Anda di halaman 1dari 57

SURAT KEPUTUSAN MANAGER HEALTH

PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI KLINIK KESEHATAN


KERJA KEBUN (POLIBUN) DI LINGKUNGAN PT. ASTRA AGRO LESTARI TBK DAN
ANAK PERUSAHAANNYA
No.: 01/SK-INT/Health/SOS/IX/2023

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya menjamin keselamatan pasien dan petugas


Polibun, maka Polibun harus melakukan upaya pencegahan
terjadinya Healthcare Associated Infections (HAIs) atau infeksi yang
terjadi di fasilitas kesehatan sebagai sasaran keselamatan pasien
dan petugas;
b. Bahwa HAIs dapat diminimalkan dengan mengembangkan standar
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dan harus dilaksanakan
di lingkungan Polibun PT Astra Agro Lestari Tbk dan Anak
Perusahannya
c. Bahwa sehubungan dengan pernyataan poin (a) dan (b)tersebut di
atas, maka perlu ditetapkan Keputusan Manajer Health tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Klinik Kesehatan
Kerja Kebun (Polibun) di Lingkungan PT. Astra Agro Lestari Tbk dan
Anak Perusahaannya
Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Pelayanan Publik Nomor 25 Tahun 2009
3. Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1438/MENKES/Per/IX/2010
tentang Standar Pelayanan Kedokteran
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien;
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 27 Tahun 2017 tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan;
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 30 Tahun 2022 tentang
Indikator Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan Tempat Praktik Mandiri
Dokter dan Dokter Gigi, Klinik, Pusat Kesehatan Masyarakat, Rumah
Sakit, Laboratorium Kesehatan, dan Unit Transfusi Darah
8. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 28
Tahun 2004 tentang Akuntabilitas Pelayanan Publik
9. Standar Nasional Akreditasi Klinik Tahun 2022 Bab Peningkatan Mutu
dan Keselamatan Pasien.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI KLINIK
KESEHATAN KERJA KEBUN (POLIBUN) DI LINGKUNGAN PT. ASTRA AGRO
LESTARI TBK DAN ANAK PERUSAHAANNYA (terlampir);
Kedua : Apabila dikemudian hari terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam
Keputusan Kepala Polibun ini, maka akan dilakukan perubahan dan
perbaikan sebagaimana mestinya;
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 1 September 2023
Manager Health,

M. Riduan
NPK. 020808
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN ..................................................................................................... 4
1. Latar Belakang ............................................................................................................................ 4
2. Tujuan, Sasaran, dan Ruang Lingkup........................................................................................ 4
3. Pengertian Singkat ..................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II: KONSEP DASAR INFEKSI ........................................................................................ 7
1. Konsep Infeksi ............................................................................................................................ 7
2. Rantai Penularan Penyakit Infeksi ............................................................................................. 7
3. Dampak Infeksi di Pelayanan Kesehatan dan Masyarakat .................................................... 9
4. Tujuan PPI .................................................................................................................................... 9
5. Manfaat PPI .............................................................................................................................. 10
6. Strategi Implementasi PPI ........................................................................................................ 10
BAB III: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI ..................................... 11
1. Kewaspadaan Standar ............................................................................................................. 11
2. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi ...................................................................................32
3. Penerapan Bundle Healthcare Associated Infections (HAIs)..................................................34
4. Penerapan PPI Pada Penggunaan Peralatan Kesehatan Lainnya ........................................ 37
5. Penggunaan Antimikroba yang Bijak .....................................................................................43
6. Surveilans PPI ............................................................................................................................46
BAB IV: Penerapan PPI di Polibun .................................................................................. 49
1. PPI pada Pelayanan Pendaftaran/Skrining.............................................................................49
2. PPI pada Pelayanan Pemeriksaan Umum ..............................................................................49
3. PPI pada Pelayanan Gawat Darurat .......................................................................................50
4. PPI pada Pelayanan Kesehatan Keluarga .............................................................................. 51
5. PPI pada Pelayanan Persalinan Normal dan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi
Dasar (PONED) ................................................................................................................................... 51
6. PPI pada Pelayanan Kefarmasian ...........................................................................................52
7. PPI pada Pelayanan Konseling (Gizi, PKPR, dll) ......................................................................53
BAB V: PENUTUP ............................................................................................................ 54
REFERENSI ....................................................................................................................... 55

2
Daftar Gambar
Gambar 1. Rantai Penularan Infeksi Penyakit .......................................................................... 7
Gambar 2. 5 Momen Kebersihan Tangan bagi Tenaga Medis ............................................ 12
Gambar 3. 6 Langkah Kebersihan Tangan ............................................................................ 14
Gambar 4. Sarana Kebersihan Tangan ................................................................................. 14
Gambar 5. Pengaturan Ventilasi Alamiah ............................................................................. 20

Daftar Tabel
Table 1. Jenis, Tujuan, dan Indikasi APD ................................................................................. 16
Table 2. Penerapan Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi ................................................. 32

3
BAB I: PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) klinik memiliki peran yang penting
dalam rangka menjaga standar keamanan dan kualitas pelayanan kesehatan di
lingkungan klinik. Healthcare Associated Infections (HAIs), yaitu infeksi yang terjadi saat
pasien berada di fasilitas kesehatan, telah menjadi masalah kesehatan global yang
serius. Pasien yang datang untuk menerima perawatan medis seringkali berisiko
terkena infeksi karena mereka memiliki sistem kekebalan yang lemah atau
mendapatkan prosedur yang meningkatkan risiko infeksi. Selain itu, petugas medis klinik
juga dapat terpapar dan menularkan infeksi ini kepada pasien lain atau ke lingkungan
rumah mereka sendiri.

Peran panduan pencegahan dan pengendalian infeksi klinik sangat penting dalam
menanggulangi masalah ini. Panduan ini merangkum prinsip-prinsip pencegahan
infeksi, termasuk penggunaan alat pelindung diri (APD), sterilisasi peralatan medis,
praktik kebersihan tangan yang benar, serta pengelolaan limbah medis.

Selain manfaat langsung bagi pasien dan karyawan, penerapan panduan ini juga
memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Pencegahan infeksi HAIs dapat mengurangi
biaya tambahan yang timbul akibat perpanjangan perawatan pasien dan pengobatan
infeksi. Dengan demikian, panduan pencegahan dan pengendalian infeksi klinik
berperan sebagai landasan penting dalam meningkatkan kualitas dan keamanan
pelayanan kesehatan, melindungi masyarakat, serta mengoptimalkan sumber daya
yang tersedia.

2. Tujuan, Sasaran, dan Ruang Lingkup


a) Tujuan dari pedoman ini adalah tersedianya acuan bagi Polibun dalam
menerapkan upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
b) Sasaran pedoman ini adalah para tenaga medis di Polibun

4
c) Ruang lingkup pedoman ini meliputi:
• Kewaspadaan standar
• Kewaspadaan berdasarkan transmisi
• Penerapan PPI di Polibun
• Penggunaan antimikroba dengan bijak
• Surveilans infeksi

3. Definisi
Beberapa istilah yang digunakan dalam Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi adalah sebagai berikut:
1. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang selanjutnya disingkat menjadi PPI
adalah serangkaian upaya untuk mencegah, meninimalkan, dan
mengendalikan terjadinya infeksi pada pasien, tenaga kesehatan, pengunjung,
dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan kesehatan
2. Infeksi adalah suatu keadaan yang disebabkan mikroorganisme penyebab
penyakit (patogen) dengan atau tanpa disertai gejala klinis
3. Penyakit infeksi merupakan sesuatu keadaan ditemukan adanya agen
penyebab infeksi yang disertai adanya respon imun dan gejala klinis
4. Penyakit menular adalah penyakit tertentu yang dapat berpindah (transmisi) dari
satu orang ke orang lain baik langsung maupun tidak langsung
5. Infeksi terkait pelayanan kesehatan/Healthcare Associated Infections (HAIs)
adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di Polibun dimana
ketika masuk tidak terdapat infeksi dan tidak dalam masa inkubasi penyakit,
mendapat infeksi dalam Polibun dan muncul setelah pasien pulang, dan infeksi
karena pekerjaan pada tenaga medis Polibun terkait proses pelayanan
kesehatan di Polibun
6. Polibun adalah sarana (tempat dan/atau alat) fasilitas kesehatan yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif, dan edukatif yang dilakukan oleh tenaga medis dan
masyarakat

5
7. Bundles adalah serangkaian praktik berbasis bukti sahih yang menghasilkan
perbaikan keluaran proses pelayanan kesehatan (corrective action) bila
dilakukan secara kolektif dan konsisten
8. Kolonisasi adalah suatu keadaan ditemukan adanya agen infeksi, dimana
organisme tersebut hidup, tumbuh, dan berkembang biak tetapi tanpa disertai
adanya respon imun atau gejala klinis
9. Disinfektan adalah senyawa kimia bersifat toksik dan memiliki kemampuan
membunuh mikroorganisme yang terpapar secara langsung namun tidak
memiliki penetrasi sehingga tidak mampu membunuh mikroorganisme yang
terdapat di dalam celah atau cemaran mineral
10. Antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti
pada permukaan kulit dan membran mukosa
11. Surveilans adalah suatu proses pelaksanaan pemantauan yang dilakukan
secara terus menerus, komprehensif dan dinamis berupa perencanaan,
pengumpulan data, analisis, interpretasi, komunikasi dan evaluasi dari data
kejadian infeksi Polibun yang dilaporkan secara berkala kepada pihak yang
berkepentingan berfokus pada strategi PPI
12. Audit adalah suatu rangkaian kegiatan untuk membandingkan antara praktik
aktual terhadap standar, pedoman yang ada dengan mengumpulkan data,
informasi secara objektif termasuk membuat laporan hasil audit.

6
BAB II: KONSEP DASAR INFEKSI

1. Konsep Infeksi
Infeksi didefinisikan sebagai suatu keadaan yang disebabkan oleh mikroorganisme
pathogen, dengan/tanpa disertai gejala klinis. Infeksi dapat bersumber dari masyarakat
dan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk Polibun. Infeksi disebabkan oleh beberapa
penyebab, diantaranya adalah infeksi virus, bakteri, jamur, dan parasit. Berdasarkan
Permenkes 27 Tahun 2017 tentang PPI, istilah infeksi yang didapat di fasilitas pelayanan
kesehatan disebut dengan Healthcare Associated Infections (HAIs).

2. Rantai Penularan Penyakit Infeksi


Rantai infeksi merupakan serangkaian komponen yang dibutuhkan untuk terjadinya
infeksi. Kejadian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan dapat disebabkan oleh 6
komponen rantai pemnularan. Apabila satu komponen rantai diputus atau dihilangkan,
maka penularan infeksi dapat dicegah atau dihentikan. 6 Komponen rantai penularan
infeksi sebagai berikut.

