Anda di halaman 1dari 26

PANDUAN PELAYANAN

SEDASI DAN ANASTESI

| Panduan Pelayanan Sedasi dan Anastesi i


PANDUAN PELAYANAN SEDASI DAN ANASTESI

LEMBAR PENGESAHAN

PENGESAHAN DOKUMEN RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT


PANDUAN PELAYANAN SEDASI DAN ANASTESI
TANDA
KETERANGAN TANGGAL
TANGAN

dr. Nendyo Susilo, Sp. THT - KL. Pembuat Dokumen 27 Desember 2021

Andreas., S. Sos Authorized Person 28 Desember 2021

dr. Susanti Sugianto Direktur 29 Desember 2021

| Panduan Pelayanan Sedasi dan Anastesi ii


KATA PENGANTAR

Untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan Anastesi


Rumah Sakit Graha Sehat Kraksaan,maka kami susun buku ini dengan
judul”Panduan Pelayanan Sedasi dan Anastsesi”yang bisa kita jadikan acuan
dalam melaksanakan fungsi kerja dalam pelayanan anastesi.
Panduan pelayanan anastesi yang disusun tahun 2017 sebetulnya sudah
dilaksanakan dalam kegiatan sehari-hari,dalam memberikan pelayanan Anastesi
dengan tujuan tercapainya standart dan mutu pelayanan secara optimal sesuai
dengan visi,misi Rumah Sakit Graha Sehat.
Semoga panduan ini dapat digunakan sebaik-baiknya,sehingga tujuan
tersebut diatas bisa terrwujud demi meningkatkan mutu pelayanan.
Kami mengucapakan terima kasih serta penghargaan setinggi-tingginya
padasemua pihak yang telah banyak membantu sehingga penyusunan panduan ini
dapat terlaksana.

Kraksaan, 27 Desember 2021

Tim Penyusun

| Panduan Pelayanan Sedasi dan Anastesi iii


TIM PENYUSUN

Tim Penyusun Panduan Pelayanan Sedasi dan Anastesi :


1. dr Vikky Satriyo Wibowo
2. dr Ardianto Fanani Sp.An
3. Mega Indah Isnaeni, Amd.Kep
4. Albertus Hadi P., Amd.Ke

| Panduan Pelayanan Sedasi dan Anastesi iv


DAFTAR ISI

PANDUAN PELAYANAN SEDASI DAN ANASTESI


KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
TIM PENYUSUN ................................................................................................ iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi
BAB I DEFINISI ................................................................................................. 1
A. DEFINISI ............................................................................................................. 1
B. TUJUAN .............................................................................................................. 1
BAB II RUANG LINGKUP ............................................................................... 2
BAB III TATA LAKSANA ................................................................................ 4
A. KUALIFIKASI DAN KETRAMPILAN KHUSUS ............................................ 4
B. KONTRAINDIKASI ........................................................................................... 5
C. PENGGUNAAN OBAT ...................................................................................... 5
D. OBAT ORAL ....................................................................................................... 6
E. PEMULIHAN DAN RESERVAL ....................................................................... 6
F. PEMBAGIAN PEDIATRI BERDASARKAN PERKEMBANGAN BIOLOGIS
............................................................................................................................. 8
G. FREKUENSI DAN MONITORING ................................................................... 9
H. KUNJUNGAN PRA ANESTESI/SEDASI ......................................................... 10
I. PEMERIKSAAN FISIK ...................................................................................... 11
J. PEMERIKSAAN LABARATORIUM DAN UJI LAIN ..................................... 13
K. PERENCANAAN ANESTESI ............................................................................ 13
L. MENENTUKAN PROGNOSIS .......................................................................... 14
M. PEMERIKSAAN TINGKAT KESADARAN ..................................................... 14
N. INFORMED CONSENT....................................................................................... 15
O. PERALATAN ...................................................................................................... 16
BAB IV DOKUMENTASI ................................................................................. 17

| Panduan Pelayanan Sedasi dan Anastesi v


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pengaruh Sedasi Menurut Tingkatannya .................................................. 2


