Menimbang :
Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5038 );
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Imdonesia
Nomor 5063 );
3. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2014 Tentang Pedoman
Standar Pelayanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 615 );
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 148 Tahun 2010 Tentang Izin
Dan Penyelenggaraan Praktik Perawat (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052 Tahun 2011 Tentang Izin
Praktik Dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2011Nomor 671 );
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17 Tahun 2013 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
Hk.02.02/Menkes/148/I/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan
Praktik Perawat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 473);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Tentang
Puskesmas (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 );
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 tahun 2015 tentang
Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri
Dokter dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi ( Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1049 );
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin
Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 954);
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 514 Tahun 2015 Tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 62 Tahun 2015 Tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Gigi;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin
Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 954);
13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 514 Tahun 2015 Tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang
Pedoman PPI di Fasilitas Kesehatan;
15. Surat Keputusan Kepala Puskesmas Sungai Betung Kabupaten
Bengkayang Nomor 07/RSIAW/PER/DIR/I/2022 tentang Tim
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Puskesmas Sungai
Betung Kabupaten Bengkayang Tahun Anggaran 2023;
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
KETIGA : Pedoman ini menjadi acuan bagi Puskesmas Sungai Betung untuk
mengevaluasi pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Puskesmas Sungai Betung.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan
akan ditinjau kembali apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam
penetapannya.
Ditetapkan di Bengkayang
Tanggal 02 Januari 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuk kepada kami sehingga kami berhasil menyusun buku Pedoman
Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Puskesmas Sungai Betung. Pedoman ini
berisi tentang falsafah, kebijakan, dasar hukum, struktur organisasi, ketenagaan, sarana dan
fasilitas penunjang yang harus dipenuhi oleh rumah sakit. Besar harapan kami, bahwa buku
Pedoman Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Puskesmas Sungai Betung bisa
digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi secara
aplikatif dan lebih optimal.
Dalam penyelesaian tulisan ini, tim penyusun banyak dibantu oleh berbagai pihak. Oleh
karena itu tim penyusun mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi –
tingginya kepada pejabat struktural maupun fungsional yang telah memberikan banyak
kontribusi dalam penyusunan buku ini. Terima kasih kepada Kepala Puskesmas Sungai
Betung serta seluruh kepala unit dan staf Puskesmas Sungai Betung yang terlibat dalam
proses penyelesaian penyusunan buku pedoman ini.
Demi kesempurnaan substansi buku ini, maka segala bentuk evaluasi sangat dibutuhkan
terhadap isi buku ini. Semoga Buku “Pedoman Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Puskesmas Sungai Betung” ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
HAL JUDUL
SURAT KETERANGAN DIREKTUR..................................................................... i
HAL PENGESAHAN DAN PEMBERLAKUAN.................................................... iii
KATA PENGANTAR............................................................................................... iv
DAFTAR ISI.............................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG................................................................................... 1
B. PENGERTIAN............................................................................................... 2
C. TUJUAN........................................................................................................ 2
D. VISI DAN MISI............................................................................................. 2
E. RUANG LINGKUP....................................................................................... 3
F. BATASAN OPERASIONAL........................................................................ 4
G. ALUR UPAYA PPI....................................................................................... 5
BAB II KEBIJAKAN DAN DASAR HUKUM........................................................ 6
A. KEBIJAKAN................................................................................................. 6
B. DASAR HUKUM.......................................................................................... 6
BAB III KONSEP PENYAKIT MENULAR............................................................ 8
A. KONSEP DASAR PENYAKIT..................................................................... 8
B. RANTAI PENULARAN............................................................................... 9
C. STRATEGI PPI.............................................................................................. 10
D. JENIS PENYAKIT MENULAR.................................................................... 10
BAB IV URAIAN TUGAS....................................................................................... 21
BAB V STANDAR KETENAGAAN....................................................................... 23
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA............................................. 23
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN..................................................................... 28
BAB VI STANDAR FASILITAS............................................................................. 29
A. DENAH RUANGAN..................................................................................... 29
B. STANDAR FASILITAS................................................................................ 29
C. PERALATAN................................................................................................ 30
BAB VII TATA LAKSANA PELAYANAN............................................................ 31
BAB VIII LOGISTIK................................................................................................ 37
BAB IX KESELAMATAN KERJA.......................................................................... 38
BAB X KESELAMATAN PASIEN.......................................................................... 41
BAB XI PENGENDALIAN MUTU......................................................................... 42
A. SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN............................................ 42
B. PENERAPAN INDIKATOR KESELAMATAN PASIEN........................... 43
C. ANALISIS AKAR MASALAH.................................................................... 44
BAB XII STANDAR DAN INDIKATOR MUTU KINERJA KLINIK................... 45
BAB XIII PENUTUP................................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 48
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia, termasuk di
Indonesia. Ditinjau dari asal atau didapatkannya infeksi dapat berasal dari komunitas
(Community Acquired Infection) atau berasal dari lingkungan fasyankes dan Rumah Sakit
(Hospital Aquired Infection) yang sebelumnya dikenal dengan istilah infeksi nosokomial.