Agen infeksi

Penjamu
Reservoir
(host) Rentan

Pintu Masuk Pintu Keluar

Cara
Penularan

Gambar 1. Rantai Penularan Infeksi Penyakit

Berdasarkan gambar di atas, rantai penularan infeksi dapat dijelaskan sebagai berikut:
• Agen Infeksi adalah mikroorganisme penyebab infeksi berupa bakteri, virus, jamur,
dan parasit. Terdapat tiga faktor pada agen penyebab yang mempengaruhi
terjadinya infeksi, yaitu: patogenitas, virulensi, dan jumlah (dosis atau load).
Semakin cepat diketahui agen infeksi dengan pemeriksaan klinis atau konfirmasi

7
laboratorium, maka semakin cepat pula upaya pencegahan dan
penanggulangannya dapat dilaksanakan.
• Reservoir atau tempat/sumber agen infeksi hidup, tumbuh, dan berkembang biak
dan siap ditularkan pada pejamu atau manusia. Reservoir terbanyak terdapat pada
organ tubuh manusia, peralatan medis, binatang, tumbuhan, tanah, genangan air,
lingkungan dan bahan organik lainnya.
• Pintu Keluar (portal of exit) adalah tempat agen infeksi meninggalkan reservoir,
misalnya melalui saluran napas, saluran cerna, saluran kemih, luka kulit atau
transplasenta.
• Cara Penularan adalah metode transmisi atau metode transport mikroorganisme
dari tempat/reservoir ke pejamu yang rentan melalui kontak (langsung dan tidak
langsung), droplet, airborne, makanan, air/minuman, darah, dan/atau vektor
(serangga dan binatang pengerat).
• Pintu Masuk (portal of entry) merupakan tempat agen infeksi memasuki host,
misalnya saluran napas, saluran cerna, kemih, mata, kelamin, atau kulit yang tidak
utuh (luka)
• Pejamu Rentan adalah seseorang dengan kekebalan tubuh yang menurun atau
tidak mampu melawan agen infeksi. Faktor yang dapat mempengaruhi kekebalan
tubuh adalah umur, status gizi, imunisasi, penyakit kronis, luka bakar, trauma,
pasca pembedahan/pengobatan, dan pengobatan immunosupresan.

Pencegahan penyakit infeksi dilakukan dengan menghilangkan atau memutus rantai 6


komponen di atas. Keberhasilan tersebut bergantung pada kepatuhan tenaga medis
dalam melaksanakan prosedur terstandar yang telah ditetapkan. Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) juga merupakan hal yang penting dan berpengaruh terhadap
kejadian infeksi khususnya yang bersumber dari masyarakat.
Tindakan penghilangan atau pemutusan rantai komponen infeksi dalam PPI dikenal
sebagai Kewaspadaan Isolasi yang terdiri dari Kewaspadaan Standar dan
Kewaspadaan Berbasis Transmisi yang merupakan prinsip dasar dalam pencegahan
dan pengendalian infeksi.

8
3. Dampak Infeksi di Pelayanan Kesehatan dan Masyarakat
Terdapat berbagai risiko infeksi yang berhubungan dengan pelayanan di fasilitas
kesehatan seperti infeksi alidan darah pada pemasangan intra vena kateter, infeksi
saluran kemih pada pemasangan kateter urin, infeksi area operasi, dan infeksi
pneumonia pada pemasangan ventilator. Di Polibun, terdapat pelayanan atau tindakan
yang berisiko menyebabkan terjadinya infeksi antara lain:
1) tindakan medis/invasive sederhana yang dilakukan pada pasien seperti
pemasangan infus,
2) penularan antar pasien, pasien-petugas, atau petugas-pasien, dan
3) tindakan operasi gawat darurat seperti penjahitan luka.

Beberapa dampak dari infeksi pada pelayanan kesehatan apabila tidak dilaksanakan
sesuai standar diantaranya adalah:
1. Meningkatkan morbiditas: lama hari perawatan meningkat pada orang yang di
diagnose HAIs. Masa perawatan yang lama menyebabkan risiko tertular atau
menularkan akan lebih tinggi.
2. Meningkatkan risiko mortalitas: HAIs dapat berakibat fatal yang akan
memperparah penyakit pasien dan menyebabkan komplikasi hingga kematian
3. Menurunkan produktifitas pasien: HAIs akan memperpanjang waktu pemulihan
dan menghilangkan produktifitas (peningkatan HKNE) karena pasien tidak dapat
segera kembali bekerja
4. Menurunkan efisiensi pelayanan dimulai dari sumber daya dan pembiayaan
kesehatan
5. Membuat citra buruk pada Polibun karena adanya potensi tuntutan hukum dari
pasien yang menimbulkan kerugian berupa material maupun non material.

4. Tujuan PPI
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) bertujuan untuk melindungi pasien,
petugas kesehatan, pengunjung yang menerima pelayanan kesehatan termasuk
masyarakat di lingkungan Polibun dengan cara memutus rantai penularan penyakit
infeksi melalui penerapan PPI.

9
5. Manfaat PPI
Beberapa manfaat dari penerapan PPI antara lain:
1. Mencegah dan melindungi pasien, tenaga medis, pengunjung, dan masyarakat
sekitar Polibun dari risiko dan paparan infeksi, baik pada saat pelayanan di Polibun
maupun pelayanan di luar Polibun
2. Mengendalikan atau menurunkan kejadian infeksi yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan pada pasien, petugas, dan pengunjung serta masyarakat
sekitar Polibun
3. Memberikan gambaran atau informasi terkait mutu pelayanan kesehatan di Polibun
sesuai standar yang berlaku
4. Pengelolaan sumber daya lebih efektif dan efisien melalui manajemen PPI yang
dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pembinaan, monitoring-
evaluasi (audit), dan pelaporan kejadian infeksi.

6. Strategi Implementasi PPI


Dalam pemenuhan upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Polibun, maka
dibutuhkan beberapa strategi sebagai berikut:
• Pembuatan kebijakan PPI di Polibun seperti penetapan Penanggung Jawab (PIC) PPI,
SOP/IK pelaksanaan PPI yang mengacu pada peraturan perundang-undangan;
• Merencanakan dan mematuhi sarana-prasarana, alat, SDM, dan anggaran untuk
pelaksanaan PPI di Polibun;
• Menerapkan upaya PPI secara konsisten, komprehensif, dan berkelanjutan pada
pelayanan kesehatan baik di dalam maupun luar Polibun;
• Melakukan surveilans dan melaporkan kejadian infeksi sebagai bagian dari upaya
perbaikan mutu pelayanan yang berkesinambungan.

10
BAB III: PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

1. Kewaspadaan Standar
Kewaspadaan standar adalah kewaspadaan yang utama dan dirancang untuk
diterapkan secara rutin dalam perawatan seluruh pasien di Polibun baik yang telah di
diagnose, diduga terinfeksi, atau kolonisasi. Kewaspadaan standar harus dilakukan
secara rutin dan berkelanjutan di Polibun. Bila dilakukan dengan benar maka akan
mencegah risiko kontaminasi melalui cairan tubuh, darah, sekret, ekskresi, dan kulit
yang tidak utuh. Adapun kewaspadaan standar yang harus diterapkan di Polibun,
antara lain:
a. Kebersihan Tangan (hand hygiene)
Kebersihan tangan adalah upaya membersihkan tangan dengan menggunakan
sabun dan air mengalir bila tangan terlihat kotor atau terkena cairan tubuh, atau
menggunakan cairan yang berbasis alkohol (hand sanitizer) bila tangan tidak tampak
kotor.
Kebersihan tangan merupakan elemen yang penting dari PPI. Sebagian besar infeksi
dapat dicegah melalui kebersihan tangan dengan cara yang benar dan waktu yang
tepat. Tangan yang terkontaminasi merupakan salah satu media penyebab
penularan infeksi di Polibun. Kebersihan tangan bertujuan untuk mencegah
kontaminasi silang dari tangan petugas ke pasien atau sebaliknya saat memberikan
pelayanan. Oleh karena itu kebersihan tangan harus dilakukan oleh siapa saja yang
ada di Polibun termasuk tenaga medis, pasien, keluarga pasien atau pengunjung
Polibun.

Kebersihan tangan dilakukan dengan prinsip berikut:


• Pastikan petugas, pasien, dan keluarga pasien memahami 6 langkah kebersihan
tangan. Pada tenaga medis terdapat 5 (lima) momen kritis kebersihan tangan
sebagai berikut

11
Gambar 2. 5 Momen Kebersihan Tangan bagi Tenaga Medis

• Mematuhi langkah kebersihan tangan secara berurutan dengan baik dan benar
• Tersedia sarana kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun dalam
dispenser tertutup atau cairan berbahan dasar alkohol
• Sebelum melakukan kebersihan tangan, jaga kebersihan tangan dengan
memastikan kuku tetap pendek, bersih dan bebas dari pewarnaan kuku dan
tindak menggunakan kuku palsu, serta lepas aksesoris tangan (jam tangan,
gelang, cincin, dll)
• Jika terdapat luka/lecet pada tangan maka tutupi dengan pembalut anti air
• Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir bila tampak kotor atau
terkontaminasi cairan tubuh seperti darah, urin, lemak, dll
• Sabun cair dianjurkan disimpan di dalam botol dispenser, jika menggunakan
sabun Batangan maka sabun di potong kecil-kecil untuk sekali pakai
• Gunakan cairan berbahan dasar alkohol untuk mendekontaminasi tangan
secara rutin apabila tangan tidak tampak kotor
• Apabila menggunakan baju lengan panjang, gulung baju area tangan hingga
area pergelangan tangan
• Gunakan kertas tisu sekali pakai sebagai pengering tangan setelah kebersihan
tangan, jika tidak memungkinkan maka gunakan handuk sekali pakai yang
segera dicuci setelah digunakan

12
Cairan kebersihan tangan dibagi menjadi dua jenis, yaitu kebersihan tangan
dengan sabun dan air mengalir, dan kebersihan tangan menggunakan cairan
berbahan dasar alkohol (70%).

a) Indikasi Kebersihan Tangan dengan Air dan Sabun atau dengan Cairan
Berbahan Dasar Alkohol
i. Membersihkan tangan dengan sabun dan air mengalir harus dilakukan ketika
tangan terlihat kotor atau ketika akan menggunakan sarung tangan yang
dipakai dalam perawatan pasien
ii. Cairan/Handrub berbahan dasar alkohol digunakan untuk membersihkan
tangan apabila tidak terlihat kotor atau tidak terkontaminasi, atau apabila cuci
tangan dengan air mengalir sulit di akses (pada ambulans, home care,
imunisasi di luar Polibun, atau pasokan air yang sulit).

b) Prosedur Kebersihan Tangan


1. Pastikan semua aksesoris yang menempel di tangan (cincin, gelang, jam
tangan) sudah dilepas dan kuku harus pendek serta tidak menggunakan cat
kuku (kuteks, dll)
2. Jika lengan atas sampai dengan pergelangan tangan maka gulung terlebih
dahulu hingga ke 2/3 tangan ke arah siku tangan
3. Atur aliran air sesuai kebutuhan
4. Basahi tangan dan ambil cairan sabun/sabun antiseptik secukupnya ke
telapak tangan
5. Jika menggunakan handrub berbasis alkohol maka siapkan cairan handrub
70%
6. Lakukan 6 langkah kebersihan tangan dengan wakti 40-60 detik sesuai
langkah berikut:

13
Gambar 3. 6 Langkah Kebersihan Tangan

Dalam melakukan kebersihan tangan diperlukan sarana yang memadai, sarana


yang diperlukan dalam melakukan kebersihan tangan antara lain:
• Wastafel dengan air mengalir menggunakan keran bertangkai, sabun cair
dalam dispenser, pengering tangan (tisu atau handuk sekali pakai) dan
tempat limbah non infeksius
• Jika tidak memungkinkan maka bisa menggunakan penampung air (ember)
yang diberikan keran air dan penampung air limbah cuci tangan, sabun
dalam dispenser, tisu atau handuk sekali pakai, dan tempat limbah non
infeksius
• Handrub kemasan pabrik yang tersedia dalam produk siap pakai atau
siapkan alkohol dengan mencampurkan 97 mL alkohol 70% dalam 3 mL
gliserin dengan maksimal 50 Liter dalam sekali pembuatan.

