Anda di halaman 1dari 32

PEDOMAN

KESELAMATAN PASIEN

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS BALONG
KECAMATAN BALONG

0
LEMBAR PENGESAHAN

Pedoman Keselamatan Pasien

PUSKESMAS BALONG

disahkan:

Nomor :

Revisi Ke : 001

Berlaku Tanggal : 30 Juni 2022

Kepala Puskesmas Balong

dr. SAPTO NUGROHO


Pembina Tk I
NIP.19710111 200604 1 024

1
PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS BALONG
Jl. Pemuda No. 4A Telp. (0352) 371793, Kode Pos 63461
Email : uptpkmbalong@gmail.com
BALONG

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS BALONG


NOMOR : 188.4/ /405.09.20/2022

TENTANG

PEMBERLAKUAN PEDOMAN KESELAMATAN PASIEN


DI PUSKESMAS BALONG

KEPALA PUSKESMAS BALONG,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan,


dibutuhkan tindakan yang komprehensif dan responsive terhadap
kejadian tidak diinginkan di fasilitas pelayanan kesehatan agar
kejadian serupa tidak terulang kembali;

b. bahwa pasien mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan


kesehatan yang bermutu dan aman;

c. bahwa untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien di


Puskesmas Balong, maka perlu ditetapkan kebijakan tentang
Keselamatan Pasien di Puskesmas Balong;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Praktik Kedokteran (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3441);

2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Praktik Kedokteran (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3441);

3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan

5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Praktik Kedokteran (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan

2
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3441);

6. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);

7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

8. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);

9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438/MENKES/PER/X/2010


tentang Standar Pelayanan Kedokteran (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 464);

10.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2012 tentang


Akreditasi Rumah Sakit (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 413);

11.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 tentang


Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter,
dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1049);

12.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 tentang


Keselamatan Pasien;

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

KESATU : Keputusan Kepala Puskesmas Balong Tentang Pemberlakuan Pedoman


Keselamatan Pasien di Puskesmas Balong sebagaimana terlampir dalam
Surat Keputusan ini.

KEDUA : Pedoman Keselamatan Pasien ini menjadi acuan bagi karyawan dalam
menerapkan program keselamatan pasien di Puskesmas Balong.

3
KETIGA :

Di :
tetapkan Ponorogo
di
: 30 Juni
Pada 2020
tanggal
Kepala UPT Puskesmas
Balong

dr. AKH. IMAM ASY’ARI.AK


Pembina
NIP. 19650515 200212 1 006

4
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan Pedoman Keselamatan Pasien.
Pedoman ini kami susun sebagai salah satu upaya untuk memberikan acuan dan
kemudahan dalam pelaksanaan kegiatan program Keselamatan Pasien di UPT
Puskesmas Balong. Buku Pedoman ini disusun kembali berdasarkan Petunjuk Teknis
Pelayanan Puskesmas Pada Masa Pandemi Covid-19 Bulan Mei 2020 dan KMK RI
No. HK.01.07/MENKES/382/2020 Tentang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat Di
Tempat Dan Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan Dan Pengendalian Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19) tanggal 19 Juni 2020

Pada kesempatan ini perkenankan saya untuk menyampaikan ucapan


terima kasih dan apresiasi kepada semua karyawan yang telah terlibat dalam
proses penyusunan Pedoman Keselamatan Pasien di UPT Puskesmas Balong.

Semoga dengan adanya pedoman ini dapat mempermudah karyawan dalam


menyiapkan dan melaksanakan kegiatan keselamatan Pasien di UPT Puskesmas
Balong.

Kepala UPT Puskesmas Balong,

dr. AKH.IMAM ASY’ARI.AK


Pembina
NIP. 19670515 200212 1 006

5
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan.......................................................................................
Kata Pengantar...............................................................................................
Daftar Isi..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………….
B. Tujuan Pedoman……………………………………………………….
C. Sasaran Pedoman………………………………………………………
D. Ruang Lingkup Pelayanan…………………………………………….
E. Batasan Operasional…………………………………………………..
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia……………………………………
B. Distribusi Ketenagaan…………………………………………………
C. Jadwal Kegiatan……………………………………………………….
BAB III STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang……………………………………………………………
B. Standar Fasilitas……………………………………………………….
BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup Kegiatan………………………………………………………
B. Metode……………………………………………………………………
C. Langkah Kegiatan………………………………………………………….
BAB V LOGISTIK………………………………………………………………..
BAB VI KESELAMATAN PASIEN…………………………………………………
BAB VII KESELAMATAN KERJA…………………………………………………
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU……………………………………………………..
BAB IX PENUTUP……………………………………………………………………

