelaporan kepada
Direktur RS

Selesai
BAB II
KEBIJAKAN DAN DASAR HUKUM

Visi, Misi dan Tujuan dari Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Puskesmas Sungai
Betung, merupakan bagian dari Visi, Misi, Tujuan Puskesmas Sungai Betung itu sendiri yang perlu
dirinci secara spesifik dalam lingkup Pencegahan dan Pengendalian Infeksi fasyankes (PPI),
sehingga dalam pelaksanaannya dapat saling bersinergi, integratif, tidak duplikatif, efektif dan
efisien. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di fasyankes juga merupakan bagian dari penerapan
standar pelayanan di rumah sakit, sehingga keberhasilannya dapat ditampilkan untuk kelengkapan
akreditasi fasyankes.

A. KEBIJAKAN
1. Puskesmas Sungai Betung harus melaksanakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI).
2. Pelaksanaan PPI yang dimaksud sesuai dengan panduan manajerial Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di fasyankes dan Pedoman PPI yang dikeluarkan oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
3. Kepala Puskesmas Sungai Betung membentuk Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
yang langsung berada dibawah koordinasi Tim PPI.
4. Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi mempunyai tugas, fungsi dan kewenangan yang
jelas sesuai dengan pedoman manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Puskesmas Sungai Betung.
5. Untuk lancarnya kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, maka di Puskesmas
Sungai Betung wajib memiliki IPCN (Infection Prevention and Control Nurse) purna
waktu.

B. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.
7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 56 Tahun 2015 tentang Tata
Cara dan Peryaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman PPI di Fasilitas
Kesehatan.
9. Surat Keputusan Kepala Puskesmas Sungai Betung 07/RSIAW/PER/DIR/I/2022 tentang
Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) pada Puskesmas Sungai Betung
Singkawang Tahun Anggaran 2023.
BAB III
KONSEP PENYAKIT MENULAR

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia termasuk
indonesia, ditinjau dari asalnya infeksi dapat berasal dari (Community Acquaired
Infection) atau berasal dari (Hospital Acquired Infection). Karena seringkali tidak bisa
secara pasif ditentukan asal infeksi maka istilah infeksi nosokomial (Hospital Acqured
Infection) diganti HAIs yaitu (Healthcare Assosiated Infections) dengan arti lebih luas
tidak hanya terjadi dirumah sakit juga bisa terjadi fasilitas kesehatan yang lain juga tidak
terbatas pada pasien namun infeksi juga dapat terjadi pada petugas yang didapat saat
melakukan tindakan medis atau perawatan.
1. Kolonisasi

Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi, dimana organisme
tersebut hidup, tumbuh dan berkembang biak, namun tanpa disertai adanya respon
imun atau gejala klinis. Pada kolonisasi tubuh pejamu tidak dalam keadaan suspectibel
pasien dan petugas dapat mengalami kolonisasi dengan dengan kuman patogen tanpa
mengalami rasa sakit tetapi menularkan kuman tersebut keorang lain (sebagai carrier).
2. Infeksi

Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme dimana
terdapat respon imun tetapi tidak disertai gejala klinik.
3. Penyakit infeksi

Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme) yang
disertai adanya respon imun dan gejala klinik.
4. Penyakit menular

Adalah penyakit infeksi tertentu yang dapat berpindah dari satu orang ke orang lain
secara langsung maupun tidak langsung.
5. Inflamasi

Merupakan bentuk respon tubuh terhadap suatu agen yang ditandai adanya dolor, kalor,
rubor , tumor dan fungsiolesa.
6. SIRS (Sistem Inflamtory Respon Syndroma)

Merupakan sekumpulan gejala klinik atau kelainan laboratorium yang merupakan


respon tubuh (inflamasi) yang bersifat sitemik. Kriteria SIRS bila ditemukan 2 atau
lebih keadaan berikut:
a. Hipertermi atau hipotermia
b. Takikardia sesuai usia
c. Takipneu sesuai usia
d. Leukositosis atau leukopenia atau pada hitung jenis leukosit jumlah sel muda
(batang) lebih dari 10 %.

SIRS dapat terjadi karena infeksi atau non infeksi seperti luka bakar, pankreatitis, atau
gangguan metabolik. SIRS yang disebabkan oleh infeksi disebut sepsis.

B. RANTAI PENULARAN

Untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi perlu mengetahui rantai
penularan, apabila salah satu rantai dihilangkan atau dirusak maka infeksi dapat dicegah
atau dihentikan.
1. Agen Infeksi adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia, dapat
berupa bakteri, virus, riketsia, jamur, dan parasit. Ada 3 faktor yang mempengaruhi
terjadinya infeksi yaitu: virulensi, patogenesis, jumlah dosis obat.
2. Reservoir atau tempat hidup dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak
dan siap ditularkan pada orang lain, reservoir yang paling umum adalah manusia, binatang,
tumbuhan, tanah, air dan bahan bahan organik. Pada manusia sehat permukaan kulit,
selaput lendir saluran napas, pencernaan dan vagina merupakan reservoir yang umum.
3. Pintu keluar adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan reservoir, pintu keluar
meliputi saluran napas, pencernaan, saluran kemih dan kelamin, kulit, membran mukosa,
trasplacenta dan darah serta cairan tubuh lainnya.
4. Transmisi adalah bagaimana mekanisme penularan meliputi (1) kontak langsung dan tidak
langsung, (2) droplet, (3) airborne, (4) Vehicle; makan, minuman, darah (5) vektor biasanya
binatang pengerat dan serangga.
5. Pintu masuk adalah tempat dimana agen infeksi memasuki tubuh pejamu (yang supectibel)
dapat melalui saluran pernapsan, pencernaan, perkemihan atau luka.
6. Pejamu (host) yang suspectibel adalah orang yang tidak tidak memiliki daya tahan tubuh
yang cukup untuk melawan agen infeksi, faktor yang mempengaruhi umur, usia, status gizi,
ekonomi, pekerjaan, gaya hidup, terpasang barrier (kateter, implantasi), dilakukan tindakan
operasi.

C. STRATEGI PPI
1. Peningkatan daya tahan pejamu

Dengan pemberian imunisasi (vaksin Hepatitis B), promosi kesehatan nutrisi yang
adekuat.
2. Inaktivasi agen penyebab infeksi

Menggunakan metode fisik maupun kimia contoh fisik dengan pasteurisasi atau
sterilisasi ataupun memasak makanan hingga matang. Kalau kimia dengan pemberian
clorin pada air dan desinfeksi.
3. Memutus rantai penularan

Dengan menerapkan tindakan pencegahan dengan menerapkan kewaspadaan isolasi


dan kewaspadaan transmisi.
4. Tindakan pencegahan paska pajanan

Hal ini berkaitan dengan pecegahan agen infeksi yang ditularkan melalui darah dan
cairan tubuh lain yang dikarenakan tertusuk jarum bekas pakai utamanya hepatitis B,
C dan HIV.

D. JENIS PENYAKIT MENULAR


1. AIDS

Pengertian

Adalah Penyakit akibat menurunnya daya tahan tubuh yang didapat karena terinfeksi HIV
(Human Imunodefisiency Virus).