Tabel 2. Agen Sedasi Oral ...................................................................................... 7
Tabel 3. Agen Sedasi Intravena .............................................................................. 7
Tabel 4. Agen Sedasi Inhalasi ................................................................................. 8
Tabel 5. Pembagian pediatri berdasarkan biologis ................................................. 8
Tabel 6. Frekuensi dan Monitoring ....................................................................... 10
Tabel 7. Penilain GCS ........................................................................................... 14

| Panduan Pelayanan Sedasi dan Anastesi vi


RUMAH SAKIT
GRAHA SEHAT
Jl. Panglima Sudirman No. 2
Telp. (0335) 846500, 846354, 844200 Fax. (0335) 846500
KRAKSAAN – PROBOLINGGO

PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT
NOMOR:063/RSGS/PER/XII/2021

TENTANG

PANDUAN PELAYANAN SEDASI DAN ANASTSEI


RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT

DIREKTUR RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT,


Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pelayanan tindakan bedah diperlukan
tindakan sedasi dan anestesi di Rumah Sakit Graha Sehat;
b. Bahwa agar pelayanan anestesi dilaksanakan dengan baik dan
standar serta menjamin keselamatan pasien perlu dibuat
kebijakan pelayanan sedasi dan anestesi;
c. Bahwa penetapan dan pemberlakuan kebijakan tersebut perlu
ditetapkan dengan Peraturan Direktur Rumah Sakit Graha Sehat.
Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
3. Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 519/Menkes/Per/III/2011
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan
Terapi Intensif di Rumah Sakit
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1438/Menkes/Per/IX/2010 tentang Standar Pelayanan
Kedokteran;

| Panduan Pelayanan Sedasi dan Anastesi vii


7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 03
Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan;
9. Peraturan Direktur Utama PT Graha Sehat Lestari Kraksaan
Nomor 047/Per/Dirut/GSLK/XII/2021 tentang Peraturan Internal
Rumah Sakit Graha Sehat;
10. Peraturan Direktur Utama PT Graha Sehat Lestari Kraksaan
Nomor 001/Per/Dirut/GSLK/I/2020 tentang Penetapan Struktur
Organisasi Rumah Sakit Graha Sehat

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT
TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN SEDASI DAN
ANESTESI.
KEDUA : Kebijakan pelayanan sedasi dan anestesi di Rumah Sakit Graha
Sehat sebagaimana terlampir dalam peraturan ini.
KETIGA : Kebijakan pelayanan sedasi dan anestesi digunakan dalam
pemberian anestesi di Rumah Sakit Graha Sehat.
KEEMPAT : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini maka
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

| Panduan Pelayanan Sedasi dan Anastesi viii


Ditetapkan di : Kraksaan
Pada tanggal : 29 Desember 2021
Direktur
Rumah Sakit Graha Sehat,

dr. Susanti Sugianto


NIP.67012013

| Panduan Pelayanan Sedasi dan Anastesi ix


Lampiran Peraturan Direktur
Rumah Sakit Graha Sehat
Nomor : 063/RSGS/Per/XII/2021
Tanggal : 29 Desember 2021

BAB I DEFINISI

A. DEFINISI
Jumlah prosedur non invasif dan invasif minimal di lakukan di luar
ruang operasi telah berkembang pesat selama beberapa dekade. Sedasi,
analgesia atau keduanya mungkin diperlukan untuk banyak prosedur
intervensi dan diagnostik. Perawatan individual penting ketika menentukan
apakah pasien membutuhkan sedasi analgesia prosedural (PSA). Pasien
mungkin perlu obat anti kecemasan, obat nyeri, imobilisasi.Manajemen
sedasi dapat berkisar dari sedasi minimal, sejauh anestesi minimal.
Berbagai prosedur yang memerlukan sedasi prosedural dilayani lebih
baik dengan mempertimbangkan tujuan sedasi prosedural dan menentukan
apakah pasien tertentu memerlukan intervensi farmakologis untuk
memenuhi tujuan selama prosedur.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum:
Sebagai acuan untuk pemberian sedasi untuk pasien yang akan menjalani
prosedur IGD, radiologi, kedokteran gigi.
2. Tujuan Khusus:
Ada beberapa tujuan dari pemberian sedasi:
a. Keselamatan pasien
b. Meminimalkan rasa sakit dan kecemasan terkait dengan prosedur
c. Meminimalkan gerakan pasien selama prosedur
d. Memaksimalkan keberhasilan dari prosedur dan pasien kembali sadar
secepat mungkin