Gambar 4. Sarana Kebersihan Tangan

14
b. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
a) Pengertian
Alat Pelindung Diri (APD) adalah perangkat alat yang dirancang sebagai
penghalang terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair, atau udara untuk
melindungi pemakainya dari cedera atau penyebaran infeksi atau penyakit.

b) Tujuan
APD bertujuan untuk menghalangi pajanan bahan infeksius pada kulit, mulut,
hidung, atau mata (selaput lendir) tenaga kesehatan, pasien, maupun pengguna
layanan kesehatan. APD yang efektif perlu didasarkan pada potensi paparan,
dampak penularan yang ditimbulkan serta memahami dasar kerja setiap jenis
APD yang digunakan.

c) Prinsip Penggunaan APD


• APD harus digunakan sesuai risiko paparan. Petugas kesehatan harus menilai
apakah mereka berisiko terkena darah, cairan tubuh, ekskresi, atau sekresi
agar dapat menggunakan APD sesuai dengan risiko tersebut
• Semua APD yang akan digunakan harus memenuhi standar keamanan,
perlindungan dan keselamatan pasien/petugas sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan
• Hindari kontak antara APD terkontaminasi (bekas) dan permukaan pelayanan
atau lingkungan pelayanan kesehatan, buang APD bekas pakai sesuai
dengan tempat limbah dan standar yang ditetapkan
• Dilarang berbagi APD yang sama antara dua petugas/individu
• Lepas APD secara keseluruhan jika pelayanan sudah selesai/tidak digunakan
lagi
• Lakukan kebersihan tangan setiap kali melepas satu jenis APD, ketika
meninggalkan pasien untuk merawat pasien lain, atau ketika akan
melakukan prosedur lain.

15
d) Jenis, Tujuan, dan Indikasi Penggunaan APD
Table 1. Jenis, Tujuan, dan Indikasi APD

Jenis APD Tujuan Indikasi Keterangan


Pelindung Melindungi kepala dari • Operasi kecil (bedah • Gunakan hijab
Kepala/topi paparan cairan minor) yang berbeda
(Haircap) infeksius selama • Pertolongan atau (khusus) untuk
pelayanan kesehatan tindakan persalinan digunakan selama
• Intubasi trakea pelayanan
• Penghisapan lendir kesehatan, ganti
massif hijab saat akan
• Pembersihan alat pulang ke rumah
kesehatan, dll
Kacamata Melindungi selaput • Tindakan dengan Jenis APD:
dan mukosa mata, hidung, percikan/semburan - Safety Glasses
pelindung atau mulut dari risiko darah, cairan tubuh, (goggles)
wajah kontak dengan secret secret, dan ekskresi - Full Face Shield
pernapasan atau ke mukosa, mata,
percikan darah, cairan hidung, atau mulut
tubuh, sekresi atau • Potensi terjadinya
ekskresi pasien transmisi airborne
misalnya tindakan
gigi, swab
hidung/tenggorokan,
RJP, pemulasaran
jenazah, dll
Masker Melindungi wajah dan • Tindakan dengan Masker harus
membrane mukosa risiko cipratan darah, menutupi hidung dan
hidung dari cipratan cairan tubuh, sekresi mulut, serta
darah dan cairan atau ekskresi atau penggunaan masker
tubuh dari pasien atau jika petugas berisiko N95 harus dilakukan
permukaan menghasilkan fit test (penekanan di
lingkungan yang kotor cipratan cairan dari bagian hidung dan

16
dan melindungi pasien selaput lendir mulut penilaian kerapatan
dari petugas pada dan hidung penggunaan masker)
saat batuk atau bersin • Masker N95
digunakan pada
risiko penularan
infeksi melalui udara
(airborne)
Gaun Melindungi baju • Transmisi kontak
petugas dari risiko missal saat wabah
paparan atau percikan dan transmisi
darah/cairan tubuh, droplet, saat
sekresi, ekskresi atau pencegahan infeksi
melindungi pasien dari sebelum operasi
paparan pakaian atau pra bedah
petugas pada • Membersihkan luka,
tindakan steril tindakan drainase,
menuangkan cairan
kontaminasi ke
pembuangan atau
WC/toilet
• Menangani pasien
pendarahan massif,
tindakan bedah dan
perawatan gigi
Sarung Melindungi tangan Digunakan saat Menggunakan
Tangan dari paparan cairan tindakan aseptik, sarung tangan harus
tubuh, darah, sekresi, tindakan steril untuk sesuai dengan
ekskresi dan bahan mencegah risiko ukuran tangan dan
infeksius lainnya penularan digunakan pada
mikroorganisme kedua belah tangan
dan hanya digunakan
untuk satu kali

17
prosedur pada satu
pasien, jika rusak
atau robek maka
mengganti dengan
sarung tangan baru
Sepatu Melindungi kaki • Penanganan Sepatu yang
petugas dari pemulasaran digunakan harus
tumbahan/percikan jenazah tertutup dan tahan air
darah atau cairan • Penanganan limbah serta tahan tusukan.
tubuh lain dan • Tindakan bedah Segera lepas sepatu
mencegah minor jika terkontaminasi
kemungkinan tusukan • Pertolongan dan darah atau cairan
benda tajam atau tindakan persalinan tubuh untuk
kejatuhan alat dilakukan proses
kesehatan yang pembersihan sesuai
berisiko melukai kulit ketentuan

c. Pengendalian Lingkungan
a) Pengertian
Pengendalian lingkungan adalah upaya mengendalikan lingkungan melalui
perbaikan mutu air, udara/ventilasi, permukaan lingkungan, desain dan
konstruksi bangunan.

b) Tujuan
Untuk mencegah transmisi mikroorganisme dari pasien atau pengguna layanan
ke petugas atau sebaliknya akibat pengelolaan dan pengendalian lingkungan
yang tidak sesuai standar PPI.

c) Pengendalian Air
• Sistem Air Bersih
o Sistem air bersih harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan sumber air bersih dan sistem pengalirannya

18
o Sumber air bersih diperoleh langsung dari sumber air dengan baku
mutu yang memenuhi dan sesuai ketentuan yang berlaku
o Tempat penampungan air bersih harus dilakukan perawatan rutin
karena memilki risiko terjadinya pencemaran, misalnya untuk tangka
utama, kamar bersalin, dapur, dan ruangan lainnya
• Persyaratan Kesehatan Air
o Sistem air bersih untuk fasilitas kesehatan dapat diperoleh dari PAM,
sumber air tanah, air hujan atau sumber lain yang telah diolah sehingga
memenuhi persyaratan kesehatan
o Memenuhi persyaratan mutu air bersih, memenuhi syarat fisik, kimia,
bakteriologis yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku
o Distribusi air ke ruang-ruang menggunakan sarana perpipaan tekanan
positif
o Sumber air bersih dan sarana distribusinya harus bebas dari
pencemaran fisik, kimia, dan bakteriologis
o Air tersedia dalam jumlah yang cukup
• Sistem Pengelolaan Limbah Cair Medis dan Non Medis
o Tersedia sistem pengolahan air limbah yang memenuhi persyaratan
kesehatan
o Saluran air limbah harus kedap air, bersih dari sampah dan dilengkapi
penutup dengan bak kontrol untuk menjaga kemiringan saluran
minimal 1%
o Ketentuan mengenai pengelolaan limbah cair mengacu pada peraturan
perundang-undangan mengenai pengelolaan limbah

d) Ventilasi Ruangan
Sistem ventilasi di Polibun harus memenuhi syarat sebagai berikut:
i. Bangunan Polibun harus mempunyai udara yang baik meliputi ventilasi
alami dan/atau ventilasi mekanik/buatan yang optimal apabila
diperlukan, dengan memperhatikan catatan berikut ini:
a. Sistem ventilasi yang menggunakan peralatan mekanik untuk
mengalirkan dan mensirkulasi udara di dalam ruangan secara

19
paksa untuk menyalurkan/menyedot udara ke arah tertentu
sehingga terjadi tekanan udara positif dan negative dengan
menggunakan exhaust fan, kipas angin berdiri (standing fan) atau
duduk. Penggunaan exhaust fan sebaiknya udara buangannya
tidak diarahkan ke ruang tunggu pasien atau tempat lalu lalang
orang.
b. Sistem ventilasi alamiah adalah mengalirkan udara dari luar ke
dalam gedung atau sebaliknya melalui pintu dan jendela terbuka,
serta skylight (bagian atas ruangan yang bisa dibuka/terbuka).
Sebaiknya ventilasi alamiah dengan menciptakan aliran udara
silang (cross ventilation), dan pastikan arah angin tidak
membahayakan petugas/pasien lain.

Gambar 5. Pengaturan Ventilasi Alamiah

c. Ventilasi gabungan memadukan penggunaan ventilasi mekanis


dan alami. Jenis ventilasi ini dibuat dengan memasang exhaust
fan untuk meningkatkan tingkat pergantian udara di dalam
ruangan.
ii. Bangunan Polibun harus mempunyai pintu bukaan permanen, kisi-kisi
pada pintu dan jendela dan/atau bukaan permanen yang dapat dibuka

20
untuk kepentingan ventilasi alami, bukaan minimal 15% dari luas total
lantai
iii. Besarnya pertukaran udara yang disarankan untuk berbagai fungsi ruang
di bangunan Polibun minimal 6-12 x pertukaran udara per jam, dan untuk
toilet 10x pertukaran udara per jam.
iv. Penghawaan dalam ruangan perlu memperhatikan 3 (tiga) elemen
dasar, yaitu:
a. Jumlah udara luar bermutu baik dimana ventilasi harus dapat
mengatur pertukaran udara (air change) sehingga ruangan tidak
terasa panas, tidak terjadi kondensasi uap air atau lemak pada
lantai, dinding, atau langit-langit, masuk dalam ruang pada waktu
tertentu
b. Pada area umum dalam gedung aliran udara seharusnya dari
area bersih ke area terkontaminasi sehingga terjadi distribusi
udara dari luar ke setiap bagian dari ruang dengan cara yang
efisien
c. Setiap ruangan diupayakan agar terjadi proses udara di dalam
rauang bergerak sehingga terjadi pertukaran antara udara
didalam ruang dengan udara dari luar
v. Pemilihan sistem ventilasi yang alami, mekanik, atau campuran, perlu
memperhatikan kondisi lokal, seperti struktur bangunan, cuaca, biaya
dan mutu udara
vi. Tersedia toilet yang terpisah antara laki-laki dan perempuan.

e) Konstruksi Bangunan
i. Design Bangunan
• Bentuk denah bangunan simetris dan sederhana untuk mengantisipasi
kerusakan apabila terjadi gempa
• Tata ruang bangunan harus mempertimbangkan sirkulasi udara dan
pencahayaan
• Tata letak bangunan dan tata ruang dalam bangunan harus
mempertimbangkan zonasi berdasarkan tingkat risiko penularan penyakit,

21
zonasi berdasarkan privasi, dan kedekatan hubungan fungsi antar ruang
pelayanan
• Tinggi rendah bangunan harus dibuat tetap menjaga keserasian
lingkungan dan pencegahan banjir
• Asksesbilitas di luar dan di dalam bangunan harus mempertimbangkan
kemudahan bagi semua orang termasuk penyandang cacat dan lanjut
usia
• Bangunan Polibun harus menyediakan area parkir kendaraan dengan
jumlah yang proporsional disesuaikan dengan peraturan setempat
• Perancangan pemanfaatan tata ruang dalam bangunan harus efektif
sesuai dengan fungsi pelayanan
• Permukaan lantai terbuat dari bahan yang kuat, halus, kedap air, mudah
dibersihkan, tidak licin, permukaan rata, tidak bergelombang dan tidak
menimbulkan genangan air dan dianjurkan berwarna terang, pertemuan
antara dinding serta lantai berbentuk melengkung supaya mudah
dibersihkan dan dianjurkan menggunakan vinyl terutama di ruang
tindakan dan gawat darurat, termasuk penyimpanan peralatan steril
• Dinding harus mudah dibersihkan tahan cuaca tidak mudah berjamur dan
tidak berpori dan pertemuan dinding tidak bersiku yang dapat menyimpan
debu
• Permukaan dinding sebaiknya tidak dipasang aksesoris yang akan
menjadi tempat akumulasi debu dan sulit untuk dibersihkan, jika diperlukan
maka sebaiknya dilapisi oleh bahan yang datar, mudah dibersihkan (misal
dilapisi kaca pada lukisan atau media informasi) dan tidak menempelkan
kertas informasi pada dinding
• Komponen langit-langit berwarna terang, mudah dibersihkan dan tidak
memiliki lekukan atau pori yang dapat menyimpan debu
ii. Persyaratan kehandalan bangunan, harus memenuhi persyaratan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan

22
iii. Sistem Pencahayaan
• Bangunan Polibun harus mempunyai pencahayaan alami dan/atau
pencahayaan buatan
• Pencahayaan harus didistribusikan rata dalam ruangan
• Lampu-lampu yang digunakan diusahakan dari jenis hemat energi
• Standar tingkat pencahayaan minimal yaitu 200 lux, 300 lux pada ruang
persalinan dan gawat darurat, dan 100 lux pada dapur, kamar mandi/wc,
dan ruang tunggu.

iv. Penataan Barang dan Lingkungan


• Pastikan barang atau benda tertata dengan baik dan tersimpan di
tempatnya
• Penyimpanan tersusun sesuai jenis barang
• Berikan jarak antara tempat tidur atau tempat pemeriksaan pasien jika
lebih dari satu orang dalam waktu bersamaan minimal 1 meter
• Pastikan area bersih dan kotor terpisah dan berbatas tegas sehingga tidak
menimbulkan kontaminasi atau kecelakaan
• Penempatan limbah di ruang pelayanan pasien berada di tempat yang
aman, tidak dekat pasien, tidak dibawah meja tindakan atau tempat tidur
kecuali saat tindakan berlangsung
• Tidak dianjurkan menggunakan karpet, tanaman hidup, akuarium di
Polibun
• Penggunaan tirai atau gorden disarankan menggunaka baha yang kuat,
tidak tembus air dan mudah dibersihkan
• Pastikan tidak ada akses masuk binatang, serangga ke ruang Polibun.

v. Pembersihan Lingkungan
• Polibun diwajibkan membuat, melaksanakan, dan memonitor prosedur
pembersihan, disinfeksi permukaan lingkungan, tempat tidur, peralatan,
dan permukaan lain yang sering disentuh

23
• Polibun harus memiliki disinfektan standar sesuai peraturan perundang-
undangan untuk mengendalikan jumlah mikroba pathogen dan mencegah
penularan penyakit
• Pembersihan lingkungan di Polibun minimal menggunakan 2 (dua) buah
ember yang memiliki alat pemerasan kain lap pel secara otomatis tanpa
bersentuhan langsung dengan tangan dan selalu dicuci agar tetap bersih
• APD yang digunakan petugas kebersihan antara lain menggunakan
sarung tangan karet, gaun pelindung dan celemek, dan sepatu tertutup
• Permukaan harus dibersihkan setiap hari, pada pasien yang dilakukan
observasi pembersihan dilakukan setiap pasien sudah keluar dan sebelum
pasien baru masuk
• Kain yang dipakai sebagai kain pembersih harus dibasahi dengan air
bersih sebelum digunakan untuk membersihkan debu, jangan
menggunakan kain kering atau sapu karena dapat menimbulkan
penyebaran debu ke area lain.

vi. Pembersihan Tumpahan dan Percikan


Jika ada cairan tubuh, darah, muntahan, percikan ludah, eksudat luka pada
permukaan lantai, dinding atau tirai pembatas dibersihkan dengan prinsip
berikut:
• Petugas menggunakan APD (sarung tangan, kacamata, masker, gaun)
• Beri tanda untuk menunjukkan area adanya tumpahan
• Serap cairan yang tumpah menggunakan handuk/tisu/koran bekas yang
dapat menyerap sampai bersih kemudian buang ke wadah limbah
infeksius (kantong kuning)
• Lanjutkan dengan pemberian cairan klorin 0,5% kemudian serap dan
buang ke kantong kuning infeksius.

vii. Prosedur Dekontaminasi Ambulans


• Ambulans dibersihkan dan didisinfeksi seluruh permukaannya secara
berkala dan setiap selesai digunakan

24
• Setiap selesai digunakan biarkan pintu belakang kendaraan terbuka untuk
memudahkan pembuangan partikel infeksius
• Pintu harus tetap terbuka saat proses pembersihan dengan bahan kimia
untuk memberikan ventilasi udara yang cukup
• Petugas menggunakan APD seperti masker bedah, gaun, sarung tangan,
pelindung mata
• Perhatikan pembersihan pada area yang bersentuhan dengan pasien,
semua benda/alat yang terkontaminasi selama membawa pasien seperti
stretcher, rails, dinding, lantai, dan alat lainnya
• Pembersihan menggunakan disinfektan yang mengandung 0,5% natrium
hipoklorit dengan perbandingan 1:9 dengan air
• Lakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah menggunakan sarung
tangan.

d. Pengelolaan Limbah Hasil Pelayanan Kesehatan


a) Tujuan
Melindungi pasien, petugas medis, pengunjung dan masyarakat sekitar fasilitas
pelayanan kesehatan dari penyebaran infeksi akibat limbah yang tidak
dikendalikan, termasuk dari risiko cedera.

b) Jenis dan Pengertian Limbah


a. Berdasarkan jenisnya, limbah di Polibun dibagi atas limbah padat domestik,
limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), limbah cair, dan limbah gas
b. Limbah B3 pelayanan medis dan penunjang medis terdiri atas limbah
infeksius dan benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis dan limbah
bahan kimia
c. Limbah infeksius adalah limbah yang dihasilkan dari pelayanan pasien yang
terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi, dan ekskresi pasien atau
limbah yang berasal dari ruang isolasi pasien dengan penyakit menular
d. Limbah non-infeksius adalah semua limbah yang tidak terkontaminasi
darah, cairan tubuh, sekresi dan eksresi. Contohnya kertas pembungus atau
kantong dan plastik yang tidak berkontak dengan bahan infeksius

25
e. Limbah benda tajam adalah objek atau alat yang emmiliki sudut tajam, sisi,
ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit
seperti jarum suntik, perlengkapan intravena, pipet Pasteur, pecahan gelas,
pisau bedah, dll.
c) Pengelolaan Limbah Infeksius
a. Limbah infeksius dimasukkan ke dalam tempat yang kuat, tahan air, dan
mudah dibersihkan dengan kode infeksius, didalamnya terpasang kantong
berwarna kuning, atau jika tidak memungkinkan diberi label infeksius
b. Penempatan wadah limbah infeksius diletakkan dekat area tindakan atau
prosedur tindakan yang dilakukan
c. Limbah infeksius harus diangkat dan diganti dengan kantong baru jika
sudah melebihi volume ¾ kantong sampah
d. Limbah infeksius, patologis, benda tajam disimpan pada TPS dengan suhu
dan lama penyimpanan 90 hari pada 0º C dan 7 hari pada suhu 3-8 ºC
e. Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan pada
distributor atau dapat dimusnahkan menggunakan incinerator atau
diberikan kepada pihak ketiga untuk diolah
f. Limbah sitotoksis sangat berbahaya dilarang dibuang dengan cara
penimbunan maupun ke saluran limbah umum. Limbah sitotoksis harus
segera diberikan kepada pihak ketiga untuk diolah
g. Limbah kimia bentuk cair dilarang dibuanng ke jaringan pipa air limbah
karena akan mengganggu proses biologi yang ada di dalam IPAL
h. Pastikan pihak ketiga pengolah limbah memiliki perijinan, fasilitas
pengelolaan limbah sesuai ketentuan perundang-undangan.

d) Pengelolaan Limbah Non Infeksius


a. Limbah non-infeksius (non medis) ditempatkan pada wadah kuat, mudah
dibersihkan dan berlabel non-infeksius
b. Tempatkan kantong plastik berwarna hitam atau dengan label non-infeksius
c. Limbah dibuang atau diangkat ketika sudah memenuhi ¾ volume wadah
limbah

26
d. Limbah non-infeksius seperti botol obat dapat dilakukan recycle dengan
melakukan pembersihan untuk dipergunakan kembali atau langsung
diberikan kepada pihak ketiga
e. Pembuangan akhir limbah non-infeksius ke TPA yang sudah ditentukan
pihak pemerintah setempat
e) Pengelolaan Limbah Benda Tajam
a. Semua limbah benda tajam dimasukan kedalam kotak benda tajam/safety
box yang kuat, tahan air, tahan tusukan, berwarna kuning atau kotak benda
tajam yang diberi label limbah benda tajam
b. Penempatan safety box pada area yang aman dan mudah dijangkau atau
digantung pada troli tindakan
c. Safety box dibuang ketika sudah terisi 2/3 dari volume
d. Pembuangan akhir limbah benda tajam dilakukan dengan pembakaran
incinerator atau dikelola oleh pihak ketiga.

f) Pengelolaan Limbah Cair


a. Limbah cair yang berasal dari bangunan Polibun harus diolah melalui unit
pengolah limbah cair (IPAL) yang efluennya memenuhi baku mutu sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan
b. Pastikan terdapat penampungan limbah sementara yang terpisah atau
terletak di luar area pelayanan dengan ruangan tertutup
c. Jika pembuangan akhir limbah dilakukan dengan kerjasama pihak ketiga,
pastikan pembuangannya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

e. Pengelolaan Peralatan Perawatan Pasien dan Alat Medis Lainnya


1. Pengertian
Pengelolaan perawatan pasien dan alat medis lainnya adalah proses
pengelolaan, dekontaminasi dan pengemasan berdasarkan kategori kritikal, semi
kritikal, dan non kritikal.

27
2. Tujuan
Bertujuan untuk mencegah peralatan cepat rusak, menjaga dalam keadaan
terdekontaminasi sesuai kategorinya, menetapkan produk akhir yang sudah steril
dan aman serta tersedianya peralatan perawatan pasien dan alat medis lainnya
dalam kondisi bersih dan steril saat dibutuhkan.

3. Jenis Peralatan Kesehatan


a. Peralatan Kritikal: alat yang masuk ke dalam pembuluh darah atau jaringan
lunak, contohnya instrument bedah, periodontal scalier, dll
b. Peralatan Semi-kritikal: alat yang kontak dengan membrane mukosa saat
digunakan, contohnya ambu bag, ETT, handpiece, speculum
c. Peralatan Non-kritikal: peralatan yang saat digunakan hanya menyentuh
permukaan kulit utuh, contohnya tensimeter, stetoskop, dll.

4. Prinsip Pengelolaan Peralatan Pasien


• Seluruh peralatan kritikal wajib dilakukan sterilisasi menggunakan panas
• Peralatan semi-kritikal wajib dilakukan minimal Disinfeksi Tingkat Tinggi
(DTT) atau apabila terdapat alat yang tahan panas, maka dapat dilakukan
sterilisasi menggunakan panas
• Peralatan non-kritikal cukup didisinfeksi menggunakan detergen dan air
mengalir atau cairan berbahan dasar alkohol 70%
• Pada saat pembersihan gunakan APD minimal sarung tangan dan masker
• Seluruh peralatan yang sudah dibersihkan dilakukan pengemasan dengan
membungkus semua alat untuk menjaga keamanan dan efektifitas
sterilisasi
• Diperlukan ruangan atau tempat khusus pengelolaan, dekontaminasi,
pengemasan, dan penyimpanan peralatan kesehatan di Polibun yang
memenuhi standar peraturan perundang-undangan.

28
f. Penyuntikan yang Aman
1. Pengertian
Penyuntikan yang aman adalah penyuntikan yang dilakukan sesuai dengan
prinsip penyuntikan yang benar mulai saat persiapan, penyuntikan obat, hingga
penanganan alat bekas pakai sehingga aman untuk pasien dan petugas dari
risiko cedera dan infeksi.

2. Tujuan
a. Mencegah cedera dan penyebaran penyakit infeksi pada pasien maupun
petugas kesehatan
b. Menurunkan atau meminimalkan angka kejadian infeksi (lokal atau sistemik).