Penyebab

Virus HIV tergolong retrovirus yang terdiri atas 2 tipe, tipe 1 (HIV-1) dan tipe 2 (HIV-2)

Klasifikasi infeksi AIDS


a. Infeksi Akut
1) Hampir 30-50 % pasien sudah terinfeksi HIV
2) Pasien sudah terjadi pemaparan virus dan dapat berlangsung 6 minggu setelah
kontak
3) Patogenesis kurang jelas tetapi sangat mungkin terjadi reaksi imunitas terhadap
masuknya HIV. Saat ini pemeriksaaan terhadap antibodi terhadap virus HIV masih (
- ) tetapi pemeriksaan Ag p24 sudah (+) sangat infeksius.
b. Infeksi kronik asimtomatik
1) Lamanya dapat bertahun tahun
2) Tanpa gejala, kemungkinan tubuh masih dapat mengkompensasi
c. PGL (Persistren Generalized Lymphadenopathy)

Terjadi pembesaran kelenjar getah bening yang semetris.sering terjadi pembesaran


limpa di leher posterior dan anterior. Kelompok ini berkembang menjadi AIDS
kira-kira 10-30 % dalam jangka waktu 24- 60 bulan.
Cara penularan HIV

a. Penularan melalui hubungan seksual


b. Penularan melalui darah
c. Penularan secara perinatal

Cairan tubuh yang dapat mengandung HIV yaitu; Cairan vagina, ASI, Air mata, Air
liur, Air seni, Air ketuban, dan cairan cerebrospinal

Gejala dan tanda

Biasanya tidak ada gejala klinis yang khusus pada orang yang terinfeksi HIV dalam waktu
5 sampai 10 tahun. Setelah terjadi penurunan sel CD 4 secara bermakna baru AIDS mulai
berkembang dan menunjukan gejala – gejala seperti:

a. Diare yang berkelanjutan


b. Penurunan berat badan secara drastic
c. Pembesaran kelenjar limfe leher dan atau ketiak
d. Batuk terus menerus
2. Flu burung

Dibagi menjadi 4 sebab:


a. Seseorang dalam penyelidikan

Diputuskan oleh pejabat berwenang untuk dilakukan penyelidikan epidemiologi


kemungkinan terinfeksi H5N1, misal orang sehat namun kontak erat dengan kasus
atau penduduk sehat namun tinggal di daerah flu burung, adapun gejala yang
ditimbulkan:
1. Batuk
2. Sakit tenggorokan
3. Pilek
4. Sesak napas dan terdapat satu atau lebih keadaan dibawah ini :
a) Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat
dengan penderita (suspek, probabel atau konfirmasi) seperti merawat, berbicara
atau bersentuhan dengan pasien dalam jarak 1 meter.
b) Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat
dengan penderita (suspek, probabel atau konfirmasi) seperti memasak,
menyembelih atau membersihkan bulu).
c) Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat
dengan penderita (suspek, probabel atau konfirmasi) seperti membersihkan
kotoran, bahan atau produk lain.
d) Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat
dengan penderita (suspek, probabel atau konfirmasi) mengkonsumsi produk
unggas mentah atau yang tidak dimasak dengan sempurna.
e) Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat
dengan penderita (suspek, probabel atau konfirmasi) memegang atau menangani
sampel hewan atau manusia yang dicurigai mengandung H5N1.
f) Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala mempunyai riwayat kontak erat
dengan penderita (suspek, probabel atau konfirmasi) atau binatang selain unggas
yang terinfeksi (babi atau kucing).
g) Ditemukan leukopeni.
h) Ditemukan titer antibodi terhadap H5 dengan pemeriksaan uji HI menggunakan
eritrosit kuda atau uji ELISA untuk influensa A tanpa subtipe.
i) Foto Rontgen dada menggambarkan pneumonia yang cepat memburuk pada serial
foto.
5. Infeksi selaput mata
6. Diare atau gangguan pencernaan
7. Fatigue
b. Kasus suspek
c. Kasus probabel
Dengan kriteria:
1) Ditemukan kenaikan titer antibodi terhadap H5 min 4 x dengan pemeriksaan uji HI
menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA.
2) Hasil lab terbatas untuk influenza H5 (terdeteksi antibodi spesifik H5 dalam spesimen
serum tunggal) menggunakan uji netralisasi (dikirim ke lab rujukan)
d. Kasus konfirmasi
Dengan kriteria:
1) Isolasi virus H5N1 positif
2) Hasil PCR H5N1 positif
3) Peningkatan ≥ 4 x lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari specimen
4) Konvalesen dibandingkan dengan spesimen akut (diambil ≤ 7 hari setelah awitan
gejala penyakit) dan titer antibodi metralisasi konvalesen harus pula ≥ 1/80
5) Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 ≥ 1/80 pada spesimen serum yang diambil pada
hari ke ≥ setelah awitan disertai hasil positif uji serologi lain,misal titer HI sel darah
merah kuda ≥ 1/160 atau western blot spesific H5 positif
Pencegahan
a. Menghindari kontak dengan benda terkontaminasi,atau burung terinfeksi
b. Menghindari peternakan unggas
c. Hati hati ketika menangani unggas
d. Memasak dengan suhu 60ºC selama 30 menit,atau 80ºC selama 1 menit
e. Menerapkan tindakan untuk menjaga kebersihan tangan:
1) Setelah memegang unggas
2) Setelah memegang daging unggas
3) Setelah memasak
4) Sebelum memasak
Pengobatan
Obat anti virus bekerja menghambat replikasi virus sehingga mengurangi gejala dan
komplikasi yang terinfeksi.
Macam obat:
a. Amantadine
b. Rimatadine
c. Oseltamivir (tamiflu)
d. Zanavir (relenza)

3. Tuberkulosis (TBC)
Penyebab
TBC disebabkan oleh kuman/ basil tahan asam (BTA) yakni micobacterium
tuberkulosis. Kuman ini cepat mati bila terkena sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup beberapa hari ditempat yang lembab dan gelap. Beberapa jenis
micobacterium lain juga dapat menyebabkan penyakit pada manusia (matipik). Hampir
semua oirgan tubuh dapat terserang bakteri ini seperti kulit, otak, ginjal, tulang dan
paling sering paru.
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke 3 dunia dalam jumlah pasien TB setelah India dan
Cina, diperkirakan penduduk dunia terinfeksi Tb secara laten. Di Indonesia
diperkirakan terdapat 583.000 kasus baru dengan 140.000 kematian setiap tahun.
Faktor risiko
HIV, DM, Gizi kurang, kebiasaan merokok.
Cara penularan
Menular dari orang ke orang melalui droplet atau percikan dahak.
Masa Inkubasi
Sejak masuknya kuman sampai timbul gejala lesi primer atau reaksi tes tuberculosis
positif memerlukan waktu antara 2-10 minggu. Resiko menjadi TB paru dan TB
ekstrapulmoner progresif infeksi primer umumnya terjadi pada tahun pertama dan
kedua. Infeksi laten bisa terjadi seumur hidup. Pada pasien dengan imun defisiensi
seperti HIV masa inkubasi bisa lebih pendek.
Masa penularan
Berpotensi menular selama penyakitnya masih aktif dan dahaknya mengandung BTA,
penularan berkurang apabila pasien menjalani pengobatan adekuat selama minimal 2
minggu, sebaliknya pasien yang tidak diobati secara adekuat dan pasien dengan
persisten AFB positif dapat menjadi sumber penularan sampai waktu lama.
Tingkat penularan tergantung pada jumlah basil yang dikeluarkan, virulensi kuman,
terjadinya aerosolisasi waktu batuk/bersin, dan tindakan medis beresiko tinggi seperti
intubasi dan bronkoskopi.
Gejala klinis
a. Batuk terus menerus disertai dahak selama 3 minggu /lebih
b. Batuk berdahak
c. Sesak napas
d. Nyeri dada
e. Sering demam
f. Nafsu makan menurun
g. Penurunan berat badan
h. BTA (+)
Pengobatan
Pengobatan spesifik dengan kombinasi obat anti tuberculosis (OAT) dengan metoda DOTS
(Directly Observed Treatment Shourtcore) diawasi oleh pengawas minum obat. Untuk
pasien baru TB BTA (+), WHO menganjurkan pemberian 4 macam obat setiap hari selama
2 bulan berturut-turut terdiri RIF, INH, PZA,dan Etambutol diikuti INH dan RIF 3 kali
seminggu selama 4 bulan.
Pencegahan
a. Penemuan dan pengobatan TB
b. Imunisasi BCG sedini mungkin terhadap mereka yang belum terinfeksi
c. Perbaikan lingkungan dan status gizi dan kondisi sosial ekonomi

