PEDOMAN
INFEKSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. HUSNI
THAMRIN
MANAJERIAL
PENCEGAHAN
DAN
PENGENDALIAN
INFEKSI (PPI)
ii
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit melalui pencegahan dan
pengendalian infeksi di semua unit meliputi kualitas pelayanan,
manajemen resiko, clinical governance, serta kesehatan dan
keselamatan kerja.
2. Tujuan Khusus
C. SASARAN
5
BAB II
KEBIJAKAN DAN DASAR HUKUM
A. KEBIJAKAN
1. Semua rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya harus
melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI).
2. Pelaksanaan PPI yang dimaksud sesuai dengan Pedoman Manajerial
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di rumah sakit dan fasilitas
kesehatan lainnya dan pedoman PPI lainnya yang dikeluarkan oleh
Departemen Kesehatan.
3. Direktur rumah sakit membentuk Komite Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi yang langsung dibawah koordinasi direktur.
4. Komite PPI mempunyai tugas, fungsi, dan kewenangan yang jelas sesuai
dengan Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang dikeluarkan
oleh Departemen KesehatanRI.
5. Untuk lancarnya kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi maka
setiap rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya wajib
memiliki IPCN (Infection Prevention Control Nurse) purna waktu.
B. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara tahun1992 No.100, tambahan Lembaran Negara No.3495).
2. Undang-Undang No.29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran NegaraRI tahun 2004 No.116, tambahan Lembaran Negara
RI No.4431).
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia No.40 tahun 2001 tentang
PedomanKelembagaan dan Pengelolaan Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.986/Menkes/Per/XI/1992 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1333/Menkes/SK/XII/1999tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit.
6
BAB III
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
DI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI KALIMANTAN BARAT
7
Kriteria Pendukung
1. Ada kebijakan pimpinan rumah sakit untuk membentuk pengelola
kegiatan PPIRS yang terdiri dari Komite PPIRS dan Tim PPIRS.
2. Komite PPIRS bertanggung jawab langsung kepada Direktur, Tim
PPIRSbertanggung jawab langsung kepada Komite PPIRS.
3. Pengelola PPI melibatkan instalasi/divisi/unit yang ada di Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat .
4. Ada kebijakan tentang tugas, tanggung jawab dan wewenang
pengelola PPIRS.
8
BAB IV
9
12) K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
b. Tim PPI (IPCN) dan 1 (satu) dokter PPI setiap 5 perawat PPI.
c. IPCN harus bekerja purna waktu dengan ratio 1 (satu) IPCN
untuk ≥ 100tempat tidur
d. Dalam bekerja IPCN dibantu beberapa IPCLN (Infection
Prevention ControlLink Nurse) dari tiap unit/ruangan
10
2. Struktur Organisasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan Barat
DIREKTUR
SEKRETARIS
ANGGOTA
KOMITE PPI
TIM PPI : TIM PPI :
IPCD IPCN
IPCLN
11
3. Peran dan Tanggung Jawab :
a. Direktur:
1. Membentuk Komite PPIRS dengan surat keputusan.
2. Bertanggung jawab dan memiliki komitmen yang tinggi
terhadap penyelenggaraan upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi di rumah sakit.
3. Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan
prasarana termasuk anggaran yang dibutuhkan.
4. Menetapkan kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi
di RSJ Provinsi Kalimantan Barat .
5. Mengadakan evaluasi kebijakan pencegahan dan
pengendalian infeksi nosokomial berdasarkan
rekomendasi/saran dari komite PPI.
6. Mengadakan evaluasi kebijakan pemakaian antibiotika yang
rasional dan disinfektan di rumah sakit berdasarkan
rekomendasi/saran komite PPI.
7. Dapat menutup suatu unit perawatan atau instalasi yang
dianggap potensial menularkan penyakit untuk beberapa
waktu sesuai kebutuhan berdasarkan rekomendasi/saran
dari komite PPI.
8. Mengesahkan SPO untuk PPI RSJ Provinsi Kalimantan Barat .
Wewenang
1. Melakukan penilaian kinerja Komite PPIRS.
2. Menetapkan sumber dana pembiayaan pemeriksaan
laboratorium jika terjadi KLB, skrening MRSA, HIV, Hepatitis
B dan C dan TB pada pegawai.