6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanggal 11 Maret 2020 WHO telah menetapkan COVID-19 sebagai pandemi.
Kemudian Indonesia menetapkan COVID-19 sebagai bencana nasional pada tanggal 14
Maret 2020. Kasus COVID-19 di Indonesia mengalami peningkatan sehingga memerlukan
upaya komprehensif dalam penatalaksanaan kasus dan upaya memutus rantai penularan.
Tanggal 11 Maret 2020 WHO telah menetapkan COVID-19 sebagai pandemi. Kemudian
Indonesia menetapkan COVID-19 sebagai bencana nasional pada tanggal 14 Maret 2020.
Kasus COVID-19 di Indonesia mengalami peningkatan sehingga memerlukan upaya
komprehensif dalam penatalaksanaan kasus dan upaya memutus rantai penularan.
Kejadian Pandemi COVID-19 yang melanda hampir seluruh negara di dunia saat ini
telah berdampak pada berbagai sektor kesehatan maupun nonkesehatan. Masing-masing
negara menyikapinya dengan mengeluarkan berbagai kebijakan dalam rangka memutus
mata rantai penularan dan mengurangi dampak yang terjadi. Kekuatan sistem kesehatan
nasional kita pun saat ini diuji seiring dengan eskalasi kasus COVID-19 yang telah melanda
seluruh provinsi di Indonesia. Fasilitas pelayanan kesehatan menjadi garda terdepan dalam
menghadapi masalah kesehatan di masyarakat akibat COVID-19. Puskesmas yang selama
ini menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan untuk menjangkau masyarakat di wilayah
kerjanya semakin penting perannya untuk penanggulangan COVID-19. Peran Puskesmas
perlu diperkuat dalam hal prevensi, deteksi dan respon sesuai dengan kewenangannya
sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama. Namun di sisi lain, Puskesmas juga
memiliki tugas dan fungsi menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan dalam rangka pemenuhan standar pelayanan minimal bagi
masyarakat yang tidak boleh ditinggalkan selama masa pandemi ini berlangsung.
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global. Ada lima isu penting yang terkait
dengan keselamatan (safety) yaitu : keselamatan pasien (patient safety), keselamatan
pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di Puskesmas yang
bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green
productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan ”bisnis”
yang terkait dengan kelangsungan hidup Puskesmas. Ke lima aspek keselamatan tersebut
sangatlah penting untuk dilaksanakan. Namun harus diakui kegiatan institusi kesehatan
dapat berjalan apabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas
utama untuk dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra Puskesmas.
Harus diakui, pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien
sesuai dengan yang diucapkan Hiprocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu yaitu Primum, non
nocere (First, do no harm). Namun diakui dengan semakin berkembangnya ilmu dan
teknologi pelayanan kesehatan menjadi semakin kompleks dan berpotensi terjadinya
Kejadian Tidak Diharapkan - KTD (Adverse event) apabila tidak dilakukan dengan hati-hati.
Di Puskesmas terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak alat
dengan teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang siap memberikan

7
pelayanan pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut
apabila tidak dikelola dengan baik dapat terjadi KTD. Mengingat keselamatan pasien sudah
menjadi tuntutan masyarakat maka pelaksanaan program keselamatan pasien perlu
dilakukan.Karena itu diperlukan acuan yang jelas untuk melaksanakan keselamatan pasien
tersebut.
Keselamatan Pasien merupakan salah satu pelayanan wajib puskesmas termasuk di
UPT Puskesmas Balong yang mempunyai peranan strategis mendukung peningkatan
pencapaian target lintas program dan diharapkan berdampak pada peningkatan kinerja
puskesmas.
Hal ini dilakukan untuk mewujudkan visi UPT Puskesmas Balong yaitu “ Tercapainya
Kecamatan Balong Sehat “. Sedangkan Misi UPT Puskesmas Balong sebagai berikut :
1. Menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat yang mengedepankan Promotif
dan Preventif.
2. Menyelenggarakan Upaya Kesehatan Perorangan yang bermutu.
3. Pemberdayaan masyarakat dan lintas sektor untuk mendukung pelaksanaan
Program Puskesmas.
Sesuai dengan tata nilai Puskesmas Balongl yaitu PINTAR : Profesional, Inovatif Kreatif,
Tanggung Jawab, Ramah.

B. Tujuan Pedoman
1. Sebagai pedoman petugas dalam menyelenggarakan pelayanan keselamatan Pasien
pada Masa Pandemi COVID-19 .
2. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Puskesmas
3. Meningkatnya akutanbilitas Puskesmas terhadap pasien dan masyarakat
4. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di Puskesmas.
5. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan.

C. Sasaran Pedoman
Sasaran dari pedoman ini adalah petugas, pasien, keluarga pasien dan lingkungan di
UPT Puskesmas Balong.
D. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup pelayanan keselamatan pasien di UPT Puskesmas Balong meliputi
pelayanan di semua unit rawat jalan, rawat inap dan pelayanan di luar gedung.

E. Batasan Operasional
Keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan pasien lebih aman,
meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan

8
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
Yang dimaksud insiden keselamatan pasien disini adalah setiap kejadian yang tidak
disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang
dapat dicegah pada pasien.
Penyelenggaraan keselamatan pasien dapat dilakukan melalui pembentukan system
pelayanan yang menerapkan standar keselamatan pasien, sasaran keselamatan pasien,
tujuh langkah menuju keselamatan pasien
Kegiatan dalam upaya keselamatan pasien diantaranya adalah dengan melakukan
manajemen risiko. Manajemen risiko adalah suatu proses mengenal, mengevaluasi,
mengendalikan dan meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh.
Lingkup manajemen risiko dalam pelayanan kesehatan :
- Risiko yang terkait dengan pelayanan pasien.
- Risiko yang terkait dengan petugas klinis yang memberikan pelayanan.
- Risiko yang terkait dengan petugas non klinis yang memberikan pelayanan.
- Risiko yang terkait dengan sarana tempat pelayanan.
- Risiko financial.

Tahapan manajemen risiko dimulai dengan menetapkan lingkungan manajemen


risiko, kajian risiko, mengenal risiko, menganalisis risiko, mengevaluasi risiko dan
menentukan tindakan terhadap risiko. Kajian risiko memperhatikan dua variable yaitu
dampak risiko (severity) dan kemungkinan terjadinya (probability). Dari kajian risiko tersebut
dilakukan kajian tingkat keparahan, dan kalau perlu dilakukan RCA dan FMEA.

Penyelenggaraan Keselamatan Pasien Dan Manajemen Risiko Di FKTP


a. Standar Keselamatan Pasien
Standar keselamatan pasien terdiri dari tujuh standar yaitu :
1. Hak pasien
2. Mendidik keluarga pasien
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

b. Tujuh Langkah Keselamatan Pasien


1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Memimpin dan mendukung staf
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko
4. Mengembangkan system pelaporan

9
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Menerapkan solusi-solusi untuk mencegah cedara

c. Sasaran Keselamatan Pasien


Sasaran keselamatan pasien terdiri dari 6 yaitu :
1. Mengidentifikasi pasien dengan benar
Fasilitas pelayanan kesehatan menyusun pendekatan untuk memperbaiki
ketepatan identifikasi pasien. Kebijakan dan prosedur yang secara kolaburatif
dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi, khususnya proses yang
digunakan untuk mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, darah atau produk
darah, memberikan tindakan. Kebijakan dan atau prosedur memerlukan sedikitnya dua
cara untuk mengidentifikasi pasien, misalnya dengan menyebut nama pasien, tanggal
lahir, nomor RM, atau dengan cara lain.