4. MRSA (Methicilin Resistent Stapylococcuc Aereus)


Adalah salah satu tipe bakteri stapylococus yang ditemukan pada kulit dan hidung dan
kebal terhadap antibiotika. Jumlah kematian MRSA lebih banyak dibandingkan AIDS.
Saat ini ada 2 tipe:
a. Healthcare Asosiated (HA–MRSA)
Biasanya ditemukan difasilitas kesehatan terutama rumah sakit.
b. Community Asosiated (CA–MRSA)
Yang baru ini ditemukan ditempat-tempat umum, fitness, loker-loker, sekolah dan
perabotan rumah tangga.
Biasanya menginfeksi orang dan anak-anak yang daya tahan tubuhnya lemah, jika daya
tahan tubuh baik tidak akan menimbulkan gejala. Bakteri yang dibawa si pasien menyebar
dan berpindah pada orang lain dengan cara kontak kulit dan menyentuh barang yang
terkontaminasi. Stapylococcus menimbulkan gejala seperti infeksi kulit, jerawat, bisul,
abses atau gigitan serangga, ini biasa menyebabkan bengkak, merah dan nyeri. Bakteri ini
dapat menembus kulit sampai dengan menimbulkan infeksi di tulang, sendi, aliran darah,
jantung dan paru yang bias mengancam jiwa.
Penyebaran MRSA
a. Menyentuh kulit atau luka terinfeksi dari siapa saja yang MRSA
b. Berbagi objek seperti handuk atau peralatan atletik, peralatan rumah tangga yang
MRSA
c. Kontak fisik dapat juga disebarkan melalui batuk dan bersih
d. Menyentuh hidung dari penderita MRSA
Tanda dan gejala
a. Infeksi luka
b. Bisul
c. Folikel rambut yang terinfeksi
d. Impetigo
e. Kulit yang sakit seperti digigit serangga
Diagnosa
Contoh kulit, nanah, darah, urin atau bahan biopsi dikirim ke laborat dan dikultur untuk S
aureus. Jika S aureus yang diisolasi (tumbuh dipiring pantry) bakteri tersebut kemudian
terkena antibiotik yang berbeda termasuk Meticilin dan S aureus tumbuh dengan baik di
Meticilin dalam kultur yang disebut MRSA. Prosedur yang sama juga dilakukan untuk
menentukan apakah seseorang merupakan pembawa MRSA (Screening untuk carrier)
tetapi sample kulit atau selaput lendir hanya diswab tidak dibiopsi.
Pengobatan MRSA
Minor infeksi MRSA kadang kadang dapat mengalami komplikasi serius seperti menyebar
infeksi kejaringan sekitar darah, tulang dan jantung. Karena MRSA yang tahan terhadap
antibiotik banyak akan sulit untuk mengobati namun beberapa antibiotik berhasil
mengendalikan infeksi tapi jarang.
Tindakan pencegahan
a. Kebersihan tangan sesering mungkin terutama setelah menyentuh hidung anda.
b. Bila batuk terapkan etika batuk.
c. Jika anda mengalami infeksi kulit jaga daerah yang terinfeksi dengan ditutup kain kasa,
ganti ferban sesering mungkin terutama jika basah.
d. Bersihkan kamar mandi dengan baik karena penularan juda melalui feces dan urine.
e. Isolasikan peralatan mandi dan peralatan makan khusus untuk penderita MRSA.
f. Jangan berbagi handuk, pisau cukur, sikat gigi dan barang pribadi yang lainnya.
g. Isolasikan pasien, dekontaminasi semua peralatan pasien dengan sabun dan clorin 0,5%.
BAB IV
URAIAN TUGAS

A. TUGAS IPCLN
1. Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilans setiap pasien di unit rawat inap masing-
masing.
2. Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan pencegahan dan
pengendalian infeksi pada setiap ruangan unit masing-masing.
3. Memberitahukan kepada IPCN apabila ada kecurigaan adanya infeksi nosokomial pada
pasien.
4. Berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi infeksi potensial KLB, penyuluhan bagi
pengunjung di ruang rawat inap masing-masing, konsultasi prosedur yang harus di jalankan
bila belum paham.
5. Memonitor kepatuhan petugas kesehatan dalam menjalankan standar isolasi (kewaspadaan
standar).

B. TUGAS ANGGOTA LABORATORIUM


1. Melaksanakan penyuluhan dan pendidikan tentang materi materi yang berkaitan dengan
pengendalian infeksi nosokomial kepada petugas laboratorium.
2. Membantu pelaksanaan pemeriksaan swab atau kultur pasien.
3. Memantau pemeriksaan laboratorium sesuai SPO.
4. Melaksanakan tugas lain dari ketua tim PPI.

C. TUGAS ANGGOTA YANG MELAKUKAN STERILISASI


1. Melaksanakan proses sterilisasi.
2. Pengawasan mutu produk steril.

D. TUGAS ANGGOTA CLEANING SERVICE


1. Memisahkan linen infeksius dan non infeksius.
2. Memantau penggunaan bahan desinfektan sesuai aturan.
3. Melakukan desinfeksi permukaan lantai fasyankes

E. TUGAS ANGGOTA KESLING


1. Memantau pelaksanaan hand hygiene petugas kesling.
2. Memantau penggunaan bahan desinfektan.
3. Membantu mempersiapkan uji air bersih, limbah dan kuman diruang tertentu.
4. Memantau proses pembakaran incenerator.
5. Menyiapkan bahan2 hasil pemeriksaan laboratorium.
6. Pengawasan terhadap kebersihan area TPSB3 dan IPAL.
BAB V
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