| Panduan Pelayanan Sedasi dan Anastesi 1


BAB II RUANG LINGKUP

Indikasi untuk sedasi procedural dapat bervariasi dari pasien ke pasien


berdasarkan tingkat kecemasan dan rasa sakit yang terkait dengan
prosedur.Perawatan individual penting ketika menetukan apakah pasien
membutuhkan sedasi prosedural.
Tingkatan sedasi dari ringan sampai dalam:
1. Sedasi minimal(anxiolysis). Dalam keadaan ini pasien dapat merespon
perintah verbal dan mungkin memiliki beberapa gangguan kognitif, tetapi
tidak ada efek pada status kardiopulmoner.
2. Sedasi moderat. ada depresi kesadaran, tetapi pasien dalam keadaan ini
dapat merespon dengan tepat perintah verbal, baik sendiri atau bersama
dengan stimulasi taktil cahaya. Pasien mampu mempertahankan jalan
nafas secara independen, ventilasi yang cukup dan funsi jantung biasanya
terpengaruh obat-obatan yang diberikan.
3. Sedasi Dalam pasien pada kondisi ini tidak mudah untuk terbangun, tetapi
merespon dengan sengaja (tidak hanya menarik) setelah stimulasi berulang
atau menyakitkan. Pasien mungkin memerlukan bantuan menjaga jalan
nafas dan ventilasi yang cukup, tetapi status kardiovaskuler normal
dipertahankan selama ventilasi.
Tabel 1. Pengaruh Sedasi Menurut Tingkatannya
SEDASI SEDASI SEDASI ANESTESI
TINGKATAN
RINGAN SEDANG BERAT UMUM
Respon Merespon Merespon Tidak sadar
normal terhadap setelah meskipun
Respon terhadap stimulus diberikan dengan
stimulus sentuhan stimulus stimulus
verbal berulang nyeri
Tidak Tidak perlu Mungkin perlu Sering
Jalan nafas
terpengaruh intervensi intervensi memerlukan

| Panduan Pelayanan Sedasi dan Anastesi 2


SEDASI SEDASI SEDASI ANESTESI
TINGKATAN
RINGAN SEDANG BERAT UMUM
intervensi
Ventilasi Tidak Adekuat Dapat tidak Sering tidak
spontan terpengaruh adekuat adekuat
Tidak Biasanya Biasanya dapat Dapat
Fungsi terpengaruh dapat dipertahankan terganggu
kardiovaskuler dipertahankan dengan baik
dengan baik

| Panduan Pelayanan Sedasi dan Anastesi 3


BAB III TATA LAKSANA

A. KUALIFIKASI DAN KETRAMPILAN KHUSUS


Semua penggunaan sedasi harus mempunyai:
1. Staf trainer dan asisten khusus termasuk staf medis,perawat dan personil
operasi lain dalam hal ini yang semuanya harus terlatih dalam aspek
teoritis dan klinis tentang sedasi dan masing – masing mengerti jelas
tentang peran serta mereka.
2. Orang yang melakukan prosedur didefinisikan sebagai operator dan orang
terlatih secara terpisah melakukan sedasi dan merawat selama prosedur
disebut anesthetist.
3. System organisasi perawatan pasien termasuk:
a. Penilaian pra operasi,informasi pra dan pasca operasi
b. Protokol puasa
c. Pemberian informed consent
4. Tersedianya monitoring dan peralatan yang memadai. Monitoring minimal
meliputi tingkat kesadaran, nyeri, frekuensui dan pola pernafasan, denyut
nadi. Jika menggunakan sedasi IV,penggunaan oksimetri nadi merupakan
prosedur standart dan banyak pada prosedur lainnya monitoring tekanan
darah, electrocardiogram dan suhu semakin sering digunakan secara rutin.
5. Fasilitas resusitasi
6. Pelatihan basic life support dan idealnya ada pelatihan advanced life
support
7. Pelatihan ketrampilan resusitasi secara regular
8. Staf dilatih untuk membantu dalam pengelolaan darurat medis

Prosedur yang dapat dilakukan dengan sedasi:


1. Ekstraksi gigi
2. Penjahitan minor
3. Pengangkatan jahitan
4. Dressing luka bakar

| Panduan Pelayanan Sedasi dan Anastesi 4


B. KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi untuk sedasi:
1. Pasien menolak /keluarga menolak.
2. Bayi exprematur <56 minggu dari usia konsepsional,karena beresiko
terjadinya depresi nafas pernafasan serta sedasi berlebihan.
3. Gangguan perilaku berat.
4. Diketahuinya ada masalah pada jalan nafas,misalnya obstructive sleep
apnoea, abnormaliatas kraniofasial.
5. Adanya penyakit pernafasan yang secara signifikan memerlukan terapi
oksigen
6. Adanya ketidakstabilan jantung yang signifikan
7. Adanya penyakit ginjal atau hati yang diprediksi akan menghambat
bersihan obat sedasi.
8. Beresiko secara signifikan untuk terjadinya refluks gastro-esofagus
9. Peningkatan tekanan intracranial
10. Epilepsy berat atai tidak terkontrol
11. Alergi atau kontraindikasi spesifik untuk obat-obatan sedasi atau gas
(misalnya nitrogen oksida harus dihindari jika dijumpai adanya
pneumothoraks)
12. Prosedur lama atau menyakitkan

C. PENGGUNAAN OBAT
1. Obat yang digunakan untuk sedasi;
Sedasi yang efektif harus memungkinkan prosedur dilakukan
dimana anak dalam keadaan mengantuk, bebas nyeri, dengan ketakutan
atau kecemasan yang minimal. Penggunaan anastesi local dan analgesic
sederhan sangatlah penting, dan terapi pengalihan perhatian juga sangat
berguan. Orang tua sering dihadirkan, dimana hal ini sangat membantu
dalam menjaga kepercayaan anak.
Kebanyakan obat sedasi, yang diberikan dalam jumlah
tertentu,dapat beresiko menghasilkan ketidaksadaran pada anak.Hal ini

| Panduan Pelayanan Sedasi dan Anastesi 5


dapat menyebabkan hipoksia,hiperkapnia dan berpotensi untuk terjadi
aspirasi.Untuk itu penggunaan teknik sedasi non-anastesi,maka harus
mempunyai margin of safety lebar.
Personil non- anastesi yang memberikan obat sedasi termasuk
sokter (terutama ahli radiologi, gastroenterologist dan kardiologis),
perawat spesialis dan dokter gigi, semuanya harus benar-benar terlatih
untuk membrikan pelayanan yang aman dan efektif.
Organisasi sedasi untuk anak di rumah sakit semakin berkembang
pesat. Beberapa pusat pediatrik melatih seditionist yang biasanya berasal
dari perawat spesialis,namun tanggung jawab untuk pelatihan dan
pengembangan idealnya harus terletak pada departemen anestesi dengan
konsultan yang membawahi layanan.
Pasien harus dipersiapkan seolah-olah mereka akan melakukan
anestesi umum ,mereka harus
a. Diberitahu tentang prosedur yang akan dilakukan dan telah
memberikan persetujuan tindakan.
b. Dipuasakan
c. Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum terakhir

D. OBAT ORAL
Penilaian dosis obat dalam bentuk kombinasi mungkin agak sulit,
dimana kemungkinan meningkatkan sedasi yang efektif tetapi juga berpotensi
meningkatkan kejadian efek samping.(lihat kotak 2)
Hal ini terutama terjadi pada bayi yang kecil dan pada anak dengan
kelainan ginjal, hati atau fungsi neurologis dimana kerja obat sukar untuk
diprediksi (lihat kotak 3 dan 4)

E. PEMULIHAN DAN RESERVAL


Pemulihan dari sedasi haruslah cepat. Fasilitas pemulihan harus
tersedia. Gunakan rejimen obat dengan waktu kerja yang paling pendek.
Namun reserval benzodiazepine mungkin diperlukan. Flumazenil 1-2 mcg/kg