3. Prinsip Penyuntikan Aman


1. Penyuntikan aman dilaksanakan dengan prinsip satu spuit, satu jenis obat dan
satu prosedur penyuntikan
2. Pastikan petugas dalam mempersiapkan petugas menggunakan teknik
aseptic, untuk menghindari kontaminasi peralatan penyuntikan perlu disiapkan
antara lain troli tindakan, handrub, safety box, 1 spuit untuk 1 pasien, alat suntik
sekali pakai, tidak me-recapping atau mematahkan jarum suntik, dan gunakan
sarung tangan bersih jika ada risiko terpapar cairan tubuh.
3. Untuk terlaksananya penyuntikan aman diperlukan tempat penyediaan alat
dan bahan seperti troli, bak instrument, alkohol swab. Minimal tersedia
nampan khusus untuk menempatkan bak instrument berisi obat suntik, kasa
steril dan alkohol swab sekali pakai, plester, gunting, dll.

g. Kebersihan Pernapasan atau Etika Batuk


1. Pengertian
Kebersihan pernapasan atau etika batuk atau bersin yang baik dan benar
sehingga bakteri tidak menyebar ke udara, tidak mengontaminasi barang atau
benda sekitarnya agar tidak menular ke orang lain.

29
2. Tujuan
Mencegah penyebaran bakteri atau virus secara luas melalui transmisi airborne
dan droplets agar keamanan dan kenyamanan orang lain tidak terganggu.

3. Prosedur Kebersihan Pernapasan/Etika Batuk


1. Pastikan dan ajarkan petugas, pasien, dan pengunjung melakukan kebersihan
pernapasan/etika batuk apabila mengalami gangguan pernapasan, batuk, flu,
atau bersin
2. Lakukan prosedur kebersihan pernapasan/etika batuk saat anda flu atau
batuk, gunakan masker bedah dengan baik dan benar agar orang lain tidak
tertular
3. Tidak menggangungkan masker bekas atau dipakai pada leher karena bisa
menyebar kembali virus dan bakteri ketika digunakan kembali
4. Bila tidak tersedia masker bedah, gunakan metode lain untuk pencegahan dan
pengendalian sumber pathogen (misalnya saputangan, tisu, atau lengan
bagian atas) saat batuk dan bersin
5. Buang tisu yang sudah dipakai untuk menutup mulut dan hidung setelah batuk
atau bersin
6. Lakukan kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun atau cairan
berbasis alkohol.

h. Penempatan Pasien
1. Pengertian
Penempatan pasien adalah menempatkan pasien pada tempat yang telah
ditentukan atau mengatur jarak pasien berdasarkan kewaspadaan transmisi
(kontak, udara, dan droplet) untuk memudahkan pelayanan dengan
mempertimbangkan aspek keamanan serta keselamatan pasien maupun
petugas kesehatan.

2. Tujuan
Mencegah infeksi silang antara pasien, pengunjung dan petugas akibat
penempatan pasien yang tidak sesuai prinsip.

30
3. Prinsip Penempatan Pasien
• Kamar terpisah bila dikhawatirkan terjadinya kontaminasi luas terhadap
lingkungan misalnya pada luka lebar dengan cairan keluar, diare,
perdarahan tidak terkontrol
• Kamar terpisah dengna pintu tertutup pada kondisi yang diwaspadai
terjadinya transmisi melalui udara dan kontak, misalnya luka dengan
infeksi kuman gram positif, COVID-19, dll
• Kamar terpisah/kohorting dengan ventilasi dibuang keluar dengan exhaust
fan ke area tidak ada orang lalu lalang, misalnya pada TB
• Kamar terpisah bila pasien kurang mampu menjaga kebersihan (anak,
gangguan mental,dll)
• Bila kamar terpisah tidak memungkinkan dapat dilakukan dengan sistem
kohorting (penggabungan pasien dengan jenis penyakit yang sama). Bila
pasien terinfeksi tercampur dengan non infeksi maka pasien, petugas dan
pengunjung harus menjaga kewaspadaan standar dan transmisi
• Penempatan pasien harus diberi jarak minimal 1 meter antar pasien.

i. Perlindungan Kesehatan Petugas


1. Pengertian
Perlindungan kesehatan petugas dimaksudkan agar terciptanya tatanan kerja di
Polibun yang mempertimbangkan aspek keselamatan dan kesehatan petugas
kesehatan terutama dari risiko pajanan penyakit infeksi.

2. Tujuan
Melindungi kesehatan dan keselamatan petugas sebagai orang yang paling
berisiko terpapar penyakit infeksi, karena berhadapan langsung dengan pasien
penderita penyakit menular setiap saat atau akibat terpapar dari lingkungan
fasilitas kesehatan.

31
3. Prosedur Perlindungan Kesehatan
a. Semua tenaga medis menggunakan APD sesuai indikasi saat memberikan
pelayanan yang berisiko terjadi paparan darah, produk darah, cairan tubuh,
bahan infeksius atau bahan berbahaya lainnya
b. Petugas kesehatan saat melaksanakan tugas agar memperhatikan:
i. Melakukan kebersihan tangan saat tiba di tempat kerja
ii. Menggunakan baju kerja yang berbeda dengan baju kerja yang dipakai
dari rumah, mengganti baju saat tiba di Polibun
iii. Tidak menggunakan aksesoris di tangan (cincin, gelang, jam tangan,
kuteks, dll), kuku tidak panjang pada saat akan melakukan tindakan
medis
iv. Direkomendasikan pemberian imunisasi sesuai risiko paparan petugas,
misalnya imunisasi Hepatitis B
v. Lakukan langkah pertolongan pertama pasca pajanan cairan tubuh,
benda tajam, dll
vi. Laporkan segala insiden pajanan kepada Kepala Polibun untuk
mendapatkan tatalaksana lanjutan

2. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi


Kewaspadaan berbasis transmisi merupakan lapis kedua dari kewaspadaan isolasi,
yaitu tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang dilakukan pada saat
memberikan pelayanan baik pada kasus yang belum maupun yang sudah terdiagnosis
penyakit infeksinya. Kewaspadaan ini diterapkan untuk mencegah dan memutus rantai
penularan penyakit lewat kontak, droplet udara, vehikulum dan vektor (serangga dan
binatang pengerat). Adapun langkah kewaspadaan berdasarkan transmisi sebagai
berikut.
Table 2. Penerapan Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi

Kewaspadaan Airborne • Contoh penyakit: tuberkulosis, campak, COVID-19, SARS


• Terapkan kewaspadaan standar
• Petugas menggunakan APD wajib yaitu masker N95
• Pastikan pasien memakai masker bedah jika
memungkinkan

32
• Tempatkan pasien di ruang khusus, nyalakan exhaust
fan kearah yang tidak ada lalu lalang orang
• Jika tidak memungkinkan maka lakukan kohorting
pasien
• Dedikasikan petugas dan peralatan khusus untuk pasien
airborne
• Petugas yang hamil, tidak fit tidak dianjurkan untuk
merawat pasien airborne
• Batasi perpindahan atau transport pasien
Kewaspadaan Droplet • Contoh penyakit: influenza, difteri, dll
• Terapkan kewaspadaan standar
• Petugas menggunakan APD wajib yaitu masker bedah
dan pelindung wajah
• Pastikan pasien memakai masker bedah jika
memungkinkan
• Tempatkan pasien di ruang khusus
• Jika tidak memungkinkan maka lakukan kohorting
pasien
• Batasi perpindahan atau transport pasien
Kewaspadaan Kontak • Contoh penyakit: hepatitis B, diare, scabies, dll
• Terapkan kewaspadaan standar
• Petugas menggunakan APD wajib yaitu sarung tangan
medis
• Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
• Ganti sarung tangan medis antar prosedur dan pasien
• Berikan jarak antar pasien minimal 1 meter
• Dedikasikan peralatan khusus untuk pasien
kewaspadaan kontak
• Batasi perpindahan atau transport pasien
• Lakukan pembersihan lingkungan dan peralatan secara
rutin

33
3. Penerapan Bundle Healthcare Associated Infections (HAIs)
A. Bundle Flebitis
a) Pengertian
Praktik berbasis bukti sahih yang menghasilkan perbaikan keluaran proses
pelayanan kesehatan bila dilakukan secara kolektif dan konsisten pada tindakan
insersi, pemerliharaan pada pemasangan alat IV Line/infus.

b) Tujuan
Untuk mencegah terjadinya infeksi aliran darah pada pasien yang terpasang IV
Line/infus dan risiko infeksi lainnya seperti flebitis.

c) Penerapan Bundle Flebitis


a. Bundle Insersi
• Pastikan melakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah insersi,
perawatan, dan melepaskan kateter intravena perifer
• Gunakan sarung tangan bersih saat melakukan pemasangan dan
perawatan infus dan hindari kontaminasi dengan lingkungan misalnya
memegang tempat tidur, tiang infus, meja dan lain-lain
• Gunakan troli tindakan sebagai tempat peralatan yang akan digunakan
dan bak instrument bersih yang telah dibersihkan alkohol swab untuk
menempatkan peralatan steril. Siapkan penampun limbah/safety box
untuk menempatkan limbah hasil kegiatan
• Pemilihan area/lokasi insersi dilakukan dengan mempertimbangkan risiko
paling rendah akibat dari pemasangan intravena kateter
• Sebelum melakukan insersi pada area pemasangan intra vena kateter
maka lakukan disinfeksi permukaan kulit dengan alkohol swab dan tunggu
hingga kering tanmap menyentuh area insersi Kembali
• Lakukan penutupan area insersi intra vena kateter menggunakan kasa
steril atau penutup transparan steril jika memungkinkan
• Tidak melakukan penusukan pada area plastik kolf infus sebagai cara
memasukan obat

34
• Perangkat infus harus digantung denga naman di tempat yang bersih dan
hindari pemindahan yang akan membawa mikro-organisme dari kulit ke
dalam aliran darah misalnya: infus diletakkan di tempat tidur atau di meja
• Pastikan perangkat infus dalam kondisi tertutup dan diberi label tanggal
pemasnagan.

b. Bundle Perawatan
• Lakukan kebersihan tangan setiap sebelum dan sesudah melakukan
perawatan atau memanipulasi kateter intravena perifer
• Gunakan APD sesuai indikasi dan jenis paparan
• Setiap akan mengakses (membuka atau menutup) sambungan infus maka
lakukan disinfeksi dengan alkohol 70%
• Perhatikan penggunaan slang kateter yang elastis sehingga dapat terlibat
dengan baik dan tidak mudah terlipat dan rusak
• Gunakan balutan steril dengan pemasangan yang aman dan nyaman bagi
pasien
• Pastikan konektor dengan sistem tertutup
• Pastikan perangkat infus dalam kondisi tertutup dan diberi label tanggal
pemasangan
• Penggantian perangkat infus setiap 96 jam atau sesuai standar yang
ditetapkan
• Perangkat infus untuk darah dan komponen darah harus diganti setiap 24
jam kecuali ditemukan tanda-tanda bekuan atau tidak mengalir
• Kaji kebutuhan kateter intravena secara berkala untuk memastikan apakah
masih diperlukan atau sudah dapat dilakukan pelepasan segera atau tidak
ada indikasi lagi.

B. Bundle Infeksi Daerah Operasi


a) Pengertian
Merupakan penerapan praktik yang baik berbasis bukti sahih dalam
penatalaksanaan operasi bedah minor yang sering dilakukan di Polibun yang
sesuai prinsip PPI.

