Anda di halaman 1dari 28

1

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


DAERAH SUMATERA SELATAN
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MOHAMAD HASAN

PEDOMAN PENGORGANISASIAN PPI


(PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI)

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MOHAMAD HASAN


TAHUN 2022
2

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


DAERAH SUMATERA SELATAN
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MOHAMAD HASAN

KEPUTUSAN KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MOHAMAD HASAN


Nomor: Kep / 187 / I / 2021
Tentang
PEMBERLAKUAN PEDOMAN PENGORGANISASIAN DAN PROGRAM KERJA
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MOHAMAD HASAN

Menimbang : 1. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah


Sakit Bhayangkara Mohamad Hasan Palembang, maka
diperlukan ketetapan tentang Pemberlakuan Pengorganisasian
Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di rumah sakit.
2. bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 33 Undang - undang
Republik Indonesia No 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit bahwa
setiap rumah sakit harus memiliki pengorganisasian yang efektif,
efisien dan akuntabel.
Mengingat : 1. UU No 33 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
2. UU No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No 382/Menkes/2007 ttg
Pedoman PPI di RS dan Fas. Yankes Lainnya.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 875 /
Menkes / SK / PER / VII / 2004 tentang penyusunan upaya
pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 876 /
Menkes / SK / PER / VII / 2004 tentang pedoman teknis analisis
dampak kesehatan lingkungan.
3

6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 1204 / Menkes


/ SK / PER / XI / 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan
Rumah Sakit.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 1087 tahun
2010 tentang Standar kesehatan dan Kesehatan Kerja di Rumah
Sakit.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : 1. Memberlakukan Pedoman Pengorganisasian PPI sebagaimana


dalam lampiran keputusan ini.
2. Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dapat
diubah atau diperbaiki sebagaimana mestinya apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan dalam penetapannya.

Ditetapkan di : Palembang
pada tanggal : 15 Januari 2021

KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA


MOHAMAD HASAN PALEMBANG

dr. WAHONO EDHI PRASTOWO, SpPD., FINASIM


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 78020928
4

DAFTAR ISI

Cover ......................................................................................................... i
Daftar Isi ......................................................................................................... ii
KEP Pengesahan ............................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 5
B. Tujuan ........................................................................................ 5
C. Ruang Lingkup Pelayanan ......................................................... 6
D. Batasan Operasional ................................................................. 6
E. Landasan Hukum ....................................................................... 7

BAB II STANDAR KETENAGAAN


A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ............................................. 8
B. Distribusi Ketenagaan ................................................................ 9
C. Jadual Kegiatan ......................................................................... 12

BAB III STANDAR FASILITAS


A. Denah Ruang ............................................................................. 15
B. Standar Fasilitas ........................................................................ 15

BAB IV TATALAKSANA KEGIATAN ........................................................... 16


BAB V LOGISTIK ........................................................................................ 19
BAB VI KESELAMATAN PASIEN ................................................................ 20

BAB VII KESELAMATAN KERJA .................................................................. 24

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ................................................................. 25

BAB IX PENUTUP ....................................................................................... 27


5

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting
dalam meningkatkan derajad kesehatan masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit
dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar
yang sudah ditentukan.
Masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan
pengunjung di rumah sakit dihadapkan pada resiko terjadinya infeksi atau infeksi
nosokomial yaitu infeksi yang diperoleh di rumah sakit, baik karena perawatan
atau berkunjung ke rumah sakit. Untuk meminimalkan resiko terjadinya infeksi di
rumah sakit perlu diterapkan pencegahan dan pengendalian infeksi ( PPI ), yaitu
kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pembinaan dan pelatihan
serta evaluasi.
Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit sangat perlu karena
menggambarkan mutu pelayanan rumah sakit, dimana akhir – akhir ini muncul
berbagai penyakit infeksi baru ( new emerging, emerging diseases dan re -
emerging diseases )
Wabah atau Kejadian Luar Biasa ( KLB ) dari penyakit infeksi sulit
diperkirakan datangnya, sehingga kewaspadaan melalui surveilans dan tindakan
pencegahan serta pengendaliannya perlu terus ditingkatkan. Selain itu infeksi
yang terjadi di rumah sakit tidak saja dapat dikendalikan tetapi juga dapat dicegah
dengan melakukan langkah – langkah yang sesuai dengan prosedur yang berlaku.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu layanan Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya melalui pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah
Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, yang dilaksanakan oleh
semua unit di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya meliputi
6

kualitas pelayanan, manajemen risiko, clinical governance, serta kesehatan


dan keselamatan kerja.