2. Meningkatkan komunikasi yang efektif


Fasilitas pelayanan kesehatan menyusun pendekatan agar komunikasi di antara
petugas pemberi perawatan semakin efektif. Kegiatan meningkatkan komunikasi yang
efektif:
 Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan yang dipahami
oleh resipien / penerima, akan mengurangi kesalahan dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien.
 Komunikasi dapat secara elektronok, lisan atau tertulis. Komunikasi yang paling
mudah mengalami kesalahan adalah komunikasi lisan yang melalui telepon.
 Komunikasi lain yang mudah mengalami kesalahan adalah pelaporan kembali hasil
pemeriksaan kritis laboratorium.
 Fasilitas pelayanan kesehatan secara kolaburatif mengembangkan suatu kebijakan
dan atau prosedur untuk perintah lisan dan melalui telepon menggunakan tehnik
SBAR (situation, background, assesmen, recommendation) dan dilanjutkan dengan
TBK (Tulis Baca Konfirmasi).

3. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai


Fasilitas pelayanan kesehatan mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki
keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai. Kegiatan untuk meningkatkan
keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai antara lain :
 Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high alert medications) adalah obat yang
presentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadinya kesalahan / error dan atau
kejadian sentinel . obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak
diinginkan demikian pula obat-obatan yang tampak mirip/ ucapan mirip Look Alike
Sound Alike (LASA).

10
 Daftar obat-obatan yang sangat perlu diwaspadai tersedia di WHO. Yang sering
disebut-sebut dalam isu keamanan obat adah pemberian elektrolit konsentrat
secara tidak sengaja.
 Cara yang paling efektif untuk mengurangi kejadian tersebut adalah dengan
mengembangkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk
memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi.

4. Memastikan lokasi pembedahan yang benat, prosedur yang benar, pembedahan pada
pasien yang benar
Fasilitas pelayanan kesehatan mengembangkan pendekatan untuk memastikan
tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien operasi. Maksud dan tujuan:
 Salah lokasi, salah prosedur, salah pasien operasi adalah kejadian yang
mengkhawatirkan dan biasa terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan. Kesalahan ini
adalah akibat komunikasi yang tidak efektif antara anggota tim bedah.
 Fasilitas pelayanan kesehatan perlu untuk secara kolaburatif mengembangkan
suatu kebijakan dan atau prosedur yang efektif di dalam mengeliminasi masalah
ini. Kebijakan termasuk definisi dari operasi yang memasukan sekurang-kurangnya
prosedur ynag mengivestigasi dan atau megobati penyakit dan kelainan pada
tubuh manusia dengan cara menyayat, membuang, mengubah, atau menyisipkan
kesempatan diagnostic / terapeutik.
 Kebijakan berlaku disetiap lokasi fasilitas pelayanan kesehatan yang melakukan
prosedur ini.

5. Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan


Fasilitas pelayanan kesehatan mengembangkan pendekatan untuk mengurangi
risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan. Maksud dan tujuan:
 Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan praktisi dalam
pelayanan kesehatan.
 Pokok dari eliminasi infeksi adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. Fasilitas
pelayanan kesehatan menerapkan program handhygiene yang efektif.
 Kebijakan dan atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan
secara berkelanjutan risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
 Lingkungan kerja yang bersih, disinfeksi, dekontaminasi dan sterilisasi instrument
medis yang digunakan, ketertiban melakukan hand hygiene dengan langkah yang
benar pada saat sebelum menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur
aseptic, sesudah terpapar caoran tubuh pasien, sesudah menyentuh pasien,
sesudah menyentuh benda-benda di sekitar pasien.
 Penggunaan APD perlu diperhatikan pada saaat memberikan pelayanan yang
membutuhkan alat pelindung diri.
 Untuk mencegah terkena benda tajam yang terinfeksi maupun sampah infeksius
perlu dilakukan pembuangan sampah medis infeksius dengan benar.

11
6. Mengurangi risiko pasien akibat terjatuh
Fasilitas pelayanan kesehatan mengembangkan pendekatan untuk mengurangi
risiko pasien cedera karena jatuh. Kegiatan yang dilakukan:
 Fasilitas pelayanan kesehatan menerapkan proses asesmen awal risiko pasien
jatuh dan melakukan asesmen ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi
perubahan kondisi atau pengobatan.
 Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada
hasil asesmen dianggap beresiko.