| Panduan Pelayanan Sedasi dan Anastesi 6


IV sering digunakan, sekali-kali nolokson diperlukan untuk antagonis efek
opioid persisten. Nolokson4 mcg/kg IV dapat diberikan
Tabel 2. Agen Sedasi Oral
Kotak 2.Agen sedasi oral
Dosis sedasi
Obat Detail
oral(mg/kg)
100 Metabolit aktif:trichlorethanol dapat
Chloral
diberikan melalui rectal kadang kadang
hydrate
menimbulkan rasa malu.
Triclofos 50-70(max 1g) Metabolit aktif:trichlorethanol
0,5-1,0 Umum digunakan dosis berhubungan
Midazolam
dengan efek samping pandangan ganda
Dapat juga diberikan melalui nasal
2 Dosis besar dapat menyebabkan grey baby
trimeprazine
syndrome
diazepam 200-500mcg/kg Dapat diberikan melalui rectal
5-19 Dapat diberikan melalui nasal juga rectal
Halisinasi mungkin terjadi
ketamin
Pada umumnya terjadi mual muntah
Apneu kemungkinan terjadi

Tabel 3. Agen Sedasi Intravena


Kotak 3. Agen sedasi intravena
Dosis sedasi
obat detail
(mg/kg)
midazolam 0,5-0,2 Apneu mungkin terjadi
Amnesia
Gangguan perilkau dapat terjadi
Diazepam 0,1-0,5 Waktu paruh panjang,beresiko pemulihan
tertunda

| Panduan Pelayanan Sedasi dan Anastesi 7


Fentanyl, 0,5 mc/kg Sering digunakan bersama propofol
midazolam atau ketamin dapat digunakan
melalui oral apneu,mula muntah dapat
terjadi
Ketamin 0,5-1,0 Dapat diberikan melalaui Im,oral,IV
sering digunakan dengan benzodiazepam
propofol Dalam evaluasi Beresiko apneu
Beresiko menginduksi anastesi

Tabel 4. Agen Sedasi Inhalasi


Kotak 4 Agen sedasi inhalasi
obat Dosis Detail
Nitrous 50% N2O dalam Memberikan analgesi
oxide O2, 70%dalam O2 Membtuhukan kerja sama pasien umum
menimbulkan mual
Isof;lurance 1% dalam udara Masih dalam evaluasi

Anastesi pada bayi dan anak kecil berbeda dengan anestesi pada orang
dewasa, karena mereka bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini.Seperti
pada anestesi untuk orang dewasa untuk orang dewasa anestesi anak kecil dan
bayi khususnya harus diketahui betul sebelum dapat melahirkan anestesi
karena itu anestesi pediatrik seharusnya ditangani oleh dokter spesialis
anastesi atau dokter ahlinya.

F. PEMBAGIAN PEDIATRI BERDASARKAN PERKEMBANGAN


BIOLOGIS
Tabel 5. Pembagian pediatri berdasarkan biologis
1. Orok(neonatus) Usia dibawah 28 hari
2. Bayi(infant) Usia 1 bulan-1 tahun
3. Anak(child) Usia 1 tahun-12 tahun

| Panduan Pelayanan Sedasi dan Anastesi 8


Beberapa perbedaan dengan orang dewasa adalah hal-hal yang
menyangkut masalah psikologi, anatomi, fisiologi, farmakologi dan patologi.
ada 5 perbedaan yang mendasar anatomi dari airway pada anak-anak dan
dewasa:
1. Pada anak-anak kepala lebih besar,dan lidah juga lebih besar;
2. Laring yang letaknya lebih anterior;
3. Epiglottis yang lebih panjang;
4. Leher dan trache yang lebih pendek dari pada dewasa;
5. Cartilage tiroid yang terletak berdekatan dengan airway.

G. FREKUENSI DAN MONITORING


Populasi usia lanjut adalah kelompok yang heterogen dan kronologis
pertambahan usia tidak selalu pararel dengan kondisi fisiologis.Pasien yang
berusia lebih tua menunjukkan sejumlah komorbiditas, riwayat pengobatan
yang banyak,dan kurangnya cadangan fisiologis. Pasien usia lanjut lebih
sensitive terhadap efek sedative dan depresan dari obat-obatan yang digunakan
untuk sedasi dan juga mengalami peningkatan resiko efek samping aditif jika
diberikan obat-obatan kombinasi.jika episode singkat dari hipotensi atau
desaturasi mungkin tidak bermkan pada pasien muda,episode yang sama pada
pasien usia lanjut dapat mengakibatkan konsekuensi serius seperti aritmia dan
iskemi jantung.
Pemantuan klinis pada pasien usia lanjut mungkin lebih dituntut
dibandingkan pasien yang lebih muda. Selam aprosedur, individu yang
bertugas harus dapat mengawasi pasien. Individu ini tidaklah melakukan
prosedur melainkan harus terus memantau respom.kerja sama, dan tanda-tanda
vital pasien. Karena pasien yang tersedasi harus responsive setiap saat, maka
komunikasi dengan pasien adalah salah satu metode pemantauan yang paling
berharga.

