RESOR BADUNG
KLINIK POLRES BADUNG
tentang
PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
Menimbang : Bahwa dalam rangka upaya meningkatkan mutu pelayanan Klinik Polres
Badung, maka diperlukan penyelenggaraan Program Kerja Pelayanan
Pengendalian Infeksi yang bermutu tinggi maka dipandang perlu menetapkan
keputusan.
MEMUTUSKAN
Isu mengenai munculnya penyakit infeksi atau Emerging Infectious Diseases timbul
karena banyaknya kekhawatiran akan terjadinya pandemic baik akibat virus atau
kuman, maka harus dilakukan persiapan upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
di Klinik Polres Badung
SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) pertama kali diidentifikasi di Cina
November 2002, tidak lama kemudian terjadi wabah di dunia yang pada akhirnya
menyebar ke – 26 negara dengan jumlah penderita 8.098 orang dan dari jumlah
tersebut, 774 orang meninggal dunia (WHO, 2004). Jumlah tenaga kesehatan yang
terinfeksi berkisar 20% sampai 60% dari semua kasus infeksi di seluruh dunia
(WHO,2005). Pada bulan April 2003 pemerintah Indonesia secara resmi menyatakan
SARS sebagai epidemic nasional dengan total 2 (Dua) kasus probable yang dilaporkan
(tidak ada korban jiwa). SARS berakhir pada bulan Juli 2003 yang dinyatakan oleh
WHO. Tidak ada yang mengetahui kapan pandemic SARS akan muncul kembali.
Klinik Polres Badung sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu Klinik Polres Badung
dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang
sudah ditetapkan. Untuk meminimalkan resikoterjadinya infeksi di Klinik Polres Badung
perlu diterapkan pencegahan dan pengendalian infeksi yakni kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan, serta monitoring
dan evaluasi pencegahan dan pengendalian infeksi di Klinik Polres Badung sangat
penting karena menggambarkan mutu pelayanan Klinik Polres Badung
Pedoman Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dibuat sebagai
acuan bagi Komite dan Tim untuk melaksanakan kegiatan pencegahan dan
pengendalian infeksi di Klinik Polres Badung .Berdasarkan acuan kerja dari WHO
keuntungan dari penerapan program pencegahan dan pengendalian infeksi di Klinik
Polres Badung selain untuk meminimalkan resiko penyebaran infeksi, dapat juga
meminimalkan angka kematian akibat infeksi pasca tindakan operasi di Klinik Polres
Badung , dan mencegah resistensi antibiotika. Penerapan pedoman ini dapat dilakukan
dalam bentuk pelatihan dan edukasi pada seluruh staff karyawan Klinik Polres Badung ,
pasien, dan pengunjung Klinik Polres Badung .
Beberapa hal yang terkait dengan program pencegahan dan pengendalian di
Klinik Polres Badung meliputi usaha isolasi pasien, tindakan surveilans, dan pemakaian
antibiotika yang rasional. Pada program pencegahan dan pengendalian infeksi terdapat
beberapa kewaspadaan standar yang harus diperhatikan seperti mencuci tangan,
pengelolaan limbah, pemakaian APD, pengendalian kebersihan dan kesehatan
lingkungan, perawatan peralatan yang digunakan oleh pasien, penatalaksanaan linen,
kesehatan karyawan, penempatan pasien, penyuntikan yang aman, etika batu, dan
praktek lumbal punksi. Masing-masing komponen saling terkait satu sama lain,
sehingga diperlukan perhatian khusus pada masing- masing bagian program, sehingga
dapat menjadi satu kesatuan yang utuh dalam meminimalkan resiko terjadinya infeksi
di Klinik Polres Badung Melalui program pencegahan dan pengendalian infeksi
diharapkan semua karyawan dan staff Klinik Polres Badung mampu berpartisipasi
dalam hal mensukseskan program pencegahan dan pengendalian infeksi, karena akan
sangat menentukan keberhasilan sebuah Klinik Polres Badung di dalam merawat
pasien, maupun keselamatan kerja para staff Klinik Polres Badung
BAB II
LATAR BELAKANG
Klinik Polres Badung sebagai sarana kesehatan bagi anggota polri wajib
menerapkan pencegahan dan pengendalian infeksi agar terciptanya pelayanan yang
bermutu dan mencegah terjadinya penularan infeksi yang berakibat pada Pencegahan
dan pengendalian infeksi.