35
b) Tujuan
Bertujuan untuk mencegah terjadinya Infeksi Daerah Operasi (IDO) pada tindakan
superficial incisional surgical site infection pada pre, intra, dan post operasi.

c) Penerapan Bundle IDO pada tindakan Superficial Incision Surgical Site Infection
a. Langkah Pencegahan Pra-operasi
• Pasien yang akan menjalani pembedahan disarankan untuk mandi atau
menjaga personal hygiene sebelum tindakan operasi dengan
menggunakan sabun antiseptik
• Pastikan ruang tindakan operasi bersih, tertata baik, sirkulasi udara baik
• Pencukuran rambut harus dihindari kecuali jika rambut dapat mengganggu
prosedur operasi dan penggunaan pisau cukup harus dihindari dan
sebaiknya gunakan surgical electrical clipper
• Petugas tidak menggunakan aksesoris di tangan (cincin, jam tangan,
gelang, cat kuku dan kuku panjang)
• Sebelum tindakan pembedahan harus dilakukan kebersihan tangan
menggunakan sabun antiseptik
• APD sesuai indikasi dan jenis pajanan
• Dianjurkan untuk mempertahankan kadar glukosa darah antara 140-200
mg/dL (7,8-11,1 mmol/L) pada pasien diabetes maupun non-diabetes yang
hendak menjalani operasi
• Batasi jumlah orang di dalam ruang atau kamar tindakan.

b. Langkah Pencegahan Intra Operasi


• Antiseptik permukaan kulit dilakukan dengan menggunakan alkohol 70%
atau iodine tincture 2% atau chlorhexidine 2-4%
• Pertahankan udara bersih dengan sirkulasi udara 12 kali/jam, temperature
19-24 ºC dengan kelembaban 40-60% dan dibersihkan setiap selesai
tindakan secara periodik
• Pertahankan suhu tubuh pasien dari kondisi normo-thermia perioperasi
dengan menggunakan alat penghangat jika diperlukan

36
• Hindari penggunaan antimikroba untuk mengirigasi luka insisi sebelum
penutupan untuk menekan risiko IDO
• Jangan memberikan bubuk vankomisin (antimikroba) ke daerah sayatan
pembedahan untuk mencegah infeksi daerah operasi
• Gunakan APD sesuai indikasi dan risiko pajanan
• Peralatan dipergunakan sesuai dengan kriteria alat kritikal, semi kritikal,
atau non kritikal.

c. Langkah Pencegahan Pasca Operasi


• Lakukan teknik aseptic saat melakukan pemasnagan dressing dan
penatalaksanaan luka
• Tidak menggunakan antimikroba topical untuk perawatanluka
• Melepaskan penutup luka lebih awal (<48 jam) untuk mempercepat proses
oksigenisasi untuk penyembuhan luka, jika diperlukan gunakan dressing
yang tipis
• Pilih dressing berdasarkan kebutuhan pasien dan kondisi luka, misalnya
tingkat eksudat, kedalaman luka, kebutuhan akan kenyamanan, efikasi
antimikroba, pengendalian bau, kemudahan melepaskan, keselamatan
dan kenyamanan pasien.

4. Penerapan PPI Pada Penggunaan Peralatan Kesehatan Lainnya


Infeksi terkait HAls di fasilitas pelayanan kesehatan juga dapat disebabkan oleh
penggunaan alat kesehatan lainnya sebagai sumber penularan penyakit infeksi, jika
tidak dikelola sesuai prinsip PPI. Penggunaan peralatan kesehatan lainnya yang sering
dipergunakan di Polibun antara lain: alat bantu pernapasan (O2), terapi inhalasi
(Nebulizer) dan perawatan luka. Hingga saat ini belum tersedia hasil penelitian
berkaitan bundle alat alat kesehatan dimaksud, oleh karena itu penggunaan alat
kesehatan tersebut akan di bahas dari aspek PPI, sebagai berikut:

37
A. PPI Pada Pemberian Alat Bantu Pernapasan (Oksigen Nasal)
a) Maksud
PPI pada pemberian alat bantu pernafasan (oksigen nasal) kepada pasien adalah
untuk meningkatkan kualitas pemberian alat bantu pernapasan (Oksigen Nasal)
melalui upaya pencegahan dan pengendalian infeksi; melindungi sumber daya
manusia dan masyarakat dari risiko kejadian infeksi; serta mencegah kejadian
infeksi saluran pernafasan.
PPI pada penggunaan alat bantu pernapasan (oksigen nasal) dimaksudkan agar
pemakaian peralatan terapi oksigen seperti tabung oksigen, slang, masker oksigen,
humidifier dan kanula yang sesuai standar penggunaan peralatan dan penerapan
prinsip PPI.

b) Tujuan
Bertujuan untuk mencegah terjadi infeksi silang akibat penggunaan alat bantu
pernapasan (oksigen nasal) yang tidak sesuai dengan standar.

c) Sarana dan Persiapan


• Pastikan tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifier dalam
kondisi bersih terisi oksigen nya
• Siapkan Nasal kateter, kanula atau masker oksigen sekali pakai
• Vaselin/lubrikan atau pelumas (jelly) sekali pakai jika tidak memungkin
pastikan jelly selalu terttutup (jika diperlukan).

d) Prosedur PPI pada Terapi Oksigen Nasal


• Lakukan kebersihan tangan sebelum mempersiapkan peralatan dan
melaksanakan prosedur pemberian oksigen nasal.
• Pastikan satu slang oksigen untuk satu pasien, flow meter dan humidifier
harus dalam kondisi bersih dan kosong.
• Hidupkan tabung oksigen dan atur posisi semifowler atau yang sesuai
dengan kondisi pasien, berikan oksigen melalui kanula atau masker
dengan aliran oksigen sesuai kebutuhan pasien, hindari risiko iritasi pada
selaput mukosa hidung.

38
• Pastikan selang oksigen tidak terkontaminasi dengan lingkungan atau
benda infeksius sebelum dipakai oleh pasien karena akan teriadi risiko
infeksi saluran pernapasan.
• Selang oksigen (oksigen mask) yang tidak terpakai, dan jika akan
dipergunakan kembali harus dilakukan desinfeksi lalu keringkan, bungkus
dan simpan dalam tempat bersih dan kering.
• Selang oksigen adalah single use, namun pada kondisi tertentu dapat
dilakukan dekontaminasi sesuai peralatan semikritikal yang ditetapkan.
• Selang oksigen yang sudah tidak terpakai lagi dibuang ke tempat
pembuangan limbah infeksius (sebaiknya dirusak terlebih dahulu sebelum
di buang).
• Pastikan slang oksigen yang sudah tidak dipergunakan lagi, tidak
tergantung pada flow meter oksigen (segera dilepas).
• Pastikan tabung humidifier segera dibersikan setelah dipakai oleh pasien
dan selalu dalam kondisi kosong dan bersin sebelum dipergunakan oleh
pasien lain.

B. PPI Pada Pemberian Terapi Inhalasi (Nebulizer)


a) Maksud
PPI pada penggunaan penggunaan peralatan inhalasi (Nebulizer) adalah untuk
meningkatkan kualitas pemberian terapi inhalasi (nebulizer) yang diberikan
kepada pasien melalui upaya pencegahan dan pengendalian infeksi; melindungi
sumber daya manusia dan masyarakat dari risiko kejadian infeksi; serta
mencegah kejadian infeksi saluran pernafasan.

b) Tujuan
Bertujuan untuk mencegah terjadinya transmisi penularan penyakit infeksi akibat
penggunaan Nebulizer yang tidak sesuai dengan standar.

39
c) Peralatan
Peralatan pelayanan Nebulizer yang terdiri dari generator aerosol, alat bantu
inhalasi (kanul nasal, masker, mouthpiece) dan cup (tempat obat cair) dan obat
obatan serta cairan pengencer obat.

d) Prinsip PPI pada Terapi Nebulizer


• Pastikan peralatan Nebulizer dalam kondisi siap pakai dan bersih dan
dilakukan test kelayakan penggunaan.
• Lakukan kebersihan tangan sebelum menyiapkan atau menyentuh
peralatan dan pasien, petugas menggunakan masker jika diperlukan.
• Penggunaan alat, sebagai berikut:
i. Selang oksigen, masker dan nebulizer kit adalah alat kesehatan
sekali pakai, jika tidak memungkinkan maka dapat dipergunakan
kembali oleh pasien yang sama namun harus dibersihkan terlebih
dahulu dengan dekontaminasi melalui perendaman cairan ezymatik
0,8 % atau detergen selama 10-15 menit keringkan kemudian
bungkus dengan plastik transparan simpan di tempat kering dan
tertutup dan alkohol swab 70 %.
ii. (ii) Semua peralatan yang sudah dibersihkan disimpan di tempat
yang kering, bersih dan tidak menempatkan di lantai atau
permukaan yang kotor.
• Penggunakan cairan dan obat yang dicampurkan dalam cairan Nebulizer
idealnya sekali pakai, namun jika harus berbagi dengan pasien yang lain
maka lakukan tehnik aseptik lalu segera membagikannya pada waktu
yang sama (tidak menyimpan sisa obat dan cairan sisa kecuali
direkomendasikan pabrikan).
• Semua limbah yang dihasilkan setelah pemakaian dianggap sebagai
limbah infeksius.

40
C. PPI Pada Perawatan Luka
a) Maksud
PPI pada perawatan luka adalah untuk meningkatkan kualitas perawatan luka
melalui upaya pencegahan dan pengendalian infeksi; melindungi sumber daya
manusia dan masyarakat dari risiko kejadian infeksi; serta mencegah dan
menurunkan angka kejadian infeksi pada luka.

b) Tujuan
Bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder atau terjadinya infeksi
silang akibat pengelolaan luka yang tidak sesuai standar.

c) Prinsip Perawatan Luka


• Jangan pernah menutup luka yang terinfeksi, luka yang terkontaminasi dan
luka bersih yang berumur lebih dari enam jam.
• Lakukan perawatan luka terkontaminasi, kemudian tutup luka hingga 48
jam kecuali ada indikasi lain.
• Tindakan pencegahan infeksi pada luka, sebagai berikut:
i. Biarkan terjadi oksigenisasi, pulihkan sirkulasi darah sesegera
mungkin setelah cedera pada area luka.
ii. Jangan gunakan tourniquet.
iii. Tidak menutup luka yang lebin dari 12 jam (luka ini biasanya telah
terinfeksi).
iv. Luka tembus ke dalam jaringan (vulnus pungtum), harus disayat atau
dilebarkan untuk mencegah koloni bakteri anaerob.
v. Lakukan pembersihan luka dan debridemen sesegera mungkin (dalam
waktu 8 jam).
vi. Patuhi pelaksanaan pencegahan kewaspadaan transmisi untuk
menghidari penularan infeksi.
vii. Berikan antibiotik profilaksis kepada korban dengan luka yang dalam
dan lainnya sesuai indikasi.
viii. Penggunaan antibiotik topikal dan mencuci luka dengan larutan
antibiotik tidak dianjurkan.

41
• Lakukan teknik aseptik dan gunakan peralatan steril ketika melakukan
perawatan luka.
• Lakukan kebersihan tangan dan gunakan sarung tangan atau APD lainnya
sesuai indikasi, contoh: gunakan gaun jika akan mencuci luka atau
gunakan masker/pelindung wajah jika saat perawatan luka berisiko terjadi
cipratan ke muka.
• Lakukan tindakan perawatan luka dengan langkah, sebagai berikut:
i. Untuk tehnik pembersihan luka lakukan pembersihan dari bagian atas
kebawah atau dari bagian tengah keluar. (ii)
ii. Pada luka yang terkontaminasi, bersihkan mulai dari daerah perifer ke
tengah (gerakan memutar untuk membersihkan luka adalah
melingkar)
iii. Gunakan satu kapas usap/kasa untuk satu kali usapan, buang ke
dalam kantung plastik setelah mengusap.
iv. Jangan menyentuh kantung plastik dengan forsep.
v. Bila ada sekret, bersikan sekitarnya mulai dari bagian tengah
mengarah keluar dengan gerakan melingkar dan hati hati untuk tidak
merusak granulasi yang baru tumbuh pada area luka.
vi. Keringkan luka menggunakan kasa dengan gerakan yang sama.

