TENTANG
PENETAPANPANDUANPROSES STERILISASI
BARANGSINGLE USE YANGDI REUSE
DIREKTURUTAMARUMAHSAKITNASIONALDIPONEGORO,
MEMUTUSKAN:
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Barang single use adalah suatu alat atau bagian dari suatu benda
termasuk segala macam komponen, suku cadang, aksesori yang ditujukakn
untuk sekali pakai dalam diagnosis atau terapi medis pada manusia yang
dikelompokkan kedalam peralatan kritis yang harus disediakan dalam keadaan
steril atau yang harus disediakan setelah diproses dengan Desinfeksi Tingkat
Tinggi (DTT). Penggunaan kembali barang - barang single use di Rumah Sakit
dilakukan setelah melalui proses sterilisasi ualang. Proses sterilisasi barang
single use ini dilatar belakangi berbagai macam alasan, diantaranya harga
barang yang terlalu mahal, keterbatasan dana atau anggaran yang dimiliki oleh
Rumah Sakit terkait dan kelangkaan atau keterbatasan jumlah alat pengganti.
Dikarenakan barang - barang tersebut diproduksi dan didesain untuk
satu kali pemakaian/ single use maka proses pemakaian kemabali (re-use)
dimungkinkan akan menimbulkan beberapa masalah bagi pasien maupun
petugas Rumah Sakit . Hal ini tentunya sangat berdampak terhadap penurunan
mutu pelayanan Rumah Sakit. Untuk menghindari kemungkinan -
kemungkinan masalah yang timbul akibat dilakukannya proses sterilisasi ulang
pada barang single use ini, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan
diantaranya seprti pertimbangan klinis, pertimbanagn tekhnis, Cost effective,
keamanan personil dan etika - legalitas medis.
Atas dasar masalah - masalah diatas Unit CSSD membuat Panduan
Proses Sterilisasi Barang Single Use Yang di Re-use, dengan tujuan sebagai
berikut:
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Sebagai panduan untuk penyelenggaraan proses sterilisasi terkait barang
sungle use yang di re-use di lingkungan RS Nasional Diponegoro.
2. Tujuan Khusus
1) Menyelenggarakan proses sterilisasi barang single use berdasarkan
pertimbangan klinis (patient safety)
2) Menyelenggarakan proses sterilisasi barang single use berdasarkan
pertimbangan tekhnis diantaranya ruang kerja, faislitas dan Sumber
Daya Manusia
3) Menyelenggrakan proses sterilsasi barang sinngle use berdasrkan
pertimbangan Cost effective
4) Menyelenggarakan proses sterilisasi barang bsingle use berdasarkan
pertimbangan etika - legalitas medis
5) Memahami proses sterilsasi barang single use sesuai dengan aturan
dan spesifikasi dari setiap barang yang akan diproses
C. PENGERTIAN
1. Barang single use adalah suatu alat atau bagian dari suatu benda
termasuk segala macam komponen, suku cadang, acsesoris yang
ditujukan untuk sekali pakai dalam diagnosis atau terapi medis pada
manusia yang dikelompokkan kedalam peralatan kritis yang harus
disediakan dalam keadaan steril atau harus disediakan setelah diproses
dengan Deinfektan Tingkat Tinggi.
1
2. Barang steril single use yang dapat dipakai ulang (re-use) harus melalui
proses Pre-Cleaning dan Cleaning sampai terbebas dari mikroorganisme
dengan cara Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) atau Sterilisasi dengan mesin
Sterilisasi.
3. Pre - Cleaning adalah proses yang membuat benda mati lebih aman untuk
ditangani oleh petugas sebelum dibersihkan, mengurangi jumlah
mikroorganisme yang mengkontaminasi, mengaktifasi virus HBV, HCV,
dan HIV. Sedangkan prose Cleaning adalah proses secara fisisk
membuang semua kotoran dan sejumlah mikroorganisme dari alat
kesehatan untuk mengurangi risiko bagi petugas selanjutnya.
4. Desifinkesi Tingkat Tinggi (DTT) adalah suatu proses yang dilakukan
terhadap peralatan medis golongan semi kritikal dengan menggunakan
desinfektan untuk membunuh semua bentuk mikroorganisme kecuali
endospora.
5. Sedangkan Sterilisasi adalah suatu proses yang dilakukan terhadap
peralatan medis golongan kritikal dengan menggunakan mesin sterilisator
baik suhu tinggi maupun suhu rendah untuk membunuh semua
mikroorganisme termasuk indospora.