Dengan berkembangnya sistem pelayanan kesehatan khususnya bidang perawatan pasien,
sekarang perawatan tidak hanya di rumah sakit saja (home care).
Tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang dimaksudkan untuk tujuan
perawatan atau penyembuhan pasien, bila dilakukan tidak sesuai dengan prosedur
berpotensi untuk menularkan penyakit infeksi, baik bagi pasien (yang lain) atau bahkan
kepada petugas kesehatan itu sendiri. Karena sering kali tidak bias secara pasti ditentukan
asal infeksi, maka sekarang istilah infeksi nosokomial (Hospital Acquired Infection)
diganti dengan istilah baru yaitu “Healthcare Associated Infections” HAIs dengan
pengertian yang lebih luas tidak hanya di Rumah Sakit tetapi juga di fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya. Juga tidak terbatas infeksi pada pasien saja, tetapi juga infeksi pada
petugas kesehatan yang didapat pada saat melakukan tindakan perawatan pasien.
Untuk dapat melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi khususnya infeksi rumah
sakit, perlu memiliki pengetahuan mengenai konsep dasar penyakit infeksi.
Upaya pengendalian infeksi HAIs di Puskesmas Sungai Betung bersifat multidisiplin, hal-
hal yang perlu diperhatikan:
1. Discipline: perilaku semua karyawan harus didasari disiplin yang tinggi untuk mematuhi
prosedur aseptik, teknik invasif, upaya pencegahan dan lain-lain.
2. Defence mechanisme: melindungi penderita dengan mekanisme pertahanan yang rendah
supaya tidak terpapar oleh sumber infeksi.
3. Drug: pemakaian obat antiseptik, antibiotika dan lain-lain yang dapat mempengaruhi
kejadian infeksi supaya lebih bijaksana.
B. PENGERTIAN
Pelayanan PPI fasyankes adalah mengidentifikasi dan menurunkan risiko infeksi yang
di dapat dan ditularkan diantara pasien, staf, tenaga professional kesehatan, tenaga
kontrak, tenaga sukarela, mahasiswa dan pengunjung.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman pelayanan bagi staf PPI fasyankes dalam menjalankan tugas, tanggung
jawab dan wewenang secara jelas.
b. Menggerakkan segala sumber daya yang ada di rumah sakit secara efektif dan efisien
dalam pelaksanaan PPI fasyankes.
c. Melindungi petugas kesehatan dan masyarakat dari penularan penyakit menular.
d. Menurunkan angka kejadian infeksi di rumah sakit secara bermakna.
e. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program PPI fasyankes.
Program tim PPI dilaksanakan oleh seluruh unit maupun individu yang berada di
Puskesmas Sungai Betung.
3. Pengkajian Resiko
6. Manajemen Linen
Puskesmas Sungai Betung menurunkan risiko infeksi pada pengelolaan linen dengan
benar sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dilaksanakan sesuai dengan
prinsip-prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi.