Kejadian infeksi adalah infeksi yang didapat atau timbul pada waktu pasien
dirawat di Klinik Polres Badung , hal ini merupakan persoalan serius yang dapat
menjadi penyebab langsung atau tidak langsung kematian pasien. Beberapa kejadian
infeksi mungkin tidak menyebabkan kematian pasien, akan tetapi dapat menjadi
penyebab pasien dirawat lebih lama. Penyebabnya oleh kuman yang berada di
lingkungan Klinik Polres Badung atau oleh kuman yang sudah dibawa oleh pasien
sendiri, yaitu kuman endogen. Dari Batasan ini dapat disimpulkan bahwa kejadian
infeksi adalah infeksi yang secara potensial dapat dicegah. Salah sati hal yang perlu
disadari bahwa kualitas pencegahan dan pengendalian infeksi di klinik yang masih
rendah, berdampak pada rendahnya mutu pelayanan maupun bertambahnya beban
yang harus ditanggung oleh penderita.
Suatu kejadian infeksi pada pasien akan mengakibatkan hal-hal seperti
memperberat penyakit dan sangat mungkin menyebabkan terjadinya kematian maupun
kecacatan, perpanjangan waktu perawatan yang juga berdampak pada perpanjangan
waktu tunggu bagi pasien lainnya, serta peningkatan biaya pengobatan yang
ditanggung oleh pasien. Untuk meminimalkan terjadinya infeksi di Klinik Polres Badung
, maka tim PPI yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan
pencegahan dan pengendalian infeksi.
BAB III
TUJUAN
1. Definisi
1. Agen Antiseptik atau Antimikroba (Istilah yang digunakan bergantian)
Agen Antiseptik atau Antimikroba adalah Bahan kimia yang diaplikasikan di atas
kulit atau jaringan hidup lain untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme
(baik yang sementara atau yang merupakan penghuni tetap), sehingga mengurangi
jumlah hitung bakteri total.
Contohnya :
a. Alkohol 60 – 90%
b. Surfactant, Cresilic Acid 3,5%
c. Povidon Iodine 5% - 7%, berbagai konsentrasi (Betadine)
Flora residen adalah flora yang tinggal di lapisan kulit yang lebih dalam serta di
dalam folikel rambut, dan tidak dapat dihilangkan seluruhnya, bahkan dengan
pencucian dan pembilasan keras dengan sabun dan air bersih. Flora residen
kemungkinan kecil terkait dengan penyakit infeksi yang menular melalui udara,
seperti flu burung. Tangan dan kuku dari petugas kesehatan dapat terkolonisasi
pada lapisan dalam oleh organisme yang menyebabkan infeksi seperti batang gram
negatif atau ragi.
3. Air bersih adalah air yang secara alami atau kimiawi dibersihkan dan disaring
sehingga aman untuk diminum, serta untuk pemakaian lainnya karena memenuhi
standar kesehatan yang telah ditetapkan. Pada keadaan minimal, air bersih harus
bebas dari mikroorganisme dan memiliki turbiditas rendah / jernih. Sabun produk-
produk pembersih yang menurunkan tegangan permukaan sehingga membantu
melepaskan kotoran, debris dan mikroorganisme yang menempel sementara pada
tangan.
4. Emollient adalah cairan organik, seperti gliserol, propelienglikol atau sorbitol yang
ditambahkan pada handrub dan losion. Kegunaan emollient untuk melunakkan kulit
dan membantu mencegah kerusakan kulit (kekeringan, iritasi) akibat pencucian
tangan dengan sabun yang sering (dengan atau tanpa antiseptik) dan air.
5. Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanik melepaskan kotoran dan
debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air.
8. Handrub antiseptic berbasis alcohol tanpa air adalah antiseptic handrub yang
bereaksi cepat menghilangkan sementara atau mengurangi mikroorganisme
penghuni tetap tanpa melindungi kulit tanpa menggunakan air. Sebagian besar
antiseptik ini mengandung alkohol 60% - 90%, Suatu emollient dan sering kali
antiseptik tambahan.
A. Kewaspadaan standar
1. Kebersihan Tangan
a. Definisi
Kebersihan tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.Kebersihan
tangan merupakan hal yang paling penting untuk mencegah penyebaran
infeksi.Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir bila tangan terlihat kotor
atau terkontaminasi dengan bahan-bahan protein. Gunakan handrub
berbasis alcohol secara rutin untuk dekontaminasi tangan, jika tangan tidak
terlihat ternoda.Jangan gunakan handrub berbasis alcohol jika tangan
terlihat kotor. Jangan gunakan produk berbasis alcohol setelah menyentuh
kulit yang tidak utuh, darah atau cairan tubuh.Pada kondisi ini cuci tangan
dengan sabun dan air mengalir dan keringkan dengan lap/handuk tisu sekali
pakai.
