BAB I
PENDAHULUAN
Berbagai
penelitian
epidemiologi
menunjukkan
adanya
data
Badan
Pusat
Statisitik Indonesia
(2003)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 DEFINISI
Menurut
American
Diabetes
Association
(ADA)
2005,
DM
II.2 KLASIFIKASI
Klasifikasi etiologi penyebab DM dibagi menjadi 2 :
1. DM Tipe I
Destruksi sel beta pankreas dan umumnya menjurus ke defisiensi
insulin absolut (Autoimun / Idiopatik)
2. DM Tipe II
Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi
insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai
resistensi insulin
3. DM Tipe lain
4. Diabetes Melitus Gestasional (DMG)
II.3 DIAGNOSIS
Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhankeluhan sebagai berikut2 :
1. Keluhan Klasik
Gejala berupa 3P (poliuria, polidipsia, polifagia) disertai penurunan
berat badan yang tidak diketahui penyebabnya
2. Keluhan Lain
Badan lemas, kesemutan, gatal (pruritus), pandangan kabur, disfungsi
ereksi pada pria, pruritus vulva pada wanita, luka sulit sembuh.
GDPT
Bia setelah pemeriksaan didapatkan kadar GDP 100-125 mg/dL
Diabetes Melitus
II.4 PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatnya
kualitas hidup penyandang DM. Tujuan penatalaksanaan terdiri dari 2 :
1. Jangka Pendek
Hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman, dan
tercapainya target pengendalian glukosa darah
2. Jangka Panjang
Tercegah & terhambatnya progresivitas penyulit mikroangiopati,
makroangiopati, dan neuropati. Tujuan akhir pengelolaan adalah
turunnya morbiditas dan mortalitas DM.
Jenis Kelamin
Umur
: 40-59 th (-5%)
60-69 th (-10%)
> 70 th (-20%)
Aktivitas fisik
: Istirahat (+5%)
Ringan (+10%)
Sedang (+20%)
Berat (+30%)
Berat badan
: Kurus (+20%)
Gemuk (-20%)
Stres metabolik
: +10-30%
Kehamilan TM I
: +300 kal
: +500 kal
Menyusui
10
b. Insulin
Insulin
kerja
Humulin R
pendek
(short
acting
insulin)
: Actrapid,
11
Insulin
kerja
menengah
(intermediate
acting
insulin)
Insulatard, Humulin N
12
13
14
Retinopati diabetik
Nefropati diabetik
2. Makroangiopati
15
16
meningkatnya
endotelin
dan
menurunnya
e-NOS.
17
pembuluh
darah
yaitu
dengan
terjadinya
peroksidasi
18
pada
jaringan
kardiovaskular
dan
jaringan
ginjal.
keadaan
terhadap
hiperglikemia
pengaturan
menyebabkan
berbagai
macam
terjadinya
fungsi
gangguan
trombosit
yang
19
A. RETINOPATI DIABETIK
Retinopati diabetik merupakan penyebab kebutaan paling sering
ditemukan pada usia dewasa antara 20 sampai 74 tahun. Pasien DM
20
memiliki resiko 25 kali lebih mudah mengalami kebutaan dibanding nondiabetes. Resiko mengalami retinopati diabetik meningkat sejalan dengan
lamanya diabetes. Pada waktu di diagnosis DM tipe 1, retinopati diabetik
hanya ditemukan pada kurang dari 5% pasien, namun setelah 20 tahun
lebih dari 90% pasien sudah menderita retinopati diabetik. Pada waktu di
diagnosis DM tipe 2, sekitar 25% pasien sudah menderita retinopati
diabetik non-proliperatif, namun setelah 20 tahun prevalensi retinopati
diabetik meningkat menjadi lebih dari 60% 1.
a) Patofisiologi
Penyebab retinopati diabetik sampai saat ini belum diketahui
secara pasti, namun keadaan hiperglikemia yang berlangsung lama
dianggap sebagai faktor resiko utama. Ada 3 proses biokimiawi yang
terjadi pada hiperglikemia yang diduga berkaitan dengan dengan
timbulnya retinopati diabetik yaitu jalur poliol, glikasi non-enzimatik, dan
pembentukan protein kinase C (PKC).
Retina merupakan suatu struktur berlapis ganda dari fotoreseptor
dan sel saraf. Kesehatan dan aktivitas metabolisme retina sangat
tergantung dari jaringan kapiler retina. Kelainan dasar dari berbagai
bentuk retinopati diabetik terletak pada kapiler retina tersebut. Dinding
kapiler retina terdiri dari 3 lapisan sel dari luar ke dalam yaitu sel perisit,
membran basalis, dan sel endotel. Sel perisit berfungsi mempertahankan
struktur kapiler, mengatur kontraktilitas, membantu mempertahankan
fungsi barier dan transportasi kapiler, serta mengendalikan proliferasi sel
endotel.