1. KETUA
Kriteria: Seorang dokter yang mempunyai pengetahuan dan berminat dalam PPI.
Tanggung Jawab: Secara administratif dan fungsional bertanggungjawab seluruhnya
terhadap pelaksanaan program PPI fasyankes.
Tugas Pokok: Mengkoordinasi semua pelaksanaan kegiatan program PPI fasyankes.
Uraian Tugas:
a. Menyusun, merencanakan dan mengevaluasi program kerja PPI.
b. Menyusun dan menetapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI.
c. Memimpin, mengkoordinir dan mengevaluasi pelaksanaan PPI.
d. Bekerjasama dengan tim PPI dalam melakukan investigasi masalah atau KLB HAIs
(Healthcare Assosiated Infection).
e. Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara pencegahan dan
pengendalian infeksi.
f. Memberikan konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit dan pelayanan kesehatan
lainnya dalam PPI.
g. Mengusulkan pengadaan alat dan bahan kesehatan, cara pemrosesan alat,
penyimpanan alat dan linen yang sesuai dengan prinsip PPI dan aman bagi yang
menggunakan.
h. Mengidentifikasi temuan dilapangan dan mengusulkan pelatihan untuk meningkatkan
kemampuan SDM rumah sakit dalam PPI.
i. Bertanggung jawab terhadap koordinasi dengan bagian unit kerja terkait.
j. Berkoordinasi dengan unit terkait PPI.
k. Memimpin pertemuan rutin setiap bulan dengan anggota PPI untuk membahas dan
menginformasikan hal – hal penting yang berkaitan dengan PPI.
l. Meningkatkan pengetahuan anggota, membuat dan memperbaiki cara kerja dan
pedoman kerja yang aman dan efektif.
m. Memberikan masukan yang menyangkut konstruksi bangunan dan renovasi ruangan.
n. Menentukan sikap penutupan ruangan rawat bila diperlukan karena potensial
menyebarkan infeksi.
o. Menghadiri pertemuan manajemen, bila dibutuhkan.
2. SEKRETARIS
Kriteria: Mempunyai pengetahuan, ketrampilan khusus dan epidemiologi penyakit
infeksi, bakteriologi dan sanitasi.
Tanggung Jawab: Secara administratif dan fungsional bertanggung jawab kepada
ketua PPI fasyankes.
Tugas Pokok: Ikut berperan serta dalam pelaksanaan kegiatan Program PPI fasyankes.
Uraian Tugas:
a. Mengatur rapat dan jadwal rapat PPI.
b. Menyiapkan ruang rapat dan perlengkapannya yang diperlukan.
c. Menyusun kesimpulan sidang dan notulen rapat.

3. IPCD
Kriteria:
a. Ahli atau dokter yang mempunyai minat dalam PPI.
b. Mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI.
c. Memiliki kemampuan Leadership.
Tugas dan Tanggung Jawab:
a. Berkontribusi dalam diagnosa dan terapi infeksi yang benar.
b. Turut menyusun pedoman penulisan resep antibiotika dan surveilans.
c. Mengidentifikasi dan melaporkan kuman patogen dan pola resistensi antibiotika.
d. Bekerjasama dengan perawat PPI memonitor kegiatan surveilans infeksi dan
mendeteksi serta menyelidiki KLB.
e. Membimbing dan mengajarkan praktek dan prosedur PPI yang berhubungan dengan
prosedur terapi.
f. Turut memonitor cara kerja tenaga kesehatan dalam merawat pasien.
g. Turut membantu semua petugas kesehatan untuk memahami pencegahan dan
pengendalian infeksi.

4. IPCN
Kriteria:
a. Perawat dengan pendidikan min D3 & memiliki sertifikasi pelatihan IPCN.
b. Memiliki komitmen di bidang PPI.
c. Memiliki pengalaman sebagai Ka ruangan atau setara.
d. Memiliki kemampuan leadership, inovatif dan confident.
e. Bekerja purna waktu .
Tugas dan Tanggung Jawab:
a. Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi yang terjadi di
lingkungan kerjanya.
b. Memonitor pelaksanaan PPI, penerapan SPO dan kewaspadaan isolasi.
c. Melaksanakan surveilans infeksi dan melaporkan kepada tim PPI.
d. Bersama Tim PPI melakukan pelatihan petugas kesehatan tentang PPI di rumah sakit
dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
e. Melakukan investigasi terhadap KLB dan bersama sama tim PPI memperbaiki
kesalahan yang terjadi.
f. Memonitor kesehatan petugas untuk mencegah penularan infeksi dan petugas
kesehatan ke pasien atau sebaliknya.
g. Bersama tim menganjurkan prosedur isolasi dan memberikan konsultasi tentang
pencegahan dan pengendalian infeksi yang diperlukan pada kasus yang terjadi di
rumah sakit.
h. Audit pencegahan dan pengendalian infeksi termasuk terhadap limbah, laundry, gizi
dan lainnya dengan menggunakan daftar tilik.
i. Memonitor kesehatan lingkungan.
j. Memonitor terhadap pengendalian pengunaan antibiotik rasional.
k. Mendesain, melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi surveilans infeksi yang
terjadi di trumah sakit.
l. Membuat laporan surveilans dan melaporkan ke tim PPI.
m. Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan PPI.
n. Memberikan saran desain ruangan rumah sakit agar sesuai dengan prinsip.
o. Meningkatkan kesadaran pasien dan pengunjung rumah sakit tentang PPI
FASYANKES.
p. Memprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, pengunjung dan keluarga tentang
topik infeksi yang sedang berkembang di masyarakat, serta infeksi dengan insiden
tinggi.
q. Sebagai koordinator antar unit dalam mendeteksi, mencegah dan mengendalikan
infeksi di rumah sakit.

5. IPCLN
Kriteria:
a. Perawat dengan pendidikan minimal D3 dan memiliki sertifikasi pelatihan PPI.
b. Memiliki komitmen di bidang pencegahan dan pengendalian infeksi.
Tugas dan Tanggung Jawab:
a. Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilans setiap pasien di unit rawat inap
masing-masing.
b. Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan pencegahan dan
pengendalian infeksi pada setiap ruangan unit masing-masing.
c. Memberitahukan kepada IPCN apabila ada kecurigaan adanya infeksi nosokomial
pada pasien.
d. Berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi infeksi potensial KLB, penyuluhan bagi
pengunjung di ruang rawat inap masing-masing, konsultasi prosedur yang harus di
jalankan bila belum paham.
e. Memonitor kepatuhan petugas kesehatan dalam menjalankan standar isolasi
(kewaspadaan standar).

6. ANGGOTA TIM

Kriteria Anggota Tim PPI:


1) Mempunyai minat dalam PPI.
2) Pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI.

Tugas dan tanggung jawab Tim PPI:

1) Menyusun dan menetapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI.


2) Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPI fasyankes, agar kebijakan dapat dipahami
dan dilaksanakan oleh petugas kesehatan rumah sakit.
3) Membuat SPO PPI.
4) Menyusun program PPI dan mengevaluasi pelaksanaan program tersebut.
5) Bekerja sama dengan Tim PPI dalam melakukan investigasi masalah atau KLB
Healthcare Associated Infekction ( HAIs ).
6) Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara pencegahan dan
pengendalian infeksi.
7) Memberikan konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit dalam PPI.
8) Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI dan aman
bagi yang menggunakan.
9) Mengidentifikasi temuan di lapangan dan mengusulkan pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia ( SDM ) rumah sakit dalam PPI.
10) Melakukan pertemuan berkala, termasuk evaluasi kebijakan.
11) Menerima laporan dari Tim PPI dan membuat laporan kepada Direktur.
12) Berkoordinasi dengan unit terkait lain.
13) Memberikan usulan kepada Direktur untuk pemakaian antibiotika yang rasional di
rumah sakit berdasarkan hasil pantauan kuman dan resistensinya terhadap antibiotika
dan menyebarluaskan data resistensi antibiotika.
14) Menyusun kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja ( K3 ).
15) Turut menyusun kebijakan clinical governance dan patient safety.
16) Mengembangkan, mengimplementasikan dan secara periodik mengkaji kembali
rencana manajemen PPI apakah telah sesuai kebijakan manajemen rumah sakit.
17) Memberikan masukan yang menyangkut konstruksi bangunan dan pengadaan alat
dan bahan kesehatan, renovasi ruangan, cara pemrosesan alat, penyimpanan alat dan
linen sesuai dengan prinsip PPI.
18) Menentukan sikap penutupan ruangan perawatan bila diperlukan karena potensial
menyebarkan infeksi.
19) Melakukan pengawasan terhadap tindakan-tindakan yang menyimpang dari standar
peosedur / monitoring surveilans proses.
20) Melakukan investigasi, menetapkan dan melaksanakan penanggulangan infeksi bila
ada KLB di fasyankes.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Ketenagaan di dalam PPI mencakup ketenagaan di setiap unit yang terdiri dari:
1. Dokter Spesialis
2. Dokter Umum
3. Petugas Laboratorium
4. Petugas Farmasi
5. Perawat PPI / IPCN
6. IPCLN
7. Petugas Sterilisasi
8. Petugas Laundry
9. Petugas Gizi atau dapur rs
10. Petugas UPSRS
11. Petugas Sanitasi
12. Petugas Housekeeping
BAB VI
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN

Ruang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi sementara tidak memiliki ruangan tersendiri
di Kantor Utama Puskesmas Sungai Betung tetapi bergabung dengan Ruang Vaksin yang
dilengkapi dengan meja kerja, kursi, lemari file.

B. STANDAR FASILITAS
1. Kebersihan
a. Pengelolaan kebersihan lingkungan fasyankes dan sarana pendukungnya di atur di
dalam buku pedoman.
b. Tempat sampah disediakan dalam jumlah sesuai kebutuhan dengan ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan.
c. Pengelolaan kebersihan lingkungan dilakukan oleh pihak ketiga.
d. Pengadaan APD dan plastik untuk tempat sampah disediakan oleh farmasi rs.
e. Gerobak pengangkut sampah terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan
serta tertutup.
2. Linen dan Laundry
a. Tempat untuk linen kotor dan linen bersih berbeda dan dilapisi dengan plastik.
b. Kereta linen kotor terbuat dari bahan yang kuat dan tertutup.
c. Pengelolaan linen dilakukan oleh unit linen dan laundry rs.
d. Pengadaan Cairan desinfektan dan APD disediakan oleh farmasi rs.
3. Sanitasi
a. Pengaturan tekanan udara di ruang Isolasi selalu dipantau sehingga terhindar dari
kontaminasi.
b. APD disediakan sesuai kebutuhan.
c. Pemeriksaan baku mutu air diperiksa secara berkala.
d. Pemeriksaan kadar debu pada saat renovasi diperiksakan secara berkala.
C. PERALATAN

Peralatan penunjang pengendalian dan pencegahan infeksi di Puskesmas Sungai Betung


tersedia sebagai berikut:
1. Peralatan pembersihan dan alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan, topi, kaca
mata gogle, safety shoes, schort.
2. Tempat sampah sesuai kebutuhan.
3. Gudang penyimpanan.
4. Kereta pengangkut sampah.
5. Kereta pengangkut linen kotor dan liner bersih.
6. Tempat cuci tangan baik hand rub maupun hand washing.
7. Tissu disetiap wastafel.
8. Cairan anti septik.
9. Alat pengukur tekanan udara dan kelembaban.
10. Mesin pendingin / AC.
11. Sterilisator.
12. Alat medis dan non medis.
BAB VII
TATA LAKSANA PELAYANAN

Merupakan langkah-langkah pelayanan PPI di masing-masing unit kerja sbb:


1. Tata laksana pelayanan unit surveilans
a. Penanggung jawab
- IPCN
- IPCLN
- Petugas Laboratorium
b. Perangkat kerja
- Status medis
- Form survei harian PPI
- Form survei bulanan PPI
- Form PPI
c. Tata laksana pelayanan
- IPCN mengumpulkan IPCLN untuk diberikan pengarahan suveilans
- IPCN membagikan form survei harian, bulanan dan form SPO
- IPCLN melakukan monitoring survei harian sesuai ruangan
- IPCN melakukan konfirmasi bila terjadi infeksi saat survei, dan divalidasi oleh dokter
penanggung jawab pasien
- IPCN merekap hasil survei harian yang dilakukan oleh IPCLN
- IPCN melaporkan hasil survei kepada Tim PPI
- Tim PPI melaporkan hasil surveilens kepada Direktur tembusan ke manajemen mutu
dan dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kota setempat
2. Tata laksana pengambilan swab dan kultur
a. Penanggung jawab
- IPCN
- Petugas Laboratorium
- Petugas yang dilakukan survei (swab tangan petugas)
b. Perangkat kerja
- Status medis
- Form permintaan swab
- Ruang perawatan
- AC
- Pasien
c. Tata laksana pelayanan
- IPCN mengajukan pemeriksaan swab dan kultur pada dokter penanggung jawab
pasien, kemudian mengajukan permohonan pemeriksaan kepada petugas laboratorium
- IPCN dan IPCLN mempersiapkan pasien atau petugas yang akan dilakukan swab /
kultur
- Mendampingi petugas laboratorium dalam melaksanakan swab atau kultur
- Jika hasil sudah jadi maka mereka melaporkan kepada tim PPI

