LEMBAR PENGESAHAN
dr. Nendyo Susilo, Sp. THT - KL. Pembuat Dokumen 27 Desember 2021
Tim Penyusun
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT
NOMOR:063/RSGS/PER/XII/2021
TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT
TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN SEDASI DAN
ANESTESI.
KEDUA : Kebijakan pelayanan sedasi dan anestesi di Rumah Sakit Graha
Sehat sebagaimana terlampir dalam peraturan ini.
KETIGA : Kebijakan pelayanan sedasi dan anestesi digunakan dalam
pemberian anestesi di Rumah Sakit Graha Sehat.
KEEMPAT : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini maka
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
BAB I DEFINISI
A. DEFINISI
Jumlah prosedur non invasif dan invasif minimal di lakukan di luar
ruang operasi telah berkembang pesat selama beberapa dekade. Sedasi,
analgesia atau keduanya mungkin diperlukan untuk banyak prosedur
intervensi dan diagnostik. Perawatan individual penting ketika menentukan
apakah pasien membutuhkan sedasi analgesia prosedural (PSA). Pasien
mungkin perlu obat anti kecemasan, obat nyeri, imobilisasi.Manajemen
sedasi dapat berkisar dari sedasi minimal, sejauh anestesi minimal.
Berbagai prosedur yang memerlukan sedasi prosedural dilayani lebih
baik dengan mempertimbangkan tujuan sedasi prosedural dan menentukan
apakah pasien tertentu memerlukan intervensi farmakologis untuk
memenuhi tujuan selama prosedur.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum:
Sebagai acuan untuk pemberian sedasi untuk pasien yang akan menjalani
prosedur IGD, radiologi, kedokteran gigi.
2. Tujuan Khusus:
Ada beberapa tujuan dari pemberian sedasi:
a. Keselamatan pasien
b. Meminimalkan rasa sakit dan kecemasan terkait dengan prosedur
c. Meminimalkan gerakan pasien selama prosedur
d. Memaksimalkan keberhasilan dari prosedur dan pasien kembali sadar
secepat mungkin
C. PENGGUNAAN OBAT
1. Obat yang digunakan untuk sedasi;
Sedasi yang efektif harus memungkinkan prosedur dilakukan
dimana anak dalam keadaan mengantuk, bebas nyeri, dengan ketakutan
atau kecemasan yang minimal. Penggunaan anastesi local dan analgesic
sederhan sangatlah penting, dan terapi pengalihan perhatian juga sangat
berguan. Orang tua sering dihadirkan, dimana hal ini sangat membantu
dalam menjaga kepercayaan anak.
Kebanyakan obat sedasi, yang diberikan dalam jumlah
tertentu,dapat beresiko menghasilkan ketidaksadaran pada anak.Hal ini
D. OBAT ORAL
Penilaian dosis obat dalam bentuk kombinasi mungkin agak sulit,
dimana kemungkinan meningkatkan sedasi yang efektif tetapi juga berpotensi
meningkatkan kejadian efek samping.(lihat kotak 2)
Hal ini terutama terjadi pada bayi yang kecil dan pada anak dengan
kelainan ginjal, hati atau fungsi neurologis dimana kerja obat sukar untuk
diprediksi (lihat kotak 3 dan 4)
Anastesi pada bayi dan anak kecil berbeda dengan anestesi pada orang
dewasa, karena mereka bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini.Seperti
pada anestesi untuk orang dewasa untuk orang dewasa anestesi anak kecil dan
bayi khususnya harus diketahui betul sebelum dapat melahirkan anestesi
karena itu anestesi pediatrik seharusnya ditangani oleh dokter spesialis
anastesi atau dokter ahlinya.
I. PEMERIKSAAN FISIK
Perhatian khusus dilakukan untuk evaluasi jalan nafas, jantung, paru-
paru dan pemeriksaan neurologik. Jika ingin melaksankan teknik anestesi
regional maka perlu dilakukan pemeriksaan ekstermitas dan punggung.
Pemeriksaan fisik sebaiknya terdiri dari:
1. Keadaan umum:gelisah,takut,kesakitan,malnutrisi,obesitas
2. Tanda-tanda vital:
a. Tinggi dan berat badan perlu untuk penntuan dosis obat terapeutik dan
pengeluaran urin yang adekuat
b. Tekanan darah
c. Denyut nadi
4. Thoraks
a. Prekordium, auskultasi jantung mungkin ditemukan murmur (bising
katup), irama gallops atau pericardial rub.
b. Paru-paru
1) Inspeksi:bentuk dada (barrel chest, pigeon chest, pectus excavatum,
kifosis, skoliosis) Frekuensi (bradipneu/takipneu) sifat pernafasan
(torakal.torako abdominal) irama (regular/ireguler, biot), sputum
(purulen,pink froty), kelainan lain (stridor,serak,sindroma pancoas)
2) Palpasi:premitus
3) Auskultasi:bunyi nafas pokok
4) Perkusi:sonor,hipersonor,pekak,redup
c. Abdomen peristaltic (kesan normal/ meningkat/ menurun), hati dan
limpa (teraba/tidak, batas, ukuran, permukaan) distensi, massa atau
asites (dapat menjadi predisposisi untuk regurgitasi)
d. Urogenitalis kateter (terpasang/tidak)
K. PERENCANAAN ANESTESI
Rencana anestesi diperlukan untuk menyampaikan strategi penanganan
anestesi secara umum. Secara garis besar komponen dari rencana anestesi
adalah:
1. Ringkasan tentang anamnesa pasien dan hasil hasil pemeriksaan fisik
2. Perencanaan teknik anastesi yang akan digunakan
3. Penanganan nyeri post op bila perlu
4. Tindakan post operatif khusus jika terdapat indikasi missal perawat icu
5. Jika ada indikasi buat permintaan evaluasi medic lebih lanjut
6. Pernyataan tentang resiko-resiko yang ada
7. Klasifikasi status fisik dan penilaian singkat.
N. INFORMED CONSENT
Pasien dan anggota keluarga atau wali pasien harus diberi tahu tentang
intervensi bedah dan kemungkinan komplikasi yang dapat timbul.kapasitas
putusan merupakan prasyarat untuk suatu informed consent yang sesuai
dengan hokum dan moral.pasien usia lanjut mungkin tidak sepenuhnya
memahami intervensi yang direncanakan,sehingga kerabat terdekat harus
terlibat untuk memperoleh informend consenet yang terperinci.
Direktur
Rumah Sakit Graha Sehat,