| Panduan Pelayanan Sedasi dan Anastesi 9


Tabel 6. Frekuensi dan Monitoring
Pertimbangan sedasi pada dewasa/orang tua
1. Adanya beberapa komorbiditas,penyakit koroner aritmia
2. Riwayat cedera serebrovaskuler sebelumnya
3. Kesulitan memposisikan pasien
4. Nyeri kronis terutama bagiantulang belakang dan spinal
5. Prevalensi hipoksia kronis dan kebutuhan oksigen di rumah
6. Gangguan fungsi pendengaran dan visual yang mengganggu komunikasi
7. Demensia dan fungsi kognitif

H. KUNJUNGAN PRA ANESTESI/SEDASI


Anamnesis
Anamnesa dapat diperoleh dengan bertanya langsung pada pasien atau melalui
keluarga pasien.Yang harus diperhatikan pada anamnesa:
1. Identifikasi pasien, misalnya: nama, umur tanggal lahir dll
2. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita yang mungkin dapat
menjadi penyulit dalam anestesi antara lain:
a. Penyakit alergi
b. DM
c. Penyakit paru kronik:asma,pneminia dan bronchitis
d. Penyakit jantung dan hipertensi
e. Penyakit susunan saraf
f. Penyakit hati
g. Penyakit ginjal
h. Penyakit gangguang perdarahan (riwayat perdarahan yang memanjang)
3. Riwayat obat-obatan yang sedang digunakan atau telah digunakan dan
mungkin menimbulkan interaksi dengan obat-obat anestesi. Misalnya obat
anti hipertensi, obat antidiabetik, antibiotik golongan aminoglikosida, obat
penyakit jantung, monoamino inhibitor, bronkodilator.
4. Alergi dan reaksi obat, reaksi alergi kadang-kadang salah salah diartikan
oleh pasien dan kurangnya dokumentasi sehingga tidak didapatkan

| Panduan Pelayanan Sedasi dan Anastesi 10


keterangan yang memadai. Beratnya berkisar daria asimtomatik hingga
reaksi anfilaktik yang mengancam kehidupan yang serius termasuk reaksi
terhadap plester, sabun iodine dan lateks, Jika respon alergi terlihat, obat
penyebab tidak diberikan lagi tanpa tes imunologik atau diberi terapi awal
dengan antihistamin atau kortikosteroid.
5. Riwayat operasi dan anstesi yang pernah dialami waktu yang lalu, berapa
kali dan selang waktunya. Apakah pasien mengalami komplikasi saat itu
seperti kesulitan pulih sadar, perawatan intensif pasca bedah
6. Riwayat keluarga riwayat anastesi yang merugikan atau membahayakan
pada keluarga yang lain sebaiknya juga dievaluasi.Wanita pada usia
produktif sebaiknya ditanyakan tentang kemungkinan mengandung.pada
kasus yang meragukan,pemeriksaan kehamilan preoperative merupakan
suati indikasi.
7. Riwayat sosial yang mungkin dapat mempengaruhi jalannya anestesi
seperti :
a. Perokok berat diatas 20 batang perhari;
b. Pecandu alcohol;
c. Meminum obat-obatan penennag atau narkotik.
8. Makan minum terakhir khusus operasi emergency

