Anda di halaman 1dari 23

PANDUAN ICRA HAIs

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


(PPI)

UPTD RSUD SAGARANTEN KABUPATEN SUKABUMI


Kp. Cigadog RT 025 RW 006 Desa Sagaranten (0266)6345422
email : sagarantenrsud@gmail.com
Kecamatan Sagaranten – Kabupaten Sukabumi 43181
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan
petunjuk-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Panduan ICRA HAIs di UPTD
RSUD Sagaranten.
Panduan ini merupakan petunjuk teknis pelayanan dalam bidang Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit yang dapat digunakan dengan mudah dan
benar disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan yang terjadi.
Harapan kami Panduan ICRA HAIs di Rumah Sakit ini dapat membantu
karyawan Rumah Sakit dalam menjalankan tugasnya sehari-hari.
Panduan ICRA HAIs di Rumah Sakit ini disusun dengan itikad baik yang
terkandung di dalamnya guna meningkatkan mutu pelayanan kami terhadap pasien
walaupun masih jauh dari sempurna. Namun tidak lupa kami mengharapkan
masukan kritik, dan saran yang membangun untuk perbaikan panduan ini pada edisi
berikutnya.
Sekian dan terimakasih.

Sagaranten, 01 Juli 2022


Komite PPIRS
PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI
DINAS KESEHATAN
UPTD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAGARANTEN
Badan Layanan Umum Daerah
Kp. Cigadog RT 025 RW 006 Desa Sagaranten (0266)6345422
e-mail : sagarantenrsud@gmail.com
Kecamatan Sagaranten – Kabupaten Sukabumi 43181

NOMOR :

TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN ICRA HAIs DI UPTD RSUD SAGARANTEN

DIREKTUR UPTD RSUD SAGARANTEN

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan perlu dilaksanakan


kajian Infection Control Risk Asessement (ICRA) Healthcare-
associated infections (HAIs) ;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut, maka perlu adanya
pemberlakuan panduan Infection Control Risk Asessement
(ICRA) Healthcare-associated infections (HAIs) di RSUD
Sagaranten;
c. bahwa berdasarkan butir (a) dan (b), perlu untuk ditetapkan
dengan Keputusan Direktur UPTD RSUD Sagaranten.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Undang-Undang Nomor 29 tahun 2014 tentang Praktik
Kedokteran;
3. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit;
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI no 27 tahun 2017 Tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan
6. Kesehatan.Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
270/Menkes/ Per/III/2007 tentang Pedoman Manajerian
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas Kesehatan Lainnya;
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 382/Menkes/
SK/III/2007 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR UPTD RSUD SAGARANTEN


TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN ICRA HAIs DI UPTD
RSUD SAGARANTEN
KESATU : Semua pihak yang terkait wajib menjalankan perannya dengan
penuh dedikasi dan tanggung jawab sesuai tugas dan fungsinya
masing. Sehingga tercipta kondisi yang diharapkan yaitu
meminimalkan risiko terjadinya infeksi di rumah sakit
KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Sagaranten
Pada Tanggal : 01 Juli 2022
DIREKTUR

dr. Hikmat Gumelar


NIP. 198704302014121001
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
SURAT KEPUTUSAN PEMBERLAKUAN PANDUAN ............................. iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1


BAB II RUANG LINGKUP ................................................................. 3
BAB III KEBIJAKAN …………………………………………………….. 7
BAB IV TATALAKSANA ..................................................................... 8
BAB V DOKUMENTASI .................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ICRA (Infection Control Risk Assesment) adalah Proses


multidisiplin yang berfokus pada pengurangan infeksi, pendokumentasian
dengan mempertimbangkan populasi pasien, fasilitas dan program yang
berfokus pada pe-ngurangan risiko infeksi melalui tahapan perencanaan
fasilitas, desain, konstruksi, renovasi, pe-meliharaan fasilitas, dan disertai
dengan pengetahuan tentang infeksi, agen infeksi, dan ling-kungan perawatan,
yang memungkinkan organisasi untuk mengantisipasi dampak potensial. ICRA
mempunyai tujuan untuk mencegah dan mengurangi risiko terjadinya HAI’s
pada pasien, petugas dan pengunjung di rumah sakit dengan cara :

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Berfokus pada pe-ngurangan risiko infeksi melalui tahapan
perencanaan fasilitas, desain, konstruksi, renovasi, pemeliharaan
fasilitas, dan disertai dengan pengetahuan tentang infeksi, agen infeksi,
dan ling-kungan perawatan, yang memungkinkan organisasi untuk
mengantisipasi dampak potensial