2. Tujuan Khusus
a. Menggerakkan segala sumber daya yang ada di pelayanan Rumah Sakit
secara efektif dan efisien dalam pelaksanaan pencegahan dan
pengendalian infeksi
b. Menurunkan angka kejadian infeksi di rumah sakit
c. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program pencegahan dan
pengendalian infeksi

C. Ruang Lingkup Kegiatan


Adapun ruang lingkup kegiatan PPI di Rumah Sakit Bhayangkara Mohamad Hasan
sebagai berikut :
1. Penyelenggaraan PPI di Rumah Sakit
2. Program PPI
3. Pengkajian Risiko
4. Peralatan medis dan/atau Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
5. Kebersihan lingkungan
6. Manajemen linen
7. Limbah infeksius
8. Pelayanan makanan
9. Risiko infeksi pada konstruksi dan renovasi
10. Penularan infeksi
11. Kebersihan Tangan
12. Peningkatan mutu dan program edukasi
13. Edukasi, Pendidikan dan Pelatihan

D. Batasan Operasional
1. Susunan organisasi Tim PPI adalah Ketua dan anggota yang terdiri
dari dokter, Perawat PPI / IPCN, dan anggota lainnya bila
diperlukan.
2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus memiliki IPCN yang bekerja
purnawaktu dengan ratio 1 (satu) IPCN untuk tiap 100 tempat tidur
difasilitas pelayanan kesehatan tersebut.
7

3. Untuk fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki kapasitas tempat


tidur kurang dari 100 harus memiliki IPCN minimal 1 orang.
4. Dalam bekerja IPCN dapat dibantu beberapa IPCLN (Infection
Prevention and Control Link Nurse) dari tiap unit, terutama yang
berisiko terjadinya infeksi.
5. Kedudukan IPCN secara fungsional berada di bawah komite PPI
dan secara professional berada di bawah keperawatan setara
dengan senior manajer
6. Setiap 1000 tempat tidur sebaiknya memiliki 1 (satu) ahli Epidemiologi
Klinik.

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan
Lembaran Negara RI No 3495)
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara RI No 4431)
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2001 tentang
Pedoman Kelembagaan dan Pengelolaan Rumah Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
159b/Menkes/SK/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
986/Menkes/Per/XI/1992 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan RS
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Depkes.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
159b/Menkes/SK/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di
Lingkungan Departemen Kesehatan
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
8

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Struktur Organisasi untuk Komite PPI Rumkit Bhayangkara Mohamad Hasan
Palembang sebagai berikut :

SUSUNAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MOHAMAD HASAN

KARUMKIT

dr. WAHONO EDHI PRASTOWO, SpPD., FINASIM.

KETUA KOMITE PPI

dr. WENDY PRIMADHANI, SpB-KBD, MARS.

IPCD SEKRETARIS (IPCN) ANGGOTA KOMITE PPI

dr. MAFTUHAH KURNIATI SANTI MARLINA, S.Kep., Ners MUHLISIN, S.Kep., M.Kes.
APRIANTI, Am.Kep., S.Si. STIARY ANGGRAINI, Amd.AK
ETI YULIANA, Am.Keb
SRI ZUSTINI, Am.Kep
SRI ADRIANTI, Am.Keb
IPCLN RANTI MELINDA, Am.Kep
RIANDINI, Am.Kep
WENNY K, Am.KL
FITRIYANTI, S.Kep., Ners
ERWINTO, Am.Kep
ILHAM HADI, , Am.Rad
NINTA GINTING, STr.Ftr.
RENA FEBRIANTI, Am.Gz
EKA MARTINA, SPd.
9

B. Distribusi Ketenagaan
1. Tugas Karumkit
a. Membentuk Komite PPI dengan Surat Keputusan.
b. Bertanggung jawab dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap
penyelenggaraan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi.
c. Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan prasarana
termasuk anggaran yang dibutuhkan.
d. Menentukan kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi.
e. Mengadakan evaluasi kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi
berdasarkan saran dari Komite PPI.
f. Mengadakan evaluasi kebijakan pemakaian antibiotika yang rasional dan
disinfektan dirumah sakit berdasarkan saran dari Komite PPI.
g. Dapat menutup suatu unit perawatan atau instalasi yang dianggap potensial
menularkan penyakit untuk beberapa waktu sesuai kebutuhan berdasarkan
saran dari Komite PPI.
h. Mengesahkan Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk PPI.
i. Memfasilitasi pemeriksaan kesehatan petugas, terutama bagi petugas yang
berisiko tertular infeksi minimal 1 tahun sekali, dianjurkan 6 (enam) bulan
sekali.