I. PEMERIKSAAN FISIK
Perhatian khusus dilakukan untuk evaluasi jalan nafas, jantung, paru-
paru dan pemeriksaan neurologik. Jika ingin melaksankan teknik anestesi
regional maka perlu dilakukan pemeriksaan ekstermitas dan punggung.
Pemeriksaan fisik sebaiknya terdiri dari:
1. Keadaan umum:gelisah,takut,kesakitan,malnutrisi,obesitas
2. Tanda-tanda vital:
a. Tinggi dan berat badan perlu untuk penntuan dosis obat terapeutik dan
pengeluaran urin yang adekuat
b. Tekanan darah
c. Denyut nadi

| Panduan Pelayanan Sedasi dan Anastesi 11


d. Respirasi diobservasi
e. Suhu tubuh
f. Visual Analog scale(VAS)
3. Kepala dan leher
a. Mata :anemis. ikterik, pupil
b. Hidung:polip,septum deviasi, perdarahan
c. Gigi:gigi palsu, gigi goyang, gigi menonjol
d. Mulut:lidah pendek/besar, fraktur, trismus, dagu kecil
e. Tonsil :ukuran (T1-T3 )hiperemis, perdarahan
f. Leher:ukuran(panjang/pendek)masa tumor, trakea deviasi, karotik bruit,
kelenjar getah bening.
g. Dalam prediksi kesulitan intubasi sering dipakai8T yaitu: teet, Tongue,
Temporo mandibula joint, Tonsil, Torticolis, Tiroid notch/TMD,
Tumor, Trakhea.

4. Thoraks
a. Prekordium, auskultasi jantung mungkin ditemukan murmur (bising
katup), irama gallops atau pericardial rub.
b. Paru-paru
1) Inspeksi:bentuk dada (barrel chest, pigeon chest, pectus excavatum,
kifosis, skoliosis) Frekuensi (bradipneu/takipneu) sifat pernafasan
(torakal.torako abdominal) irama (regular/ireguler, biot), sputum
(purulen,pink froty), kelainan lain (stridor,serak,sindroma pancoas)
2) Palpasi:premitus
3) Auskultasi:bunyi nafas pokok
4) Perkusi:sonor,hipersonor,pekak,redup
c. Abdomen peristaltic (kesan normal/ meningkat/ menurun), hati dan
limpa (teraba/tidak, batas, ukuran, permukaan) distensi, massa atau
asites (dapat menjadi predisposisi untuk regurgitasi)
d. Urogenitalis kateter (terpasang/tidak)

| Panduan Pelayanan Sedasi dan Anastesi 12


e. Muskulo skeletal-ekstermitas edema tungkai, fraktur, gangguan
neurologic/kelemahan otot, clubbing finger, sianosis.

J. PEMERIKSAAN LABARATORIUM DAN UJI LAIN


Pemeriksaan labaratorium ada 2 yaitu rutin dan khusus
1. Pemeriksaan labaratorium rutin:
a. Darah:hb,golongan darah,masa pembekuan,masa perdarahan
b. Foto thoraks: terutama untuk bedah mayor pasien diatas 60 tahun.
c. EKG:terutama untuk pasien berumur diatas 40 tahun.
2. Pemeriksaan khusus,dilakukan bila ada riwayat atau indikasi
a. EKG pada anak
b. Spirometri dan bronkospirometri pada pasien tumor paru.
c. Fungsi hati pada pasien ikterus
d. Funsi ginjal pada pasien hipertensi
e. Analisa gas darah,elektrolit pada pasien ileus obstruksi.
f. Untuk pemeriksan khusus yang lebih mendalam ,misalnya
ekokardiograpy atau kateterisasi jantung diperlukan konsultasi dengan
ahli ahli bidang lain.

K. PERENCANAAN ANESTESI
Rencana anestesi diperlukan untuk menyampaikan strategi penanganan
anestesi secara umum. Secara garis besar komponen dari rencana anestesi
adalah:
1. Ringkasan tentang anamnesa pasien dan hasil hasil pemeriksaan fisik
2. Perencanaan teknik anastesi yang akan digunakan
3. Penanganan nyeri post op bila perlu
4. Tindakan post operatif khusus jika terdapat indikasi missal perawat icu
5. Jika ada indikasi buat permintaan evaluasi medic lebih lanjut
6. Pernyataan tentang resiko-resiko yang ada
7. Klasifikasi status fisik dan penilaian singkat.