Hal-hal yang perlu diingat saat membersihkan tangan antara lain :
a. Bila jelas terlihat kotor atau terkontaminasi oleh bahan yang
mengandung protein, tangan harus dicuci dengan sabun dan air
mengalir.
b. Bila tangan tidak jelas terlihat kotor atau terkontaminasi, harus
digunakan antiseptic berbasis alcohol untuk dekontaminasi tangan
rutin.
c. Pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan.
b. Tujuan
Bertujuan untuk menghalangi pajanan bahan infeksius pada kulit, mulut,
hidung, atau mata (selaput lendir) tenaga kesehatan, pasien atau pengguna
kesehatan.
c. Prinsip penggunaan APD
Penggunaan APD perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini :
1) APD harus disesuaikan dengan resiko paparan : petugas kesehatan
harus menilai apakah mereka benar atau tidak beresiko terkena darah,
cairan tubuh, ekskresi atau sekresi agar dapat menggunakan alat
pelindung diri sesuai dengan resiko.
2) Semua APD yang akan digunakan harus memenuhi standar
keamanan, perlindungan dan keselamatan pasien/petugas sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
3) Hindari kontak antara APD yang terkontaminasi (bekas) dan
permukaan pakaian atau lingkungan pelayanan kesehatan, buang
APD bekas pakai yang sesuai tempat limbah, dan standar yang
ditempatkan.
4) Tidak dibenarkan berbagai APD yang sama antara dua
petugas/individu
5) Lepas APD secara keseluruhan jika tidak digunakan lagi.
6) Lakukan kebersihan tangan setiap kali melepas satu jenis APD, ketika
meninggalkan pasien untuk merawat pasien lain atau akan melakukan
prosedur lain.
d. Jenis-jenis APD
1) Masker
Masker digunakan untuk melindungi wajah dan membrane mukosa
mulut dari cipratan darah dan cairan tubuh dari pasien atau permukaan
lingkungan udara yang kotor dan melindungi pasien atau permukaan
lingkungan udara dari petugas pada saat batuk atau bersin. Masker
yang digunakan harus menutupi hidung dan mulut serta melakukan fit
test (penekanan di bagian hidung). Beberapa jenis masker yaitu;
a) Masker bedah (surgical/facemask) adalah jenis APD yang
melindungi area hidung dan mulut yang terdiri dari 3 lapisan
material dari bahan non woven (tidak di jahit), loose - fitting dan
sekali pakai untuk menciptakan penghalang fisik antara mulut dan
hidung pengguna dengan kontaminan potensial di lingkungan
terdekat sehingga efektif untuk memblokir percikan (droplet) dan
tetesan dalam partikel besar.
b) Masker N95 adalah APD jenis masker yang terbuat dari
polyurethane dan polypropylene adalah alat pelindung
pernapasan yang dirancang dengan segel ketat di sekitar hidung
dan mulut untuk menyaring hampir 95 % partikel yang lebih kecil <
0,3 mikron. Masker ini dapat menurunkan paparan terhadap
kontaminasi melalui airborne.
2) Pelindung wajah (face shield) adalah jenis APD yang pada umumnya
terbuat dari plastik jernih transparan, merupakan pelindung wajah yang
menutupi wajah sampai ke dagu sebagai proteksi ganda bagi tenaga
kesehatan dari percikan infeksius pasien saat melakukan perawatan.
3) Pelindung mata (goggles) adalah jenis APD yang berfungsi sebagai
pelindung mata yang berbentuk seperti kaca mata yang terbuat dari
plastik digunakan sebagai pelindung mata yang menutup dengan erat
area sekitarnya agar terhindar dari cipratan yang dapat mengenai
mukosa. Pelindung mata/goggles digunakan pada saat tertentu seperti
aktifitas dimana kemungkinan risiko terciprat /tersembur, khususnya
pada saat prosedur menghasilkan aerosol, kontak dekat berhadapan
muka dengan muka pasien COVID-19.
4) Gaun (gown) adalah jenis APD yang melindungi tubuh dari pajanan
melalui kontak atau droplet dengan cairan dan zat padat yang infeksius
untuk melindungi lengan dan area tubuh tenaga kesehatan selama
prosedur dan kegiatan perawatan pasien. Persyaratan gaun yang ideal
antara lain efektif barrier (mampu mencegah penetrasi cairan), fungsi
atau mobilitas, nyaman, tidak mudah robek, pas di badan (tidak terlalu
besar atau terlalu kecil), biocompatibility (tidak toksik), flammability,
odor, dan quality maintenance. Jenis gaun antara lain gaun bedah, gaun
isolasi bedah dan gaun non isolasi bedah. Menurut penggunaannya,
gaun dibagi menjadi 2 yaitu gaun sekali pakai (disposable) dan gaun
dipakai berulang (reuseable).Gaun terdiri dari 2 jenis, yaitu :
a) Gaun sekali pakai
Gaun sekali pakai (disposable) dirancang untuk dibuang setelah
satu kali pakai dan biasanya tidak dijahit (non woven) dan
dikombinasikan dengan plastik film untuk perlindungan dari
penetrasi cairan dan bahan yang digunakan adalah synthetic
fibers (misalnya polypropylene, polyester, polyethylene).
b) Gaun dipakai berulang (reuseable)
Gaun dipakai berulang terbuat dari bahan 100% katun atau 100%
polyester, atau kombinasi antara katun dan polyester. Gaun ini
dapat dipakai berulang maksimal sebanyak 50 kali dengan catatan
tidak mengalami kerusakan.
c) Celemek (apron) merupakan gaun anti air untuk melindungi tubuh
atau baju pemakai dari percikan dan kontaminasi mikroorganisme.
5) Sarung tangan
Tujuan : melindungi tangan dari paparan cairan tubuh, darah, sekresi,
ekskresi dan bahan infeksius lainnya. Sarung tangan digunakan pada
kedua belah tangan dan hanya digunakan untuk satu kali prosedur pada
satu pasien, jika rusak atau robek maka mengganti dengan sarung
tangan yang baru. Sarung tangan dapat terbuat dari bahan lateks karet,
polyvinyl chloride (PVC), nitrile, polyurethane. Sarung tangan yang ideal
harus tahan robek, tahan bocor, biocompatibility (tidak toksik) dan pas di
tangan.
6) Pelindung kepala adalah jenis APD yang merupakan pelindung kepala
dan rambut tenaga kesehatan dari percikan cairan infeksius pasien
selama melakukan perawatan. Penutup kepala terbuat dari bahan tahan
cairan, tidak mudah robek dan ukuran nya pas di kepala tenaga
kesehatan. Penutup kepala ini digunakan sekali pakai.
7) Sepatu pelindung adalah jenis APD yang dapat terbuat dari karet atau
bahan tahan air atau bisa dilapisi dengan kain tahan air, merupakan alat
pelindung kaki dari percikan cairan infeksius pasien selama melakukan
perawatan. Sepatu pelindung harus menutup seluruh kaki bahkan bisa
sampai betis apabila gaun yang digunakan tidak mampu menutup
sampai ke bawah.
5. Pengelolaan Limbah.
a. Pengertian
Limbah Klinik Polres Badung adalah semua limbah yang dihasilkan dari
kegiatan Klinik Polres Badung dalam bentuk padat, cair dan gas.
• Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi dengan darah,
cairan tubuh pasien, ekskresi, sekresi yang dapat menularkan kepada
orang lain. Contoh sampel laboratorium, limbah patologis (jaringan,
organ, bagian tubuh, cairan tubuh, produk darah.
• Limbah non infeksius adalah semua limbah yang tidak
terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi dan eksresi. Limbah ini
dapat berupa kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik
yang tidak berkontak dengan cairan tubuh atau bahan infeksius.
• Limbah benda tajam adalah limbah yang memiliki sudut tajam, sisi,
ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit
seperti jarum suntik, pisau bedah.
b. Tujuan Pengelolaan Limbah
• Melindungi petugas pembuangan limbah dari perlukaan.
• Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan.
• Mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya.
• Membuang bahan-bahan berbahaya (bahan toksik dan radioaktif)
dengan aman.
c. Pengelolaan Limbah
Pengelolaan limbah dilakukan sebagai berikut :
• Identifikasi Limbah
− Limbah benda Tajam
− Limbah Infeksius
− Limbah Non infeksius
• Pemisahan
− Pemisahan dimulai dari awal penghasil limbah
− Pisahkan limbah sesuai dengan jenis limbah
− Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya
• Labeling
− Limbah padat infeksius
o Plastik kantong kuning
o Kantong warna lain tapi diikat tali warna kuning
− Limbah padat non infeksius
o Plastik kantong warna hitam
− Limbah benda tajam
o Wadah tahan tusuk dan air
• Packing
− Tempat dalam wadah limbah tertutup
− Tutup mudah dibuka, sebaiknya bisa dengan menggunakan kaki
− Kontainer dalam keadaan bersih
− Kontainer terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan tidak
berkarat.
− Tempatkan setiap kontainer limbah pada jarak 10 – 20 meter.
− Ikat limbah jika sudah terisi ¾ penuh
− Kontainer limbah harus dicuci setiap hari
• Penyimpanan
− Simpan limbah ditempat penampungan sementara khusus
− Tempatkan limbah dalam kantong plastik dan ikat dengan kuat
− Beri label pada kantong plastik limbah.
− Setiap hari limbah diangkat dari tempat penampungan
sementara.
− Mengangkut limbah harus menggunakan kereta dorong khusus
− Kereta dorong harus kuat, mudah dibersihkan, tertutup
− Tidak boleh ada yang tercecer
− Gunakan alat pelindung diri ketika menangani limbah
− Tempat penampungan sementara harus di area terbuka,
terjangkau (oleh kendaraan), aman dan selalu dijaga
kebersihannya dan kondisi kering
• Pengangkutan (dilakukan oleh pihak ke tiga)
− Mengangkut limbah harus menggunakan kereta dorong khusus.
− Kereta dorong harus kuat, mudah dibersihkan, tertutup
− Tidak boleh ada yang tercecer
− Gunakan alat pelindung diri ketika menangani limbah.
• Treatment
− Limbah infeksius dimasukan dalam incinerator.
− Limbah non infeksius di bawa ke tempat pembuangan limbah
umum
− Limbah benda tajam dimasukkan dalam incinerator
− Limbah feces, urine ke dalam WC.
6. Pengelolaan Linen
Pengelolaan linen meliputi pengumpulan, pengangkutan, pemilahan, dan
pencucian linen yang sesuai dengan prinsip dan standar PPI.
Tangani linen yang sudah digunakan dengan hati-hati dengan menggunakan
APD yang sesuai dan membersihkan tangan secara teratur. Resiko terpajan atau
mengalami ISPA akibat membawa linen yang sudah digunakan relative kecil.
- Prinsip Umum
• Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukkan ke dalam
kantong atau wadah yang tidak rusak saat diangkut.
• Pengantongan ganda tidak diperlukan untuk linen yang sudah
dugunakan.
- Pengelolaan Linen
• Mengangkat linen dari tempat tidur pasien, dan letakkan di trolley
linen dan melakukan pemilahan antara linen infeksius dan non
infeksius
• Memilah linen menjadi linen infeksius dan non infeksius. Linen
infeksius dimasukkan ke dalam kantong plastic warna kuning, linen
non infeksius dimasukkan ke dalam kantong plastic warna hitam
• Linen yang sudah digunakan harus dibawa dengan hati-hati untuk
mencegah kontaminasi permukaan lingkungan atau orang-orang
disekitarnya.
• Jangan memilah linen di tempat perawatan pasien.
• Linen yang sudah digunakan, harus dicuci sesuai prosedur
pencucian biasa.
• Cuci dan keringkan linen sesuai dengan standard dan prosedur tetap
fasilitas pelayanan kesehatan.
Petugas, pasien dan pengunjung dengan gejala infeksi saluran nafas, harus
melaksanakan dan mematuhi langkah-langkah sebagai berikut
D. Survailans
a. Pengertian
Suatu proses yang dimanis, sistematis, terus-menerus, dalam pengumpulan,
identifikasi, analisis dan interpretasi dari data kesehatan yang penting pada
suatu populasi spesifik yang dideminasikan secara berkala kepada pihak-pihak
yang memerlukan untuk digunakan dalam perencanaan, penerapan dan evaluasi
suatu tindakan yang berhubungan dengan kesehatan dalam upaya penilaian
HAIs.
b. Tujuan Surveilans
Mendapatkan data dasar infeksi di pelayanan, untuk menurunkan laju infeksi
yang terjadi, identifikasi dini Kejadian Luar Biasa (KLB) infeksi di FKTP. Selain itu
sebagai bahan informasi untuk menyakinkan tenaga kesehatan tentang adanya
masalah yang memerlukan penanggulangan, mengukur dan menilai
keberhasilan suatu program PPI, memenuhi standar mutu pelayanan medis dan
keperawatan, dan salah satu unsur pendukung untuk memenuhi standar
penilaian akreditasi di fasilitas pelayanan kesehatan.
c. Sasaran
a. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Infeksi yang terjadi akibat penggunaan indwelling kateter dalam kurun waktu
2 x 24 jam ditemukan tanda-tanda infeksi : demam (> 38C), disuria, nyeri
supra pubik, urine berubah warna dan pada anak-anak (hipotermia < 37C,
bradikardia, apneu) serta test konfirmasi laboratorium positif bakteri.
b. Infeksi Daerah Operasi (IDO)
Infeksi yang terjadi pasca operasi dalam kurun waktu 30 hari dan infeksi
tersebut hanya melibatkan kulit dan jaringan subkutan pada tempat insisi
dengan setidaknya ditemukan salah satu tanda :
1) Gejala infeksi : kemerahan, panas, bengkak, nyeri, fungsi laesa
terganggu
2) Cairan purulen
3) Ditemukan kuman dari cairan atau tanda dari jaringan superfisial
c. Plebitis
Inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun mekanik. Tanda
klinis adanya daerah yang merah pada sekitar insisi, nyeri dan
pembengkakan di daerah penusukan atau sepanjang pembuluh darah vena.
d. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
Infeksi yang terjadi setelah tindakan imunisasi yang diberikan secara
penyuntikan, dimana ditemukan tanda-tanda infeksi antara lain :
e. Gejala KIPI Ringan :
1) Nyeri
2) Kemerahan dan bengkak di daerah tubuh yang mengalami injeksi pasca
imunisai
3) Gatal
4) Demam
5) Sakit kepala
6) Lemas
f. Gejala KIPI Berat :
1) Alergi berat
2) Jumlah trombosit menurun
3) Kejang
4) Hipotoria atau sindrom bayi lemas
g. Abses gigi
Terbentuknya kantung atau benjolan berisi nanah pada gigi, disebabkan
oleh infeksi bakteri. Kondisi ini bisa muncul di sekitar akar gigi maupun di
gusi ditandai dengan demam, gusi bengkak, rasa sakit saat mengunyah dan
menggigit, sakit gigi menyebar ke telinga, rahang, dan leher, bau mulut,
kemerahan dan pembengkakan pada wajah.
d. Penetapan Numerator dan Deminator
a. Numerator adalah jumlah kejadian infeksi akibat penggunaan alat kesehatan
dan prosedur pelayanan kesehatan dalam kurun waktu tertentu (bulan, tri
wulan, semester dan tahunan).
b. Denominator adalah jumlah hari terpasang alat kesehatan atau jumlah
pasien yang mendapatkan tindakan medis dalam kurun waktu tertentu
(bulan, tri wulan, semester dan tahunan)
e. Tahapan Surveilans
a. Perencanaan
1) Persiapan : buat panduan, SOP, metode, formulir dan tetapkan waktu
pelaksanaan surveilans.
2) Tentukan populasi pasien yang akan dilakukan survei apakah semua
pasien/sekelompok pasien/pasien yang berisiko tinggi saja
3) Lakukan seleksi hasil surveilans dengan pertimbangan kejadian paling
sering/dampak biaya/diagnosis yang paling sering.
4) Gunakan definisi infeksi yang mengacu atau ditetapkan oleh antara lain
Nosocomial Infection Surveillance System (NISS), Nation Health Safety
Network (NHSN), Center for Disease Control (CDC), Kementerian
Kesehatan
b. Pengumpulan data
Lakukan pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung di lapangan
oleh anggota tim yang berada di unit masing-masing atau orang yang
ditunjuk sebagai pengumpul data (metode observasi langsung merupakan
gold standard)
c. Analisis
1) Analisis data dilihat dari data yang dicatat secara manual dalam formulir
surveilans atau jika memungkinkan dicatat dalam sistem informasi
fasilitas pelayanan kesehatan berbasis computer
2) Untuk mengetahui besaran masalah infeksi digunakan perhitungan
insiden rate (angka kejadian infeksi), sebagai berikut :
Numerator
x K (100 atau 1000) = ………%
Denominator
Contoh 2 :
Jumlah ISK
x 1000 = …..%
Jumlah hari terpasang kateter urine
4. Pengelolaan Limbah
Pengelolaan Limbah Medis
Panduan Pengelolaan Limbah Medis dipakai sebagai acuan dalam
penerapan pengelolaan limbah medis di Klinik Polres Badung , meliputi :
a. Unit Gawat Darurat
b. Klinik Umum
c. Klinik Gigi
d. Unit Farmasi
• Pengelolaan limbah infeksius
Pengelolaan limbah infeksius di Klinik Polres Badung meliputi :
a. Limbah infeksius dimasukkan ke dalam tong sampah berwarna biru
yang tertutup dengan kode infeksius/medis. Didalamnya dipasang
kantong warna kuning.
b. Penempatan limbah infeksius diletakkan dekat dengan area tindakan
atau prosedur tindakan yang dikerjakan.
c. Limbah infeksius jika sudah menempati ¾ kantong sampah segera
diangkat dan diikat kuat, selanjutnya dibawa ke tempat penampungan
sementara.
d. Pembuangan akhir limbah infeksius bekerjasama dengan pihak kedua
• Pengelolaan Limbah Non Infeksius
a. Limbah non infeksius ditempatkan di dalam tong sampah yang tertutup
dan didalamnya diberi kantong plastik warna hitam dan diberi label
limbah non infeksius.
b. Limbah non infeksius harus diangkat dan dikosongkan setelah
menempati ¾ kantong plastikkemudian diikat untuk dibawa ke tempat
penampungan sementara.
c. Pembuangan akhir limbah non infeksius dibuang di tempat pembuangan
akhir (TPA) yang sudah ditentukan oleh pihak pemerintah daerah.
• Pengelolaan limbah benda tajam
a. Limbah benda tajam dimasukkan kedalam kotak benda tajam (safety
box) yang kuat dan tahan air, tahan tusukan, berwarna kuning atau
kotak benda tajam yang diberi label limbah benda tajam
b. Penempatan safety box pada daerah yang aman dan mudah dijangkau.
c. Pembuangan safety box dilakukan setelah kotak terisi 2/3 dengan
menutup rapat permukaan lubang safety box agar jarum tidak dapat
keluar.
d. Pengambilan akhir limbah benda tajam dilakukan dengan pihak ketiga.
5. Penatalaksanaan Linen
Pengelolaan linen meliputi pengumpulan, pengangkutan, pemilahan dan
pencucian linen yang sesuai dengan prinsip dan standar PPI
Prosedur pengelolaan linen di Klinik Polres Badung : Petugas menggunakan
APD: topi, apron/celemek, masker, sarung tangan dan sepatu boot untuk
melindungi kontaminasi dari paparan cairan atau percikan yang mengenai
pakaian dan tubuh petugas
a. Kumpulkan linen kotor sedemikian rupa untuk mencegah kontaminasi
lingkungan
b. Membedakan troli untuk linen kotor, linen infeksius atau linen bersih
c. Pencucian linen kotor dilakukan berbeda dengan linen infeksius
menggunakan mesin cuci yang berbeda.
d. Syarat pencucian linen kotor dan infeksius adalah sebagai berikut
- Tersedia air bersih mengalir dan jika tersedia air panas lakukan
pencucian dengan suhi 70°C dalam waktu 25 menit atau 95°C
dalam waktu 10 menit dengan menggunakan detergen
- Jika tidak tersedia air panas maka pencucian linen infeksius dapat
menggunakan detergen dengan menambahkan cairan desinfektan
(bleaching atau pemutih dengan pengenceran 1:99 cc air)
- Proses pengeringan dilakukan dengan mesin cuci, jika dilakukan
proses pengeringan manual maka saat menjemur cucian harus
dintempat yang beratap (tertutup) untuk menghindari kontaminasi
debu atau kotoran
e. Pelipatan hasil cucian jika dilakukan secara manual dilakukan di meja
khusus, bukan dilantai
f. Penyimpanan linen bersih atau linen steril disimpan di lemari kering,
bersih, pada lemari tertutup dan tidak tercampur dengan peralatan lain
6. Perlindungan kesehatan petugas
Perlindungan kesehatan terhadap petugas bertujuan melindungi
keselamatan petugas sebagai orang yang paling beresiko terpapar penyakit
infeksi. Pelaksanaan perlindungan kesehatan petugas di Klinik Polres
Badung adalah
a. Pemeriksaan kesehatan berkala bagi karyawan/ personel Klinik Polres
Badung dilakukan sekurang-kurangnya satu tahun sekali.
b. Pemeriksaan kesehatan berkala meliputi pemeriksaan fisik lengkap dan
laboratorium (darah lengkap, urine lengkap)
c. Dalam hal ditemukan kelainan atau gangguan kesehatan karyawan/
personel pada pemeriksaan berkala, petugas wajib mengadakan follow
up (tindak lanjut) untuk memperbaiki kelainan - kelainan tersebut dan
sebab - sebabnya untuk menjamin terselenggaranya keselamatan dan
kesehatan kerja.
d. Apabila diperlukan Kepala Klinik Polres Badung dapat menunjuk pasien
ke pusat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
e. Bagian unit rikkes mengumpulkan dan merekap hasil pemeriksaan
kesehatan berkala.
PIMPINAN KLINIK
Tanggung jawab :
Menyelesaikan tugas dan aktivitas sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan serta meningkatkan kinerja dan perkembangan Klinik Polres
Badung .
Wewenang :
1. Mengawasi, memberikan petunjuk dan arahan terhadap Unit terkait dalam
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
2. Memberikan teguran, motivasi kepada unit terkait terhadap kedisiplinan
petugas dalam menjalankan PPI.
3. Meminta data dan informasi dari unit terkait yang berhubungan dengan
kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
4. Memberikan rekomendasi unit terkait dalam pelayanan yang berhubungan
dengan PPI.
Tanggung jawab :
a. Melakukan monitoring pencegahan dan pengendalian infeksi,membuat
laporan surveilans dan melaporkan ke Ketua Tim PPI
b. Menyelesaikan tugas dan aktivitas sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Meningkatkan kinerja dan perkembangan di bidang Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi.
c. Memberikan motivasi dan teguran tentang kepatuhan dalam pelaksanaan
pencegahan dan pengendalian infeksi pada unit terkait.
d. Melakukan monitor dan memberikan teguran unit kerja dalam kesesuaian
pembuangan sampah, pengelolaan gizi, pelaksanaan cuci tangan,
ketersediaan APD, kedisplinan pemakaian APD, penanganan peralatan,
pemberian obat dan pengelolaan linen yang berhubungan dengan kegiatan
PPI di unit terkait
e. Memonitor penyediaan sarana terkait PPI di unit terkait dan menjalankan
standar isolasi
f. Mengisi dan mengumpulkan formulir surveillans unit terkait, kemudian
menyerahkan kepada ketua tim ppi di unit
Wewenang :
a. Membantu Ketua Tim PPI dalam menyusun rencana pelayanan.
b. Berdiskusi, memberi usulan kepada Ketua tim PPI atau petugas pemberi
pelayanan terkait.
c. Memberikan rekomendasi unit terkait dalam pelaksaan pelayanan yang
berhubungan dengan PPI.
d. Melakukan audit sewaktu-waktu untuk mengevaluasi pelayanan yang
berhubungan dengan PPI dan memberikan laporan perihal pelayanan pasien
dan kendala yang ada kepada atasan.
e. Mengadakan atau mengikuti rapat yang bertujuan untuk meningkatkan
koordinasi pelayanan baik di unit terkait maupun rapat lintas unit
f. Sebagai pengawas pelaksanaan dalam upaya pencegahan infeksi.
g. Mengusulkan pada atasan pemberian reward atau punishment yang berkaitan
dengan kedisiplinan petugas dalam menjalankan PPI
h. Memberi masukan dan pendapat terkait pengembangan prosedur pelayanan
i. Mengisi dan mengumpulkan formulir surveillans unit terkait, kemudian
menyerahkan kepada ketua tim ppi di unit
BAB VII
KEGIATAN
4. ACT 1. PLAN
a. Mengambil tindakan a. menetapkan tujuan
yang tepat dan sasaran
d. Evaluasi
3. CHECK
2. DO
Memeriksa akibat
Melaksanaan
pelaksanaan
pekerjaan
BAB IX
PENCATATAN DAN PELAPORAN
1. Pencatatan
Pencatatan adalah pengisisian formulir yang dilakukan sebagai pencatatan kejadian
infeksi Klinik Polres Badung , pencatatan petugas terpajan, pencatatan terhadap
pemantauan kepatuhan petugas cuci tangan dan menggunakan APD serta pencatatan
pada hasil monitoring pelaksanaan kebijakan/SPO PPI di Klinik Polres Badung dengan
menggunakan:
• Form Laporan Pemantauan Infeksi
• Form pemantauan petugas terpajan
• Form audit cuci tangan dan penggunaan APD
• Daftar tilik PPI
2. Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan
Laporan kegiatan merupakan laporan internal yang terbagi secara periodik yaitu
laporan yang dibuat setiap 6 bulan sekali dala m setahun yang mencakup :
• Laporan pencapaian tentang surveilans PPI, audit kepatuhan kebersihan tangan
dan penggunaan APD, pembuangan sampah infeksius
a. Laporan tahunan adalah gabungan laporan per 6 bulan yang digabungkan tentang
semua pelaksanaan program PPI dan pencapaiannya
Setiap kegiatan program dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan monitoring
evaluasi, yang semua itu dilaporkan kepadakepala klinik dan di desiminasikan
kepada seluruh ruangan yang berkepentingan disertai dengan rekomendasi untuk
perbaikan klinik secara keseluruhan.
BAB X
MONITORING DAN EVALUASI
1. Kepala klinik secara berkala melakukan monitoring dan evaluasi program Pencegahan
dan pengendalian infeksi yang dilaksanakan oleh Unit Kerja Pencegahan dan
pengendalian infeksi
2. Tim Pencegahan dan pengendalian infeksi Klinik secara berkala (paling lama 2 tahun)
melakukan evaluasi pedoman, kebijakan dan prosedur Pencegahan dan pengendalian
infeksi.
3. Tim Pencegahan dan pengendalian infeksi melakukan evaluasi kegiatan setiap 6 bulan
dan membuat tindak lanjutnya Kepala Klinik secara berkala wajib melakukan
pembinaan, pengawasan dan evaluasi kegiatan Pencegahan dan pengendalian
infeksiyang dilaksanakan. Dalam rangka penyelenggaraan Pencegahan dan
pengendalian infeksi, Klinik wajib:
a. Membentuk Tim pencegahan dan pengendalian infeksi yang ditetapkan oleh
kepala Klinik sebagai pelaksana kegiatan keselamatan pasien.
b. Menerapkan kewaspadaan Standar.
c. Mengupayakan pemenuhan pencegahan pengendalian infeksi.
d. Melaksanakan sistem pelaporan yang dilakukan di internal Klinik dan
kepada PMKP.
BAB XI
PENUTUP
Alur Pelaporan
KETUA KESELA
UNIT/ KETUA DIREKSI
DEPT/ PPI MATAN
PPI
INST/ DI UNIT PASIEN
CHAMPION
Atasan
Langsung
Tangani
Segera
Feed
Back Pembelajaran/ Laporan Laporan
ke Rekomendasi
Unit/
ruang
Lampiran.1: Formulir Laporan
FORMULIR LAPORAN KEJADIAN INFEKSI
Klinik Polres Badung
INTERNAL
I. DATA
Nama : ……………………………………………………………………..
No. MR : ………………………….Ruangan……………………………….
Umur : 0-1 Bulan > 1 Bulan – 1 Tahun
> 1 Tahun – 5 Tahun > 5 Tahun – 15 Tahun
> 15 Tahun – 30 Tahun > 30 Tahun – 65 Tahun
> 65 Tahun