Anda di halaman 1dari 3

KERANGKA ACUAN

ASUHAN GIZI PASIEN RAWAT INAP

I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Asuhan Gizi rawat Inap adalah serangkaian proses kegiatan asuhan gizi yang
berkesinambungan dimulai dari pengkajian gizi, penentuan diagnosis gizi, intervensi gizi,
dan monitoring evaluasi pada pasien rawat inap. Intervensi gizi rawat inap mencakup
kegiatan konseling gizi, penyediaan makanan pasien rawat inap, pemantauan asupan
makanan dan pergantian jenis diet bila diperlukan. Pelayanan gizi suatu upaya memperbaiki,
meningkatkan gizi, makanan, dietetic masyarakat, kelompok, individu atau klien yang
merupakan rangkain kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan,
anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan, dan dietetic dalam rangka mencapai
status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit.
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh
tenaga kesehatan untuk menetapkan pasien beresiko masalah gizi atau tidak.Skrining gizi
dilakukan pada pasien baru 2 x 24 jam setelah masuk rawat inap antara lain pasien gizi buruk
dengan komplikasi medis, pasien penyakit menular, dan pasien dengan penyakit
degenerative. Pasien rawat jalan maupun rawat inap harus mendapat pelayanan gizi sesuai
Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT).(Kemenkes RI, 2014).
Masalah gizi pada pasien baik secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi proses penyembuhan pasien. Kecenderungan peningkatan kasus penyakit
yang terkait gizi pada semua kelompok rentan mulai dari ibu hamil, bayi, anak, remaja,
hingga lanjut usia (Lansia), memerlukan penatalaksanaan gizi secara khusus. Oleh karena itu
dibutuhkan pelayanan gizi yang bermutu untuk mencapai dan mempertahankan status gizi
yang optimal dan mempercepat penyembuhan (PGRS, 2013).
Resiko kurang gizi dapat timbul keadaan sakit, terutama pada pasien dengan
anoreksia, kondisi mulut dan gigi geligi yang buruk, gangguan menelan, penyakit saluran
cerna disertai mual, muntah, dan diare, infeksi berat, lansia dengan penurunan kesadaran
dalam waktu yang lama, dan menjalani kemoterapi. Asupan energy yang tidak adekuat, lama
hari rawat, penyakit non infeksi, dan diet khusus merupakan factor yang mempengaruhi
terjadinya malnutrisi (PGRS, 2013).
Terapi gizi adalah bagian dari perawatan penyakit atau kondisi klinis yang harus
diperhatikan agar pemberiannya tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk
melaksanakan fungsi metabolism. Terapi gizi disesuaikan dengan perubahan fungsi organ.
Pemberian diet pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai perubahan keadaan klinis dan
hasil pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan. Upaya
peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun diluar rumah sakit
merupakan tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan, terutama tenaga gizi.
Dalam pelaksanaan asuhan gizi diperlukan keterlibatan dan kerjasama erat dengan
berbagai profesi yang tergabung dalam tim asuhan gizi. Profesi yang terlibat adalah dokter,
perawat, ahli gizi, dan profesi lainnya sebagai pendukung seperti farmasi, ahli patologi
klinik, radiologi, rekam medik, dan administrasi. Tiap tim memberikan sumbangan spesifik
sesuai keahliannya yang diharapkan saling mengisi dalam memberikan asuhan gizi yang
optimal. Agar efektif diperlukan koordinasi yang baik berupa lisan, tulisan dan rekam medic
setiap kondisi pasien. Bagi sejumlah pasien dengan penyakit berat diperlukan pelayanan gizi
dengan pemberian makanan enteral atau makanan parenteral. Selain itu mungkin diperlukan
pemberian zat gizi pelengkap dalam bentuk vitamin dan mineral (Sunita Almatsier, 2009).
Dalam hal ini pemberian makanan pada pasien diberikan sebanyak 2x yaitu pada
pagi hari jam 08.00 dan siang hari jam 14.00 sesuai dengan dana yang diberikan.

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memberikan pelayanan gizi pada pasien rawat inap agar memperoleh
asupan makanan sesuai kondisi kesehatannya dalam upaya mempercepat proses
penyembuhan, mempertahankan dan meningkatkan status gizi.
1.2.2 Tujuan Khusus
2. Menyelenggarakan asuhan gizi terstandar pada pelayanan gizi rawat inap
3. Menyelenggarakan makanan sesuai standar kebutuhan gizi dan aman dikonsumsi
4. Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling gizi pada pasien dan keluarga

II. PELAKSANAAN
2.1 SASARAN
Pasien yang rawat inap di puskesmas dan pasien melahirkan.

2.2 METODE
Konseling/ penyuluhan

2.3 MEDIA
Leaflet terapi diet

2.4 TEMPAT DAN WAKTU


Dilaksanakan di UPT Puskesmas Basidondo. Waktu pelaksanaan sesuai kondisi pasien
rawat inapa
2.5 PEMBIAYAAN
-
2.6 LUARAN
1. Pasien mengerti terapi diet penyakit yang diderita
2. Pasien melaksanakan terapi diit yang diberikan

2.7 EVALUASI
Konseling dilakukan pada pasien rawat inap dan dengan keluarga pasien tentang
penjelasan terapi diit penyakit pasien tersebut. Selama pemberian diit tersebut apakah
penyakit pasien mengalami perbaikan dan bagaimana intake makanan pasien selama sakit.
Jika psien mendapat makanan dari luar maka keluarga harus memenuhi terapi diit yang
diberikan.

2.8 PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN


Pemberian konseling dicatat dalam buku visite pasien dan pemberian diit juga dicatat
dalam rekam medic pasien. Makanan yang diberikan pada pasien dievaluasi apakah
dihabiskan atau tidak dan makanan apa saja yang diberikan keluarga pada pasien.

III. PENUTUP
Kegiatan asuhan gizi rawat inap dilakukan rutin setiap hari dan berjalan lancar.

LAMPIRAN

Mengetahui
Kepala UPT Puskesmas Basidondo Pelaksana Asuhan Gizi

I MADE MERTA, A.Md.Kep INDAH AMARTI CUSIA, A.Md.Gz


NIP. NRPK.

Anda mungkin juga menyukai