BAB II
RUANG LINGKUP
2
BAB III
FAKTOR PERTIMBANGAN
A. Pertimbangan Klinis
1. Keamanan Pasien (Patient safety)
a. Apabila terjadi kerusakan pada struktur pada barang/alat, tidak akan
berakibat buruk pada pasien.
b. Perlu dipastikan tidak terdapat sisa kotoran atau bahan - bahan
berbahaya pada barang single use yang dilakukan proses re-use.
2. Standar Keselamatan (Standart of care)
Perlu dilakukan penilaian apakah penggunaan ulang tersebut tidak
menyalahi standar keselamatan (Standart of care) di unit pelayanan pasien.
3. Keamanan untuk Petugas
Proses sterilisasi untuk penggunaan ulang barang/alat tersebut dapat
menimbulkan resiko bahaya bagi petugas Rumah Sakit diantaranya:
1) Bahaya penularan penyakit seperti hepatitis, HBSag, HIV-AIDS, TBC dan
penyakit menular lainnya
2) Bahaya iritasi atau penyakit yang ditimbulkan akibat terpapar cairan/
bahan yang digunakan selama proses sterilisasi ulang
B. Pertimbangan Teknis
1. Sarana dan Pra Sarana Rumah Sakit
Rumah sakit harus mempunyai sarana dan pra sarana yang sesuai
dengan spesifikasi dan fasilitas untuk melakukan proses sterilisasi barang
single use, sudah tersentralisasi, proses sterilasasi dibawah pengawasan
Instalasi Sterilisasi dan sesuai Prosedur Operasional Standar yang telah
ditetapkan.
a. Ruangan
1) Area Dekontaminasi (Pre-Cleaning & Cleaning) barang/single use
yang kotor
2) Area Packing ( Pengemasan) barang atau alat single use yang bersih
3) Area Penyimpanan Steril untuk menyimpan alat single use steril
b. Peralatan
1) Proses Dekontaminasi (Pre-Cleaning & Cleaning)
i. Box
ii. Washbak
iii. Washer
iv. Spray gun
2) Proses Pengemasan (Packing)
i. Meja Packing
ii. Mesin Sealling (Sealer)
iii. Mesin labeler (Labelgun)
3) Proses Sterilisasi
i. Mesin Sterilisator Suhu tinggi (Autoclave atau Dry Heat)
ii. Mesin Sterilisator Suhu Rendah ( Ethylene Oxyde)
4) Penyimpanan
i. Rak atau Lemari penyimpanan yang memenuhi syarat
ii. Box kontainer
c. Bahan/ Cairan Desinfektan
Pemakain desinfektan di Rumah Sakit harus memenuhi standar
karena beberapa desinfektan memiliki kekurangan diantaranya :
1) Bersifat karsinogenik (memicu kanker), toxic ( beracun ), dan Iritan
(mudah menimbulkan iritasi )
3
2) Tidak mempunyai kemampuan membersihkan yang baikk
3) Busa yang dikeluarkan terlalu banyak
4) Membuat peralatan korosif atau rusak
Standar pemakaian desinfektan di Rumah Sakit terutama
memperhatikan tentang:
a) Jenis Desinfektan
b) Konsentrasi
c) Aturan pemakaian
d. Bahan Pengemasan/Packing
Kriteria bahan pengemas yang digunakan sebagai bahan pengemas
alat/ barang single use yang akan dilakukan sterilisasidiantaranya
a) Tahan terhadap suhu autoclave baik suhu rendah maupun tinggi
b) Mudah digunakan dan tidak beracun
c) Aman dan mudah dibuka
d) Dapat menahan mikroorganisme
e) Sesuai dengan metode sterilisasi yang digunakan
f) Kuat dan tahan lama
g) Tidak mudah sobek atau rusak
h) Mampu menahan segel/ seal dengan baik
i) Harga tidak terlalu mahal
2. Sumber Daya Manusia
Rumah Sakit harus mempunyai Sumber Daya Manusia yang
terampil dan kompeten dalam bidang sterilisasi baik yang bertugas di
Instalasi Sterilisasi (CSSD). Jika Sumber Daya Manusia yang dimiliki
tidak kompeten sudah dapat diprediksi akan menimbulkan masalah -
masalah tekhnis kedepannya.
3. Desain/ Jenis Barang
Perlu diperhatikan jenis barang single use tersebut mudah
dibersihkan atau tidak, agar proses sterilisasi berlangsung sempurna
sehingga mutu sterilisasi dapat terjamin.