• Gunakan penutup luka steril, tipis dengan tujuan agar terjadi oksigenisasi
luka dan ganti jika basah kotor atau lepas.
• Semua limbah yang dihasilkan dari perawatan luka adalah infeksius.

d) Menutup Luka
• Jika luka terjadi kurang dari sehari dan telah dibersihkan dengan seksama,
luka dapat ditutup/dijahit.
• Luka tidak boleh ditutup bila telah lebih dari 24 jam, luka sangat kotor atau
terdapat benda asing, atau luka akibat gigitan binatang.
• Luka bernanah tidak boleh dijahit, tutup ringan menggunakan kasa
lembab.

42
5. Penggunaan Antimikroba yang Bijak
a) Pengertian
Penggunaan antibiotik secara bijak merupakan penggunaan antibiotik secara
rasional sesuai dengan penyebab infeksi, dengan rejimen dosis optimal, lama
pemberian optimal, efek samping minimal dan dengan mempertimbangkan dampak
muncul dan menyebarnya mikroba resisten.
Sebagai upaya untuk mergendalikan penggunaan antibiotik, perlu ditetapkan
kebijakan Penggunaan antibiotik di masing-masing Polibun dan disusun serta
diterapkan Panduan Penggunaan Antibiotik Profilaksis dan
Terapi di tiap Polibun dengan mengacu pada ketentuan peraturan perundang
undangan.
Penerapan program pengendalian resistensi antimikroba di fasilitas pelayanan
kesehatan secara rinci dapat merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 8
Tahun 2015 tentang Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit.
Untuk itu, Kementerian Kesehatan telah mengupayakan agar fasilitas pelayanan
kesehatan termasuk FTP menerapkan pengendalian resistensi antimikroba.

b) Prinsip Penggunaan Antimikroba yang Bijak


1. Penggunaan antibiotik bijak yaitu penggunaan antibiotik dengan spektrum
sempit, pada indikasi yang ketat dengan dosis yang adekuat, interval dan lama
pemberian yang tepat.
2. Kebijakan penggunaan antimikroba ditandai dengan pembatasan
penggunaan antibiotik dan mengutamakan penggunaan antibiotik lini
pertama.
3. Pembatasan penggunaan antibiotik dapat dilakukan dengan menerapkan
panduan penggunaan antibiotik, penerapan penggunaan antibiotik secara
terbatas (restricted), dan penerapan kewenangan dalam penggunaan
antibiotik tertentu (reserved antibiotics).
4. Indikasi ketat penggunaan antibiotik dimulai dengan menegakkan diagnosis
penyakit infeksi, menggunakan informasi klinis dan hasil pemeriksaan
laboratorium seperti mikrobiologi, serologi, dan penunjang lainnya. Antibiotik

43
tidak diberikan pada penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau penyakit
yang dapat sembuh sendiri (self-limited) contoh ISPA atau diare nonspesifik.
5. Pemilihan jenis antimikroba harus berdasar pada, sebagai berikut:
a. Informasi tentang spektrum kuman penyebab infeksi dan pola kepekaan
kuman terhadap antibiotik.
b. Hasil pemeriksaan mikrobiologi atau perkiraan kuman penyebab infeksi.
c. Profil farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotik.
d. Melakukan de-eskalasi setelah mempertimbangkan hasil mikrobiologi dan
keadaan klinis pasien seta ketersediaan obat.
e. Cost effective: obat dipilih atas dasar yang paling cost effective dan aman.

c) Klasifikasi Antibiotik Berdasarkan WHO


Pada tahun 2017, WHO memperkenalkan klasifikasi antibiotik menjadi tiga kelompok
yaitu Access, Watch dan Reserve (AWaRe) yang berfungsi sebagai alat untuk
memantau penggunaan antibiotik dan mengurangi resistensi antibiotik. Tujuan
klasifikasi tersebut adalah mengurangi penggunaan antibiotik kelompok Watch dan
Reserve seta meningkatkan penggunaan antibiotik kelompok Access.

1. Access
Kelompok ini merupakan antibiotik pilihan lini pertama atau kedua pada terapi
empiris dengan potensi resistensi minimal. Contoh antibiotik kelompok ini
meliputi:
Amoxicillin, Ampicillin, Chloramphenicol, Clindamycin, Doxycycline,
Metronidazole, Sulfamethoxazole/trimethoprim, Tetracycline dan Thiamphenicol.
2. Watch
Kelompok ini di indikasikan secara spesifik dan terbatas pada kondisi infeksi
tertentu, berisiko terjadinya resistensi dan dianjurkan untuk di monitor. Contoh
antibiotik kelompok ini meliputi: Azithromycin, Cefixime, Ceftriaxone,
Ciprofloxacin, Clarithromycin, Levofloxacin, Minocycline, Ofloxacin dan Rifampicin.
3. Reserve
Kelompok ini merupakan antibiotik pilihan terakhir, penggunaannya sangat
dibatasi sebagai terapi infeksi yang dicurigai atau terkonfirmasi karena multi-

44
drug-resistant organisms, dan harus di monitor secara ketat. Contoh antibiotik
kelompok ini meliputi: Aztreonam, Cephalosporins fourth generation, Polymyxin,
dan Tigecycline.

d) Penggunaan Antimikroba Berdasarkan Indikasi


1. Antibiotik Terapi
Pemberian antibiotik terapi meliputi antibiotik empiris dan antibiotik definitif.
Prinsip penggunaan antibiotik untuk terapi empiris dan definitif, sebagai berikut:
• Penggunaan antibiotik untuk terapi empiris digunakan pada kasus infeksi
yang belum diketahui jenis bakteri penyebabnya. Tujuannya untuk
penghambatan pertumbuhan bakteri yang diduga menjadi penyebab
infeksi sebelum diperoleh hasil pemeriksaan mikrobiologi. Digunakan jika
ditemukan sindrom klinis yang mengarah pada keterlibatan bakteri
tertentu yang paling sering menjadi penyebab infeksi
• Penggunaan antibiotik untuk terapi definitive digunakan pada kasus yang
sudah diketahui jenis bakteri penyebab dan pola resistensinya. Tujuannya
untuk penghambatan pertumbuhan bakteri yang menjadi penyebab
infeksi berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi
• Penggunaan antibiotik oral menjadi pilihan pertama untuk terapi infeksi,
pada infeksi sedang hingga berat dapat dipertimbangkan antibiotik
parenteral
• Antibiotik definitive dilakukan evaluasi berdasarkan data mikrobiologis
dan kondisi klinis pasien data penunjang lain.

2. Antibiotik Profilaksis
Pemberian antibiotik profilaksis pada tindakan/bedah meliputi antibiotik
profilaksis atas indikasi tindakan/bedah bersih dan bersih terkontaminasi
termasuk pula prosedur gigi. Antibiotik profilaksis tindakan/bedah merupakan
penggunaan antibiotik sebelum, selama dan paling lama 24 jam pasca tindakan
pada kasus yang secara klinis tidak menunjukkan tanda infeksi dengan tujuan
mencegah terjadinya IDO.

45
Faktor risiko terkait IDO yang meliputi karakteristik luka, faktor host, lokasi
tindakan/bedah, kompleksitas tindakan dan teknik pembedahan/tindakan
menjadi pertimbangan dalam pemberian antibiotik profilaksis. Adanya risiko
alergi, anafilaksis, resistensi obat dan efek samping obat perlu dipertimbangkan
pula dalam pemberian antibiotik profilaksis.
Antibiotik yang dapat digunakan sebagai antibiotik profilaksis adalah antibiotik
untuk mencegah infeksi kuman gram positif dari kulit, 30-60 menit sebelum
tindakan insisi.

e) Tahapan Penerapan Penggunaan Antibiotik Secara Bijak di Polibun


1. Meningkatkan pemahaman dan ketaatan tenaga kesehatan dalam
penggunaan antibiotik secara bijak.
2. Meningkatkan peranan pemangku kepentingan di bidang penanganan penyakit
infeksi dan penggunaan antibiotik.
3. Mengembangkan dan meningkatkan fungsi laboratorium yang berkaitan
dengan penanganan penyakit infeksi.
4. Meningkatkan pelayanan farmasi Polibun dalam memantau penggunaan
antibiotik,
5. Meningkatkan penanganan kasus infeksi secara multidisplin dan terpadu.
6. Melaksanakan surveilans pada penggunaan antibiotik, serta melaporkan secara
berkala.
7. Menetapkan Kebijakan Penggunaan Antibiotik: Panduan Penggunaan Antibiotik
Profilaksis dan Terapi.
8. Implementasi penggunaan antibiotik secara rasional yang meliputi antibiotik
profilaksis dan antibiotik terapi.
9. Monitoring, evaluasi dan pelaporan penggunaan antibiotik.

6. Surveilans PPI
a) Pengertian
Surveilans adalah suatu proses yang dinamis, sistematis, terus-menerus, dalam
pengumpulan, identifikasi, analisis dan interpretasi dari data kesehatan yang
penting pada suatu populasi spesifik yang didiseminasikan secara berkala kepada

46
pihak-pihak yang memerlukan untuk digunakan dalam perencanaan, penerapan
dan evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan kesehatan dalam upaya
penilaian risiko HAIs.
Dengan melakukan surveilans diharapkan ada rekomendasi sebagai bahan
masukan dalam melakukan intervensi perbaikan untuk menurunkan angka kejadian
infeksi (insiden rate).
Sistem pencatatan dan pelaporan dilaksanakan secara rutin dan berjenjeng yang
dapat dilakukan baik secara manual maupun dengan menggunakan sistem
informasi teknologi pada masing masing fasilitas pelayanan kesehatan.

b) Tujuan
Mendapatkan data dasar infeksi di pelayanan, untuk menurunkan laju infeksi yang
terjadi, Identifikasi dini Kejadian Luar Biasa (KLB) Infeksi di Polibun. Selain itu sebagai
bahan informasi untuk meyakinkan tenaga kesehatan tentang adanya masalah
yang memerlukan penanggulangan, mengukur dan menilai keberhasilan suatu
program PPI, memenuhi standar mutu pelayanan medis dan keperawatan, dan
salah satu unsur pendukung untuk memenuhi standar penilaian akreditasi di fasilitas
pelayanan kesehatan.

c) Sasaran
Sasaran surveilans difokuskan pada kejadian HAIs yang berhubungan erat dengan
proses pelayanan medis dan keperawatan di Polibun.

d) Infeksi Daerah Operasi (IDO)


Infeksi Daerah Operasi (IDO atau Surgical site Infection (SSI) dalam pedoman ini
adalah infeksi yang terjadi pasca operasi dalam kurun waktu 30 hari dan infeksi
tersebut hanya melibatkan kulit dan jaringan subkutan pada tempat insisi dengan
setidaknya ditemukan salah satu tanda, sebagai berikut:
o Gejala Infeksi: kemerahan, panas, bengkak, nyeri, fungsi laesa terganggu.
o Cairan purulen
o Ditemukan kuman dari cairan atau tanda dari jaringan superfisial.