3. Tata laksana monitoring kebersihan lingkungan


a. Penanggung jawab
- IPCN
- IPCLN
- Petugas Kebersihan (SSC)
b. Perangkat kerja
- Buku Pedoman Pembersihan
- Daftar bahan-bahan desinfeksi
c. Tata laksana pelayanan
- IPCN mengumpulkan IPCLN untuk diberikan pengarahan suveilans
- IPCN dan SSC melakukan pertemuan rutin, membahas dan evaluasi kinerja staf
SSC
- Memberikan evaluasi bahan desinfeksi yang relevan dan ramah lingkungan
- Memberikan pengarahan cara pembersihan tumpahan darah atau cairan tubuh
- Memberikan pengarahan cara pembersihan lantai, dinding dan ruangan
- Memberikan pengarahan pembersihan tumpahan darah atau cairan tubuh pasien
- Memberikan pengarahan penggunaan APD
4. Tata laksana pelayanan sterilisasi
a. Penanggung jawab
- IPCN
- Petugas ruangan
- Petugas unit sterilisasi
b. Perangkat kerja
- Kalibrasi autoclave
- Buku ekspedisi sterilisasi ruangan dan unit sterilisasi
- Kertas indikator bouwie dict tes
- Indikator mekanik
- Kertas indikator kimia
- Tabung mikrobiologi
c. Tata laksana pelayanan
- Petugas ruangan yang akan mensterilkan alat mengisi dibuku expedisi diruangan yang
bersangkutan dan buku expedisi di unit sterilisasi
- Petugas Sterilisasi memberikan identifikasi peralatan atau instrumen sesuai ruangan
yang mensterilkan
- Sebelum melakukan proses sterillisasi petugas Sterilisasi melakukan bouwie dict tes
pada mesin autoclav terlebih dahulu (untuk mengetahui kesiapan mesin autoclave
- Jika hasil bouwie dict tes baik petugas Sterilisasi memberikan indikator kimia pada
setiap peralatan yang akan disterilkan
- Petugas Sterilisasi melakukan penyetirilan sesuai SPO
- Setelah selesai proses sterilisasi lihat indikator kimia, jika hasil baik lakukan
penyimpanan peralatan yang sudah steril di lemari
- Petugas ruangan yang akan mengambil sterilisasi dicocokkan dengan buku expedisi
ruangan dan sterilisasi
- Setiap minggu petugas sterilisasi melakukan uji mikro biologi terhadap hasil sterilisasi
5. Tata laksana Linen
a. Penanggung jawab
- Petugas Cleaning Service
- Petugas Ruangan
b. Perangkat kerja
- Linen
- Buku penyerahan linen kotor
- Buku penyerahan linen bersih
c. Tata laksana pelayanan
- Petugas ruangan mengantarkan linen kotor setiap pagi
- Petugas linen mencocokan linen kotor yang diantarkan petugas ruangan ditulis pada
buku penyerahan linen kotor
- Petugas linen mengidentifikasi linen infeksius dan non infeksius
- Untuk linen infeksius dilakukan dekontaminasi dengan cairan clorin 0,5% dan deterjen
selama 10 menit
- Kemudian lakukan pencucian sesuai SPO
- Untuk linen non infeksius dilakukan pencucian sesuai
- Penyediaan linen 2x shift untuk menjaga ketersediaan linen
- Menyediakan kebutuhan linen di Puskesmas Sungai Betung
6. Tata laksana Kesehatan Karyawan
a. Penanggung jawab
- Tim PPI
- SDM
b. Perangkat kerja
- Data pemeriksaan kesehatan karyawan yang ada di bagian SDMK RS
- Data kesehatan karyawan
c. Tata laksana pelayanan
- Bagian SDM atau HRD mengeluarkan pemberitahuan pemeriksaan kesehatan setiap
hari ulang tahun
- Tim PPI mengidentifikasi unit yang harus dilakukan pemeriksaan kesehatan
Ruang kohort airborne: petugas dilakukan pemeriksaan TB setiap 3 bulan sekali
Unit Gizi: pemeriksaan tipoid tiap 1 tahun sekali
- Karyawan melakukan pemeriksaan kesehatan yang sesuai ketentuan
- Hasil diidentifikasi
- Bersama HRD melakukan analisa dan pencatatan kesehatan.
- Tim PPI dan HRD melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan karyawan kepada direktur
dan SMF

7. Tata laksana Renovasi Bangunan


a. Penanggung jawab
- Ketua Tim PPI
- K3 Fasyankes
b. Perangkat kerja
- Papan pemberitahuan sedang dilakukan renovasi bangunan
- Pemeriksaan swab lantai
- Analisa dampak lingkungan (kebisingan dan debu)
- Papan / alat penghalang renovasi
c. Tata laksana pelayanan
- Tim pembangunan memberitahukan kepada PPI dan K3 Fasyankes bahwa akan
dilakukan renovasi bangunan
- Bersama mengidentifikasi dampak:
 kebisingan,debu
 Lokasi risiko ( rendah, sedang dan tinggi)
 renovasi
- Melakukan isolasi kegiatan dengan memasang papan pemberitahuan renovasi,alat
penghalang disekeliling area renovasi
- Edukasi kepada staf yang melewati area pembangunan agar dimengerti
- Setelah selesai pembangunan bagunan dibiarkan selama 1 bulan untuk mengetes
kesiapan bangunan ,selama didiamkan dilakukan tes swab lantai dan didinding
ruangan,jika hasil baik setelah periode 1 bulan ruangan boleh digunakan
- Selesai

Diamkan selama 1
bulan dan uji swab

Hasil tak baik


Hasil baik

Desinfeksi dinding
dan lantai dengan
Ruangan siap larutan
digunakan

Lakukan swab
ulang

Hasil baik ruangan


siap digunakan

8. Tata laksana pembuatan ruangan kohort


a. Penanggung jawab
- Ketua Tim PPI
- UPSRS
b. Perangkat kerja
- Ruangan bertekanan negatif (exhaust fan dan ventilasi)
- APD (terutama masker bedah rangkap 3)
c. Tata laksana pelayanan
- Tim PPI mengajukan pembuatan ruangan kohort kepada direktur
- Setelah ada disposisi kepada Tim pembangunan (K3)
- Dilakukan pembuatan ruangan kohort yang bertekanan negative
- Syarat dan denah terlampir
9. Pelayanan pemeriksaan baku mutu air dan Lpal
10. Tata laksana kebersihan tangan
a. Penanggung jawab
- Ketua Tim PPI
b. Perangkat kerja
- Alkohol handrub
- Air mengalir
- Wastafel
- Tisu
- Clorhexidine 2% dan 4%
c. Tata laksana pelayanan
- Penyiapan SPO kebersihan tangan dan gambar kebersihan tangan
- Edukasi pada seluruh staf rumah sakit
- Audit kepatuhan kebersihan tangan mulai dari kepala ruang, dokter, karyawan baru,
staf pelaksana
- Laporan audit kebersihan tangan
BAB VIII
LOGISTIK

Tata cara logistik PPI fasyankes


1. Perencanaan barang
a. Barang rutin:
- Kertas HVS, tinta printer, bolpoint, form survei harian, form survei bulanan, form SPO
surveilans, buku tulis
- Bahan desinfeksi
b. Barang tidak rutin:
- Proposal pemeriksaan kultur dan swab
- Pengadaan leaflet dan banner kebersihan tangan, etika batuk, pencegahan dan
pengendalian infeksi tanggung jawab bersama.
2. Permintaan barang
a. Barang rutin disampaikan pada bagian logistik / penunjang rumah sakit.
b. Barang tidak rutin disampaikan terlebih dahulu pada direktur untuk dimintakan
persetujuan.
3. Penditribusian
BAB IX
KESELAMATAN KERJA