2. Tugas Komite PPI


a. Menyusun dan menetapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI.
b. Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPIRS, agar kebijakan dapat dipahami
dan dilaksanakan oleh petugas kesehatan rumah sakit.
c. Membuat SPO PPI.
d. Menyusun program PPI dan mengevaluasi pelaksanaan program
tersebut.
e. Melakukan investigasi masalah atau KLB Healthcare Associated Infection
(Hals).
f. Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara
pencegahan dan pengendalian infeksi.
g. Memberikan konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya dalam PPI.
10

h. Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI
dan aman bagi yang menggunakan .
i. Mengidentifikasi temuan di lapangan dan mengusulkan pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia rumah sakit dalam PPI.
j. Melakukan pertemuan berkala, termasuk evaluasi kebijakan.
k. Menerima laporan dari IPCN dan membuat laporan kepada Karumkit.
l. Berkoordinasi dengan unit terkait lain.
m. Memberikan usulan kepada Direktur untuk pemakaian antibiotika yang
rasional di rumah sakit berdasarkan hasil pantauan kuman dan
resistensinya tehadap antibiotika dan menyebarluaskan data resistensi
antibiotika.
n. Menyusun kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
o. Turut menyusun kebijakan clinical governance dan patient safety.
p. Mengembangkan, mengimplementasikan dan secara periodik mengkaji
kembali rencana manajemen PPI apakah telah sesuai kebijakan
manajemen rumah sakit.
q. Memberikan masukan yang menyangkut kontruksi bangunan dan
pengadaan alat dan bahan kesehatan, renovasi ruangan, cara pemrosesan
alat, penyimpanan alat dan linen sesuai dengan prinsip PPI.
r. Menentukan sikap penutupan ruangan rawat bila diperlukan karena
potensial menyebarkan infeksi.
s. Melakukan pengawasan tehadap tindakan-tindakan yang menyimpang dari
standar prosedur / monitoring surveilans proses.
t. Melakukan investigasi, menetapkan dan melaksanakan penanggulangan
infeksi bila ada KLB di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya.

3. Ketua Komite PPI : Dokter / IPCD


a. Berkontribusi dalam diagnosis dan terapi infeksi yg benar.
b. Turut menyusun pedoman penulisan resep antibiotika dan surveilans.
c. Memonitor indentifikasi dan melaporkan kuman pathogen dan pola
resistensi antibiotika.
d. Memonitor kegiatan surveilans infeksi dan mendeteksi serta menyelidiki
KLB.
11

e. Membimbing dan mengajarkan praktek dan prosedur PPI yang


berhubungan dengan prosedur terapi.
f. Memonitor cara kerja tenaga kesehatan dalam merawat pasien.
g. Memonitor IPCN dalam mengawasi semua petugas kesehatan untuk
memahami pencegahan dan penyelidikan infeksi.

4. IPCD
a. Berkontribusi dalam diagnosis dan terapi infeksi yg benar.
b. Mengindentifikasi dan kuman patogen dan pola resistensi antibiotika.
c. Bekerjasama dengan Perawat PPI memonitor kegiatan surveilans infeksi
dan mendeteksi serta menyelidiki KLB.
d. Membimbing dan mengajarkan praktek dan prosedur PPI yang
berhubungan dengan prosedur terapi.
e. Turut memonitor cara kerja tenaga kesehatan dalam merawat pasien.
f. Turut membantu semua petugas kesehatan untuk memahami
pencegahan dan penyelidikan infeksi.