2. Tujuan Khusus
1. Mencegah dan mengontrol frekuensi dan dampak risiko terhadap :
a. Paparan kuman patogen melalui petugas, pasien dan pengunjung
b. Penularan melalui tindakan /prosedur invasif yang dilakukan baik
melalui peralatan, tehnik pemasangan, ataupun perawatan
terhadap risiko infeksi (HAIs).
2. Melakukan penilaian terhadap masalah yang ada agar dapat ditindak
lanjuti berdasarkan hasil penilaian skala prioritas.
C. Dasar Hukum
1. Undang – undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang – undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor : PER 08/MEN/VII/ 2010 tentang alat Pelindung Diri
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI no 27 tahun 2017 Tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

D. Sasaran

1. Dewan Direksi RSUD Sagaranten


2. Komite Medik,
3. Pejabat struktural dan fungsional
4. Semua staf di lingkungan RSUD Sagaranten
5. Semua pasien RSUD Sagaranten
6. Semua pengunjung RSUD Sagaranten
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Pengertian

ICRA HAIs bertujuan untuk mencegah dan mengurangi resiko terjadinya


infeksi nosokomial di rumah sakit. Panduan ini memberikan petunjuk
pelaksanaan bagi petugas di Rumah Sakit Brayat Minulya Surakarta dalam
mengidentifikasi resiko infeksi yang didapat pasien saat dirawat di rumah sakit
yaitu Infeksi Daerah Operasi, Infeksi Aliran Darah Perifer / Phlebitis, Infeksi
Saluran Kencing, Infeksi saluran cerna, infeksi saluran nafas, dan Dekubitus.

B. Infeksi Luka Operasi


1. Klasifikasi :
a. Operasi Bersih
 Pra bedah tanpa peradangan
 Tidak membuka :
 Traktus respiratorus
 Traktus Gastrointestinal
 Traktus orofaring
 Traktus urinarius
 Traktus bilier
 Berencana / elektif
b. Operasi Bersih Terkontaminasi
 Membuka ;
 Traktus Digestivus
 Traktus bilier
 Traktus urinarius
 Traktus respiratorius s/d orofaring
 Traktus reproduksi, kecuali ovarium
 Tanpa perencanaan nyata
c. Operasi Kotor
 Pada perforasi:
 Traktus digestivus
 Traktus urogenitalis
 Traktus respiratorius
 Melewati daerah purulent
 Luka terbuka lebih dari 6 jam
 Terdapat jaringan non vital yang kotor dan luas
 Ditetapkan oleh dokter
2. Batasan IDO
Bila terdapat 2-3 dari keadaan luka tersebut dibawah ini :
1) Suhu lebih dari 38 ºC
2) Kemerahan
3) Bengkak
4) Pus
5) Perforasi
6) Abses
7) Biakan kuman positip
8) Fistula
9) Drainase

C. Infeksi Saluran Kencing


Seorang penderita dikatakan mendapat infeksi saluran kemih bila
didapatkan tanda-tanda sebagai berikut:
a. Adanya pemasangan kateter urin
b. Demam lebih dari 38ºC
c. Anyang-anyangen
d. Nyeri supra pubik
e. Nyeri saat berkemih/BAK
f. Urin keruh
g. Biakan urin ≥ 10 ⁵ kuman / ml, dengan jenis kuman tidak lebih dari
2
h. Leukosit esterzse positip
 ≥ 10 leukosit/ ml
 ≥ 3 leukosit / LPB
i. Pewarnaan gram positip
j. Didiagnosis ISK oleh dokter
k. Sebelumnya tidak ISK.

D. Iadp Dan Plebitis


i. Definisi : infeksi aliran darah yang timbul tanpa ada organ atau jaringan
lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi
ii. Batasan
Terdapat 2-3 tanda sebagai berikut
a. Adanya pemasangan infuse
b. Nyeri
c. Merah
d. Bengkak
e. Pus
f. Suhu ≥ 39 ºC
g. Menggigil
h. Biakan darah positip.

