Anda di halaman 1dari 2

NAMA : EKA RESKIANA WIDHIASNASIR

KELAS :5
PENEMPATAN : PUSKESMAS BASIDONDO, TOLI-TOLI, SULAWESI TENGAH

DETEKSI DINI FAKTOR RISIKO PENYAKIT TIDAK MENULAR


(DIABETES MELLITUS)

Dunia telah memasuki era revolusi industri 4.0 dan era society 5.0, dimana segala
aktivitas berbasis digitalisasi yang berdampak ke aktivitas fisik yang semakin berkurang
dan/atau memperoleh makanan (junkfood, makanan siap saji) sangat mudah. Hal tersebut
menjadi salah satu factor risiko utama munculnya masalah kesehatan seperti obesitas,
penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus (DM) dan masih banyak lagi.
Penyakit tidak menular merupakan penyakit yang berkembang / muncul seiring
berjalannya waktu (kronik) yang disebabkan oleh perilaku dan lingkungan yang tidak sehat.
PTM menjadi penyumbang terbanyak di dunia karena banyak masyarakat yang tidak sadar
bahwa dirinya menderita salah satu atau lebih PTM sebab tidak menimbulkan gejala. PTM
dapat menyerang siapa saja. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun
2013 – 2018, penderita PTM semakin meningkat dan banyak diderita oleh masyarakat usia
produktif.
Salah satu PTM yang banyak diderita masyarakat adalah DM atau penyakit kencing
manis. Menurut International Diabetic Federation pada tahun 2019, terdapat 463 juta kasus
baru DM dari tahun 2017-2019 dan diperkirakan akan meningkat 578 juta kasus pada tahun
2030 dan 700 juta kasus pada tahun 2045.
Diabetes mellitus ditandai dengan peningkatan glukosa darah / gula darah melebihi
nilai normal. Terdapat beberapa tipe DM, tetapi yang menjadi focus kita yaitu DM tipe 2,
karena tipe ini merupakan tipe DM yang timbuk akibat lifestyle yang tidak sehat.
Deteksi dini penyakit DM tentunya akan berdampak ke angka kesakitan akibat DM.
Dengan deteksi dini factor risiko DM, maka pencegahan dapat dilakukan sesegera mungkin
dan bila sudah terdapat gejala-gejala yang mengarah ke penyakit tersebut (faktor risiko
ditambah gejala DM), maka pengobatan dapat dilakukan secepat mungkin untuk menurunkan
komplikasi dari DM.
Adapun gejala klasik DM yaitu polliuri (sering BAK), polidipsi (sering haus), dan
polifagia (cepat lapar). Gejala tambahan berupa berat badan menurun tanpa penyebab yang
jelas, kesemutan, gatal di daerah V, keputihan pada wanita, luka sulit sembuh, bisul yang
hilang timbul, penglihatan kabur, cepat lelah, mudah mengantuk, impoten pada laki-laki.
Faktor risiko DM dibagi menjadi dua, yaitu unmodifien dan modified. Faktor risiko
unmodified meliputi usia >= 40 tahun, genetic, riwayat DM gestasional, ibu dengan riwayat
melahirkan bayi besar (>4000 gram), riwayat hipertensi dan penyakit jantung. Faktor risiko
modified meliputi obesitas (IMT >23 kg/m2) dan obesitas sentral (lingkar perut pria> 90 cm,
perempuan >80 cm), kurang aktivitas fisik, dislipidemia, diet tidak seimbang, dan merokok
aktif maupun pasif.
Pada kegiatan POSBINDU PTM, deteksi penyakit DM dapat dilakukan dengan mencari
/ menyanyakan factor risiko yang dimiliki individu, mengukur berat badan dan tinggi badan
untuk menentuka indeks massa tubuh (IMT), mengukur lingkar perut untuk menentukan
apakah individu tersebut mengalami obesitas sentral, mengukur tekanan darah (mengontrol
tekanan darah pada individu dengan riwayat hipertensi), serta melakukan pemeriksaan kadar
gula darah (GDS = >200 mg/dl, GDP = >126 mg/dl). Bila ditemukan salah satu factor risiko
yang dapat diubah (modified) maka dilakukan intervensi sedini mungkin, contoh memberikan
edukasi tentang rokok, cara menurunkan berat badan serta edukasi tentang aktvitas fisik.
Pengendalian factor risiko PTM dilakukan dengan menerapkan perilaku CERDIK (cek
Kesehatan secara berkala, enyahkan asap rokok, rajin aktivitas fisik, diet gizi seimbang,
istirahat yang cukup, dan kelola stress).

Cara menghitung IMT :


Berat Badan(kg)
IMT = 2
Tinggi Badan (m)

Cara mengukur lingkar perut :


1. Membebaskan area pengukuran dari pakaian
2. Tentukan tepi bawah tulang rusuk terakhir
3. Tentukan titik lengkung tulang pangkal panggul (SIAS)
4. Tentukan titik tengah dari kedua titik yang telah ditentuka (nomor 2 dan 3)
5. Pengukuran dilakukan dalam keadaan berdiri dan bernafas normal
6. Pada keadaan tertentu, pengukuran dilakukan pada bagian yang paling buncit

Anda mungkin juga menyukai