A. Kewaspadaan, upaya pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi:


1. Pencegahan dan Pengendalian PPI
2. Keamanan pasien, pengunjung dan petugas
B. Keselamatan dan Kesehatan kerja Pegawai Melakukan pemeriksaan kesehatan meliputi:
1. Pemeriksaan kesehatan prakerja
2. Pemeriksaan kesehatan berkala
3. Pemeriksaan kesehatan khusus diunit beresiko: Sterilisasi, Laboratorium, Sanitasi dan
perawatan luka
4. Pencegahan dan penanganan kecelakaan kerja (tertusuk jarum bekas)
5. Pencegahan dan penanganan penyakit akibat kerja
6. Penanganan dan pelaporan kontaminasi bahan berbahaya
7. Monitoring ketersediaan dan kepatuhan pemakaian APD bagi petugas
8. Monitoring penggunaan bahan desinfeksi
C. Pengelolaan bahan dan barang berbahaya
1. Monitoring kerjasama pengendalian hama
2. Monitoring ketentuan pengadaan jasa dan barang berbahaya
3. Memantau pengadaan, penyimpanan dan pemakaian B3
D. Kesehatan lingkungan kerja melakukan monitoring kegiatan:
1. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit
2. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
3. Penyehatan air
4. Pengelolaan limbah
5. Pengelolaan tempat pencucian
6. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu
7. Desinfeksi dan sterilisasi
8. Kawasan Tanpa Rokok
E. Sanitasi rumah sakit melakukan monitoring terhadap kegiatan:
1. Penatalaksanaan Ergonomi
2. Pencahayaan
3. Pengawaan dan pengaturan udara
4. Suhu dan kelembaban
5. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman
6. Penyehatan air
7. Penyehatan tempat pencucian
F. Sertifikasi/kalibrasi sarana, prasarana dan peralatan melakukan pemantauan terhadap:
1. Program pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis dan nonmedis
2. Sertifikasi dan kalibrasi peralatan medis dan nonmedis
G. Pengelolaan limbah padat, cair dan gas
1. Limbah padat yang meliputi:
a. Limbah medis/klinis
b. Limbah domestik/sampah non medis
c. Limbah infeksius
2. Limbah cair
3. Limbah gas
H. Pendidikan dan Pelatihan PPI
1. Mengadakan sosialisasi dan pelatihan internal meliputi:
a. Sosialisasi sistem tanggap darurat bencana
b. Pelatihan penanggulangan bencana
c. Simulasi penanggulangan bencana
d. Pelatihan penggunaan APD
e. Pelatihan surveilans
f. Pelatihan desinfeksi dan dekontaminasi
g. Pelatihan pemadaman api dengan APAR
h. Pelatihan bagi regu pemadam
i. Pelatihan ( training of trainer )spseialis penanggulangan kebakaran
j. Sosialisasi dan pelatihan penanggulangan kontaminasi B3
k. Simulasi penanggulangan bencana dan evakuasi terpadu
2. Mengikut sertakan pelatihan K3 yang dilakukan oleh Perusahaan Jasa atau Instansi lain
bagi personil K3.
3. Upaya promotif dan edukasi
a. Hand hygiene menjadi kebutuhan dan budaya di semua unit pelayanan
b. Kedisiplinan Penggunaan APD sesuai dengan peruntukannya
c. Surveilans
- Phlebitis
- ISK
- IDO
- Kepatuhan kebersihan tangan
d. Upaya promotif PPI:
- Pemasangan anjuran kebersihan tangan disetiap ruangan publik atau wastafel
- Pemasangan cara menggunakan dan melepas APD
- Pemasangan promotif kepatuhan membuang sampah sesuai jenisnya
- Sosialisasi PPI pada karyawan baru dan mahasiswa praktek
- Pemasangan gambar etika batuk
e. Peningkatan pelayanan sterilisasi:
- Upaya pemusatan sterilisasi rumah sakit hanya di Unit sterilisasi
- Penyediaan 3 indikator mutu sterilisasi
f. Pembuatan ruang kohort:
- Kohort kontak infeksi
- Kohort droplet infeksi
- Kohort air borne infeksi
- Kohort imunosupresif
g. Peningkatan kewaspadaan standar disemua unit pelayanan.
I. Pengumpulan, pengelolaan dokumentasi data dan pelaporan meliputi:
1. Mengagendakan laporan dan rencana kerja PPI
2. Mengarsipkan surat keluar dan surat masuk
3. Mengarsipkan semua dokumen berkaitan dengan kegiatan PPI
4. Mendokumentasikan setiap kegiatan
5. Memberikan rekomendasi berkaitan dengan PPI kepada Direksi baik diminta atau tidak.
BAB X
KESELAMATAN PASIEN

Upaya keselamatan pasien melalui kegiatan SKPRS adalah:


A. Ketepatan identifikasi pasien: Melakukan identifikasi yang benar sesuai SPO
B. Peningkatan komunikasi efektif
1. Melakukan komunikasi efektif SBAR pada saat:
a. Komunikasi antar perawat, Komunikasi perawat dengan dokter dan Komunikasi antar
petugas kesehatan lainnya yang bertugas di fasyankes
2. Menggunakan komunikasi SBAR pada saat:
a. Saat pergantian shift jaga
b. Saat terjadi perpindahan rawat pasien
c. Saat terjadi perubahan situasi atau kondisi pasien
d. Saat melaporkan hasil pemeriksaan, efek samping terapi/tindakan atau pemburukan
kondisi pasien melalui telepon kepada dokter yang merawat.
C. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
1. Melaksanakan SPO Independent Double check, Obat kewaspadaan tinggi pada obat-obat
yang termasuk dalam daftar obat HAM.
2. Memberikan obat sesuai dengan prinsip 6 BENAR.
D. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
1. Melakukan pengisian formulir data pemantauan surveilans:
a. Infeksi luka infus (phlebitis)
b. Infeksi Saluran Kencing (ISK)
c. Kepatuhan kebersihan tangan
2. Melakukan pemantauan kegiatan pengendalian infeksi
3. Melakukan pelaporan dan analisa kejadian infeksi
4. Melakukan sosialisasi hasil analisa kejadian infeksi
5. Melakukan evaluasi kegiatan pengendalian infeksi
E. Pengurangan risiko pasien jatuh
1. Melakukan pencegahan pasien jatuh dengan asesmen risiko dan tindak lanjut kepada
pasien yang dirawat
2. Melaporkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang terjadi
3. Melakukan analisa sederhana terhadap kejadian KTD yang terjadi di masing-masing unit
pelayanan.
4. Melakukan sosialisasi hasil analisa KTD yang terjadi.
BAB XI
PENGENDALIAN MUTU

A. SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN


1. Penerapan sistem pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Sungai Betung mempunyai
tujuan:
a. Mendapatkan data untuk memetakan masalah–masalah yang berkaitan dengan
keselamatan pasien.
b. Sebagai bahan pembelajaran untuk menyusun langkah-langkah agar KTD yang serupa
tidak terulang kembali.
c. Sebagai dasar analisis untuk mendesain ulang suatu system asuhan pelayanan pasien
menjadi lebih aman.
d. Menurunkan jumlah insiden keselamatan pasien (KTD dan KNC).
e. Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
2. Puskesmas Sungai Betung mewajibkan agar setiap insiden keselamatan pasien dilaporkan
kepada bagian keselamatan pasien rumah sakit.
3. Laporan insiden keselamatan pasien di Puskesmas Sungai Betung bersifat:
a. Non punitive (tidak menghukum)
b. Rahasia
c. Independen
d. Tepat waktu
e. Berorientasi pada system
4. Pelaporan insiden keselamatan pasien menggunakan lembar Laporan Insiden Keselamatan
Pasien yang berlaku di Puskesmas Sungai Betung dan diserahkan kepada Bagian
Keselamatan Pasien Puskesmas Sungai Betung Bagian/unit mencatat kejadian IKP di buku
pencatatan IKP masing-masing.
5. Laporan insiden keselamatan pasien tertulis secara lengkap diberikan kepada bagian
keselamatan pasien dalam waktu:
a. 1x24 jam untuk kejadian yang merupakan sentinelevents (berdampak kematian atau
kehilangan fungsi mayor secara permanen). Apabila pelaporan secara tertulis belum
siap, pelaporan KTD dapat disampaikan secara lisan terlebih dahulu.
b. 2x24 jam untuk kejadian yang berdampak klinis/ konsekuensi/ keparahan tidak
signifikan, minor, dan moderat.