E. Infeksi Saluran Cerna


i. Definisi : adalah sindrom gastroenteritis yang disebabkan oleh infeksi
mikroorganisme atau produknya di saluran cerna, Mikroorganisme tersebut
dapat berupa : virus, riketsia, bakteri, protozoa, jamur atau parasit usus.
ii. Batasan
Terdapat 2-3 tanda sebagai berikut:
a. Terjadi setelah 2-3 hari setelah dirawat di Rumah Sakit
b. Diare akut lebih dari 12 jam
c. Demam > 38 o C
d. Mual
e. Muntah
f. Nyeri perut
g. Sakit kepala
h. Kembung
i. Biakan tinja positip

F. Infeksi Saluran Napas


Seorang penderita dikatakan menderita infeksi saluran napas apabila didapatkan
:
a. Ada atau tidak adanya pemasangan Ventilator
b. Demam > 38 O C
c. Sekresi dahak purulent
d. Foto Thorak terdapat infiltrate
e. Ronchi basah
f. Produksi dan sekresi dahak meningkat
g. Isolasi kuman pada biakan darah meningkat
h. Kultur aspirat ada hasil kuman baru

G. Dekubitus
i. Pengertian : luka pada kulit dan atau jaringan dibawahnya yang terjadi di
Rumah sakit karena tekanan yang terus menerus akibat tirah baring yang
terjadi > 2 x 24 jam
Tirah Baring : berbaring total / tidak dapat gerak dan bukan karena instruksi
pengobatan
ii. Batasan
Terdapat 2-3 tanda dibawah ini :
- kemerahan
- nyeri tekan
- atau bengkak pada pinggir luka dekubitus
- Biakan cairan atau darah positip

iii. Derajat Dekubitus


Derajat 1 : Kulit Intak,warna pucat,bila tekanan dihilangkan kulit kembali
normal
Derajat 2 : Kulit luka sampai dengan jaringan subkutis,Kadang didapatkan
pus
Derajat 3 : Kerusakan sampai dengan otot,ulkus menggaung,sering
ditemukan pus
Derajat 4 : Luka mencapai kedalaman tulang,ditemukan pus
BAB III
KEBIJAKAN

 Sesuai dengan peraturan Direktur UPTD RSUD Sagaranten Nomor Tentang


Pelayanan Komite PPI
 Sesuai dengan peraturan Direktur UPTD RSUD Sagaranten Nomor Tentang
Panduan surevilans PPI
 Sesuai dengan peraturan Direktur UPTD RSUD Sagaranten Nomor Tentang
Program PPI
BAB IV
TATALAKSANA

Langkah dalam menyusun ICRA HAIs di RSUD Sagaranten adalah sebagai berikut:
1. Pengkajian Resiko
• Mengidentifikasi risiko untuk mendapat data transmisi infeksi berdasar
– Lokasi geografi, masyarakat dan populasi yang dilayani
– Perawatan, pegobatan, dan pelayanan yang tersedia
– Analisis aktivitas surveilans dan data infeksi lain
• Mengidentifikasi risiko secara berkala / tahunan dan apabila muncul masalah
bermakna
• Pengkajian risiko didapat dari asupan interdisiplin
– Pimpinan
– Anggota Komite PPIRS, IPCN / IPCN-link
– Staf medik
– Perawat
– Lain-lain
• Buat daftar skala prioritas dan dokumentasikan
• Membuat laporan data Surveylans, dibuat grafik.

A. Proses Pengkajian Risiko


• Rekruitmen tim
• Penyebaran informasi sebelum pelaksanaan
– Masalah Pencegahan dan pengendalian infeksi apa yang paling
penting ?
– Apa indikasi kunjungan rawat, rawat inap, dan prosedur apa yang
paling sering?
B. Tim Pengkaji Risiko
 Komite Mutu
 Komite PPI RSUD Sagaranten
 IPCO/IPCN/IPCLN
 Petugas kesehatan lain
 Staf medik
 Bidang Keperawatan
 Bidang Teknik
 Administrasi
 Kamar Operasi
 Unit Produksi Makanan
 Unit Pelayanan Laundri
 Unit Perawatan Intensif
 Unit rawat jalan
 Unit Sanitasi dan lingkungan
 Instalasi Sterilisasi Pusat
 Instalasi Laboratorium
 Instalasi Farmasi
 Instalasi Jenazah
 Koordinator lain yang diperlukan

C. Pertemuan Kajian Risiko


 Prioritas risiko
 Menentukan renstra
 Evaluasi Organisasi
 Tentukan faktor-faktor risiko
 Karakteristik yang meningkatkan risiko infeksi
 Karakteristik yang mengurangi risiko infeksi
 Penyusunan formulir
 Dapatkan asupan pada pertemuan untuk kelengkapan formulir
 Termasuk temuan dalam kajian risiko
Faktor-faktor risiko tersebut adalah:
 Geografi dan lingkungan
 Karakteristik populasi
 Infeksi area endemik
 Area lain yang terkait risiko
 Karakteristik perawatan medis
 Pelayanan yang tersedia