5. IPCN
a. Mengunjungi ruangan setiap hari untuk memonitor kejadian infeksi yang
terjadi dilingkungan kerjanya, baik rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya.
b. Memonitor pelaksanaan PPI, penerapan SPO, kepatuhan petugas dan
menjalankan kewaspadaan isolasi.
c. Melaksanakan surveilans infeksi dan melaporkan kepada komite PPI.
d. Bersama komite PPI melakukan pelatihan petugas kesehatan tentang PPI
dirumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
e. Melakukan investigasi terhadap KLB dan bersama-sama komite
memperbaiki kesalahan yang terjadi.
f. Memonitor kesehatan petugas kesehatan untuk mencegah penularan
infeksi dari petugas kesehatan ke pasien atau sebaliknya.
g. Bersama komite menganjurkan prosedur isolasi dan membuat konsultasi
tentang pencegahan dan pengendalian infeksi yang diperlukan pada kasus
yang terjadi di rumah sakit.
12

h. Audit pencegahan dan pengendalian infeksi termasuk terhadap


penatalaksanaan limbah, laundry, gizi, dan lain-lain dengan menggunakan
daftar tilik.
i. Memonitor kesehatan lingkungan
j. Memonitor terhadap pengendalian penggunaan antibiotika yang rasional.
k. Mendesain, melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi surveilans
infeksi yang terjadi dirumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
l. Membuat laporan surveilans serta melaporkannya ke komite PPI.
m. Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan PPI.
n. Memberikan saran desain ruangan rumah sakit agar sesuai dengan prinsip
PPI.
o. Meningkatkan kesadaran pasien dan pengunjung rumah sakit tentang
PPIRS.
p. Memprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, pengunjung dan
keluarga tentang topic infeksi yang sedang berkembang di masyarakat,
infeksi dengan insiden tinggi.
q. Sebagai koordinator antara departemen / unit dalam mendeteksi,
mencegah dan mengendalikan infeksi di rumah sakit.

6. Tugas IPCLN
a. Mengisi dan mengumpulkan formulir setiap pasien unit rawat inap masing-
masing, kemudian menyerahkan kepada IPCN ketika pasien pulang.
b. Memberikan motivasi dan teguran tentang pelaksanaan kepatuhan
pencegahan dan pengendalian infeksi pada setiap personil ruangan unit
rawatnya masing-masing.
c. Memberitahukan kepada IPCN apabila ada kecurigaan adanya infeksi
nasokomial pada pasien.
d. Berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi potensial penyuluhan bagi
pengunjung diruang rawat masing-masing konsultasi prosedur yang harus
dijalankan bila belum faham.
e. Memonitor petugas kesehatan yang lain dalam menjalankan standar
isolasi.
13

C. Rencana Kegiatan
Kegiatan Tim PPI Rumah Sakit Bhayangkara Mohamad Hasan selama 1 tahun
sebagai berikut :
13
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2022

WAKTU ( BULAN )
NO PROGRAM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Melakukan kegiatan pelatihan untuk v v v
pengembangan SDM di bidang PPI
2 Pertemuan Komite PPI v v
3 Pertemuan Rutin Tim PPI v v v v
4 Pengadaan sarana prasarana v v v v v v v v v v v v
5 Surveilans HAIs v v v v v v v v v v v v
6 Pemeriksaan swab kuman v
7 Audit Kepatuhan dan Fasilitas Cuci tangan v v v v v v v v v v v v
8 Audit Kepatuhan dan Fasilitas APD v v v v v v v v v v v v
9 Melakukan investigasi out break v
10 Membuat ICRA v
11 Monitoring Sterilisasi v v v v v v v v v v v v
12 Monitoring managemen laundry v v v v v v v v v v v v
13 Monitoring peralatan kadaluwarsa single- v v
use menjadi re-use
14 Monitoring pembuangan sampah infeksius v v v v v v v v v v v v
15 Monitoring pembuangan benda tajam dan v v v v v v v v v v v v
jarum
14

16 Monitoring kegiatan pelayanan makanan v v v v v v v v v v v v


dan permesinan
17 Monitoring pembongkaran v
pembangunan
dan renovasi
18 Monitoring pelaksanaan isolasi pasien v v v v v v v v v v v v
19 Monitoring pengendalian infeksi di kamar v v
Jenazah
20 Pencatatan dan pelaporan tertusuk jarum Pelaporan dilaksanakan apabila ada kejadian
15

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Ruang sekretariat Komite PPI berada di Lantai 2 Gedung Utama, berada
di samping ruangan OK dan depan ruangan Hemodialisa.

Ruang Tim PPI


Lantai 2 Gedung
Utama

B. Standar Fasilitas
1. Sarana Kesekretariatan
a. Ruangan sekretariat dan tenaga sekretaris (IPCN) yang purna waktu
b. Komputer, printer dan internet
c. Alat tulis kantor

2. Dukungan Manajemen
a. Penerbitan Surat Keputusan untuk Anggota Komite PPI
b. Anggaran atau dana untuk kegiatan :
1) Pendidikan dan Pelatihan
2) Pengadaan fasilitas pelayanan penunjang
3) Pelaksanaan program, monitoring, evalusi, laporan dan rapat rutin
4) Intensif/ Reward untuk Anggota Komite PPI
16

BAB IV
TATA LAKSANA KEGIATAN

A. Kebijakan dan Standar Operasional Prosedur


1. Kebijakan Manajemen
a. Penyelenggaraan PPI di Rumah Sakit
b. Program PPI
c. Pengkajian Risiko
d. Peralatan medis dan/atau Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
e. Kebersihan lingkungan
f. Manajemen linen
g. Limbah infeksius
h. Pelayanan makanan
i. Risiko infeksi pada konstruksi dan renovasi
j. Penularan infeksi
k. Kebersihan Tangan
l. Peningkatan mutu dan program edukasi
m. Edukasi, Pendidikan dan Pelatihan

2. Kebijakan Teknis
Ada SPO tentang kewaspadaan standar ( isolation precaution )
a. Ada SPO cuci tangan
b. Ada SPO penggunaan alat pelindung diri
c. Ada SPO dekontaminasi
d. Ada SPO pembersihan
e. Ada SPO desinfeksi
f. Ada SPO sterilisasi
g. Ada SPO penanganan limbah
h. Ada SPO pengendalian lingkungan
i. Ada SPO penanganan linen
j. Ada SPO penanganan peralatan pasien
17

k. Ada SPO penempatan pasien


l. Upaya – upaya pencegahan infeksi dan rekomendasinya

3. Pengembangan dan Pendidikan


a. Anggota Komite PPI
1) Wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar dan lanjut PPI
2) Memiliki sertifikat PPI
3) Mengembangkan diri mengukuti seminar, lokakarya dan sejenisnya
4) Bimbingan teknis secara berkesinambungan
b. Staf Rumah Sakit
1) Semua staf rumah sakit harus mengetahui prinsip pencegahan dan
pengendalian infeksi
2) Semua staf rumah sakit yang berhubungan dengan pelayanan pasien
harus mengikuti pelatihan PPI
3) Rumah sakit secara berkala melalukan sosialisasi / simulasi PPI
4) Semua karyawan baru, harus mendapatkan orientasi PPI

4. Rapat Komite PPI


Rapat merupakan suatu pertemuan yang terdiri dari beberapa orang yang
memiliki kepentingan dan tujuan yang sama untuk membicarakan atau
memecahkan suatu masalah tertentu.
Rapat diadakan oleh panitia pengendalian dan pencegahan infeksi
dan dipimpin oleh ketua panitia pengendalian dan pencegahan infeksi. Rapat
yang diadakan ada 2 macam yaitu :
a. Rapat Terjadwal :
Rapat terjadwal merupakan rapat yang diadakan oleh panitia pengendalian
dan pencegahan infeksi setiap bulan 1 kali, dengan perencanaan yang
telah dibuat selama 1 tahun serta agenda rapat yang telah ditentukan oleh
ketua panitia pengendalian dan penceahan infeksi.
b. Rapat Tidak Terjadwal :
Rapat tidak terjadwal merupakan rapat yang sifatnya insidentil dan
diadakan oleh panitia pengendalian dan pencegahan infeksi untuk
membahas atau menyelesaikan permasalahan di pelayanan dikarenakan
adanya permasalahan yang bersifat insidentil.
18