6. Tindak lanjut dari pelaporan:


a. Tingkat risiko rendah dan moderat: investigasi sederhana oleh bagian/unit yang terkait
insiden (5W: what ,who, where, when, why).
b. Tingkat risiko tinggi dan ekstrim: Root Cause Analysis (RCA) yang dikoordinasi oleh
tim keselamatan pasien.
c. Bila insiden keselamatan pasien yang terjadi mempunyai tingkat risiko merah
(ekstrim) maka bagian/tim keselamatan pasien segera melaporkan kejadian tersebut
kepada direksi Puskesmas Sungai Betung.
d. Bila insiden keselamatan pasien yang terjadi mempunyai tingkat risiko kuning (tinggi)
maka tim keselamatan pasien segera melaporkan kejadian tersebut kepada Kepala
Puskesmas Sungai Betung.
e. Tim keselamatan pasien Puskesmas Sungai Betung melakukan rekapitulasi laporan
insiden keselamatan pasien dan analisisnya setiaptiga bulan kepada direksi Puskesmas
Sungai Betung.
B. PENERAPAN INDIKATOR KESELAMATAN PASIEN
1. Bagian Pokja Keselamatan Pasien Puskesmas Sungai Betung menetapkan indikator
keselamatan berdasarkan atas pertimbangan high risk, high impact, high volume, prone
problem.
2. Bagian Pokja Keselamatan Pasien Puskesmas Sungai Betung menjelaskan definisi
operasional, frekuensi pengumpulan data, periode analisis, cara perhitungan, sumber data,
target dan penanggung jawab.
3. Bagian Pokja Keselamatan Pasien Puskesmas Sungai Betung bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan dan kesinambungan penerapan indicator keselamatan pasien.
4. Bagian Pokja Keselamatan Pasien Puskesmas Sungai Betung bertanggung jawab dalam
proses pengumpulan data, analisis dan memberikan masukan kepada Direksi berdasarkan
pengkajian tersebut.
5. Indikator dikumpulkan dan dianalisis setiap bulan. Setiap tiga bulan indicator dianalisis
dan di feed back kan kepada unit terkait.
6. Jumlah indicator keselamatan pasien perlu ditinjau ulang setiap 3 tahun sekali.

C. ANALISIS AKAR MASALAH


1. Dalam rangka meningkatkan mutu dan keselamatan pasien, Puskesmas Sungai Betung
menerapkan metode Root Cause Analysis (RCA) atau analisa akar masalah, yaitu suatu
kegiatan investigasi terstruktur yang bertujuan untuk melakukan identifikasi penyebab
masalah dasar dan untuk menentukan tindakan agar kejadian yang sama tidak terulang
kembali.
2. RCA dilakukan pada insiden medis kejadian nyaris cedera dan KTD yang sering terjadi di
Puskesmas Sungai Betung.
3. RCA dilakukan pada setiap kejadian sentinel events.
4. Insiden keselamatan pasien yang dikategorikan sebagai level tinggi dan ekstrim
diselesaikan dalam kurun waktu paling lama 45 hari dan dibutuhkan tindakan segera yang
melibatkan Direksi.
5. Agar penemuan akar masalah dan pemecahan masalah mengarah pada sesuatu yang
benar, maka perlu dibentuk tim RCA yang berunsurkan: dokter yang mempunyai
kemampuan dalam melakukan RCA, unsure keperawatan, dan SDM lain yang terkait
dengan jenis insiden keselamatan pasien yang terjadi.
6. Dalam melakukan RCA langkah-langkah yang diambil adalah membentuk tim RCA,
observasi lapangan, pendokumentasian, wawancara, studi pustaka, melakukan asesmen
dan diskusi untuk menentukan factor kontribusi dan akar masalah.
7. Hasil temuan dari RCA ditindaklanjuti, direalisasi dan dievaluasi agar kejadian yang sama
tidak terulang kembali
BAB XII
STANDAR DAN INDIKATOR MUTU KINERJA FASYANKES

A. Standar Mutu Klinik: Puskesmas Sungai Betung harus mampu memberikan pelayanan yang
terbukti aman bagi semua orang yang berada didalamnya baik pasien maupun karyawan dari
segala bentuk kejadian yang dapat timbul karena proses pelayanan.
B. Indikator Mutu Klinik:
1. Indikator Non Bedah
a. Angka kejadian infeksi jarum infus (phlebitis)
b. Tersedianya bahan-bahan desinfeksi yang sesuai rekomendasi dan aman bagi
lingkungan
c. Dilakukannya kegiatan pemantauan
2. Unit Sterilisasi:
a. Indikator bouwie dict tes, kimia dan mikrobiologi dilaksanakan dan hasilnya baik
b. Maintenance autoclave
c. Kalibrasi Autoclave eksternal baik
d. Indikator mekanik, kimia, biologi
3. Upaya kesehatan:
a. Kebersihan tangan menjadi isu dan tindakan yang menjadi kebutuhan petugas
b. Terlaksananya pemasangan leaflet kebersihan tangan di setiap ruangan, wastafel dan
ruangan publik
c. Edukasi PPI pada calon karyawan
d. Edukasi PPI pada karyawan
e. Hasil survei menjadi informasi di setiap unit pelayanan melalui sistem informasi
rumah sakit
f. Pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala
g. Terlaksananya ruangan kohort
h. Tersedianya APD yang diperlukan
i. Terlaksananya survei complience kebersihan tangan pada perawat senior
j. Penyehatan lingkungan
k. Ruangan dan lingkungan yang bersih
l. Sampah dibuang sesuai jenisnya
m. Terlaksananya formularium antibiotika

C. Indikator mutu lingkungan


1. Hasil uji baku mutu air dan limbah yang dihasilkan sesuai dengan perundangan yang
berlaku (UU Lingkungan, PP, PMK, Perprop, Perda).
2. Ketersediaan instalasi pengolah limbah baik padat maupun cair.
3. Ketersediaan pengolahan limbah infeksius.
4. Pelaksanaan UKL dan UPL dari Rencana Pengelolaan Lingkungan.
Penurunan Angka Kuman di area pelayanan khusus

D. Formulasi dari indikator-indikator tersebut di atas adalah sebagai berikut:


1. Kelompok Pelayanan Non-Bedah
a. Angka infeksi karena Jarum Infus (Phlebitis)
Angka Kejadian Infeksi Phlebitis x 1000
Jumlah hari pemakaian infus
b. Angka ISK
Angka Kejadian ISK x 1000
Jumlah hari pemakaian alat
BAB XIII
PENUTUP

Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa pelayanan pencegahan dan
pengendalian infeksi bukanlah urusan mereka yang bertugas di unit PPI fasyankes saja. Namun
juga tanggung jawab semua pihak yang berada di Puskesmas Sungai Betung.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi fasyankes merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan paripurna di fasyankes khusunya puskesmas, yang terkait dengan keenam dasar fungsi
fasyankes, yaitu peningkatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, pendidikan dan penelitian.
Yang paling penting dilaksanakan dalam rangka Pencegahan dan Pengendalian Infeksi adalah
upaya-upaya edukasi PPI kepada staf, pasien dan pengunjung rumah sakit, sehingga dapat merubah
perilaku yang sehat, penyiapan sarana dan prasarana PPI. upaya pencegahan dan pengendalian
infeksi disadari atau tidak memerlukan dana yang besar sehingga memerlukan dukungan penuh
dari manajemen rumah sakit.
Demikianlah pedoman pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi Puskesmas Sungai
Betung.

DAFTAR PUSTAKA
Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 27 Tahun
2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Kemenkes RI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai