Anda di halaman 1dari 10

\

PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG


DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS MALAKA KECAMATAN LALABATA
Jalan H. Andi Made Alie Nomor 26 Call Center08114497778 Watansoppeng
Website: www.pkm-malaka.soppengkab.go.idE-mail: pkm.malaka@gmail.comKode Pos 90811

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS MALAKA


NOMOR : 135/PKM-MLK/ IV /2023

TENTANG
PELAYANAN KLINIS DI UPTD PUSKESMAS MALAKA

KEPALA UPTD PUSKESMAS MALAKA,

Menimbang : a. bahwa pelayanan klinis Puskesmas


dilaksanakan sesuai kebutuhan pasien
dengan memperhatikan mutu dan
keselamatan pasien
b. bahwa dengan adanya perubahan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 43 Tahun 2016 menjadi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 4 tahun 2019 tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan, perubahan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 75 tahun 2014 menjadi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf
b, perlu ditetapkan Keputusan Kepala UPTD
Puskesmas Malaka tentang Pelayanan
Klinis di UPTD Puskesmas Malaka.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959
tentang Pembentukan Daerah-daerah
Tingkat II di Sulawesi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 1822);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 112 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5038);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6573);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6573);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 39 Tahun 2016 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Program
Indonesia Sehat Dengan Pendekatan
Keluarga (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 1223).
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 tentang
Pedoman Manajemen Puskesmas (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 1423).
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 308).
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 tentang
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 857).
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 31 Tahun 2018 tentang
Aplikasi Sarana, Prasarana, dan Alat
Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 1012).
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 52 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 19).
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 68).
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 2019 tentang
Pemberdayaan Masyarakat Bidang
Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 272).
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 31 Tahun 2019 tentang
Sistem Informasi Puskesmas (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor
999).
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor
1335).
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 30 Tahun 2022 tentang
Indikator Nasional Mutu Pelayanan
Kesehatan Tempat Praktik Mandiri Dokter
dan Dokter Gigi, Klinik, Pusat Kesehatan
Masyarakat, Rumah Sakit, Laboratorium
Kesehatan dan Unit Transfusi Darah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2022
Nomor 1054).
16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 34 Tahun 2022 tentang
Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat,
Klinik, Laboratorium Kesehatan, Unit
Transfusi Darah, Tempat Praktik Mandiri
Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter
Gigi (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2022 Nomor 1207).
MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

KESATU : Pelayanan Klinis di UPTD Puskesmas Malaka.

KEDUA : Pelayanan klinis seperti dimaksud pada diktum


KESATU diatas sebagaimana terlampir pada
keputusan ini sebagai bagian yang tidak
terpisahkan.
KETIGA : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal
ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan akan diadakan
perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di Lapajung
pada tanggal, 04 April 2023
KEPALA UPTD PUSKESMAS MALAKA,

Anthon Toding,SKM
Pangkat : Pembina
NIP. : 19851003 200903 1 003
LAMPIRAN I : KEPUTUSAN KEPALA UPTD
PUSKESMAS MALAKA
NOMOR : 135 /PKM-MLK/IV/ 2023
TANGGAL : 04 APRIL 2023

TENTANG
PELAYANAN KLINIS DI UPTD PUSKESMAS MALAKA

A. PENERIMAAN PASIEN
1. Penerimaan pasien dilaksanakan dengan efektif dan efisien sesuai
dengan kebutuhan pasien, serta mempertimbangkan hak dan
kewajiban pasien.
2. Puskesmas wajib meminta persetujuan umum (general consent)
dari pengguna layanan atau keluarganya terdekat, persetujuan
terhadap tindakan yang berisiko rendah, prosedur diagnostik,
pengobatan medis lainnya, batas yang telah ditetapkan, dan
persetujuan lainnya, termasuk peraturan tata tertib dan
penjelasan tentang hak dan kewajiban pengguna layanan.
Hak Pasien
a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan
medis
b. Mendapatkan infomasi dari dokter umum atau dokter gigi dan
petugas kesehatan lainnya
c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis
d. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang
akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit
yang dideritanya
e. Berhak memilih petugas kesehatan
Kewajiban Pasien
a. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang
masalah kesehatan
b. Mematuhi nasehat dan petunjuk dokter umum dan dokter gigi
atau petugas lainnya dalam pengobatan
c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan
kesehatan
d. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima
sesuai dengan retribusi pasien umum
3. Persetujuan umum diminta pada saat pengguna layanan datang
pertama kali, dan dilaksanakan observasi atau stabilitasi.
4. Pasien dan masyarakat mendapat informasi tentang sarana
pelayanan, antara lain, tarif, jenis pelayanan, proses dan alur
pendaftaran, proses dan alur pelayanan, dan rujukan. Informasi
tersebut tersedia di tempat pendaftaran ataupun disampaikan
menggunakan cara komunikasi massa lainnya dengan jelas,
mudah diakses, serta mudah dipahami oleh pasien dan
masyarakat
5. Identifikasi pasien dilakukan, minimal dengan dua identitas yang
relatif tidak berubah, yaitu nama lengkap, tanggal lahir, atau
nomor rekam medis
6. Informasi tentang rujukan harus tersedia di dokumen
pendaftaran, termasuk ketersediaan perjanjian kerja sama (PKS)
dengan fasiltas kesehatan rujukan tingkat lanjut (FKTRL) yang
memuat jenis pelayanan yang disediakan.
7. Penjelasan tentang tindakan kedokteran minimal mencakup :
- tujuan dan prospek keberhasilan;
- tatacara tindak medis yang akan dilakukan;
- risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi;
- alternative tindakan medis lain yang tersedia dan risiko-
risikonya;
- prognosis penyakit bila tindakan dilakukan; dan
- diagnosis.
8. Pasien dan keluarga terdekat memperoleh penjelasan dari petugas
yang berwenang tentang tes/tindakan, prosedur, dan pengobatan
mana yang memerlukan persetujuan dan bagaimana pasien dan
keluarga dapat memberikan persetujuan
9. Pasien atau keluarga terdekat yang membuat keputusan atas
nama pasien, dapat memutuskan untuk tidak melanjutkan
pelayanan atau pengobatan yang direncanakan atau meneruskan
pelayanan atau pengobatan setelah kegiatan dimulai, termasuk
menolak untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai
10. Pemberi pelayanan wajib memberitahukan pasien dan keluarga
terdekat tentang hak mereka untuk membuat keputusan, potensi
hasil dari keputusan tersebut dan tanggung jawab mereka
berkenaan dengan keputusan tersebut.
11. Jika pasien atau keluarga terdekat menolak, maka pasien atau
keluarga diberitahu tentang alternatif pelayanan dan pengobatan,
yaitu alternatif tindakan pelayanan atau pengobatan
12. Puskesmas melakukan identifikasi pasien dengan risiko, kendala
dan kebutuhan khusus, antara lain: balita, ibu hamil, disabilitas,
lanjut usia, kendala bahasa, budaya, atau kendala lain yang
dapat berakibat terjadinya hambatan atau tidak optimalnya
proses asesmen maupun pemberian asuhan klinis, serta
diupayakan kebutuhannya

B. PENGKAJIAN, RENCANA ASUHAN, DAN PEMBERIAN ASUHAN


1. Penapisan (skrining) dan proses kajian awal dilakukan secara
paripurna, mencakup berbagai kebutuhan dan harapan
pasien/keluarga, serta dengan mencegah penularan infeksi.
2. Skrining dilakukan sejak awal dari penerimaan pasien untuk
memilah pasien sesuai dengan kemungkinan penularan infeksi
kebutuhan pasien dan kondisi kegawatan yang dipandu dengan
prosedur skrining yang dibakukan.
3. Proses kajian pasien merupakan proses yang berkesinambungan
dan dinamis
4. Kajian pasien meliputi:
- mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi fisik,
psikologis, status sosial, dan riwayat penyakit melalui
anamnesis dan pemeriksaan penunjang
- analisis data dan informasi yang diperoleh yang menghasilkan
masalah, kondisi, dan diagnosis untuk mengidentifikasi
kebutuhan pasien; dan
- membuat rencana asuhan
5. Pada saat pasien pertama kali diterima, dilakukan kajian awal,
kemudian dilakukan kajian ulang secara berkesinambungan baik
6. Kajian awal dilakukan oleh tenaga medis,
keperawatan/kebidanan, dan tenaga dari disiplin yang lain
meliputi status fisis/neurologis/mental, psikososiospiritual,
ekonomi, riwayat kesehatan, riwayat alergi, asesmen nyeri,
asesmen risiko jatuh, asesmen fungsional (gangguan fungsi
tubuh), asesmen risiko gizi, kebutuhan edukasi, dan rencana
pemulangan.
7. Pada saat kajian awal perlu diperhatikan juga apakah pasien
mengalami kesakitan atau nyeri.
8. Kajian pasien dan penetapan diagnosis hanya boleh dilakukan
oleh tenaga profesional yang kompeten.
9. Proses kajian tersebut dapat dilakukan secara individual atau jika
diperlukan dilakukan oleh tim kesehatan antarprofesi yang terdiri
atas dokter, dokter gigi, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan
pemberi asuhan yang lain sesuai dengan kebutuhan pasien
10. Pasien mempunyai hak untuk mengambil keputusan terhadap
asuhan yang akan diperoleh
11. Dalam hal pasien adalah anak di bawah umur atau individu yang
tidak memiliki kapasitas untuk membuat keputusan yang tepat,
pihak yang memberi persetujuan mengacu pada peraturan
perundang-undangan. Informasi dan penjelasan tersebut
diberikan oleh dokter yang bertanggung jawab yang akan
melakukan tindakan atau dokter lain apabila dokter yang
bersangkutan berhalangan, tetapi tetap dengan sepengetahuan
dokter yang bertanggung jawab tersebut.
12. Pasien atau keluarga terdekat pasien diberi peluang untuk
bekerja sama dalam menyusun rencana asuhan klinis yang akan
dilakukan.
13. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil kajian yang
dinyatakan dalam bentuk diagnosis dan asuhan yang akan
diberikan,
14. Perubahan rencana asuhan ditentukan berdasarkan hasil kajian
lanjut sesuai dengan perubahan kebutuhan pasien.
15. Tenaga medis dapat memberikan pelimpahan wewenang secara
tertulis untuk melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran
gigi tertentu kepada perawat, bidan, atau tenaga kesehatan
pemberi asuhan yang lain. Pelimpahan wewenang tersebut hanya
dapat dilakukan dalam keadaan tenaga medis tidak berada di
tempat dan/atau karena keterbatasan ketersediaan tenaga medis.
16. Pelimpahan wewenang untuk melakukan tindakan medis tersebut
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kemampuan dan
keterampilan yang telah dimiliki oleh penerima pelimpahan.
b. Pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah
pengawasan pemberi pelimpahan.
c. Pemberi pelimpahan tetap bertanggung jawab atas tindakan
yang dilimpahkan sepanjang pelaksanaan tindakan sesuai
dengan pelimpahan yang diberikan.
d. Tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk mengambil
keputusan klinis sebagai dasar pelaksanaan tindakan.
e. Tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat terusmenerus.
17. Asuhan pasien diberikan oleh tenaga sesuai dengan kompetensi
lulusan dengan kejelasan perincian wewenang menurut peraturan
perundang-undangan.
18. Masing-masing unit pelayanan memiliki standar prosedur yang
dijadikan sebagai acuan dalam memberikan terapi dan asuhan
19. Pada kondisi tertentu (misalnya pada kasus penyakit tuberkulosis
(TBC) dengan malanutrisi, perlu penanganan secara terpadu dari
dokter, nutrisionis, dan penanggung jawab program TBC, pasien
memerlukan asuhan terpadu yang meliputi asuhan medis,
asuhan keperawatan, asuhan gizi, dan asuhan kesehatan yang
lain sesuai dengan kebutuhan pasien.

C. PELAYANAN GAWAT DARURAT


1. Pasien gawat darurat diidentifikasi dengan proses triase mengacu
pada pedoman tata laksana triase
2. Prinsip triase dalam memberlakukan sistem prioritas dengan
penentuan atau penyeleksian pasien yang harus didahulukan
untuk mendapatkan penanganan, yang mengacu pada tingkat
ancaman jiwa yang timbul berdasarkan:
- ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit
- dapat meninggal dalam hitungan jam
- trauma ringan
- sudah meninggal
3. Pasien harus distabilkan terlebih dahulu sebelum dirujuk yaitu
bila tidak tersedia pelayanan di Puskesmas

D. PELAYANAN ANESTESI LOKAL DAN TINDAKAN


1. Pelaksanaan anestesi lokal harus memenuhi standar dan
peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan prosedur
yang berlaku di Puskesmas.
2. Tenaga kesehatan yang mempunyai kewenangan melakukan
anastesi yaitu Dokter/Dokter Gigi, Perawat/Bidan/Perawat Gigi
yang mendapatkan delegasi wewenang dari Dokter/Dokter Gigi
3. Sebelum melakukan anestesi atau pembedahan, pasien atau
keluarga pasien diberikan informed consent
4. Status pasien wajib dimonitor selama pemberian anestesi