5. Pelaporan
Pelaporan merupakan sistim atau metode yang dilakukan untuk melaporkan
segala bentuk kegiatan yang ada terkait dengan program kerja panitia
pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit Bhayangkara Mohamad
Hasan. Laporan dibuat oleh ketua panitia pengendalian dan pencegahan
infeksi sebagai berikut :
a. Laporan Bulanan
Laporan yang dibuat oleh ketua panitia pengendalian dan pencegahan
infeksi rumah sakit dalam bentuk tertulis setiap bulannya dan diserahkan
kepada direktur rumah sakit.
b. Laporan Tahunan
Laporan yang dibuat oleh ketua panitia pengendalian dan pencegahan
infeksi rumah sakit dalam bentuk tertulis setiap tahun dan diserahkan
kepada direktur rumah sakit.
c. Laporan Insidentil atau KLB
Laporan yang dibuat oleh ketua panitia pengendalian dan pencegahan
infeksi rumah sakit dalam bentuk tertulis bila ada KLB (Kejadian Luar
Biasa) dan diserahkan kepada direktur rumah sakit
19

BAB V
LOGISTIK

Menurut Perpres No. 20 Tahun 2012 Logistik didefinisikan sebagai rantai


pasok (supply chain) yang menangani arus barang, informasi, dan uang melalui proses
pengadaan (procurement), penyimpanan (warehousing), transportasi (transportation),
distribusi (distribution) dan pelayanan penghantaran (delivery services). Logistik yang
harus tersedia guna menunjang kegiatan PPI adalah :

A. Bahan Habis Pakai


Bahan habis pakai untuk penunjang kegiatan Komite PPI berupa macam –
macam APD dan bahan medis habis pakai lainnya untuk diperguanakan di
seluruh unit pelayanan di rumah sakit.
NO NAMA BMHP KET
1 Handsanitizer
2 Sabun cuci tangan
3 Larutan Enzymatik
4 Klorin
5 Tissue
6 Masker medis, N 95
7 Kacamata Google. Face shield
8 Nurse cup
9 Sarung tangan steril, non steril, sarung tangan rumah tangga
10 Apron / Celemek plastic, Hazmat, Gowen
11 Shoe cover, sepatu boot
12 Bak sampah tertutup dengan injak kaki
13 Troly tertutup

B. Kelengkapan Administrasi
Berupa peralatan komputer set, printer dan kelangkapan ATK.
20

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan atau Healthcare


Associated Infection (HAIs) merupakan salah satu masalah kesehatan
diberbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Dalam forum Asian
Pasific Economic Comitte (APEC) atau Global health Security Agenda
(GHSA) penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan telah menjadi agenda
yang di bahas. Hal ini menunjukkan bahwa HAIs yang ditimbulkan
berdampak secara langsung sebagai beban ekonomi negara.
Secara prinsip, kejadian HAIs sebenarnya dapat dicegah bila
fasilitas pelayanan kesehatan secara konsisten melaksanakan program
PPI. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi merupakan upaya untuk
memastikan perlindungan kepada setiap orang terhadap kemungkinan
tertular infeksi dari sumber masyarakat umum dan disaat menerima
pelayanan kesehatan pada berbagai fasilitas kesehatan.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, khususnya di bidang
pelayanan kesehatan, perawatan pasien tidak hanya dilayani di rumah
sakit saja tetapi juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, bahkan di
rumah. Dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas
pelayanan kesehatan sangat penting bila terlebih dahulu petugas dan
pengambil kebijakan memahami konsep dasar penyakit infeksi. Oleh
karena itu perlu disusun pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi
di fasilitas pelayanan kesehatanagar terwujud pelayanan kesehatan yang
bermutu dan dapat menjadi acuan bagi semua pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di dalam fasilitas
pelayanan kesehatan serta dapat melindungi masyarakat dan mewujudkan
patient safety yang pada akhirnya juga akan berdampak pada efisiensi
pada manajemen fasilitas pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas
pelayanan.
21

Pedoman PPI di Fasilitas Pelayanan Kesehatan bertujuan untuk


meningkatkan kualitas pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan,
sehingga melindungi sumber daya manusia kesehatan, pasien dan
masyarakat dari penyakit infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
Sasaran Pedoman PPI di Fasilitas Pelayanan Kesehatan disusun
untuk digunakan oleh seluruh pelaku pelayanan di fasilitas pelayanan
kesehatan yang meliputi tingkat pertama, kedua, dan ketiga.
Ruang lingkup program PPI meliputi kewaspadaan isolasi,
penerapan PPI terkait pelayanan kesehatan (Health Care Associated
Infections/HAIs) berupa langkah yang harus dilakukan untuk mencegah
terjadinya HAIs (bundles), surveilans HAIs, pendidikan dan pelatihan serta
penggunaan anti mikroba yang bijak. Disamping itu, dilakukan monitoring
melalui Infection Control Risk Assesment (ICRA), audit dan monitoring
lainya secara berkala. Dalam pelaksanaan PPI, Rumah Sakit, Puskesmas,
Klinik, Praktik Mandiri wajib menerapkan seluruh program PPI sedangkan
untuk fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, penerapan PPI disesuaikan
dengan pelayanan yang di lakukan pada fasilitas pelayanan kesehatan
tersebut.
Berdasarkan sumber infeksi, maka infeksi dapat berasal dari
masyarakat/komunitas (Community Acquired Infection) atau dari rumah
sakit (Healthcare-Associated Infections/HAIs). Penyakit infeksi yang
didapat di rumah sakit beberapa waktu yang lalu disebut sebagai Infeksi
Nosokomial (Hospital Acquired Infection). Saat ini penyebutan diubah
menjadi Infeksi Terkait Layanan Kesehatan atau “HAIs” (Healthcare-
Associated Infections) dengan pengertian yang lebih luas, yaitu kejadian
infeksi tidak hanya berasal dari rumah sakit, tetapi juga dapat dari fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya. Tidak terbatas infeksi kepada pasien namun
dapat juga kepada petugas kesehatan dan pengunjung yang tertular pada
saat berada di dalam lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan.
Untuk memastikan adanya infeksi terkait layanan kesehatan
(Healthcare-Associated Infections/HAIs) serta menyusun strategi
22

pencegahan dan pengendalian infeksi dibutuhkan pengertian infeksi,


infeksi terkait pelayanan kesehatan (Healthcare-Associated
Infections/HAIs), rantai penularan infeksi, jenis HAIs dan faktor risikonya.
1. Jenis dan Faktor Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
atau
“Healthcare-Associated Infections” (HAIs) meliputi;
a) Jenis HAIs yang paling sering terjadi di fasilitas
pelayanankesehatan, terutama rumah sakit mencakup:
1) Ventilator associated pneumonia (VAP)
2) Infeksi Aliran Darah (IAD)
3) Infeksi Saluran Kemih (ISK)
4) Infeksi Daerah Operasi (IDO)
b) Faktor Risiko HAIs meliputi:
1) Umur: neonatus dan orang lanjut usia lebih rentan.
2) Status imun yang rendah/terganggu (immuno-
compromised): penderita dengan penyakit kronik,
penderita tumor ganas, pengguna obat-obat
imunosupresan.
3) Gangguan/Interupsi barier anatomis:
⁻ Kateter urin: meningkatkan kejadian infeksi saluran
kemih (ISK).
⁻ Prosedur operasi: dapat menyebabkan infeksi
daerah operasi (IDO) atau “surgical site
infection” (SSI).
⁻ Intubasi dan pemakaian ventilator:
meningkatkankejadian “Ventilator Associated
Pneumonia” (VAP).
⁻ Kanula vena dan arteri: Plebitis, IAD
⁻ Luka bakar dan trauma.
4) Implantasi benda asing :
⁻ Pemakaian mesh pada operasi hernia.
⁻ Pemakaian implant pada operasi
23

tulang, kontrasepsi, alat pacu


jantung.
⁻ “cerebrospinal fluid shunts”.
⁻ “valvular / vascular prostheses”.
5) Perubahan mikroflora normal: pemakaian antibiotika
yang tidak bijak dapat menyebabkan pertumbuhan
jamur berlebihan dan timbulnya bakteri resisten
terhadap berbagai antimikroba.
24
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Lakukan pemeriksaan kesehatan berkala terhadap semua