7. Limbah Infeksius
Puskesmas Sungai Betung menurunkan risiko infeksi pada fasilitas yang terkait
dengan pengendalian mekanis dan teknis (mechanical dan engineering controls)
9. Penularan Infeksi
a. Puskesmas Sungai Betung menetapkan penempatan pasien dan proses transfer pasien
dengan airbone diseases di dalam puskesmas dan keluar puskesmas sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
b. Puskesmas Sungai Betung menetapkan penempatan pasien infeksi airbone dalam
waktu singkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan
c. Puskesmas Sungai Betung mengembangkan dan menerapkan sebuah proses untuk
menangani lonjakan mendadak (outbreak) penyakit infeksi airbone
10. Kebersihan Tangan
Puskesmas Sungai Betung melakukan edukasi kepada semua staf petugas untuk
menjaga mutu dan kelematan pasien dengan meminimalkan angka infeksi HAIS
(Healthcare Associated Infections).
12. Edukasi, Pendidikan dan Pelatihan
Puskesmas Sungai Betung melakukan edukasi tentang PPI kepada staf klinis dan
nonklinis, pasien, keluarga pasien, serta petugas lain yang terlibat dalam pelayanan
pasien.
Mulai
Unit Pelayanan
Penilaian risiko Infeksi
Panitia PPI
Merekap Penilaian
risiko Infeksi
Panitia PPI
1. Merekap data
surveilan bulanan
2. Melaporkan kepada
Tim
Panitia PPI
Selesai
BAB II
KEBIJAKAN DAN DASAR HUKUM
Visi, Misi dan Tujuan dari Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Puskesmas Sungai
Betung, merupakan bagian dari Visi, Misi, Tujuan Puskesmas Sungai Betung itu sendiri yang perlu
dirinci secara spesifik dalam lingkup Pencegahan dan Pengendalian Infeksi fasyankes (PPI),
sehingga dalam pelaksanaannya dapat saling bersinergi, integratif, tidak duplikatif, efektif dan
efisien. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di fasyankes juga merupakan bagian dari penerapan
standar pelayanan di rumah sakit, sehingga keberhasilannya dapat ditampilkan untuk kelengkapan
akreditasi fasyankes.
A. KEBIJAKAN
1. Puskesmas Sungai Betung harus melaksanakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI).
2. Pelaksanaan PPI yang dimaksud sesuai dengan panduan manajerial Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di fasyankes dan Pedoman PPI yang dikeluarkan oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
3. Kepala Puskesmas Sungai Betung membentuk Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
yang langsung berada dibawah koordinasi Tim PPI.
4. Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi mempunyai tugas, fungsi dan kewenangan yang
jelas sesuai dengan pedoman manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Puskesmas Sungai Betung.
5. Untuk lancarnya kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, maka di Puskesmas
Sungai Betung wajib memiliki IPCN (Infection Prevention and Control Nurse) purna
waktu.
B. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.
7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 56 Tahun 2015 tentang Tata
Cara dan Peryaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman PPI di Fasilitas
Kesehatan.
9. Surat Keputusan Kepala Puskesmas Sungai Betung 07/RSIAW/PER/DIR/I/2022 tentang
Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) pada Puskesmas Sungai Betung
Singkawang Tahun Anggaran 2023.
BAB III
KONSEP PENYAKIT MENULAR
Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia termasuk
indonesia, ditinjau dari asalnya infeksi dapat berasal dari (Community Acquaired
Infection) atau berasal dari (Hospital Acquired Infection). Karena seringkali tidak bisa
secara pasif ditentukan asal infeksi maka istilah infeksi nosokomial (Hospital Acqured
Infection) diganti HAIs yaitu (Healthcare Assosiated Infections) dengan arti lebih luas
tidak hanya terjadi dirumah sakit juga bisa terjadi fasilitas kesehatan yang lain juga tidak
terbatas pada pasien namun infeksi juga dapat terjadi pada petugas yang didapat saat
melakukan tindakan medis atau perawatan.
1. Kolonisasi
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi, dimana organisme
tersebut hidup, tumbuh dan berkembang biak, namun tanpa disertai adanya respon
imun atau gejala klinis. Pada kolonisasi tubuh pejamu tidak dalam keadaan suspectibel
pasien dan petugas dapat mengalami kolonisasi dengan dengan kuman patogen tanpa
mengalami rasa sakit tetapi menularkan kuman tersebut keorang lain (sebagai carrier).
2. Infeksi
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme dimana
terdapat respon imun tetapi tidak disertai gejala klinik.