3. Menetapkan sumber dana pemeriksaan laboratorium jika
terjadi KLB, skrening MRSA, HIV, Hepatitis B dan C untuk
pasien yang terinfeksi di RS.
4. Menetapkan sumber dana pengobatan bagi pegawai jika
hasillaboratorium dinyatakan positif MRSA, HIV, Hepatitis B
12
dan C dan TB.
5. Menutup suatu ruangan jika terjadi KLB.
b. Komite PPIRS
16
unit rawatinap masing-masing dan melaporkan kepada IPCN.
2. Memberikan motivasi dan mengingatkan pelaksanaan
kepatuhan PPI padasetiap personil di ruangan/unit masing-
masing.
3. Memonitor kepatuhan petugas kesehatan lain dalam penerapan
kewaspadaan isolasi di ruangan/unit masing-masing.
4. Memberitahukan kepada IPCN apabila ada kecurigaan HAIs pada
pasien.
18
• Kebijakan tentang pengembangan SDM dalam PPI.
• Kebijakan tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Rumah Sakit.
• Kebijakan tentang pengadaan bahan dan alat yang melibatkan
Tim PPIRS.
• Kebijakan tentang pemeliharaan fisik dan sarana yang
melibatkan TimPPIRS.
• Kebijakan tentang penggunaan antibiotika yang rasional.
• Kebijakan tentang pelaksanaan surveilans.
• Kebijakan tentang keselamatan dan kesehatan karyawan.
• Kebijakan penanganan KLB.
• Kebijakan penempatan pasien yang harus diisolasi.
• Kebijakan kecelakaan kerja yang berhubungan dengan infeksi.
Kebijakan Teknis:
SPO tentang kewaspadaan standar, meliputi:
• SPO Kebersihan Tangan
• SPO Alat Pelindung Diri (APD)
• SPO Dekontaminasi
• SPO Pembersihan
• SPO Desinfeksi
• SPO Sterilisasi
• SPO Pengelolaan Limbah dan Benda Tajam
• SPO Pengendalian Lingkungan
• SPO Penanganan Linen
• SPO Penanganan peralatan pasien
• SPO Penempatan pasien isolasi
• SPO Penanganan dan Pelaporan luka tusuk benda tajam
• SPO KLB
• SPO MRSA
• SPO Pemusnahan obat/perbekalan farmasi
• SPO Pengambilan Specimen pada dugaan infeksi RS
19
4. Pengembangan
dan Pendidikan
IPCN:
➢ Wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar dan
pelatihan tingkatlanjut dalam PPI.
➢ Memiliki sertifikat PPI.
➢ Mengembangkan diri mengikuti seminar, lokakarya,
kongres dansejenisnya.
➢ Bimbingan teknis secara berkesinambungan.
20
BAB V
A. MONITORING
• Monitoring dilakukan oleh Tim IPCN dan Tim IPCLN
• Dilakukan setiap hari dalam hal pengumpulan data untuk
surveilans denganmempergunakan formulir surveilans dengan cara
checklist
• IPCN melakukan monitoring setiap hari mengacu pada data yang
dikumpulkanoleh IPCLN dengan menggunakan formulir monitoring
B. EVALUASI
• Dilakukan oleh Tim IPCN dengan frekuensi bulanan dan triwulan
• Komite PPIRS setiap bulan
C. LAPORAN
Membuat laporan tertulis:
1. Rutin
• Rekapitulasi angka kejadian infeksi setiap bulan
• Angka kejadian infeksi dan kegiatan setiap 3 bulan
• Laporan pertanggung jawaban pelatihan
• Laporan tahunan kegiatan
2. Insidentil
• Laporan MRSA
• Laporan KLB (Pseudomonas, Serratia, Acinobacter, dll)
• Laporan ditujukan kepada Direktur dengan tembusan kepada:
➢ Wadir Pelayanan
➢ Ketua Komite Medik
➢ Unit/ruangan yang terkait
➢ Kepala Bidang Keperawatan
21
BAB VI
PENUTUP
22