petugas baik tenaga kesehatan maupun tenaga nonkesehatan.
Fasyankes harus mempunyai kebijakan untuk penatalaksanaan akibat
tusukan jarum atau benda tajam bekas pakai pasien, yang berisikan
antara lain siapa yang harus dihubungi saat terjadi kecelakaan dan
pemeriksaan serta konsultasi yang dibutuhkan oleh petugas yang
bersangkutan. Petugas harus selalu waspada dan hati-hati dalam bekerja
untuk mencegah terjadinya trauma saat menangani jarum, scalpel dan
alat tajam lain yang dipakai setelah prosedur, saat
membersihkaninstrumen dan saat membuang jarum.
Jangan melakukan penutupan kembali (recap) jarum yang telah
dipakai, memanipulasi dengan tangan, menekuk, mematahkan atau
melepas jarum dari spuit. Buang jarum, spuit, pisau,scalpel, dan
peralatan tajam habis pakai lainnya kedalam wadah khusus yang
tahan tusukan/tidak tembus sebelum dimasukkan ke insenerator. Bila
wadah khusus terisi ¾ harus diganti dengan yang baru untuk menghindari
tercecer.
Apabila terjadi kecelakaan kerja berupa perlukaan seperti
tertusuk jarum suntik bekas pasien atau terpercik bahan infeksius maka
perlu pengelolaan yang cermat dan tepat serta efektif untuk mencegah
semaksimal mungkin terjadinya infeksi yang tidak diinginkan.
Sebagian besar insiden pajanan okupasional adalah infeksi
melalui darah yang terjadi dalam fasilitas pelayanan kesehatan
(fasyankes). HIV, hepatitis B dan hepatitis C adalah patogen melalui
darah yang berpotensi paling berbahaya, dan kemungkinan pajanan
terhadap patogen ini merupakan penyebab utama kecemasan bagi
petugas kesehatan di seluruh dunia.
Risiko mendapat infeksi lain yang dihantarkan melalui darah
(bloodborne) seperti hepatitis B dan C jauh lebih tinggi dibandingkan
mendapatkan infeksi HIV. Sehingga tatalaksana pajanan okupasional
terhadap penyebab infeksi tidak terbatas pada PPP HIV saja.
Di seluruh fasyankes, kewaspadaan standar merupakan layanan
standar minimal untuk mencegah penularan patogen melalui darah.
25
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Untuk dapat melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi


dibutuhkan pendidikan dan pelatihan baik terhadap seluruh SDM fasilitas
pelayanan kesehatan maupun pengunjung dan keluarga pasien. Bentuk
pendidikan dan/atau pelatihan pencegahan dan pengendalian infeksi
terdiri dari:
1. Komunikasi, informasi, dan edukasi
2. Pelatihan PPI
Pendidikan dan pelatihan pencegahan dan pengendalian infeksi
diberikan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau organisasi
profesi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan, serta
petugas fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki kompetensi di
bidang PPI, termasuk Komite atau Tim PPI. Pendidikan dan pelatihan
bagi Komite atau Tim PPI dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar dan lanjut
serta pengembangan pengetahuan PPI lainnya.
2. Memiliki sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga pelatihan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Mengembangkan diri dengan mengikuti seminar, lokakarya
dan sejenisnya.
4. Mengikuti bimbingan teknis secara berkesinambungan.
5. Perawat PPI pada Komite atau Tim PPI (Infection Prevention and
Control Nurse/IPCN) harus mendapatkan tambahan pelatihan
khusus IPCN pelatihan tingkat lanjut.
6. Infection Prevention and Control Link Nurse/IPCLN harus
mendapatkan tambahan pelatihan PPI tingkat lanjut.

Pendidikan dan pelatihan bagi Staf Fasilitas Pelayanan


Kesehatan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Semua staf pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan harus
mengetahui prinsip-prinsip PPI antara lain melalui pelatihan PPI
tingkat dasar.
2. Semua staf non pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan harus
dilatih dan mampu melakukan upaya pencegahan infeksi meliputi
hand hygiene, etika batuk, penanganan limbah, APD
26
(masker dan sarungtangan) yang sesuai.
3. Semua karyawan baru, mahasiswa, PPDS harus mendapatkan
orientasi PPI.
4. Pendidikan bagi Pengunjung dan keluarga pasien berupa
komunikasi,informasi, dan tentang PPI terkait penyakit yang dapat
menular.
27

BAB IX
PENUTUP

Pedoman Komite PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi) sangat penting


untuk mencegah penyebaran infeksi terhadap pasien, keluarga pasien, pengunjung,
tenaga kesehatan dan staf Rumah Sakit.
Diharapkan agar buku ini dijadikan acuan bagi pihak Manajemen dan setiap
pekerja dalam meningkatkan pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit
Bhayangkara Mohamad Hasan.

Ditetapkan di : Palembang
pada tanggal : 15 Januari 2021

KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA


MOHAMAD HASAN PALEMBANG

dr. WAHONO EDHI PRASTOWO, SpPD., FINASIM


AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 78020928

Anda mungkin juga menyukai