Insiden Keselamatan Pasien


Insiden keselamatan adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien
(PMK Nomor 11 tahun 2017).. setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan
penanganan insiden keselamatan pasien meliputi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD),
Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kondisi Potensial Cedera
(KPC).
Penanganan insiden di fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan melalui
pembentukan Tim Keselamatan Pasien yang ditetapkan oleh pimpinan fasilitas pelayanan
kesehatan. Dalam melakukan kegiatan insiden, tim keselamatan pasien melakukan kegiatan
berupa pelaporan, investigasi, dan analisis penyebab insiden tanpa menyalahkan,
menghukum dan mempermalukan seseorang.
Tim keselamatan pasien bertanggungjawab langsung kepada pimpinan fasilitas
pelayanan kesehatan. Keanggotaan tim tersebut paling sedikit terdiri dari unsur klinisi di
fasilitas pelayanan kesehatan.
Jika sudah terjadi insiden, maka upaya korektif maupun tindakan korektif harus
dilakukan. Akibat dari kejadian harus dikoreksi dan tindak korektif melalui analisis terhadap
kejadian harus dilakukan agar tidak terjadi lagi dimasa mendatang.
Risiko-risiko yang mungkin terjadi dalam pelayanan klinis harus harus diidentifikasi,
dianalisis, dan ditindaklanjuti dalam upaya meminimalkan terjadinya risiko dan melakukan
penanganan jika terjadi kejadian tidak diharapkan. Jika terjadi kejadian tidak diharapkan
maka harus ditindaklanjuti dengan melakukan analisis tingkat keparahan kejadian tersebut
untuk menentukan langkah selanjutnya. Jika dari hasil kajian tingkat keparahan ternyata
masuk kategori risiko tinggi atau ekstrim, maka harus dilakukan RCA, tim RCA harus segera
dibentuk oleh kepala FKTP untuk melakukan investigasi dan tindak lanjut. Keseluruhan
langkah RCA harus diselesaikan paling lambat 45 hari. Jika kejadian tersebut masuk risiko
sedang atau minimal, maka dilakukan investigasi sederhanaoleh atasan langsung untuk
segera dilakukan tindak lanjut, paling lambat keseluruhan upaya tindak lanjut sudah dapat
diseleseikan dalam waktu 12 hari.
Setiap insiden keselamatan pasien harus dilaporkan ke pimpinan fasilitas pelayanan
kesehatan paling lambat 2x24 jam. Budaya untuk melaporkan jika terjadi insiden
keselamatan perlu dikembangkan bersamaan dengan budaya just culture, budaya

12
memberikan perlakuan yang adil sehingga tidak terjadi budaya saling menyalahkan dalam
penyelenggaraan pelayanan klinis pada pasien.
Pelaporan insiden keselamatan pasien ditujukan untuk menurunkan insiden dan
mengoreksi system dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien dan tidak
menyalahkan orang lain. Pelaporan insiden harus:
 Dijamin keamanannya
 Bersifat rahasia
 Anonym (tanpa identita)
 Tidak mudah diakses oleh orang yang tidak berhak

Penyusunan Register Risiko di FKTP


Risiko-risiko yang terkait dengan penyediaan pelayanan pasien di Puskesmas /
fasilitas kesehatan tingkat pertama, fasilitas tempat pelayanan, dan kegiatan pelayanan
kesehatan di luar gedung Puskesmas / FKTP (kegiatan UKM) harus diidentifikasi, dianalisis
dan diupayakan untuk meminimalkan / mencegah terjadinya dan jika terjadi kejadian dilakukan
upaya untuk mengatasi akibat kejadian tersebut. Hasil analisa tersebut dituangkan dalam register
risiko sebagaimana table berikut:
Risiko Upaya
Pelayanan/
yang Tingkat Penyebab Pencegaha penanganan
No tempat Akibat Pelaporan
mungkin risiko terjadi n jika terjadi
kerja
terjadi insiden

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

13
Sesuai dengan pasal 88 dan pasal 96 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan disebutkan bahwa tenaga kesehatan yang diijinkan berprofesi
minimal berijazah Diploma Tiga ( D III ). Berikut ini Kualifikasi Sumber Daya Manusia dan
realisasi tenaga upaya kesehatan lingkungan yang ada di Puskesmas Balong adalah :

Kegiat
Kualifikasi SDM Realisasi
an

Kesehatan Lulusan D III Akademi


- Pendidikan diploma III
Lingkungan kesehatan lingkungan Kesehatan Lingkungan

- Memiliki Surat Tanda Memiliki STR


Regristasi

- Memiliki Surat Ijin Kerja Memiliki SIPTS

B. Distribusi Ketenagaan
Semua karyawan puskesmas wajib berpartisipasi dalam kegiatan
KesehatanLingkungan mulai di Kepala puskesmas, penanggung jawab UKP, penanggung
jawab UKM, dan seluruh karyawan.Sebagai penanggung jawab dalam penyelenggaraan
kegiatan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas adalah petugas Sanitarian. Pengaturan dan
penjadualan tenaga puskesmas dalam upaya kesehatan Lingkungan dilaksanakan lintas
program dan dikoordinir oleh Petugas Promkes sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan.

C. Jadwal Kegiatan
1. Pengaturan kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan dilakukan bersama oleh para
pelaksana program dalam kegiatan lokakarya mini bulanan maupun tri bulanan/lintas
sektor, dengan persetujuan kepala puskesmas.
2. Jadwal kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan dibuat untuk jangka waktu satu tahun,
dan di break down dalam jadwal kegiatan bulanan dan dikoordinasikan pada awal bulan
sebelum pelaksanaan jadwal.
3. Secara keseluruhan jadwal dan perencanaan kegiatan program kesehatan lingkungan di
koordinasikan oleh Kepala Puskesmas Balong
4.

14
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Standar Ruang
1. Pelayanan Dalam Gedung
Pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan di dalam gedung berupa
pelayanan Klinik sanitasi, dilakukan oleh koordinator pelayanan Kesehatan
Lingkungan yang menempati ruang di lantai 1 pada ruang konseling/promosi
kesehatan.
Adapun pelaksanaan rapat koordinasi program Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) dilakukan di ruang pertemuan Puskesmas Balong lantai 2.
 Ukurang Ruang ( Gabung dengan pelayanan promkes )
a. Luas ruangan 4,5 x 2,5 m
b. Pintu Ukuran 1 x 2,5 m
c. Atap dan langit-langit kuat dan berwarna terang, mudah dibersihkan dan
ketinggian dari lantai 4 m.
d. Dinding terbuat dari material keras, rata dan tidak berpori, tidak silau, kedap
air dan mudah dibersihkan.
e. Lantai kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna terang dan mudah
dibersihkan.
f. Pintu dan jendela lebar dan dapat dibuka secara maksimal.
g. Tersedia 1 bh AC .
 Prasarana
a. Dilengkapi dengan tempat sampah tertutup.
b. Ventilasi cukup dan sirkulasi udara terjaga.
c. Pencahayaan cukup terang
Skema Alur Pelayanan Kesehatan Lingkungan

RUANG 1. Pelayanan
PENDAFT UMUM
DATANG
ARAN
2. Pelayanan
Lansia

3. Pelayanan
KIA

PULANG APOTEK RUANG


PELAYAN
AN

15
2. Sedang kegiatan luar gedung petugas dapat mengunjungi sasaran dengan ikut
kegiatan ke desa (pemeriksaan rumah, SAB, Saluran pembuangan, Jamban, dll ) ke
Tempat tempat Umum (sekolah, pasar,Puskesmas } dan kegiatan lain yang bersifat
dan berhubungan dengan kesehatan lingkungan.