3. Penyakit infeksi
Merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi (organisme) yang
disertai adanya respon imun dan gejala klinik.
4. Penyakit menular
Adalah penyakit infeksi tertentu yang dapat berpindah dari satu orang ke orang lain
secara langsung maupun tidak langsung.
5. Inflamasi
Merupakan bentuk respon tubuh terhadap suatu agen yang ditandai adanya dolor, kalor,
rubor , tumor dan fungsiolesa.
6. SIRS (Sistem Inflamtory Respon Syndroma)
SIRS dapat terjadi karena infeksi atau non infeksi seperti luka bakar, pankreatitis, atau
gangguan metabolik. SIRS yang disebabkan oleh infeksi disebut sepsis.
B. RANTAI PENULARAN
Untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi perlu mengetahui rantai
penularan, apabila salah satu rantai dihilangkan atau dirusak maka infeksi dapat dicegah
atau dihentikan.
1. Agen Infeksi adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia, dapat
berupa bakteri, virus, riketsia, jamur, dan parasit. Ada 3 faktor yang mempengaruhi
terjadinya infeksi yaitu: virulensi, patogenesis, jumlah dosis obat.
2. Reservoir atau tempat hidup dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak
dan siap ditularkan pada orang lain, reservoir yang paling umum adalah manusia, binatang,
tumbuhan, tanah, air dan bahan bahan organik. Pada manusia sehat permukaan kulit,
selaput lendir saluran napas, pencernaan dan vagina merupakan reservoir yang umum.
3. Pintu keluar adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan reservoir, pintu keluar
meliputi saluran napas, pencernaan, saluran kemih dan kelamin, kulit, membran mukosa,
trasplacenta dan darah serta cairan tubuh lainnya.
4. Transmisi adalah bagaimana mekanisme penularan meliputi (1) kontak langsung dan tidak
langsung, (2) droplet, (3) airborne, (4) Vehicle; makan, minuman, darah (5) vektor biasanya
binatang pengerat dan serangga.
5. Pintu masuk adalah tempat dimana agen infeksi memasuki tubuh pejamu (yang supectibel)
dapat melalui saluran pernapsan, pencernaan, perkemihan atau luka.
6. Pejamu (host) yang suspectibel adalah orang yang tidak tidak memiliki daya tahan tubuh
yang cukup untuk melawan agen infeksi, faktor yang mempengaruhi umur, usia, status gizi,
ekonomi, pekerjaan, gaya hidup, terpasang barrier (kateter, implantasi), dilakukan tindakan
operasi.
C. STRATEGI PPI
1. Peningkatan daya tahan pejamu
Dengan pemberian imunisasi (vaksin Hepatitis B), promosi kesehatan nutrisi yang
adekuat.
2. Inaktivasi agen penyebab infeksi
Menggunakan metode fisik maupun kimia contoh fisik dengan pasteurisasi atau
sterilisasi ataupun memasak makanan hingga matang. Kalau kimia dengan pemberian
clorin pada air dan desinfeksi.
3. Memutus rantai penularan
Hal ini berkaitan dengan pecegahan agen infeksi yang ditularkan melalui darah dan
cairan tubuh lain yang dikarenakan tertusuk jarum bekas pakai utamanya hepatitis B,
C dan HIV.
Pengertian
Adalah Penyakit akibat menurunnya daya tahan tubuh yang didapat karena terinfeksi HIV
(Human Imunodefisiency Virus).
Penyebab
Virus HIV tergolong retrovirus yang terdiri atas 2 tipe, tipe 1 (HIV-1) dan tipe 2 (HIV-2)
Cairan tubuh yang dapat mengandung HIV yaitu; Cairan vagina, ASI, Air mata, Air
liur, Air seni, Air ketuban, dan cairan cerebrospinal
Biasanya tidak ada gejala klinis yang khusus pada orang yang terinfeksi HIV dalam waktu
5 sampai 10 tahun. Setelah terjadi penurunan sel CD 4 secara bermakna baru AIDS mulai
berkembang dan menunjukan gejala – gejala seperti:
3. Tuberkulosis (TBC)
Penyebab
TBC disebabkan oleh kuman/ basil tahan asam (BTA) yakni micobacterium
tuberkulosis. Kuman ini cepat mati bila terkena sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup beberapa hari ditempat yang lembab dan gelap. Beberapa jenis
micobacterium lain juga dapat menyebabkan penyakit pada manusia (matipik). Hampir
semua oirgan tubuh dapat terserang bakteri ini seperti kulit, otak, ginjal, tulang dan
paling sering paru.
Epidemiologi
Indonesia menduduki peringkat ke 3 dunia dalam jumlah pasien TB setelah India dan
Cina, diperkirakan penduduk dunia terinfeksi Tb secara laten. Di Indonesia
diperkirakan terdapat 583.000 kasus baru dengan 140.000 kematian setiap tahun.
Faktor risiko
HIV, DM, Gizi kurang, kebiasaan merokok.
Cara penularan
Menular dari orang ke orang melalui droplet atau percikan dahak.
Masa Inkubasi
Sejak masuknya kuman sampai timbul gejala lesi primer atau reaksi tes tuberculosis
positif memerlukan waktu antara 2-10 minggu. Resiko menjadi TB paru dan TB
ekstrapulmoner progresif infeksi primer umumnya terjadi pada tahun pertama dan
kedua. Infeksi laten bisa terjadi seumur hidup. Pada pasien dengan imun defisiensi
seperti HIV masa inkubasi bisa lebih pendek.
Masa penularan
Berpotensi menular selama penyakitnya masih aktif dan dahaknya mengandung BTA,
penularan berkurang apabila pasien menjalani pengobatan adekuat selama minimal 2
minggu, sebaliknya pasien yang tidak diobati secara adekuat dan pasien dengan
persisten AFB positif dapat menjadi sumber penularan sampai waktu lama.
Tingkat penularan tergantung pada jumlah basil yang dikeluarkan, virulensi kuman,
terjadinya aerosolisasi waktu batuk/bersin, dan tindakan medis beresiko tinggi seperti
intubasi dan bronkoskopi.
Gejala klinis
a. Batuk terus menerus disertai dahak selama 3 minggu /lebih
b. Batuk berdahak
c. Sesak napas
d. Nyeri dada
e. Sering demam
f. Nafsu makan menurun
g. Penurunan berat badan
h. BTA (+)
Pengobatan
Pengobatan spesifik dengan kombinasi obat anti tuberculosis (OAT) dengan metoda DOTS
(Directly Observed Treatment Shourtcore) diawasi oleh pengawas minum obat. Untuk
pasien baru TB BTA (+), WHO menganjurkan pemberian 4 macam obat setiap hari selama
2 bulan berturut-turut terdiri RIF, INH, PZA,dan Etambutol diikuti INH dan RIF 3 kali
seminggu selama 4 bulan.
Pencegahan
a. Penemuan dan pengobatan TB
b. Imunisasi BCG sedini mungkin terhadap mereka yang belum terinfeksi
c. Perbaikan lingkungan dan status gizi dan kondisi sosial ekonomi
A. TUGAS IPCLN
1. Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilans setiap pasien di unit rawat inap masing-
masing.
2. Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan pencegahan dan
pengendalian infeksi pada setiap ruangan unit masing-masing.
3. Memberitahukan kepada IPCN apabila ada kecurigaan adanya infeksi nosokomial pada
pasien.
4. Berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi infeksi potensial KLB, penyuluhan bagi
pengunjung di ruang rawat inap masing-masing, konsultasi prosedur yang harus di jalankan
bila belum paham.
5. Memonitor kepatuhan petugas kesehatan dalam menjalankan standar isolasi (kewaspadaan
standar).
3. IPCD
Kriteria:
a. Ahli atau dokter yang mempunyai minat dalam PPI.
b. Mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI.
c. Memiliki kemampuan Leadership.
Tugas dan Tanggung Jawab:
a. Berkontribusi dalam diagnosa dan terapi infeksi yang benar.
b. Turut menyusun pedoman penulisan resep antibiotika dan surveilans.
c. Mengidentifikasi dan melaporkan kuman patogen dan pola resistensi antibiotika.
d. Bekerjasama dengan perawat PPI memonitor kegiatan surveilans infeksi dan
mendeteksi serta menyelidiki KLB.
e. Membimbing dan mengajarkan praktek dan prosedur PPI yang berhubungan dengan
prosedur terapi.
f. Turut memonitor cara kerja tenaga kesehatan dalam merawat pasien.
g. Turut membantu semua petugas kesehatan untuk memahami pencegahan dan
pengendalian infeksi.