D. Risiko External

 Bencana alam : banjir, gempa, dll


 Kecelakaan massal : Kereta api , bus, dll
 Kejadian KLB dikomunitas yg berhubungan dengan penyakit menular :
1. TBC, Emerging Desease
2. Penyakit lain yg berhubungan dengan kontaminasi pada makanan, air
seperti hepatitis A dan salmonela

E. Risiko Internal
1. Pasien
a. Karakteristik pasien
• Perempuan, anak-anak
• Perawatan akut pada pasien dewasa
• Populasi kebutuhan khusus
• Perawatan jangka panjang
• Rehabilitasi
b. Usia pasien :
Anak-anak, dewasa dan lansia
• status imunologi
• penyakit yg berhubungan dengan isu-isu gaya hidup
• manula yang sakit cendrung akan mengalami perubahan pola pikir
dan kemudian sakit-sakitan
2. Risiko terkait peralatan
Pembersihan, desinfektan dan sterilisasi untuk proses peralatan :
 Instrumen bedah
 Prostesa
 Pemrosesan alat sekali pakai
 Pembungkusan kembali alat
 Peralatan yang dipakai
3. Risiko terhadap petugas kesehatan
 Kebiasaan kesehatan perorangan.
 Budaya keyakinan tentang penyakit menular
 Pemahaman tentang pencegahan dan penularan penyakit
 Tingkat kepatuhan dalam mencegah infeksi (HH, pemakaian APD,
penanganan peralatan pasien, tehnik isolasi, dll)
 Skrening yg tidak adekuat terhadap penyakit menular
 Kejadian Nedle Stik Injury
4. Risiko yg terkait pelaksanaan prosedur
 Prosedur invasif yang dilakukan
 Peralatan yang dipakai
 Pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan suatu tindakan
 Persiapan pasien yang memadai
 Kepatuhan terhadap tehnik pencegahan yang direkomendasikan
5. Lingkungan
 Pembangunan
 Kelengkapan peralatan
 Pembersihan
Kelompok risiko, antara lain:
 Organisme resisten antibiotik
 Kegagalan aktivitas pencegahan
 Aktivitas Isolasi
 Kebijakan dan prosedur
 Kesiapan pandemic-prone acute respitatory infections
 Lingkungan
 Kesehatan petugas
 Lain-lain
2. Tentukan tiga hal untuk tiap faktor risiko
– Probabilitas/kemungkinan terjadinya kejadian
– Dampak/keparahan
– Sistem yang berlangsung saat ini

Hal-hal yang harus dipertimbangkan


• Risiko yang sudah diketahui
• Data sebelumnya
• Kajian literatur
Hal-hal yang harus dipertimbangkan:
Dampak
• Ancaman kehidupan dan atau kesehatan
• Terganggunya pelayanan
• Kehilangan fungsi
• Menurunnya kepercayaan masyarakat
• Pengaruh terhadap anggaran
• Isu-isu legal
• Dampak peraturan
• Standar / kebutuhan
Sistem yang berlaku saat ini
• Kebijakan dan prosedur terkini
• Implementasi rencana/program
• Pelatihan
• Pengukuran outcome atau proses
• Ketersediaan sistem back up
• Sumber dari masyarakat / kesehatan masyarakat
• Cara menguji
– Tidak ada jawaban benar/salah
– Utamakan diskusi
– Mendorong kelompok untuk mencapai kesepakatan bersama / konsensus
– Mengarahkan kelompok pada target
– Harus konsisten
– Membahas seluruh daftar risiko
• Skala Prioritas
– Urut risiko dengan menggunakan skor risiko
– Prioritas tiap organisasi akan berbeda

3. Nilai tertinggi dari grading menjadi prioritas masalah


SISTEM YANG ADA

TK
DESKRIPSI KEGIATAN
RESIKO
1 SOLID PERATURAN ADA, FASILITAS ADA, SELALU
DILAK- SANAKAN
2 GOOD PERATURAN ADA, FASILITAS ADA, TIDAK
SELALU DILAKUKAN
3 FAIR PERATURAN ADA, FASILITAS ADA, TIDAK DI
LA KU DILAKUKAN
4 POOR PERATURAN ADA, FASILITAS TIDAK ADA,
TIDAK DILAKSANAKAN
5 NONE TIDAK ADA PERATURAN
BAB V
DOKUMENTASI

Dokumentasi dilakukan oleh Sekretaris komite PPI, IPCN dan Tim yang
direkruitmen, antara lain berupa:
 Undangan pertemuan ICRA HAI’s
 Hasil rapat Tim
 Hasil data surveilans
 Hasil pengkajian resiko
 Laporan ke Direktur
 Laporan ke unit terkait

Anda mungkin juga menyukai