B. Standar Fasilitas
Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pelayanan Kesehatan Lingkungan
Puskesmas Balong memiliki sarana penunjang antara lain :
Pelayanan kesehatan Sarana Prasana
Lingkungan
 Meja
( Dalam Gedung )  Kursi
Konseling  Media informasi cetak atau elektronik
Pengawasan Kebersihan  Buku panduan
 Buku register
 Kuesoner panduan wawancara
 APD ( Masker,Gaun, Face shield )
 Tempat Cuci Tangan
 Hand sanitizer

( Luar Gedung )  Leaflet


Inspeksi Sanitasi  LCD
Intervensi / Tindakan  Laptop
 Form cheklist pemeriksaan
 Buku Kegiatan
 APD ( Masker, Face Shield, sarung
tangan )
 Hand Sanitizer
 Sanitarian Kit

BAB IV

16
TATA LAKSANA UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN

A. Lingkup Kegiatan
Kegiatan Kesehatan Lingkungan yang dilakukan dengan tetap menjalankan Protokol
kesehatan yang secara umum harus memuat:
1. Perlindungan Kesehatan Individu
Penularan COVID-19 terjadi melalui droplet yang dapat menginfeksi manusia dengan
masuknya droplet yang mengandung virus SARS-CoV-2 ke dalam tubuh melalui hidung,
mulut, dan mata. Prinsip pencegahan penularan COVID-19 pada individu dilakukan
dengan menghindari masuknya virus melalui ketiga pintu masuk tersebut dengan
beberapa tindakan, seperti:
a. Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung dan mulut
hingga dagu, jika harus keluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain yang tidak
diketahui status kesehatannya (yang mungkin dapat menularkan COVID-19). Apabila
menggunakan masker kain, sebaiknya gunakan masker kain 3 lapis.
b. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun dengan air
mengalir atau menggunakan cairan antiseptik berbasis alkohol/handsanitizer. Selalu
menghindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang tidak bersih
(yang mungkin terkontaminasi droplet yang mengandung virus).
c. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari terkena droplet
dari orang yang bicara, batuk, atau bersin, serta menghindari kerumunan, keramaian,
dan berdesakan. Jika tidak memungkinkan melakukan jaga jarak maka dapat
dilakukan berbagai rekayasa administrasi dan teknis lainnya. Rekayasa administrasi
dapat berupa pembatasan jumlah orang, pengaturan jadwal, dan sebagainya.
Sedangkan rekayasa teknis antara lain dapat berupa pembuatan partisi, pengaturan
jalur masuk dan keluar, dan lain sebagainya.
d. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) seperti mengkonsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik minimal 30 menit
sehari dan istirahat yang cukup (minimal 7 jam), serta menghindari faktor risiko
penyakit.
2. Perlindungan Kesehatan Masyarakat
Perlindungan kesehatan masyarakat merupakan upaya yang harus dilakukan oleh
semua komponen yang ada di masyarakat guna mencegah dan mengendalikan
penularan COVID-19 meliputi :
a. Kegiatan promosi kesehatan (promote) dilakukan melalui sosialisasi, edukasi, dan
penggunaan berbagai media informasi untuk memberikan pengertian dan
pemahaman bagi semua orang, serta keteladanan dari pimpinan, tokoh masyarakat,
dan melalui media mainstream.
b. Kegiatan perlindungan (protect) antara lain dilakukan melalui penyediaan sarana cuci
tangan pakai sabun yang mudah diakses dan memenuhi standar atau penyediaan
handsanitizer, upaya penapisan kesehatan orang yang akan masuk ke tempat dan

17
fasilitas umum, pengaturan jaga jarak, disinfeksi terhadap permukaan, ruangan, dan
peralatan secara berkala, serta penegakkan kedisplinan pada perilaku masyarakat
yang berisiko dalam penularan dan tertularnya COVID-19 seperti berkerumun, tidak
menggunakan masker, merokok di tempat dan fasilitas umum dan lain sebagainya.
Kegiatan Kesehatan Lingkungan yang dilakukan meliputi :
1. Kegiatan di Dalam Gedung
a. Konseling
1) Konseling dilakukan oleh tenaga kesehatan lingkungan/Promkes
2) Konseling terhadap pasien yang menderita penyakit
ataugangguan kesehatan yang diakibatkan oleh Faktor RisikoLingkungan
dilaksanakan secara terintegrasi dengan pelayanan perawatan pengobatan
3) Dalam hal pasien yang menderita penyakit atau gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh Faktor Risiko Lingkungan tidak memungkinkan
untuk menerima Konseling, konseling dapat dilakukan terhadap keluarga yang
mendampingi.
4) Konseling dapat menggunakan alat peraga, percontohan, media
cetak atau elektronik.
b. Pemantauan kebersihan / sampah
1). Kegiatan pemantauan kebersihan lingkungan Puskesmas
2). Kegiatan pengawasan penanganan limbah infeksius dan non infeksius
3). Kegiatan Pengawasan pengolahan air limbah