4. Kerusakan Struktur Barang
Pastikan barang/alat single use yang di gunakan kembali dan
melewati proses pre-cleaning, cleaning dan sterilisasi tidak terjadi
kerusakan pada struktur barang tersebut, kerusakan pada struktur
barang/alat dikhawatirkan dapat membahayakan pasien. Barang/alat
dapat diproses kembali apabila cukup kuat, tidak rapuh, sobek, dan tidak
berubah bentuk sehingga mempengaruhi fungsi alat/barang tersebut.
Rekomendasi dari pabrik/ produsen barang single use
Lihat pada petunjuk pemakaian apakah tertera anjuran atau
rekomendasi dari pabrik atau produsen barang single use tersebut untuk
dilakukan pemakaian ulang/ re-use.
C. Pertimbangan Cost Effective
Dalam proses penyeterilan barang/alat single use dibutuhkan biaya
yang perlu diperhitungkan diantaranya :
1) Tenaga kerja ( Sumber Daya Manusia )
2) Sumber daya ( Energi listrik, air, uap)
3) Bahan pembersih/ cairan desinfektan
4) Bahan pengemas dan Bahan Medis Habis Pakai ( BHP) lainnya
5) Pemeliharaan peralatan/ mesin sterilisasi
6) Fasilitas penyimpanan dan distribusi barang/alat steril
7) Pengawasan proses sterilisasi
4
Pastikan biaya - biaya terkait dengan komponen diatas sebanding dengan
harga barang single use.
5
BAB IV
TATA LAKSANA
7
Petunjuk pengisian kartu monitoring alat
1) Petugas dari ruangan yang terakhir menggunakan alat memastikan
alat yang akan di re-use masih layak
2) Tulis dikolom kartu monitoring (ya) jika masih layak dan (tidak)
jika sudah tidak layak
3) Kemudian petugas yang terakhir menggunakan alat menuliskan
paraf dan nama terang
4) Alat yang sudah selesai digunakan dikirim ke CSSD untuk
dilakukan proses sterilisasi dengan menyertakan kartu monitoring
alat yang sudah diisi oleh petugas yang terakhir pakai
5) Petugas CSSD menerima alat dan memeriksa kartu monitoring,
ambil kartu monitoring alat dan letakkan dalam pasbox
6) Setelah alat selesai dilakukan proses desinfeksi dan pengeringan
masukkan alat kedalam poches
7) Ambil Kartu monitoring yang sesuai dengan alat, tulis tanggal
steril, tulis nama petugas CSSD sebagai operator, tuliskan kode
warna menggunakan spidol warna sesuai urutan pemakaian dan
ketentuannya, berikan keterangan berapa kali alat telah
dilakukan sterilisasi masukkan ke dalam plastik yang tahan
panas dan masukkan kartu monitoring kedalam poches yang
berisi alat single use yang akan dilakukan sterilisasi
8) Kemudian sealer dan alat siap disteril dengan suhu rendah.
8
i. Mendistribusikan ke ruang menggunkan box kontainer bersih
3. Golongan kritikal
a. Melakukan Pre- cleaning
b. Melakukan Cleaning
c. Mendesinfeksi Tingkat Tinggi
d. Melakukan pengeringan alat
e. Melakukan uji funsi alat
f. Mengemas alat menggunakan poches
g. Memberikan penanda pada alat (Label indikator, tanggal kadaluarsa,
nama set alat dan nama ruangan yang mengirim alat)
h. Melakukan proses sterilisasi menggunakan autoclave dry heat / suhu
rendah Etylen Oxyde (EO)
i. Melakukan penyimpanan pada ruang penyimpanan steril
j. Mendistribusikan ke ruang menggunkan box kontainer khusus
9
8 IIII III Putih Re -Use 8 kali ( R-8)
9 IIII IIII Orange Re -Use 9 kali ( R-9)
10
dapat dicantumkan pada alat melalui penempelan stiker. Jumlah reuse
kemudian dituliskan dalam rekam medis dan lembar Monitoring Dializer Reuse
RSND yang tersedia di unit Hemodialisis.