| Panduan Pelayanan Sedasi dan Anastesi 13


L. MENENTUKAN PROGNOSIS
Pada kesimpulan evaluasi pre anestesi setiap pasien dietentukan klasifikasi
status fisik menurut ASA. hal ini merupakan ukuran umum keadaan pasien.
Klasifikasi ASA adalah sebagai berikut:
1. ASA 1 :pasien tidak memiliki kelainan oraganik maupun sitemik selain
penyakit yang akan dioperasi.
2. ASA 2 :pasien yang memiliki kelainan sistemik ringan sampai dengan
sedang selain penyakit yang akan dioperasi. Misalnya DM yang terkontrol
atau HT ringan.
3. ASA 3 :pasien memiliki kelainan sistemik berat selain penyakiy yang akan
dioperasi, tetapi belum mengancam nyawa. Misalnya Dm yang tak
terkontrol, asma brobkhial hieprtensi tak terkontrol.
4. ASA 4 : pasien memiliki kelainan sistemik berat yang mengancam nyawa
selain penyakit yang akan dioperasi. misalnya asma bronchial yang berat
dan koma diabetikum.
5. ASA 5 :pasien dalam kondisi yang sangat jelek dimana tindakan anestesi
mungkin saja dapat menyelamatkan tapi resiko kematian tetap jauh lebih
besar misalnya operasi pada pasien koma berat.
6. ASA 6: pasien yang telah dinyatakan telah mati otaknya yang mana
organnya akan diangkat untuk kemudoian diberikan organ donor bagi yang
membutuhkan.

M. PEMERIKSAAN TINGKAT KESADARAN


Tingkat kesadaran dinilai dengan GCS, penilain ini harus dilakukan secara
periodic untuk memulai apakah keadaan penderita semakin membaik atau
memburuk.
Penilain GCS berdasarkan reaksi yang didapatkan sesuai dengan umur
penderita
Tabel 7. Penilain GCS
Mata >1 tahun 0-1 tahun
4 Membuka mata spontan Membuka mata spontan

| Panduan Pelayanan Sedasi dan Anastesi 14


3 Membuka mata oleh Membuka mata oleh teriakan
perintah
2 Membuka mata oleh nyeri Membuka mata oleh nyeri
1 Tidak membuka mata Tidak membuka mata
Motorik
6 Mengikuti perintah Belum dapat dinilai
5 Melokalisasi nyeri Melokalisasi nyeri
4 Menghindari nyeri Menghindari nyeri
3 Fleksi abnormal Fleksi abnormal
2 Ekstensi abnormal Ekstensi abnormal
1 Tidak ada respon Tidak ada respon
Verbal >5 tahun 2-5 tahun 0-2 tahun
5 Orientasi baik dan mampu Menyebutkan Menangis kuat
berkomunikasi kata yang sesuai
4 Disorientasi tapi mampu Menyebutkan Menangis lemah
berkomunikasi kata yang tidak
sesuai
3 Menyebutkan kata-kata Menangis dan Kadang
yang tidak sesuai menjerit menangis
2 Mengeluarkan suara Mengeluarkan Megeluarkan
suara lemah suara lemah
1 Tidak ada respon Tidak ada Tidak ada
respon respon

N. INFORMED CONSENT
Pasien dan anggota keluarga atau wali pasien harus diberi tahu tentang
intervensi bedah dan kemungkinan komplikasi yang dapat timbul.kapasitas
putusan merupakan prasyarat untuk suatu informed consent yang sesuai
dengan hokum dan moral.pasien usia lanjut mungkin tidak sepenuhnya
memahami intervensi yang direncanakan,sehingga kerabat terdekat harus
terlibat untuk memperoleh informend consenet yang terperinci.

| Panduan Pelayanan Sedasi dan Anastesi 15


O. PERALATAN
Alat alat anestesi
1. Mesin anestesi
2. Circuit/breathing anestesi
3. Ventilator anestesi
4. Monitor

| Panduan Pelayanan Sedasi dan Anastesi 16


BAB IV DOKUMENTASI

Proses dokumentasi dilakukan dengan melakukan pengisian data dari


formulir yang telah diisi dan ditanda tangani oleh pasin atau keluarganya .Bukti
dokumentasi dapat dilampirkan pada lembar berkas rekam medis meliputi:
1. Form persetujuan tindakan medis
2. Form pemantauan anastesi
3. Form pemantauan pulih sadar

Direktur
Rumah Sakit Graha Sehat,

dr. Susanti Sugianto


NIP.67012013

| Panduan Pelayanan Sedasi dan Anastesi 17

Anda mungkin juga menyukai