2. Kegiatan Luar Gedung


a. Inspeksi Kesehatan Lingkungan
1) Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilaksanakan oleh Tenaga Kesehatan
Lingkungan (sanitarian ) yang membawa surat tugas dari Kepala Puskesmas
2) Dalam pelaksanaan Inspeksi Kesehatan Lingkungan Tenaga Kesehatan
Lingkungan sedapat mungkin mengikutsertakan petugas Puskesmas yang
menangani program terkait atau mengajak serta petugas dari Puskesmas atau
tenaga kesehatan (bidan dan perawat ) di desa
3) Kegiatan meliputi Perumahan ( termasuk hasil konseling ) IKL SAB/AM, IKL TTU,
IKL TPM, IKL DAM dan IKL Rumah sehat.
4) Sosialisasi dan Pemicuan STBM
5) Pengambilan Sampel
b. Intervensi/tindakan kesehatan lingkungan.
Intervensi Kesehatan Lingkungan adalah tindakan penyehatan, pengamanan, dan
pengendalian untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek
fisik, kimia, biologi, maupun social.

B. Metode

18
1. Metode Konseling
a. Identifikasi prilaku/kebiasaan;
b. identifikasi kondisi kualitas kesehatan lingkungan;
c. dugaan penyebab; dan
d. saran dan rencana tindak lanjut
2. Metode Inspeksi Kesehatan Lingkungan
Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilakukan dengan cara/metode sebagai berikut:
a. pengamatan fisik media lingkungan;
b. pengukuran media lingkungan di tempat;
c. uji laboratorium; dan/atau
d. analisis risiko kesehatan lingkungan.
3. Metode Intervensi Kesehatan Lingkungan
a. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
b. Perbaikan dan Pembangunan Sarana
c. Pengembangan Teknologi Tepat Guna

C. Langkah Kegiatan
1. Kegiatan di Dalam Gedung
a. Konseling
 Perencanaan (P1)
1) Membuat Jadwal
2) Persiapan
 Menyiapkan ruangan;
 Menyiapkan daftar pertanyaan untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan;
 Menyiapkan media informasi dan alat peraga bila diperlukan seperti poster,
lembar balik, leaflet, maket (rumah sehat, jamban sehat, dan lain-lain) serta
alat peraga lainnya.

 Penggerakan dan Pelaksanaan (P2)


Dalam pelaksanaan, Tenaga Kesehatan Lingkungan menggali data/informasi
kepada Pasien atau keluarganya, sebagai berikut:
1) Umum, berupa data individu/keluarga dan data lingkungan;
2) Khusus, meliputi:
a) Identifikasi perilaku/kebiasaan;
b) Identifikasi kondisi kualitas kesehatan lingkungan;
c) Dugaan penyebab; dan
d) Saran dan rencana tindak lanjut.

Sistem pelayanan:
1) Custemer service:
 Beri salam, sambut Pasien dengan hangat.

19
 Tunjukkan bahwa Anda memperhatikannya, mengerti keadaan dan
keperluannya, bersedia menolongnya dan mau meluangkan waktu.
 Tunjukkan sikap ramah.
 Perkenalkan diri dan tugas Anda.
 Yakinkan dia, bahwa Anda bisa dipercaya dan akan menjaga kerahasiaan
percakapan anda dengan Pasien.
 Tumbuhkan keberaniannya untuk dapat mengungkapkan diri.
2) Tanyakan :
 Tanyakan bagaimana keadaan atau minta Pasien untuk menyampaikan
masalahnya pada Anda.
 Dengarkan penuh perhatian dan rasa empati.
 Tanyakan apa peluang yang dimilikinya.
 Tanyakan apa hambatan yang dihadapinya.
 Beritahukan bahwa semua keterangan itu diperlukan untuk menolong
mencari cara pemecahan masalah yang terbaik bagi Pasien.
3) Uraikan
Uraikan tentang hal-hal yang ingin diketahuinya atau anda menganggap perlu
diketahuinya agar lebih memahami dirinya, keadaan dan kebutuhannya untuk
memecahkan masalah.Dalam menguraikan anda bisa menggunakan media
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) supaya lebih mudah dipahami.
4) Bantu
Bantu Pasien mencocokkan keadaannya dengan berbagai kemungkinan yang
bisa dipilihnya untuk memperbaiki keadaannya atau mengatasi masalahnya.
5) Jelaskan
Berikan penjelasan yang lebih lengkap mengenai cara mengatasi permasalahan
yang dihadapi Pasien dari segi positif dan negatif serta diskusikan upaya untuk
mengatasi hambatan yang mungkin terjadi. Jelaskan berbagai pelayanan yang
dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah tersebut.
6) Ulangi
Ulangi pokok-pokok yang perlu diketahui dan diingatnya.Yakinkan bahwa anda
selalu bersedia membantunya.Kalau Pasien memerlukan percakapan lebih
lanjut yakinkan dia bahwa anda siap menerimanya.

 Pengawasan Pengendalian Penilaian ( P3 )


Kegiatan yang dilakukan petugas kesling
1) Melakukan penilaian terhadap komitmen Pasien (Formulir tindak lanjut
konseling) yang telah diisi dan ditandatangani untuk mengambil keputusan yang
disarankan, dan besaran masalah yang dihadapi;
2) Menyusun rencana kunjungan untuk Inspeksi Kesehatan Lingkungan sesuai
hasil Konseling; dan
3) Menyiapkan langkah-langkah untuk intervensi.