F. Pencatatan BMHP Reuse di Rekam Medis
Peralatan/Bahan Medis Habis Pakai harus melalui pencatatan di Rekam Medis
pasien sesuai dengan riwayat pemakaian, seperti:
1.Tipe alat
2.Jumlah pemakaian terkini
3.Tanggal di reuse
4.Teknik sterilisasi yang digunakan
4.Tanggal kadaluarsa
G. Evaluasi untuk Menurunkan Risiko Infeksi BMHP
1.Evaluasi Fisik pada Alat
1) Keutuhan kemasan
2) Perubahan warna indikator eksternal proses sterilisasi
3) Ketepatan penandaan waktu kadaluarsa seperti tanggal proses sterilisasi
dan tanggal kadaluarsa
4) Jumlah alat atau barang steril dan adanya kartu monitoring proses
sterilisasi barang single-use di re-use
5) Segera mengembalikan alat untuk disterilisasi ulang kalau ditemukan
indikasi tidak steril
6) Cek kartu monitoring di ruangan
11
h. Ampul indicator biologi yang ada tulisannya control berubah warna
kuning menunjukkan adanya mikroba.
i. Pada mesin attest biologi steam ada tanda ( + ) dan ( - ). Jika tanda
( + ) yang muncul maka bakteri tesebut belum mati, namun jika
tanda ( - ) yang muncul maka bakteri tersebut sudah mati.
4) Indikator Strip
a. Indikator Strip steam
Indikator strip untuk steam diletakkan di tengah-tengah/diantara
linen sebelum di packing dan disterilkan, untuk packing pouches
indicator strip diletakkan dalam pouches sebelum dipacking dan
disterilkan.Dikatakan alat-alat steril apabila setelah linen dan
instrument disterilkan dengan steam indicator berubah warna dari
kuning menjadi hitam
b. Autoclave tape
Indikator autoclave tape untuk steam diletakkan dibagian luar
setelah dipacking dan sebelum disterilkan, untuk packing wraping
paper indicator autoclave tape digunakan untuk perekat,dan untuk
box instrumen ibs ditempel dibagian luar. Dikatakan alat-alat steril
apabila setelah linen dan instrument disterilkan dengan steam
indicator berubah warna dari hijau menjadi hitam.
12
BAB V
DOKUMENTASI
A. Monitoring
1. Monitoring secara umum dilakukan sesuai dengan cara monitoring yang
tertera pada Buku Pedoman Layananan sterilisasi.
2. Monitoring khusus terhadap alat single use yang dilakukan proses sterilisasi
ulang menjadi tanggung jawab utama dokter yang menggunakan
3. Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh Instalasi Sterilisasi (CSSD) dan
Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS)
4. Monitoring dan evaluasi kejadian Ifeksi Daerah Operasi (IDO) terhadap
penggunaan alat single use yang di re-use harus menjadi perhatian , apakahg
infeksi terjadi akibat dari alat/barang single use yang tidak steril.
5. Melakukan uji mikrobiologi oleh Instalasi Sterilisasi secara acak dan berkala
pada alat/barang single use re-use yang dilakukan sterilisasi ulang.
6. Dengan pertimbangan keamanan dan keselamatan pasien Instalasi Sterilisasi
(CSSD) mempunyai wewenangan untuk merekomendasikan tidak layaknya
alat single use diproses re use kepada Departemen/ Instalasi/ Unit terkait.
Berikut merupakan kartu monitoring alat single use, petunjuk pengisian
kartu monitoring dan contoh alat single use yang digunakan di RS Nasional
a. Tujuan Proses Sterilisasi Ulang Barang/Alat Single Use
1) Mengurangi biaya/cost yang dikeluarkan Rumah Sakit dalam
penyediaan alat kesehatan
2) Meningkatkan masa pakai alat kesehatan
3) Mengurangi resiko Healthcare Associated Infections (HAIs)
4) Memelihara efektifitas dan mutu alat kesehatan
5) Menajamin keamanan dan stabilitas alat kesehatan
6) Menjamin mutu pelayanan sterilisasi
7) Menjamin keamanan dan keselamatan pasien
B. Evaluasi
a. Evaluasi mutu sterilisasi secara berkala menjadi tanggung jawab Unit Kerja
terkait bekerjasama dengan Instalasi Sterilisasi (CSSD)
b. Evaluasi terhadap kinerja alat dan sarana lain dilakukan oleh Unit Kerja dan
Instalasi sterilisasi (CSSD) juga menjadi tanggung jawab Komite Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS)
c. Evaluasi kualitas alat/barang dengan melakukan uji mikrobiologi berkal.
d. Pemantauan pasein yang menggunakan alat single use di re-use melalui
surveilens Infeksi Daerah Operasi (IDO) dilakukan oleh IPCN di Unit Kerja
dengan berkoordinasi dengan komite PPIRS.
13
BAB VI
PENUTUP
al Diponegoro,
~~~~a-.tup
~. -
Pa '·a Jati, M.M.,M.Kes.
NIP. 196607121999031001
14