4. IPCN
Kriteria:
a. Perawat dengan pendidikan min D3 & memiliki sertifikasi pelatihan IPCN.
b. Memiliki komitmen di bidang PPI.
c. Memiliki pengalaman sebagai Ka ruangan atau setara.
d. Memiliki kemampuan leadership, inovatif dan confident.
e. Bekerja purna waktu .
Tugas dan Tanggung Jawab:
a. Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi yang terjadi di
lingkungan kerjanya.
b. Memonitor pelaksanaan PPI, penerapan SPO dan kewaspadaan isolasi.
c. Melaksanakan surveilans infeksi dan melaporkan kepada tim PPI.
d. Bersama Tim PPI melakukan pelatihan petugas kesehatan tentang PPI di rumah sakit
dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
e. Melakukan investigasi terhadap KLB dan bersama sama tim PPI memperbaiki
kesalahan yang terjadi.
f. Memonitor kesehatan petugas untuk mencegah penularan infeksi dan petugas
kesehatan ke pasien atau sebaliknya.
g. Bersama tim menganjurkan prosedur isolasi dan memberikan konsultasi tentang
pencegahan dan pengendalian infeksi yang diperlukan pada kasus yang terjadi di
rumah sakit.
h. Audit pencegahan dan pengendalian infeksi termasuk terhadap limbah, laundry, gizi
dan lainnya dengan menggunakan daftar tilik.
i. Memonitor kesehatan lingkungan.
j. Memonitor terhadap pengendalian pengunaan antibiotik rasional.
k. Mendesain, melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi surveilans infeksi yang
terjadi di trumah sakit.
l. Membuat laporan surveilans dan melaporkan ke tim PPI.
m. Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan PPI.
n. Memberikan saran desain ruangan rumah sakit agar sesuai dengan prinsip.
o. Meningkatkan kesadaran pasien dan pengunjung rumah sakit tentang PPI
FASYANKES.
p. Memprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, pengunjung dan keluarga tentang
topik infeksi yang sedang berkembang di masyarakat, serta infeksi dengan insiden
tinggi.
q. Sebagai koordinator antar unit dalam mendeteksi, mencegah dan mengendalikan
infeksi di rumah sakit.
5. IPCLN
Kriteria:
a. Perawat dengan pendidikan minimal D3 dan memiliki sertifikasi pelatihan PPI.
b. Memiliki komitmen di bidang pencegahan dan pengendalian infeksi.
Tugas dan Tanggung Jawab:
a. Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilans setiap pasien di unit rawat inap
masing-masing.
b. Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan pencegahan dan
pengendalian infeksi pada setiap ruangan unit masing-masing.
c. Memberitahukan kepada IPCN apabila ada kecurigaan adanya infeksi nosokomial
pada pasien.
d. Berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi infeksi potensial KLB, penyuluhan bagi
pengunjung di ruang rawat inap masing-masing, konsultasi prosedur yang harus di
jalankan bila belum paham.
e. Memonitor kepatuhan petugas kesehatan dalam menjalankan standar isolasi
(kewaspadaan standar).
6. ANGGOTA TIM
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Ketenagaan di dalam PPI mencakup ketenagaan di setiap unit yang terdiri dari:
1. Dokter Spesialis
2. Dokter Umum
3. Petugas Laboratorium
4. Petugas Farmasi
5. Perawat PPI / IPCN
6. IPCLN
7. Petugas Sterilisasi
8. Petugas Laundry
9. Petugas Gizi atau dapur rs
10. Petugas UPSRS
11. Petugas Sanitasi
12. Petugas Housekeeping
BAB VI
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANGAN
Ruang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi sementara tidak memiliki ruangan tersendiri
di Kantor Utama Puskesmas Sungai Betung tetapi bergabung dengan Ruang Vaksin yang
dilengkapi dengan meja kerja, kursi, lemari file.
B. STANDAR FASILITAS
1. Kebersihan
a. Pengelolaan kebersihan lingkungan fasyankes dan sarana pendukungnya di atur di
dalam buku pedoman.
b. Tempat sampah disediakan dalam jumlah sesuai kebutuhan dengan ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan.
c. Pengelolaan kebersihan lingkungan dilakukan oleh pihak ketiga.
d. Pengadaan APD dan plastik untuk tempat sampah disediakan oleh farmasi rs.
e. Gerobak pengangkut sampah terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan
serta tertutup.
2. Linen dan Laundry
a. Tempat untuk linen kotor dan linen bersih berbeda dan dilapisi dengan plastik.
b. Kereta linen kotor terbuat dari bahan yang kuat dan tertutup.
c. Pengelolaan linen dilakukan oleh unit linen dan laundry rs.
d. Pengadaan Cairan desinfektan dan APD disediakan oleh farmasi rs.
3. Sanitasi
a. Pengaturan tekanan udara di ruang Isolasi selalu dipantau sehingga terhindar dari
kontaminasi.
b. APD disediakan sesuai kebutuhan.
c. Pemeriksaan baku mutu air diperiksa secara berkala.
d. Pemeriksaan kadar debu pada saat renovasi diperiksakan secara berkala.
C. PERALATAN
Diamkan selama 1
bulan dan uji swab
Desinfeksi dinding
dan lantai dengan
Ruangan siap larutan
digunakan
Lakukan swab
ulang
A. Standar Mutu Klinik: Puskesmas Sungai Betung harus mampu memberikan pelayanan yang
terbukti aman bagi semua orang yang berada didalamnya baik pasien maupun karyawan dari
segala bentuk kejadian yang dapat timbul karena proses pelayanan.
B. Indikator Mutu Klinik:
1. Indikator Non Bedah
a. Angka kejadian infeksi jarum infus (phlebitis)
b. Tersedianya bahan-bahan desinfeksi yang sesuai rekomendasi dan aman bagi
lingkungan
c. Dilakukannya kegiatan pemantauan
2. Unit Sterilisasi:
a. Indikator bouwie dict tes, kimia dan mikrobiologi dilaksanakan dan hasilnya baik
b. Maintenance autoclave
c. Kalibrasi Autoclave eksternal baik
d. Indikator mekanik, kimia, biologi
3. Upaya kesehatan:
a. Kebersihan tangan menjadi isu dan tindakan yang menjadi kebutuhan petugas
b. Terlaksananya pemasangan leaflet kebersihan tangan di setiap ruangan, wastafel dan
ruangan publik
c. Edukasi PPI pada calon karyawan
d. Edukasi PPI pada karyawan
e. Hasil survei menjadi informasi di setiap unit pelayanan melalui sistem informasi
rumah sakit
f. Pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala
g. Terlaksananya ruangan kohort
h. Tersedianya APD yang diperlukan
i. Terlaksananya survei complience kebersihan tangan pada perawat senior
j. Penyehatan lingkungan
k. Ruangan dan lingkungan yang bersih
l. Sampah dibuang sesuai jenisnya
m. Terlaksananya formularium antibiotika
Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa pelayanan pencegahan dan
pengendalian infeksi bukanlah urusan mereka yang bertugas di unit PPI fasyankes saja. Namun
juga tanggung jawab semua pihak yang berada di Puskesmas Sungai Betung.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi fasyankes merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan paripurna di fasyankes khusunya puskesmas, yang terkait dengan keenam dasar fungsi
fasyankes, yaitu peningkatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, pendidikan dan penelitian.
Yang paling penting dilaksanakan dalam rangka Pencegahan dan Pengendalian Infeksi adalah
upaya-upaya edukasi PPI kepada staf, pasien dan pengunjung rumah sakit, sehingga dapat merubah
perilaku yang sehat, penyiapan sarana dan prasarana PPI. upaya pencegahan dan pengendalian
infeksi disadari atau tidak memerlukan dana yang besar sehingga memerlukan dukungan penuh
dari manajemen rumah sakit.
Demikianlah pedoman pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi Puskesmas Sungai
Betung.
DAFTAR PUSTAKA
Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 27 Tahun
2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Kemenkes RI. Jakarta