20
b. Pengawasan kebersihan / sampah /Limbah
 Persiapan (P1)
1) Membuat jadwal pemeriksaan baik kebersihan / pengiriman sampah
2) Menyiapkan dan membawa form kegiatan pemeriksaan dan alat tulis
 Penggerakan dan Pelaksanaan (P2)
1) Memeriksa baik kebersihan / pengelolaan sampah
2) Mengisi form kegiatan pemeriksaan dengan alat tulis yang sdh ada
 Pengawasan Pengendalian Penilaian ( P3 )
Kegiatan yang dilakukan petugas kesling
1) Petugas mencatat hasil dan melaporkan hasil kegiatan
2) Petugas menganalisa hasil
3) Petugas membuat kajian pencapaian dan menindaklanjuti

2. Kegiatan di Luar Gedung


a. Inspeksi Sanitasi
 Perencanaan (P1)
1) Membuat jadwal Inspeksi Sanitasi baik dari hasil Konseling maupun hasil tahun
sebelumnya
2) Tenaga Kesehatan Lingkungan membuat janji kunjungan rumah dan
lingkungannya dengan Pasien dan keluarganya apabila dari hasil konseling
memerlukan tindak lanjut. ( Jika Hasil Konseling )
3) Menyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan kelengkapan lapangan yang
diperlukan (formulir Inspeksi Kesehatan Lingkungan, formulir pencatatan status
kesehatan lingkungan, media penyuluhan, alat pengukur parameter kualitas
lingkungan)
4) Melakukan koordinasi dengan perangkat desa/kelurahan (kepala desa/lurah,
sekretaris, kepala dusun atau ketua RW/RT) dan petugas kesehatan/bidan di
desa.
 Penggerakan dan Pelaksanaan (P2)
1) Melakukan pengamatan media / pemeriksaan :
 Lingkungan sarana usaha / pasien dan perilaku pelaku usaha / masyarakat
sekitar.
 Pengukuran media lingkungan di tempat, uji laboratorium, dan analisis risiko
sesuai kebutuhan( Jika diperlukan ).
 Melakukan penemuan penderita lainnya ( Jika dari Konseling )
 Melakukan pemetaan populasi berisiko ( Jika dari Konseling )
2) Memberikan saran tindak lanjut kepada sasaran (TTU, TPM, keluarga pasien
dan keluarga sekitar). Saran tindak lanjut dapat berupa Intervensi Kesehatan
Lingkungan yang bersifat segera. Saran tindak lanjut disertai dengan
pertimbangan tingkat kesulitan, efektifitas dan biaya.
 Pengawasan Pengendalian Penilaian ( P3 )
Kegiatan yang dilakukan petugas kesling

21
1) Petugas mencatat hasil kegiatan dan melaporkan hasil kegiatan
2) Petugas menganalisa hasil kegiatan
3) Petugas membuat kajian pencapaian dan menindaklanjuti

b. Intervensi Kesehatan Lingkungan


 Perencanaan ( P1)
1) Membuat jadwal dengan dasar hasil Konseling dan hasil Inspeksi Sanitasi
2) Menyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan kelengkapan lapangan yang
diperlukan (formulir Inspeksi Kesehatan Lingkungan, formulir pencatatan status
kesehatan lingkungan, media penyuluhan, alat pengukur parameter kualitas
lingkungan)
3) Melakukan koordinasi dengan perangkat desa/kelurahan (kepala desa/lurah,
sekretaris, kepala dusun atau ketua RW/RT) dan petugas kesehatan/bidan di
desa.
 Penggerakan dan Pelaksanaan (P2)
1)Intervensi Kesehatan Lingkungan harus mempertimbangkan tingkat risiko
berdasarkan hasil Inspeksi Kesehatan Lingkungan.
2) Intervensi Kesehatan Lingkungan dilakukan oleh Pasien sendiri.
3). Dalam hal cakupan Intervensi Kesehatan Lingkungan menjadi luas, maka
pelaksanaannya dilakukan bersama pemerintah, dan masyarakat/swasta
 Pengawasan Pengendalian Penilaian ( P3 )
Kegiatan yang dilakukan petugas kesling
1) Petugas mencatat hasil kegiatan dan melaporkan hasil kegiatan
2) Petugas menganalisa hasil kegiatan
3) Petugas membuat kajian pencapaian dan menindaklanjuti

Adapun untuk kegiatan pemantauan evaluasi upaya kesehatan lingkungan


1) Kepala Puskesmas bertanggung jawab untuk meningkatkan mutu Pelayanan
Kesehatan Lingkungan di Puskesmas.
2) Untuk meningkatkan mutu Pelayanan Kesehatan Lingkungan dilakukan
pemantauan dan evaluasi Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas.
3) Pemantauan dan evaluasi Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
mencakup Pelayanan Kesehatan Lingkungan Puskesmas dan pelaksanaan
pengawasan kualitas media lingkungan dalam rangka program kesehatan.
4) Hasil pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dibahas dalam
pertemuan integrasi lintas program Puskesmas secara berkala.
5) Hasil pemantauan dan evaluasi digunakan untuk mengukur kinerja Pelayanan
Kesehatan Lingkungan di Puskesmas yang sekaligus menjadi indikator dalam
penilaian akreditasi Puskesmas.

D. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

22
Bulan
Kegiata
n

Konseli
X
ng
Inspeks
i
Sanitas
i X
Tempat
tempat
umum
Inspeks
i
Sanitas
i
Tempat
Pengel X
olaan
Makan
an-
minum
an
IKL
Sarana
Air
X
Bersih/
Air
Minum
IKL
Depo
Air
X
Minum
Isi
Ulang
Pemicu
X
an
Sosialis
asi
X
sekolah
sehat
Koordin
asi
natural
leader
dalam
X
rangka
percep
atan
ODF
desa
Monev
Jamba X
n
Verifika
si desa X
ODF
Penyul
uhan &
demo/k
ampan
X
ye ctps
di
masyar
akat
Penyul 23
uhan &
demo/k
ampan X
BAB V