47
e) Flebitis
Plebitis adalah inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun mekanik.
Tanda klinis adanya daerah yang merah pada sekitar insisi, nyeri dan
pembengkakan di daerah penusukan atau sepanjang pembuluh darah vena.

f) Penetapan Numerator dan Denominator


(1) Numerator adalah jumlah kejadian infeksi akibat penggunaan alat
kesehatan dan prosedur pelayanan kesehatan dalam kurun waktu tertentu
(bulanan, triwulan, semester, tahunan) contohnya jumlah pasien infeksi
daearh insisi pasca pertolongan persalinan dan jumlah kejadian flebitis pada
pemasangan infus
(2) Denominator adalah jumlah pasien yang mendapatkan tindakan medis
dalam kurun waktu tertentu (bulanan, triwulan, semester, tahunan)
contohnya jumlah pasien yang dilakukan pertolongan persalinan dengan
tindakan insisi di Polibun, jumlah pasien terpasang infus dalam periode
tertentu.

g) Tahapan Surveilans
(1) Perencanaan: buat kebijakan/IK/Formulir terkait surveilans, gunakan definisi
kasus sesuai dengan Kemenkes
(2) Pengumpulan Data: berasal dari observasi klinis, data rekam medis, data
infeksi, dan faktor risiko
(3) Analisis: melihat persentase/angka kejadian infeksi HAIs di Polibun
(4) Interpretasi: dibuat dalam bentuk tabel/grafik/lainnya dan disajikan secara
jelas
(5) Laporan dan rekomendasi: kepada Kepala Polibun atau pihak terkait secara
periodik dan dibandingkan dengan angka norma HAIs untuk diambil
keputusan tindak lanjut.

h) Indikator Kinerja Surveilans


(1) Flebitis: <5% dari total tindakan pemasangan infus
(2) IDO: <2% dari total tindakan bedah minor

48
BAB IV: Penerapan PPI di Polibun

Penerapan PPI di Polibun dimaksudkan agar Polibun dalam memberikan pelayanan


kesehatan harus mengikuti konsep, prinsip, langkah dan prosedur PPI sebagaimana telah
dibahas di Bab III.
Secara garis besar konsep dan prinsip pelaksanaan PPI pada berbagai kegiatan
pelayanan kesehatan di Polibun adalah berlaku sama. Mutu pelayanan di Polibun sangat
ditentukan oleh kepatuhan petugas terhadap kebijakan, pedoman, SOP yang telah
ditetapkan di Polibun.

1. PPI pada Pelayanan Pendaftaran/Skrining


a. Lakukan kebersihan tangan sebelum dan akhir pelayanan di ruang
pendaftaran
b. Gunakan APD sesuai indikasi dan jenis paparan
c. Jaga jarak saat berhadapan dengan pasien atau gunakan barrier jika
diperlukan
d. Perhatikan kebersihan lingkungan kerja, sirkulasi udara dan pencahayaan
e. Anjurkan atau berikan masker pada pasien dengan gangguan pernapasann
atau terapkan kebersihan pernapasan dan etika batuk pada skrining awal
f. Jaga jarak pasien saat antrian dan hindari penumpukan saat pendaftaran.

2. PPI pada Pelayanan Pemeriksaan Umum


a. Lakukan kebersihan tangan sesuai indikasi
b. Gunakan APD sesuai indikasi dan jenis paparan
c. Pengendalian lingkungan dilaksanakan sesuai prinsip PPI
d. Pengelolaan limbah sesuai jenis limbah
e. Pengelolaan alat medis berdasarkan jenis kritikal, semi kritikal, dan non-kritikal
f. Terapkan kebersihan pernapasan dan etika batuk jika sedang sakit pada
saluran pernapasan
g. Atur jarak atau penempatan pasien saat pemeriksaan atau gunakan barrier
jika diperlukan

49
h. Patuhi pemberian atau peresepan antibiotik secara bijak, sesuai kebijakan
Polibun
i. Terapkan kewaspadaan transmisi sebagai kewaspadaan lapis kedua
j. Anjurkan atau berikan masker pada pasien dengan gangguan pernapasan
atau terapkan kebersihan pernapasan dan etika batuk pada penapisan awal
k. Jika diperlukan minta pasien lakukan kebersihan tangan sebelum masuk ruang
pemeriksaan.

3. PPI pada Pelayanan Gawat Darurat


a. Laksanakan kebersihan tangan sesuai indikasi
b. Penggunaan APD berdasarkan indikasi dan jenis paparan
c. Pengendalian lingkungan dilaksanakan sesuai prinsip PPI.
d. Pengelolaan limbah dan benda tajam sesuai jenis limbah.
e. Pengelolaan alat medis berdasarkan: kritikal, semi kritikal atau non kritikal,
dekontaminasi dilakukan di tempat terpisah dengan ruang pelayanan.
f. Pada tindakan penyuntikan; terapkan penyuntikan yang aman.
g. Terapkan kebersihan pernapasan dan etika batuk jika sedang sakit pada
saluran pernapasan.
h. Patuhi pemberian atau peresepan anti biotik secara bijak, sesuai kebijakan
Polibun.
i. Jika terjadi cedera atau paparan cairan tubuh pasien saat pelayanan atau
perawatan: ikuti protap atau alur pajanan untuk keselamatan petugas.
j. Terapkan kewaspadaan transmisi sebagai kewaspadaan lapis kedua.
k. Perhatikan bundle PPI untuk penggunaan alat bantu napas (O2), penggunaan
nebulizer, penggunaan infus, penggunaan kateter urine dan perawatan luka
(mengikuti tindakan yang diberikan)
l. Anjurkan atau berikan masker pada pasien dengan gangguan pernapasan
(batuk, flu, bersin) atau terapkan kebersihan pernapasan dan etika batuk pada
penapisan awal.
m. Jika diperlukan minta lakukan kebersihan tangan sebelum masuk ruang
pemeriksaan.

50
4. PPI pada Pelayanan Kesehatan Keluarga
a. Laksanakan kebersihan tangan sesuai indikasi
b. Penggunaan APD berdasarkan indikasi dan jenis paparan
c. Pengendalian lingkungan dilaksanakan sesuai prinsip PPI.
d. Pengelolaan limbah dan benda tajam sesuai jenis limbah.
e. Pengelolaan alat medis berdasarkan: kritikal, semi kritikal atau non kritikal,
dekontaminasi dilakukan di tempat terpisah dengan ruang pelayanan.
f. Pada tindakan penyuntikan: terapkan penyuntikan yang aman.
g. Kelola linen sesuai jenisnya (infeksius atau non infeksius)
h. Terapkan kebersihan pernapasan dan etika batuk jika sedang sakit pada
saluran pernapasan.
i. Patuhi pemberian atau peresepan anti biotik secara bijak, sesuai kebijakan
Polibun
j. Jika terjadi cedera atau paparan cairan tubuh pasien: ikuti protap atau alur
pajanan untuk keselamatan petugas.
k. Terapkan kewaspadaan transmisi sebagai kewaspadaan lapis kedua.
l. Perhatikan bundle PPI untuk penggunaan alat bantu napas, nebulizer, infus,
kateter urine dan perawatan luka (tergantung ada tidaknya tindakan yang
diberikan)
m. Anjurkan atau berikan masker pada pasien dengan gangguan pernapasan
(batuk, flu, bersin) atau terapkan kebersihan pernapasan dan etika batuk pada
penapisan awal.
n. Jika diperlukan minta lakukan kebersihan tangan sebelum masuk ruang
pemeriksaan.

5. PPI pada Pelayanan Persalinan Normal dan Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergensi Dasar (PONED)
a. Laksanakan kebersihan tangan sesuai indikasi
b. Penggunaan APD berdasarkan indikasi dan jenis paparan
c. Pengendalian lingkungan dilaksanakan sesuai prinsip PPI.
d. Pengelolaan limbah dan benda tajam sesuai jenis limbah.

51
e. Pengelolaan alat medis berdasarkan: kritikal, semi kritikal atau non kritikal,
dekontaminasi dilakukan di tempat terpisah dengan ruang pelayanan.
f. Pada tindakan penyuntikan: terapkan penyuntikan yang aman.
g. Kelola linen sesuai jenisnya (infeksius atau non infeksius)
h. Terapkan kebersihan pernapasan dan etika batuk jika sedang sakit pada
saluran pernapasan.
i. Patuhi pemberian atau peresepan anti biotik secara bijak, sesuai kebijakan
Polibun.
j. Jika terjadi cedera atau paparan cairan tubuh pasien: ikuti protap atau alur
pajanan untuk keselamatan petugas.
k. Terapkan kewaspadaan transmisi sebagai kewaspadaan lapis kedua.
l. Perhatikan bundle PPI untuk penggunaan alat bantu napas, nebulizer, infus,
kateter urine dan perawatan luka (tergantung ada tidaknya tindakan yang
diberikan).

6. PPI pada Pelayanan Kefarmasian


a. Laksanakan kebersihan tangan sesuai indikasi
b. Penggunaan APD berdasarkan indikasi dan jenis paparan
c. Pengendalian lingkungan dilaksanakan sesuai prinsip PPI.
d. Pengelolaan limbah dan benda tajam sesuai jenis atau kategori limbah,
kembalikan ke Gudang Farmasi Kabupaten atau Dinkes atau musnahkan
sesuai peraturan perundang udangan untuk obat atau bahan farmasi
kadaluarsa.
e. Terapkan kebersihan pernapasan dan etika batuk jika sedang sakit pada
saluran pernapasan.
f. Beri umpan balik kepada dokter pemberi atau penulis resep anti biotik ilka tidak
sesuai dengan" kebiiakan penggunaan antibiotic secara bijak di Polibun
g. Terapkan kewaspadaan transmisi sebagai kewaspadaan lapis kedua
h. Anjurkan atau berikan masker jika menemukan pasien dengan gangguan
pernapasan (batuk, flu, bersin) atau terapkan kebersihan pernapasan dan etika
batuk pada penapisan awal

52
i. Lakukan kebersihan tangan sebelum memberikan ASI, sebelum dan sesudah
makan, sesudah buang air besar.

7. PPI pada Pelayanan Konseling (Gizi, PKPR, dll)


a. Laksanakan kebersihan tangan sesuai indikasi
b. Penggunaan APD berdasarkan indikasi dan jenis paparan
c. Pengendalian lingkungan dilaksanakan sesuai prinsip PPI.
d. Terapkan kebersihan pernapasan dan etika batuk jika sedang sakit pada
saluran pernapasan.
e. Jaga jarak antar peserta jika ada. indikasi.
f. Terapkan kewaspadaan transmisi sebagai kewaspadaan lapis kedua.
g. Anjurkan atau berikan masker jika menemukan pasien dengan gangguan
pernapasan (batuk, flu, bersin) atau terapkan kebersihan pernapasan dan etika
batuk pada penapisan awal

53
BAB V: PENUTUP

Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di Polibun adalah acuan penting dalam
menjaga kualitas dan integritas sistem pelayanan kesehatan. Pedoman ini tidak hanya
berperan dalam melindungi pasien dari infeksi yang dapat dihindari, tetapi juga dalam
memastikan keselamatan tenaga medis yang berada di garis depan memberikan
pelayanan. Dalam era globalisasi dan mobilitas tinggi, tantangan dalam mencegah
penularan infeksi semakin kompleks. Oleh karena itu, kesadaran, edukasi, dan
implementasi yang ketat dari panduan ini adalah langkah penting untuk memastikan
bahwa Polibun tetap menjadi pusat perawatan kesehatan yang aman dan terpercaya di
PT Astra Agro Lestari Tbk.

Penting untuk diingat bahwa pandemi COVID-19 yang mendunia telah mengingatkan kita
akan kebutuhan mendesak untuk mematuhi pedoman pencegahan infeksi. Pengalaman
ini telah mengajarkan kepada kita betapa rapuhnya sistem kesehatan tanpa kepatuhan
yang kuat terhadap praktik pencegahan dan pengendalian infeksi. Oleh karena itu, mari
jadikan panduan ini sebagai bagian integral dari budaya di Polibun, untuk melindungi
pasien, tenaga medis, dan masyarakat secara keseluruhan. Dengan begitu, kita dapat
menjaga keamanan dan kualitas layanan kesehatan bagi semua yang membutuhkan,
saat ini dan di masa depan.

54
REFERENSI
KEMKES RI. (2020). PEDOMAN TEKNIS PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT PERTAMA. JAKARTA: KEMENKES RI.

55

Anda mungkin juga menyukai