E. PEMULANGAN DAN TINDAK LANJUT PASIEN


1. Dokter/dokter gigi bersama dengan tenaga kesehatan yang lain
menyusun rencana pemulangan bersama dengan pasien/keluarga
pasien
2. Pemulangan pasien dilakukan berdasar kriteria yang ditetapkan
oleh dokter/dokter gigi yang bertanggung jawab terhadap pasien
untuk memastikan bahwa kondisi pasien layak untuk
dipulangkan dan akan memperoleh tindak lanjut pelayanan
sesudah dipulangkan. Kriteria pemulangan pasien:
Pasien Rawat Jalan
a. Pasien dalam kondisi stabil
b. Tidak didapatkan tanda tanda kegawatdaruratan
c. Prognosis baik
d. Mampu minum obat
e. Disarankan kontrol apabila obat habis
Pasien UGD
a. Pasien dalam kondisi stabil, GCS E4M6V5
b. Tidak didapatkan tanda tanda kegawatdaruratan
c. Prognosis baik
d. Mampu minum obat
e. Apabila terjadi tanda tanda penurunan kondisi, segera
kembali memeriksakan diri
Kamar Bersalin
a. Ibu dalam kondisi stabil
b. Tanda tanda vital bagus
c. Ibu mampu minum obat secara peroral
d. Bayi: kondisi stabil
e. Bayi mampu menetek
f. Ibu dan keluarga mampu melakukan perawatan secara
mandiri di rumah
g. Mampu kontrol apabila habis obat
3. Resume pasien pulang memberikan gambaran tentang pasien
selama observasi di IGD
4. Informasi tentang resume pasien pulang diberikan kepada
pasien/keluarga pasien pada saat pemulangan atau rujukan ke
fasilitas kesehatan yang lain agar pasien/keluarga pasien
memahami tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk mencapai
hasil pelayanan yang optimal.
5. Resume medis pasien paling sedikit terdiri atas:
- identitas Pasien;
- diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat;
- ringkasan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis
akhir, pengobatan, dan rencana tindak lanjut pelayanan
kesehatan; dan
- nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi yang
memberikan pelayanan kesehatan.

F. PELAYANAN RUJUKAN
1. Jika kebutuhan pasien akan pelayanan tidak dapat dipenuhi oleh
Puskesmas, pasien harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang
mampu menyediakan pelayanan berdasarkan kebutuhan pasien,
baik ke FKTRL maupun Puseksmas lain.
2. Untuk memastikan kontinuitas pelayanan, informasi tentang
kondisi pasien dituangkan dalam surat pengantar rujukan yang
meliputi kondisi klinis pasien, prosedur, dan pemeriksaan yang
telah dilakukan dan kebutuhan pasien lebih lanjut.
3. Komunikasi dengan fasilitas kesehatan yang lebih mampu
dilakukan untuk memastikan kemampuan dan ketersediaan
pelayanan di FKRTL
4. Pada pasien yang akan dirujuk dilakukan stabilisasi sesuai
dengan standar rujukan
5. Pasien/keluarga terdekat pasien mempunyai hak untuk
memperoleh informasi tentang rencana rujukan yang meliputi (1)
alasan rujukan, (2) fasilitas kesehatan yang dituju, termasuk
pilihan fasilitas kesehatan lainnya jika ada, sehingga
pasien/keluarga dapat memutuskan fasilitas mana yang dipilih,
serta (3) kapan rujukan harus dilakukan
6. Dilakukan identifikasi kebutuhan dan pilihan pasien (misalnya
kebutuhan transportasi, petugas kompeten yang mendampingi,
sarana medis, dan keluarga yang menemani, termasuk pilihan
fasilitas kesehatan rujukan) selama proses rujukan.
7. Selama proses rujukan pasien secara langsung, pemberi asuhan
yang kompeten terus memantau kondisi pasien dan fasilitas
kesehatan penerima rujukan menerima resume tertulis mengenai
kondisi klinis pasien dan tindakan yang telah dilakukan.
8. Pada saat serah terima di tempat rujukan, petugas yang
mendampingi pasien memberikan informasi secara lengkap
(SBAR) tentang kondisi pasien kepada petugas penerima transfer
pasien.
9. Rujuk balik adalah pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada
penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih
memerlukan pengobatan jangka panjang yang dilaksanakan di
fasilitas kesehatan tingkat pertama (Puskesmas) atas rujukan dari
Dokter Spesialis.
10. Dokter di fasilitas Kesehatan tingkat pertama (Puskesmas)
melakukan kajian ulang kondisi pasien rujuk balik dari FKTRL

Ditetapkan di Lapajung
pada tanggal, 04 April 2023
KEPALA UPTD PUSKESMAS MALAKA,

Anthon Toding,SKM
Pangkat : Pembina
NIP. : 19851003 200903 1 003

Anda mungkin juga menyukai