24
LOGISTIK

Perencanaan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang


pelaksanannya dilakukan oleh semua petugas penanggungjawab program kemudian
diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di masing-masing organisasi.
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan kesehatan
Lingkungan direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan lintas
sektor sesuai dengan tahapan kegiatan dan metoda pemberdayaan yang akan
dilaksanakan.
 Kegiatan di dalam gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana antara lain:
a. Meja, Kursi
b. Alat tulis
c. Buku catatan Kegiatan
d. Leaflet
e. Buku panduan
f. Komputer
g. APD ( Masker,Gaun, Face shield )
h. Tempat Cuci Tangan
i. Hand sanitizer
 Kegiatan di luar gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana yang meliputi :
a. LCD
b. Lap top
c. Leaflet
d. Form check list
e. Sanitarian Kit
f. Buku catatan kegiatan
g. APD ( Masker, Face Shield, sarung tangan )
h. Hand Sanitizer

Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh Koordinator pelayanan kesehatan


lingkungan berkoordinasi dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam
pertemuan lokakarya mini Puskesmas untuk mendapatkan persetujuan Kepala
Puskesmas. Sedangkan dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan
direncanakan oleh pelaksana program kesehatan lingkungan berkoordinasi dengan
bendahara puskesmas dan dibahas dalam kegiatan mini lokakarya puskesmas untuk
selanjutnya dibuat perencanaan kegiatan (POA–Plan Of Action).

25
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau


dampak, baik resiko yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun
resiko yang terjadi pada petugas sebagai pelaksana kegiatan. Keselamatan pada
sasaran harus diperhatikan karena masyarakat tidak hanya menjadi sasaran satu
kegiatan saja melainkan menjadi sasaran banyak program kesehatan lainnya.
Tahapan – tahapan dalam mengelola keselamatan sasaran antara lain :
1. Identifikasi Resiko.
Penanggung jawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus mengidentifikasi resiko
terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan
kegiatan.Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan kegiatan dimulai sejak membuat
perencanaan.Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan dari
pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk
tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Analisis Resiko.
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau dampak dari
pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan
langkah-langkah yang akan diambil dalam menangani resiko yang terjadi.
3. Rencana Pencegahan Resiko dan Meminimalisasi Resiko.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah menentukan
rencana yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko atau dampak yang mungkin
terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau meminimalkan resiko yang mungkin
terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan.
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan. Hal ini perlu
dilakukan untuk menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi resiko atau dampak yang
terjadi.
5. Monitoring dan Evaluasi.
Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan sedang berjalan.
Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan sudah berjalan sesuai dengan
perencanaan, apakah ada kesenjangan atau ketidak sesuaian pelaksanaan dengan
perencanaan. sehingga dengan segera dapat direncanakan tindak lanjutnya. Tahap yang
terakhir adalah melakukan Evaluasi kegiatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah
tujuan sudah tercapai.

Dalam perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan perlu


diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi resiko terhadap
segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan.Upaya

26
pencegahan resiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap tiap kegiatan yang
akan dilaksanakan.

Identifikasi Pencegahan
Upaya
Resiko Resiko

Konseling Tertularnya Menjaga Jarak ,


penyakit menggunakan masker dan
CTPS/Hand sanitizer
Inspeksi Kesehatan Terjadinya Memberi motivasi
Lingkungan resiko pada masyarakat /
lingkungan penyuluhan
yang kotor

Intervensi kesehatan Terkena Menggunakan Masker dan


Lingkungan bahan kimia CTPS

27
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari-hari


sering disebut Safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah petugas dan hasil kegiatannya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan.
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan
suasana kerja yang aman, kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan
dan kerusakan serta penurunan kesehatan akibat dampak dari pekerjaan yang
dilakukan, bagi petugas pelaksana dan petugas terkait. Keselamatan kerja disini lebih
terkait pada perlindungan fisik petugas terhadap resiko pekerjaan.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus
melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada
pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Seiring dengan kemajuan Ilmu dan tekhnologi, khususnya sarana dan
prasarana kesehatan, maka resiko yang dihadapi petugas kesehatan semakin
meningkat.Petugas kesehatan merupakan orang pertama yang terpajan terhadap
masalah kesehatan, untuk itu`semua petugas kesehatan harus mendapat pelatihan
tentang kebersihan, epidemiologi dan desinfeksi.Sebelum bekerja dilakukan
pemeriksaan kesehatan untuk memastikan kondisi tubuh yang sehat. Menggunakan
desinfektan yang sesuai dan dengan cara yang benar, mengelola limbah infeksius
dengan benar dan harus menggunakan alat pelindung diri yang benar.
Dalam perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan program kesehatan
lingkungan perlu diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas
sektor dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang
dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan resiko terhadap
petugas harus dilakukan untuk tiap tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

Identifikasi Pencegahan
Upaya
Resiko Resiko

Konseling Resiko tertular Menjaga Jarak ,


penyakit
Menggunakan APD
(Masker,Gaun, Face shield )
dan CTPS/Hand sanitizer
Inspeksi Kesehatan Terpapar bahan Menggunakan APD
Lingkungan kimia
(Masker,Face shield, sarung

28
tangan ) dan CTPS

Intervensi kesehatan Kecelakaan Kerja Menggunakan APD


Lingkungan

29
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk
mengukur dan menilai mutu pelayanan.Pengendalian mutu sangat berhubungan
dengan aktifitas pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya
untuk menjaga agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan
menghasilkan keluaran yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator
sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator Kesehatan Lingkungan
Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan yang
ditemukan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.

30
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelaksanaan kesehatan lingkungan ini dibuat untuk


memberikan petunjuk dalam pelaksanaan kegiatankesehatan lingkungan di
Puskesmas Balong, penyusunan pedoman disesuaikan dengan kondisi riil yang ada
di puskesmas, tentu saja masih memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai dengan
pedoman yang berlaku secara nasional. Perubahan perbaikan, kesempurnaan masih
diperlukan sesuai dengan kebijakan, kesepakatan yang menuju pada hasil yang
optimal.
Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi petugasdalam melaksanakan
pelayanan kesehatan lingkungan di puskesmas agar tidak terjadi penyimpangan atau
pengurangan dari kebijakan yang telah ditentukan.

31

Anda mungkin juga menyukai