Membran
basalis
berfungsi
sebagai
barier
dengan
21
22
adalah
bagian
dari
stadium
retinopati
diabetik
atas
non-proliferatif
dan
proliferatif.
Retinopati
diabetic
23
kebutaan
permanen.
Pendekatan
multidisiplin
dengan
24
setiap
tahun.
Pasien
RDNP
derajat
sedang
dengan
25
B. NEFROPATI DIABETIK
Pada umumnya nefropati diabetik didefinisikan sebagai sindrom
klinis pada pasien DM yang ditandai dengan albuminuria menetap (> 300
mg/24 jam atau > 200 ug/menit) pada minimal 2 kali pemeriksaan dalam
kurun waktu 3 sampai 6 bulan. Di Amerika dan Eropa, nefropati diabetik
merupakan penyebab utama gagal ginjal terminal 1.
a) Patofisiologi
Hiperfiltrasi masih dianggap sebagai awal dari mekanisme
patogenik dalam laju kerusakan ginjal. Hiperfiltrasi akan menyebabkan
sklerosis dari nefron dalam ginjal. Mekanisme terjadinya hiperfiltrasi
(peningkatan laju filtrasi glomerolus) pada nefropati diabetik ini masih
belum jelas benar, tetapi kemungkinan disebabkan oleh dilatasi arteriol
oleh aferen oleh efek yang tergantung glukosa. Efek langsung
hiperglikemia menyebabkan terjadinya rangsangan hipertrofi sel dan
sintesis matriks ekstraseluler. Hiperglikemia kronik dapat menyebabkan
terjadinya
glikasi
non-enzimatik
asam
amino
dan
protein,
dan
26
Kurang terkendalinya kadar gula darah (GDP > 140-160 mg/dL; A1C >
7-8%).
Faktor-faktor genetis.
Hipertensi sistemik.
Keradangan / Inflamasi.
Hiperlipidemia.
Aktivasi PKC.
Secara histo-patologis, gambaran utama yang tampak adalah 1 :
27
Atrofi tubulus.
Fibrosis interstitial.
AER = Albumin Excretion Rate; LFG = Laju Filtrasi Gomerolus (GFR); N = Normal
TD = Tekanan Darah
berturut-turut
dalam
bulan
menunjukkan
adaya
dan
hiperlipidemia.
Oleh
karena
itu
jika
ditemukan
28
mikroalbuminuria
maka
perlu
dilakukan
pemeriksaan-pemeriksaan
lanjutan lain1.
c) Penatalaksanaan
Pada saat didiagnosa DM, kemungkinan adanya penurunan fungsi
ginjal
harus
diperiksa.
American
Diabetes
Association
(ADA)
29
rendah garam (4-5 gr/hr) dan rendah protein hingga 0,8 gr/kg/hr. Pada
pasien yang penurunan fungsi ginjalnya berjalan terus, maka saat LFG
mencapai 10-20 ml/menit (setara dengan klirens kreatinin < 15 ml/menit
atau serum kreatinin > 6 mg/dl) dianjurkan untuk memulai hemodialisis 1.
C. NEUROPATI DIABETIK
Neuropati diabetik merupakan salah satu komplikasi kronis yang
paling sering ditemukan pada DM. Resiko yang dihadapi pasien DM
dengan neuropati diabetik antara lain ialah infeksi berulang, ulkus yang
tidak sembuh-sembuh, dan amputasi jari / kaki. Kondisi inilah yang
menyebabkan bertambahnya biaya pengobatan pasien DM dengan
neuropati diabetik1.
Dalam konferensi neuropati perifer pada bulan februari 1988 di San
Antonio, disebutkan bahwa neuropati diabetik adalah istiah deskriptif yang
menunjukkan adanya gangguan baik klinis maupun subklinis yang terjadi
pada DM tanpa penyebab neuropati perifer yang lain. Gangguan neuropati
ini termasuk manifestasi somatik dan atau otonom dari sistem saraf
perifer. Angka kejadian dan derajat keparahan sesuai dengan usia, lama
menderita DM, kendali glikemik, dan fluktuasi kadar glukosa darah sejak
diketahui DM1.
a) Patofisiologi
Proses kejadian neuropati diabetik berawal dari hipergikemia
berkepanjangan yang berakibat terjadinya peningkatan aktivitas jalur
poliol, aktivasi protein kinase C (PKC), sintesis advance glycosilation end
30
species
(ROS)
akibat
hipergikemia
dapat
menyebabkan
31
difus
(polineuropati
sensori-motor
simetris
distal,
32
atau
distal
symethrical
sensorymotor
polyneurpathy
(DPN)
merupakan jenis kelainan yang paling sering terjadi yang ditandai dengan
berkurangnya fungsi sensorik secara progresif dan fungsi motorik (lebih
jarang) yang berlangsung pada bagian distal yang berkembang ke arah
proksimal. Terserangnya sistem saraf otonom dapat dapat disertai diare
nokturnal, keterlambatan pengosongan lambung (gastropati), hipotensi
postural, dan impotensi (disfungsi ereksi)3.
Prevalensi disfungsi ereksi pada penyandang DM tipe 2 lebih dari
10 tahun cukup tinggi. Disfungsi ereksi adalah gejala utama yang terjadi
dan menimpa 70% pria penderita diabetes diikuti dengan rendahnya minat
atau gairah seksual sebanyak 63%. Mekanisme terjadinya disfungsi ereksi
menurut Hilsted dan Low (1993) merupakan kombinasi neuropati otonom
dan angiopati yaitu keterlibatan arteriosklerosis pada arteri pudenda
interna.. Selain itu, kaum pria penderita Diabetes Mellitus type 2, terutama
mereka yang kelebihan berat badan, seringkali memiliki kadar testosteron
dengan tingkat yang rendah, sehingga membuat mereka mempunyai
33
di
'perbatasan'.
Disfungsi
ereksi
sering
menjadi
sumber
34
perlu dijaga kebersihan kulit, hindari trauma kaki seperti sepatu yang
sempit, dan cegah trauma berulang pada neuropati kompresi.
3. Pengendalian keluhan neuropati / nyeri neuropati diabetik setelah
strategi kedua dikerjakan.
Untuk mencegah timbulnya atau berlanjutnya komplikasi kronik DM
termasuk neuropati diabetik, dapat digunakan terapi medikamentosa. Saat
ini sedang diteliti penggunaan obat-obat yang berperan pada proses
timbulnya komplikasi kronik diabetes, yaitu 1 :
Ace inhibitor
35
36
penyakit lain, seperti stroke. Tak heran bila jumlah penderita stroke pun
terus meningkat. Angka kejadian stroke dunia diperkirakan 200 per
100.000 penduduk dalam setahun. Di negara maju, stroke merupakan
penyebab kematian ketiga setelah kanker dan penyakit jantung koroner,
akan tetapi merupakan penyebab kecacatan tertinggi. Diperkirakan
500.000 penduduk Amerika Serikat menderita stroke untuk pertama
kalinya setiap tahun dan 150.000 orang di antaranya meninggal, di mana
frekuensi stroke iskemik adalah 63 persen dan stroke hemoragik 37
persen. Sedangkan di Indonesia, berdasarkan SKRT 1995, stroke
merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan yang utama
dan diperkirakan 500.000 penduduk terkena serangan stroke setiap
tahunnya6.
Stroke merupakan istilah klinis PPDO (Penyakit Peredaran Darah
Otak) atau Cerebrovascular Disease (CVD) yang ditandai dengan
timbulnya kelainan fungsi otak secara mendadak, menetap, serta
mempunyai kecenderungan memburuk, bahkan kematian dalam kurun
waktu 24 jam pertama. disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding
dalam pembuluh darah otak. Lama kelamaan sumbatan akan menjadi
semakin besar sehingga pembuluh darah yang bersangkutan menjadi
semakin sempit. Proses ini dapat berupa penyumbatan lumen pembuluh
darah (stroke iskemik / stroke non-hemoragik) atau pecahnya dinding
pembuluh darah (stroke hemoragik). Manifestasi awal biasanya didahului
oleh adanya Transient Ischemic Attack (TIA) yang disebabkan oleh
adanya sumbatan pada pembuluh darah otak yang bersifat temporer
37
sekunder
untuk
mengurangi
kejadian
stroke
pada
atau
albuminuria.
Terapi
kombinasi
aspirin
dengan
38
sindrom
resistensi
insulin
atau
sindrom
metabolik.
Lesi
Glikosilasi
non
enzimatik
dari
protein
yang
menyebabkan
otot
polos
pembuluh
darah
sehingga
akan
terjadi
neovaskularisasi.
Sintesis
DAG
yang
meningkatkan
aktivitas
PKC
sehingga
39
40
hanya
menyebabkan
timbulnya
ateroskleorsis
dan
41
Dismutase
menyebabkan
(SOD).
peningkatan
Sebaliknya
aktivitas
glukotoksisitas
RAAS
sehingga
akan
akan
42
Elektrokardiografi (EKG).
Uji latih (Treadmill Test), dilakukan pada pasien dengan gejala SMI dan
kelainan pada EKG.
Ekokardiografi.
43
c) Penatalaksanaan
Berdasarkan rekomendasi American Diabetes Association (ADA),
penatalaksanaan terhadap semua pasien DM terutama ditujukan terhadap
penurunan resiko kardiovaskuler secara komprehensif, yaitu meliputi 1 :
Stop merokok.
F. KAKI DIABETES
Kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi kronik DM yang
ditakuti. Hasil pengelolaan kaki diabetes sering mengecewakan dan
berakhir dengan kecacatan dan kematian. Di Negara maju kaki diabetes
juga masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar, tetapi
dengan kemajuan cara pengelolaan dan adanya klinik kaki diabetes yang
aktif mengelola sejak pencegahan primer, nasib penyandang kaki diabetes
menjadi lebih cerah dan angka kematian serta angka amputasi dapat
ditekan sangat rendah. Di RSUPN Cipto Mangunkusumo, masalah kaki
diabetes masih merupakan masalah besar. Sebagian besar perawatan
penyandang DM selalu menyangkut kaki diabetes. Angka kematian dan
angka amputasi masih tinggi, masing-masing 16% dan 25% (2003) 1.
44
a) Patofisiologi
Terjadinya masalah kaki diabetes diawali adanya hiperglikemia
pada penyandang DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan
kelainan pada pembuluh darah. Neuropati akan mengakibatkan berbagai
perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian menyebabkan terjadinya
perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan
mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi
menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor
aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya
pengelolaan kaki diabetes1.
45
Stage 1
: Normal Foot
Stage 2
Stage 3
: Ulcerated Foot
Stage 4
: Infected Foot
Stage 5
: Necrotic Foot
Stage 6
: Unsalvable Foot
46
1 : Tukak superfisial
c) Penatalaksanaan
Untuk pengelolaan kaki diabetes dapat dibagi menjadi 2 kelompok
besar yaitu (1) pencegahan primer (pencegahan terjadinya kaki diabetes
dan terjadinya ulkus atau sebelum terjadinya perlukaan pada kulit); (2)
pencegahan sekunder (pencegahan agar tidak terjadi kecacatan yang
lebih parah / pencegahan dan pengelolaan ulkus / gangren diabetik yang
sudah terjadi1.
1. Pencegahan Primer
Penyuluhan mengenai terjadinya kaki diabetes sangat penting
untuk pencegahan kaki diabetes. Penyuluhan ini harus selalu dilakukan
pada setiap kesempatan pertemuan dengan penyandang DM dan
menyempatkan untuk selalu melihat dan memeriksa kaki penyandang DM.
Edukasi perawatan kaki harus diberikan secara rinci dan teratur pada
semua orang dengan ulkus maupun neuropati perifer atau peripheral
arterial disease1,2.
Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki termasuk di pasir dan air
47
Periksa kaki setiap hari dan laporkan pada dokter apabila ada kulit
terkelupas atau daerah kemerahan atau luka.
48
49
50
resistensinya.
Umumnya
didapatkan
pola
kuman
yang
positif
dan
negatif
(seperti
golongan
Sefalosporin),
51
II.7 PENCEGAHAN
Untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronik, diperlukan
pengendalian DM yang baik yang merupakan sasaran terapi. Hasil
pengobatan DM harus dipantau secara terencana dengan melakukan
anmnesis,
pemeriksaan
jasmani,
dan
pemeriksaan
penunjang.
52
yang diharapkan. Demikian juga pada status gizi dan tekanan darah.
Kriteria pengendalian DM dapat dilihat pada tabel 6 2.
53
penyulit
sejak
awal
pengelolaan
penyakit
DM.
Dalam
upaya
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
III.1 KESIMPULAN
Komplikasi vaskular jangka panjang dari diabetes melibatkan
pembuluh-pembuluh kecil (mikroangiopati) dan dan pembuluh-pembuluh
darah sedang dan besar (makroangiopati). Mikroangiopati merupakan lesi
spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopati
diabetik), glomerolus ginjal (nefropati diabetik), dan saraf-saraf perifer
(neuropati diabetik), otot-otot, dan kulit. Makroangiopati dapat mengenai
pembuluh darah besar di otak (cerebro vascular disease), penyakit
jantung koroner diabetik, dan pembuluh darah perifer (peripheral arterial
disease) terutama di daerah tungkai yang dapat menyebabkan kaki
diabetik / ulkus diabetik / gangren diabetik.
54
maupun
makroangiopati
dalam
upaya
mencegah
55
terlaksana dengan baik melalui dukungan tim yang terdiri dari dokter, ahli
gizi, perawat, dan tenaga kesehatan lain.
Daftar Pustaka
Endokrinologi
Indonesia.
Dalam
Konsensus
56
Diakses
pada
tanggal
13
November 2010.
6. Cegah
Stroke
Dan
Jantung
Akibat
Diabetes.
Diunduh
dari
Heart
Disease,
And
Stroke.
Diunduh
dari
57